You are on page 1of 9

Makalah Mata Kuliah

’’Keperawatan Anak”

“Peran Orang Tua dan Perawat Untuk Memberikan


Sex Education pada Anak Dengan Mengambil Moment Yang
Terbaik”

Dosen Pembimbing:
Nur Lailatul M. S.Kep., Ners

Disusun Oleh:

Haryoko Mukti Apri Wibowo (08060067)


PSIK 5B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN

Di era globalisasi, Informasi begitu gampang dan luas untuk didapat sehingga orang
tua tidak dapat mengontrol atau memonitori anaknya. Remaja dan anak-anak rentan terhadap
informasi yang salah, begitu juga dengan informasi yang salah mengenai seks. Jika mereka
salah dan tidak mendapatkan pendidikan seks yang sepatutnya, mereka akan terkena mitos-
mitos tentang seks yang tidak benar. Informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung
dari orang tua yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak mereka. Terkadang
keinginan untuk memberikan pendidikan seks kepada anak sering terbentur pada rasa malu
dan risih karena hal tersebut dirasakan belum pantas di beritahukan kepada mereka. Namun
alangkah baiknya bila anak diberikan pendidikan seks sejak berusia dini, sehingga sebagai
orangtua bisa memberitahukan dari sisi baik dan buruknya dan mencegah penyimpangan
pendidikan sex kemudian hari.
Akan semakin parah bila dikemudian hari saat anak-anak mulai beranjak besar,
mereka justru mendapatkan informasi yang salah dari sumber-sumber yang tidak bisa
dipercayai keakuratannya, karena mereka penasaran dengan apa yang dilihat, dirasa dan
dilakukan oleh dirinya atau orang disekitarnya. Maka tidaklah salah bila merangkul mereka
dan menjelaskan seputar hal-hal yang bersinggungan dengan topik seks dalam obrolan ringan
dan santai.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan
khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan
melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orang tua (5%). Dari persentase ini
dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orang tua dan guru,
padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga
mentransformasi dari teman yang lainnya. Untuk mencegah hal tersebut, orang tua perlu
memberi Sex education. Dengan adanya Sex education atau pendidikan seks yang tepat, anak
dapat mengerti identitas dirinya dan terlindung dari masalah seksual yang dapat berakibat
buruk bagi anak. Secara garis besar pendidikan seks tersebut mempunyai tujuan yaitu untuk
membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dan membantu
seseorang dalam mengembangkan kepribadian sehingga mampu mengambil keputusan yang
bertanggung jawab. Sedangkan sex education untuk anak pra sekolah lebih bersifat pemberian
informasi berdasarkan komunikasi yang benar antara orangtua dan anak. Pada usia remaja,
Sex education bertujuan untuk melindungi remaja dari berbagai akibat buruk karena persepsi
dan perilaku seksual yang keliru. Sementara pendidikan sex untuk dewasa bertujuan agar
dapat membina kehidupan sexual yang harmonis sebagai pasangan suami istri.
Sex education yang diberikan kepada anaknya harus setara dengan pengetahuan
anaknya, sehingga anak dapat menyerap dan mengerti tanpa kebingungan yang menyebabkan
apa yang dijelaskan kepada orang tua tidak diabaikan, dan apabila orang tua tidak bisa
memberikan sex education maka orang tua dapat berkonsultasi kepada perawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang
arti, fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar, dan legal.
Sejalan dengan perkembangan buah hati yang mulai belajar berjalan dan berbicara, mereka
juga mulai mengenal bagian-bagian tubuhnya. Meskipun mereka belum bisa memahami kata-
kata orag tua, paling tidak ajak anak untuk bicara dan katakan kepadanya setiap bagian-bagian
yang ada ditubuhnya sampai kebagian alat vitalnya. Banyak balita mengungkapkan rasa
penasaran alamiah akan aktivitas seksual dengan melakukan stimulasi sendiri. Tanpa disadari,
anak sering terlihat menggaruk-garuk alat kelaminnya karena merasa gatal.
Hal itu mungkin wajar saja dilakukan anak kecil, karena barangkali ia masih kanak-
