You are on page 1of 115

PROYEK AKHIR

PEMBUATAN ANTENA WAJANBOLIC

Molin Adiyanto
NRP. 7405 030 025

Dosen Pembimbing :
Ir. Budi Aswoyo, MT
NIP. 131 843 379

Idris Winarno, S.ST

JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2008
1
PROYEK AKHIR

PEMBUATAN ANTENA WAJANBOLIC

Molin Adiyanto
NRP. 7405.030.025

Dosen Pembimbing :
Ir. Budi Aswoyo, MT
NIP. 131 843 379

Idris Winarno, S.ST

JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2008
PEMBUATAN ANTENA WAJANBOLIC

Oleh :
MOLIN ADIYANTO
7405 030 025

Proyek Akhir ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)
di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Disetujui Oleh :
Tim Penguji Proyek Akhir Dosen Pembimbing

1. Arna Fariza, S.Kom, M.Kom 1. Ir. Budi Aswoyo, MT


NIP. 132 233 198 NIP. 131 843 379

2. Setiawardhana, S.T. 2. Idris Winarno, S.ST.


NIP. 132 310 243

3. Fernando Ardilla, S. ST

Mengetahui :
Ketua Jurusan Teknologi Informasi

Arna Fariza, S.Kom, M.Kom


NIP. 132 233 198

ii
ABSTRAK

Tugas Akhir ini menitik beratkan pada pembuatan antena


wajanbolic untuk Line of Sight (LoS) yang bekerja pada frekuensi
2,4 GHz untuk jaringan wireless LAN. Selain itu, antena
wajanbolic juga merupakan solusi murah untuk jaringan wireless
LAN. Antena wajanbolic dibuat sebanyak 2 macam dengan
diameter yang berbeda yaitu 40 cm dan 60 cm. Kemudian
dilakukan analisa terhadap pola radiasi, gain, polarisasi, dan
directivity. Mengingat selama ini masyarakat hanya mengenal
keunggulan antena wajanbolic tanpa mengetahui bukti riil yang
ditinjau dari segi keilmuan. Sesuai dengan nama antena
wajanbolic, antena ini menggunakan reflektor dari wajan, dengan
waveguide dari pipa paralon yang dilapisi dengan lakban
alumunium, dan penerima sinyal menggunakan wireless USB
adapter.
Dari hasil pengukuran dan analisa diperoleh hasil bahwa
antena wajanbolic adalah antena directional yang mempunyai
keterarahan sinyal. Mempunyai nilai HPBW (Half Power Beam
Width) sebesar 21o untuk wajanbolic kecil polarisasi vertikal, 14o
untuk polarisasi horisontal, 13o untuk wajanbolic besar polarisasi
vertikal, 3o untuk polarisasi horisontal. Mempunyai nilai gain
sebesar 16,15 dBi untuk antena wajanbolic kecil dan 24,15 dBi
untuk antena wajanbolic besar. Mempunyai polarisasi yang
sejajar dengan antena pemancar. Serta mempunyai nilai
directivity sebesar 21,4 dB untuk antena wajanbolic kecil dan
30,2 dB untuk antena wajanbolic besar.

Kata kunci – Antena wajanbolic, wireless LAN 2,4 GHz, Line of


Sight (LoS)

iii
ABSTRACT
This Final Project focused in making of wajanbolic
antenna for Line of Sight (LoS) which is work at frequency 2.4
GHz for wireless LAN network. Wajanbolic antenna is also as a
cheap solution for wireless LAN network. Wajanbolic antenna is
made in 2 different of diameters, these are 40 cm and 60 cm. Next
step is analyze its radiation pattern, gain, polarization, and
directivity. Considering this time public has just known about
wajanbolic antenna’s advantages without knowing real evidence
based on science side. Appropriate with name wajanbolic
antenna, these antenna using reflektor from frying pan, with
waveguide from PVC pipe which is layered by tape alumunium,
and signal receiver using wireless USB adapter.
From the counting and analyzing provideable result that
wajanbolic antenna is directional antenna which has signal
directedness. Having HPBW (Half Power Beam Width) value in
the amount of 21o for little wajanbolic antenna at vertical
polarization, 14o at horizontal polarization, 13o for big
wajanbolic antenna at vertical polarization, 3o at horizontal
polarization. Having gain value in the amount of 16,15 dBi for
little wajanbolic antenna and 24,15 dBi for big wajanbolic
antenna. Having parallel polarization with transmitter antenna.
And also having value of directivity in the amount of 21,4 dB for
little wajanbolic antenna and 30,2 dB for big wajanbolic
antenna.

Keywords – Wajanbolic antenna, wireless LAN 2.4 GHz, Line of


Sight (LoS)

iv
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah SWT


karena hanya dengan rahmat dan hidayahNya dapat diselesaikan
proyek akhir yang berjudul :

PEMBUATAN ANTENA WAJANBOLIC

Proyek akhir ini dikerjakan berdasarkan pada teori yang


pernah didapatkan serta bimbingan dari dosen pembimbing
proyek akhir.

Proyek akhir ini digunakan sebagai salah satu syarat


akademis untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) di
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.

Tentunya masih banyak kekurangan dalam perancangan


dan pembuatan buku proyek akhir ini. Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan. Dan semoga buku ini
dapat memberikan manfaaat bagi para mahasiswa Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya pada umumnya dan dapat
memberikan nilai lebih untuk para pembaca pada khususnya.

Surabaya, Agustus 2008

Penyusun

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, syukur kehadirat Allah SWT atas segala


limpahan nikmatNya. Kami menyadari bahwa terwujudnya
proyek akhir ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, doa serta
dukungan dari berbagai pihak.
Dengan segala kerendahan hati, keikhlasan dan ketulusan,
kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah dan Ibu, atas segala kasih sayang dan pengorbanan yang
diberikan kepada ananda, serta adikku tercinta, Monika
Nuraini.
2. Bapak Dr. Titon Dutono, M.Eng, selaku Direktur Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
3. Seluruh staf dosen dan karyawan di Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Ibu
Arna Fariza selaku ketua jurusan Teknologi Informasi, dan
semua dosen yang telah memberikan segala ilmu kepada
kami.
4. Bapak Ir. Budi Aswoyo, MT, selaku pembimbing I yang telah
dengan sabar menuntun dan membimbing kami sehingga
tugas akhir ini dapat diselesaikan.
5. Ibu Fitri Setyorini, ST, M.Sc – terimakasih atas judul antena
wajanbolicnya, bimbingan dan semuanya, semoga sukses di
Jepang.
6. Bapak Idris Winarno, S.ST selaku pembimbing ke II,
terimakasih buat bimbingan, dan pinjaman access pointnya.
7. Keluarga Bapak Dodik yang ada di Kediri, atas bantuannya
mengerjakan tugas akhir ini dan uji coba ke Poltek Kediri.
8. Keluarga Pak Poh Di, Budhe Wit, Mas Robi & Pak Lek
Dumadi atas semua bantuannya.
9. Teman-teman kost di Kalisari Damen 22, Huda (Abaz) atas
semuanya, Mas Reza – makasih udah minjemin & bantuin
nyolder, Mas Endar – atas bantuan materi antena, Habibi,
Mas Andik yang udah nemenin di lab. Dan semuanya,
terimakasih.

vi
10. Semua temen-temen kelas D3 IT A ’05, Budi (dan
kembarannya) atas semua bantuan dan materi antena juga dan
atas semua wisatanya, kapan ke Pacet lagi, Pramitya atas info
buku antena wajanbolic (aku doain semoga cepet lulus).
11. Teman-teman D3 IT A ’05, SEMUANYA!!!
12. Temen-temen lab TA IT D4 lantai 2, kapan beli gule maryam
lagi? Wisata kuliner selanjutnya ditunggu.
13. Semua teman-teman lab TA Telkom D4 lantai 3, Mas Wildan
– terimakasih udah nganterin beli wajan & pinjaman
laptopnya, Mbak Kiki dan mbak Cici – temen seperjuangan
antena, Mas Yorr – buat tawa ngakak sepanjang hari, dan
semua member lab telkom D4 lantai 3 – terima kasih aku
udah dibolehkan jadi penyusup di lab kalian.
14. Taufik atas pinjeman bornya
15. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu –
terimakasih banyak atas bantuannya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang


lebih baik di kemudian hari.
Penulis menyadari bahwa “tak ada gading yang tak retak“,
demikian juga dalam penyusunan buku proyek akhir ini, saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Namun
demikian penulis berharap semoga buku ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Surabaya, Agustus 2008

Penyusun

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................ iii
ABSTRACT .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................ 2
1.3. Batasan Masalah ............................................................... 2
1.4. Metodologi ........................................................................ 3
1.5. Sistematika Pembahasan ................................................... 4

BAB II DASAR TEORI


2.1. Umum ................................................................................ 7
2.2. Pengertian Antena ............................................................. 7
2.3. Pengertian Waveguide ...................................................... 9
2.3.1. Karakteristik Waveguide ..................................... 10
2.4. Waveguide Silinder ......................................................... 11
2.4.1. Distribusi Medan Waveguide Silinder ................ 11
2.5. Dominan Mode Waveguide Silinder ............................... 12
2.6. Coupling Untuk Waveguide ........................................... 13
2.7. Pola Radiasi Antena ........................................................ 14
2.8. Polarisasi Antena ............................................................. 17
2.9. Lebar Band Frekuensi ...................................................... 19
2.10. Gain.................................................................................. 20
2.11. Directivity ....................................................................... 20
2.12. Impedansi Input .............................................................. 21
2.13. VSWR ............................................................................. 22
2.14. Antena Wajanbolic .......................................................... 23
2.14.1. Pengertian Antena Wajanbolic............................. 23
2.14.2. Reflektor ............................................................. 29

viii
2.15. Wireless USB Adapter..................................................... 30
2.16. Wireless LAN .................................................................. 31

BAB III PEMBUATAN ANTENA WAJANBOLIC


3.1. Penghitungan .................................................................. 33
3.2. Alat Dan Bahan................................................................ 38
3.3. Pembuatan Antena Wajanbolic ....................................... 39
3.4. Pembuatan Kabel USB Extender ..................................... 46

BAB IV PENGUKURAN PARAMETER ANTENA DAN


ANALISA
4.1. Umum .............................................................................. 51
4.2. Persiapan Pengukuran Dan Pengujian ............................. 51
4.3. Pengukuran Pola Radiasi ................................................ 61
4.4. Pengukuran Gain.............................................................. 69
4.5. Polarisasi.......................................................................... 72
4.6. Directivity ........................................................................ 73
4.7. Aplikasi Antena Wajanbolic ............................................ 75

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...................................................................... 77
5.2. Saran ................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 79


LAMPIRAN .............................................................................. 81
RIWAYAT HIDUP ................................................................ 101

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis waveguide .....................................................9


Gambar 2.2 Karakteristik umum waveguide ...........................10
Gambar 2.3 Sistem koordinat silinder .....................................11
Gambar 2.4 Distribusi medan untuk TE11 mode.......................12
Gambar 2.5 Distribusi medan untuk mode TEmn .....................13
Gambar 2.6 Coupling untuk waveguide ..................................14
Gambar 2.7 Dimensi pola radiasi ............................................14
Gambar 2.8 Ilustrasi pola radiasi dalam koordinat polar ..........15
Gambar 2.9 Gambaran pola radiasi berbagai antena ...............16
Gambar 2.10 Polarisasi pada antena ..........................................18
Gambar 2.11 Bandwidth pada antena ........................................19
Gambar 2.12 Irisan pada kerucut sehingga membentuk
parabola.................................................................23
Gambar 2.13 Fokus dan direktris ...............................................24
Gambar 2.14 Penghitungan nilai fokus.......................................25
Gambar 2.15 Fokus yang terletak di dalam parabola..................27
Gambar 2.16 Fokus yang ada di luar parabola............................27
Gambar 2.17 Tipe antena parabola ....................................... 28-29

