You are on page 1of 34

SKENARIO

Alergine, a 12-year-old girl is brought to the Department of Pediatrics RSMH hospital by


her mother due to a persistent headache she has been complaining for the past 2 weeks.
Then days ago her mother took the girl to an ophthalmologist to find out the possibility of
any eye problem. It appeared that her vision was normal and there was nothing wrong in
the eye and the orbit. The patient states that she has been in a good health and that she
received a cat as a birthday present 1 month previously. Just three days ago she gets fever
and stuffy nose. On examination, she has a mild fever, the tympanic membranes appear
normal. Her throat is mildly hyperemic but otherwise looks normal. There is some
tenderness of the right cheek and over the right orbit. Her father is asthmatic while her
older brother is allergic to aspirin.

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Persistent Headache : Nyeri kepala yang terjadi secara terus menerus.


2. Ophtalmologist : Dokter ahli penyakit mata.
3. Pediatrics : Ilmu penyakit anak-anak.
4. Orbit : Tulang berongga ditengkorak, tempat mata berada.
5. Fever : Peningkatan temperature atau suhu tubuh diatas normal.
6. Hyperemic : Kelebihan darah pada suatu bagian atau berwarna merah
mengalami peradangan.
7. Tympanic membrane : Membran tipis yang memisahkan bagian telinga dalam dan
telinga luar.
8. Asthmatic : Keadaan yang ditandai dengan serangan berulang dyspenia
paroximal yang melibatkan kontraksi pasmodic bronchi.
9. Stuffy nose : Hidung yang tersumbat.
10. Allergic : Keadaan hypersensitive yang didapat karena terpapar oleh
suatu allergian tertentu.
II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Allergin, 12 tahun, dibawa ke bagian anak RSMH karena mengeluh sakit kepala
yang terus menerus semenjak 2 minggu yang lalu.
2. Pasien menerima kucing 1 bulan yang lalu dan 3 hari sebelum berobat, pasien
mengalami demam dan hidungnya tersumbat.
3. Pada pemeriksaan, pasien menderita demam ringan dan kemerahan pada
tenggorokkannya, serta kepekaan yang tidak normal pada pipi kanan dan
daerah orbital kanan.
4. Ayah pasien menderita asma, kakaknya alergi terhadap aspirin.

III. ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi hidung?


Hidung dibagi menjadi dua, yaitu nasi externus (hidung luar) dan cavum nasi
(hidung dalam).
a. Nasi externus
Bagian hidung luar yang berbentuk pyramid dengan bagian-bagian sebagai
berikut:
- Pangkal hidung (radix nasi)
- Dorsum nasi
- Puncak hidung
- Ala nasi
- Columela
- Lubang hidung (nares anterior)
b. Cavum nasi
Cavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang dari nares
sampai choanna (aperture posterior). Cavum nasi berhubungan dengan sinus
frontal, sinus sphenoid, fossa cranial anterior, dan fossa cranial media.

Otot-otot hidung
m. nasalis pars allaris, kerja otot ini menyebabkan nares dapat melebar dan
menyempit.
Persarafan hidung
a. Cabang dari n. Opthalmica (n. Supratrochlear, n. Infratrochlear)
b. Cabang dari n. maxillar (ramus externus n. ethmoidal anterior)
c. n. ethmoidal anterior cabang dari serabut saraf n. trigeminus, yang mempersarafi
anterior cavum nasi.
d. n. palatina mayor yang menjadi n. sfenopalatinus, mempersarafi posterior
cavum nasi.

Fisiologi hidung:
a. sebagai jalan nafas
b. pengatur kondisi udara
c. sebagai penyaring dan pelindung
d. indera penhirup
e. resonansi suara
f. proses bicara
g. refleks nasal

2. Bagaimana anatomi dan fisiologi tenggorokkan?


Pharynx terletak dibelakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bagian dalam pharynx
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Nasopharynx
b. Oropharynx
c. Laryngopharynx

Otot-otot pharynx
a. m. concrictor pharyngis superior, inferior, dan medius
b. m. stylopharyngeus
c. m. salphingopharyngeus

Persarafan pharynx
berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-cabang n.
glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus.

3. Bagiamana anatomi dan fisiologi sinus paranasalis?


sinus paranalis terbagi menjadi:
a. Sinus maxilla
b. Sinus frontal
c. Sinus ethmoid
d. Sinus sphenoid

Fisiologi sinus paranasalis hingga saat ini belum diketahui secara pasti, dikarenakan
belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasalis.

4. Bagaimana anatomi dan fisiologi telinga?


Telinga terdiri atas:
a. Telinga luar : auricular dan meatus acusticus externus.
b. Telinga tengan (cavum tympani)
c. Telinga dalam

Otot-otot telinga
a. m. Tensor Tympani
b. m. Stapedius

Persarafan telinga
a. Nervus facialis
b. Nervus Tympanicus

Fisiologi telinga
Seseorang yang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan melalui udara atau
tulang langsung ke coclea. Aliran suara melalui udara lebih baik dibandingkan
dengan aliran suara melalui tulang. Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang
dialirkan ke liang telinga dan mengenai membrane tympani, sehingga membrane
tympani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain.

