You are on page 1of 4

c 


   

Tahukah Anda bahwa wanita juga suka berbohong kapada pria. Apa saja
kebohohan wanita pada pria? Mengapa mereka berbohong? Biasanya, wanita
memilih berdusta demi melindungi perasaannya atau perasaan pasangannya,
seperti dikutip dari  . Nah, simak saja hal-hal di bawah ini yang menjadi
rahasia mereka.

‘ —  



Banyak wanita yang tidak berterus terang pada pasangannya tentang jumlah
pria yang pernah dekat dengannya. Alasan wanita, mereka tak ingin dianggap
wanita yang sering gonta-ganti pacar.
Selain itu, mereka juga ingin menjaga perasaan pasangannya, dan tak ingin
merusak hubungan, terutama jika jumlah mantan kekasih cukup banyak.

x‘ 2    


manita seringkali memakai kebohongan ini untuk memutuskan hubungan
dengan pria. Sebab, wanita tidak ingin terlalu lama berkonflik, maka dia pun
akan mengaku sebagai pihak paling bersalah. ½    
     
 


‘    


ebanyakan wanita merasa tidak nyaman ketika harus membicarakan berat
badan kepada pasangannya. Terkadang, mereka terpaksa tidak berterus terang
soal itu. Bukan bermaksud menipu kekasih, tapi hal ini karena ingin selalu
tampak menarik di mata pasangan.

‘ —   


etika seorang pria bertanya kepada pasangannya, mengapa diam saja.
manita sering menjawab, ½ 
 Bila pria
mendengar jawaban seperti itu, sebaiknya berhati-hati menghadapinya.
Biasanya ada sesuatu yang salah.

c‘   


 
½        Memang, wanita
bisa menunjukkan wajah ikhlas ketika pria meminta izin untuk pergi bersama
teman-temannya. Namun, biasanya wanita tetap merasa curiga, walaupun
pada akhirnya tetap mengizinkan pasangannya.
2 2 2 2—2

    ya ustadz͙.

Ana tertarik dengan tulisan tulisan antum sejak dulu, dan akhirnya Ana terpaksa pula harus
mencurahkan semua hal yang menimpa Ana beberapa bulan terakhir ini.

Empat tahun lalu Ana menikahi seorang gadis perawan dan sebelum menikah Ana pernah
mempertanyakan kesuciannya. Dia bersumpah masih perawan. Namun ternyata Ana
mendapati dia tidak lagi perawan. Ana diam dan tidak menghiraukannya pada saat malam
pertama, karena alasan ingin menguji kejujurannya. Dua bulan kemudian Ana mendapati sms di
ponselnya yang berasal dari kiriman mantan pacarnya. esempatan itu Ana jadikan jalan untuk
mempertanyakan lebih jauh tentang kejujurannya. Tanpa diduga, dia jujur mengakui semua
perbuatannya tempo dulu. etika Ana bilang kenapa tidak jujur padahal pada saat bertanya Ana
jelas-jelas bilang, ͞amu perawan atau tidak itu bukan masalah tapi aku ingin kejujuran
kamu͙.͟ Dia cuma jawab, ͞Maaf, aku takut kamu ninggalin aku͙.͟

Pertanyaan Ana: Apa yang harus Ana lakukan sekarang, sebab kebohongan yang dia lakukan
telah menyebabkan Ana ͞sakit͟ secara psikis, kadang Ana jijik jika terbayang dia diperawani
orang lain.

Lalu bagaimana menurut pandangan hukum Islam tentang istri yang telah membohongi
suaminya tentang masalah keperawanan? Penting bagi Ana ya ustadz.., mohon kiranya ustadz
dapat segera menjawab masalah Ana.

Terima kasih, `    .

  
  

‘
‘
‘‘ 
   ‘  
 

Sekali lagi, kita menemukan sebuah hikmah dari sabda Nabi ʹshollallohu ͚alaihi wa sallam,

       
    
   
  
   

        
   !
 " #   $
 

½    
             
      
    
     ½  
       [Arti ͞Taribat Yadaak͟, adalah bersentuhan dengan
bumi. Itu merupakan bahasan kiasan yang artinya: membutuhkan. Ungkapan itu berwujud
berita, tetapi artinya sebagai perintah. Lihat Fathul Bari IX : 38 - 39]

Agama menegur kita agar memilih wanita karena ͞agamanya͟, hanya dengan itu kita selamat.
ejadian bahwa seorang perempuan berdusta dengan keperawanannya demi meraih cinta
seorang pria adalah gambaran buruk dari kualitas agamanya. arena buruk agamanya, maka
wajar bila ujungnya adalah derita.

