Professional Documents
Culture Documents
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Allergin, 12 tahun, dibawa ke bagian anak RSMH karena mengeluh sakit kepala
yang terus menerus semenjak 2 minggu yang lalu.
2. Pasien menerima kucing 1 bulan yang lalu dan 3 hari sebelum berobat, pasien
mengalami demam dan hidungnya tersumbat.
3. Pada pemeriksaan, pasien menderita demam ringan dan kemerahan pada
tenggorokkannya, serta kepekaan yang tidak normal pada pipi kanan dan
daerah orbital kanan.
4. Ayah pasien menderita asma, kakaknya alergi terhadap aspirin.
Otot-otot hidung
m. nasalis pars allaris, kerja otot ini menyebabkan nares dapat melebar dan
menyempit.
Persarafan hidung
a. Cabang dari n. Opthalmica (n. Supratrochlear, n. Infratrochlear)
b. Cabang dari n. maxillar (ramus externus n. ethmoidal anterior)
c. n. ethmoidal anterior cabang dari serabut saraf n. trigeminus, yang mempersarafi
anterior cavum nasi.
d. n. palatina mayor yang menjadi n. sfenopalatinus, mempersarafi posterior
cavum nasi.
Fisiologi hidung:
a. sebagai jalan nafas
b. pengatur kondisi udara
c. sebagai penyaring dan pelindung
d. indera penhirup
e. resonansi suara
f. proses bicara
g. refleks nasal
Otot-otot pharynx
a. m. concrictor pharyngis superior, inferior, dan medius
b. m. stylopharyngeus
c. m. salphingopharyngeus
Persarafan pharynx
berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-cabang n.
glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus.
Fisiologi sinus paranasalis hingga saat ini belum diketahui secara pasti, dikarenakan
belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasalis.
Otot-otot telinga
a. m. Tensor Tympani
b. m. Stapedius
Persarafan telinga
a. Nervus facialis
b. Nervus Tympanicus
Fisiologi telinga
Seseorang yang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan melalui udara atau
tulang langsung ke coclea. Aliran suara melalui udara lebih baik dibandingkan
dengan aliran suara melalui tulang. Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang
dialirkan ke liang telinga dan mengenai membrane tympani, sehingga membrane
tympani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain.
Otot-Otot Orbita
- m. Levator Palpebrae Superioris
- mm. Recti (m. rectus superior, inferior, medialis, dan lateralis)
- m. Obliquus Superior
- m. Obliquus Inferior
Persarafan Orbita
- n. Optica
- n. Lacrimalis
- n. Frontalis
- n. Trochlearis
- n. Oculomotorius
- n. Nasociliaris
- n. Abducens
Asma
Asma merupakan salah satu penyakit turunan yang menyerang saluran pernapasan
dan membuatnya menyempit. Penyempitan saluran pernapasan ini hanya bersifat
sementara dan terjadi akibat adanya peradangan di saluran pernapasan. Peradangan
ini kemudian menyebabkan saluran napas bereaksi secara berlebihan
(hiperaktivitas) terhadap suatu rangsangan, seperti debu, bulu binatang, asap, udara
dingin, polusi, dan sebagainya.
Meski asma tergolong dalam penyakit turunan, namun penelitian yang dilakukan di
Indonesia menyatakan bahwa hanya 30% penderita asma yang keluarganya
menderita asma. Selain itu, diduga bahwa faktor ibu lebih banyak menurunkan asma
kepada anaknya disbanding faktor ayah
Alergi
Berdasarkan penelitian ilmiah, alergi pada anak sebagian besar disebabkan faktor
keturunan. Jika kedua orangtua mempunyai bakat alergi, kemungkinan anak
terserang alergi sekitar 70-80%. Tapi, jika hanya salah satu orangtua yang punya
alergi, kemungkinannya menurun menjadi 30%. Selain faktor keturunan, alergi bisa
tercetus karena faktor lingkungan.
Timbulnya alergi ini dipicu oleh alergen yang bisa berupa alergen hirup (tungau
debu), makanan, dan alergen suntik (gigitan serangga atau suntikan). Umumnya,
gejala yang muncul ketika seseorang terkena alergi adalah bersin terus-menerus,
batuk-batuk, kulit memerah atau gatal-gatal, dan sebagainya.
8. Apakah ada hubungan antara pemeliharaan kucing dan gejala-gejala penyakit yang
terjadi pada pasien?
