Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Mohamad Mahsun, SE, M.Si, Ak.
dipertimbangkan agar suatu standar tidak menyimpang jauh dari teori dan tetap
Tulisan ini mencoba mengidentifikasi PSAK 1994 (edisi revisi per Juni 1999)
(keseragaman). Dalam hal ini perlu kiranya diidentifikasi apakah standar dirumuskan
sebagai finite uniformity, rigid uniformity atau mungkin fleksibilitas. Jika perumusan
suatu standar memperhitungkan faktor finite dan rigid uniformity secara tepat akan
yang seragam lebih ditujukan untuk menambah daya banding laporan keuangan.
1
perusahaan, seperti current ratio atau debt equity ratio, maka mereka memerlukan
ratio yang dapat dibandingkan berdasarkan informasi yang diolah dengan prosedur
yang uniform. Prosedur dan praktek yang beragam akan menimbulkan kesulitan
ketika para pengguna berniat melakukan perbandingan. Konsep uniformity ini juga
manipulasi informasi.
diseragamkan secara kaku. Kritik lain terhadap konsep uniformity ini mengatakan
bahwa uniformity merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi dan kebebasan
manajemen. Hal ini menjadi permasalahan sendiri, yaitu seberapa jauh suatu
menerapkan konsep uniformity ini. Selain itu perlakuan ke dalam klasifikasi finite dan
adalah untuk mencapai tingkat komparabilitas yang tinggi. Sejalan dengan arus
globalisasi, kebutuhan akan komparabilitas ini tidak hanya dirasakan oleh para pelaku
ekonomi lokal atau nasional. Kebutuhan untuk komparabilitas ini semakin meluas
terhadap perusahaan induk dan berbagai perusahaan anak yang tersebar di beberapa
negara. Hal ini menuntut ditetapkannya rumusan standar akuntansi yang uniform
2
Beresford (1994,hal.65) menyatakan bahwa diperlukan standar akuntansi
untuk penilaian faktor ekonomi internal dan tingkat efektifitas perusahaan. Standar
nasional, melakukan pelatihan untuk para pegawai dan juga dalam menyesuaikan
menunjukkan dengan jelas bahwa banyak pihak yang semakin menuntut adanya
perlakuan yang seragam terhadap keadaan yang sama atau serupa. Menghadapi
Standar yang uniform dalam skala nasional hanya dapat dimanfaatkan oleh sebagian
pengguna saja.
KOMPARABILITAS
keaadan yang sama atau serupa tidak mudah. Penyeragaman secara kaku justru bisa
membuat substansinya bias dan tidak cocok untuk dibandingkan. Identifikasi terhadap
keadaan yang akan diseragamkan harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat.
Pada dasarnya penerapan standar yang uniform ini memang tidak bisa
dilakukan dengan serta merta. Diperlukan suatu proses secara bertahap dan
3
dari standar akuntansi nasional. Komite ini menerapkan comparibility project dalam
akuntansi yang ada menuntut suatu evolusi untuk tercapainya comparibility project
ini.
Pertama, menjalin kerjasama yang baik dengan para pengguna (negara anggota) untuk
kedaerahan atau lokal harus diminimumkan dengan usaha keras. Ketiga, IASC harus
menyiapkan faktor pendanaan yang cukup untuk bisa mencapai tujuan tersebut.