Akhi (saudaraku-red), mari kita renungi sama-sama persoalan yang Akhi hadapi dengan hati
dingin, pikiran tenang dan pencermatan terhadap realitas ajaran Islam secara teduh. Gambaran
kebenaran itu niscaya akan terpapar jelas di depan mata kita bersama.

Akhi, bila syarat dan rukun menikah telah terpenuhi, pernikahan sah secara hukum syariat.
Maka, pernikahan seorang muslim dengan muslimah yang pernah berzina sekalipun, hukumnya
sah secara syariat, di luar apakah secara kepantasan diperbolehkan atau tidak. Yang terpenting,
secara hukum pernikahan kalian berdua sah sebagai pasutri. Tapi tersisa persoalan lain yang
klasik dalam soal akad atau transaksi, yaitu kecurangan.

Akad pernikahan itu identik dengan transaksi. Dua orang yang bertransaksi secara sah, dan
selesai melakukan transaksi, tidak lantas transaksi itu bisa berjalan mulus, bila terjadi
kecurangan salah satu pihak. Bila kecurangan itu terbukti, seperti adanya cacat barang yang
disembunyikan atau lazim disebut sebagai tadlis, maka pihak lain berhak melakukan
pembatalan atas transaksi tersebut. Namun bila ia rela, transaksi bisa terus berlanjut, dan pihak
yang bersalah harus bertaubat kepada Allah. Sederhana bukan?

Ya. Dalam ukuran hukum, memang sesederhana itu. Tapi menikah bukanlah berdagang.
Menikah adalah upaya mempersatukan dua sosok berbeda jenis untuk membangun sebuah
rumah tangga yang bahagia (samara).

Maka, saya sering menegaskan, jangan mengukur segala hukum hanya dengan sah atau tidak
sah saja. Menikahi wanita ahli kitab, Nasrani atau Yahudi secara hukum juga sah, tapi siapa pula
yang ingin menanggung akibatnya kalau juga bukan karena benar-benar terpaksa? Sedangkan
menikahi wanita muslimah saja tetap harus dengan menimbang kualitas agamanya, apalagi
dengan non muslimah.

Itu hanya sekadar contoh, hukum tak boleh dipandang hanya dari sudut sah atau tidak sah saja.
Apalagi di balik pernikahan ada sisi-sisi lain sebagai konsekuensinya: kebahagiaan rumah tangga
dan lain sebagainya. Dengan siapa kita menikah, akan sangat menentukan hasil yang kita capai
di berbagai sisi interaktif tersebut.

Sekarang, akad itu sudah terikat, ini yang menjadi inti persoalannya. Maka yang wajib Akhi
lakukan adalah meneliti secara cermat, apakah istri Akhi betul-betul telah bertaubat. Jangan
tanyakan itu, karena yang dibutuhkan bukanlah jawaban lisan, cukup perhatikan kehidupan
sehari-harinya. Bila belum terlihat, cobalah dekatkan dia dengan nilai-nilai agama, ajarkan dia
untuk menjaga shalat, rajin membaca Al-Quran ʹbila sudah bisaʹ, ajarkan ibadah-ibadah
sunnah.

Bila ia menyambut baik bimbingan tersebut, pejamkanlah mata, tekan rasa sakit dalam hati,
karena taubat itu menghapus segala kekurangan di masa lampau. Bukankah sebagian para
sahabat Nabi ʹshollallohu ͚alaih wa sallamʹ juga menikah beberapa wanita muslimah yang
sebelum Islam pernah menjadi pelacur di kompleks pelacuran milik Abdullah bin Ubayy bin
Salul yang tersohor itu? Bila mereka memikirkan bagaimana istri-istri mereka dahulu, tentu
pahit. Tapi, apalah gunanya menyesali dan membayangkan masa lampau? Taubat sudah
menghapuskan segalanya.

Bila rasa sesal dan kecewa itu masih mengendap dalam hati ʹdan itu sangatlah manusiawiʹ,
maka pandanglah itu sebagai pelajaran dari Allah untuk menunjukkan keluhuran agama-Nya,
bahwa perintah Allah agar kita mengutamakan bagusnya agama calon pasangan kita adalah
kebenaran mutlak yang tak dapat kita sangkal. Maka, jangan buat penyesalan itu menjadi tak
berguna. Jadikan itu sebagai batu loncatan menuju karunia Allah yang masih terbentang di
depan mata. uncinya sangatlah sederhana.

