You are on page 1of 3

Asas-asas hukum acara pidana Asas-asas hukum acara pidana

menurut UU No.4 Tahun 2004 menurut UU No.48 Tahun 2009


1. Peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan. 1) Hakim bersifat majelis.
Asas ini ditegaskan dalam pasal 5 ayat (2) UU No. 4 Tahun Asas ini ditegaskan dalam pasal 11 ayat (1) UU No. 48
2004 Kekuasaan Kehakiman : “pengadilan membantu Tahun 2009 Pokok kekuasaan Kehakiman : “Pengadilan
pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya dengan susunan majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga)
peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan”. orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain.”
2. Praduga tak bersalah (presumption of 2) Pengadilan dilarang menolak memeriksa
innocence). perkara yang diajukan ke pengadilan.
Asas ini disebut didalam pasal 8 UU No.4 Tahun 2004 Asas ini disebutkan dalam pasal 10 ayat (1) UU No.48
Pokok Kekuasaan Kehakiman : “Setiap orang yang Tahun 2009 Pokok Kekuasaan Kehakiman : “Pasal
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan/atau Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa,
dihadapkan di depan pengadilan, wajib dianggap tidak mengadili,
bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih
menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh hukum bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
tetap”. wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.”
Dan juga dalam Penjelasan Umum butir 3c KUHAP :
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan,
dituntut dan/atau dihadapkan dimuka sidang
pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada
putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan
telah memperoleh hukum tetap”.
3. Asas oportunitas. 3) Pemeriksaan dilakukan di pengadilan dengan
Asas ini diatur dalam pasal 23 huruf c UU No.16 Tahun atau tanpa hadirnya terdakwa.
2004 : “Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang Asas ini di rumuskan dalam pasal 12 ayat (1) UU No.48
mengesampingkan perkara demi kepentingan umum”. Tahun 2009 Pokok Kekuasaan Kehakiman : “Pengadilan
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
pidana dengan kehadiran terdakwa, kecuali undang-
undang menentukan lain.”
Dan juga dalam pasal 12 ayat (2) ) UU No.48 Tahun 2009
Pokok Kekuasaan Kehakiman : “Dalam hal terdakwa
tidak hadir, sedangkan pemeriksaan dinyatakan telah
selesai, putusan dapat diucapkan tanpa dihadiri
terdakwa.”
4. Pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum. 4) Putusan pengadilan berdasarkan
Asas ini dirumuskan dalam pasal 19 ayat (1) UU No. 14 permusyawaratan hakim.
Tahun 2004 : “Sidang pemeriksaan pengadilan adalah Asas ini dirumuskan dalam pasal 14 ayat (1) UU No.48
terbuka untuk umum, kecuali undang-undang Tahun 2009 Pokok Kekuasaan Kehakiman : “Putusan
menentukan lain”. diambil berdasarkan sidang permusyawaratan
dan KUHAP pasal 153 ayat (3) dan (4) : hakim yang bersifat rahasia.”
“untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang Dan pasal 14 ayat (2) UU No.48 Tahun 2009 Pokok
membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum, Kekuasaan Kehakiman : “Dalam sidang
kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau permusyawaratan, setiap hakim wajib
terdakwanya anak-anak”. menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis
“Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (2) dan ayat terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi
(3) mengakibatkan batalnya putusan demi hukum”. bagian yang tidak terpisahkan dari putusan.”
5. Semua orang diperlakukan sama di depan 5) Hakim bersifat pasif.
hukum. Asas ini ditegaskan dalam pasal 3 ayat (2) UU No.48
Asas yang umum dianut Negara-negara yang berdasarkan Tahun 2009 Pokok Kekuasaan Kehakiman : “Segala
hukum ini tegas tercantum pula dalam UU Pokok campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak
Kekuasaan Kehakiman pasal 5 ayat (1) UU No. 4 Tahun lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali
2004 : “pengadilan mengadili menurut hukum dengan dalam hal-hal sebagaimana dimaksud dalam
tidak membeda-bedakan orang”.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Dan KUHAP dalam pasal Penjelasan Umum butir 3a :
Tahun 1945.”
“Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka
hukum dengan tidak mengadakan pembedaan
perlakuan”.
6. Peradilan dilakukan oleh hakim karena 6) Penahanan dilakukan atas perintah tertulis dari
jabatannya dan tetap. kekuasaan yang sah.
Maksudnya bahwa pengambilan keputusan salah Asas ini tercantum dalam pasal 7 ) UU No.48 Tahun 2009
tidaknya terdakwa dilakukan oleh hakim karena Pokok Kekuasaaan Kehakiman : “Tidak seorang pun
jabatannya dan bersifat tetap. Untuk jabatan ini diangkat dapat dikenakan penangkapan, penahanan,
hakim-hakim yag tetap oleh kepala Negara. Asas ini penggeledahan, dan penyitaan, kecuali atas
terdapat dalam pasal 31 UU No.4 Tahun 2004 dan pasal perintah tertulis dari kekuasaan yang sah dalam hal
34 ayat (2) UU No.4 Tahun 2004.
dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang.”
7. Tersangka / terdakwa berhak mendapat
bantuan hukum.
Asas ini ditegaskan dalam :
Pasal 37 UU No.4 Tahun 2004 : “setiap orang yang
tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan
hukum”.
Pasal 54 KUHAP : “Guna kepentingan pembelaan,
tersangka, terdakwa berhak mendapat bantuan hukum
dari seseorang atau lebih penasehat hukum selama
dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan,
menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-
undang ini”.
8. Asas akusator dan in kusitor.
Asas in kusitor artinya pemeriksaan dilakukan tidak
dimuka umum. Tersangka adalah objek pemeriksaan yang
dapat dijerat dengan tindakan-tindakan yang
diperbolehkan menurut hukum acara sekalipun kemudian
ternyata tidak cukup bukti.
Asas akusator yaitu terdakwa dipandang sebagai subjek
pemeriksan, sebagai pihak yang disangka berlawanan
dengan pihak penuntut umum yang mendakwa, kedua
belah pihak diberi hak dan kewajiban yang sama oleh
hukum acara.
9. Pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan.
Asas ini diatur dalam pasal-pasal 153 KUHAP, 155 KUHAP
dan seterusnya.
Pasal 153 ayat (2) huruf a KUHAP : “hakim ketua sidang
memimpin pemeriksaan di sidang pengadilan yang
dilakukan secra lisan dalam bahasa Indonesia yang
dimengerti oleh terdakwa dan saksi”
Pasal 155 ayat (1) KUHAP : “pada permulaan sidang,
hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwa
tentang nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal
lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama
dan pekerjaanya mengingatkan terdakwa supaya
mempehatikan segala sesuatu yang didengar dan
dilihatnya di sidang”.

You might also like