You are on page 1of 11

MAKALAH KIMIA DASAR

“OKSIDIMETRI”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
Afriyanti
Anggit Akmaliya
Fierda Rizanty
Maria Pusuma R.
Mayu Dini A.
Putri Ayupertiwi W.
PENGERTIAN OKSIDIMETRI
Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan
bersifat sebagai oksidator.
Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :
 Permanganometri, larutan bakunya : KMnO 4
 Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7
 Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO4
 Iodimetri, larutan bakunya : I2
Titrasi oksidi-reduktometri merupakan teknik titrasi yang melibatkan
perpindahan elektron dengan pelibatan unsur yang mengalami perubahan tingkat
oksidasi (Darusman 2001). Titrasi I 2 dan natrium sulfat merupakan salah satu
teknik yang menggunakan prinsip reduktometri. Iodometri dapat pula digunakan
dalam analisis kuantitatif kandungan vitamin C karena I 2 dapat mengoksidasi
vitamin C.
Dasar reaksi oksidimetri ialah reaksi oksidasi-reduksi antara zat penitrasi dan
yang dititrasi. Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan
reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu.
Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi
dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+,
asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam
yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat
diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan
dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam
oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion
logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai
garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam,
ditambahkan pula larutan baku FeSO 4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh
khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya
dengan KMnO4.
PRINSIP PERCOBAAN
Reaksi oksidasi reduksi antara zat penitrasi dan zat yang dititrasi menjadi dasar
dalam reaksi oksidi-reduktometri. Dalam reaksi redoks pasti ditemukan unsur yang
mengalami kenaikan bilangan oksidasi dan unsur lain yang mengalami penurunan
bilangan oksidasi pada waktu yang bersamaan. Pada titrasi redoks ada dua jenis
indikator, yaitu indikator khusus yang bereaksi dengan salah satu komponen yang
bereaksi dan indikator oksidasi-reduksi yang sebenarnya yang tidak tergantung dari
salah satu zat, tetapi hanya ada perubahan potensial larutan selama titrasi.
Potensial saat terjadinya perubahan warna tergantung dari potensial standar
indikator yang bersangkutan. (Harjadi 1986)
Oksidimetri merupakan suatu teknik titrasi yang menggunakan titrant  sebagai suatu
oksidator. Permanganometri merupakan salah satu contoh reaksi oksidimetri. Reaksi
tersebut termasuk titrasi oksidimetri yang melibatkan KMnO4 dalam suasana asam
yang bertindak sebagai oksidator sehingga ion MnO4- berubah menjadi Mn2+
sesuai dengan reaksi berikut: 5 e + 8 H+ + MnO4- → Mn2+ + 4 H2O. Kalium
Permanganat telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi selama lebih dari
100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak
membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Permanganat
bereaksi cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi ini, namun
beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta banyak bahwa banyak reaksi
permanganat berjalan lambat akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan
dalam reagen ini. Penentuan konsentrasi KMnO4 misalnya dapat dilakukan dengan
larutan baku Natrium Oksalat. (Harjadi 1986)
Reduktometri merupakan teknik titrasi yang menggunakan titrant sebagai suatu
reduktor . Iodometri merupakan contoh dari reaksi reduktometri. Dasar dari cara
iodometri adalah reaksi keseimbangan dari iodom dan iodida. Normal potensial