standar akuntansi nasional kemungkinan tidak jauh berbeda dengan apa yang tengah
dihadapi IAS. Hal ini terutama jika standar akuntansi nasional dirumuskan dengan
DASAR UNIFORMITY
yang penting secara ekonomi yang dapat mempengaruhi secara luas kejadian-kejadian
yang mirip atau serupa. Keadaan yang dimaksud adalah kondisi umum atau faktor
yang berkaitan dengan kejadian kompleks yang diharapkan mempengaruhi timing dari
arus kas. Keadaan tersebut mungkin bisa diketahui pada saat kejadian (present
4
Konsep finite uniformity berusaha menyamakan metode akuntansi yang
ditentukan dengan relevance circumstances yang ada dalam situasi serupa secara
umum. Konsep rigid uniformity berusaha menentukan satu metode untuk transaksi
fleksibilitas diterapkan pada situasi tidak ada relevance circumstances tetapi terdapat
Konsep finite dan rigid uniformity di atas semestinya digunakan sebagai dasar
dengan biaya yang murah seharusnya diterapkan finite uniformity. Jika terdapat
kejadian sederhana ataupun kompleks dan finite uniformity tidak dapat diterapkan
atau biayanya mahal seharusnya diterapkan rigid uniformity. Standar yang ditetapkan
Konsep di atas adalah tinjauan dari segi normatif. Pada dasarnya hal ini
merupakan tugas berat institusi perumus standar untuk bisa patuh terhadap sisi
menerapkan konsep uniformity ini. Hal ini bisa dilihat dalam SFAS No.13 tentang
pengkapitalisasian lease, APB Opinion No.16 tentang purchase vs pooling, ARB 51,
APB Opinion No.18, SFAS No.94 tentang pemilihan antara full consolidation, equity,
metode cost atas saham biasa dari perusahaan yang dipegang untuk tujuan
pengendalian, SFAS No.2 tentang biaya riset dan pengembangan, dan juga APB
Opinion No.29 tentang perolehan aktiva dari donasi. Menurut konsep uniformity, jika
5
dan jika tidak ada relevance circumstances akan diperlakukan rigid uniformity. SFAS
Akuntansi Keuangan (SAK). Dalam perumusan standar ini IAI menggunakan IAS
sebagai acuan dengan mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan usaha yang ada
di Indonesia. Dalam edisi revisi SAK per 1 Juni 1999 IAI telah berhasil merumuskan
finite dan rigid uniformity. Identifikasi ini lebih dimaksudkan untuk menganalisis
deviasi yang terjadi terhadap teori yang berkembang serta alasan institusi perumus
(IAI) menetapkan standar yang mungkin menyimpang dari konsep. Identifikasi setiap
sejumlah dasar pengukuran yang berbeda dalam derajat dan kombinasi yang
6
tidak langsung.
3. A.PSAK No.3, B.Laporan Keuangan Interim, C.Tidak, D.Rigid Uniformity, E.
diseragamkan secara kaku untuk perusahaan tertentu seperti bank dan asuransi.
4. A.PSAK No.4, B.Laporan Keuangan Konsolidasi, C.Tidak, D.Rigid
industri dan geografis dapat ditentukan dengan berbagai cara. Standar tidak
antara lain meliputi beban pendirian perusahaan. Jika tidak memenuhi kriteria
E.Telah diganti oleh PSAK No.1 (revisi 1998) Penyajian Laporan Keuangan.
10. A.PSAK No.10, B.Transaksi Dalam Mata Uang Asing, C.Ya, D.Rigid
7
Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Untuk memasukkan transaksi dalam valuta
mata uang pelaporan perusahaan, yaitu mata uang yang digunakan dalam
perusahaan.
12. A.PSAK No.12, B.Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi Dalam
timbul akibat bagian partisipasi venturer pada joint ventures dan jika venturer
dari venturer.
13. A.PSAK No.13, B.Akuntansi Untuk Investasi, C.Tidak, D.Fleksibilitas, E.
dicatat pada nilai terendah antara biaya dan nilai pasar. Sementara standar
F.Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih mana
yang lebih rendah. Biaya persediaan bisa dihitung dengan menggunakan rumus
pengaruh signifikan (20% atau lebih hak suara) maka investasi pada investee
dicatat dengan metode ekuitas, dan jika investor tidak mempunyai pengaruh
8
signifikan (kurang dari 20% hak suara) maka investasi pada investee dicatat
perusahaan untuk memilih metode penyusutan aktiva tetap dengan syarat harus
antara lain metode garis lurus, jumlah angka tahun, saldo menurun, jam jasa,
jumlah unit produksi, berdasarkan jenis dan kelompok, anuitas dan sistem
persediaan. Dalam hal ini perusahaan diberi kebebasan untuk memilih salah
Rigid Uniformity, F.Untuk tujuan penyusunan laporan aktiva bersih dan laporan
perubahan aktiva bersih investasi dana pensiun harus dinilai dengan nilai wajar
(fair value).