5. Bagaimana anatomi dan fisiologi mata dan orbita?


a. Mata
Bola mata terdiri atas tiga lapisan (dari luar ke dalam), yaitu:
- Tunica Fibrosa (sclera dan cornea)
- Tunica Vasculosa (choroidea, corpus ciliare, dan pupil)
- Tunica Nervosa (retina)
Isi bola mata:
- Humor aquosus
- Corpus vitreum
- Lensa
b. Orbita
Rongga berbentuk pyramid tempat bola mata, oto, saraf, pembuluh, dan lemak
yang berhubungan dengan bola mata; dan sebagian besar apparatus lacrimalis.
Orbita memiliki lubang-lubang, yaitu:
- Foramen supraorbitalis
- Sulcus dan canalis infraorbitalis
- Canalis nasolacrimalis
- Fissure orbitalis inferior
- Fissure orbitalis superior
- Canalis opticus
- Foramina zygomaticotemporalis dan zygomaticofacialis
- Foramina ethmoidalis anterior dan posterior

Otot-Otot Orbita
- m. Levator Palpebrae Superioris
- mm. Recti (m. rectus superior, inferior, medialis, dan lateralis)
- m. Obliquus Superior
- m. Obliquus Inferior

Persarafan Orbita
- n. Optica
- n. Lacrimalis
- n. Frontalis
- n. Trochlearis
- n. Oculomotorius
- n. Nasociliaris
- n. Abducens

Fisiologi Mata dan Orbita


Indera penglihatan

6. Organ apa saja yang terlibat pada penyakit asma?


Jadi, organ2 yang rentan menjadi penyebab timbulnya asma adalah paru2
khususnya pada bagian bronkus dan bronkiolus karena pada bagian ini dapat
terjadinya bronkospasme, edema mukosa, dan hiperskresi mucus yang kental.yang
menyebabkan penyempitan pada jalan napas atau jalan udara pada paru2.
7. Apakah asma dan alergi termasuk penyakit yang dapat diturunkan?

Asma

Asma merupakan salah satu penyakit turunan yang menyerang saluran pernapasan
dan membuatnya menyempit. Penyempitan saluran pernapasan ini hanya bersifat
sementara dan terjadi akibat adanya peradangan di saluran pernapasan. Peradangan
ini kemudian menyebabkan saluran napas bereaksi secara berlebihan
(hiperaktivitas) terhadap suatu rangsangan, seperti debu, bulu binatang, asap, udara
dingin, polusi, dan sebagainya.

Meski asma tergolong dalam penyakit turunan, namun penelitian yang dilakukan di
Indonesia menyatakan bahwa hanya 30% penderita asma yang keluarganya
menderita asma. Selain itu, diduga bahwa faktor ibu lebih banyak menurunkan asma
kepada anaknya disbanding faktor ayah

Alergi

Berdasarkan penelitian ilmiah, dinyatakan bahwa sebagian besar penyebab alergi


adalah faktor keturunan. Apabila orangtua mempunyai bakat alergi, kemungkinan
besar alergi tersebut akan diturunkan pada anaknya. Alergi bisa menimbulkan
bermacam-macam reaksi, bahkan beberapa di antaranya bisa mengancam hidup
anak Anda.

Berdasarkan penelitian ilmiah, alergi pada anak sebagian besar disebabkan faktor
keturunan. Jika kedua orangtua mempunyai bakat alergi, kemungkinan anak
terserang alergi sekitar 70-80%. Tapi, jika hanya salah satu orangtua yang punya
alergi, kemungkinannya menurun menjadi 30%. Selain faktor keturunan, alergi bisa
tercetus karena faktor lingkungan. 

Timbulnya alergi ini dipicu oleh alergen yang bisa berupa alergen hirup (tungau
debu), makanan, dan alergen suntik (gigitan serangga atau suntikan). Umumnya,
gejala yang muncul ketika seseorang terkena alergi adalah bersin terus-menerus,
batuk-batuk, kulit memerah atau gatal-gatal, dan sebagainya.

8. Apakah ada hubungan antara pemeliharaan kucing dan gejala-gejala penyakit yang
terjadi pada pasien?
Ya, ada hubungan antara pemeliharaan kucing dan gejala-gejala penyakit yang
terjadi pada pasien. Di dalam bulu kucing terdapat allergen, dimana jika berkontak
dengan seseorang yang didalam darahnya terdapat IgE, maka hal ini akan memicu
terjadinya gejala seperti yang terjadi pada Alergine.

9. Bagaimana mekanisme alergi?


Allergen masuk kedalam tubuh, kemudian terjadi reaksi tubuh terhadap allergen
yang masuk, sehingga terjadi ructure yang disusul dengan pengeluaran histamine
oleh jaringan (contohnya telinga, hidung, tenggorokkan, gatal pada bagian dalam
mulut atau kesulitan bernafas dan menelan).

10. Mengapa pasien bisa mengalami sakit kepala yang terus menerus?
Disebabkan karena sinusitis pada sinus paranasalis (menyerang pada bagian sinus
frontalis) dimana terdapatnya gangguan pengaliran udara dari dan ke rongga sinus
serta adanya gangguan pengeluaran cairan mucus.

11. Mengapa bagian pipi dan orbital sebelah kanan terasa sakit saat ditekan?
Bagian pipi dan orbital sebelah kanan terasa sakit jika ditekan disebabkan karena
terjadinya peradangan dan penekanan pada kedua daerah tersebut.

