You are on page 1of 8

Heru Dwi Riyanto

POTENSI TEGAKAN SENGON UMUR 10 (SEPULUH) TAHUN


(THE 10 (TEN) YEARS OLD OF SENGON STAND POTENCY)

Oleh/By :
Heru Dwi Riyanto dan Wardoyo

Abstrak

Sengon sebagai komoditi ekonomi dalam hutan rakyat dianggap cukup prospetif dan
menjanjikan dari aspek finalsial, pada kenyataannya masih terkendala oleh permasalahan
produktivitas. Hal ini dikarenakan belum diterapkannya teknik-teknik silvikultur dan sisirim
pemanenan(pengaturan hasil) yang baik.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana potensi suatu tegakan pada
umur tertentu dan nilai ekonominya dikaitkan dengan pengaturan hasil dalam rangka
kelestarian hasil.
Penelitian ini dilaksanakan di areal hutan rakyat Desa Sinduagung, Kecamatan
Selomerto, Kabupaten Wonosobo, dengan melakukan pengukuran terhadap parameter
diameter setinggi dada dan tinggi tanaman sengon, selanjutnya hasil pengukuran dianalisis
secara deskriptif statistik untuk memperoleh gambaran tentang sebaran diameter dan potensi
tegakannya.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tingkat pancang masih terdapat di
tegakan sengon umur sepuluh tahun, 2. tingkat pohon besar mendominasi lahan,3. Potensi
tegakan adalah sebesar 174 m3 , dengan riap rata-rata tahunan sebesar 17 m3 . 4. Teknik
sederhana pengaturan hasil adalah dengan menebang tingkat pohon besr sebanyak 118
pohon/ha/tahun atau setara dengan 52 m3 /ha/tahun.

Kata Kunci : Tegakan, Potensi, Nilai Ekonomi, Pengaturan Hasil, Kelestarian Hasil
Keywords : Stand, Potenci, Economycal Value, Yield Management, Sustainned Yield.

I. PENDAHULUAN

Nilai kayu Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) bagi sebagian


besar penduduk yamg bermukim di wilayah Kabupaten Wonosobo memiliki
peran penting , karena hasilnya mampu memberikan konstribusi finansial dalam
menunjang pendapatan keluarga petani. Oleh karena peranannya yang positif
tersebut, diduga lebih dari 50 % jumlah kecamatan yang berada di wilayah
Kabupaten Wonosobo merupakan daerah sentra produksi kayu sengon rakyat
(Wahyu. A, 2003).
Sengon sebagai komoditi ekonomi dalam hutan rakyat yang dianggap
cukup prospektif dan menjanjikan dari aspek finansial, pada kenyataannya masih
terkendala oleh permasalahan produktivitas. Hal ini dikarenakan belum
diterapkannya teknik-teknik silvikultur secara optimal dan sistim pemanenan yang
dilakukan masih berdasarkan kebutuhan ekonomi. Kondisi demikian
menyebabkan tidak diperolehnya hasil yang tetap dalam satu periodenya dan hal
ini sering dikatakan hasil hutan rakyat /produktivitasnya masih rendah serta belum
lestari, menurut Heinrich Von Cotta dalam Simon dalam Sugeng Wibowo, dkk,
2003 mengemukakan bahwa pengertian kelestarian hasil adalah hasil kayu
tahunan yang sama dan kekal dari kawasan hutan produksi. Hal ini berarti dalam
kawasan/ suatu areal terdapat struktur tegakan yang normal.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana potensi suatu
tegakan pada umur tertentu dan nilai ekonominya dikaitkan dengan pengaturan
hasil dalam rangka kelestarian hasil.

