You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Begitu banyak jenis-jenis terapi yang ada pada saat ini, dan kesemuanya
mempunyai ciri-ciri dan tehnik-tehnik penanganan yang berbeda-berbeda. Begitu
pula dengan terapi Gestalt. Terapi ini juga mempunyai cara kerja yang berbeda
dengan jenis terapi yang lain.
Pada kesempatan kali ini pemakalah mencoba untuk sedikit memaparkan
tentang terapi Gestalt, agar para pembaca lebih memahami tentang terapi tersebut
dan menambah pengetahuan kita semua.

1.2 Rumusan Makalah


1. Bagaimana sejarah terapi Gestalt?
2. Apa konsep utama dari terapi Gestalt?
3. Bagaimana proses terapeutik dari terapi Gestalt?
4. Bagaimana teknik-teknik terapi Gestalt?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah terapi Gestalt.
2. Mengetahui konsep utama dari terapi Gestalt.
3. Memahami proses terapeutik terapi Gestalt.
4. Memahami teknik-teknik terapi Gestalt.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Terapi Gestalt


Terapi Gestalt dikembangkan oleh Frederick S. Perls 1969-1970 terapi
ini dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin yang sangat berbeda
yaitu :
 Psikoanalisis terutama yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih
 Fenomenologi eksistensialisme Eropa dan
 Psikologi Gestalt
Perls menyatakan bahwa individu, dalam hal ini manusia, selalu aktif
sebagai keseluruhan, merupakan koordinasi dari seluruh organ. Kesehatan
merupakan keseimbangan yang layak. Pertentangan antara keberadaan sosial dan
biologis merupakan konsep dasar terapi Gestaslt.
Terapi Gestalt adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada
premis bahwa individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima
tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan. Asumsi
dasar terapi gestalt adalah bahwa individu mampu menangani sendiri masalah-
masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar
mengalami sepenuhnya keberadaanya di sini dan sekarang dengan
menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan
mengalami masa sekarang.

2.2 Konsep-konsep Utama


a. Pandangan Tentang Manusia
Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat eksistensial dan
fenomenologi. Pandangan ini menekankan konsep-konsep seperti perluasan
kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan mengalami
cara-cara yang menghambat kesadaran.
Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memilki kesanggupan
memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang
terpadu. Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu dalam perkembangannya,

2
individu membentuk berbagai cara menghindari masalah, dan karenanya menemui
jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya.

b. Saat sekarang
Bagi Perls, tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa
lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang
penting. Salah satu sumbangan utama dari terapi Gestalt adalah penekanannya
pada di sini-dan-sekarang serta pada belajar menghargai dan mengalami
sepenuhnya saat sekarang. Berfokus pada masa lampau dianggap sebagai suatu
cara untuk menghindari tindakan mengalami saat sekarang sepenuhnya.
Perls menerangkan kecemasan sebagai “ senjang antara saat sekarang dan
saat kemudian”. Menurut Perls, jika individu-individu menyimpang dari saat
sekarang ini dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka
mengalami kecemasan.
Guna membantu klien untuk membuat kontak dengan saat sekarang,
terapis lebih suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan “apa” dan “bagaimana”
ketimbang “mengapa”. Dalam rangka meningkatkan kesadaran atas “saat
sekarang”, terapis melakukan dialog dalam kala ini dengan melontarkan
pertanyaan-pertanyaan seperti : Apa yang terjadi saat sekarang? Apa yang sedang
berlangsung sekarang? Bagaimana kesadaran anda saat ini? Dan lain-lain.
Menurut Perls, pertanyaan-pertanyaan “mengapa” hanya akan mengarah kepada
rasionalisasi-rasionalisasi dan “penipuan-penipuan diri” serta menjauhkan
individu dari kesegaran mengalami. Pertanyaan-pertanyaan “mengapa” juga
mengarah kepada pemikiran yang tak berkesudahan tentang masa lampau yang
hanya akan membangkitkan penolakan terhadap saat sekarang.

c. Urusan yang tak selesai


Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai,
yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkap seperti dendam,
kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, dan sebagainya.
Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan
ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan dalam

3
perasaan, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan dibawa
kepada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang
efektif dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain.
Polster mengatakan, bilamana urusan yang tidak selesai membentuk
pusat keberadaan seseorang, maka semangat pemikiran orang tersebut terjadi
terhambat. Idealnya, orang yang tak terhambat memiliki kebebasan untuk terlibat
secara spontan dengan apa saja yang diminatinya sampai minatnya itu terpuaskan
dan sesuatu yang lain mengandung perhatiannya. Itu merupakan suatu proses
yang alamiah, dan orang yang hidup menurut irama ini merasa dirinya luwes,
terbuka, dan efektif.
Perasaan-perasaan yang tidak diketahui menghsilkan sisa emosi yang tak
perlu, yang mengacaukan kesadaran yang terpusat pada saat sekarang. Menurut
Perls, rasa sesal atau dendam paling sering menjadi sumber dan menjadi bentuk
urusan yang tidak selesai yang paling buruk. Dalam pandangannya, rasa sesal
menjadikan individu terpaku, yakni ia tidak bisa mendekati atau terlibat dalam
komunikasi yang otentik sampai dia mengucapkan rasa sesalnya itu.