12. Bagaimana mekanisme terjadinya radang pada tenggorokan?


Radang tenggorokan yang dialami Alergine disebabkan karena sinusitis. Pada
Alergine yang mengalami sinusitis kronis, lendir akan terus-menerus mengalir ke
belakang tenggorokkan dan hidung. Hal ini lah yang menimbulkan iritasi ke
tenggorokan dan menyebabkan radang.

IV. HIPOTESIS

Alergine 12 tahun, mengeluh sakit kepala yang terus menerus disebabkan akut sinusitis
yang ditimbulkan dari alergi rhinitis akibat adanya allergen yang terdapat pada kucing.
Orang tua asma dan
saudara alergi
V. KERANGKA KONSEP

Orang tua asma Saudara alergi


Alergine, 12 tahun

Menerima kucing 1 bulang


yang lalu

Reaksi alergi

Rhinitis alergik

Tenggorokkan kemerahan Fever, stuffy nose

Ostia buntu

Mucus terperangkap dalam


sinus

Bakteri berkembang dalam


sinus

Sinusitis akut

Persistant headache Tenderness di pipi kanan


dan orbital kanan
VI. LEARNING ISSUES DAN KETERBATASAN PENGETAHUAN

Pokok What I Know What I Don’t What I Have to How will I


Pembahasan Know Prove learn

Struktur Mekanisme Internet, text


anatomi hidung terjadinya alergi book,
Anatomi dan
Fisiologi (tulang, otot, dan sinusitis akut journal, etc
Hidung saraf) dan
fisiologi hidung

Struktur
anatomi sinus
paranasalis
Anatomi dan
Fisiologi Sinus (tulang, otot,
Paranasalis saraf) dan
fisiologi sinus
paranasalis

Struktur
anatomi Fisiologi pharynx
Anatomi dan tenggorokan
Fisiologi
Tenggorokan (tulang, otot,
saraf)

Struktur
anatomi mata
dan orbita
(tulang, otot, Fisiologi mata
saraf) dan
fisiologi mata
dan orbita
Anatomi dan
Fisiologi Mata
dan Orbita

Struktur
anatomi telinga
(tulang, otot,
Anatomi dan
saraf) dan
Fisiologi
fisiologi telinga
Telinga

Definisi alergi
rhinitis dan
Alergi Rhinitis organ-organ
yang
berhubungan
Definisi
sinusitis akut
Sinusitis Akut dan organ-
organ yang
berhubungan
VII. SINTESIS

1. Anatomi dan Fisiologi Hidung

Hidung terdiri atas :

Nasus Externus

Mempunyai ujung
bebas, yang
dilekatkan ke dahi
melalui radix nasi
atau jembatan
hidung. Lubang luar
hidung adalah kedua
nares atau lubang
hidung. Setiap naris
dibatasi di lateral
oleh ala nasi dan di medial oleh septum nasi.

Rangka nasus externus:

a. Rangka atas nasus externus

Dibentuk oleh os nasale, processus frontalis ossis maxillaries, dan pars nasalis
ossis frontalis.

b. Rangka bawah nasus externus

Dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan, yaitu cartilage nasi superior dan
inferior, dan cartilage septi nasi.

Cavum Nasi

Terletak dari nares di depan sampai choanae di belakang. Rongga ini dibagi oleh
septum nasi atas belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mempunyai dasar, atap,
dinding lateral, dan dinding medial.

a. Dinding dasar
Dibentuk oleh processus palatines maxillae dan lamina horizontalis ossis
palatine, yaitu permukaan atas palatum durum.

b. Dinding atap

Bagian yang sempit dan dibentuk dari belakang ke depan oleh corpus ossis
sphenoidalis, lamina cribosa ossis ethmoidalis, os frontale, os nasale, dan
cartilagines nasi.

c. Dinding lateral

Ditandai dengan tiga tonjolan yang disebut concha nasalis superior, inferior, dan
medialis.

d. Dinding medialis

Disebut juga dengan septum nasi adalah sekat osteocartilago yang ditutupi
membrane mucosa. Bagian atas dibentuk oleh lamina perpendicularis ossis
ethmoidalis dan bagian posteriornya dibentuk oleh os vomer. Bagian anterior
dibentuk oleh cartilage septi.

Membrane mucosa melapisi cavum nasi, terdapat dua jenis membrane mucosa,
yaitu:

- Membrane mucosa olfactorius. Melapisi permukaan atas conchae nasalis


superior dan recessus sphenoethmoidalis; juga melapisi daerah septum nasi
yang berdekatan dan atap. Fungsi: menerima rangsangan penghidu dan
untuk fungsi ini mucosa memiliki sel-sel penghidu khusus.

- Membrane mucosa respiratorius. Melapisi bagian bawah cavum nasi.


Fungsi: menghangatkan, melembabkan, dan membersihkan udara inspirasi.

Otot-Otot Hidung

m. compressor nasi m. dilator nasi

origo : processus frontalis Origo : maxilla


maxillae.
Insersio : ala nasi
Insersio : aponeurosis radix nasi.
Persarafan : n. facialis
Persarafan : n. facialis.
Fungsi : memperlebar aperture nasi
Fungsi : menekan cartilage nasi.
Persarafan Hidung

n. Facialis n. olfactorius

Mempersarafi pergerakan m. compressor Berasal dari sel-sel olfactorius khusus


nasi dan m. dilator nasi. yang terdapat pada membrane mucosa.
Saraf ini naik ke atas melalui lamina
cribosa dan mencapai bulbus olfactorius.