II. METODOLOGI

Penelitian ini merupakan suatu studi kasus yang dilaksanakan di salah


satu areal hutan rakyat yang berumur ± 10 (sepuluh) tahun dengan luasan areal 20
m x 40 m di Desa Sinduagung, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo
Penelitian ini dilaksanakan melalui pengukuran parameter diameter dan
tinggi pohon, selanjutnya hasil pengukuran diolah secara deskriptif statistik, untuk
mengetahui pola perkembangan tanaman yang meliputi sebaran diameter, potensi
tegakan (standing stock) serta nilai ekonomi dari klas diameter.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari pengolahan dan analisis data diperoleh hasil dari suatu tegakan
Sengon yang berumur 10 (sepuluh) tahun sebagai berikut :
A. Sebaran

Hutan rakyat apabila dikelompokkan kedalam hutan tanaman akan


memiliki pola sebaran diameter berbentuk paraboid, apabila sebaran tersebut
normal. Suatu pola sebaran akan sangat menentukan terhadap
langkah/tindakan silvikultur yang harus dilakukan untuk mendapatkan
pertumbuhan yang optimal. Dari data pengukuran yang diperoleh, dianalisis
secara deskriptif statistik dan hasil analisa disajikan dalam tabel 1. berikut :
Tabel 1. Analisis Data Diameter secara Deskriptif statistik
(Table 1. Data Analyse on Diameter by Deskriptive Statistic)
Mean 22.92
Standard Error 1.54
Median 20.00
Mode 17.00
Standard Deviation 10.78
Sample Variance 116.14
Kurtosis -0.86
Skewness 0.50
Range 37.50
Minimum 9.00
Maximum 46.50
Sum 1123.00
Count 49.00
Largest(1) 46.50
Smallest(1) 9.00
Confidence Level(95.0%) 3.10

Dari hasil analisa tersebut terlihat bahwa sebaran diameter memiliki


range / selang yang sangat lebar yaitu dari 9.00 cm sampai 46.5 cm, kondisi
tersebut ditinjau dari aspek silvikultur adalah sangat tidak optimal, dimana
pada umur Sengon 10 (sepuluh) tahun masih terdapat tingkat pancang, yang
dapat juga digolongkan dalam kelas tajuk sebagai tingkat supres (tertekan),
dimana pada tingkat ini sudah sangat sulit untuk dapat berkembang walaupun
diberikan perlakuan silvikutur intensif sekalipun. Sedang untuk diameter
besar, hal inipun dipandang dari aspek silvikultur juga tidak optimal,
dikarenakan untuk kayu Sengon yang termasuk dalam kategori kayu lunak
semakin besar diameter resiko tumbang sangat besar, kecuali itu keberadaan
diameter besar dalam jumlah yang banyak dapat mempengaruhi
perkembangan kelas diameter dibawahnya.
Untuk memperbaiki kondisi sebaran diameter tersebut dapat dilakukan
melalui pendekatan dengan rumus :
Selang Kepercayaan (CI) = Rata-rata ± Standart Deviasi, sehingga
diperoleh suatu selang kepercayaan dengan range baru yaitu ;

CI = 12.14 ~ 34.00

Apabila sebaran diameter tersebut digambarkan dalam bentuk grafik


terlihat sebagaimana Gambar 1. berikut:

25

20

15
N/plot

10

0
Pancang Tiang Tiang Pohon Pohon
kecil besar kecil besar

Gambar 1. Grafik sebaran diameter Sengon umur 10 (sepuluh) tahun


(Figure 1. Diameter Scattered Graphic of 10 (Ten) Years Old)