Ya, ada hubungan antara pemeliharaan kucing dan gejala-gejala penyakit yang
terjadi pada pasien. Di dalam bulu kucing terdapat allergen, dimana jika berkontak
dengan seseorang yang didalam darahnya terdapat IgE, maka hal ini akan memicu
terjadinya gejala seperti yang terjadi pada Alergine.
10. Mengapa pasien bisa mengalami sakit kepala yang terus menerus?
Disebabkan karena sinusitis pada sinus paranasalis (menyerang pada bagian sinus
frontalis) dimana terdapatnya gangguan pengaliran udara dari dan ke rongga sinus
serta adanya gangguan pengeluaran cairan mucus.
11. Mengapa bagian pipi dan orbital sebelah kanan terasa sakit saat ditekan?
Bagian pipi dan orbital sebelah kanan terasa sakit jika ditekan disebabkan karena
terjadinya peradangan dan penekanan pada kedua daerah tersebut.
IV. HIPOTESIS
Alergine 12 tahun, mengeluh sakit kepala yang terus menerus disebabkan akut sinusitis
yang ditimbulkan dari alergi rhinitis akibat adanya allergen yang terdapat pada kucing.
Orang tua asma dan
saudara alergi
V. KERANGKA KONSEP
Reaksi alergi
Rhinitis alergik
Ostia buntu
Sinusitis akut
Struktur
anatomi sinus
paranasalis
Anatomi dan
Fisiologi Sinus (tulang, otot,
Paranasalis saraf) dan
fisiologi sinus
paranasalis
Struktur
anatomi Fisiologi pharynx
Anatomi dan tenggorokan
Fisiologi
Tenggorokan (tulang, otot,
saraf)
Struktur
anatomi mata
dan orbita
(tulang, otot, Fisiologi mata
saraf) dan
fisiologi mata
dan orbita
Anatomi dan
Fisiologi Mata
dan Orbita
Struktur
anatomi telinga
(tulang, otot,
Anatomi dan
saraf) dan
Fisiologi
fisiologi telinga
Telinga
Definisi alergi
rhinitis dan
Alergi Rhinitis organ-organ
yang
berhubungan
Definisi
sinusitis akut
Sinusitis Akut dan organ-
organ yang
berhubungan
VII. SINTESIS
Nasus Externus
Mempunyai ujung
bebas, yang
dilekatkan ke dahi
melalui radix nasi
atau jembatan
hidung. Lubang luar
hidung adalah kedua
nares atau lubang
hidung. Setiap naris
dibatasi di lateral
oleh ala nasi dan di medial oleh septum nasi.
Dibentuk oleh os nasale, processus frontalis ossis maxillaries, dan pars nasalis
ossis frontalis.
Dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan, yaitu cartilage nasi superior dan
inferior, dan cartilage septi nasi.
Cavum Nasi
Terletak dari nares di depan sampai choanae di belakang. Rongga ini dibagi oleh
septum nasi atas belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mempunyai dasar, atap,
dinding lateral, dan dinding medial.
a. Dinding dasar
Dibentuk oleh processus palatines maxillae dan lamina horizontalis ossis
palatine, yaitu permukaan atas palatum durum.
b. Dinding atap
Bagian yang sempit dan dibentuk dari belakang ke depan oleh corpus ossis
sphenoidalis, lamina cribosa ossis ethmoidalis, os frontale, os nasale, dan
cartilagines nasi.
c. Dinding lateral
Ditandai dengan tiga tonjolan yang disebut concha nasalis superior, inferior, dan
medialis.
d. Dinding medialis
Disebut juga dengan septum nasi adalah sekat osteocartilago yang ditutupi
membrane mucosa. Bagian atas dibentuk oleh lamina perpendicularis ossis
ethmoidalis dan bagian posteriornya dibentuk oleh os vomer. Bagian anterior
dibentuk oleh cartilage septi.
Membrane mucosa melapisi cavum nasi, terdapat dua jenis membrane mucosa,
yaitu:
Otot-Otot Hidung
n. Facialis n. olfactorius
Fisiologi hidung
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi
conchae media dan kemudian turun ke bawah kea rah nasopharynx, sehingga
aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arcus. Pada ekspirasi, udara masuk
melalui choanae dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara
inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain
kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari
nasopharynx.
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara
yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara:
- Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada
musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini
sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.
