Professional Documents
Culture Documents
Organisasi Internasional:
Refleksi Konsep Reformasi ECOSOC terhadap Mekanisme Virus sharing dalam WHO
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan masalah yang vital bagi kehidupan manusia. Badan PBB yang
mengurusi masalah ini adalah World Health Organization (WHO). WHO diberi tanggung
jawab menangani masalah serta kemajuan sektor kesehatan di seluruh dunia. Pusat WHO
terletak di Genewa dan memiliki jumlah anggota yang terdiri dari 190-an negara anggota.
Sejak awal pendiriannya di tahun 1948, WHO mengemban tugas yang cakupannya cukup
luas yaitu meliputi program pendidikan kesehatan, imunisasi, penyediaan air dan kebutuhan
dasar sanitasi, pencegahan dan pengawasan endemik penyakit lokal, pengobatan penyakit,
persedian obat-obatan, serta makanan dan nutrisi.1
1
“___________________”, World Health Organization (WHO), http://www.faqs.org/nutrition/Smi-Z/World-
Health-Organization-WHO.html diakses pada 7 Desember 2009 pukul 18.30 WIB
2
“WHO reform and global health Radical restructuring is the only way ahead” (BMJ article on Saturday 10 May
1997)
yang meminta adanya perubahan agar WHO sebagai organisasi internasional memiliki
kapabilitas transparansi di berbagai sistem organisasi tersebut, khususnya dalam mekanisme
virus sharing.
3
United Nations, Basic Facts About The United Nations, (New York: United Nations Publication, 1995), hal. 12
4
Jens Martens, The Reform of the UN Economic and Social Council (ECOSOC): A Never-Ending Story?
http://www.globalpolicy.org/social-and-economic-policy/social-and-economic-policy-at-the-un/reform-of-
ECOSOC-and-the-social-and-economic-policy-process-at-the-un/47509-the-reform-of-the-un-economic-
and-social.html, diakses pada tanggal 2 Desember pukul 17.00 WIB
2.2 Tujuan Reformasi ECOSOC
Selama 50 tahun belakangan, banyak proposal-proposal yang diajukan untuk
memberikan konsep reformasi ECOSOC. Di tahun 1995, Commission on Global Governance
mengajukan proposal dengan konsep ‘Global Council’ yakni sebuah badan yang dapat
melakukan proses pengambilan keputusan secara global. Ide-ide sejenis juga muncul dari
berbagai komisi dan dijadikan proposal untuk mereformasi dewan yang mengurusi masalah
ekonomi dan sosial ini.
Akhirnya pada UN World Summit 2005, negara-negara anggota PBB sepakat untuk
mereformasi dan memperkuat Dewan ECOSOC dengan cara meningkatkan mandat-mandat
yang ada serta menetapkan fungsi-fungsi baru. Fungsi-fungsi baru yang dipercayakan pada
ECOSOC tertera pada paragraf ke 155 dan 156 World Summit Outcome Document.5 Dari
beberapa tujuan utama reformasi ECOSOC yang tercantum dalam UN World Summit
Outcome Document, dua hal yang menurut Penulis menjadi tujuan terpenting adalah
ECOSOC diharapkan dapat lebih efektif sebagai sebuah dewan prinsipil untuk berkoordinasi,
me-review kebijakan dan membuat rekomendasi mengenai isu-isu ekonomi dan sosial.
Kedua, ECOSOC diharapkan dapat menegaskan kembali komitmen terhadap
pengimplementasian global partnership bagi perkembangan dunia yang diatur dalam UN
Millennium Declaration. Dalam hal ini, ECOSOC diharapkan mampu menyediakan platform
bagi keterlibatan negara-negara dan institusi finasial, sektor swasta, serta civil society dalam
membangun tren global.
Sesuai dengan kasus yang Penulis angkat pada tulisan kali ini, Penulis hanya ingin
memfokuskan reformasi ECOSOC di bidang kesehatan. Perubahan sistem dalam bidang
kesehatan merupakan hal yang penting agar ECOSOC dapat meningkatkan kemampuannya
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dunia yang semakin rumit dan beragam.