Gambar 3.1 Bagan penghitungan antena wajanbolic ...............33


Gambar 3.2 Capture file excel untuk mengukur fokus dan
gain antena wajanbolic (diameter 40 cm) ............37
Gambar 3.3 Capture file excel untuk mengukur fokus dan
gain antena wajanbolic (diameter 60 cm) ............37
Gambar 3.4 Capture file excel untuk menghitung nilai ¼ λG
dan ¾ λG ...............................................................38
Gambar 3.5 Penghitungan titik fokus wajan ............................39
Gambar 3.6 Penghitungan nilai ¼ λG dan ¾ λG ........................40
Gambar 3.7 Bagian tengah wajan yang telah di bor ................40
Gambar 3.8 Salah satu tutup pipa 3”yang telah di bor .............41
Gambar 3.9 Wajan dan tutup pipa paralon yang telah dibaut ...41
Gambar 3.10 Tutup pipa paralon yang telah dilapisi dengan
lakban alumunium bagian dalamnya ....................42
Gambar 3.11 Waveguide ...........................................................43

x
Gambar 3.12 Wireless USB adapter yang diikat pada plat L
(non logam) ..........................................................44
Gambar 3.13 Lubang pada plat L (non logam) untuk tempat
membaut dengan pipa paralon .............................44
Gambar 3.14 Plat L (non logam) dengan wireless USB adapter
yang telah dibaut ke pipa paralon .........................45
Gambar 3.15 Antena wajanbolic yang telah jadi .......................45
Gambar 3.16 Kabel UTP yang telah dikupas ujungnya .............47
Gambar 3.17 Kabel USB yang dipotong menjadi 2 ...................47
Gambar 3.18 Kabel USB yang telah dikupas bagian luarnya .....48
Gambar 3.19 Memasukkan pipa ke kabel sebelum disolder ......48
Gambar 3.20 Cara menyambungkan kabel UTP dengan kabel
USB ......................................................................49
Gambar 3.21 Hasil akhir pembuatan kabel USB extender ........50

Gambar 4.1 Wajanbolic diameter 40 cm .................................52


Gambar 4.2 Wajanbolic diameter 60 cm .................................53
Gambar 4.3 D-Link DWA-110 Wireless USB Adapter ...........53
Gambar 4.4 BAFO USB 2.0 Extension cable ..........................54
Gambar 4.5 Penggunaan laptop dalam pengukuran antena .....54
Gambar 4.6 Access Point D-Link DWL-2100AP ....................55
Gambar 4.7 Konfirmasi user dan password .............................57
Gambar 4.8 Halaman Home pada pengesettan access point ....57
Gambar 4.9 Setting SSID .........................................................58
Gambar 4.10 Setting DHCP server ............................................58
Gambar 4.11 Proses restart untuk mengaplikasikan setting .......59
Gambar 4.12 Penggunaan tripod untuk pengambilan data ........60
Gambar 4.13 Busur derajat untuk perputaran antena .................60
Gambar 4.14 Diagram pengukuran antena ................................61
Gambar 4.15 D-Link Wireless Connection ...............................62
Gambar 4.16 Tampilan program Network Stumbler .................63
Gambar 4.17 Pemutaran antena setiap 10o .................................64
Gambar 4.18 Diagram pengukuran level sinyal wireless USB
adapter ..................................................................70
Gambar 4.19 Tampilan program WirelessMon .........................71
Gambar 4.20 Tampilan program Network Stumbler .................71
Gambar 4.21 Pengukuran directivity .........................................74
Gambar 4.22 Uji coba antena wajanbolic di Kediri....................75

xi
Gambar 4.23 Tampilan D-Link Wireless Connection Manager .76
Gambar 4.24 Tampilan sinyal pada program NetStumbler ........76

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil pengukuran gain ............................................. 72
Tabel 4.2 Hasil Polarisasi ........................................................ 73
Tabel 4.3 Directivity pada antena wajanbolic .......................... 74

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan berisi mengenai materi yang
memberikan penggambaran secara umum hal-hal yang
berhubungan dengan penulisan tugas akhir. Beberapa hal tersebut
antara lain :
• Latar belakang
• Tujuan
• Batasan masalah
• Metodologi
• Sistematika pembahasan

1.1. Latar Belakang


Di zaman seperti saat ini yang tingkat mobilitasnya sangat
tinggi, internet tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita sehari-
hari. Kapanpun dan dimanapun, koneksi internet harus tetap ada.
Namun sayangnya, internet murah sepertinya hanya menjadi
impian setiap orang yang ada di Indonesia ini.
Keadaan saat ini, di kota-kota besar sudah banyak sekali
tersedia jaringan hotspot yang gratis. Bagi mereka yang tempat
tinggalnya dekat dengan free hotspot, maka hal itu adalah sesuatu
yang sangat menyenangkan. Tapi lain halnya bagi mereka yang
letak rumahnya jauh dari fasilitas tersebut. Mereka akan kesulitan
untuk mengaksesnya. Solusinya mereka harus membeli antena
grid, pigtail, AP client, outdoor box, POE (Power Over
Ethernet), pipa tower, beberapa puluh meter kabel UTP, dan
biaya instalasi. Jika dihitung tentu akan sangat mahal sekali.
Maka sebagai solusi murahnya adalah dengan membuat antena
wajanbolic. Selain itu dengan antena wajanbolic bisa didapat
gain yang lebih besar. Dengan gain yang lebih besar maka secara
otomatis jangkauan juga akan menjadi lebih jauh.
Gunadi, adalah perintis antena wajanbolic dan teknologi
RT/RW-net yang menghubungkan antara rumah dengan kantor
melalui jaringan radio dengan membuat antena wajanbolic
berfrekuensi 2,4 GHz. [1]

1
2

Penggunaan antena wajanbolic sebagai solusi murah


untuk membuat koneksi internet didasari Keputusan Menteri No.
2 tahun 2005 tentang frekuensi 2,4 GHz yang ditandatangani oleh
Hatta Rajasa. Keputusan Menteri ini pada dasarnya : [2]
• Membebaskan izin frekuensi bagi penggunaan
frekuensi 2,4 GHz
• Membatasi daya pancar maksimum sebesar 100 mW
atau 20 dBm
• Membatasi EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)
pada pancaran antena sebesar 36 dBm
• Semua peralatan yang digunakan harus mendapat
sertifikasi dari POSTEL

1.2. Tujuan
Tujuan dari proyek ini adalah membuat antenna
wajanbolic yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz dengan
menggunakan media wajan sebagai subantena. Juga dengan
menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yang sederhana
sehingga didapatkan harga yang lebih murah jika dibandingkan
dengan membeli antena grid. Selain itu, dengan menggunakan
antena wajanbolic bisa didapat gain antenna yang lebih besar bila
dibandingkan dengan wireless USB adapter standar sehingga
jarak jangkau antena juga bisa lebih jauh.

1.3. Batasan Masalah


Pada proyek akhir ini akan dibuat antena wajanbolic yang
bekerja pada frekuensi 2,4 GHz. Rumusan masalah pada proyek
akhir ini antara lain :
1. Bagaimana menekan biaya seminimal mungkin
dengan merancang antena yang ekonomis. Antena
built up yang ada ternyata membutuhkan biaya yang
cukup mahal dibandingkan dengan merancang sendiri.
2. Bagaimana membuat proses pengerjaan antena
wajanbolic dengan mudah dan jelas.
3. Bagaimana membuat antena wajanbolic bisa
menghasilkan performansi gain antena yang optimal.
3

Batasan masalah pada proyek akhir ini adalah :


1. Analisa parameter antena wajanbolic meliputi pola
radiasi, gain, polarisasi, dan directivity.
2. Perbandingan performansi antara gain wireless USB
adapter tanpa menggunakan antena wajanbolic dengan
wireless USB adapter yang menggunakan antena
wajanbolic.
3. Penerima sinyal menggunakan wireless USB adapter.

1.4. Metodologi
Perencanaan serta pembuatan antena wajanbolic ini
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Studi literatur tentang permasalahan yang ada serta
mengumpulkan data-data yang dianggap penting dan
menunjang
2. Mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang
dibutuhkan
3. Memulai proses membuat antena wajanbolic
4. Melakukan pengukuran parameter antena
5. Melakukan analisa dan evaluasi.

1. Studi Literatur
Dalam mempelajari bagaimana cara membuat antena
wajanbolic dilakukan pendalaman bahan-bahan
literatur yang berhubungan dengan proyek akhir.
Pendalaman literatur dan pengambilan data dilakukan
dengan cara bowsing di intrenet, dari buku, atau
meminjam buku dari perpustakaan sesuai dengan
proyek terkait.

2. Mempersiapkan Alat dan Bahan


Tahap selanjutnya adalah mempersiapkan alat-alat dan
bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat antena
wajanbolic. Bahan-bahan yang termasuk piranti
elektronik dibeli di toko elektronik atau toko
komputer. Bahan lainnya dibeli di toko bangunan &
toko peralatan rumah tangga. Sedangkan bahan yang
sulit untuk diperoleh tapi sekiranya bisa untuk dibuat
4

sendiri maka bahan tersebut dapat dibuat sendiri.


Sebagian besar alat bisa diperoleh dengan mudah
karena menggunakan alat-alat yang sederhana.

3. Proses Pembuatan Antena Wajanbolic


Pada tahap ini, proses yang dikerjakan adalah
membuat antena wajanbolic. Diusahakan pembuatan
dilakukan dengan cara yang sesederhana mungkin
dengan menggunakan peralatan dan bahan yang
sederhana namun tetap menghasilkan antena
wajanbolic yang baik dan rapi serta memiliki
performansi yang handal.

4. Melakukan Pengukuran Parameter Antena


Setelah antena jadi dilakukan pengukuran parameter
antena wajanbolic. Pengukuran yang dilakukan adalah
pengukuran pola radiasi, gain, polarisasi dan
directivity. Dari pengukuran inilah akan diketahui
apakah parameter-parameter yang didapat merupakan
parameter yang baik untuk digunakan sebagai antena
penerima.

5. Analisa dan Evaluasi


Tahapan terakhir dari proyek ini adalah melakukan
analisa dan evaluasi hasil dari pembuatan antena
wajanbolic. Setelah itu dibuat kesimpulan sesuai
dengan hasil analisanya.

1.5. Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan yang akan diuraikan dalam buku
proyek akhir ini terbagi dalam bab-bab yang akan dibahas
sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan, batasan
masalah, metodologi, dan sistematika pembahasan yang
digunakan dalam pembuatan proyek akhir ini.
5

BAB II DASAR TEORI


Menjelaskan teori yang berkaitan dengan antena secara
umum beserta parameter-parameternya. Lebih lanjut dijelaskan
teori tentang antena wajanbolic secara khusus.

BAB III PEMBUATAN ANTENA WAJANBOLIC


Berisi tentang tata cara pembuatan antena wajanbolic,
mulai dari pengukuran sampai ke proses pengerjaan antena
wajanbolic.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA


Berisi hasil, pengujian dan analisa dari hasil pembuatan
antena wajanbolic, disertai data-data yang diperoleh selama uji
coba dan kendala yang terjadi.

BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan pada
perancangan awal serta analisa yang diperoleh. Untuk lebih
meningkatkan mutu dari sistem yang telah dibuat maka diberikan
saran-saran untuk perbaikan dan penyempurnaan sistem.

DAFTAR PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang referensi-referensi yang telah
dipakai oleh penulis sebagai acuan dan penunjang yang
mendukung penyelesaian proyek akhir ini.
6

-- Halaman ini sengaja dikosongkan --


BAB II
DASAR TEORI

3.1. Umum
Pada bab ini akan dijelaskan tentang teori-teori yang
mendasari permasalahan dan penyelesaian tugas akhir ini.
Diantaranya adalah pengertian antena yang meliputi penjelasan
definisi antena dan parameter-parameter pada antena diantaranya
yaitu pola radiasi antena, polarisasi antena, lebar band frekuensi,
gain, impedansi input, dan VSWR. Selanjutnya akan dijelaskan
pula mengenai antena wajanbolic yang dibangun pada proyek
akhir ini, pengenalan wireless LAN dan wireless USB adapter
yang digunakan dalam pembuatan antena.