kanak namun bila dibiarkan terus-menerus tanpa diberitahu oleh oleh orang tua bahwa hal itu
tidak baik dilakukan didepan orang lain, maka kebiasaan buruk itu kemungkinan akan
terbawa sampai beranjak dewasa. Orang tua memberitahukan pula kepada anaknya bahwa
orang lain tidak diperbolehkan untuk memegang atau menyentuh bagian tubuh pribadinya
(alat kelamin atau payudara) mereka tanpa persetujuan. Hal itu akan memberikan kepada
mereka bekal untuk menjaga dan menghargai tubuhnya dari hal-hal yang tidak dikehendaki.
Diusia yang sudah mulai memasuki 3 atau 4 tahun, biasanya anak-anak sudah mulai
menyadari bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan jenis kelamin. Saat mereka
bermain dokter-dokteran, dimana si anak laki-laki yang menjadi dokter dan si anak
perempuan yang menjadi pasien, lalu si dokter akan memulai untuk memeriksa pasiennya
dengan stetoskop. Saat mereka tengah bermain, sebaiknya orang tua mendampingi mereka
sambil memberitahukan pada mereka berdua jika pada saat melakukan pemeriksaan pada
pasien, ada bagian-bagian tertentu yang tidak boleh disentuh, seperti bagian payudara pada
perempuan itu tidak boleh disentuh sembarang orang karena itu tidak sopan.
Atau bila si anak laki-laki secara tidak sengaja melihat celana dalam teman
perempuannya akibat rok gadis cilik itu tersingkap karena hembusan angin, dan si anak laki-
laki bertanya "Mama itu apa?". Bila pertanyaan itu terlontar dari bibir mungilnya Anda bisa
menjawab "Itu celana dalam dia dan tidak boleh dilihat oleh anak laki-laki karena itu bisa
membuatnya malu." Barangkali si kecil tidak memahami betul maksud perkataan Anda, tapi
bila suatu hari ia melihat kejadian yang sama, ia akan berusaha untuk tidak melihatnya karena
sebelumnya pernah diberitahukan oleh orang tua agar hal itu tidak boleh dilihat. Ketika anak
sedang mandi atau orang tua sedang memandikan si kecil, sambil menyabuni badannya,
beritahukan kepadanya tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan di daerah tersebut atau
fungsi dari bagian tertentu tubuhnya. Bila anak balik bertanya seputar bagian tubuhnya atau
tubuh orang tua, jangan tertawa geli atau merasa malu untuk menjelaskannya. Jelaskan pada
mereka dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan tataplah wajah si kecil saat
Anda sedang menerangkan padanya. Jika mereka ingin tahu banyak lagi, pastinya mereka
akan bertanya dan orang tua pun tidak perlu sungkan-sungkan untuk menjawabnya. Berikut
ini pendidikan sex yang dibutuhkan oleh anal pada anak sesuai usia
Pada usia 0-5 tahun
a) Bantu anak agar merasa nyaman dengan tubuhnya
b) Beri sentuhan dan pelukan kepada anak agar mereka merasakan kasih sàyang dari
orangtuanya secara tulus.
c) Bantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan di
depan umum. Contohnya, saat anak selesai mandi harus mengenakan baju di dalam
kamar mandi atau di kamarnya. Orangtua harus menanamkan bahwa tidak
diperkenankan berlarian usai mandi tanpa busana. Anak harus tahu bahwa ada hal-hal
pribadi dari tubuhnya yang tidak sèmua orang boleh lihat apalagi menyentuhnya.
d) Ajari anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh pria dan wanita. Jelaskan
proses tubuh seperti hamil dan melahirkan dalam kalimat sederhana. Dari sini bisa
dijelaskan bagaimana bayi bisa berada dalam kandungan ibu. Tentu saja harus dilihat
perkembangan kognitif anak. Yang penting orangtua tidak membohongi anak misalnya
dengan mengatakan kalau adik datang dari langit atau dibawa burung. Cobalah
memosisikan diri Anda sebagai anak pada usia tersebut. Cukup beritahu hal-hal yang
ingin diketahuinya. Jelaskan dengan contoh yang terjadi pada binatang.
e) Hindari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya.
f) Ajarkan anak untuk mengetahui nama yang benar setiap bagian tubuh dan fungsinya.
Katakan vagina untuk alat kelamin wanita dan penis untuk alat kelamin pria
ketimbang mengatakan burung atau yang lainnya.
g) Bantu anak memahami konsep pribadi dan ajarkan mereka kalau pembicaraan soal
seks adalah pribadi.
h) Beri dukungan dan suasana kondusif agar anak mau datang kepada orangtua untuk
bertanya soal seks

