You are on page 1of 24

HUBUNGAN TEORI AGING(TEORI CONTROL

GENETIC/TEORI GENETIK
CLOCK/PROGRAMMED THEORY)DENGAN
PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM
MUSKULOSKELETAL DAN
ASUHANKEPERAWATANNYA

TUGAS MATA KULIAH GERONTIK

DOSEN PENGASUH Dian Wahyuni, S.Kep., Ns.


DISUSUN OLEH :

Neza Purnama Sari 04071003003


Wisti Dwi Fitri 04071003021
Karolin Adhisty 04071003042

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan ridho-Nya jualah akhirnya
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan selesai tepat
pada waktunya.
Sebelumnya, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Gerontik, Dian Wahyuni, S.Kep., Ns. yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahannya tentang mata kuliah
Gerontik.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, begitu juga kami
menyadari bahwa teknik menyusun dan materi yang kami sajikan ini
masih jauh dari pada sempurna, masih banyak kekurangan dan perlu
perbaikan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan tugas ini.
Demikianlah tugas ini kami susun, semoga bermanfaat bagi
semua pihak. Sekian dan terima kasih.
Wassalamualaikum.Wr.Wb

Palembang, Oktober 2010

Penulis
I. TEORI AGING

Teori Control Genetic/Teori Genetik Clock/Programmed Theory


Teori penuaan-terencana berpusat pada program genetik sesuai
DNA kita. Kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, sebuah
kecendrungan tipe fisik dan fungsi mental yang telah ditentukan
sebelumnya. Warisan genetik tersebut sangat menentukan seberapa
cepat dan seberapa panjang kita hidup. Jika menggunakan
gambaran kasar, dapat dibayangkan setiap manusia hadir di muka
bumi bagaikan sebuah mesin yang sudah terprogram untuk
menghancurkan dirinya sendiri. Atau dengan kata lain, teori ini
menyatakan bahwa proses menua telah terprogram secara genetik.
Teori menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya
program jam genetik di dalam nuklei. Semua orang memiliki jam
biologis yang terus berdetak dan bisa berhenti kapan saja, lebih
cepat atau lebih lama beberapa tahun. Jam ini akan berputar dalam
jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka
akan menyebabkan berhentinya proses mitosis atau suatu saat tidak
dapat regenerasi kembali. Ketika jam berhenti berdetak, itu
merupakan pertanda bahwa tubuh kita mulai menua dan akhirnya
akan mati. Namun, sesuai dengan segala aspek warisan genetik
kita, waktu yang berlaku pada jam genetik ini bervariasi, tergantung
apa yang kita alami selama pertumbuhan dan bagaimana gaya hidup
kita.

II. HUBUNGAN TEORI AGING (TEORI CONTROL


GENETIC/TEORI GENETIK CLOCK/PROGRAMMED
THEORY) DENGAN PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM
MUSKULOSKELETAL.

• Sistem Muskular
Sistem muskular dipengaruhi oleh proses penuaan. Kekuatan
muskular mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu
kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Perubahan otot
disebabkan karena terjadinya penurunan massa otot dan kekuatan
otot yang terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu. Kerusakan
otot terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi secara
umum pada organ dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan otot
melambat dengan penambahan usia, dan jaringan atrofi digantikan
oleh jaringan fibrosa yang akhirnya mengakibatkan massa otot dan
kekuatan otot menurun.
Perubahan-perubahan itu dapat menyebabkan gangguan mobilitas
fisik dan resiko cedera.

Keterangan : teori yang dipilih sesuai atau terbukti. Hal ini terbukti
dari penjelasan diatas yang mengatakan bahwa dengan
penambahan usia maka regenerasi jaringan otot akan melambat.
Penjelasan ini sesuai dengan Programmed Theory yang mengatakan
suatu saat proses mitosis akan berhenti atau suatu saat tidak dapat
regenerasi kembali.

