You are on page 1of 81

Daftar Abstrak Presentasi Oral Topik I

“Geodinamika, Energi, Perubahan Iklim dan Lingkungan (GBPL)”

GBPL 01 Pengembangan Konsep Kajian Resiko Bencana 2


Berdasarkan Potensi Bahaya Alam Dan
Kerentanan-Kapasitas Masyarakat Sebagai Basis
Untuk Pengelolaan Bencana Dan Penyusunan
Tataruang: Studi Kasus Di Kabupaten Cilacap
Herryal Z. Anwar, Sunaryo Wibowo, Commaluddin,
Yunarto, Wawan H.N. dan Bambang Irianta
GBPL 02 Potensi Likuifaksi Di Daerah Sanur – Benoa, Bali 4
Selatan, Berdasarkan Studi Geologi Bawah Permukaan
Eko Soebowo, Yugo Kumoro, M.Ruslan dan Dwi Sarah
GBPL 03 Pengaruh Perubahan Iklim Pada Kerentanan 6
Longsoran Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Khori Sugianti, Sukristiyanti, Rahmawati Rahayu
GBPL 04 Karakteristik Bawah Permukaan Cekungan 8
Bandung-Garut Dengan Metode Magneto Telurik
Lina Handayani, Kamtono, Dadan D. Wardhana,
Karit L. Gaol, Yayat Sudrajat, Sunardi
GBPL 05 Mencari Sumber Air Lumpur Panas Sidoarjo : 10
Sebuah Pendekatan Geofisika Untuk Menemukan
Aliran Air Bawah Permukaan Ke Lokasi Semburan
Lumpur Panas Di Wilayah Porong, Provinsi Jawa Timur
Iskandar Zulkarnain, Karit Lumban Gaol, Yayat Sudrajat
GBPL 06 Studi Pendahuluan Evolusi Cekungan Laut Dalam 12
Busur Belakang Di Bagian Barat Pulau Jawa
Haryadi Permana, Purna Sulastiya Putra, Ahmad Fauzi
Ismayanto, Iwan Setiawan dan Marfasran Hendrizan
GBPL 07 Peran Karakteristik Bencana Geologi Dalam 14
Penyusunan Tata Ruang Wilayah Garut Selatan
Hilda Lestiana, Dedi Mulyadi, Igna Hadi, Hendra Bakti
GBPL 08 Pemodelan Hidrologi Menggunakan R.Sim.Water 16
& Terraflow Untuk Pendugaan Banjir Bandung Selatan
Afnindar, Dedi Mulyadi dan Igna Hadi
GBPL 09 Potensi Erosi Tanah Dengan Menggunakan 18
Data Penginderaan Jauh Skala Menengah Di DAS
Bodri Hulu – Jawa Tengah
Sukristiyanti

1
PENGEMBANGAN KONSEP KAJIAN RESIKO BENCANA
BERDASARKAN POTENSI BAHAYA ALAM DAN KERENTANAN-
KAPASITAS MASYARAKAT SEBAGAI BASIS UNTUK
PENGELOLAAN BENCANA DAN PENYUSUNAN TATARUANG: Studi
Kasus di Kabupaten Cilacap

Herryal Z. Anwar 1, Sunaryo Wibowo 1, Commaluddin 1, Yunarto 1, Wawan


H.N. 1 dan Bambang Irianta 1
1
Pusat peneltian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593

