Professional Documents
Culture Documents
WAHAM MENETAP
DISUSUN OLEH :
NOVI RINDI PUJI ASTUTI
060100013
PEMBIMBING :
Dr. Hj. ELMEIDA EFFENDY, Sp.KJ
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulisan makalah “Gangguan Waham Menetap” ini dapat
diselesaikan. Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas kepanitraan klinik
senior Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FK USU.
Di dalam makalah ini dipaparkan informasi mengenai pengertian gangguan
waham menertap sampai bagaimana menangani seseorang yang menderita
gangguan waham menetap tersebuts ebagai materi khusus di bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa FK USU.
Meskipun dalam pembuatan makalah ini banyak mengalami kesulitan,
namun karena adanya petunjuk, maka makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Jajaran dosen staf pengajar FK USU, khususnya Departemen Ilmu
Kesehatan Jiwa yang telah memberikan banyak pengetahuan mengenai
tulisan ini serta memberikan dorongan dan motivasi.
2. Rekan-rekan yang turut memberikan masukan, saran dan bantuan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, apabila penulisan makalah ini banyak terdapat kesalahan,
penulis memohon maaf. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan makalah ini.
(Penulis)
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala yang
utama adalah waham.4
2.2 Epidemiologi
Pemeriksaan akurat tentang epidemiologi gangguan waham menetap dihalangi
oleh relatif jarangnya gangguan ini. Selain itu juga karena pasien dengan
gangguan waham menetap jarang mencari gangguan psikiater kecuali bila dipaksa
oleh keluarganya. Walaupun adanya keterbatasan tersebut, literatur mendukung
pendapat bahwa gangguan waham menetap, walaupun merupakan suatu gangguan
yang jarangm namun memang ada dalam populasi dengan angka yang tidak tetap.4
Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap di Amerika Serikat
berdasarkan DSM-IV-TR adalah sekitar 0,03%, dimana angka ini jauh dibawah
angka kejadian skizofrenia (1%) dan gangguan mood (5%).1,4 Insidensi tahunan
gangguan waham menetap adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000 populasi,
yaitu kira-kira 4% dari semua perawatan pertama pasien psikiatrik. Usia rata-rata
adalah kira-kira 40 tahun, tetapi rentang usia untuk onsetnya adalah berkisar
antara 18 tahun sampai 90 tahun.4 Namun, studi lain yang dilakukan di Spanyol
pada tahun 2008 berdasarkan rekam medis di suatu rumah sakit, mendapati 370
pasien yang dirawat, didiagnosa dengan gangguan waham menetap, dimana
ditemukan rata-rata usia pesien-pasien adalah 55 tahun. Wanita lebih sering
menderita gangguan waham menetap dengan rasio 3:1.1
2.3 Etiologi
Etiologi dari gangguan waham menetap masih belum dikathui secara pasti.4
Terdapat beberapa sangkaan mengenai terjadinya gangguan waham menetap. Data
yang paling mendukung berasal dari keluarga yang melaporkan suatu peningkatan
prevalensi terjadinya gangguan waham menetap (4,8%), dimana gangguan waham
menetap lebih sering terjadi pada seseorang dengan riwayat keluarga menderita
penyakit yang sama atau menderita skizofrenia. Selain itu juga terdapat teori
biologikal yang menghubungkan kejadian gangguan wahan menetap akibat
adanya ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.7,2
d. Kejujuran
Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya dapat dipercaya dalam
informasinya.4
2.5 Tipe-Tipe
Terdapat beberapa tipe pada gangguan waham menetap, yaitu :
a. Tipe Kejar (Persecutory Type)
Tipe ini adalah tipe gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai.1
Waham kejar mungkin sederhana atau terperinci dan biasanya berupa tema
tunggal atau sejumlah tema yang berhubungan, seperti disekongkoli, dicurangi,
dimata-matai, diikuti, diracuni, difitnah secara kejam, diusik atau dihalang-halangi
dalam menggapai tujuan jangka panjang. Hinaan kecil dapat menjadi besar dan
menjadi pusat sistem waham. Orang dengan waham kejar seringkali membenci,
marah, dan mungkin mereka melakukan kekerasan terhadap orang ain yang
diyakininya akan menyerang dirinya. Yang membedakannya dengan tipe kejar
pada skizofrenia adalah waham pada gangguan waham menetap umumnya
tersistematisasi, koheren dan dapat dibenarkan secara logika. Seringkali orang
dengan waham kejar menolak untuk mencari bantuan.4 Seseorang dengan
gangguan waham tipe ini akan mudah marah, mudah tersinggung dan terkadang
dapat bersikap agresif bahkan sampai melakukan tindakan pembunuhan.8
g. Unspecified Type)
Pasien menunjukkan tema waham yang tidak memenuhi salah satu waham diatas.
Sebagai contoh misidentifikasi sindroma, seperti sindroma Capgras, yaitu keadaan
yang dikarakteristikan dimana pasien percaya bahwa anggota keluarganya telah di
gantikan dengan seorang penipu ulung.1,8
2.6 Diagnosis
Untuk mendiagnosa suatu gangguan waham menetap, dapat digunakan kriteria
berdasarkan DSM-IV-TR, yaitu4 :
A : Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi didalam
kehidupan nyata, seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari virus, dicintai dari jarak
jauh atau dikhianati oleh pasangan atau kekasih atau menderita suatu penyakit)
selama sekurangnya 1 bulan.