Fisiologi hidung

a. Sebagai jalan nafas

Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi
conchae media dan kemudian turun ke bawah kea rah nasopharynx, sehingga
aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arcus. Pada ekspirasi, udara masuk
melalui choanae dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara
inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain
kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari
nasopharynx.

b. Pengatur kondisi udara

Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara
yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara:

- Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada
musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini
sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.

- Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah


di bawah epitel dan adanya permukaan conchae dan septum yang luas,
sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu
udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.

c. Sebagai penyaring dan pelindung


Fungsi ini berguna membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan
dilakukan oleh:

- Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi.

- Silia

- Palut lendir (mucous blanket)

- Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.

d. Indera penghirup

Hidung juga bekerja sebagai indera penghirup dengan adanya mucosa


olfactorius pada atap rongga hidung, conchae superior dan sepertiga bagian atas
septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut
lendir atau bila menarik napas dengan kuat.

e. Resonansi suara

Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung
akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang. Sehingga terdengan suara
sengau.

f. Proses bicara

Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana


rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk
aliran udara.

g. Refleks nasal

Mucosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran


cerna, cardiovascular, dan pernapasan.

Pada kasus ini, Allergine mengalami berbagai gejala, salah satunya adalah stuffy nose
(hidung tersumbat), hal ini menunjukkan bahwa fisiologi hidung nya terganggu, dimana
sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi suara terganggu, dan suara terdengar
sengau.
2. Anatomi dan Fisiologi Sinus Paranasalis

sinus paranasalis adalah


rongga-rongga yang
terdapat di dalam os
maxilla, os frontale, os
sphenoidale, dan os
ethmoidale. Sinus-sinus
ini dilapisi oleh
mucoperiosterum dan
berisi udara,
berhubungan dengan
cavum nasi melalui
aperture yang relative
kecil. Sinus maxillaries
dan sphenoidalis pada
waktu lahir terdapat
dalam bentuk yang
rudimenter, setelah usia
delapan tahun menjadi cukup besar, dan pada masa remaja telah terbentuk
sempurna.

Secret yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar di dalam membrane mukosa didorong


kedalam hidung oleh terakan silia sel-sel silindris. Aliran dari secret juga dibantu
oleh tenaga menyedot yang terjadi pada waktu membuang ingus. Sinus berfungsi
sebagai resonator suara, sinus juga mengurangi berat tengkorak. Bila muara sinus
tersumbat atau sinus berisi cairan, kualitas suara jelas berubah.

a. Sinus maxillaries

Terletak di dalam corpus maxillaries. Sinus ini berbentuk pyramid dengna basis
membentuk dinding lateral hidung dan apex di dalam processus zygomaticus
maxillae. Atap dibentuk oleh dasar orbita, sedangkan dasar dibentuk oleh
processus alveolaris. Sinus maxillaries bermuara ke dalam meatus nasi medius
melalui hiatus semilunaris. Membrane mucosa sinus maxillaries dipersarafi oleh
n. alveolaris superior dan n. infraorbitalis.

b. Sinus frontalis

Sinus frontalis ada dua buah, terdapat di dalam os frontale, dan dipisahkan satu
dengan yang lain oleh septum tulang, yang sering menyimpang dari bidang
median. Setiap sinus berbentuk segitiga meluas ke atas, di atas ujung medial alis
mata dan ke belakang ke bagian medial atap orbita. Masing-masing sinus
frontalis bermuara ke dalam meatus nasi medius infudibulum. Membrane
mucosa dipersarafi oleh n. supraorbiltalis.

c. Sinus sphenoidalis

Sinus sphenoidalis ada dua buah, terletak di dalam copus ossis sphenoidalis.
Setiap sinus bermuara ke dalam recessus sphenoethmoidalis di atas conchae
nasalis superior. Membrane mucosa dipersarafi oleh n. ethmoidalis posterior.

d. Sinus ethmoidalis

Terdapat dialam os ethmoidalis, di antara hidung dan orbita. Sinus ini terpisah
dari orbita oleh selapis tulang, sehingga infeksi dengna mudah menjalar dari
sinus ke dalam orbita. Sinus ini terbagi menjadi tiga kelompok:

- Anterior. Bermuara ke dalam infundibulum.

- Media. Bermuara ke dalam meatus nasi medius, pada atau di atas bulla
ethmoidalis.

- Posterior. Bermuara ke dalam meatus nasi superior.

Membrane mucosa dipersarafi oleh n. ethmoidalis anterior dan posterior.

Fisiologi sinus paranasalis

a. Penurunan berat relatif dari bagian depan tengkorak, dan terutama tulang-
tulang wajah.
Meningkatkan resonansi suara.

b. Memberikan penyangga terhadap pukulan pada wajah

c. isolasi struktur sensitif seperti akar gigi dan mata dari fluktuasi suhu cepat
dalam rongga hidung.
d. pelembab dan pemanasan udara hirup karena pergantian udara yang lambat
di wilayah ini.

Pada kasus ini, Alergine mengalami sinusistis maxilla akut, hal ini sesuai dengan gejala-
gejala yang terjadi seperti sakit kepala yang terus menerus, dll.