reduksi dari system reversible adalah  I2 + 2e → 2I…………………..0.5354 volt.
Titrasi iodometri ada 2 cara yaitu :
-       Cara Langsung
Menurut cara ini suatu zat reduksi dititrasi langsung oleh iodom. Misal pada titrasi
Na2S2O3 oleh I2.
-       Cara Tak Langsung
Dalam hal ini ion iododa sebagai pereduksi diubah menjadi iodium-iodium yang
terbentuk dititrasi dengan larutan standart Na 2S2O3. Jadi cara ini digunakan untuk
menentukan zat pengoksidasi. Misal pada penentuan suatu zat oksidator ini (H 2O2).
Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk
iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan.
Na2S2O3 . H2O2 + KI + 2HCl → I2 + 2 KCl +2 H2O (Harjadi 1986).
TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa menganalisis ion-ion dengan cara
redoks, yang merupakan latihan pendahuluan analisis redoks lainnya.
PROSEDUR
Prosedur kerja dalam percobaan “Oksidi-Reduktometri” sama dengan yang terdapat
pada buku “Penuntun Praktikum Kimia Analitik” Departemen Kimia FMIPA IPB.
HASIL PERCOBAAN
Tabel 1 Standardisasi Na2S2O3
Volume Na2S2O3 (ml) [Na2S2O3]
Ulangan Volume KI (ml)
awal akhir terpakai (N)
1 10 11 21.6 10.6 0.0943
2 10 1.1 11.2 10.1 0.0990
3 10 11.2 21.5 10.3 0.0971
Rata-rata [Na2S2O3] 0.0968
Reaksi                   : KIO3 + 5 KI + 6 HCl → 6 KCl + 3 I2 + 3 H2 │x1
3 Na2S2O3 + 3 I2 → 6 NaI + 3Na2S4O3 │x3
3 Na2S2O3 + KIO3 + 5 KI + 6 HCl → 6 NaI +
Na2S4O6 + 6 KCl + 3 H2O
Indikator               : amilum
Perubahan warna   : coklat kemerahan       kuning muda (kemudian ditambahkan
amilum)         biru          tidak berwarna
Contoh perhitungan
 Konsentrasi KIO3
Pada ulangan pertama
(VxN)KIO3 =  (VxN) Na2S2O3
10 ml x 0.1 N  = 10.6 ml x N
N =
N   = 0.0943 N
 Rata-rata normalitas Na2S2O3
Rata- rata        =   N
= 0.968 N
Bobot KIO3 percobaan    = 0.1787 gram
N KIO3 percobaaan         = 0.1002 N
Bobot KIO3 percobaan    =
0.1787 gram     =
N    = 0.1002 N
Tabel 2 Standardisasi I2
Volume I2 (ml)
Ulangan [I2] (N)
awal akhir terpakai
1 0 10.3 10.3 0.0940
2 10.3 20.7 10.4 0.0931
3 20.7 31.1 10.4 0.0931
Rata-rata I2 0.0934
Reaksi                   : 2Na2S2O3 + I2 → 2NaI +Na2S4O3
Indikator               : amilum
Perubahan warna   : tidak berwarna menjadi biru
Contoh perhitungan
 Konsentrasi I2
Pada ulangan pertama
(VxN)I2 =  (VxN) Na2S2O3
10.3 ml x N = 10 ml x 0.0968 N
N             =
N = 0.0940 N
 Rata-rata normalitas I2
Rata- rata =   N
= 0.0934 N
Tabel 3 Penentuan Kadar vitamin C
Bobot Volume I2 (ml)
Jeruk Ulangan % b/b
(gram) Awal Akhir Terpakai
1 10.0513 0.5 1 0.5 0.0409
A 2 10.0612 1 1.5 0.5 0.0408
3 10.0000 1.5 2 0.5 0.0411
Rata-rata 0.0409
1 10.0050 3 3.4 0.4 0.0329
B 2 10.0000 3.4 3.8 0.4 0.0329
3 10.0027 3.8 4.2 0.4 0.0329
Rata-rata 0.0329
Reaksi                   : HC6H7O6 + I2 → C6H6O6 + 2 HI
Indikator               : amilum
Perubahan warna   : Orange       biru kehitaman
Contoh Perhitungan
 Konsentrasi jeruk A
(N·V) jeruk =  (N·V) I2
N x 50 ml       =  0.0934 N x 0.5 ml
N x 50 ml       =  0.0467
N                    =  9.34 x 10-4 N
 N rata-rata     =
=  9.34 x 10-4 N
 Bobot vitamin  C jeruk A (ulangan pertama)
BE asam askorbat =  BM =   x 176 = 88
Bobot vitamin C   =  BE x [jeruk] x V jeruk
=  88 x  9.34 x 10-4 N x 0.05 ml
=  4.1096 x 10-3 gram
 Kadar vitamin C jeruk A (ulangan pertama)
Kadar vitamin C    =  x 100 %
=  x 100 %
= 0.0409 %
 Konsentrasi jeruk B
(N·V) jeruk =  (N·V) I2
N x 50 ml       =  0.0934 N x 0.4 ml
N x 50 ml       =  0.0374
N                    =  7.472 x 10-4 N
 N rata-rata     =
=  7.472 x 10-4 N
 Bobot vitamin  C pada jeruk B (ulangan pertama)
BE asam askorbat =  BM =   x 176 = 88
Bobot vitamin C   =  BE x [jeruk] x V jeruk
=  88 x  7.472x 10-4 N x 0.05 ml
=  3.2877 x 10-3 gram
 Kadar vitamin C pada jeruk B (ulangan pertama)
Kadar vitamin C    =  x 100 %
=  x 100 %
= 0.0329 %