Sari

Risiko suatu bencana sangat ditentukan oleh adanya potensi bahaya alam yang
mengancam, kerentanan masyarakat terhadap bahaya alam tersebut. Untuk dapat
terjadinya suatu risiko bencana maka kedua faktor tersebut haruslah hadir. Jika
tidak terdapat salah satu faktor tersebut maka tidak akan terjadi risiko. Oleh
karena itu dalam kajian ini dikembangkan suatu metode dan konsep pengkajian
bencana banjir dan longsor serta konsep pengkajian kerentanan masyarakat, agar
risiko bencana dapat terpetakan. Selain itu dilakukan pula kajian terhadap
kapasitas masyarakat dalam meminimalisir dampak bahaya alam tersebut.
Kapasitas masyarakat ini pada dasarnya akan mengurangi tingkat kerentannya,
sehingga risiko bahaya alam yang akan yang diterima akan semakin kecil.
Kajian ini dilakukan di Kabupaten Cilacap dengan memetakan potensi bahaya
banjir dan tanah longsor serta memetakan kerentanan dan kapasitas masyarakat
dan pemangku kepentingan dalam pengelolaan bencana. Kajian bahaya alam
banjir dilakukan berdasarkan pemodelan potensi banjir di Kabupaten Cilacap.
Untuk kemudian ditentukan potensi dampak berdasarkan klasifikasinya.
Sedangkan untuk bahaya longsor mengacu kepada peta bahaya longsor yang
pada saat ini sudah dipublikasikan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi – Badan Geologi Indonesia. Untuk pemahaman terhadap kerentanan
masyarakat dilakukan berdasarkan survai kuestiner dan FGD baik pada
masyarakat maupun kepada aparat terkait di Kabupaten Cilacap. Kajian ini
dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan metodologi dan konsep kajian
risiko bencana sebagai dasar dalam penyusunan buku panduan kajian risiko
bencana bagi Pemerintah Daerah.

Kata kunci : kerentanan, kapasitas, bahaya alam dan resiko bencana.

2
Abstract

The natural disaster risk is influenced by factors 1) natural hazard and 2)


communities vulnerability. These two factors must exist and integrate to create
a disaster risk. Disaster risk may not be occurred when only a part of the two
factors exist. Therefore in this study will be assessed and developed an
assessment method and concept of the flood and landslide hazard and the
communities vulnerability in order to develop a multi risk map. In conjunction
of this study is also conducted a community capacity assessment which
contribute to the degree of the disaster risk.
This study was carried out at Kabupaten Cilacap by developing of the flood and
landslide hazard map and the community vulnerability and capacity map. The
flood hazard assessment is carried out base on flood modeling to determine the
flood potential and impact in Kabupaten Cilacap. While landslide hazard is
developed base on the published landslide hazard map of Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi – Badan Geologi Indonesia. The understanding
of community vulnerabilities are carried out based on Questionnaire
interviewed and Focus Group Discussion both to the community and related
local government official. The aim of this study to develop a methodology and
conceptual as a base to develop a disaster risk guideline for local government.

Keywords : vurnerability, capacity, and dissaster risk

3
POTENSI LIKUIFAKSI DI DAERAH SANUR – BENOA, BALI
SELATAN, BERDASARKAN STUDI GEOLOGI BAWAH
PERMUKAAN

Eko Soebowo1, Yugo Kumoro1, M.Ruslan1 dan Dwis Sarah1


1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593
Email : eko.soebowo@geotek.lipi.go.id, soebowoeko@yahoo.com

Sari

Ancaman geologis khususnya peristiwa likuifaksi saat gempabumi besar pada


jalur rawan gempabumi di Bali Selatan merupakan sesuatu yang dapat terjadi,
dan dapat menimbulkan kerusakan yang luas pada bangunan dan sarana
infrastruktur. Wilayah Sanur - Pendungan – Serangan – Benoa, Bali Selatan
telah dilakukan kajian sifat ketenikan lapisan tanah bawah permukaan kaitannya
dengan potensi bahaya likuifaksi dan penurunannya berdasarkan pemboran
teknik, pengujian Cone Penetration Test (CPT), dan Cone Penetration Test with
pore water measurement (CPTu).
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa endapan Kuarter terdiri dari material
pasir, lanau, lempung setempat pasir kasar pada lingkungan fluviatil, meander,
swamp, alluvium yang mempunyai ketebalan mencapai 25 – 30 meter, dengan
batuan dasarnya berupa batugamping dari Formasi Selatan dengan kedalaman
muka airtanah dangkal sekitar 0.25 sampai 4 meter dan dibeberapa lokasi lebih
dari 4 meter. Analisa potensi likuifaksi dan penurunan di daerah ini
menunjukkan bahwa hampir semua titik pengujian mengindikasikan terjadinya
likuifaksi dan penurunan. Zona likuifaksi terkonsentrasi di bagian tengah daerah
studi pada kedalaman kisaran 0,2 - 15 m. Sedangkan konsentrasi penurunan
yang tinggi terutama di Sanur (CPTu-01,10 dan 12), Serangan (CPTu – 02),
Benoa (CPTu-15), Bualu (CPTu-06) dan Tanjungbenoa (CPTu-07), yang perlu
mendapat perhatian dalam upaya mitigasi bahaya likuifaksi di wilayah ini.