3.2. Pengertian Antena


Antena adalah suatu piranti yang digunakan untuk
merambatkan dan menerima gelombang radio atau
elektromagnetik. Pemancaran merupakan satu proses
perpindahan gelombang radio atau elektromagnetik dari saluran
transmisi ke ruang bebas melalui antena pemancar. Sedangkan
penerimaan adalah satu proses penerimaan gelombang radio atau
elektromagnetik dari ruang bebas melalui antena penerima.
Karena merupakan perangkat perantara antara saluran transmisi
dan udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai
(match) dengan saluran pencatunya.
Secara umum, antena dibedakan menjadi antena isotropis,
antena omnidirectional, antena directional, antena phase array,
antena optimal dan antena adaptif. Antena isotropis (isotropic)
merupakan sumber titik yang memancarkan daya ke segala arah
dengan intensitas yang sama, seperti permukaan bola. Antena ini
tidak ada dalam kenyataan dan hanya digunakan sebagai dasar
untuk merancang dan menganalisa struktur antena yang lebih
kompleks. Antena omnidirectional adalah antena yang
memancarkan daya ke segala arah, dan bentuk pola radiasinya
digambarkan seperti bentuk donat (doughnut) dengan pusat
berimpit. Antena ini ada dalam kenyataan, dan dalam pengukuran
sering digunakan sebagai pembanding terhadap antena yang lebih

7
8

kompleks. Contoh antena ini adalah antena dipole setengah


panjang gelombang. Antena directional merupakan antena yang
memancarkan daya ke arah tertentu. Gain antena ini relatif lebih
besar dari antena omnidirectional. Contoh, suatu antena dengan
gain 10 dBi (kadang-kadang dinyatakan dengan “dBic” atau
disingkat “dB” saja). Artinya antena ini pada arah tertentu
memancarkan daya 10 dB lebih besar dibanding dengan antena
isotropis. Ketiga jenis antena di atas merupakan antena tunggal,
dan bentuk pola radiasinya tidak dapat berubah tanpa merubah
fisik antena atau memutar secara mekanik dari fisik antena.
Selanjutnya adalah antena phase array, yang merupakan
gabungan atau konfigurasi array dari beberapa antana sederhana
dan menggabungkan sinyal yang menginduksi masing-masing
antena tersebut untuk membentuk pola radiasi tertentu pada
keluaran array. Setiap antena yang menyusun konfigurasi array
disebut dengan elemen array. Arah gain maksimum dari antena
phase array dapat ditentukan dengan pengaturan fase antar
elemen-elemen array.
Antena optimal merupakan suatu antena dimana
penguatan (gain) dan fase relatif setiap elemennya diatur
sedemikian rupa untuk mendapatkan kinerja (performance) pada
keluaran yang seoptimal mungkin. Kinerja yang dimaksud
kinerja antara lain Signal to Interference Ratio (SIR) atau Signal
to Interference plus Noise Ratio (SINR). Optimasi kinerja dapat
dilakukan dengan menghilangkan atau meminimalkan
penerimaan sinyal-sinyal tak dikehendaki (interferensi) dan
mengoptimalkan penerimaan sinyal yang dikehendaki.
Antena adaptif merupakan pengembangan dari antena
antena phase array maupun antena optimal, dimana arah gain
maksimum dapat diatur sesuai dengan gerakan dinamis (dinamic
fashion) obyek yang dituju. Antena dilengkapi dengan Digital
Signal Proccessor (DSP), sehingga secara dinamis mampu
mendeteksi dan melecak berbagai macam tipe sinyal,
meminimalkan interferensi serta memaksimalkan penerimaan
sinyal yang diinginkan.
9

3.3. Pengertian Waveguide


Waveguide adalah saluran tunggal yang berfungsi untuk
menghantarkan gelombang elektromagnetik (microwave) dengan
frekuensi 300 MHz – 300 GHz. Dalam kenyataannya, waveguide
merupakan media transmisi yang berfungsi memandu gelombang
pada arah tertentu. Secara umum waveguide dibagi menjadi tiga
yaitu, yang pertama adalah Rectanguler Waveguide (waveguide
dengan penampang persegi) dan yang kedua adalah Circular
Waveguide (waveguide dengan penampang lingkaran), dan Ellips
Waveguide (waveguide dengan penampang ellips) seperti di
tunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Jenis Waveguide

Dalam waveguide diatas mempunyai dua karakteristik


penting, yaitu :
1. Frekuensi cut off, yang ditentukan oleh dimensi
waveguide.
2. Mode gelombang yang ditransmisikan, yang
memperlihatkan ada tidaknya medan listrik atau
medan magnet pada arah rambat.

Faktor-faktor dalam pemilihan waveguide sebagai saluran


transmisi antara lain :
1. Band frekuensi kerja, tergantung pada dimensi.
2. Transmisi daya, tergantung pada bahan.
3. Rugi-rugi transmisi, tergantung mode yang digunakan.
10

Pemilihan waveguide sebagai pencatu karena pada


frekuensi diatas 1 GHz, baik kabel pair, kawat sejajar, maupun
kabel koaksial sudah tidak efektif lagi sebagai media transmisi
gelombang elektromagnetik. Selain efek radiasinya yang besar,
redamannya juga semakin besar. Pada frekuensi tersebut, saluran
transmisi yang layak sebagai media transmisi gelombang
elektromagnetik (microwave) adalah waveguide.
Waveguide merupakan konduktor logam (biasanya terbuat
dari brass atau aluminium) yang berongga didalamnya, yang
pada umumnya mempunyai penampang berbentuk persegi
(rectanguler waveguide) atau lingkaran (circular waveguide).
Saluran ini digunakan sebagai pemandu gelombang dari
suatu sub sistem ke sub sistem yang lain. Pada umumnya di
dalam waveguide berisi udara, yang mempunyai karakteristik
mendekati ruang bebas. Sehingga pada waveguide persegi medan
listrik E harus ada dalam waveguide pada saat yang bersamaan
harus nol di permukaan dinding waveguide dan tegak lurus.
Sedangkan medan H juga harus sejajar di setiap permukaan
dinding waveguide.

2.3.1. Karakteristik Waveguide


Karakterik dari waveguide dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :

Gambar 2.2 Karakteristik umum waveguide


11

Dari Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa frekuensi kerja


berada di antara fmin dan fmax, band frekuensi kerja : ω > ωc atau λ
< λc. Selain itu waveguide juga memiliki karakteristik yang
penting yaitu frekuensi cut off dan mode gelombang yang
ditransmisikan.

3.4. Waveguide Silinder


Sekarang kita akan mempertimbangkan suatu propagasi
gelombang didalam suatu pipa berongga dengan penampang
lintang lingkaran atau silinder. Didalam pemecahan tentang
bentuk yang silinder ini, dapat kita ikuti cara-cara pemecahan
pada bentuk koordinat persegi (rectangular), meskipun dalam hal
ini akan kita pilih koordinat yang lain, yaitu koordinat silinder
(cylindrical), karena akan memberikan pemecahan yang lebih
sederhana, seperti gambar 2.3.

Gambar 2.3 Sistem koordinat silinder

2.4.1. Distribusi Medan Waveguide Lingkaran


Distribusi medan untuk mode-mode dari waveguide
lingkaran ditunjukkan oleh gambar 2.4, Mode TE11 adalah mode
yang paling sederhana yang mungkin dapat terjadi pada mode TE
untuk waveguide silinder.
12

Gambar 2.4 Distribusi medan untuk TE11 mode

3.5. Dominan Mode Waveguide Silinder


Dapat kita lihat dari gambar 2.4, bahwa dominan mode
untuk waveguide silinder adalah mode TE11, yang seringkali
digunakan dalam praktek. Distribusi medan dari dominan mode
ini dapat dilihat pada gambar 2.5. Perlu dicatat bahwa mode ini
pada dasarnya sama dengan mode TE10 dari waveguide persegi.
Apabila kita lihat kembali distribusi medan TE10 pada
waveguide persegi, maka distribusi medan TE11 pada waveguide
silinder ini memepunyai banyak kesamaan. Distribusi medan
TE11 pada waveguide silinder dapat dibayangkan sebagai
distribusi medan TE10 pada waveguide persegi yang secara
berangsur mengalami pembelokkan dalam rangka menyesuaikan
bentuk waveguide yang silinder ini. Sehingga, suatu bentuk
waveguide persegi yang berubah bentuk dari bentuk aslinya tanpa
mengalami suatu perubahan pada salah satu frekuensi cut-off-nya
atau konfigurasi medannya. Ini berarti bahwa dalam hal
pembuatan bend atau twist tidak memerlukan pemberian toleransi
yang besar selama hal ini tidak terjadi secara berangsur-angsur.
Hasil-hasil untuk mode TMmn dapat dibuat persamaan
sebagai berikut :

EZ = E0 Jm (KC r) cos mθ . ej(ωt – βgz) (2-1)


 j g
Er = E0 Jm (Kc r) cos mθ . ej(ωt – βgz)
kc
j g m
Ei = 2
E0 Jm (Kc r) cos mθ . ej(ωt – βgz)
kc r
13

Hz = 0
 jnm
Hr = 2
E0 Jm (Kc r) cos mθ . ej(ωt – βgz)
kc r
Jn
Hθ = E0 Jm (Kc r) cos mθ . ej(ωt – βgz)
kc

Gambar 2.5 Distribusi medan untuk mode TEmn

3.6. Coupling Untuk Waveguide


Untuk membangkitkan suatu mode dari suatu waveguide,
diperlukan peralatan untuk menghubungkan kedalam dan keluar
dari waveguide. Permasalahannya adalah bagaimana
menghubungkan energi dari suatu saluran transmisi ke waveguide
atau sebaliknya. Masalah ini dapat diatasi dengan cara
memasukkan probe kedalam waveguide sedemikian rupa
sehingga probe muncul di dalam waveguide dengan jarak λG/4.
Dengan cara seperti ini probe menghubungkan medan listrik di
14

dalam waveguide. Situasi seperti ini ditunjukkan oleh gambar


2.6.

probe ke kabel USB


active extender

λG/4

Gambar 2.6 Coupling untuk waveguide

3.7. Pola Radiasi Antena


Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena adalah
pernyataan grafis yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena
pada medan jauh sebagai fungsi arah. Pola radiasi dapat disebut
sebagai pola medan (field pattern) apabila yang digambarkan
adalah kuat medan dan disebut pola daya (power pattern) apabila
yang digambarkan pointing vektor. Dengan adanya gambaran
pola radiasi kita bisa melihat bentuk pancaran yang dihasilkan
oleh antena tersebut. Gambaran dimensi pola radiasi dapat dilihat
pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Dimensi pola radiasi


15

Sedangkan pada koordinat polar, pola radiasi ditunjukkan


pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Ilustrasi pola radiasi dalam koordinat polar

Gambar pola radiasi diatas adalah pola radiasi antena


directional Yagi Uda. Dari pola radiasi diatas dapat terlihat
bahwa posisi antena mempengaruhi arah pancaran radiasi.
Gambaran pola radiasi dari beberapa antena dapat dilihat pada
Gambar 2.9.
16

Gambar 2.9 Gambaran pola radiasi berbagai antena


(a) Pola radiasi antena parabola
(b) Pola radiasi antena Yagi Uda
(c) Pola radiasi antena dipole
(d) Pola radiasi antena omni

Dari gambaran berbagai macam pola radiasi pada Gambar


2.9 dapat dilihat sifat radiasi dari berbagai antena. Antena
parabola memiliki pancaran radiasi ke arah tertentu. Begitu juga
dengan antena Yagi Uda pola radiasinya juga mengarah ke arah
tertentu. Hanya saja antena parabola memiliki penguatan yang
lebih besar. Kedua antena tersebut disebut dengan antena
directional karena memiliki pola radiasi yang terarah. Beamwidth
antena directoinal ini lebih sempit dibanding dengan antena lain.
Sehingga sedut pemancarannya lebih kecil dan terarah. Antena
ini biasa digunakan oleh client karena pola radiasi yang terarah
akan membuat antena dapat menjangkau jarak yang relatif jauh.
Pada antena dipole, pola radiasi memiliki pancaran yang
kuat pada arah yang tegak lurus sedangkan pancaran ke samping
kecil. Untuk antena omnidirectional pola radiasi terlihat
17

mengarah ke segala arah. Antena ini memiliki gain yang lebih


rendah dibandingkan dengan antena directional. Antena
omnidirectional dapat digunakan sebagai sambungan Point to
Multi Point (P2MP) karena pola radiasinya yang mengarah ke
segala arah. Dan karena pola radiasinya yang mengarah ke segala
arah itulah sangat memungkinkan antena omnidirectional
mengumpulkan sinyal lain di sekitarnya yang selanjutnya dapat
menyebabkan interferensi.