Masalah keperawatan:

• Gangguan Mobilitas fisik

• Resiko Cedera

• Sistem Skeletal
Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah massa otot tubuh
mengalami penurunan. Hilangnya lemak subkutan perifer cenderung
untuk mempertajam kontur tubuh dan memperdalam cekungan
disekitar kelopak mata, aksila, bahu dan tulang rusuk. Tonjolan
tulang (vertebra, krista iliaka, tulang rusuk, skapula) menjadi lebih
menonjol.
Proses penyerapan kalsium dari tulang untuk mempertahankan
kadar kalsium darah yang stabil, dan penyimpanan kembali kalsium
untuk membentuk tulang baru dikenal sebagai remodeling
(pembentukan kembali). Proses remodeling ini terjadi sepanjang
rentang kehidupan manusia. Kecepatan absorpsi tidak berubah
dengan penambahan usia. Kecepatan formasi tulang baru/osteoblast
mengalami perlambatan seiring dengan penambahan usia,
sedangkan osteoklas terus berlangsung, hal ini menyebabkan
hilangnya massa total tulang pada lansia. Akhirnya menyebabkan
tulang menjadi lemah/porus/rapuh/mudah patah sehingga mobilitas
fisik menjadi terganggu.
Pada diskus intervertebralis mengalami kekurangan cairan,
menyebabkan penyempitan ruang tulang belakang. Sehingga
mengakibatkan penyusutan atau berkurangnya tinggi 1,5 sampai 3
inci. Akhirnya terjadilah kifosis atau membungkuk atau lengkung
konveks tulang belakang yang berlebihan, serta pergerakan untuk
fleksi dan ekstensi tulang punggung bagian bawah mengalami
penurunan atau menjadi kaku.
Postur dan gaya berjalan mengalami perubahan. Postur, sebagai
akibat dari perubahan dalam tulang belakang, berubah menjadi
posisi fleksi. Perubahan/pergeseran bentuk postur ke arah pusat
gravitasi. Pada pria, gaya berjalan dengan langkahan yang kecil
dengan sikap yang lebih berbasis luas. Perempuan, menjadi berkaki
bengkok, dengan basis berdiri sempit, dan berjalan dengan langkah
yang terhuyung-huyung.
Keterangan : teori yang dipilih sesuai atau terbukti. Hal ini terbukti
dari penjelasan diatas yang mengatakan bahwa seiring dengan
penambahan usia maka kecepatan formasi tulang
baru/osteoblast/regenerasi tulang baru mengalami perlambatan.
Penjelasan ini sesuai dengan Programmed Theory yang mengatakan
suatu saat proses mitosis akan berhenti atau suatu saat tidak dapat
regenerasi kembali.

Masalah Keperawatan:

• Gangguan Mobilitas Fisik

• Resiko Cedera

• Nyeri

• Sendi
Secara umum, terdapat kemunduran kartilago sendi/degenerasi
kartilago, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan
berat, dan pembentukan tulang di permukaan sendi.
Artikular tulang rawan mengalami pengikisan pada orang yang
semakin menua. Ini belum terbukti akibat langsung dari proses
penuaan atau hasil dari keausan pada sendi.
Ketika kartilago mengalami degenerasi maka kartilago menjadi
buram dan permukaan kartilago menjadi kasar, lapisan kartilago
menjadi tipis. Kemudian komponen kapsul sendi pecah, dan kolagen
pada jaringan penyambung meningkat. Akhirnya mengakibatkan
kekakuan sendi dan menimbulkan masalah nyeri, gangguan
mobilitas fisik, defisit perawatan diri.
Keterangan : teori yang dipilih sesuai atau terbukti. Hal ini terbukti
dari penjelasan diatas yang mengatakan bahwa seiring dengan
penambahan usia maka akan terjadi kemunduran kartilago
sendi/degenerasi kartilago. Penjelasan ini sesuai dengan
Programmed Theory yang mengatakan suatu saat proses mitosis
akan berhenti atau suatu saat tidak dapat regenerasi kembali atau
terjadinya degenerasi.