Kata kunci : gempa bumi, likuifaksi, penurunan, endapan kuarter

Abstract

The threat of geological events, especially the occurrence of liquefaction during


large earthquakes on earthquake prone area in South Bali can cause extensive
damage to buildings and infrastructures. Engineering geological investigation
4
was conducted in Sanur Area - Pendungan - Serangan - Benoa, South Bali to
understand subsurface engineering properties in relation to the potential of
liquefaction hazards and settlement. Investigation consisted of geotechnical
drilling, Cone Penetration Test (CPT), and Cone Penetration Test with pore
water measurement (CPTu).
The investigation showed that the Quaternary sediments consisting of sand, silt,
coarse sand,clay and coarse sand deposited in fluvial environment, meanders,
swamp, alluvium of thickness 25-30 meters. The base rock is limestone of the
South formation with shallow groundwater depths of 0.25 up to 4 meters and
more than 4 meters.
Analysis of liquefaction potential and settlement in this region showed that
almost all test points indicate the potential of liquefaction and settlement.
Liquefaction zones are concentrated in the center area of study with the depth
range of 0.2 to 15 m. The highest settlement is found mainly in Sanur (CPTu-01,
10 and 12), Serangan (CPTu - 02), Benoa (CPTu-15), Bualu (CPTu-06) and
Tanjungbenoa (CPTu-07), which require greater attention for the liquefaction
hazard mitigation efforts in the region.

Keywords : earthquake, liquefaction, settlement, quaternary deposit

5
PENGARUH PERUBAHAN IKLIM PADA KERENTANAN
LONGSORAN DI KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT

Khori Sugianti 1, Sukristiyanti 1, Rahmawati Rahayu 1, Adrin Tohari1,


Heru Santoso1, Dwi Sarah1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593

Sari

Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan perubahan pada berbagai variabel


iklim, termasuk curah hujan. Curah hujan yang berubah dari waktu ke waktu
mempengaruhi kerentanan tanah terhadap bahaya longsor. Pada penelitian ini
dilakukan prediksi kerentanan longsoran untuk tahun 2020, 2050, dan 2080
untuk wilayah Kabupaten Bandung yang memiliki kerentanan longsor yang
tinggi. Pemodelan kerentanan longsoran dilakukan dengan menggunakan
software TRIGRS versi 1.0. Nilai curah hujan masing-masing tahun tersebut
merupakan hasil prediksi berdasarkan intermodel presipitasi B2BBRCM yang
ada dalam software MAGICC/SCENGEN versi 5.3. Pemodelan kerentanan
longsoran ini menggunakan DEM dengan resolusi 100m x 100m dan sifat-sifat
tanah yang dibedakan berdasarkan satuan geologi di daerah penelitian.
Heterogenitas curah hujan secara spasial juga dipertahankan dalam pemodelan
ini, dengan penghitungan hujan wilayah menggunakan metode Isohyet. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan curah hujan mengakibatkan
kenaikan tingkat kerentanan longsoran di tahun 2020, 2050, 2080.

