You are on page 1of 6

ASKEP PREEKLAMSI

Posted on April 28, 2008 by harnawatiaj

Preeklamsi

Pengertian
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam
masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.

Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu
disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.

Insiden
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab
utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis
dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya
perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus,
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah
akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan
air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena
retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

Manifestasi klinik
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang
berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia
ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan
sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium,
mual atau muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang
meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.

Tes Diagnostik
Tes diagnostik dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema, pengukuran
tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
Tes laboratorium dasar
Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan
apus darah tepi).
Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan
sebagainya).
Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
Uji untuk meramalkan hipertensi
Roll Over test
Pemberian infus angiotensin II.

Penanganan medik
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti mengenai tanda – tanda sedini
mungkin (pre eklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit
tidak menjadi lebih berat.
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsia.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya
mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga
kenaikan berat badan yang berlebihan.
Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.
Hendaknya janin lahir hidup.
Trauma pada janin seminimal mungkin.

SUMBER:

Depkes, RI, Perawatan Kebidanan Yang Berorientasi Pada Keluarga, (Perawatan III),
Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, 1990.

Doenges, ME dan Moorhouse, MF, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2, Jakarta,


EGC, 2001.

Hamilton, MP, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Jakarta, EGC, 1995.

Mansjor A, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Media Aeusculapius, 1999.

Mochtar Rusta, Sinopsis Obstetri, Jilid 1 dan Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998.

Prawirohardjo S, Ilmu Kebidanan dan Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 3, Yayasan Bina
Pustaka, 1999.

Prawirohardjo S, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,


Yayasan Bina Pustaka, 2000.

Sulaiman S, Obstetri Fisiologi, Bagian Obstetri Gynekology Fakultas Kedokteran


UNPAD, Bandung, 1989.
PRE EKLAMPSIA

By : Sutrisno. S.केप, Ns

I. Pengertian
Preeklampsia adalah penyakit yang diderita oleh ibu hamil yang ditandai dengan adanya
hipertensi, oedema, dan proteinuri. Tetapi bumil tidak menunjukan tanda-tanda kelainan
hipertensi sebelum hamil (Rustam Mucthar, 1998). Dimana gejala preeklampsi biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.
II. Etiologi
Secara pasti penyebab timbulnya gejala tersebut belum diketahui secara pasti, teori yang
digunakan oleh ilmuwan belum dapat menjawab beberapa hal berikut :
Frekuensi bertambah banyak pada primigravida, kehamilan ganda, hidramion, dan mola
hidatidosa.
Sebab bertambanya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan .
Sebab jarang terjadinya preeklampsi pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
Sebab timbulnya hipertensi, oedema, dan proteinuri.
Dari semua gejala tersebut, gejala awal yang muncul adalah hipertensi, dimana untuk
menegakkan diagnosa tersebut adalah yaitu kenaikan tekanan sistole paling tidak naik
hingga 30 mmHg atau lebih dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya. Kenaikan
diastolik 15 mmHg atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Untuk memastikan diagnose
tersebut harus dilakukan pemeriksaan tekanan darah minimal dua kali dengan jarak
waktu 6 jam pada saat istirahat.
Oedema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh
dan biasanya dapat diketahui dengan kenaikan BB yang berlebihan serta pembengkakan
kaki, jari tangan dan muka. Bila kenaikan BB lebih dari 1 Kg setiap minggunya selama
beberapa kali ,maka perlu adanya kewaspadaan akan timbulnya preeklampsi.
Proteinuri berarti konsentrasi protein dalam urin > 0,3 gr/liter urin 24 jam atau
pemeriksaan kuantitatif menunjukkan + 1 atau + 2 atau 1 gr/liter atau lebih dalam urine
midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam . Proteinuri timbul
lebih lambat dari dua gejala sebelumnya, sehingga perlu kewaspadaan jika muncul gejala
tersebut.

