You are on page 1of 2

Cetak Berita Page 1 of 2

Jauhi Daging, Kanker Ditolak!

Penulis: Prof. Dr. Ali Khomsan, staf pengajar Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, IPB

Bicara soal kanker, selain terkait faktor lingkungan, pasti tidak terlepas dari unsur makanan. Kalau
mau menghindari makan daging, memperbanyak makan buah dan sayuran, serta membiasakan
minum teh, kanker bisa dijauhi. Ini bukan omong kosong. Penelitian telah membuktikannya.

Orang Jepang dikenal "jarang sakit kanker", terutama kanker payudara dan kolon (usus besar). Angka
kematian akibat dua penyakit itu sangat rendah. Namun, orang Jepang yang tinggal di Amerika Serikat
(AS), setelah dua atau tiga generasi, ternyata mengalami insiden kanker persis seperti masyarakat AS.
Cuma kebetulan atau bagian dari misteri negeri Paman Sam?

Jawabannya, bukan kebetulan, tidak pula bagian dari misteri negeri Paman Bush. Bukan misteri kalau
satu dari lima kematian di AS disebabkan oleh kanker.

Kanker tercatat sebagai penyebab kematian yang dominan pada anak-anak usia 3 - 14 tahun.
American Cancer Society mencatat, pada wanita, penyebab kematian terbesar adalah kanker payudara
(19%), kanker paru-paru (19%), serta kolon dan rektum (15%). Sementara pada pria didominasi
kanker paru (34%), kanker kolon dan rektum (12%), serta kanker prostat (10%).

Bukan kebetulan pula kalau imigran Jepang yang tinggal di AS jadi ikut kena imbas. Diperkirakan, 80 -
90% kanker disebabkan faktor-faktor yang terkait dengan lingkungan dan makanan. Konon, pola
makan orang keturunan Jepang di AS ternyata berubah sesuai kecenderungan negeri tempat mereka
berpijak. Mereka jadi lebih suka menyantap makanan tinggi energi dan lemak.

Kasus tadi memberi pelajaran, ternyata santapan sehari-hari berpengaruh terhadap datangnya kanker.
Mengapa kita tidak menjadikannya sebagai "kartu as"?

Awas, senyawa HCA

z Dari sudut pandang gizi, diketahui bahwa energi, protein, zat besi, seng, dan vitamin A
berperan penting dalam mempertahankan kekebalan tubuh.

Defisiensi zat-zat gizi itu akan melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, dan akhirnya tubuh tidak
mampu membendung karsinogenesis (pembentukan sel kanker).

Dalam studi menggunakan hewan percobaan terbukti, pembatasan makanan dapat mencegah
pertumbuhan kebanyakan jenis tumor. Teori yang mendasari hal ini ialah dengan pembatasan
makanan akan menyebabkan perubahan hormonal di dalam tubuh. Kemudian, lewat mekanisme yang
masih belum diketahui, terhambatlah proses tumorigenesis (pembentukan tumor). Penyakit tumor
cenderung menimpa hewan percobaan (tikus) yang mempunyai berat badan lebih lantaran terlalu
banyak makan.

Makanan kaya lemak, pada studi epidemiologis, ternyata berkaitan erat dengan munculnya
kanker usus maupun kanker payudara. Kandungan lemak yang rendah dan konsumsi serat yang
tinggi, seperti pada pola makan vegetarian, dapat menekan jumlah penderita kanker. Tumorigenesis
akan semakin berkembang pada pola makan yang rendah lemak tak jenuh ganda.

Ya, lemak tak jenuh, tunggal maupun ganda, selama ini dikenal sebagai lemak yang bermanfaat bagi
pencegahan penyakit jantung koroner. Pangan nabati seperti kacang-kacangan umumnya kaya akan
lemak tak jenuh.

Hormon tertentu mungkin ikut bertanggung jawab pada munculnya tumor. Pengeluaran hormon ini
dipicu oleh konsumsi lemak yang tinggi. Contohnya, hormon prolaktin (serum) yang merangsang
pertumbuhan tumor, ternyata semakin meningkat apabila makanan kita kaya lemak.

Ada hubungan positif antara kematian akibat lymphoma (kanker) dengan konsumsi protein asal

http://www.kompas.com/kirim_berita/print.cfm?nnum=58172 1/3/2005
Cetak Berita Page 2 of 2
ternak, khususnya daging. Santapan berkadar protein tinggi umumnya banyak mengandung daging.
Makanan jenis ini juga banyak mengandung lemak dan rendah serat. Itu sebabnya, negara yang
konsumsi dagingnya tinggi mempunyai angka kematian akibat kanker kolon tinggi juga.

Ketika kita memasak daging, terbentuklah senyawa HCA (amina-amina heterosiklis) yang
dipercaya bisa menyebabkan kanker. HCA ini muncul sebagai reaksi antarprotein hewani selama
proses browning (pencokelatan). Semakin sedikit HCA terbentuk, semakin sehat daging yang kita
makan. Sayangnya, banyak orang tak tahu, cara memasak ternyata ikut mempengaruhi jumlah HCA
yang terbentuk.

Memanggang daging di dalam oven akan menghasilkan HCA lebih sedikit dibandingkan dengan
menggoreng, menyate, atau memanggang di atas kompor yang suhunya tinggi. Sedangkan merebus
secara perlahan-lahan dengan panas bertahap, mengukus atau memasak dengan oven, praktis tidak
menghasilkan HCA. HCA paling banyak ditemukan pada daging babi asap yang digoreng.

Berbagai percobaan pada binatang menunjukkan, HCA berpotensi mengakibatkan kanker usus besar,
payudara, pankreas, hati, dan kandung kemih. HCA disinyalir bertanggung jawab pula terhadap
meningkatnya jumlah penderita kanker payudara dan usus besar pada wanita di AS. Seperti diketahui,
konsumsi daging penduduk AS relatif lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk di belahan dunia
lainnya.

Studi yang dilakukan New York University Medical Center mencatat, wanita yang rajin makan
daging merah berpeluang menderita kanker payudara dua kali lipat dibandingkan dengan
mereka yang hanya makan daging unggas dan ikan. Ini tidak berarti, kita harus pantang
mengonsumsi daging sapi. Makan daging sapi boleh-boleh saja, tapi harus dijaga frekuensinya agar
tidak terlalu sering.

Netralisir HCA

z Mengonsumsi daging seyogianya selalu disertai makan sayur dan buah sebagai sumber
antioksidan.

Buah-buahan seperti jeruk kaya akan vitamin C yang masuk golongan antioksidan kuat. Demikian juga
sayuran berwarna hijau. Mengonsumsi pangan sumber antioksidan ini akan menetralkan pembentukan
HCA.

Bumbu-bumbuan seperti bawang putih dan cabe hijau yang sering kita gunakan untuk menambah
lezatnya daging hasil masakan dapat juga berfungsi untuk menekan nitrosamin (pencetus kanker),
sama seperti halnya wortel dan tomat. Jadi, alam sebenarnya sudah menyediakan gizi dan zat non-gizi
yang bila diramu dengan baik akan bermanfaat bagi kesehatan.

Maka, siapa pun kita, orang Jepang atau Amerika, di Indonesia maupun di Amerika, tak perlu kena
kanker hanya lantaran pola makan yang tak benar. (intisari)

Url : /kesehatan/news/0410/25/123937.htm

http://www.kompas.com/kirim_berita/print.cfm?nnum=58172 1/3/2005

You might also like