PEMBAHASAN
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
biloks, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biloks. Oksidator
adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan biloks.
Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan biloks.
Banyak titrasi redoks dilakukan dengan mengunakan indikator warna
(Khopkhar,2003).
Dalam banyak prosedur analitik, analit ada dalam lebih dari satu keadaan oksidasi
dan harus dirubah menjadi keadaan oksidasi tunggal sebelum dilakukan titrasi.
Pereaksi redoks yang digunakan harus mampu untuk mengubah analit secara
lengkap dan cepat kedalam oksidasi yang diinginkan (Underwood, 1990).
Titrasi redoks merupakan salah satu cara penentuan berbagai senyawa yang
mudah, cepat dan tepat. Akan tetapi, sebelum titrasi redoks dapat dijalankan,
senyawa yang akan ditentukan harus diubah seluruhnya terlebih dahulu menjadi
bentuk tereduksinya atau bentuk oksidasinya. Kalium permanganat merupakan
oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam (Rivai, 1995).
Iodium empunyai potensial standar + 0,54 V, karenanya merupakan pereaksi
oksidasi jauh lebih lemah, dari pada kalium permanganat. Sebaliknya ion iodida
merupakan suatu pereaksi reduksi yang cukup kuat. Iodium digunakan sebagai
pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi
(iodometri). Telah diketahui bahwa iodium ditahan karena adsorpsi pada permukaan
endapan tembaga (II) iodium dan berwarna lebih baik abu-abu dari pada putih
(Underwood, 1981).
Banyaknya pereaksi oksidasi kuat dapat dianalisa dengan menambahkan kalium
iodida berlebih dan dari iodium titrasi yang dibebaskan. Karena banyaknya pereaksi
oksidasi memerlukan larutan berasam untuk bereaksi dengan iodida, natrium
tiosulfat biasanya sebagai titran (Rivai, 1995).
Vitamin merupakan mikronutrien organik esensial. Nama vitamin pertama kali
digunakan bagi mikronutrien organik spesifik yang dibutuhkan untuk mencegah
penyakit kekurangan gizi yang di sebut beri-beri, selain itu juga untuk mencegah
terjadinya sariawan, dan lain sebagainya. Karena faktor ini mempunyai sifat-sifat
suatu amin, maka Casimir Funk, seorang ahli biokimia Polandia menyebutnya
vitamin. Kemudian setelah sejumlah mikronutrien organik esensial lainnya
ditemukan huruf “e” ditiadakan karena ditemukan bahwa tidak semua vitamin
merupakan amin. Adapun vitamin dibedakan menjadi  dua kelas ,yaitu:
Vitamin yang larut dalam air : Tiamin(vitamin B1), Riboflavin (vitamin B2), Asam
nikotinat, Asam pantotenat, Piridoksin (vitamin B6), Biotin, Asam folat, Vitamin B12,
Asam askorbat (vitamin C). Selanjutnya yaitu Vitamin yang larut dalam lemak
:Vitamin A, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin K.
Asam askorbat (vitamin C) banyak diperlukan dalam metabolisme. Sumber vitamin
C adalah buah sitrun, arbei, semangka, cabai, tomat, apel, jeruk, kol merah, dan
sayur-sayuran yang berdaun hijau. Meskipun telah diketahui sejak tahun 1970-an,
bahwa suatu faktor di dalam jeruk mencegah penyakit sariawan, faktor tersebut
belum diisolasi dan diidentifikasi sampai tahun 1933, ketika C. Glenking dan Waught
di Amerika akhirnya mengisolasi faktor anti sariawan dari sari jeruk. Vitamin C
mungkin merupakan vitamin yang larut dalam air yang paling kurang stabil. Vitamin
C tahan terhadap pembekuan.
Pada percobaan tidak dilakukan percobaan oksidimetri, sehingga praktikan hanya
melakukan percobaan reduktometri dan penentuan kadar vitamin C pada buah jeruk.
Pada praktikum reduktometri dilakukan percobaan dengan Na 2S2O3 sebagai
titrannya. Sebelum dititrasi, larutan Na 2S2O3 distandardisasi dengan menggunakan
larutan baku primer KIO3, yaitu dengan menambahkan 10 ml KI 1 N dan 10 ml HCl 1
N. Titrasi dilakukan secara triplo dengan menggunakan indikator amilum. Pada
ulangan pertama volume Na2SO3 yang terpakai sebanyak 10.6 ml, pada ulangan
kedua sebanyak 10.1 ml, dan voleme yang terpakai pada ulangan ketiga sebanyak
10.3 ml. Normalitas yang diperoleh dari percobaan yaitu 0.0943 pada ulangan
pertama, 0.0990 pada ulangan kedua, dan 0.0971 pada ulangan ketiga, sehingga
diperoleh rata-rata normalitas senilai 0.0968 N. Titrasi dilakukan dengan
menggunakan amilum sebagai indikatornya. Penambahan amilum ini harus
menunggu hingga mendekati titik akhir titrasi yaitu ketika iod tinggal sedikit, tampak
dari larutan yang berwarna kuning muda. Perlakuan tersebut dilakukan dengan
maksud agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkannya sukar lepas
kembali. Kompleks berwarna biru tua yang masih sangat jelas dibentuk oleh amilum
dengan I2 sekalipun I2 sedikit sekali. Pada titik akhir, iod yang terikat itu pun hilang
bereaksi dengan titrant sehingga warna biru lenyap mendadak dan perubahan
warnanya tampak sangat jelas.
Percobaan kedua yaitu standardisasi I 2, hasil standardisasi yang berupa konsentrasi
pasti dari I2 ini akan digunakan pada percobaan selanjutnya. Praktikan
menggunakan data sekunder pada percobaan kedua. Hal tersebut dikarenakan oleh
kegagalan berulang kali yang dialami praktikan saat melakukan percobaan.
Kegagalan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah kondisi-
kondisi dari larutan yang sudah tidak bagus lagi. Berdasarkan data sekunder,
didapat konsentrasi dari I2 adalah sebesar 0.0934 N.
Percobaan ketiga yang dilakukan oleh praktikan yaitu penentuan kadar vitamin C
dari buah jeruk. Kadar vitamin C yang ditetapkan secara iodimetri menggunakan iod
sebagai penitar. Vitamin C dalam Contoh bersifat reduktor kuat akan dioksidasikan
oleh I2 dalam suasana asam dan I 2 tereduksi menjadi ion iodide. Indikator yang
digunakan adalah amilum dengari perubahan warna dari orange menjadi biru
kehitaman.