- Silia
d. Indera penghirup
e. Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung
akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang. Sehingga terdengan suara
sengau.
f. Proses bicara
g. Refleks nasal
Pada kasus ini, Allergine mengalami berbagai gejala, salah satunya adalah stuffy nose
(hidung tersumbat), hal ini menunjukkan bahwa fisiologi hidung nya terganggu, dimana
sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi suara terganggu, dan suara terdengar
sengau.
2. Anatomi dan Fisiologi Sinus Paranasalis
a. Sinus maxillaries
Terletak di dalam corpus maxillaries. Sinus ini berbentuk pyramid dengna basis
membentuk dinding lateral hidung dan apex di dalam processus zygomaticus
maxillae. Atap dibentuk oleh dasar orbita, sedangkan dasar dibentuk oleh
processus alveolaris. Sinus maxillaries bermuara ke dalam meatus nasi medius
melalui hiatus semilunaris. Membrane mucosa sinus maxillaries dipersarafi oleh
n. alveolaris superior dan n. infraorbitalis.
b. Sinus frontalis
Sinus frontalis ada dua buah, terdapat di dalam os frontale, dan dipisahkan satu
dengan yang lain oleh septum tulang, yang sering menyimpang dari bidang
median. Setiap sinus berbentuk segitiga meluas ke atas, di atas ujung medial alis
mata dan ke belakang ke bagian medial atap orbita. Masing-masing sinus
frontalis bermuara ke dalam meatus nasi medius infudibulum. Membrane
mucosa dipersarafi oleh n. supraorbiltalis.
c. Sinus sphenoidalis
Sinus sphenoidalis ada dua buah, terletak di dalam copus ossis sphenoidalis.
Setiap sinus bermuara ke dalam recessus sphenoethmoidalis di atas conchae
nasalis superior. Membrane mucosa dipersarafi oleh n. ethmoidalis posterior.
d. Sinus ethmoidalis
Terdapat dialam os ethmoidalis, di antara hidung dan orbita. Sinus ini terpisah
dari orbita oleh selapis tulang, sehingga infeksi dengna mudah menjalar dari
sinus ke dalam orbita. Sinus ini terbagi menjadi tiga kelompok:
- Media. Bermuara ke dalam meatus nasi medius, pada atau di atas bulla
ethmoidalis.
a. Penurunan berat relatif dari bagian depan tengkorak, dan terutama tulang-
tulang wajah.
Meningkatkan resonansi suara.
c. isolasi struktur sensitif seperti akar gigi dan mata dari fluktuasi suhu cepat
dalam rongga hidung.
d. pelembab dan pemanasan udara hirup karena pergantian udara yang lambat
di wilayah ini.
Pada kasus ini, Alergine mengalami sinusistis maxilla akut, hal ini sesuai dengan gejala-
gejala yang terjadi seperti sakit kepala yang terus menerus, dll.
Dinding pharynx terdiri atas tiga lapisan : (1) mucosa, (2) fibrosa, dan (3) muscular.
a. Nasopharynx
- Dinding atap. Dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris
ossis occipitalis.
- Dinding dasar. Dibentuk oleh permukaan atas palatum molle yang miring.
- Dinding lateral.
b. Oropharynx
Terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai ke
pinggir atas epiglottis. Oropharynx mempunyai atap, dasar, dinding, anterior,
dinding posterior, dan dinding lateral.
- Dinding atap. Dibentuk oleh permukaan bawah palatum molle dan isthmus
pharyngeus.
- Dinding dasar. Dibentuk oleh sepertiga posterior lidah dan celah antara lidah
dan permukaan anterior epiglottis.
- Dinding lateral. Pada kedua sisi dinding ini, terdapat arcus palatoglossus dan
arcus palatopharyngeus dengan tonsila palatina di antaranya.
c. Laryngopharynx
- Dinding anterior. Dibentuk oleh aditus laryngis dan membrane mucosa yang
meliputi permukaan posterior larynx.
Otot-Otot Pharynx
Terdiri atas:
m. Serabut-serabut Sebagai
cricopharyngeus paling bawah m. sphincter
constrictor pada ujung
pharyngis inferior bawah
pharynx
Persarafan pharynx
Persarafan pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-
cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus.
Mata
a. Tunica Fibrosa
Terdiri atas bagian posterior yang opak, sclera, dan bagian anterior yang
transparan, serta cornea.
b. Tunica Vasculosa
- Choroidea. Terdiri atas lapisan luar berpigmen dan lapisan dalam yang
sangat vascular.