2.3 Proses Terapeutik


a. Tujuan-tujuan Terapi
Terapi Gestalt memiliki beberapa sasaran penting yang berbeda. Sasaran
dasarnya adalah menantang klien agar berpindah dari "didukung oleh lingkungan"
kepada "didukung oleh diri sendiri". Menurut Perls (1969), sasaran terapi adalah
menjadikan pasien tidak tergantung pada orang lain, menjadikan pasien
menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banyak hal, lebih banyak
daripada apa yang dipikirkannya.
Tujuan terapi Gestalt yaitu bukan penyesuaian terhadap masyarakat, akan
tetapi membantu klien agar menemukan pusat dirinya. Sasaran utama terapi
Gestalt adalah pencapaian kesadaran.

4
b. Fungsi dan Peran Terapis
Sasaran terapis adalah kematangan klien dan pembokaran “hambatan-
hambatan yang mengurangi kemampuan klien berdiri di atas kaki sendiri”.
Tugas terapis adalah membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari
dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan letak jalan
buntu. Jalan buntu adalah titik tempat individu menghindari mengalami perasaan-
perasaan yang mengancam karena dia merasa tidak nyaman.
Satu fungsi yang penting adalah memberi perhatian kepada bahasa tubuh
kliennya. Isyarat-isyarat non verbal dari klien menghasilkan informasi yang kaya
bagi terapis, sebab isyarat-isyarat itu sering “menghianati” perasaan-perasaan
klien, yang klien sendiri tidak menyadarinya.
Terapi menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa
membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah
menuju pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami penghambat-
penghambat pertumbuhannya, maka kesadaran individu akan penghambat-
penghambat itu akan meningkat sehingga dia kemudian bisa mengumpulkan
kekuatan guna mendapatkan keberadaan yang lebih otentik dan vital.

c. Hubungan Antara Terapis dan Klien


Sebagai terapi eksistensial, praktek terapi Gestalt yang efektif melibatkan
hubungan pribadi ke pribadi antara terapis dan klien. Pengalaman-pengalaman,
kesadaran dan persepsi-persepsi terapis menjadi latar belakang, sementara
kesadaran dan reaksi-reaksi klien membentuk bagian muka proses terapi. Yang
penting adalah terapis secara aktif berbagi persepsi-persepsi dan pengalaman-
pengalaman saat sekarang ketika dia menghadapi klien di sini dan sekarang.
Terapis memberikan umpan balik, terutama yang berkaitan dengan apa
yang dilakukan oleh klien melalui tubuhnya. Umpan balik memberikan alat
kepada klien untuk mengembangkan kesadaran atas apa yang sesungguhnya
mereka lakukan.

5
2.4 Teknik-teknik Terapi Gestalt
Sebagai terapi eksistensial, praktek terapi Gestalt yang efektif melibatkan
hubungan pribadi ke pribadi antara terapis dengan klien. Dan teknik-teknik dalam
terapi Gestalt digunakan sesuai gaya pribadi terapis.
Adapun teknik-teknik tersebut berupa permainan yang akan dijabarkan
sebagai berikut:
 Permainan dialog
Si klien berperan sebagai top dog (orang yang kritis, dan konselor
berperan sebagai underdog (tanpa tanggung jawab, ingin dimaklumi). Kedua
peran tersebut akan terlibat dalam pertarungan yang tidak berkesudahan untuk
memperoleh sebuah kendali, sehingga individu menjadi terpecah kedalam situasi
sebagai pengendali sekaligus yang dikendalikan.
Teknik semacam ini sering bisa menggerakkan para klien ke arah
sungguh-sungguh mengalami peran yang mereka mainkan untuk seterusnya, yang
acap kali menghasilkan penemuan kembali aspek-aspek diri yang otonom.

 Berkeliling
Suatu latihan terapi Gestalt dimana klien diminta untuk berkeliling ke
anggota-anggota kelompoknya dan berbicara atau melakukan sesuatu dengan
setiap anggota kelompok itu. Teknik ini dimaksudkan untuk menghadapi,
memberanikan dan menyingkapkan diri, bereksperimen dengan tingkah laku yang
baru, serta tumbuh dan berubah.