3.8. Polarisasi Antena


Polarisasi adalah sifat dari gelombang elektromagnetik
yang menggambarkan magnitudo relatif dari vektor medan listrik
(E) sebagai fungsi waktu pada titik tertentu di ruang. Polarisasi
antena adalah polarisasi dari gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan oleh antena itu.
Ada beberapa jenis polarisasi yang dapat terjadi pada
gelombang elektromagnetik. Suatu polarisasi disebut polarisasi
vertikal jika medan listrik dari gelombang yang dipancarkan
antena berarah vertikal terhadap permukaan bumi. Dan disebut
polarisasi horisontal jika medan listriknya arahnya horisontal
terhadap permukaan bumi.
Namun demikian ada beberapa jenis antena yang
polarisasinya bukan polarisasi vertikal atau horisontal, karena
gelombangnya memiliki vektor medan listrik dimana ujung dari
vektor tersebut seolah-olah berputar membentuk suatu lingkaran
ataupun suatu elips dengan pusat sepanjang sumbu propagasi.
Selanjutnya jika perputaran ujung vektor medan yang
dipancarkan itu membentuk lingkaran maka dinamakan polarisasi
lingkaran, dan jika perputaran ujung vektor medan itu
membentuk elips maka dinamakan polarisasi elips.
Sebenarnya semua jenis polarisasi gelombang ini pada
dasarnya berasal dari polarisasi elips dengan kondisi khusus.
Polarisasi lingkaran misalnya, polarisasi ini berasal dari bentuk
elips dengan panjang kedua sumbu elipsnya sama, sedangkan
pada keadaan khusus lainnya dimana salah satu dari sumbu elips
sama dengan nol, sehingga perputaran ujung vektor medannya
seolah-olah hanya bergerak maju mundur pada satu garis saja,
maka pada keadaan ini polarisasi elips menjadi polarisasi linier.
18

Polarisasi linier inilah yang bisa berupa polarisasi linier arah


vertikal, horisontal ataupun polarisasi linier antara kedua posisi
tersebut (miring).
Jika jalur dari vektor medan listrik maju dan kembali pada
suatu garis lurus dikatakan berpolarisasi linier. sebagai contoh
medan listrik dari dipole ideal. Jika vektor medan listik konstan
dalam panjang tetapi berputar disekitar jalur lingkaran, dikatakan
berpolarisasi lingkaran. Frekuensi putaran radian adalah ω dan
terjadi satu dari dua arah perputaran. Jika vektornya berputar
berlawanan arah jarum jam dinamakan polarisasi tangan kanan
(right hand polarize) dan yang searah jarum jam dinamakan
polarisasi tangan kiri (left hand polarize). Suatu gelombang yang
berpolarisasi elips untuk tangan kanan dan tangan kiri.

Gambar 2.10 Polarisasi pada antena

Sebuah antena dapat memancarkan energi dengan


polarisasi yang tidak diinginkan, yang disebut dengan polarisasi
silang (cross polarized). Polarisasi silang ini menimbulkan side
lobe yang mengurangi gain. Untuk antena polarisasi linier,
polarisasi silang tegak lurus dengan polarisasi yang diinginkan
dan untuk antena polarisasi lingkaran, polarisasi silang
berlawanan dengan arah perputarannya yang diinginkan.
19

3.9. Lebar Band Frekuensi


Penggunaan sebuah antena didalam sistem pemancar
ataupun penerima selalu dibatasi oleh daerah frekuensi kerjanya.
Pada range frekuensi kerja tersebut, antena diusahakan dapat
bekerja dengan efektif agar dapat menerima dan memancarkan
gelombang elektromagnetik pada band frekuensi tertentu.
Pengertian harus dapat bekerja dengan efektif disini adalah
bahwa distribusi arus dan impedansi dari antena pada range
frekuensi tersebut benar-benar belum mengalami perubahan yang
berarti, sehingga masih sesuai dengan pola radiasi yang
direncanakan serta VSWR yang diijinkan.
Lebar band frekuensi atau dikenal sebagai bandwidth
antena adalah range frekuensi kerja dimana antena masih dapat
bekerja dengan efektif.

Gambar 2.11 Bandwidth pada antena

Bandwidth dapat dinyatakan dalam bentuk persen. Dapat


dituliskan sebagai berikut :

(2-2)

Selain itu bandwidth dapat pula dinyatakan dalam bentuk :

(2-3)
20

dimana:
BW : Bandwidth
fu : frekuensi diatas frekuensi center (fc)
fL : frekuensi dibawah frekuensi center (fc)

3.10. Gain
Gain antena berhubungan erat dengan directivity dan
faktor efisiensi. Namun dalam prakteknya sangat jarang gain
suatu antena dihitung berdasarkan directivity dan efisiensi yang
dimilikinya, karena untuk mendapatkan directivity suatu antena
bukanlah suatu yang mudah, sehingga pada umumnya gain
maksimum suatu antena dihitung dengan cara
membandingkannya dengan antena lain yang dianggap sebagai
antena standar (dengan metode pengukuran). Gain antena (Gt)
dapat dihitung dengan menggunakan antena lain sebagai antena
yang standar atau sudah memiliki gain yang standar (Gs).
Dimana membandingkan daya yang diterima antara antena
standar (Ps) dan antena yang akan diukur (Pt) dari antena
pemancar yang sama dan dengan daya yang sama. Metode
pengukuran gain diatas dapat dihitung menggunakan rumus :

(2-4)

Pada satuan decibel dapat dituliskan menjadi :

(2-5)

3.11. Directivity
Directivity suatu antenna dapat diperkirakan dengan
menggunakan pola radiasi yang dihasilkan pada pengukuran pola
radiasi bidang E dan bidang H. Secara matematis dapat dituliskan
:

(2-6)
21

dimana  H = sudut pada titik setengah daya bidang H (radian)


 E = sudut pada titik setengah daya bidang E (radian)

Jika sudut terukur dalam bentuk derajat maka kita juga


dapat menggunakan rumus:

(2-7)

3.12. Impedansi Input


Impedansi input adalah impedansi yang diukur pada titik
catu pada terminal antena yang merupakan perbandingan
tegangan dan arus pada titik tersebut. Impedansi input selain
ditentukan oleh letak titik catu antena, juga dipengaruhi oleh
antena lain atau benda-benda yang berada disekitar antena serta
frekuensi kerjanya.
Impedansi input antena dinyatakan dalam bentuk
kompleks yang memiliki bagian real dan bagian imajiner. Bagian
real merupakan resistansi (tahanan) masukan yang menyatakan
daya yang diradiasikan oleh antena pada medan jauh. Sedangkan
bagian imajiner merupakan reaktansi masukan yang menyatakan
daya yang tersimpan pada medan dekat antena, atau dapat ditulis
dengan :

(2-8)

Impedansi input dapat juga dihitung dengan rumus :

(2-9)

Dimana:
Zin = Impedansi Input (Ohm)
V = Tegangan terminal input (Volt)
I = Arus terminal input (A)

Impedansi antena penting untuk pemindahan daya dari


pemancar ke antena dan dari antena ke penerima. Sebagai contoh
22

untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke


penerima, impedansi antena harus conjugate match. Jika ini tidak
dipenuhi maka akan terjadi pemantulan energi yang dipancarkan
atau diterima.

3.13. VSWR
Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) merupakan
kemampuan suatu antena untuk bekerja pada frekuensi yang
diinginkan. Pengukuran VSWR berhubungan dengan pengukuran
koefisien refleksi dari antena tersebut. VSWR sangat dipengaruhi
oleh impedansi input. Impedansi antena penting untuk
pemindahan daya dari pemancar ke antena dan dari antena ke
penerima. Sebagai contoh untuk memaksimumkan perpindahan
daya dari antena ke penerima, impedansi antena harus conjugate
match. Jika ini tidak dipenuhi maka akan terjadi pemantulan
energi yang dipancarkan atau diterima.
Perbandingan level tegangan yang kembali ke pemancar
(V-) dan yang datang menuju beban (V+) ke sumbernya lazim
disebut koefisien pantul atau koefisien refleksi yang dinyatakan
dengan simbol “Γ” atau dapat dituliskan:

(2-10)

Hubungan antara koefisien refleksi, impedansi


karakteristik saluran (Zo) dan impedansi beban/ antena (Zl) dapat
ditulis:

(2-11)

Harga koefisien refleksi ini dapat bervariasi antara 0


(tanpa pantulan / match) sampai 1, yang berarti sinyal yang
datang ke beban seluruhnya dipantulkan kembali ke sumbernya
semula. Maka untuk pengukuran VSWR besar nilai VSWR yang
ideal adalah 1, yang berarti semua daya yang diradiasikan antena
pemancar diterima oleh antena penerima (match).
23

(2-12)

Semakin besar nilai VSWR menunjukkan daya yang


dipantulkan juga semakin besar dan semakin tidak match.

3.14. Antena Wajanbolic


3.14.1.Pengertian Antena Wajanbolic
Dalam matematika, parabola adalah irisan kerucut yang
berbentuk kurva yang dihasilkan oleh perpotongan menyilang
yang sejajar terhadap permukaan kerucut.

Gambar 2.12 Irisan pada kerucut sehingga membentuk parabola


24

Direktris adalah garis sumbu simetri pada parabola


terhadap titik fokus. Sedangkan fokus dari parabola adalah letak
suatu titik dimana jarak antara titik sembarang pada garis
parabola M(x,y) ke fokus adalah sama dengan jarak antara
M(x,y) ke direktris D(x,0).

Gambar 2.13 Fokus dan direktris

Dari pengertian diatas diketahui bahwa nilai dari jarak titik


F (fokus) ke titik M dan jarak dari titik M ke titik D (direktris)
adalah sama, sehingga dapat dihasilkan persamaan :

( x  0) 2  ( y  f ) 2  ( x  x) 2  ( y  ( f )) 2 (2.-13)

Karena pada persamaan diatas kedua sisi sama-sama


mempunyai akar, maka bisa dieliminasi sehingga menghasilkan
persamaan :

x 2  y 2  f 2  2 yf  y 2  f 2  2 yf
x 2  y 2  y 2  f 2  f 2  2 yf  2 yf
x 2  4 yf
25

x2
y (2-14)
4f

Sekarang perhatikan gambar 3 dibawah, dimana diketahui


diameter dari parabola (D) dan kedalaman parabola (d). Dari dua
parameter tersebut maka bisa dihitung nilai / letak dari titik fokus
parabola.

Gambar 2.14 Penghitungan nilai fokus

Dari gambar 3 diatas, diketahui titik (D/2,d) dan titik


(-D/2,d) terletak pada parabola, sehingga :

x2
y
4f
D
( )2
d 2
4f
D2 1
d x
4 4f
26

D2
d (2-15)
16 f

Dari persamaan diatas bisa kita ubah menjadi sebuah


persamaan untuk menghitung nilai fokus.

D2
d
16 f
D2
16 f 
d
D2
f  d
16
1
D2 1
f  x
d 16
D2
f  (2-16)
16d
Dari persamaan diatas bisa kita perhatikan bahwa semakin
besar nilai diameter dari suatu parabola (D) dan semakin kecil
nilai kedalaman (d) suatu parabola, maka nilai fokusnya akan
menjadi semakin besar.
27

Gambar 2.15 Fokus yang terletak di dalam parabola

Gambar 2.16 Fokus yang ada di luar parabola

Pada dasarnya antena wajanbolic hampir sama dengan


antena parabola. Letak perbedaannya hanya pada reflektor. Jika
pada antena parabola biasa reflektor adalah dish yang didesain
khusus agar dapat memantulkan sinyal dengan sebagaimana
mestinya, maka jika pada antena wajanbolic, reflektor berupa
wajan yang sering kita jumpai.
Antena parabola adalah high-gain reflektor antenna yang
digunakan untuk radio, televisi dan komunikasi data, dan juga
untuk radiolocation (RADAR), pada bagian UHF dan SHF dari
spektrum gelombang elektromagnetik. Secara relatif, gelombang
pendek dari energi elektromagnetik (radio) pada frekuensi ini
28

mengijinkan pemasangan reflektor dengan berbagai macam


ukuran untuk menghasilkan kuat sinyal yang baik pada saat
transmitting dan receiving seperti yang diinginkan.
Antena parabola secara umum terdiri atas reflektor, dan
waveguide. Reflektor adalah sebuah permukaan yang terbuat dari
bahan logam yang dibentuk lingkaran paraboloid yang biasannya
merupakan diameter dari antena tersebut. Paraboloid ini memiliki
titik fokus yang berbeda-beda berdasarkan atas diameter reflektor
dan kedalaman reflektor. Waveguide sebagai salah satu
komponen dari antena parabola (dan juga antena wajanbolic)
terletak pada fokus reflektor. Pada antena wajanbolic feed atau
waveguide sebenarnya juga merupakan sebuah antena tipe low-
gain seperti half-wave dipole atau small waveguide horn. Pada
waveguide ini terdapat sebuah alat yang berfungsi untuk
memancarkan dan menerima sinyal radio-frequency (RF).