- Corpus ciliare. Terdiri atas corona ciliaris, proc. Ciliaris, dan m. ciliaris.
c. Tunica Nervosa
Retina terdiri atas pars pigmentosa di sebelah luar dan pars nervosa di sebelah
dalam.
a. Humor Aquosus
Cairan bening yang mengisi camera anterior dan camera posterior bulbi.
Fungsinya adalah untuk menyokong dinding bola mata dengan memberikan
tekanan dari dalam, sehingga menjaga bentuk bola mata. Cairan ini juga
member makanan pada cornea dan lensa dan mengangkut hasil-hasil
metabolism.
b. Corpus Vitreum
Corpus vitreum mengisi bola mata di belakang lensa dan merupakan gel yang
transparan. Berfungsi untuk menambah daya pembesaran mata; menyokong
permukaan posterior lensa dan membantu melekatkan pars nervosa retina ke
pars pigmentosa retina.
c. Lensa
Orbita
Dasar dibentuk oleh facies orbitalis os maxilla, yang memisahkan orbita dari sinus
maxillaries.
Dinding medial dari depan ke belakang terdiri atas; proc. Frontalis ossis maxilla, os
lacrimalis, lamina orbitalis ossis ethmoidalis, dan corpus ossis sphenoidalis.
b. mm. Recti
Origo Keempat mm. recti berasal dari cincin fibrosa yang disebut
annulus tendineus communis
Insersio Venternya yang bulat berjalan ke depan dan beralih menjadi tendo
yang langsing, yang berjalan melalui trochlea fibrocartilago yang
melekat pada os frontale. Berinsersio pada sclera di bawah m.
rectus superior
Persarafan n. trochlearis
d. m. Obliquus Inferior
Persarafan n. oculomotorius
Pada kasus ini, Allergine tidak memiliki masalah pada matanya. Tetapi, orbita kanan nya
terasa sakit jika ditekan. Hal ini disebabkan karena terjadi penekanan pada orbita.
5. Anatomi dan
Fisiologi Telinga
Telinga Luar
Terdiri atas :
a. Auricular. Mempunyai
bentuk yang khas dan berfungsi untuk mengumpulkan getaran udara. Auricular
dipersarafi oleh n. facialis.
Adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh
membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengan yang berfungsi
meneruskan getaran membrane tympani ke perilympha telinga dalam.
Membrane tympani adalah membrane fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.
Membrana tympani sangan peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi
oleh n. auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.
a. m. Tensor Tympani
Origo Cartilage tuba auditiva dan dinding tulang salurannya sendiri
Persarafan n. trigeminus
b. m. Stapedius
Persarafan n. facialis
Fisiologi telinga
Seseorang yang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan melalui udara atau
tulang langsung ke coclea. Aliran suara melalui udara lebih baik dibandingkan
dengan aliran suara melalui tulang. Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang
dialirkan ke liang telinga dan mengenai membrane tympani, sehingga membrane
tympani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain.
Pada kasus ini, dilakukan pemeriksaan terhadap allergine. Hasil pemeriksaan tersebut
menunjukkan bahwa tympanic membrane nya normal.
6. Alergi Rhinitis
Alergi bisa disebut sebagai efek samping dari imunitas, yaitu hipersensitivitas.
Setidaknya ada dua tipe alergi :
2. Alergi Atopik
a. Alergen
c. Aspirin
Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rinitis alergika
pada penderita tertentu.
Secara klasik rinitis alergika dianggap sebagai inflamasi nasal yang terjadi dengan
perantaraan IgE. Pada pemeriksaan patologi, ditemukan infiltrat inflamasi yang
terdiri atas berbagai macam sel. Pada rinitis alergika selain granulosit, perubahan
kualitatif monosit merupakan hal penting dan ternyata IgE rupanya tidak saja
diproduksi lokal pada mukosa hidung. Tetapi terjadi respons selular yang meliputi:
kemotaksis, pergerakan selektif dan migrasi sel-sel transendotel. Pelepasan sitokin
dan kemokin antara lain IL-8, IL-13, eotaxin dan RANTES berpengaruh pada
penarikan sel-sel radang yang selanjutnya menyebabkan inflamasi alergi.