Reaksi:
Pada percobaan digunakan 2 buah jeruk pada percobaan yaitu jeruk A dan jeruk B
dengan berat masing-masing 79.3116 gram dan 69.2346 gram. Masing-masing
buah jeruk dilakukan tiga kali ulangan. Berdasarkan hasil percobaan didapat kadar
vitamin C dari buah jeruk A adalah 0.0409 % untuk ulangan pertama, 0.0408% untuk
ulangan kedua, dan 0.0411% untuk ulangan ketiga,  sehingga diperoleh rataan
sebesar 0.0409% dengan volume I2 yang dibutuhkan untuk semua ulangan adalah
0.5 ml. Sedangakan untuk kadar vitamin C dari buah jeruk B yaitu 0.0329 % untuk
semua ulangan sehingga diperoleh rataan sebesar 0.0329% dengan volume I 2 yang
dibutuhkan untuk semua ulangan adalah 0.4 ml. Kadar vitamin C dari hasil
percobaan tersebut tergolong masih sangat rendah sekali  karena kurang dari 5%.

KESIMPULAN
Dasar reaksi Titrasi Oksidimetri ialah reaksi oksidasi reduksi antara zat penitrasi dan
zat yang dititrasi. Pada percobaan ini praktikan menitrasikan KIO 3 dengan Na2S2O3.
Perubahan warna (menandai akhir titrasi) terjadi lebih cepat setelah ditambahkan
indikator amilum daripada penambahan KI dan HCl sebelumnya. Dalam hal ini kanji
merupakan suatu indikator yang spesifik karena mampu bereaksi dengan cara yang
spesifik dengan salah satu dari reagen-reagennya dalam suatu titrasi untuk
menghasilkan sebuah warna. Hasil dari percobaan standardisasi diperoleh
konsentrasi Na2SO3 sebesar 0.0968 N. Kadar vitamin C rataan pada buah jeruk A
sebesar 0.0409 % dan bobot vitamin C sebesar 4.1096 x 10 -3 gram untuk ulangan
pertama, kedua dan ketiga. Sedangkan kadar vitamin C pada buah jeruk B sebesar
0.0329 % dan bobot vitamin C sebesar 3.2877 x 10 -3 gram baik untuk ulangan
pertama, kedua dan ketiga.

DAFTAR PUSTAKA
http://diantox.blogspot.com/2009/12/oksidimetri-laporankyu.html

http://ekanuryana.blogspot.com/2009/11/titrasi-oksidimetri.html

You might also like