3. Anatomi dan Fisiologi


Tenggorokan

Pharynx terletak di belakang


cavum nasi, mulut, dan larynx.
Bentuknya mirip corong.
Bentuknya mirip corong
dengan bagian atasnya yang
lebar terletak di bawah cranium
dan bagian bawahnya yang
sempit dilanjutkan sebagai
oesophagus setinggi vertebra
cervicalis enam. Pharynx
mempunyai dinding
musculomembranosa yang
tidak sempurna di bagian
depan. Di sini, jaringan
musculomembranosa diganti oleh aperture nasalis posterior, isthmus faucim (muara
ke dalam rongga mulut), dan aditus larynges.

Dinding pharynx terdiri atas tiga lapisan : (1) mucosa, (2) fibrosa, dan (3) muscular.

Pharynx dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Nasopharynx

Terletak di belakang rongga hidung, di atas palatum molle. Nasopharynx


mempunyai atap, dasar, dinding anterior, dinding posterior, dan dinding lateral.

- Dinding atap. Dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris
ossis occipitalis.
- Dinding dasar. Dibentuk oleh permukaan atas palatum molle yang miring.

- Dinding anterior. Dibentuk oleh aperture nasalis posterior, dipisahkan oleh


pinggir posterior septum nasi.

- Dinding posterior. Membentuk permukaan miring yang berhubungan


dengan atap. Dinding ini ditunjang oleh arcus anterior atlantis.

- Dinding lateral.

b. Oropharynx

Terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai ke
pinggir atas epiglottis. Oropharynx mempunyai atap, dasar, dinding, anterior,
dinding posterior, dan dinding lateral.

- Dinding atap. Dibentuk oleh permukaan bawah palatum molle dan isthmus
pharyngeus.

- Dinding dasar. Dibentuk oleh sepertiga posterior lidah dan celah antara lidah
dan permukaan anterior epiglottis.

- Dinding anterior. Terbuka ke dalam rongga mulut melalui isthmus


oropharynx (isthmus faucium).

- Dinding posterior. Disokong oleh corpus vertebrae cervicalis kedua dan


baian atas corpus vertebra cervicalis ketiga.

- Dinding lateral. Pada kedua sisi dinding ini, terdapat arcus palatoglossus dan
arcus palatopharyngeus dengan tonsila palatina di antaranya.

c. Laryngopharynx

Terletak dibelakang aditus larynges dan permukaan posterior larynx, dan


terbentang dari pinggir atas epiglottis sampai dengan pinggir bawah cartilage
cricoidea. Laryngopharynx mempunyai dinding anterior, posterior, dan lateral.

- Dinding anterior. Dibentuk oleh aditus laryngis dan membrane mucosa yang
meliputi permukaan posterior larynx.

- Dinding posterior. Disokong oleh corpus vertebrae cervicalis ketiga,


keempat, kelima, dan keenam.
- Dinding lateral. Disokong oleh cartilage thyroidea dan membrane
thyrohyoidea.

Otot-Otot Pharynx

Terdiri atas:

a. m. concritor pharyngis superior, medius, dan inferior.

Otot Origo Insersio Persarafan fungsi

m. constrictor Lamina Tuberculu Plexus Membantu


pharyngis pterygoideus m pharyngeu palatum
superior medialis, hamulus pharyngeus s molle dalam
ptherygoideus, ossis menutup
lig. temporalis, nasopharynx
Pterygomandibula raphe , mendorong
re, linea mediana bolus ke
mylohyoidea posterior bawah
mandibulae

m. constrictor Bagian bawah lig. Raphe Plexus Mendorong


pharyngis Stylohyoideum, pharyngeal pharyngeu bolus ke
medius cornu minus dan s bawah
majus ossis
hyoidei

m. constrictor Lamina cartilage Raphe Plexus Mendorong


pharyngis thyroidea, pharyngeal pharyngeu bolus ke
inferior cartilage cricoidea s bawah

m. Serabut-serabut Sebagai
cricopharyngeus paling bawah m. sphincter
constrictor pada ujung
pharyngis inferior bawah
pharynx

m. Proc. Styloideus Pinggir n. Mengangkat


stylopharyngeus ossis temporalis posterior glossophar larynx
cartilage yngeus selama
thyroidea proses
menelan

m. Tuba auditiva Bercampur Plexus Mengangkat


salphingopharyn dengan m. pharyngeu pharynx
geus palatophar s
yngeus

m. Aponeurosis Pinggir Plexus Mengangkat


palatopharyngeu palatines posterior pharyngeu dinding
s cartilage s pharynx,
thyroidea menarik
plica
palatophary
ngeal ke
medial

Persarafan pharynx

Persarafan pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-
cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus.

a. Persarafan motorik. Berasal dari pars cranialis n. acessorius, yang berjalan


melalui cabang n. vagus menuju ke plexus pharyngeus, dan mempersarafi
semua otot pharynx, kecuali m. stylopharyngeus yang dipersarafi oleh n.
glossopharyngeus.

b. Persarafan sensorik. Persarafan sensorik membrane mucosa nasopharynx


terutama berasal dari n. maxillaries. Membrane mucosa oropharynx terutama
dipersarafi oleh n. glossopharyngeus. Membrane mucosa disekitar aditus
laryngeus dipersarafi oleh n. ramus laryngeus internus n. vagus.

Pada kasus ini, allergine mengalami gejala seperti radang kemerah-merahan


(hyperemic) pada tenggorokannya. Hal ini ada kaitannya dengan sinusitis akut yang
dialaminya, dimana lendir terus menerus mengalir dibelakang tenggorokan dan
hidung.
4. Anatomi dan Fisiologi Mata
dan Orbita

Mata

Mata tertanam di dalam corpus


adiposum orbitae, tetapi
dipisahkan dari corpus
adiposum ini oleh selubung
fascial bola mata.