19. A.PSAK No.19, B.Aktiva Tak Berwujud, C. Tidak, D.Rigid Uniformity, E.
9
pengelompokkan modal disetor, saldo laba, selisih penilaian kembali aktiva
saat terjadinya, namun untuk biaya pinjaman yang secara langsung dapat
10
keuangan dalam bentuk dan keterincian yang berbeda sepanjang memberikan
metode full cost maupun succesfull effort. Pada metode full cost semua biaya
dikapitalisasi sebagai bagian dari asset minyak dan gas bumi dan metode
perusahaan minyak dan gas bumi sebagai satu kesatuan asset sehingga semua
capital lease bagi penyewa guna usaha dan finance lease bagi perusahaan sewa
guna usaha.
31. A.PSAK No.31, B.Akuntansi Perbankan, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite
umur ekonomisnya.
11
34. A.PSAK No.34, B.Akuntansi Kontrak Konstruksi, C.Ya, D.Rigid Uniformity,
atau biaya pembangunan atau sebesar nilai wajar dipilih yang paling obyektif.
40. A.PSAK No.40, B.Akuntansi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan atau
12
42. A.PSAK No.42, B.Akuntansi Perusahaan Efek, C.Ya, D.Fleksibilitas, E.Finite
Uniformity, F.Penyajian laporan rugi laba bisa dalam bentuk multiple step
maupun single step. Hal ini karena beban dalam melakukan berbagai kegiatan
real estat bisa diakui dengan tidak menggunakan metode akrual penuh.
45. A.PSAK No.45, B.Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba, C.Ya, D.Finite
diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan rugi laba periode berjalan
kecuali PPh berasal dari transaksi yang langsung dikreditkan atau dibebankan
kualitas tanah tidak layak untuk operasi utama entitas dan sifat operasi utama
tanah meninggalkan tanah dan bangunan begitu saja jika proyek selesai.
48. A.PSAK No.48, B.Penurunan Nilai Aktiva, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite
13
alasan penjelasan.
49. A.PSAK No.49, B.Akuntansi Reksadana, C.Ya, D.Rigid Uniformity, E.Finite
keuangan yang meliputi laporan aktiva dan kewajiban, laporan operasi, laporan
E.Finite Uniformity, F.Teknik penilaian aktiva dan kewajiban jika tidak ada
nilai pasar ditentukan dengan estimasi. Estimasi ini dilakukan dengan beberapa
E.Finite Uniformity, F.Mata uang selain mata uang fungsional dianggap sebagai
mata uang non fungsional, sedangkan mata uang fungsional dianggap sebagai
digunakan dalam suatu periode untuk mengestimasi nilai wajar opsi tidak
manajemen risiko entitas yang bersangkutan untuk setiap jenis lindung nilai.
14
kualitatif tambahan.
PENUTUP
kendala uniformity dalam menurunkan standar dari postulat yang ada. Penyimpangan
rumusan standar terhadap konsep uniformity yang ada sebetulnya semata-mata karena
banyak pertimbangan baik politik, sosial mapun ekonomi yang harus diperhitungkan
oleh IAI.
Berkaitan dengan konsep uniformity ini ada baiknya SAK yang dirumuskan
uniformity. Pada dasarnya rigid uniformity ini dari segi metode memang komparabel
tetapi substansinya belum tentu komparabel. Akan lebih baik jika sebagian besar
komparabilitas yang luas. Meskipun mengadopsi dari IAS, jika dicermati SAK ini
memang cukup memperhatikan kondisi usaha yang ada di Indonesia. Hal ini bisa
dilihat dalam PSAK No.30 tentang akuntansi sewa guna usaha. Standar berusaha
dengan mengelompkkan capital lease bagi penyewa guna usaha dan finance lease
bagi perusahaan sewa guna usaha. PSAK No.20 tentang biaya riset dan
15
circumstances dalam hal biaya tersebut menghasilkan produk baru atau tidak
menghasilkan produk baru. Jika biaya riset dan pengembangan menghasilkan produk
baru maka akan dikapitalisasi sebagai aktiva dan sebaliknya jika tidak menghasilkan
16
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan per Juni 1999. Buku Satu.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 1999.
Purvis, S.E.C., Helen Gernon, dan Michael A. Diamond. “The IASC and Its
Comparability Project: Prerequisites for Success”. Dalam Readings and
Notes on Financial Accounting. Ed. Zeff, Stephen A. dan Bala G. Dharan.
Singapore: Mc. Graw-Hill, Inc., 1994.
Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L. Dodd. Accounting Theory: A
Conceptual and Institutional Approach. Fifth Edition, Cincinnati: South-
Western College Publishing, 2001.
17