Kata kunci: perubahan iklim, curah hujan, dan kerentanan longsoran

Abstract

The climate change causes a change on many climate variables, including


rainfall. The rainfall which changes time to time gives affect on landslide
susceptibility. In this research, a landslide susceptibility prediction for 2020,
2050, and 2080 in Bandung Regency was conducted. The landslide
susceptibility modeling used TRIGRS 1.0 program. The rainfall for 2020, 2050,
and 2080 is a prediction resulted by intermodel precipitation, HAD295 model,
included in the software MAGICC/SCENGEN version 4.1. This landslide
susceptibility model involved DEM in 100m x 100m resolution and soil
properties of each geological unit in the research area. The heterogenity of
6
rainfall spasially was kept in this model, by calculating the regional reainfall by
using Isohyet method. The research result said that the rainfall increase causes
the increase on landslide susceptibility level in 2020, 2050, and 2080.

Keywords: climate change, rainfall, and landslide susceptibility

7
KARAKTERISTIK BAWAH PERMUKAAN CEKUNGAN BANDUNG-
GARUT DENGEN METODE MAGNETO TELURIK

Lina Handayani 1, Kamtono 1, Dadan D. Wardhana1, Karit L. Gaol 1,


Yayat Sudrajat 1, Sunardi +1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593
Email : lina@geotek.lipi.go.id

Sari

Cekungan Bandung-Garut dikelilingi oleh pegunungan dengan endapan aliran


piroklastik dan terpisahkan oleh deretan pegunungan dengan tutupan berupa
endapan lava yang lebih muda. Selain itu, data anomali gayaberat Bouguer
menunjukkan bahwa Cekungan Bandung-Garut dikelilingi oleh anomali tinggi
dan terdapat beberapa tutupan (closure) anomali rendah berada di tengah
Cekungan Bandung dan Cekungan Garut. Kondisi demikian menunjukkan
bahwa kedua cekungan tersebut dapat merupakan satu sistim dalam proses
perkembangan geologinya. Untuk mempelajari dengan lebih baik kedua
cekungan tersebut, perlu dilakukan pemodelan bawah permukaan. Dalam
penelitian ini, pemodelan didasarkan pada hasil pengukuran magnetotelurik
yang melintasi dua tutupan (closure) anomali rendah . Pengukuran
magnetotelurik dilakukan pada 15 titik dalam satu lintasan sepanjang 45 km
berarah Barat-Timur (Pangalengan – Garut). Data hasil pengukuran dan model
bawah permukaan menunjukkan formasi bertahananjenis tinggi yang
membentuk dua cekungan di bawah lintasan pengukuran. Selain itu, terdapat
tiga lokasi bertahananjenis rendah pada kedalaman kurang dari 1000 m. Perlu
dilakukan lagi pengukuran pada beberapa lintasan, terutama yang memotong
lintasan ini untuk dapat menyusun model bawah permukaan yang lebih baik.

Kata kunci : Cekungan Bandung-Garut, magnetotelurik, pemodelan bawah


permukaan, anomali Bouguer.

Abstract

The Bandung-Garut Basin is surrounded by mountain range with pyroclastic


sediment and separated by mountain range with younger lava sediment.
Furthermore, Bouguer gravity anomaly shows that the Bandung-Garut Basin is
surrounded by high anomaly with several low anomaly closures within. The
8
condition might indicate that Bandung and Garut Basins are in one system of
geological development. Sub surface modeling is needed for analyzing the
characteristic of these basins. In this research, the modeling was based on
magnetotelluric data. Magnetotelluric observations were done at 15 points in a
45 km West-East section line (Pangalengan – Garut). Resulting data and model
indicate the existence of two basin-like structures in the depth of 2 – 3 km
subsurface. Three clusters of low resistivity are present within 1000 m below the
surface. Further analysis needs more data, most importantly in section lines that
cross this current section.

Keywords : Bandung-Garut Basin, magnetotelluric, subsurface modeling,


Bouguer anomaly.