5
“_____________”, Economic and Social Council Reform. http://www.centerforunreform.org/node/186
diakses pada 7 Desember Pukul 19.30 WIB
global partnership agar seluruh komponen masyarakat dapat bekerjasama mencapai
implementasi global health yang ditargetkan dalam Millennium Development Goals (MDGs).
Seperti yang telah kita ketahui tiga dari target MDGs yakni mengurangi kematian anak,
memperbaiki kesehatan, dan mengurangi penyebaran HIV/AIDS, malaria serta penyakit
menular lainnya ternyata berkaitan dengan tugas utama WHO.6 Dengan demikian, WHO
memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk mengatasi permasalahan kesehatan
sekaligus membantu tercapainya target MDGs tersebut.
Setiap sesi AMR mempunyai tiga elemen yaitu, review global UNDA, thematic
review, dan serangkaian presentasi baik dari negara berkembang mau pun negara maju
mengenai progres agenda pembangunan internasional. Pada AMR tahun 2009 ini, kesehatan
adalah agenda utamanya. Dalam pertemuan tersebut, dibahas usaha-usaha yang dilakukan
PBB untuk mencapai global health.
6
“___________________”, Millennium Development Goals (MDGs), http://www.undp.org/mdg/ diakses pada
tanggal 7 Desember pukul 18.45 WIB
BAB II
PEMBAHASAN
Siti Fadila Supari sebagai Menteri Kesehatan yang menjabat saat itu melakukan
tuntutan kepada WHO agar badan PBB tersebut melakukan sistem transparasi dan adil dalam
mekanisme virus sharing. Ternyata tuntutan Menteri Kesehatan ini didukung oleh negara-
negara lainnya, terutama negara-negara berkembang.
Setiap tahunnya lebih dari 250 juta dosis vaksin virus influenza diproduksi untuk
membantu melindungi masyarakat dunia melawan infeksi influenza itu sendiri. Selama lebih
dari 50 tahun proses pembuatan vaksin tersebut dipercayakan pada kerjasama internasional
7
Endang R Sedyaningsih, “Towards Mutual Trust, Transparency and Equity in Virus sharing Mechanism: The
Avian Influenza Case of Indonesia” diakses pada 7 Desember 2009, pukul 18.35
dimana institusi-institusi kesehatan publik saling bekerjasama dibawah kordinasi WHO di
dalam Global Influenza Surveillance Network (GISN).
Sejak saat itu, GISN telah beroperasi dan berfungsi di seluruh wilayah
dunia di bawah koordinasi dan administrasi kantor pusat WHO. GISN terdiri dari lebih dari
110 National Influenza Centre (NICs) yang berlokasi di 87 negara serta empat lembaga
WHO Collaborating Centres (WHO CC) for Reference and Research on Influenza. Empat
lembaga ini berada di Atlanta, Georgia, London, Melbourne dan Jepang.9
Seperti yang telah Penulis singgung diatas, Indonesia dan negara-negara berkembang
lainnya sejak dulu mengikuti sistem pengiriman virus melalui GISN ini. Namun, karena
WHO dianggap tidak transparan dengan hasil penelitian dari sampel-sampel virus yang
diberikan negara-negara tersebut, akhirnya pengiriman sampel tidak dilakukan lagi dan
negara-negara menuntut adanya kejelasan sistem dalam GISN.
2.3 Akar Penyebab Indonesia Mempelopori Tuntutan Terhadap Sistem Virus sharing
Praktek tak etis seperti demikian sesungguhnya telah melanggar pedoman sistem
virus sharing yang berpotensi menyebabkan pandemik influenza terhadap manusia.
Pedoman tersebut dirilis bulan Maret 2005 yang menyebutkan “Laboratorium-laboratorium
yang ditunjuk WHO harus meminta perizinan dari negara jika ingin menyebarluaskan hasil
penelitian yang didapatkan dari virus-virus yang dikirimkan berasal negara tersebut” dan
“tidak ada distribusi virus yang boleh dilakukan diluar jaringan laboratorium-laboratorium
yang ditunjuk WHO, kecuali dengan seizing negara asal”
Penting untuk dicatat bahwa saat pedoman tersebut dibuat tidak ada dokumen yang
menjelaskan lebih lanjut apa saja sebenarnya “laboratorium-laboratorium rujukan WHO”.