Pada Usia 6-9 tahun


a) Tetap menginformasikan masalah seks kepada anak, meski tidak ditanya
b) Jelaskan bahwa setiap keluarga mempunyai nilai-nilai sendiri yang patut dihargai.
Seperti nilai untuk menjaga diri sebagai perempuan atau laki-laki serta menghargai
lawan jenisnya.
c) Berikan informasi mendasar tentang permasalahan seksual
d) Beritahukan kepada anak perubahan yang akan terjadi saat mereka menginjak masa
pubertas.

Pada Usia 10-12 tahun


a) Bantu anak memahami masa pubertas. Berikan penjelasan soal menstruasi bagi anak
perempuan serta mimpi basah bagi anak laki-laki sebelum mereka mengalaminya.
Dengan begitu anak sudah diberi persiapan tentang perubahan yang bakal terjadi pada
dirinya.
b) Hargai privasi anak. Dukung anak untuk melakukan komunikasi terbuka.
c) Tekankan kepada anak bahwa proses kematangan seksual setiap individu itu berbeda-
beda.
d) Bantu anak untuk memahami bahwa meskipun secara fisik ia sudah dewasa, aspek
kognitif dan emosionalnya belum dewasa untuk berhubungan intim.
e) Beri pemahaman kepada anak bahwa banyak cara untuk mengekspresikan cinta dan
kasih sayang tanpa perlu berhubungan intim.
f) Diskusi terbuka dengan anak tentang alat kontrasepsi. Katakan bahwa alat kontrasepsi
berguna bagi pasangan suami istri untuk mengatur atau menjarangkan kelahiran.
g) Diskusikan tentang perasaan emosional dan seksual.

Pada Usia 13-15 tahun


a) Ajarkan tentang nilai keluarga dan agama.
b) Ungkapkan kepada anak kalau ada beragam cara untuk mengekspresikan cinta.
c) Diskusikan dengan anak tentang faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum
melakukan hubungan seks.

Usia 16-18 tahun


a) Dukung anak untuk mengambil keputusan sambill memberi informasi berdasarkan apa
seharusnya ia mengambil keputusan itu.
b) Diskusikan dengan anak tentang perilaku seks yang tidak sehat dan ilegal.

Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar
pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu
membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak perlu mendapatkan informasi yang tepat
dari orang tuanya, bukan dari teman dan orang lain tentang seks. Karena rasa ingin tahu yang
besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban
dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks didapatkan dari teman sebaya
atau Internet yang informasinya bisa jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak Anda sejak
dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang tepat.
BAB III
PEMBAHASAN

Pendidikan sex seharusnya diberikan oleh orang tua sehingga orang tua dapat
mengontrol dan menjawab dengan benar, disamping itu orang tua harus mempunyai
pengetahuan sex yang luas, dan apabila Orang tua tidak paham ataupun tidak mengeti tentang
pendidikan sex maka orang tua tersebut dapat berkonsultasi kepada perawat. Banyak cara
yang dilakukan oleh orang tua dalam memberikan pendidikan sex anaknya yang aman dan
Untuk mendiskusikan pendidikan sex secara adekuat, perawat harus memiliki pengetahuan
tentang aspek fisiologis seksualitas, pengetahuan tentang nilai-nilai budaya dan sosial, serta
kesadaran perawat terhadap perilaku, kebiasaan dan anggapanya mengenai seksualitas.
Tujuan diberikannya sex education adalah Memberikan pengertian yang memadai
mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan
masalah seksual pada remaja; Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan
perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab); Membentuk
sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi;
Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada
kedua individu dan kehidupan keluarga; Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai
moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan
berhubungan dengan perilaku seksual.; memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan
penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat
mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.; Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan
terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
Dalam memberikan pendidikan sex pada anak dapat dilakukan dengan beberapa cara
dengan mengambil moment yang tepat salah satunya membantu anak memahami perbedaan
perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan di depan umum. Contohnya, saat anak selesai
mandi harus mengenakan baju di dalam kamar mandi atau di kamarnya. Orangtua harus
menanamkan bahwa tidak diperkenankan berlarian usai mandi tanpa busana. Anak harus tahu
bahwa ada hal-hal pribadi dari tubuhnya yang tidak sèmua orang boleh lihat apalagi
menyentuhnya.
Dalam mendidik anak seputar pendidikann sex, sebisa mungkin dimulai dari usia
sedini mungkin. Yaitu sejak anak mulai mengerti bahasa sesuai kemampuannya. Biasanya
anak balita sudah mulai bertanya asal-usul bayi. Proses ini dapat mempererat ikatan
kepercayaan antara orang tua dan anak, serta dapat mengenalkan si anak kepada hal-hal yang
mungkin bisa membahayakannya. Yaitu pelecehan seksual dari orang lain, mulai meraba-raba
tubuh badannya pada tempat-tempat yang tidak semestinya.
Daftar Pustaka

http://kumpulan.info/keluarga/anak/40-anak/258-pendidikan-seks-anak.html
http://www.lintasberita.com/go/475375
http://www.zigunawan.com/perlunya-pendidikan-seks-pada-anak-sejak-usia-dini.html
http://duniaanak.rawins.com/2008/08/pendidikan-seks-berdasarkan-usia-anak.html
http://www.docstoc.com/docs/19707737/PERLUKAH-PENDIDIKAN-SEKS-UNTUK-
ANAK-USIA-DINI
http://forum.unnes.ac.id/index.php?topic=441.0

You might also like