9
MENCARI SUMBER AIR LUMPUR PANAS SIDOARJO:
SEBUAH PENDEKATAN GEOFISIKA UNTUK MENEMUKAN
ALIRAN AIR BAWAH PERMUKAAN KE LOKASI SEMBURAN
LUMPUR PANAS DI WILAYAH PORONG, PROVINSI JAWA TIMUR

Iskandar Zulkarnain 1, Karit Lumban Gaol 1, Yayat Sudrajat 1


1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593

Sari

Sejak semburan lumpur panas pertama kali yang terjadi pada 29 Mei 2006 di
Sidoarjo, maka setidaknya sudah 18 desa yang tenggelam atau terendam lumpur,
yang meliputi: Desa Renokenongo, Jatirejo, Siring, Kedung Bendo, Sentul,
Besuki, Glagah Arum, Kedung Cangkring, Mindi, Ketapang, Pajarakan,
Permisan, Ketapang, Pamotan, Keboguyang, Gempolsari, Kesambi, dan
Kalitengah. Kerugian yang timbul berkisar antara 34 hingga 45 Triliun Rupiah
per tahunnya dan lebih 60% nya diderita oleh masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan sumber pemasok air ke danau lumpur
karena diasumsikan bahwa volume air pembentuk lumpur yang sudah lebih dari
75 juta meter kubik haruslah berasal dari luar wilayah tersebut. Air laut dari
Selat Madura sebagai salah satu kemungkinan sumber, harus dikesampingkan
karena data isotop air lumpur tersebut menunjukkan bahwa air itu tidak berasal
dari air laut. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk mengetahui
struktur bawah permukaan wilayah sebelah barat dan selatan danau lumpur
dengan menggunakan metoda gayaberat, Audio Magnetotellurik (AMT) dan
Magnetotellurik (MT).
Hasil pengukuran dan interpretasi data gayaberat berupa anomaly Bouguer dan
data AMT dan MT menunjukkan bahwa terdapat suatu struktur patahan berarah
NE-SW yang membentang dari daerah desa Watukosek di kaki Gunung
Penanggungan ke arah danau lumpur, yang diinterpretasikan sebagai zona
permeable yang membentuk saluran air tanah sebagai pemasok air yang
menyebabkan semburan lumpur terus berlangsung.
Bila intervensi teknologi dapat dilakukan untuk mengubah zona permeable ini
menjadi impermeable, maka pasokan air akan terhambat dan dengan demikian
semburan lumpur akan dapat dihentikan.

Kata kunci: semburan lumpur panas Sidoarjo, metoda gayaberat, AMT dan
MT, zona permeable, intervensi teknologi

10
Abstract

Since the first hot mud flow occurred on May 29, 2006 in Sidoarjo, at least there
are 18 villages already covered by the mud flow, including Renokenongo
village, Jatirejo, Siring, Kedung Bendo, Sentul, Besuki, Glagah Arum, Kedung
Cangkring, Mindi, Ketapang, Pajarakan, Permisan, Ketapang, Pamotan,
Keboguyang, Gempolsari, Kesambi, and Kalitengah villages. Economical
disadvantage of the disaster ranges from 34,000 to 45,000 billion Rupiahs per
year and more than 60% are experienced by the local civil society.
The aim of this research is to find out sources of water supply to the mud lake
because it is assumed that the volume of water in the mud lake is so big (more
than 75 million cubic meter) and it has to be coming from the surrounding
regions of the mud lake. Sea water from the Madura strait has to be skipped out
as an option due to its water isotope data showing that the water does not derive
from sea water. Therefore, this research focuses on mapping subsurface
structures using Gravity, Audio Magnetotelluric (AMT) and Magnetotelluric
(MT) methods in regions of southern and western of the mud lake.
Measurement and data interpretation of Gravity in form of Bouguer anomaly
together with analysis of AMT and MT data, show that there is a NE-SW
subsurface fault structure striking from Watukosek village area at foot of
Penanggungan Hill to the mud lake area that is interpreted as a permeable zone
forming supply water channels for continuing the mud flow.
If technological intervention can be carried out to transform the permeable zone
to impermeable zone then the water supply can be blocked, so the hot mud flow
could be stopped.