(a) (b)
29

(c)

Gambar 2.17 Tipe antena parabola


(a) Parabolic
(b) Off-Center
(c) Cassegrain

Dianggap bahwa antena parabola sebagai circular


aperture, maka persamaan untuk mengetahui nilai pendekatan
gain maksimum adalah :

( 2 D 2 ) (2-17)
G
2
Dimana :
G = penguatan (gain) isotropic
D = diameter reflektor dengan satuan yang sama dengan
panjang gelombang
λ = panjang gelombang

3.14.2.Reflektor
Antena wajanbolic ini menggunakan reflektor dari wajan
yang berbahan alumunium. Dipilih bahan alumunium karena
bahan alumunium secara umum merupakan bahan yang ringan
bila dibandingan dengan bahan logam lainnya. Hal ini tentu
merupakan sebuah keuntungan bila kita akan
mengimplementasikan antena wajanbolic karena walaupun
30

mempunyai dimensi besar, bobot dari antena tersebut akan tetap


lebih ringan jika dibandingan bila kita menggunkan dari bahan
logam lain.
Penggunaan reflektor ini dimaksudkan untuk
mendapatkan penguatan (gain) yang lebih besar bila
dibandingkan hanya menggunakan wireless USB adapter biasa
atau hanya menggunakan antena kaleng (waveguide). Karena
setiap gelombang yang datang dari fokus akan dipantulkan oleh
permukaan reflektor dengan arah yang sejajar dengan sumbu atau
sebaliknya.
Sifat reflektor yang baik adalah :
1. Setiap gelombang yang datang dari fokus dipantulkan
oleh permukaan sejajar dengan sumbu dan sebaliknya.
2. Gelombang dari fokus yang dipantulkan oleh
permukaan reflektor akan memotong suatu bidang
yang tegak lurus terhadap sumbu dengan fase yang
sama
Selain reflektor yang baik, kita juga harus memperhatikan
pencatuan pada waveguide. Pemasangan wireless USB adapter
pada pencatuan waveguide terletak di depan pemantul, supaya
energi (gelombang) dapat dipancarkan langsung ke pemantul
tanpa ada rintangan. Sistem pencatuan harus memenuhi dua
kepentingan :
1. Pencatu harus dapat meradiasikan gelombang ke
pemantul dengan baik, artinya tidak banyak
gelombang yang keluar dari permukaan pemantul
2. Pencatu harus membatasi supaya VSWR saluran
koaksial mendekati satu

3.15. Wireless USB Adapter


Antena sebenarnya pada antena wajanbolic adalah sebuah
alat yang mentransmisikan energi frekuensi radio ke ruang bebas,
yaitu wireless USB adapter. Permukaaan pemantul (wajan)
adalah komponen pasif. Wireless USB adapter berada di dalam
waveguide yang ada di depan titik fokus dari wajan. Titik fokus
adalah titik dimana semua gelombang pantul terkonsentrasi. Titik
fokus (jarak titik fokus dari tengah reflektor) dihitung dengan
persamaan berikut :
31

D2
f  (2-18)
16d

Dimana :
f = panjang fokus dari reflektor
D = diameter reflektor dengan satuan yang sama dengan
panjang gelombang
d = kedalaman reflektor

Radiasi dari wireless USB adapter akan merambat di


dalam waveguide, kemudian akan diradiasikan ulang oleh
reflektor pada arah yang diinginkan. Wireless USB adapter ini
harus menunjukkan directivity yang secara efesien dapat
mengiluminasi reflektor dan juga haru mempunyai polarisasi
yang sesuai. Polarisasi dari wireless USB adapter ini menentukan
polarisasi dari seluruh sistem antena.

3.16. Wireess LAN


Wireless Local Area Network (WLAN) adalah jaringan
komputer yang menggunakan gelombang radio sebagai media
transmisi data. Informasi (data) ditransfer dari satu komputer ke
komputer lain menggunakan gelombang radio. WLAN sering
disebut sebagai jaringan nirkabel atau jaringan wireless.
Proses komunikasi tanpa kabel ini dimulai dengan
bermunculannya peralatan berbasis gelombang radio, seperti
walkie talkie, remote control, cordless phone, ponsel, dan
peralatan radio lainnya. Lalu adanya kebutuhan untuk
menjadikan komputer sebagai barang yang mudah dibawa
(mobile) dan mudah digabungkan dengan jaringan yang sudah
ada. Hal-hal seperti ini akhirnya mendorong pengembangan
teknologi wireless untuk jaringan komputer.
Biasanya wireless LAN ini dipakai di suatu daerah atau
lokasi dimana pemakainya selalu dalam keadaan bergerak, atau
di lokasi tersebut tidak terdapat jaringan kabel untuk penyaluran
data. Wireless LAN ini biasanya menggunakan frekuensi 2,4 GHz
yang disebut juga dengan ISM (Industrial, Scientific, Medical)
Band, dimana oleh FCC (Federal Communication Commission)
32

memang dialokasikan untuk berbagai keperluan industri, sains,


dan media. Jadi siapa pun dapat menggunakan frekuensi ini
dengan bebas asalkan tidak menggunakan pemancar berdaya
tinggi.
Anatomi dari wireless LAN sendiri biasanya digunakan
sebagai hubungan dari satu point to point yang lain, tetapi dengan
perkembangan teknologi, wireless LAN ini dapat digunakan
untuk hubungan dari point to multipoint begitu pula sebaliknya.
BAB III
PEMBUATAN ANTENA WAJANBOLIC
6.1. Penghitungan
Perhitungan untuk pembuatan wajanbolic dapat diperoleh
dari beberapa handbook/ makalah di situs DIKLAT ORARI pada
alamat berikut ini :
 http://ybizdx.arc.itb.ac.id/orari-diklat pada folder
teknik/2.4ghz/ antena/Handbook.pdf (file PDF)
 juga pada folder teknik/2.4ghz/buku-wifi/homebrew-
antenna.xls (file EXCEL untuk menghitung)
Pada dasarnya diperlukan 3 penghitungan utuk membuat
antena wajanbolic, yaitu : [3]
 Menghitung titik fokus wajan dan menghitung panjang bagian
pipa paralon yang tidak diberi lakban alumunium.
 Menghitung panjang pipa paralon yang harus diberi lakban
alumunium
 Menentukan lokasi penempatan wireless USB adapter pada
pipa paralon

Gambar 3.1 Bagan penghitungan antena wajanbolic

Pada gambar diatas diperlihatkan sebuah bagan antena


wajanbolic. Beberapa parameter yang digunakan adalah : [3][4]
Dw = diameter wajan
dw = kedalaman wajan
D = diamater paralon

33
34

fw = fokus wajan
L = panjang pipa paralon yang diberi lakban alumunium
S = titik tempat penempatan wireless USB adapter

Beberapa parameter desain yang harus dihitung nilainya


adalah fw (fokus wajan), L (panjang pipa paralon yang diberi
lakban alumunium), dan S (titik tempat penempatan wireless
USB adapter).
Yang perlu diperhatikan adalah panjang pipa paralon
adalah fw+L. Dimana nilai fw sangat dipengaruhi oleh diameter
(Dw) dan kedalaman wajan (dw).
Penghitungan nilai titik fokus wajan dilakukan dengan
menggunakan persamaan : [3]

(3-1)

Sementara menghitung panjang pipa paralon yang diberi


lakban alumunium (L) dan titik penempatan wireless USB
adapter (S) diperlukan langkah yang lebih panjang. Maka
penghitungan harus dilakukan secara bertahap. Yang harus
dihitung pertama kali adalah panjang gelombang radio 2,4GHz
(λ) yang ada di udara dengan menggunakan persamaan : [3]

(3-2)

Dimana :
λ = panjang gelombang radio 2,4 GHz di udara
C = kecepatan cahaya di udara (299.792.458 meter/detik)
dibulatkan menjadi 300.000.000 meter/detik
Freq = frekuensi operasi yang digunakan (2,437 GHz)

Sehingga bila nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam


persamaan menjadi : [3]

(3-3)

(3-4)
35

Jadi nilai panjang gelombang radio 2,4 GHz di udara


adalah 12,31 cm.
Dari nilai panjang gelombang 2,4 GHz (λ) di udara, dapat
ditentukan diameter dari pipa paralon (D) yang bisa digunakan.
Adapun diameter pipa paralon yang bisa digunakan harus
memenuhi syarat : [3]

(3-5)

(3-6)

Dalam hal ini, pipa paralon 3” yang memiliki diameter 8,9


cm memenuhi syarat agar bisa digunakan sebagai waveguide.
Selanjutnya dilakukan penghitungan panjang gelombang
(λ) frekuensi 2,4 GHz yang merambat dalam pipa paralon
(guiding wavelength) dengan simbol λG.
Rumus untuk menghitung panjang guiding wavelength
adalah : [3]

(3-7)

Dimana :
λG = panjang guiding wavelength
λ = panjang gelombang radio 2,4 GHz di udara, bernilai
12,31 cm
D = lebar diameter pipa paralon yang digunakan, dlam hal
ini pipa paralon 3” mempunyai lebar 8,9 cm

12,31
G  (3-8)
12,31
1 ( )
1,706 * 8,9

λG = 21,174 (3-9)
36

Setelah nilai guiding wavelength diketahui, kita dapat


menghitung panjang minimal dari pipa paralon yang diberi
lakban alumunium (L). Karena yang dihitung adalah panjang
minimal dari L maka jika seandainya panjang dari pipa paralon
yang ditutup lakban alumunium lebih panjang dari nilai
minimum yang ditentukan akan lebih baik selama tidak merusak
konstruksi dari antena itu sendiri.
Adapun nilai panjang L minimal adalah : [3]

Lminimal = 0,75 x λG (3-10)

Lminimal = 15,88 (3-11)

Dalam tugas akhir ini digunakan pipa paralon 3” dengan


diameter 8,9 cm. Maka panjang minimum dari pipa paralon yang
ditutupi lakban alumunium (Lminimum atau ¾λG) adalah 15,88 cm.
Karena merupakan nilai minimum, supaya aman biasanya nilai
dibulatkan ke atas. Dalam banyak tutorial nilai ini biasanya
dibulatkan menjadi 20 cm. Perlu diperhatikan bahwa panjang
total pipa paralon yang digunakan adalah nilai L+fw.
Setelah itu barulah ditentukan titik tempat penempatan
wireless USB adapter pada pipa paralon (S atau ¼λG ). Untuk
menentukan posisi lokasi lubang S dari ujung pipa paralon dapat
digunakan persamaan : [3]

S = 0.25λG (3-12)

Untuk pipa paralon 3” yang digunakan dalam dalam tugas


akhir ini, nilai S adalah 5,29 cm.
Untuk mempermudahkan penghitungan, dapat
dipergunakan file excel yang telah tersedia.
37

Gambar 3.2 Capture file excel untuk mengukur fokus dan gain
antena wajanbolic (diameter 40 cm)

Gambar 3.3 Capture file excel untuk mengukur fokus dan gain
antena wajanbolic (diameter 60 cm)
38

Gambar 3.4 Capture file excel untuk menghitung nilai


¼λG dan ¾λG

6.2. Alat Dan Bahan


Alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
pembuatan antena wajanbolic adalah sebagai berikut : [1]

Alat
Alat yang diperlukan :
1. Gergaji besi
2. Mesin bor
3. Penggaris
4. Pulpen atau sepidol untuk menandai yang akan dipotong
5. Cutter
6. Solder
7. Papan kayu untuk alas pengeboran
8. Kabel ekstender listrik
9. Besi lancip/ paku untuk penanda titik yang akan di bor
10. Palu

Bahan
Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan adalah :
1. Wajan
2. Pipa PVC 3 inci
3. Tutup pipa PVC 3 inci sebanyak 2 buah
4. Lakban alumunium
39

5. Plat ”L” dari bahan non logam untuk dudukan WiFi USB
6. Tie wrap/ tali plastik kecil
7. Mur baut kecil 2 buah untuk membaut dudukan Wifi USB ke
pipa paralon
8. Mur baut agak besar untuk meng-klem salah astu tutup pipa
paralon ke wajan
9. Rubber tape
10. Wireless USB adapter

6.3. Pembuatan Antena Wajanbolic


Langkah-langkah cara pembuatan antena wajanbolic
adalah sebagai berikut :
1. Persiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Lakukan perhitungan nilai fokus wajan (fw), λG/4 dan
¾ λG dengan file excel yang telah tersedia [5]

Gambar 3.5 Penghitungan titik fokus wajan


40

Gambar 3.6 Penghitungan nilai λG/4 dan ¾ λG

3. Tandai bagian tengah wajan dengan paku kecil pada


bagian yang akan di bor
4. Buat sedikit cekungan pada bagian tengah wajan yang
akan di bor dengan paku kecil sebagai penuntun saat
pengeboran agar bor tidak mudah meleset
5. Bor bagian dasar wajan tepat di tengah

Gambar 3.7 Bagian tengah wajan yang telah di bor

6. Tandai salah satu tutup pipa paralon 3” pada bagian


tengah kemudian bor
41

Gambar 3.8 Salah satu tutup pipa 3” yang telah di bor

7. Sambungkan antara wajan dan salah satu tutup pipa


yang sudah di bor tadi dengan mur baut serta beri ring
diantara baut depan dan belakang. Sambungan jangan
terlalu kencang karena pada wajan tipe tertentu yang
tipis hal ini dapat menyebabkan bagian belakang
tengah wajan penyok ke depan. Hal ini akan membuat
bentuk wajan tidak simetris lagi.