Dari Gambar tersebut terlihat bahwa ada garis tipis yang terpotong
oleh garis tebal, dimana garis tipis menunjukkan kondisi actual, sedang garis
tebal menunjukkan kondisi ideal, dari perpotongan garis tersebut terlihat
bahwa ada diameter kecil dan besar yang harus dibuang. Pembuangan
diameter kecil dan diameter besar yang termasuk salah satu tindakan dalam
praktek teknik silvikultur dimaksudkan untuk lebih memberikan ruang untuk
berkembang bagi diameter-diameter yang masuk kategori tiang kecil sampai
pohon keci
B. Potensi
Mengetahui potensi suatu tegakan dalam suatu areal sangatlah penting
bagi suatu pengelolaan hutan terutama bagi pengaturan hasil, agar hasil hutan
itu dapat berkelanjutan dalam jangka waktu tertentu. Dari hasil pengukuran
dan pengolahan data diperoleh potensi tegakan sebagaimana pada tabel
dibawah
Tabel 2. Potensi Tegakan Sengon Umur 10 (Sepuluh) Tahun
(Table 2. Sengon Stand Potention of 10 (Ten) Years Old)
Tingkatan Tumbuhan
Parameter Tiang Pohon
Pancang Tiang Tiang Pohon Pohon
Kecil Besar Kecil Besar
5 – 9 cm 10 – 14 cm 15 – 19 cm 20 – 24 cm 25 cm up
Volume/plot 0.25 0.73 1.95 1.74 9.25
Volume/ha 3.13 9.13 24.38 21.75 115.63
Volume/phn 0.04 0.10 0.16 0.25 0.44
Juml phn/plot 7 7 12 7 21
Juml phn/ha 88 88 150 88 263
Diameter 9 12 17 22 34
Rata-tara

Dari tabel tersebut terlihat bahwa potensi tegakan/plot adalah sebesar =


9.25 m3 + 1.74 m3 + 1.95 m3 + 0.73 m3 + 0.25 m3 = 13.92 m3 . Sedang apabila
dikonversi dalam satuan hektar akan diperoleh potensi (standing stock) per
hektar adalah sebear = 115.62 m3 + 21.75 m3 + 24.38 m3 + 9.13 m3 + 3.13
m3 = 174 m3 .
Dari potensi per hektar tesebut dapat dinyatakan riap
tahunan/hektarnya adalah sebesar 17 m3 . Jumlah tersebut tidak secara
keseluruhan bernilai secara ekonomi, karena hanya diameter lebih besar dan
sama dengan 10 cm yang laku dipasar perkayuan.
Pembagian tegakan kedalam kelas –kelas diameter adalah untuk
melihat sejauh mana suatu tegakan dapat memberikan hasil yang
berkelanjutan dalam suatu pengaturan hasil yang didasarkan riap tahunan dan
sebaran diameternya.
C. Nilai Ekonomi
Dipandang dari nilai ekonomi, seperti yang telah diutarakan dimuka
ada beberapa tingkatan/klas diameter pohon yang apat dinilai secara ekonomi,
tingkatan/klas diameter dan nilai ekonominya tersaji dalam tabel di bawah.
Tabel 3. Distribusi Volume Kayu Bulat dan Tingkat Harga Menurut Kelas
Diameter (Rp/pohon/10 tahun)
(Table 3. Logged Distribution and Price Rate of Diameter Class (Rp/tree/10
years)
Diameter (cm) Persen (%) Volume (M3) Harga (Rp/ M3) Nilai (Rp/phn)
5 - 9 12.77 0.04 - -
10 - 14 12.77 0.10 14,520.00 1,452.00
15 - 19 21.77 0.16 35,200.00 5,632.00
20 - 24 12.77 0.25 76,325.00 19,081.25
25 Up 38.17 0.44 84,080.00 36,995.20
Sumber :Harga, Wahyu Andayani 2003.
Dari table tersebut terlihat bahwa kayu sengon berdiameter kecil tidak
mempunyai tingkat harga dipasaran, dan juga tingkat harga berbandaing lurus
dengan ukuran diameter, hal tersebut berkaitan tingkat rendemen yang dapat
dihasilkan kayu bulat tersebut.
Dari keselurahan yang telah diutarakan terdahulu, apabila petani
menginginkan daur tanamannya 15 (lima belas) tahun, dengan asumsi riap
rata-rata tahunan adalah 17 m3 dan potensi tegakan sebesar 174 m3 , sehingga
dalam jangka lima tahun akan diperoleh potensi tegakan sebesar 174 + (17x5)
= 259 m3 .
Cara mudah untuk tingkat petani guna melakukan pengaturan hasil
adalah dengan membagi lima, potensi tegakan lima tahun kedepan, sehingga
diperoleh 259 m3 : 5 = ± 52 m3 , setara dengan 52 m3 : 0.44 m3 = ± 118
pohon atau batang, (jumlah pohon bernilai ekonomi = ± 589 pohon).
Jumlah pohon atau batang sebanyak 118 atau setara dengan 52 m3
adalah etat tebangan atau tebangan tahunan yang diijinkan untuk memperoleh
hasil yang berkesinambungan, jumlah tersebut apabila dinilaikan dengan uang
akan setara dengan Rp 4,372,160,- .
Pengelolaan hutan rakyat sengon umur 10 (sepuluh) tahun dengan daur
akhir 15 tahun, akan memberikan konstribusi pendapatan petani sebesar Rp
4,372,160,-/tahun/ha atau Rp 364,346.67,-/bulan/ha.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uraian di muka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebaran diameter sengon pada umur 10 (sepuluh) tahun pada lokasi
pengamatan masih menunjukkan sebaran yang tidak normal
2. Diperlukan dilakukannya penjarangan terhadap diameter-diameter kecil
(tingkat pancang) yang tidak memberikan nilai ekonomi dan pemanenan
terhadap diameter besar (tingkat pohon besar) dengan jumlah tertentu.
3. Diperlukan teknik pengaturan hasil yang sederhana dan mudah dipahami
dan dilaksanakan oleh petani hutan rakyat
B. Saran
Pengamatan terhadap tanaman muda sampai sampai akhir daur sangat
diperlukan untuk mendapatkan gambaran sebaran dan potensinya, sehingga
pengelolaan hutan rakyat sengon dapat dilakukan lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Andayani, W. 2003. Efiseiensi Pemasaran Kayu Sengon Rakyat Di Daerah
Sentra Produksi Kabupaten Wonosobo, Jurnal Hutan Rakyat, Pusat Kajian
Hutan Rakyat, Fakultas Kehutanan UGM.