 Bermain proyeksi
Dinamika proyeksi terdiri atas seseorang melihat pada orang lain hal-hal
yang justru ia tidak mau melihatnya dan menerimanya pada dirinya sendiri.
Dalam permainan ini, konselor akan meminta si klien untuk mencoba-
cobakan pernyataan-pernyataan tertentu yang ditujukan kepada orang lain dalam
kelompok.

6
 Teknik pembalikkan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu seringkali mempresentasikan
pembalikan impuls-impuls yang mendasari atau yang laten. Jadi, terapis bisa
meminta klien yang mengaku menderita inhibisi-inhibisi yang kuat dan rasa malu
yang berlebihan agar memainkan peran sebagai seorang ekshibisionis dalam
kelompok.
Teori yang melandasi teknik pembalikan adalah teori bahwa klien terjun
ke dalam sesuatu yang ditakutinya karena dianggap bisa menimbulkan
kecemasan, dan menjalin hubungan dengan bagian-bagian diri yang telah ditekan
atau diingkarinya. Teknik ini bisa membantu para klien untuk menerima atribut-
atribut pribadinya yang dicoba diingkarinya.

 Permainan ulangan
Para klien melakukan permainan berbagai pengulangan satu sama lain
dalam upaya meningkatkan kesadaran atas pengulangan-pengulangan yang
dilakukan oleh mereka dalam memenuhi tuntutan memainkan peran-peran sosial.
Mereka menjadi lebih sadar betapa mereka selalu mencoba memenuhi
pengharapan-pengharapan orang lain, sadar atas seberapa besar derajat keinginan
mereka untuk disetujui, diterima, dan disukai, serta sejauh mana mereka berusaha
memperoleh penerimaan.

 Permainan melebihkan
Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas
tanda-tanda dan isyarat-isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui
bahasa tubuh. Klien diminta untuk melebih-lebihkan gerakan-gerakan atau mimik
muka secara berulang-ulang, yang biasanya mengintensifkan perasaan yang
berpaut pada tingkah laku dan membuat makna bagian dalam menjadi lebih jelas.
Teknik ini sering membawa hasil bahwa klien mulai sungguh-sungguh
mendengar dan didengar oleh dirinya sendiri.

7
 Tetap pada perasaan
Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau
suasana hati yang tidak menyenangkan yang ia sangat ingin menghindarinya.
Terapis mendesak klien untuk tetap dengan atau menahan perasaan yang ia ingin
menghindarinya itu. Teknik ini bertujuan membuat jalan menuju tahap-tahap
petumbuhan yang lebih baru.

 Pendekatan Gestalt terhadap kerja mimpi


Mimpi tidak dibicarakan sebagai suatu kejadian yang telah berlalu, tetapi
sebagai sesuatu yang terjadi sekarang, dan pemimpi menjadi bagian dari mimpi
yang dialaminya. Yang dianjurkan dalam penanganan mimpi-mimpi adalah
membuat daftar dari segenap rincian mimpi, mengingat orang-orang, kejadian,
dan suasana hati dalam mimpi, dan kemudian menjadi bagian dari mimpi dengan
jalan mentransformasikan diri, bertindak sepenuh mungkin, dan menciptakan
dialog, karena setiap bagian mimpi itu dianggap merupakan proyeksi dari diri,
maka klien membuat scenario untuk pertemuan-pertemuan diantara berbagai
karakter atau bagian, segenap bagian mimpi yang berbeda mengungkapkan sisi-
sisi yang kontradiktiori dan tidak konsisten. Jadi, dengan melibatkan diri pada
dialog antara sisi yang berlawanan itu, orang lambat laun menjadi lebih sadar atas
jangkauan perasaan-perasaannya sendiri.

Secara keseluruhan orientasi dari terapi Gestalt adalah pemikulan


tanggung jawab yang lebih besar oleh klien bagi mereka sendiri, bagi pikiran-
pikiran, perasaan-perasaan, dan tingkah laku mereka.

8
REFERENSI

Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling &Psikoterapi. Bandung: PT


Refika Aditama.

http://makhluksurga.blogspot.com/2009/05/sekilas-tentang-terapi-gestalt.html
11 Desember 2009 (10:26 AM)

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/manajemen-teknik-dan-
kewirausahaan/terapi-gestalt 14 Desember 2009 (11:40 AM)

http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/ciri-ciri-teori-konseling/ 14 Desember
2009 (11:41 AM)

http://phakiah.multiply.com/journal/item/24/TEORI-
TEORI_YANG_DIGUNAKAN_DALAM_KONSELING_DAN_PSIKO
TERAPI 14 Desember 2009 (12:03 PM)

http://eellzz.wordpress.com/2009/04/07/therapi-gestalt/ 14 Desember 2009


(12:10 PM)

http://sttsaintpaul.blogspot.com/2009/02/konseling.html 14 Desember 2009


(12:21 PM)

You might also like