Key words: Sidoarjo hot mud flow, Gravity method, AMT and MT, permeable
zone, technological intervention

11
STUDI PENDAHULUAN EVOLUSI CEKUNGAN LAUT DALAM
BUSUR BELAKANG DI BAGIAN BARAT PULAU JAWA

Haryadi Permana1, Purna Sulastiya Putra1, Ahmad Fauzi Ismayanto1,


Iwan Setiawan1 dan Marfasran Hendrizan 1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593
Email : permhp@yahoo.com

Sari

Cekungan di antara busur yang berada di dalam lingkungan zona cekungan laut
dalam busur belakang atau zona kompresi Majalengka – Banyumas terbentuk
akibat peregangan patahan regional Bogor – Banyumas yang kemudian
terpotong oleh pasangan patahan geser Gabon dan Pamanukan-Karangbolong
yang berarah baratlaut-tenggara pada Miosen Awal. Pasangan zona patahan
tersebut mengontrol terbukanya sub-sub cekungan kawasan Majalengka-
Banyumas. Di dalam zona tersebut diendapkan endapan arus gravitasi epiklastik
berumur Miosen Akhir – Pliosen yang ditafsirkan berada pada posisi proximal
dalam suatu kipas bawah laut. Endapan tersebut diduga berasal dari volkanik
busur belakang terisolasi, yang tumbuh di dalam zona patahan tersebut atau
memisahkan sub-sub cekungan. Tubuh volkanik tersebut terletak jauh lebih di
utara dibanding jalur busur volkanik Miosen Ahir – Pliosen.
Studi rinci pola struktur geolog, anomali gayaberat dan kinematika struktur
geologi yang berkembang di Zona Majalengka – Banyumas, prpses sedimentasi
dan stratigrafi endapan arus gravitasi kipas bawah laut, serta hasil analisa
petrologi dan kimia batuan piroklastik dan epiklastik di dalam zona ini
memberikan bukti kuat terbentuknya suatu sub-sub cekungan di antara busur di
wilayah cekungan laut dalam busur belakang di bagian barat Pulau Jawa.

Kata kunci : cekungan di antara busur, cekungan laut dalam, peregangan,


endapan arus gravitasi, kipas bawah laut, busur volkanik

Abstract

An intra-arc basin within back arc deep sea basin zone or Majalengka -
Banyumas compressional zone has developed relate to trans-tensional of
regional fault of Bogor - Banyumas which later it was cutted in Early Miocene
by pair of NW-SE strike slip fault of Gabon and Pamanukan-Karangbolong
12
fault zone. This fault pair is responsible in sub-basin opening of Majalengka-
Banyumas zone. In this zone deposited epiclastic gravitational sediment by Late
Miocene-Pliocene and it’s interpreted as proximal deposit of submarine fan.
This deposit source suggest an isolated volcanic of back arc that developed in
this zone or separated sub-basins. The volcanic edifice located northward of
Late Miocene-Pliocene volcanic arc.
Detail study of geology structural pattern, gravity anomaly and kinematic had
developed in Majalengka - Banyumas zone, sedimentation process and
gravitational sediment submarine fan stratigraphy and combining with
petrology and geochemistry characteristic of pyroclstic and epiclastic rocks
could be gave an evident the present of intra-arc basin in deep sea basin of back
arc of western of Java

Keywords: intra-arc basin, deep sea basin, ekungan laut dalam, transtensional ,
peregangan, gravitational sediment, submarine fan, volkanic arc