Masalah Keperawatan:
• Gangguan mobilitas fisik

• Resiko Cedera

• Nyeri

• Defisit Perawatan Diri


Semua perubahan yang terjadi dari penjelasan-penjelasan diatas
dapat menyebabkan masalah rasa sakit, mobilitas terganggu, defisit
perawatan diri, dan meningkatkan risiko jatuh untuk usia tua. Sekitar
sepertiga dari mereka (usia 65 dan lebih) telah jatuh setiap tahun.
Sekitar 2% dari kelompok ini dirawat di rumah sakit karena cedera
jatuh.
Diperkirakan bahwa satu setengah dari penduduk di fasilitas
keperawatan telah jatuh setiap tahun. Jatuh merupakan penyebab
paling umum kematian karena kecelakaan pada usia tua. Ketika
jatuh mengakibatkan cedera dan rawat inap, risiko penyakit
iatrogenik dan imobilitas, yang akhirnya dapat mengakibatkan
kematian. Jatuh juga dapat menyebabkan “cycle of disuse”. “Disuse”
biasanya terjadi setelah individu telah berkali-kali jatuh. Pengalaman
jatuh menyebabkan takut jatuh. Untuk menghindari jatuh, akibatnya
membatasi diri untuk bergerak dan akhirnya mobilitas individu
menurun; dengan mobilitas menurun, kekuatan otot menurun, sendi
menjadi kaku, dan nyeri berkembang, mengakibatkan cacat,
kehilangan kemandirian, dan kelemahan.
Penelitian saat ini telah mendokumentasikan bahwa beberapa
penyakit dan penurunan sistem muskuloskeletal dapat dikurangi atau
dicegah melalui penggunaan program rutin latihan aktif dan resistif
memperkuat otot.
ASUHAN KEPERAWATAN

ANALISA DAN SINTESIS DATA

No. Data Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan

1. Do: Pada pasien dengan defisit perawatan Defisit perawatan diri


• Ketidakmampuan untuk melakukan tugas diri ini, terjadi suatu penurunan sendi
sehari hari seperti cuci piring, dan menyapu. yang dapat berupa degenerasi
• Ketidakmampuan untuk mempertahankan kartilago, sehingga akan menyebabkan
higiene seperti membersihkan diri
kartilago menjadi buram dan kasar yang
• Kesulitan dalam melepaskan pakaian dapat menyebabkan terjadinya
Ds: penipisan pada katilago sehingga

• Pasien mengatakan tidak mampu melakukan komponen kapsul sendi pecah yang
tugas sehari-hari seperti cuci piring dan pada akhirnya dapat menyebabkan
menyapu
suatu peningkatan kolagen pada
• Pasien mengatakan tidak mampu
jaringan penyambung. Pada pasien ini
membersihkan diri sendiri
akan terjadi suatu penurunan kekuatan
• Pasien mengatakan sulit mengganti dari sendi itu sendiri, pasien akan
pakaiannya.
mengeluhkan terjadinya
ketidakmampuan untuk melakukan
tugas sehari-hari, ketidakmampuan
untuk mebersihkan diri dan juga
kesulitan dalam melepaskan pakaian

2. Do: Nyeri dapat terjadi Pada pasien dengan Nyeri

• nyeri bila digerakkan masalah muskuloskletal, nyeri di


• perilaku ekspresif seperti gelisah, letih, sebabkan oleh degenerasi kartilago,
merintih dan sering menarik napas
panjang sehingga akan menyebabkan kartilago
• posisi seperti menghindari nyeri
menjadi buram dan kasar yang dapat
• gangguan pola tidur
menyebabkan terjadinya penipisan

pada katilago. Komponen kapsul sendi


Ds:
• Pasien menyatakan nyeri pada sendinya akan pecah sehingga pada akhirnya
bila digerakkan
kolagen pada jaringan penyambung
• Pasien mengatakan keletihan melakukan akan meningkat. Dengan peningkatan
aktivitas
ini akan menyebabkan terjadinya suatu
• Pasien mengatakan kesulitan dalam
bergerak kekakuan dari sendi. Pasien akan
• Pasien mengatakan sulit tidur, dan tidak mengeluhkan terjadinya gangguan pola
nyenyak