Wibowo, S., Bainah,S.D., Indriyanto. 2003. Kajian Daur Finasial dan


Kelestarian Hasil Hutan Rakyat Jati di Desa Tambak Rejo dan Wates
Kecamatan Gading Reji Kabupaten Tanggamus. Jurnal Hutan Rakyat, Pusat
Kajian Hutan Rakyat, Fakultas Kehutanan UGM.
Sessi Tanya -Jawab

Tanya
Ir. Nugroho, MSc dan Drs Agus W MSc.
Apakah ada upaya petani untuk menunda pemanenannya sampai umur 15 tahun
dan apakah dilakukan oleh petani HR sengon.
Jawab
Upaya menunda sampai umur tertentu sebenarnya tidak ada,, yang ada adalah
pola pengelolaan tebang butuh yang akan menyebabkan ketidakpastian daur tabng
HR, dan itu yang terjadi hampir di setiap HR di Wonosobo.
Tanya
Ir. Purwanto
Mengapa harus dikonversikan dari satuan plot ke satuan hektar
Jawab
Satuan plot dengan luasan tertentu dan bukan merupakan satuan luasan yang
umum (standart) kadang membingungkan, jadi pengkonversian kedalam satuan
hektar adalah untuk lebih memudahkan perhitungan-perhitungannya.
Tanya
Drs Prapto Hendro
Dari tulisan tersebut belum terlihat jawaban tentang bagaimana pengaturan hasil
dihubungkan dengan kelestarian hasil.
Jawab
Sebenarnya jawabannya sudah ada, seperti jumlah pohon yang harus ditebang
pertahunnya, tetapi cara ini adalah cara-cara sederhana yang mudah dimengerti
petani HR dan dilaksanakan.

You might also like