Gambar 3.9 wajan dan tutup pipa paralon yang telah


dibaut
42

8. Lapisi tutup pipa paralon 3” yang satunya dengan


lakban alumunium di bagian dalamnya

Gambar 3.10 Tutup pipa paralon yang dilapisi dengan


lakban alumunium bagian dalamnya

9. Potong pipa paralon 3” sepanjang nilai fw + ¾λG


sebagai waveguide
10. Lubangi pipa paralon pada nilai λG/4 sesuai lebar
wireless USB adapter
11. Buat 2 lubang di pipa paralon di dekat nilai λG/4 untuk
membaut plat L (non logam) ke pipa paralon
12. Lapisi pipa paralon dengan lakban alumunium di
bagian luar sepanjang ¾λG dari salah satu ujungnya.
Hal ini dimaksudkan agar sinyal yang telah masuk ke
dalam pipa paralon tidak terpancar keluar kembali
mengingat fungsi dari pipa paralon adalah sebagai
waveguide, yang pada antena kaleng, waveguide,
terbuat dari bahan logam.
43

Gambar 3.11 Waveguide

13. Bor plat L (non logam) sebanyak 2 lubang di salah


satu sisi untuk membaut plat L non logam ke pipa
paralon dan buat beberapa cekungan di tepi salah satu
sisi lainnya untuk letak tie wrap agak tidak mudah
bergeser
14. Lapisi wireless USB adapter dengan rubber tape, ikat
ke plat L (non logam) dengan tali plastik (tie wrap)
44

Gambar 3.12 Wireless USB adapter yang diikat pada plat


L (non logam)

Gambar 3.13 Lubang pada plat L (non logam)


untuk tempat membaut dengan pipa paralon

15. Baut plat L (non logam) ke pipa paralon dengan mur


dan baut kecil
45

Gambar 3.14 Plat L (non logam) dengan wireless USB


adapter yang telah dibaut ke pipa paralon

16. Sambungkan pipa paralon ke wajan dan kemudian


tutup dengan salah satu tutup pipa yang telah dilapisi
dengan lakban alumunium di bagian dalamnya

Gambar 3.15 Antena wajanbolic yang telah jadi

17. Bor plat logam untuk membaut plat logam ke


wajanbolic dan untuk tempat clamp
18. Sambungakan clamp dengan plat logam
46

19. Sambungkan wajan dengan plat logam

6.4. Pembuatan Kabel USB Extender


Pada kenyatannya, aplikasi antena wajanbolic
membutuhkan kabel yang panjang untuk tersambung ke PC atau
laptop. Karena antena wajanbolic membutuhkan koneksi line of
sight, maka tidak jarang harus memasang antena wajanbolic pada
ketinggaian tertentu untuk memperoleh line of sight agar tidak
terhalang oleh apapun. Jika menggunakan kabel USB biasa jelas
tidak akan mungkin karena pada umumnya kebel USB biasa
pendek, dan jika dipaksakan disambung sampai panjang maka
data akan loss di tengah jalan. Jika menggunakan kabel USB
active extender maka harga akan menjadi mahal. Sehingga
digunakan kabel USB extender yang dibuat dari kabel UTP yang
ujungnya dikonversi ke USB. Berikut akan diuraikan cara
pembuatan kabel USB ekstender.

Alat
Alat yang diperlukan :
1. Cutter
2. Solder

Bahan
Bahan yang diperlukan :
1. Kabel UTP + 10 meter
2. Kabel USB extender + 1 meter
3. Timah untuk menyolder
4. Selotip
5. Pipa kecil + 5 cm x 2 buah
6. Lakban

Cara Pembuatan
1. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan
2. Kupas selongsong luar dari kabel UTP di kedua ujung
47

Gambar 3.16 Kabel UTP yang telah dikupas ujungnya

3. Potong kabel USB jadi 2

Gambar 3.17 Kabel USB yang dipotong menjadi 2


48

4. Kupas juga selongsong luar dari kabel USB

Gambar 3.18 Kabel USB yang telah dikupas bagian luarnya

5. Kupas ujung kabel UTP dan USB + 3 mm untuk sambungan


6. Pasang potongan pipa kecil untuk melindungi kabel sebelum
disolder

Gambar 3.19 Memasukkan pipa ke kabel sebelum disolder


49

7. Solder kabel UTP ke kabel USB dengan cara sebagai


berikut :
 Kabel UTP orange – putih orange disatukan untuk
menghubungkan pin +5V (kabel USB merah)
 Kabel UTP putih hijau dihubungkan dengan pin Data+
(kabel USB putih)
 Kabel UTP hijau dihubungkan dengan Data- (kabel USB
hijau)
 Kabel UTP putih biru, biru, putih coklat, coklat disatukan
untuk menghungngkan ke Ground (kabel USB hitam)

Gambar 3.20 Cara penyambungan kabel UTP dengan kabel


USB

8. Setelah semua kabel tesambung dengan baik, lapisi


sambungan kabel dengan selotip agar tidak terjadi hubungan
pendek
9. Rekatkan pipa paralon denga lakban untuk melindungi
sambungan
50

Gambar 3.21 Hasil akhir pembuatan kabel USB extender


BAB IV
PENGUKURAN PARAMETER ANTENA
DAN ANALISA
10.1. Umum
Setelah selesai proses pembuatan antena wajanbolic, maka
tahap selanjutnya adalah pengukuran parameter-parameter
antena, pengujian pada jaringan wireless LAN 2,4 GHz yang
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh ketepatan hasil
perancangan dan pembuatan antena perlu dilakukan pengukuran
pada beberapa parameter antena. Pada bab 4 ini akan disajikan
metode pengukuran, hasil pengukuran serta analisis dari antena
untuk gain optimum pada frekuensi 2,4 GHz. Karena alasan-
alasan praktis maka parameter-parameter yang dapat diukur
meliputi :
1. Pengukuran pola radiasi.
2. Pengukuran gain
3. Polarisasi
4. Pengukuran direktivity
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
pengukuran adalah, menghindari gangguan pantulan (benda-
benda disekitar tempat pengukuran), jarak antara pemancar dan
penerima.

10.2. Persiapan Pengukuran Dan Pengujian


Pengukuran pola radiasi dilakukan untuk mengetahui
bagaimanakah bentuk pola radiasi antena wajanbolic yang telah
dibuat. Selain itu yang paling penting adalah mengetahui
seberapa jauhkan antena yang telah dibuat telah sesuai dengan
harapan. Tentunya diharapkan hasil dari pengukuran ini sesuai
dengan teori, yaitu didapatkan pola radiasi antena yang terarah.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dari pengukuran pola
radiasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
menghindari gangguan pantulan dari benda disekitar pengukuran,
tinggi antena pemancar di sisi access point dengan antena
wajanbolic yang diukur sebagai penerima di sisi laptop haruslah
sejajar dan lurus. Pola radiasi suatu antena merupakan

51
52

karakteristik yang menggambarkan sifat radiasi antena pada


medan jauh sebagai fungsi dari arah.
Arah disini adalah memutar antena wajanbolic dari posisi
0o sampai 360o, baik pada bidang H maupun pada bidang E.
Untuk mengukur pola radiasi antena yang sudah dibuat, maka
antena tersebut dipakai sebagai antena penerima, dengan bantuan
laptop dan wireless USB adapter pada frekuensi 2,4 GHz beserta
BAFO USB 2.0 Extension Cable yang berguna untuk
menghubungkan wireless USB adapter yang diletakkan pada
waveguide antena wajanbolic dengan laptop. Setelah wireless
USB adapter pada antena terhubung dengan laptop, maka level
daya akan nampak di layar laptop dengan bantuan software
Network Stumbler berupa sinyal dalam unit dBm. Pada
pengukuran ini antena pemancar menggunakan antena yang
sudah terpasang pada access point D-link DWL-2100AP standar
protokol 802.11g dengan frekuensi 2,4 GHz.
Peralatan yang digunakan dalam pengukuran ini adalah :
1. Antena wajanbolic
Dalam pengukuran kali ini antena mutlak ada. Karena
antena itu sendirilah yang akan diukur nilai-nilai yang
telah ditentukan sebelumnya. Antena dalam hal ini
adalah dua buah antena wajanbolic dengan diameter
lingkaran 40 centimeter dan 60 centimeter.

Gambar 4.1 Wajanbolic diameter 40 cm


53

Gambar 4.2 Wajanbolic diameter 60 cm

2. Wireless USB adapter


Wireless USB adapter di sini adalah penerima sinyal
wireless yang dipancarkan oleh access point. Pada
proyek akhir ini digunakan wireless USB adapter D-
Link DWA-110 yang beroperasi pada jaringan
wireless 2,4 GHz yang kompatibel dengan 802.11b
dan 802.11g.

Gambar 4.3 D-Link DWA-110 wireless USB adapter

3. USB extension
USB extension berguna sebagai kabel penyambung
antara wireless USB adapter dengan laptop. Merek
yang digunakan adalah BAFO USB Extension Cable
yang kompatibel dengan USB 2.0.
54

Gambar 4.4 BAFO USB 2.0 Extension Cable

4. Laptop
Pada pengukuran parameter antena dan pengujian
antena pada jaringan wireless ini penggunaan laptop
sangat dibutuhkan. Penggunaan laptop adalah untuk
memantau aktifitas wireless yang ada dengan
menggunakan software Network Stumbler.

Gambar 4.5 Penggunaan laptop dalam pengukuran


antena

Agar laptop dapat digunakan, hal pertama adalah harus


diinstall software Network Stumbler. Network
Stumbler adalah sebuah tool untuk Windows yang
55

dapat digunakan untuk mendeteksi Wireless Local


Area Networks (WLANs) menggunakan standar
802.11a/b/g. Selain itu laptop juga digunakan untuk
mengkonfigurasi access point. Agar laptop dapat
digunakan untuk mengkonfigurasi access point maka
IP dari ethernet card laptop harus satu jaringan dengan
access point.

5. Access Point
Alat ini sering digunakan sebagai piranti server pada
jaringan WLAN. Dan biasanya diletakkan di langit-
langit dalam ruangan WLAN indoor. Alat ini dapat
menyalurkan data secara wireless dari PC ke PC
secara infrastruktur. Access Point (AP) ini disertai
adaptor sebagai pencatu daya dari alat tersebut, juga
tersedia kabel UTP agar dapat terhubung secara wired
dan antena eksternal dengan gain 2,15 dBi. Ada 3
indikator led di bagian depan alat ini yang terdiri dari :
power, LAN dan WLAN. Led pada power menyala
memberitahukan AP tercatu oleh listrik melalui
adaptor, led pada LAN menyala memberitahukan
bahwa AP terhubung secara wired melalui kabel UTP
dan led pada WLAN memberitahukan AP terhubung
secara wireless dengan piranti lain.