13
PERAN KARAKTERISTIK BENCANA GEOLOGI DALAM
PENYUSUNAN TATA RUANG WILAYAH GARUT SELATAN

Hilda Lestiana1, Dedi Mulyadi1, Igna Hadi1, Hendra Bakti1


1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593

Sari

Rencana pemekaran Kabupaten Garut menjadi Kabupaten Garut dan Garut


Selatan telah lama dicanangkan, bahkan pada saat ini telah di buat Rancangan
Tata Ruang Wilayah. Kabupaten Garut selain memiliki potensi aneka ragam
sumber daya alam, juga memiliki potensi bencana (longsor, banjir dan tsunami).
sehingga perlu dipersiapkan perencanaan tata ruang berbasiskan kebencanaan
agar tidak akan terjadi kesalahan dalam penyusunan kebijakan. Sebagai langkah
awal dalam penyusunan kebijakan perlu dilakukan upaya mitigasi dan
pengurangan dampaknya yaitu dengan cara mengidentifikasi karakteristik
bencana di Garut Selatan.
Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran dalam masalah tata
ruang terutama yang berkaitan dengan kebencanaan. Dengan menggunakan hasil
analisis citra satelit, pengumpulan data lapangan, serta data penunjang, kajian
karakteristik bencana Geologi ini memberikan informasi penyebab, mekanisme,
parameter, tingkat kerawanan serta upaya mitigasi dan pengurangan bencana
dari bencana geologi di wilayah Garut Selatan.

Kata kunci: Pengembangan Garut Selatan, bencana Geologi, penyusunan tata


ruang

Abstract

Seperation plans into district Garut and the South has long been planned, even
when this has been made draft Spatial. Garut Regency has the potential for a
variety of other natural resources, also has the potential for disaster (landslides,
floods and tsunamis). so be prepared based on spatial planning for disaster will
not happen mistakennes in policymaking. As a first step in preparing the policy
needs to be done to mitigate and reduce the impact that is by identifying the
characteristics of disasters in South Garut.
This paper aims to give contributions in spatial issues mainly related to the
disaster. By using satellite imagery analysis, field data collection, as well as
14
supporting data, studies the characteristics of geological disaster is to provide
information on the causes, mechanisms, parameters, level of vulnerability and
disaster reduction and mitigation of geological disasters in the region of South
Garut.

Keywords: South Garut Development, Geological disasters, spatial planning

15
PEMODELAN HIDROLOGI MENGGUNAKAN R.SIM.WATER &
TERRAFLOW UNTUK PENDUGAAN BANJIR BANDUNG SELATAN

Afnindar 1, Dedi Mulyadi 1 dan Igna Hadi 1


1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 – 2504593
Email : afnindar@geotek.lipi.go.id

Sari

Majalaya merupakan derah paling rendah rendah di bandingkan daerah yang


lainnya di cekungan Bandung Banjir pada tahun tahun 2010 mengakibatkan
150 buah rumah terendam dengan ketinggian air 1,5 meter. selain banyak
mengalami banyak kerugian banjir majalaya menyisakan banyak persoalan,
salah satunya bahwa daerah Majalaya merupakan sentra industri tekstil yang
menjadi komoditi nasional.Upaya penanggulangan telah banyak dilakukan,
diantaranya menggunakan sekenario pemodelan/simulasi hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui perkiraan jika curah hujan meningkat kembali.
Dengan menggunakan metode r.terraflow yang menghitung arah aliran,
akumulasi aliran dangan didukung dengan data topografi dari model raster
elevasi digital (DEM) dan r.sim water yaitu untuk mengetahui aliran permukaan
didasarkan dari konsep duality particle (SIMWE)..
Hasil yang diharapkan dapat memberikan gambaran dari arah aliran dan
masuknya air ke dalam lapisan tanah, jika terjadi curah hujan yang sangat
tingggi, sehingga dapat menjadi peringatan dini untuk antisipasi banjir Daerah
Majalaya.

Kata Kunci : Banjir Majalaya, r terra Flow, r.sim water curah hujan tinggi

Abstract

Majalaya area is derah lowest low in comparison to other areas in Bandung


basin, flood at of 2010 resulted in 150 houses inundated with water height of
1.5 meters. besides many experienced many flood losses Majalaya leaves many
issues, one that Majalaya area is the center of textile industry into commodity
nasional.Upaya prevention have been carried out, including using scenario
modeling / simulation it is meant to know the approximate if rainfall increases
again.