• Pasien mengatakan sakit pinggang bila tidur, nyeri untuk menggerakkan


digerakkan
anggota badan dan juga keletihan

dalam melakukan aktivitas.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan (PES)

1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Kerusakan Muskuloskletal: penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada
waktu bergerak

2. Nyeri berhubungan dengan kekakuan sendi


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria hasil intervensi Rasional

1. Defisit perawatan diri Tupan: Melaksanakan Mandiri


berhubungan dengan aktivitas perawatan
Kerusakan Muskuloskletal: Klien akan tetap diri pada tingkat Pertahankan Mendukung
penurunan kekuatan, daya dapat yang konsisten mobilitas, kontrol kemandirian
tahan, nyeri pada waktu mempertahankan dengan terhadap nyeri dan fisik/emosional
bergerak aktivitas kemampuan program latihan
perawatan dirinya individual
Kaji hambatan
Tupen: kerusakan Mendemonstrasikan terhadap partisipasi Menyiapkan untuk
muskuloskletal dalam perawatan diri. meningkatkan
perubahan kemandirian, yang
dapat teratasi. teknik/gaya hidup Identifikasi/rencana akan meningkatkan
untuk memenuhi untuk modifikasi
harga diri.
kebutuhan lingkungan
perawatan diri Jadwalkan aktivitasKelelahan

Mengidentifikasi untuk memberikan menurunkan motivasi


sumber-sumber periode istirahat untuk aktivitas
adekuat perawatan diri
pribadi/komunitas
yang dapat
memenuhi
kebutuhan
perawatan diri
Ajarkan tentang Alat bantu dapat
berbagai alat bantu memperbaiki
yang tersedia untuk kemampuan
digunakan di rumah perawatan diri dan
meningkatkan rasa
Contoh: kontrol klien terhadap
a.mandi hidupnya

• Tempat duduk
untuk mandi

• Alat mencuci
dengan pegangan
panjang

b. toilet

• Tempat duduk
toliet di tinggikan

• Pagar pegangan di
sekitar toilet
Kolaborasi

Konsul dengan ahli Berguna untuk


terapi okupasi menentukan alat
bantu untuk
memenuhi kebutuhan
individual.
contoh:menggantung
kan pegangan untuk
mandi pancuran

Mengidentifikasi
Atur evaluasi
masalah-masalah
kesehatan di rumah
yang mungkin
sebelum pemulangan
dihadapi karena
dengan evaluasi
tingkat
setelahnya
ketidakmampuan
aktual.

Atur konsul dengan Mungkin


lembaga lainnya, mis: membutuhkan
ahli nutrisi berbagai bantuan
tambahan untuk
persiapan situasi di
rumah.

2. Nyeri berhubungan dengan Tupan: Klien akan mandiri


kekakuan sendi berkurangnya melaporkan
nyeri yangkemajuan reduksi tunjukkan bahwa Klien yang merasa
dirasakan oleh
nyeri dan hilangnya anda mengetahui dan bahwa ia harus
klien nyeri setelah memahami nyeri yang meyakinkan pemberi
tindakan dirasakan perawatan yang ragu-
Tupen: kekakuan penghilangan nyeri ragu tentang
sendi menurun keseriusan nyerinya
Menunjukkan postur mengalami
tubuh rileks dan peningkatan ansietas
mampu yang dapat
tidur/istirahat meningkatkan nyeri.
dengan tepat

Nyeri tidak selalu ada


Catat keluhan nyeri,
bila harus
termasuk lokasi,
dibandingkan dengan
lamanya, intensitas
gejala nyeri pasien
(skala 1-10)
sebelmnya dimana
dapat membantu
mendiagnosa etiologi
perdarahan dan
terjadinya komplikasi
Kaji ulang faktor yang
meningkatkan dan
menurunkan nyeri Membantu dalam
memubuat diagnosa
dan kebutuhan terapi
Catat petunjuk non
verbal, seperti:
Gelisah, menolak Petunjuk non verbal
bergerak, berhati-hati dapat berupa
dengan abdomen, fisiologis dan
takikardi, psikologis dan dapat
berkerinngat. Selidiki digunakan dalam
ketidaksesuaian menghubugnkan
antara petunjuj verbal petunjuk verbal untuk
dan non verbal mengidentifikasi
luas/beratnya
masalah
Bantu latihan rentang
gerak aktif/pasif
Menurunkan
kekakuan sendi,
meminimalkan
nyeri/ketidanyamanan
.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Tanggal Implementasi Tanda