Gambar 4.6 Acces Point D-Link DWL-2100AP


56

Pada tugas akhir ini, digunakan AP produk D-Link


tipe DWL-2100AP standar IEEE 802.11g dengan
frekuensi 2,4 GHz. Access Point digunakan sebagai
pemancar dan terhubung secara wireless dengan
wireless USB adapter yang terpasang pada laptop.
Sebelumnya yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan AP untuk koneksi antar jaringan
komputer secara wireless adalah penamaan SSID
(Service Set IDentifier). Pengaturan ini dilakukan
secara GUI melalui web. Langkah langkahnya adalah
sebagai berikut :
1) Set IP pada laptop dengan IP 192.168.0.xxx
dengan netmask 255.255.255.0, karena secara
default access point D-Link DWL-2100AP
mempunyai setting IP 192.168.0.50 dengan
netmask 255.255.255.0.
2) Hubungkan kabel UTP straight trough antara LAN
laptop dan access point.
3) Buka web browser (Mozila Firefox).
4) Matikan konfigurasi proxy. Dengan cara masuk ke
menu Tools  Options  Tab Advanced  Tab
Network  Setting  Pilih Direct connection to
the Internet.
5) Ketikkan pada address http://192.168.0.50.
Username default adalah admin dan password
tidak perlu diisi (kosong).
57

Gambar 4.7 Konfirmasi user dan password

6) Jika berhasil maka akan tampak halaman utama


sebagai berikut :

Gambar 4.8 Halaman Home pada pengesetan


access point
58

7) Masuk ke tab wireless yang ada di sebelah kiri.


Pada bagian ini set semua parameter yang
diperlukan.

Gambar 4.9 Setting SSID

8) Agar client bisa menerima IP secara otomatis maka


fitur DHCP server harus kita aktifkan.

Gambar 4.10 Setting DHCP server


59

9) Setiap bagian pada setting diatas, harus kita


konfirmasi dengan menekan tombol Apply dan
access point akan direstart selama selang waktu 30
detik sebelum kembali ke halaman awal.

Gambar 4.11 Proses restart untuk


mengaplikasikan setting

10) Setelah semua pengaturan selesai, maka access


point dapat digunakan.

6. Tripod
Dalam pengukuran ini, tripod juga sangat berperan
sekali. Tripod berfungsi sebagai penyangga agar
antena dapat berdiri dengan tenang dan tidak goyang
saat melakukan pengukuran. Tripod juga berperan
untuk memberikan ketinggian pada antena dengan
access point.
60

Gambar 4.12 Penggunaan tripod untuk pengambilan


data

7. Penggaris busur derajat (360o)


Penggaris busur derajat berbentuk lingkaran atau 360o.
Busur derajat berguna karena pada pengukuran pola
radiasi antena akan diputar 360o dengan step
pergantian setiap 10o.

Gambar 4.13 Busur derajat untuk perputaran antena


61

10.3. Pengukuran Pola Radiasi [6]


Pengukuran pola radiasi dilakukan dua kali untuk masing-
masing antena. Yaitu pola radiasi pada bidang E dan pada bidang
H. Dalam pengukuran harus memperhatikan jarak pada proses
pengukuran.
Peralatan yang digunakan pada pengukuran pola radiasi
ini diantaranya adalah:
 Antena wajanbolic yang telah dibuat
 Laptop
 Wireless USB adapter D-Link DWA-110
 Kabel USB extension BAFO
 Tripod
 Penggaris busur derajat 360o yang terpasang pada
tripod
 Access point D-Link DWL-2100AP
Langkah-langkah pengukuran pola radiasi yaitu dilakukan
dengan:
1. Rangkai semua peralatan seperti pada Gambar 4.14
dan pastikan posisi AP dan antena yang diukur sejajar

3 meter

Gambar 4.14 Diagram pengukuran antena


62

2. Nyalakan laptop dan pasangkan kabel USB exstension


pada wireless USB adapter yang ada pada waveguide
3. Nyalakan access point (AP), pastikan indikasi led pada
power menyala. AP yang terpasang adalah AP yang
telah diset dengan SSID tertentu seperti yang telah
dijelaskan di atas
4. Set antena pada access point pada posisi vertikal atau
horisontal
5. Klik Windows  All Program  D-Link  D-Link
Wireless G DWA-110  Wireless Connection
Manager.
6. Pilih SSID “test” dan tekan Activate

Gambar 4.15 D-Link Wireless Connection

7. Pastikan wireless USB adapter telah terkoneksi


dengan access point dan telah mendapat IP address
secara DHCP
8. Jalankan program Network Stumbler
63

9. Klik tanda + pada menu SSID yang ada di sebelah kiri


kemudian klik pada nama SSID dari access point dan
kemudian angka MAC

Gambar 4.16 Tampilan program Network Stumbler

10. Setelah terlihat grafik sinyal, putar antena setiap 10o


dengan satu satuan waktu tertentu pada program
Network Stumbler
11. Putar setiap 10o mulai dari 0o sampai 360o searah
jarum jam
64

Gambar 4.17 Pemutaran antena setiap 10o

12. Simpan hasilnya

Ulangi langkah percobaan diatas untuk antena access


point pada posisi horisontal. Langkah percobaan tersebut diatas
digunakan pada antena wajanbolic besar ataupun kecil.
Setelah semua percobaan selesai dilakukan dengan
menggunakan antena wajanbolic besar dan kecil, lakukan
konversi nilai sinyal dari program Network Stumbler ke nilai dB.
Hal ini dilakukan karena nilai level sinyal yang didapat dari
program nerwork Stumbler masih dalam bentuk grafik.
Bila nilai level sinyal dari antena wajanbolic setiap
perputaran 10o telah didapat, langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan normalisasi dengan cara mengurangi nilai level sinyal
yang didapat 10o dengan nilai level sinyal tertinggi yang didapat.
Dengan cara tersebut dapat dibuat grafik pola radiasinya dalam
Microsoft Excel. Data hasil pengukuran serta normalisasi
selengkapnya dapat dilihat pada bab lampiran. Berikut ini dapat
dilihat gambar pola radiasi yang didapat dari hasil pengukuran.
65

1. Wajanbolic Kecil Pola Radiasi Vertikal

Beamwidth = 21o
66

2. Wajanbolic Kecil Pola Radiasi Horisontal

Beamwidth = 14o
67

3. Wajanbolic Besar Pola Radiasi Vertikal

Beamwidth = 13o
68

4. Wajanbolic Besar Pola Radiasi Horisontal

Beamwidth = 3o

Dari gambar pola radiasi diatas dapat dilihat bahwa pola


radiasi antena wajanbolic mengarah ke satu arah tertentu. Ini
disebabkan karena level sinyal terbesar ada pada saat posisi
antena 0o. Pada posisi tersebut antena menerima sinyal secara
maksimal. Kemudian ketika antena diputar level sinyal yang
ditangkap akan terus berkurang. Ini karena posisi antena tidak
tepat mengarah pada pemancar dalam hal ini adalah access point.
Pada posisi antena sekitar 180o, level sinyal yang terekam
sangatlah minim. Dari percobaan yang telah dilakukan, antena
masih menangkap sinyal yang dipancarkan access point hanya
saja levelnya rendah.
69

Dari pengukuran pula dapat diketahui pada antena


wajanbolic kecil (40 cm) level sinyal tertinggi yang ditangkap
adalah senilai -30 dB untuk bidang E dan bidang H. Sedangkan
level sinyal terendah yang ditangkap adalah -52 dB untuk bidang
H dan -58 dB untuk bidang E. Pada antena wajanbolic besar level
sinyal tertinggi adalah -22 dB untuk bidang E dan -23 dB untuk
bidang H. Dan level sinyal terendah adalah -62 dB untuk bidang
E dan -58 dB untuk bidang H.
Kedua antena tersebut sama-sama memiliki pola radiasi yang
terarah. Yaitu menerima sinyal dengan baik pada posisi 0o dan
menerima sinyal dengan lemah pada posisi sekitar 180o. Hanya
saja level sinyal yang ditangkap agak sedikit berbeda. Antena
wajanbolic dengan diameter besar menangkap sinyal lebih baik.
Sehingga dari gambar pola radiasi yang didapat dari hasil
pengukuran dapat dikatakan bahwa antena yang dibuat telah
sesuai dengan harapan karena memiliki pancaran daya yang
terarah.

10.4. Pengukuran Gain [6]


Untuk pengukuran gain maksimum antena wajanbolic ini
dilakukan dengan cara membandingkan dengan wireless USB
adapter yang digunakan. Perhitungan yang digunakan adalah
dengan membandingkan level sinyal maksimum yang diterima
wireless USB adapter dengan level sinyal maksimum yang
diperoleh antena wajanbolic.
Untuk mengetahui nilai level sinyal maksimum yang
diterima oleh wireless USB adapter adalah dengan
mengkoneksikan wireless USB adapter ke access point tanpa
bantuan wajanbolic ataupun waveguide.
70

3 meter

Gambar 4.18 Diagram pengukuran


level sinyal wireless USB adapter

Langkah-langkah untuk mengetahui nilai level sinyal yang


diperoleh oleh wireless USB adapter adalah sebagai berikut :
1. Nyalakan laptop dan access point
2. Hubungkan wireless USB adapter ke kabel USB
extension
3. Hubungkan kabel USB extension ke laptop
4. Jalankan program WirelessMon
5. Jalankan program Network Stumbler
6. Periksa nilai level sinyal yang diterima oleh masing-
masing program
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat level sinyal
yang ditangkap oleh wireless USB adapter yang ditunjukkan oleh
program WirelessMon dan Network Stumbler adalah sama, yaitu
sebesar -44 dB.
71

Gambar 4.19 Tampilan program WirelessMon

Gambar 4.20 Tampilan program Network Stumbler


72

Apabila pada wireless USB adapter telah diketahui nilai


level sinyal yang diterima, yaitu pada frekuensi 2,4 GHz sebesar
-44 dBi, maka dari pengukuran diatas gain antena wajanbolic
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

Gt(dB) = (Pt(dBm) – Ps(dBm)) + Gs(dB) (4-1)

Dimana
Gt = Gain antena wajanbolic
Pt = Nilai level sinyal maksimum yang diperoleh antena
wajanbolic
Ps = Nilai level sinyal maksimal yang diterima wireless
USB adapter
Gs = Gain wireless USB adapter

Tabel 4.1 HASIL PENGUKURAN GAIN


Diameter
Pt Ps Gs Gt
Wajan
40 cm -30 dBi -44 dBi 2,15 dBi 16,15 dBi
60 cm -22 dBi -44 dBi 2,15 dBi 24,15 dBi

10.5. Polarisasi [6]


Polarisasi antena ditentukan oleh polarisasi gelombang
yang dipancarkan oleh antena atau oleh efektivitas antena dalam
menerima gelombang.
Penamaan polarisasi antena ditentukan oleh arah medan
listrik (E) gelombang yang dipancarkan oleh antena terhadap
bidang permukaan bumi / tanah.
Untuk pengukuran polarisasi, saat wireless USB adapter
yang ada di dalam waveguide antena wajanbolic berada pada
posisi vertikal dan antena pada access point juga pada posisi
vertikal, ternyata antena wajanbolic lebih efektif menangkap
gelombang sehingga polarisasi ini dinamakan polarisasi vertikal.
Dan sebaliknya saat wireless USB adapter pada antena
wajanbolic tetap pada posisi vertikal dan antena pada access
point dirubah pada posisi horisontal, maka sinyal yang ditangkap
73

antena wajanbolic menjadi lebih lemah. Hal ini dikarenakan telah


terjadinya polarisasi silang sehingga level sinyal yang ditangkap
oleh antena wajanbolic menjadi banyak yang loss.
Hal ini dibuktikan pada antena wajanbolic besar, pada saat
wireless USB adapter dan antena access point sama-sama pada
posisi vertikal, antena wajanbolic dapat menerima sinyal
maksimum sebesar -22 dBi. Sedangkan saat wireless USB
adapter tetap pada posisi vertikal dan antena pada access point
dirubah ke posisi horisontal maka level sinyal yang didapat lebih
kecil yaitu -23 dBi.
Antena wajanbolic dapat menerima polarisasi baik
vertikal ataupun horisontal. Hal ini tergantung bagaimana antena
pada sisi pemancar diset. Dan pada antena wajanbolic hanya
perlu mengatur posisi wireless USB adapter yang ada pada
waveguide. Namun secara umum polarisasi dari antena
wajanbolic adalah polarisasi vertikal karena kebanyakan antena
omni directional yang menyebarkan sinyal wireless pada hotspot
dipasang secara vertikal.