III. Patofisiologi.
Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu mengalami spasme
pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi ( suatu usaha untuk mengatasi
kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya spasme
pembuluh darah menyebabkan perubahan – perubahan ke organ antara lain :
a. Otak .
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi oedema yang
menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan CVA ,serta kelainan visus
pada mata.
b. Ginjal.
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang
maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi natirum lewat glomelurus
mengalami penurunan sampai dengan 50 % dari normal yang mengakibatkan retensi
garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.
c. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta maka akan
terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin,
gawat janin , serta kematian janin dalam kandungan.
d. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan menyebabkan partus
prematur.
e. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga oksigenasi terganggu
dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami aspirasi paru /
abses paru yang bisa menyebabkan kematian .
f. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan perdarahan
subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium, serta ikterus.

IV. Klasifikasi Preeklampsi :


Preeklampsi ringan ditandai :
Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan intrerval 6 jam pemeriksaan.
Tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg.
BB naik lebih dari 1 Kg/minggu.
Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 – 2 pada setiap urine kateter atau
midstearh.
Preeklampsi berat ditandai :
- Tensi 160/110 mmHg atau lebih.
- Oliguri, urine , 400 cc/24 jam.
- Proteinuri > dari 3 gr/l.
Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan penglihatan, gangguan
kesadaran, oedema paru dan sianosis.

V. Predisposisi preeklampsi meningkat pada kehamilan :


Penyakit Trophoblastic
Terjadi pada 70 % dari wanita dengan mola hidatidosa terutama pada usia kehamilan 24
minggu.
Multigravida
Walaupun kejadian preeklampsi lebih besar pada primigravida, insidennya meningkat
juga pada multipara kejadiannya hampir mendekati 30 %.
Penyakit Hipertensi kronik.
Penyakit Ginjal kronik.
Hidramnion, gemmeli.
Usia ibu lebih dari 35 tahun.
Cenderung Genetik.
Memiliki riwayat Preeklampsi.
DM, insiden 50 %.
Obesitas.
VI. Penanganannya.
a. Preeklampsi Ringan :
Jika kehamilan kurang 37 minggu dilakukan pemeriksaan 2 kali seminggu secara rawat
jalan :
Pantau tensi, proteinuri, reflek patela, dan kondisi janin.
Lebih banyak istirahat.
Diet biasa.
Tidak perlu obat-obatan.
Preeklampsi Berat :
Penangananya sama, kecuali persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah kejang.
Pengkajian
Anamnese :
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkwinan, berapa kali nikah, dan
berapa lama.
Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah pernah melakukan ANC,
terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan
penglihatan kabur.
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru.
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau preeklampsi.
Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita penyakit jantung, ginjal,
HT, dan gemmeli.
Pola pemenuhan nutrisi.
Pola istirahat.
Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan.
Pemeriksaan fisik :
Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan menekan bagian
tertentu dari tubuh.
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress, kelainan jantung,
dan paru pada ibu.
Perkusi : untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian Mg SO4.
Pemeriksaan penunjang :
Tanda vital yang diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
Laboratorium : proteinuri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau + 1 sampai + 2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis
urine meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml.
USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta.
NST : untuk menilai kesejahteraan janin.
Analisa Data
Setelah pengumpulan data langka berikutnyaadalah menganalisa data dengan
mengelompokan data subyektif dan obyektif, etiologi, dan kemudian masalah
keperawatannya.
Diagnosa keperawatan yang muncul :
Diagnosa PEB
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d retensi air dan garam.
Gangguan perfusi jaringan ginjal b/d vasokntriksi, spasme, dan oedema glomelurus.
Resiko tinggi injury ibu b/d penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tensi.
Resiko tinggi janin b/d perubahan perfusi pada plesenta.
Diagnosa PER
Cemas b/d Ketidaktahuan tentang penyakit dan penanganannya.
Resiko tinggi terjadinya PEB.

Refferensi
JNPKKR - POGI ,2000. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka.
Manuaba, Ida Bagus Gede ,1998. Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB. Jakarta :
EGC.
Myles MF, Text Book For Midwive, Churchillivine Stone, London,1998.
Prawirohardjo, Sarwono, 1997. Ilmu Kebidanan . Jakarta YBP. SP.
Rustam Mocthar, 1992. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC.
Taber. Ben Zion, MD ,1994. Kapita Sclekta : Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi.
Penerbit EGC. Jakarta.
Yasmin Asih, 1995. Dasar-Dasar Keperawatan, Maternitas EGC, Jakarta.
Diposkan oleh trisnoners di 04:18 0 komentar Link ke posting ini
Label: MATERNITY

You might also like