B : Kriteria A untuk skizofrenia tidak terpenuhi (pasein tidak menunjukkan gejala
halusinasi yang dominan, bicara terdisorganisasi, gejala negatif seperti afek datar).
Catatan : halusinasi taktil dan cium mungkin ditemukan pada gangguan delusional
jika berhubungan dengan waham.
C : Terleps dari gangguan waham (-waham) atau percabangannya, fungsi adalah
tidak terganggu dengan jelas dan perilaku tidak jelas aneh atau kacau.
D : Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama
totalnya adalah relatif singkat dibandingkan lama periode waham.
E : Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis
umum.
From American Psychiatric Association : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disodred, 4th Ed. Washington, DC :
American Psychiatric Association; 1994, with permission.
2.8 Penatalaksanaan
Terdapat beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita
gangguan waham menetap, yaitu :
a. Perawatan di Rumah Sakit
Pada umumnya pasien dengan gangguan waham menetap dapat diobati atas
dasar rawat jalan. Tetapi klinis harus mempertimbangkan beberapa hal.
Pertama, diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis pada diri pasien untuk
menentukan apakah terdapat kondisi medis nonpsikiatrik yang menyebabkan
penyakit ini. Kedua, pasien perlu diperiksa tentang kemampuannya
mengendalikan impuls kekerasan yang mungkin berhubungan dengan
waham. Ketiga, perilaku tentang waham mungkin secara bermakna telah
memperngaruhi kemampuannya untuk berfungsi didalam keluarga atau
pekerjaannya.4
b. Farmakoterapi
Antipsikotik telah digunakan sejak tahun 1970 sebagai pengobatan gangguan
waham menetap. Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa Pimozide(Orap)
mungkin efektif pada gangguan waham menetap tipe somatik.4 Terapi
kombinasi sering dilakukan, termasuk mengkombinasi obat antipsikotik
dengan antidepresan. Secara keseluruhan, penderita gangguan waham
menetap sangat berespon terhadap pengobatan (antipsikosit) yang diberikan,
dimana 50% dilaporkan sembuh dari gejalanya, 90% menunjukkan adanya
perubahan dari klinisnya.1
c. Psikoterapi
Memberikan informasi dan edukasi yang benar mengenai penyakit pasien,
sehingga diharapkan keluarga dapat menerima pasien dan mendukungnya ke
arah penyembuhan. Memberitahukan kepada keluarga untuk tidak
memberikan tekanan emosional kepada pasien, Keluarga juga diharapkan
mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk kontrol minum obat, dan
meminta keluarga untuk lebih mendengarkan dan berkomunikasi dengan
pasien.1 Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan
penyesuaian sosial.4
2.9 Prognosis
Gangguan waham menetap diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil.
Kurang dari 25% dari semua pasien gangguan waham menetap menjadi
skizofrenia. Kira-kira 50% psien pulih pada follow up jangka panjang, 20%
lainnya mengalami penurunan gejalanya dan 30% lainnya tidak mengalami
perubahan pada gejalanya.4
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala yang
utama adalah waham. Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap dianggap
sama dengan prevalensi di Amerika Serikat, yaitu 0,03%, dimana angka ini jauh
berbeda dengan prevalensi terjadinya skizofrenia dan gangguan mood. Angka
munculnya kasus baru adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000 per tahunnya.
Gangguan waham menetap ini terjadi lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki
dengan ratio perbandingannya adalah 3:1.
Penyebab terjadinya gangguan waham menetap masih belum diketahui.
Namun, terdapat beberapa pendapat, yaitu faktor genetik dan faktor biologi.
Penderita gangguan waham menetap umumnya memiliki status mental, sensorium
dan kognisi yang baik.
Terdapat tujuh tipe gangguan waham menetap, diantaranya adalah tipe
kejar, tipe erotomanik, tipe kebesaran, tipe cemburu, tipe somatik, tipe campuran
dan tipe tidak tidak ditentukan. Tipe kejar dan tipe cemburu merupakan tipe
gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai, tipe kebesaran tidak
begitu sering, tipe erotomanik dan tipe somatik merupakan tipe yang paling jarang
terjadi.
Untuk menentukan diagnosa gangguan waham menetap, dapat dipakai
kriteria yang diadaptasi dari DSM-IV-TR. Diagnosa banding yang paling
mendekati gangguan waham menetap adalah skizofrenia tipe paranoid, dimana
yang membedakannya adalah kualitas dari wahamnya.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada panderita gangguan waham
menetap adalah perawatan rumah sakit, farmakoterapi, psikoterapi, faktor
psikodinamik dan terapi keluarga. Gangguan waham menetap memiliki prognosa
yang bisa dikatakan baik, karena jurang dari 50% penderitanya dapat sembuh
dengan follow up jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chopra, Shivani dan Raheel A. Khan. 2009. Delusional Disorder. Diunduh
dari : www.emedicine.com. Dibuka pada tanggal 12 November 2010.
3. Grover, Sandeep, Nitin Gupta dan Suhendra Kumar Matto. 2005. Delusional
Disorder : An Overview. Diunduh dari : www.gjpsy.uni-goettingen.de.
Dibuka pada tanggal 12 November 2010.
6. Maslim, Rusli. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya
8. Sadock, Benjamin J, Virginia A. Sadock dan Pedro Ruiz. 2009. Kaplan &
Sadock’s : Comprehensive Textbook of Psychiatry Volume 1 Ninth Edition.
Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins