Professional Documents
Culture Documents
GENETIC/TEORI GENETIK
CLOCK/PROGRAMMED THEORY)DENGAN
PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM
MUSKULOSKELETAL DAN
ASUHANKEPERAWATANNYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan ridho-Nya jualah akhirnya
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan selesai tepat
pada waktunya.
Sebelumnya, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Gerontik, Dian Wahyuni, S.Kep., Ns. yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahannya tentang mata kuliah
Gerontik.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, begitu juga kami
menyadari bahwa teknik menyusun dan materi yang kami sajikan ini
masih jauh dari pada sempurna, masih banyak kekurangan dan perlu
perbaikan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan tugas ini.
Demikianlah tugas ini kami susun, semoga bermanfaat bagi
semua pihak. Sekian dan terima kasih.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Penulis
I. TEORI AGING
• Sistem Muskular
Sistem muskular dipengaruhi oleh proses penuaan. Kekuatan
muskular mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu
kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Perubahan otot
disebabkan karena terjadinya penurunan massa otot dan kekuatan
otot yang terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu. Kerusakan
otot terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi secara
umum pada organ dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan otot
melambat dengan penambahan usia, dan jaringan atrofi digantikan
oleh jaringan fibrosa yang akhirnya mengakibatkan massa otot dan
kekuatan otot menurun.
Perubahan-perubahan itu dapat menyebabkan gangguan mobilitas
fisik dan resiko cedera.
Keterangan : teori yang dipilih sesuai atau terbukti. Hal ini terbukti
dari penjelasan diatas yang mengatakan bahwa dengan
penambahan usia maka regenerasi jaringan otot akan melambat.
Penjelasan ini sesuai dengan Programmed Theory yang mengatakan
suatu saat proses mitosis akan berhenti atau suatu saat tidak dapat
regenerasi kembali.
Masalah keperawatan:
• Resiko Cedera
• Sistem Skeletal
Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah massa otot tubuh
mengalami penurunan. Hilangnya lemak subkutan perifer cenderung
untuk mempertajam kontur tubuh dan memperdalam cekungan
disekitar kelopak mata, aksila, bahu dan tulang rusuk. Tonjolan
tulang (vertebra, krista iliaka, tulang rusuk, skapula) menjadi lebih
menonjol.
Proses penyerapan kalsium dari tulang untuk mempertahankan
kadar kalsium darah yang stabil, dan penyimpanan kembali kalsium
untuk membentuk tulang baru dikenal sebagai remodeling
(pembentukan kembali). Proses remodeling ini terjadi sepanjang
rentang kehidupan manusia. Kecepatan absorpsi tidak berubah
dengan penambahan usia. Kecepatan formasi tulang baru/osteoblast
mengalami perlambatan seiring dengan penambahan usia,
sedangkan osteoklas terus berlangsung, hal ini menyebabkan
hilangnya massa total tulang pada lansia. Akhirnya menyebabkan
tulang menjadi lemah/porus/rapuh/mudah patah sehingga mobilitas
fisik menjadi terganggu.
Pada diskus intervertebralis mengalami kekurangan cairan,
menyebabkan penyempitan ruang tulang belakang. Sehingga
mengakibatkan penyusutan atau berkurangnya tinggi 1,5 sampai 3
inci. Akhirnya terjadilah kifosis atau membungkuk atau lengkung
konveks tulang belakang yang berlebihan, serta pergerakan untuk
fleksi dan ekstensi tulang punggung bagian bawah mengalami
penurunan atau menjadi kaku.
Postur dan gaya berjalan mengalami perubahan. Postur, sebagai
akibat dari perubahan dalam tulang belakang, berubah menjadi
posisi fleksi. Perubahan/pergeseran bentuk postur ke arah pusat
gravitasi. Pada pria, gaya berjalan dengan langkahan yang kecil
dengan sikap yang lebih berbasis luas. Perempuan, menjadi berkaki
bengkok, dengan basis berdiri sempit, dan berjalan dengan langkah
yang terhuyung-huyung.
Keterangan : teori yang dipilih sesuai atau terbukti. Hal ini terbukti
dari penjelasan diatas yang mengatakan bahwa seiring dengan
penambahan usia maka kecepatan formasi tulang
baru/osteoblast/regenerasi tulang baru mengalami perlambatan.
Penjelasan ini sesuai dengan Programmed Theory yang mengatakan
suatu saat proses mitosis akan berhenti atau suatu saat tidak dapat
regenerasi kembali.
Masalah Keperawatan:
• Resiko Cedera
• Nyeri
• Sendi
Secara umum, terdapat kemunduran kartilago sendi/degenerasi
kartilago, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan
berat, dan pembentukan tulang di permukaan sendi.
Artikular tulang rawan mengalami pengikisan pada orang yang
semakin menua. Ini belum terbukti akibat langsung dari proses
penuaan atau hasil dari keausan pada sendi.
Ketika kartilago mengalami degenerasi maka kartilago menjadi
buram dan permukaan kartilago menjadi kasar, lapisan kartilago
menjadi tipis. Kemudian komponen kapsul sendi pecah, dan kolagen
pada jaringan penyambung meningkat. Akhirnya mengakibatkan
kekakuan sendi dan menimbulkan masalah nyeri, gangguan
mobilitas fisik, defisit perawatan diri.
Keterangan : teori yang dipilih sesuai atau terbukti. Hal ini terbukti
dari penjelasan diatas yang mengatakan bahwa seiring dengan
penambahan usia maka akan terjadi kemunduran kartilago
sendi/degenerasi kartilago. Penjelasan ini sesuai dengan
Programmed Theory yang mengatakan suatu saat proses mitosis
akan berhenti atau suatu saat tidak dapat regenerasi kembali atau
terjadinya degenerasi.
Masalah Keperawatan:
• Gangguan mobilitas fisik
• Resiko Cedera
• Nyeri
• Pasien mengatakan tidak mampu melakukan komponen kapsul sendi pecah yang
tugas sehari-hari seperti cuci piring dan pada akhirnya dapat menyebabkan
menyapu
suatu peningkatan kolagen pada
• Pasien mengatakan tidak mampu
jaringan penyambung. Pada pasien ini
membersihkan diri sendiri
akan terjadi suatu penurunan kekuatan
• Pasien mengatakan sulit mengganti dari sendi itu sendiri, pasien akan
pakaiannya.
mengeluhkan terjadinya
ketidakmampuan untuk melakukan
tugas sehari-hari, ketidakmampuan
untuk mebersihkan diri dan juga
kesulitan dalam melepaskan pakaian
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Kerusakan Muskuloskletal: penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada
waktu bergerak
• Tempat duduk
untuk mandi
• Alat mencuci
dengan pegangan
panjang
b. toilet
• Tempat duduk
toliet di tinggikan
• Pagar pegangan di
sekitar toilet
Kolaborasi
Mengidentifikasi
Atur evaluasi
masalah-masalah
kesehatan di rumah
yang mungkin
sebelum pemulangan
dihadapi karena
dengan evaluasi
tingkat
setelahnya
ketidakmampuan
aktual.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1 19 Oktober 2010 1. Mempertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan
• Membantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif pada daerah
nyeri sesuai kemampuan pasien.
1 21 Oktober 2010 4. Mengajarkan kepada pasien untuk menggunakan alat bantu yang tersedia untuk
digunakan dirumah, seperti :
a. mandi
b. toilet
• Lokasi nyeri
• Frekuensi nyeri
• Intensitas nyeri
2 23 Oktober 2010 3. Mengkaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri :
EVALUASI KEPERAWATAN
1 Evaluasi Sumatif
P: lanjutkan intervensi
22 Oktober S: Pasien mengatakan letak nyeri, frekuensi nyeri dan intensitas nyeri yang
2010 dirasakan.
2 Evaluasi Sumatif
O: Pasien tidak lagi terlihat kesakitan karena nyeri, dan pasien sudah dapat
melakukan aktivitas sehari-harinya.
P: Intervensi dihentikan
Proses (formatif).
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif terus menerus dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentuka tercapai. Metode
pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri dari analisa perencanaan tindakan keperawatan, open/chartaudit,
pertemuan kelompok, interview dan observasi dengan klien dan menggunakan form evaluasi. Sistem penulisan pada
tahap evaluasi ini biasanya menggunakan sistem “SOAP” atau metode dokumentasi lainnya.
Evaluasi dengan menggunakan model “SOAP” subjektif :
Subjektif : Perubahan keluhan yang dirasakan pada klien.
Objektif : Gejala atau tanda yang dapat dilihat dari tindakan yang telah dilakukan.
Analisa : Rencana terhadap keberhasilan asuhan keperawatan.
Planning : Yang akan dilaksanakan sesuai analia.
2. Hasil (Sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi
ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah objektif, fleksibel, dan
efisien. Adapun metode pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari close-chart audit, interview akhir pelayanan,
pertemuak akhir pelayanan dan pertanyaan kepada klien dan keluarga.
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu :
a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien tertentu.
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standard.
d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
e. Melakukan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.