Diagnosa
tangan

1 19 Oktober 2010 1. Mempertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan

a. Mengajarkan kepada pasien untuk latihan rentang gerak aktif pada


daerah yang tidak terasa nyeri (melakukan pergerakan dan perpindahan)
b. Kontrol terhadap nyeri dengan:

• Membantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif pada daerah
nyeri sesuai kemampuan pasien.

• Kompres hangat / dingin


1.Kompres hangat
• Rendam air hangat/kantung karet hangat
• Diikuti dengan latihan pergerakan/pemijatan untuk membuat relaks otot dan
tubuh serta menurunkan atau menghilangkan nyeri sehingga meningkatkan
suplai darah/melancarkan aliran darah.
2.Kompres dingin agar nyeri dapat berkurang, dapat menurunkan aktivitas
ujung saraf pada otot.
c. Memberikan latihan program pada pasien:

Melakukan rentang gerak aktif minimal 2 kali sehari selama 10 menit

Mengajarkan keluarga untuk melakukan rentang gerak pasif

2. mengkaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri :

• Kemampuan pasien untuk mempertahankan hygiene, seperti menggosok gigi


dan mandi.

• Ketidakmampuan melakukan tugas sehari-hari, sepeti membersihkan rumah.


1 20 Oktober 2010 3. Membantu pasien dalam membuat jadwal aktivitas untuk memberikan periode
istirahat yang adekuat:

• Identifikasi jadwal aktivitas pasien

• Atur jadwal istirahat pasien

1 21 Oktober 2010 4. Mengajarkan kepada pasien untuk menggunakan alat bantu yang tersedia untuk
digunakan dirumah, seperti :

a. mandi

• Tempat duduk untuk mandi

• Alat mencuci dengan pegangan panjang

b. toilet

• Tempat duduk toilet di tinggikan

• Pagar pegangan di sekitar toilet

2 22 Oktober 2010 2. Mengkaji keluhan nyeri pada pasien :

• Lokasi nyeri
• Frekuensi nyeri

• Intensitas nyeri

2 23 Oktober 2010 3. Mengkaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri :

• Aktivitas yang akan menimbulkan nyeri, seperti angkat barang berat.

• Tindakan yang dilakukan pasien untuk meminimalisir nyeri

4. Mengajarkan pada pasien dan keluarga untuk mempertahankan rentang gerak


aktif dan pasif

• Kaki (fleksi, inverse, eversi, rotasi) - Pinggul (abduksi, adduksi, fleksi,


ekstensi, rotasi) - Lutut (ekstensi) - Jari-jari kaki (ektensi, fleksi)

EVALUASI KEPERAWATAN

No. Tanggal / waktu Evaluasi Tanda tangan


Diagnosa

1 Selasa, Evaluasi Formatif


19Oktober 2010 S: Pasien mengatakan belum dapat mengerti mengenai program latihan
latihan rentang gerak aktif-pasif yang telah dijelaskan

O: Pasien dapat tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai latihan rentang


gerak aktif-pasif sesuai kemampuannya.

A: implementasi yang dilakukan pada hari Selasa, belum dapat dimengerti


pasien, sehingga pasien masih kesulitan dalam melakukan program latihan
yang akan dilakukan

P: Berikan penjelasan pada pasien mengenai program latihan rentang gerak


aktif-pasif yang telah direncanakan. Dan berikan penjelasan mengenai cara-
cara melakukan rentang gerak aktif-pasif

1 Rabu, 20 Evaluasi formatif


Oktober 2010
S: Pasien mengatakan masih bingung tentang jadwal aktivitas yang telah
direncanakan.