Aktivasi dan deferensiasi bermacam-macam tipe sel termasuk: eosinofil, sel CD4 +T,
sel mast, dan sel epitel. Alergen menginduksi Sel Th-2, selanjutnya terjadi
peningkatan ekspresi sitokin termasuk di dalamnya adalah IL-3, IL-4, IL-5, IL-9,
IL-10 yang merangsang IgE, dan sel Mast. Selanjutnya sel Mast menghasilkan IL-4,
IL-5, IL-6, dan tryptase pada epitel. Mediator dan sitokin akan mengadakan
upregulasi ICAM-1. Khemoattractant IL-5 dan RANTES menyebabkan infiltrasi
eosinofil, basofil, sel Th-2, dan sel Mast. Perpanjangan masa hidup sel terutama
dipengaruhi oleh IL-5.
Pelepasan mediator oleh sel-sel yang diaktifkan, di antaranya histamin dan cystenil-
leukotrien yang merupakan mediator utama dalam rinitis alergika menyebabkan
gejala rinorea, gatal, dan buntu. Penyusupan eosinofil menyebabkan kerusakan
mukosa sehingga memungkinkan terjadinya iritasi langsung polutan dan alergen
pada syaraf parasimpatik, bersama mediator Eosinophil Derivative Neurotoxin
(EDN) dan histamin menyebabkan gejala bersin.
GEJALA KLINIS/Symptom
Manifestasi utama adalah rinorea, gatal hidung, bersin-bersin dan sumbatan hidung.
Pembagian rinitis alergika sebelum ini menggunakan kriteria waktu pajanan
menjadi rinitis musiman (seasonal allergic rhinitis), sepanjang tahun (perenial
allergic rhinitis), dan akibat kerja (occupational allergic rhinitis). Gejala rinitis
sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Tanda-tanda fisik yang sering
ditemui juga meliputi perkembangan wajah yang abnormal, maloklusi gigi, allergic
gape (mulut selalu terbuka agar bisa bernafas), allergic shiners (kulit berwarna
kehitaman dibawah kelopak mata bawah), lipatan tranversal pada hidung
(transverse nasal crease), edema konjungtiva, mata gatal dan kemerahan.
Pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum sering didapatkan sekret hidung
jernih, membrane mukosa edema, basah dan kebiru-biruan (boggy and bluish).
Pada kasus ini, Allergine memiliki bawaan alergi yang diturunkan oleh ayahnya. Bakat
alergi yang dimiliki Allergine tersebut semakin dipicu setelah ia terkena protein bulu
kucing. Reaksi yang muncul adalah rhinitis alergik, seperti demam dan hidung tersumbat.
7. Sinusitis Akut
Beberapa etiologi dan faktor predisposisi antara lain adalah ISPA akibat virus,
bermacam rhinitis terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil,
polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertropi konka,
sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi tonsil, infeksi gigi,
kelainan imunologik, diskinesia silia seperti sindroma Kartagener.
Keluhan utama rinosinusitis akut adalah hidung tersumbat disertai nyeri atau rasa
tekanan pada muka dan ingus purulen, yang sering kali turun ke tenggorok/ dapat
disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.
GejalaSinusitis
Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika
penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang
sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada
gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:
Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan
sakit kepala.
Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta
sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri
bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung
tersumbat.
Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan
dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau
kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Pada kasus ini, Allergen terkena sinusitis akut sebagai terusan dari rhinitis alergik
yang ditimbulkan oleh reaksi tubuhnya terhadap protein bulu kucing. Allergen
memiliki gejala-gejala seperti perasaan nyeri yang dirasakan jika bagian pipi dan
orbital kanannya ditekan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Allergen mengalami
sinusitis maxilla akut.
TUTORIAL REPORT
BLOCK 4
SCENARIO 3
Group 10
Rohayu 4101401051
Penulis sangat berterima kasih kepada dr. Erial Bahar selaku ketua blok 4.
Ucapan terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada dr. Swanny, yang telah
membimbing dan mengawasi kami dalam tutorial.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada kedua
orang tua, yang telah bekerja keras selama ini untuk memenuhi kebutuhan moril maupun
materil penulis dalam menjalani pendidikan.
Terima kasih juga kepada para teman-teman sejawat dan seperjuangan di Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya atas semua dorongan dan semangatnya sehingga segala
yang berat terasa begitu ringan dan yang sulit menjadi mudah.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Snell. S. Richard. Anatomi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006.
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-bfxu225.htm.
Diakses 20 Desember 2010.
http://pharos.co.id/news-a-media/beritakesehatan/443-sinusitis-akut.html. Diakses 20
Desember 2010.