Tabel 4.2 HASIL POLARISASI


Diameter Polarisasi
Wajan Vertikal Horisontal
40 cm -30 dB -30 dB
60 cm -22 dBi -23 dBi

10.6. Directivity [6]


Directivity suatu antena dapat diperkirakan dengan
menggunakan pola radiasi yang dihasilkan pada pengukuran pola
radiasi bidang E dan bidang H. Sudut tersebut dapat dicari
dengan menggunakan gambar pola radiasi. Dengan menandai
titik setengah daya pada pola radiasi kemudian menarik sudut
pada titik tersebut. Ini dilakukan untuk bidang E dan H. Sehingga
dari sudut yang didapat kita dapat mengukur directivity.
74

Sehingga nilai directivity dicari dengan perhitungan :

(4-2)

Atau jika dalam satuan decibel (dB) :


(4-3)
D(dB )  10 log D

Tabel 4.3 Directivity pada antena wajanbolic


Diameter
No Directivity
Antena Wajanbolic
1 40 cm 21,4 dB
2 60 cm 30,2 dB

Gambar 4.21 Pengukuran directivity


75

10.7. Aplikasi Antena Wajanbolic


Antena wajanbolic yang telah dibuat diaplikasikan sebagai
antena penerima atau antena client dalam jaringan wireless LAN
2,4 GHz. Dalam aplikasinya ketika digunakan sebagai antena
penerima, posisi antena harus sejajar dengan antena pemancar
selain itu jalurnya harus line of sight agar sinyal dapat ditangkap
dengan baik oleh antena wajanbolic.
Jika posisi antena pemancar tidak sejajar atau terdapat
penghalang dengan antena penerima (antena wajanbolic), maka
sinyal yang diterima akan melemah. Dan juga, ketika antena
digunakan harus memiliki polarisasi yang sama dengan antena
pemancar, jika posisinya mengalami perbedaan, sinyal yang
diterima juga akan lemah.
Antena wajanbolic ini telah diuji coba di Kediri dengan
menangkap sinyal hotspot dari Poltek Kediri. Uji coba dilakukan
dalam radius jarak + 500 meter line of sight. Dari hasil uji coba,
antena wajanbolic dapat menangkap sinyal dengan baik dan
dapat melakukan koneksi ke internet.

Gambar 4.22 Uji coba antena wajanbolic di Kediri


76

Gambar 4.23 Tampilan D-Link Wireless Connection Manager

Gambar 4.24 Tampilan sinyal pada program NetStumbler

Selain itu, antena wajanbolic ini telah sesuai dengan hasil


yang diharapkan yaitu mempunyai performansi (gain) yang baik
yang tidak kalah bila dibandingakan dengan antena grid yang
dijual dipasaran. Hal ini dibuktikan oleh komentar Pak Onno W.
Purbo mengenai pola radiasi dari antena wajanbolic yang telah
dibuat yang dapat dilihat pada alamat website berikut :
http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Hasil_Peng
ukuran_Pola_Radiasi_Wajanbolic_e-goen
BAB V
PENUTUP
15.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa, maka dapat
disimpulkan bahwa antena wajanbolic adalah antena directional
yang mempunyai keterarahan sinyal. Mempunyai nilai HPBW
(Half Power Beam Width) sebesar 21o untuk wajanbolic kecil
polarisasi vertikal, 14o untuk polarisasi horisontal, 13o untuk
wajanbolic besar polarisasi vertikal, 3o untuk polarisasi
horisontal. Mempunyai nilai gain sebesar 16,15 dBi untuk antena
wajanbolic kecil dan 24,15 dBi untuk antena wajanbolic besar.
Mempunyai polarisasi yang sejajar dengan antena pemancar.
Serta mempunyai nilai directivity sebesar 21,4 dB untuk antena
wajanbolic kecil dan 30,2 dB untuk antena wajanbolic besar.
Pada Tugas Akhir ini, antena wajanbolic yang telah dibuat telah
berhasil sesuai performansi yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat
dari pola radiasi yang dihasilkan, gain, dan directivity yang
dimiliki oleh antena wajanbolic yang telah dibuat.

15.2. SARAN
Dari Proyek Akhir yang telah dilakukan kiranya masih
diperlukan pembenahan-pembenahan sehingga didapatkan hasil
yang lebih memuaskan. Saran-saran yang dapat diberikan
diantaranya adalah peningkatan keakuratan perhitungan dan
keakuratan serta kerapian dalam proses pembuatan antena
wajanbolic. Penggunaan wireless USB adapter dengan merek
yang lebih baik ataupun penggantian wireless USB adapter
dengan access point untuk mendapatkan performansi yang lebih
optimal. Penggunaan software monitor wireless yang lebih
presisi dan mudah dalam pembacaan nilai level sinyal yang
diperoleh. Pemilihan bahan dan material pembuat antena yang
lebih tepat serta penggunaan peralatan yang lebih diperhatikan
kepresisiannya agar hasil yang diperoleh sesuai dengan
perhitungan secara simulasi atau perhitungan secara teoritis.

77
78

-- Halaman ini sengaja dikosongkan --


DAFTAR PUSTAKA

[1] Gunadi, “Merakit Sendiri Wajanbolic Step-by-Step”,


CHIP Edisi Oktober, 2007
[2] Onno W. Purbo, “Internet Wireless dan Hot Spot”, P.T.
Elex Media Komputindo, 2006
[3] Onno W. Purbo, “Panduan Praktis RT/RW-net & Antena
Wajanbolic”, P.T. Prima Infosarana Media, 2007
[4] Onno W. Purbo, E-Goen, “Membuat Sendiri Antena
Wajanbolic & Kenthongan”, P.T. Prima Infosarana
Media, 2007
[5] http://yb1zdx.arc.itb.ac.id/orari-
diklat/pemula/multimedia/foto-station/2.4ghz/wajanbolic-
egoen/
[6] Diyah Andari, Roose, ”Rancang Bangun Antena Yagi-
Uda Berbasis Algoritma Genetika Dan Implementasinya
Pada Wireless LAN 2,4 GHz Sub Judul (Implementasi
Pada Wireless LAN 2,4 GHz)”, PENS-ITS, 2007
[7] Budi Aswoyo, “Antena & Propagasi”, PENS-ITS, 2005.
[8] Raga Putra, Ery,”Disain Dan Implementasi Antena
Kaleng Pada Frekuensi 2,65 GHz”, PENS-ITS, 2005.
[9] Salsabil, Syailendra, ”Pembuatan Antena Omni
Directional 2,4 GHz Untuk Jaringan Wireless-LAN,
PENS-ITS, 2006.

79
80

-- Halaman ini sengaja dikosongkan --


LAMPIRAN

LAMPIRAN A
PENGUKURAN POLA RADIASI
ANTENA WAJANBOLIC KECIL VERTIKAL

POSISI SINYAL SINYAL


(derajat) (dB) TERNORMALISASI
0 -30 0
10 -32 -2
20 -43 -13
30 -48 -18
40 -40 -10
50 -38 -8
60 -40 -10
70 -40 -10
80 -40 -10
90 -42 -12
100 -44 -14
110 -45 -15
120 -48 -18
130 -48 -18
140 -52 -22
150 -54 -24
160 -54 -24
170 -58 -28
180 -54 -24
190 -54 -24
200 -50 -20
210 -52 -22
220 -48 -18
230 -50 -20
240 -48 -18

81
82

POSISI SINYAL SINYAL


(derajat) (dB) TERNORMALISASI
250 -48 -18
260 -48 -18
270 -44 -14
280 -42 -12
290 -42 -12
300 -42 -12
310 -40 -10
320 -40 -10
330 -46 -16
340 -42 -12
350 -35 -5
360 -32 -2
83

LAMPIRAN B
PENGUKURAN POLA RADIASI
ANTENA WAJANBOLIC KECIL HORISONTAL

POSISI SINYAL SINYAL


(derajat) (dB) TERNORMALISASI
0 -30 0
10 -32 -2
20 -44 -14
30 -49 -19
40 -46 -16
50 -42 -12
60 -42 -12
70 -44 -14
80 -44 -14
90 -46 -16
100 -44 -14
110 -46 -16
120 -46 -16
130 -52 -22
140 -48 -18
150 -48 -18
160 -48 -18
170 -50 -20
180 -48 -18
190 -48 -18
200 -50 -20
210 -52 -22
220 -50 -20
230 -50 -20
240 -50 -20
84

POSISI SINYAL SINYAL


(derajat) (dB) TERNORMALISASI
250 -50 -20
260 -46 -16
270 -46 -16
280 -50 -20
290 -46 -16
300 -44 -14
310 -44 -14
320 -38 -8
330 -40 -10
340 -40 -10
350 -38 -8
360 -30 0
85

LAMPIRAN C
PENGUKURAN POLA RADIASI
ANTENA WAJANBOLIC BESAR VERTIKAL

POSISI SINYAL SINYAL


(derajat) (dB) TERNORMALISASI
0 -22 0
10 -30 -8
20 -44 -22
30 -46 -24
40 -42 -20
50 -42 -20
60 -44 -22
70 -44 -22
80 -46 -24
90 -46 -24
100 -52 -30
110 -54 -32
120 -54 -32
130 -52 -30
140 -50 -28
150 -50 -28
160 -54 -32
170 -54 -32
180 -52 -30
190 -56 -34
200 -58 -36
210 -62 -40
220 -54 -32
230 -60 -38
240 -60 -38
250 -52 -30
86

POSISI SINYAL SINYAL


(derajat) (dB) TERNORMALISASI
260 -48 -26
270 -48 -26
280 -48 -26
290 -42 -20
300 -42 -20
310 -42 -20
320 -42 -20
330 -40 -18
340 -40 -18
350 -40 -18
360 -25 -3
87

LAMPIRAN D
PENGUKURAN POLA RADIASI
ANTENA WAJANBOLIC BESAR HORISONTAL

POSISI SINYAL SINYAL


(derajat) (dB) TERNORMALISASI
0 -23 0
10 -30 -7
20 -45 -22
30 -43 -20
40 -46 -23
50 -48 -25
60 -46 -23
70 -46 -23
80 -48 -25
90 -48 -25
100 -52 -29
110 -48 -25
120 -50 -27
130 -52 -29
140 -48 -25
150 -52 -29
160 -58 -35
170 -50 -27
180 -54 -31
190 -48 -25
200 -54 -31
210 -52 -29
220 -50 -27
230 -55 -32
240 -58 -35
250 -54 -31
88

POSISI SINYAL SINYAL


(derajat) (dB) TERNORMALISASI
260 -50 -27
270 -50 -27
280 -48 -25
290 -48 -25
300 -44 -21
310 -42 -19
320 -38 -15
330 -40 -17
340 -40 -17
350 -42 -19
360 -23 0
89

LAMPIRAN E
SPESIFIKASI WIRELESS USB ADAPTER
D-LINK DWA-110
90
91

LAMPIRAN F
SPESIFIKASI ACCESS POINT
D-LINK DWL-2100AP
92
93

LAMPIRAN G
TAMPILAN LEVEL SINYAL
WAJANBOLIC KECIL POLARISASI VERTIKAL
94

LAMPIRAN H
TAMPILAN LEVEL SINYAL
WAJANBOLIC KECIL POLARISASI HORISONTAL
95

LAMPIRAN I
TAMPILAN LEVEL SINYAL
WAJANBOLIC BESAR POLARISASI VERTIKAL
96

LAMPIRAN J
TAMPILAN LEVEL SINYAL
WAJANBOLIC BESAR POLARISASI HORISONTAL
97

LAMPIRAN K
CONTOH SPESIFIKASI ANTENA GRID
98
99
100

-- Halaman ini sengaja dikosongkan --


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Molin Adiyanto


Alamat : Jl. K.H. Achmad Dahlan Gg. X / 2B Mojoroto Kediri
No. HP : 08563508192
Email : molin_it05@yahoo.co.id
: pecky_guk@telkom.net

Riwayat Pendidikan :
 TK Kartanegara II Kediri (1991 – 1993)
 SDN Mojoroto II Kediri (1993 – 1999)
 SLTPN IV Kediri (1999 – 2002)
 SMAN I Kediri (2002 – 2005)
 D3 Teknologi Informasi PENS – ITS (2005 – 2008)

Motto : Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai liang lahat

Penulis telah mengikuti Seminar Tugas Akhir pada tanggal 25


Juli 2008 sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli
Madya (A.Md).

101

You might also like