Bola mata terdiri dari tiga


lapisan, yaitu:

a. Tunica Fibrosa

Terdiri atas bagian posterior yang opak, sclera, dan bagian anterior yang
transparan, serta cornea.

b. Tunica Vasculosa

- Choroidea. Terdiri atas lapisan luar berpigmen dan lapisan dalam yang
sangat vascular.

- Corpus ciliare. Terdiri atas corona ciliaris, proc. Ciliaris, dan m. ciliaris.

- Iris dan pupil.

c. Tunica Nervosa

Retina terdiri atas pars pigmentosa di sebelah luar dan pars nervosa di sebelah
dalam.

Isi bola mata

a. Humor Aquosus
Cairan bening yang mengisi camera anterior dan camera posterior bulbi.
Fungsinya adalah untuk menyokong dinding bola mata dengan memberikan
tekanan dari dalam, sehingga menjaga bentuk bola mata. Cairan ini juga
member makanan pada cornea dan lensa dan mengangkut hasil-hasil
metabolism.

b. Corpus Vitreum

Corpus vitreum mengisi bola mata di belakang lensa dan merupakan gel yang
transparan. Berfungsi untuk menambah daya pembesaran mata; menyokong
permukaan posterior lensa dan membantu melekatkan pars nervosa retina ke
pars pigmentosa retina.

c. Lensa

Strukturnya bikonveks yang transparan, yang dibungkus oleh capsula


transparan. Terletak dibelakang iris dan di depan corpus vitreum, serta
dikelilingi oleh proc. Ciliaris. Lensa terdiri dari:

- Capsula elastic (membungkus struktur)

- Epithelium cuboideum (terbatas


pada permukaan anterior lensa)

- Fibrae lentis (menyusun bagian


terbesar lensa)

Orbita

Orbita adalah sepasang rongga di tulang


yang berisi bola mata, otot, saraf,
pembuluh, dan lemak yang berhubungan
dengan bola mata; dan sebagian besar apparatus lacrimalis.

Atap orbita dibentuk oleh pars orbitalis ossis


frontalis, yang memisahkan orbita dari fossa
crania anterior dan lobus frontalis
hemispheriumcerebri.
Dinding lateral dibentuk oleh os zygomaticum
dan ala major ossis sphenoidalis.

Dasar dibentuk oleh facies orbitalis os maxilla, yang memisahkan orbita dari sinus
maxillaries.

Dinding medial dari depan ke belakang terdiri atas; proc. Frontalis ossis maxilla, os
lacrimalis, lamina orbitalis ossis ethmoidalis, dan corpus ossis sphenoidalis.

Otot-Otot dan Persarafan Orbita

a. m. Levator Palpebrae Superioris

origo Permukaan bawah ala minor ossis sphenoidalis, diatas canalis


opticus

Insersio Berakhir di anterior pada aponeurosis, dan terbelah menjadi dua


lamellae. Lamellae superior berinsersio pada permukaan anterior
tarsus superior dan kulit palpebra superior. Lamella inferior berisi
serabut otot polos, yang melekat pada pinggir atas tarsus superior

Persarafan n. oculomotorius. Otot polos dipersarafi oleh saraf simpatis dari


ganglion cervicalis superius

Fungsi Mengangkat palpebra superior

b. mm. Recti

Origo Keempat mm. recti berasal dari cincin fibrosa yang disebut
annulus tendineus communis

Insersio Masing-masing m. rectus berjalan ke depan, bertamah lebar dan


terpisah satu dengan yang lain

Persarafan m. rectus superior, inferior, dan medial dipersarafi oleh n.


oculomotorius. m. rectus lateralis dipersarafi oleh n. abducens

Fungsi m. rectus lateralis memutar bola mata sehingga cornea menghadap


ke lateral. M. rectus medialis memutar bola mata sehingga cornea
menghadap ke medial
c. m. Obliquus Superior

Origo Corpus ossis sphenoidalis

Insersio Venternya yang bulat berjalan ke depan dan beralih menjadi tendo
yang langsing, yang berjalan melalui trochlea fibrocartilago yang
melekat pada os frontale. Berinsersio pada sclera di bawah m.
rectus superior

Persarafan n. trochlearis

Fungsi Memutar bola mata ke bawah dan lateral

d. m. Obliquus Inferior

Origo Bagian anterior dasar orbita

Insersio Pada sclera di belakang equator coronalis

Persarafan n. oculomotorius

Fungsi Memutar bola mata ke atas dan lateral

Pada kasus ini, Allergine tidak memiliki masalah pada matanya. Tetapi, orbita kanan nya
terasa sakit jika ditekan. Hal ini disebabkan karena terjadi penekanan pada orbita.
5. Anatomi dan
Fisiologi Telinga

Telinga terdiri dari telinga


luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.

Telinga Luar

Terdiri atas :

a. Auricular. Mempunyai
bentuk yang khas dan berfungsi untuk mengumpulkan getaran udara. Auricular
dipersarafi oleh n. facialis.

b. meatus acusticus externus. Merupakan tabung berkelok yang menghubungkan


auricular dengna membrane tympani. Berfungsi untuk menghantarkan
gelombang suara dari auricular ke membrane tympani.