O: Pasien hanya dapat menjawab sebagian pertanyaan tentang jadwal


aktivitas yang akan dijalankan.

A: implementasi yang dilakukan pada hari Rabu, hanya sebagian yang


dapat dimengerti pasien mengenai jadwal aktivitasnya
P: Berikan penjelasan ulang mengenai jadwal kegiatan yang akan dilakukan
pasien.

1 Kamis, 21 Evaluasi formatif


Oktober 2010
• S: Pasien mengatakan bahwa ia belum dapat memahami mengenai cara-
cara menggunakan alat bantu yang ada dirumah, seperti Tempat duduk
untuk mandi, alat mencuci dengan pegangan panjang, tempat duduk toilet
di tinggikan, dan pagar pegangan di sekitar toilet.

• O: Pasien tidak dapat menjawab pertanyaan tentang prosedur pemakaian


alat bantu yang ada dirumah.

• A: implementasi yang dilakukan pada hari Kamis, tidak dapat di pahami


pasien sepenuhnya.

• P: Berikan pendidikan kesehatan ulang mengenai prosedur pemakaian


alat bantu yang ada di rumah.

1 Evaluasi Sumatif

S: Pasien mengatakan masih kesulitan dan bingung dalam melakukan


aktivitas perawatan dirinya.
O: Pasien tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai apa saja aktivitas
perawatan diri yang telah dilakukan

A: Diagnosa keperawatan belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

2 Jum’at, Evaluasi formatif

22 Oktober S: Pasien mengatakan letak nyeri, frekuensi nyeri dan intensitas nyeri yang
2010 dirasakan.

O: Pasien dapat menjawab pertanyaan mengenai lokasi nyeri, frekuensi


nyeri, dan intensitas nyeri yang dirasakan.

A: implementasi yang dilakukan pada hari jum’at, dapat dipahami pasien.


Pasien dapat menyebutkan lokasi, frekuensi dan intensitas nyeri.

P: Berikan penjelasan pada pasien mengenai lokasi, intensitas dan frekuensi


nyeri yang dirasakan

2 Sebtu, 22 Evaluasi formatif


Oktober 2010
S: Pasien mengatakan bahwa belum mengerti mengenai faktor yang
meningkatkan dan menurunkan nyeri.

O: Pasien tidak dapat menjelaskan tentang faktor-faktor yang dapat


meningkatkan dan menurunkan nyeri.

A: implementasi yang dilakukan pada hari Sabtu, belum dapat dipahami


pasien.

P: Berikan Penjelasan ulang mengenai faktor-faktor yang dapat


meningkatkan dan menurunkan nyeri pada pasien.

2 Evaluasi Sumatif

S: Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan telah berkurang.

O: Pasien tidak lagi terlihat kesakitan karena nyeri, dan pasien sudah dapat
melakukan aktivitas sehari-harinya.

A: Diagnosa keperawatan teratasi

P: Intervensi dihentikan
Proses (formatif).
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif terus menerus dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentuka tercapai. Metode
pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri dari analisa perencanaan tindakan keperawatan, open/chartaudit,
pertemuan kelompok, interview dan observasi dengan klien dan menggunakan form evaluasi. Sistem penulisan pada
tahap evaluasi ini biasanya menggunakan sistem “SOAP” atau metode dokumentasi lainnya.
Evaluasi dengan menggunakan model “SOAP” subjektif :
Subjektif : Perubahan keluhan yang dirasakan pada klien.
Objektif : Gejala atau tanda yang dapat dilihat dari tindakan yang telah dilakukan.
Analisa : Rencana terhadap keberhasilan asuhan keperawatan.
Planning : Yang akan dilaksanakan sesuai analia.
2. Hasil (Sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi
ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah objektif, fleksibel, dan
efisien. Adapun metode pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari close-chart audit, interview akhir pelayanan,
pertemuak akhir pelayanan dan pertanyaan kepada klien dan keluarga.
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu :
a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien tertentu.
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standard.
d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
e. Melakukan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

You might also like