Seperti yang telah Penulis kemukakan sebelumnya, hanya ada 4 laboratorium WHO CC
yang resmi12, tetapi ternyata selanjutnya jumlah laboratorium-laboratorium
tersebutmmeningkat tanpa ada keterangan resmi lebih jauh dari WHO. Semua laboratorium
yang d bekerjasama dengan WHO ini berasal dari negara-negara industri.
11
Endang R Sedyaningsih, Op.Cit
12
World Health Organization. List of WHO Collaborating Centres and Reference Laboratories involved in
annual influenza vaccine composition recommendations & their terms of reference.
http://www.who.int/csr/disease/influenza/collabcentres/en/#ref,
http://www.who.int/csr/disease/influenza/whocccroetor2006.pdf diakses 7 Desember pukul 20.15
pelanggaran terhadap pedoman sistem virus sharing (Maret 2005) dan juga tidak sejalan
dengan konsep keadilan dalam sistem global.
Kunjungan selanjutnya dilaksanakan bulan Maret 2007. Kali ini negara-negara lain
juga ikut menghadiri pertemuan dengan WHO. Ada 21 negara dari seluruh dunia yang
berpartisipasi. Pertemuan tersebut menghasilkan dokumen rekomendasi dari negera-negara
13
Endang R Sedyaningsih, Op.Cit
yang hadir untuk praktek virus sharing yang bertanggung jawab dan menguntungkan.
Pertemuan-pertemuan berikutnya terus dilakukan, tetapi keadaan tetap tidak banyak berubah
dan harapan akhirnya digantungkan pada pertemuan World Health Assembly yang diadakan
bulan Mei 2007.
14
Ibid
“_________________” Who: Meet Discusses Proposals To Reform Who's Influenza Surveillance System
15
16
Endang R Sedyaningsih, Op.Cit
17
WHA ke-62 Lahirkan Resolusi Untuk Lanjutkan Pembahasan Virus Sharing
http://www.depkes.go.id/index.php? diakses pada 7 Desember 21.50 WIB
PIP telah menyepakati sebagian besar butir-butir pada kerangka PIP, dan menyatakan
kembali pentingnya solusi jangka panjang untuk kesiapan dan respon terhadap pandemi
influenza.18
2.5 Refleksi Konsep Reformasi ECOSOC terhadap Tuntutan Mekanisme Virus sharing
Kasus virus sharing yang menimbulkan adanya tuntutan dari negara-negara
berkembang merupakan contoh bahwa PBB, dalam hal ini WHO, harus mereformasi sistem
yang ada dalam tubuhnya. Menurut pendapat Penulis, tuntutan atas mekanisme virus sharing
dari negara-negara berkembang ini sesungguhnya sejalan dengan penegakkan konsep
reformasi ECOSOC dalam UN World Summit 2005 yang telah Penulis singgung pada bagian
awal makalah ini.
UN World Summit Document menyebutkan bahwa ECOSOC sebagai dewan PBB
yang bertanggung jawab atas masalah ekonomi, dan sosial, termasuk kesehatan, diharapkan
dapat menjadi badan yang mampu menegaskan kembali komitmenya terhadap
pengimplementasian ‘global partnership’ bagi perkembangan dunia. Sesungguhnya tuntutan
negara-negara berkembang untuk mereformasi mekanisme virus sharing WHO mengandung
unsur dorongan agar WHO sebagai badan di bawah ECOSOC dapat mencapai tujuan global
partnership tersebut. Negara-negara berkembang menginginkan dalam sistem virus sharing
WHO tidak berpihak ke negara maju dengan memberikan akses bibit virus yang mudah bagi
mereka. Jika memang WHO serius untuk memberantas kasus influenza khususnya flu burung
di dunia, WHO harus melibatkan negara-negara berkembang dengan memberikan kemudahan
akses informasi mengenai virus dan vaksinnya. Hal ini tentu saja sesuai dengan prinsip global
partnership yang diusung ECOSOC dimana prinsip tersebut menginginkan adanya partisipasi
dari berbagai elemen global untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan sosial dunia.
Penulis melihat bahwa virus sharing yang selama ini diatur dalam mekanisme GISN
ternyata melanggar pedoman virus sharing yang dikeluarkan WHO pada bulan Maret 2005.