Telinga Tengah (cavum tympani)

Adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh
membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengan yang berfungsi
meneruskan getaran membrane tympani ke perilympha telinga dalam.
Membrane tympani adalah membrane fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.
Membrana tympani sangan peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi
oleh n. auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.

Otot-Otot dan Persarafan Telinga

a. m. Tensor Tympani
Origo Cartilage tuba auditiva dan dinding tulang salurannya sendiri

Insersio Berinsersio pada manubrium mallei

Persarafan n. trigeminus

Fungsi Meredam getaran malleus dengan lebih menegangkan membrane


tympani

b. m. Stapedius

Origo Dinding dalam pyramis yang berongga

Insersio Berinsersio pada bagian belakang collum stapedis

Persarafan n. facialis

Fungsi Meredam getaran stapes dengna menarik collumnya

Fisiologi telinga

Seseorang yang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan melalui udara atau
tulang langsung ke coclea. Aliran suara melalui udara lebih baik dibandingkan
dengan aliran suara melalui tulang. Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang
dialirkan ke liang telinga dan mengenai membrane tympani, sehingga membrane
tympani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain.

Pada kasus ini, dilakukan pemeriksaan terhadap allergine. Hasil pemeriksaan tersebut
menunjukkan bahwa tympanic membrane nya normal.
6. Alergi Rhinitis

Alergi bisa disebut sebagai efek samping dari imunitas, yaitu hipersensitivitas.
Setidaknya ada dua tipe alergi :

1. Alergi Tipe Lambat

Penyebabnya adalah sel T teraktivasi (bukan antibodi). Contohnya adalah alergi


yang disebabkan oleh obat-obatan, bahan kimia tertentu seperti kosmetik, dan
tumbuh-tumbuhan. Pada kasus terkena racun tumbuh-tumbuhan, misalnya,
kontak yang terus menerus dengan antigen ini akan memicu pembentukan sel T
pembantu dan sel T sitotoksik yang teraktivasi. Setelah satu hari atau lebih, sel
T teraktivasi akan berdifusi ke dalam kulit utk merespon dan menimbulkan
reaksi imun yang diperantarai sel. Karena tipe imunitas seperti ini dapat
menyebabkan terlepasnya banyak bahan toksik dari sel T teraktivasi dan juga
invasi jaringan oleh makrofag maka jelas dapat menyebabkan kerusakan
jaringan yang cukup parah. Bahkan edema paru dan serangan asma bila
ditularkan melalui udara.

2. Alergi Atopik

Nah di sini baru antibodi berperan. Beberapa orang memiliki kecenderungan


alergi terhadap suatu zat/antigen. Keadaan ini disebut alergi atopik karena
respon imunnya tidak umum. Beberapa penelitian mengatakan kecenderungan
ini diturunkan secara genetis ditandai dengan peningkatan antibodi IgE (disebut
juga reagin atau antibodi tersensitisasi). Istilah alergen digunakan untuk
mendefinisikan semua antigen yang bereaksi secara spesifik dengan tipe spesifik
antibodi reagin IgE (reaksi alergen-reagin).

Gejala rinitis alergika dapat dicetuskan oleh beberapa faktor :

a. Alergen

Alergen hirupan merupakan alergen terbanyak penyebab serangan gejala rinitis


alergika. Tungau debu rumah, bulu hewan, dan tepung sari merupakan alergen
hirupan utama penyebab rinitis alergika dengan bertambahnya usia, sedang pada
bayi dan balita, makanan masih merupakan penyebab yang penting.
b. Polutan

Fakta epidemiologi menunjukkan bahwa polutan memperberat rinitis. Polusi


dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan di luar termasuk
gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida. Mekanisme
terjadinya rinitis oleh polutan akhir-akhir ini telah diketahui lebih jelas.

c. Aspirin

Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rinitis alergika
pada penderita tertentu.

Secara klasik rinitis alergika dianggap sebagai inflamasi nasal yang terjadi dengan
perantaraan IgE. Pada pemeriksaan patologi, ditemukan infiltrat inflamasi yang
terdiri atas berbagai macam sel. Pada rinitis alergika selain granulosit, perubahan
kualitatif monosit merupakan hal penting dan ternyata IgE rupanya tidak saja
diproduksi lokal pada mukosa hidung. Tetapi terjadi respons selular yang meliputi:
kemotaksis, pergerakan selektif dan migrasi sel-sel transendotel. Pelepasan sitokin
dan kemokin antara lain IL-8, IL-13, eotaxin dan RANTES berpengaruh pada
penarikan sel-sel radang yang selanjutnya menyebabkan inflamasi alergi.

Aktivasi dan deferensiasi bermacam-macam tipe sel termasuk: eosinofil, sel CD4 +T,
sel mast, dan sel epitel. Alergen menginduksi Sel Th-2, selanjutnya terjadi
peningkatan ekspresi sitokin termasuk di dalamnya adalah IL-3, IL-4, IL-5, IL-9,
IL-10 yang merangsang IgE, dan sel Mast. Selanjutnya sel Mast menghasilkan IL-4,
IL-5, IL-6, dan tryptase pada epitel. Mediator dan sitokin akan mengadakan
upregulasi ICAM-1. Khemoattractant IL-5 dan RANTES menyebabkan infiltrasi
eosinofil, basofil, sel Th-2, dan sel Mast. Perpanjangan masa hidup sel terutama
dipengaruhi oleh IL-5.