Banyak orang berpikir, istri shalihah harus selamanya berupa anugerah paket wanita muslimah
yang sudah siap guna. Artinya, ketika menikah sudah ia dapati calon istrinya sebagai wanita
shalihah. Tapi persoalannya, tak selamanya kita memperoleh semua yang kita sukai, maka
belajarlah untuk menyukai semua yang kita peroleh.

Bila tak mendapatkan barang siap guna, kenapa tak berusaha mencetak barang itu sendiri
dengan kemampuan kita? Istri shalihah bisa ditempa dalam rumah kita sendiri. Betapa banyak
wanita yang tampak biasa-biasa saja sebelum menikah, atau bahkan memiliki setumpuk masa
lalu yang kelam soal hubungan antara dirinya dengan Allah, tapi setelah menikah ia mampu
menempa diri menjadi wanita shalihah.

Maka, berbasis pada perintah Allah, ͞Dan bertolong-tolonganlah atas dasar kebajikan dan
ketakwaan, jangan bertolong-tolongan atas dasar dosa dan pelanggaran͙͟

Cobalah untuk membina diri dan bersamaan dengan itu membina istri menjadi wanita yang
shalihah. Ciptakan nuansa taubat dalam diri kalian berdua. Basahi malam kalian dengan air
mata taubat dan penyesalan di hadapan-Nya. Mulailah membuka jalan baru menuju kehidupan
yang lebih tertata, terbina, dan lebih mampu mengangkat harkat kalian berdua menjadi insan-
insan yang sungguh-sungguh bertakwa.

Itu bila Akhi memiliki cukup motivasi dan sokongan moral serta ketabahan untuk mencari jalan
yang terbaik. Semua itu bergantung pada kalian sendiri. Bila tidak, Akhi tentu memiliki pilihan
lain untuk berpisah, karena ͞kecurangan͟ itu sudah bisa menjadi alasan sah untuk
membatalkan tali pernikahan kalian berdua. Tapi ʹbagi saya pribadiʹ, kalau kalian berdua masih
bisa menempuh jalan untuk meraih kebahagiaan surga bersama-sama, kenapa tak dilakukan?

Akhi berhak untuk sakit hati, tapi kenapa tak memilih memaafkan? Bukankah Abu Bakar pernah
merasa begitu sakit hati karena telah menolong seorang muslim, tapi si muslim malah ikut andil
menfitnah putrinya? Bukan sembarang putri, tapi putri yang sudah menjadi salah seorang
Ummahatul Mukminin, Aisyah ʹrodhiyallohu ͚anhaʹ. Tapi, Al Quran mengajarkan beliau untuk
memaafkannya, tak usah tindakan orang itu membuatnya memutuskan santunan yang selama
ini ia berikan kepadanya.

Akhi, memaafkan itu sungguh berat, kita menyadari itu, tapi nilainya di sisi Allah sungguh besar.
Ada sebuah riwayat menceritakan tentang kisah seorang pria, sebut saja A, yang meminjam
uang kepada B. eduanya wafat, dan si A belum membayar hutangnya. Tentu saja, secara
hukum, hutang itu akan dipertanggungjawabkan di jembatan ash-Shirath kelak. Di jembatan itu,
A akan dihukum karena hutangnya. Lalu Allah menawarkan kepada B sebuah keindahan lain di
surga yang akan dia masuki. Sebuah rumah indah, jalan-jalan berbantalkan batu-batu mulia
yang memesona. Ia bertanya, ͞Untuk siapakah ini, wahai Rabb?͟ Allah berfirman, ͞Untuk
muslim yang memaafkan saudaranya͙͟ ͞Ya Rabbi, kumaafkan kesalahan A, kuputihkan semua
hutangnya͙͟ Dan, keduanya pun masuk ke dalam Surga. A masuk surga karena ia dimaafkan
oleh B, sementara B masuk surga dan karena maaf yang ia berikan, ia diberi tambahan
kenikmatan di surga nanti! Duhai, betapa indahnya bukan?

Akhi, saran saya, maafkanlah kesalahan istri Akhi itu, bimbing ia untuk bertaubat, dan raih surga
bersama-sama. alau ia enggan bertaubat, barulah Akhi mengambil langkah terbaik͙, berpisah
dengannya. Allah sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untuk Akhi͙ Baarakallaahu laka, wa
baaraka ͚alaika, wa jama͛a bainakumaa fi khair. (***)

You might also like