Dalam pedoman itu, disebutkan jika laboratorium yang ditunjuk sebagai partner WHO ingin
menyebarluaskan informasi dan mengirimkan sampel virus ke tangan pihak lain yang bukan
bagian dari WHO CC, maka ia harus meminta izin terlebih dahulu dari negara asal pengirim
sampel virus tersebut. Akan tetapi, faktanya industry-industri farmasi negara maju dengan
bebas dan mudah mendapatkan sampel virus tanpa izin dari negara yang bersangkutan seperti
apa yang telah Penulis bahas di atas.
18
Ibid
Selanjutnya, menurut Penulis, WHO harus segera menyelesaikan perdebatan
mekanisme virus sharing dan kemudahan akses vaksin, apabila WHO ingin berkontribusi
menjadikan ECOSOC sebagai badan yang lebih efektif sesuai dengan konsep reformasinya
dalam pencapaian target dalam MDGs. Karena seperti apa yang Penulis sebutkan
sebelumnya, salah satu target dari MDGs yaitu mengatasi penyakit menular di dunia juga
merupakan tanggung jawab WHO pada awal terbentuknya organisasi tersebut. Penyakit
Influenza, khususnya Flu Burung, adalah penyakit menular yang membutuhkan kerjasama
global untuk mengatasinya. Jika perdebatan virus sharing terus berlarut-larut dan kemudahan
akses vaksin bagi negara-negara berkembang terus dihambat, maka sulit untuk negara-negara
dunia serta WHO mencapai target MDGs. Sebaliknya, jika konsensus sebagai konsekuensi
dari terciptanya global partnership dalam mekanisme virus sharing yang baru dapat tercapai,
maka persoalan-persoalan pandemik flu burung akan terasa lebih ringan karena beban yang
ditanggung bersama-sama.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa WHO sebagai badan dibawah Dewan
ECOSOC dituntut mampu mengatasi permasalahan kesehatan dunia. Sesuai dengan konsep
reformasi ECOSOC dalam World Summit 2005, WHO harus melaksanakan prinsip global
partnership dimana dalam mengatasi permasalahan kesahatan WHO harus melibatkan seluruh
elemen global, baik dari negara maju maupun negara berkembang.
Sayangnya, untuk mengatasi pandemik virus H5N1, WHO gagal menerapkan prinsip
global partnership. WHO tidak melibatkan negara-negara berkembang secara penuh dalam
pemberantasan virus-virus influenza tersebut dengan membatasi akses informasi mengenai
hasil penelitian dari virus-virus dan mempersulit akses mereka memperoleh vaksin. Negara-
negara maju yang notabenenya tidak kena dampak pandemik H5N1 dibiarkan mengadakan
penelitian sebebas-bebasnya terhadap virus-virus yang dikirimkan oleh negara-negara
berkembang melalui mekanisme virus sharing G1SN WHO tanpa seizin dari negara yang
bersangkutan. Negara maju juga bebas memproduksi vaksin dari virus-virus yang dikirimkan
negara berkembang untuk WHO dan memantenkannya kemudian menjualnya kembali
dengan harga yang mahal ke negara-negara yang terjangkit pandemik virus tersebut. Kecuali
dengan izin dari negara pengirim sampel virus, tentu saja tindakan-tindakan demikian
melanggar pedoman mekanisme virus sharing WHO yang dibuat pada Maret 2005.
BUKU
United Nations, Basic Facts About The United Nations, (New York: United Nations Publication,
1995), hal. 12
ARTIKEL
Endang R Sedyaningsih, “Towards Mutual Trust, Transparency and Equity in Virus sharing
Mechanism: The Avian Influenza Case of Indonesia” diakses pada 7 Desember 2009,
pukul 18.35
“_________” WHO reform and global health Radical restructuring is the only way ahead
(BMJ article on Saturday 10 May 1997)
INTERNET
Martens, Jens, The Reform of the UN Economic and Social Council (ECOSOC): A Never-
Ending Story? http://www.globalpolicy.org/social-and-economic-policy/social-and-
economic-policy-at-the-un/reform-of-ECOSOC-and-the-social-and-economic-policy-
process-at-the-un/47509-the-reform-of-the-un-economic-and-social.html
“___________________”, Millennium Development Goals (MDGs),
http://www.undp.org/mdg