Pelepasan mediator oleh sel-sel yang diaktifkan, di antaranya histamin dan cystenil-
leukotrien yang merupakan mediator utama dalam rinitis alergika menyebabkan
gejala rinorea, gatal, dan buntu. Penyusupan eosinofil menyebabkan kerusakan
mukosa sehingga memungkinkan terjadinya iritasi langsung polutan dan alergen
pada syaraf parasimpatik, bersama mediator Eosinophil Derivative Neurotoxin
(EDN) dan histamin menyebabkan gejala bersin.
GEJALA KLINIS/Symptom

Manifestasi utama adalah rinorea, gatal hidung, bersin-bersin dan sumbatan hidung.
Pembagian rinitis alergika sebelum ini menggunakan kriteria waktu pajanan
menjadi rinitis musiman (seasonal allergic rhinitis), sepanjang tahun (perenial
allergic rhinitis), dan akibat kerja (occupational allergic rhinitis). Gejala rinitis
sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Tanda-tanda fisik yang sering
ditemui juga meliputi perkembangan wajah yang abnormal, maloklusi gigi, allergic
gape (mulut selalu terbuka agar bisa bernafas), allergic shiners (kulit berwarna
kehitaman dibawah kelopak mata bawah), lipatan tranversal pada hidung
(transverse nasal crease), edema konjungtiva, mata gatal dan kemerahan.
Pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum sering didapatkan sekret hidung
jernih, membrane mukosa edema, basah dan kebiru-biruan (boggy and bluish).

 Pada kasus ini, Allergine memiliki bawaan alergi yang diturunkan oleh ayahnya. Bakat
alergi yang dimiliki Allergine tersebut semakin dipicu setelah ia terkena protein bulu
kucing. Reaksi yang muncul adalah rhinitis alergik, seperti demam dan hidung tersumbat.
7. Sinusitis Akut

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai


atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyabab utamanya
adalah salesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya
dapat diikuti oleh infeksi bakteri.

Beberapa etiologi dan faktor predisposisi antara lain adalah ISPA akibat virus,
bermacam rhinitis terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil,
polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertropi konka,
sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi tonsil, infeksi gigi,
kelainan imunologik, diskinesia silia seperti sindroma Kartagener.

Keluhan utama rinosinusitis akut adalah hidung tersumbat disertai nyeri atau rasa
tekanan pada muka dan ingus purulen, yang sering kali turun ke tenggorok/ dapat
disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.

GejalaSinusitis
Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika
penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang
sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada
gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:

 Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan
sakit kepala.
 Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
 Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta
sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri
bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung
tersumbat.
 Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan
dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau
kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.

Gejala lainnya adalah:

 tidak enak badan


 demam
 letih, lesu
 batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari
 hidung meler atau hidung tersumbat
Demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke luar sinus.
Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung mungkin keluar
nanah berwarna kuning atau hijau.

Pada kasus ini, Allergen terkena sinusitis akut sebagai terusan dari rhinitis alergik
yang ditimbulkan oleh reaksi tubuhnya terhadap protein bulu kucing. Allergen
memiliki gejala-gejala seperti perasaan nyeri yang dirasakan jika bagian pipi dan
orbital kanannya ditekan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Allergen mengalami
sinusitis maxilla akut.
TUTORIAL REPORT
BLOCK 4
SCENARIO 3

Group 10

Tutor : dr. Swanny

Hadi Nugraha Mustofa 4101401033

Mutia Muliawati 4101401041

Arief Aqshal Hadi 4101401044

Rohayu 4101401051

Endy Prima Saputra 4101401052

M. Arief Budiman 4101401053

Riezky Pratama Edi Putra 4101401062

Putri Natasia Kinsky 4101401064

Rizka Aprillia Syaputri 4101401105

Primadhea Azvika Larasati 4101401106

Randy Rahmat 4101401107

Nuralisa Safitri 4101401108

MEDICAL FACULTY OF SRIWIJAYA UNIVERSITY


2010
KATA PENGANTAR

Penulis sangat berterima kasih kepada dr. Erial Bahar selaku ketua blok 4.

Ucapan terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada dr. Swanny, yang telah
membimbing dan mengawasi kami dalam tutorial.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada kedua
orang tua, yang telah bekerja keras selama ini untuk memenuhi kebutuhan moril maupun
materil penulis dalam menjalani pendidikan.

Terima kasih juga kepada para teman-teman sejawat dan seperjuangan di Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya atas semua dorongan dan semangatnya sehingga segala
yang berat terasa begitu ringan dan yang sulit menjadi mudah.

Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang


bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Desember 2010

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

Snell. S. Richard. Anatomi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006.

Kumala, Poppy. Nuswantari, Dyah. Kamus Kedokteran DORLAND. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC. 1998.

http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-bfxu225.htm.
Diakses 20 Desember 2010.

http://nilna.wordpress.com/2009/04/26/mekanisme-dan-terapi-alergi/ .Diakses 20 Desember


2010.

http://www.forumsains.com/kesehatan/alergi-dan-hipersensitivitas/. Diakses 21 Desember


2010.

http://pharos.co.id/news-a-media/beritakesehatan/443-sinusitis-akut.html. Diakses 20
Desember 2010.

http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/05/217/. Diakses 20 Desember 2010.

You might also like