16
By using a method that calculates r.terraflow flow direction, flow accumulation
view is supported by data raster digital elevation model (DEM) and r.sim water
that is to know the surface flow is based on a concept of Particle Duality
(SIMWE) .
Results are expected to provide an overview of the flow direction, flow
accumulation, filling the inundation areas and surface water simulation models
in case of a very tingggi rainfall, so it can be an early warning to anticipate
floods Majalaya Region (not material to the spatial concept? .)

Keywords: Flood Majalaya, r terra Flow, water r.sim high rainfall

17
POTENSI EROSI TANAH MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN
JAUH SKALA MENENGAH DI DAS BODRI HULU – JAWA TENGAH

Sukristiyanti 1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593
Email: sukris@geotek.lipi.go.id

Sari

Erosi tanah menyebabkan berbagai dampak negatif dengan berimbas buruk pada
lahan pertanian, sedimentasi, hingga menyebabkan dan mempercepat
eutrofikasi. Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu unit yang tepat untuk
kajian erosi dengan cakupan wilayah yang cukup luas membuat peran data
Penginderaan Jauh resolusi menengah semakin penting. Daerah yang diteliti
dalam penelitian ini adalah DAS Bodri Hulu dengan luas wilayah 501,81 km 2
yang mencakup 17 kecamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ekstraksi kerapatan vegetasi, penggunaan lahan, dan kemiringan lereng;
dan analisis spasial untuk evaluasi potensi erosi tanah dengan metode kualitatif
dan validasi peta kelas erosi tanah hasil evaluasi. Hasil evaluasi potensi erosi
menunjukkan bahwa kelas potensi erosi yang berat mendominasi Kecamatan
Tretep. Tingginya tingkat potensi erosi di Kecamatan Tretep ini disebabkan
karena daerah tersebut didominasi oleh perkebunan sayur yang sistem
penanamannya berlawanan dengan garis kontur. Validasi pada peta kelas potensi
erosi dengan kerapatan alur yang diperoleh dari foto udara skala 1:50000 dan
data SRTM 30 m tidak dapat dilakukan. Hal ini disebabkan peta alur sebagai
input peta kerapatan aliran, tidak seimbang tingkat kedetailannya dengan peta
kelas potensi erosi. Oleh karena itu validasi dilakukan dengan menggunakan
data hasil survai lapangan. Hasil validasi menunjukkan bahwa peta kelas potensi
erosi tanah hasil evaluasi dengan metode kualitatif representatif terhadap kondisi
di lapangan. Ini menunjukkan bahwa metode kualitatif yang cukup mudah dan
efisien mampu memetakan potensi erosi tanah dengan baik.

Kata kunci: potensi erosi tanah, Derah Aliran Sungai (DAS), Penginderaan
Jauh, analisis spasial

18
Abstract

Soil erosion causes various negative impacts on agricultural area,


sedimentation, and speeds eutrofication up. Watershed as an appropriate unit
for erosion study which covers large area, makes the middle resolution of
remote sensing data has a significant role. The research area was Upper Part of
Bodri Watershed having 501.81 sq km and covering 17 subdistrics. The methods
used in this research were vegetation density, landuse and slope gradient
extractions, and spatial analysis for potential soil erosion evaluation and result
validation. The result said that the severe potential soil erosion dominated
Tretep Subdistrict. It is caused by the misapplied landuse there. The area is
dominated by a vegetable plantation which its planting system against the
contour line. Drainage density derived from aerial photograph at the scale of 1:
50,000 and SRTM 30 m (Shuttle Radar Topography Mission) could not be used
to validate the potential soil erosion class map. It is due to there is no equal on
the scale between the potential soil erosion class map and the drainage density
map. Therefore the validation was executed by using field survai data.
Validation result showed that the potential soil erosion class map evaluated by
the qualitative method was representative toward the field condition. It means
that the qualitative method which relatively is easy and efficient is able to map
the potential soil erosion appropriately.

Keywords: potential soil erosion, watershed, remote sensing, spatial analysis

19
Daftar Abstrak Presentasi Oral Topik II
“Sumber Daya Mineral , Energi, Air dan rekayasa Mineral (SMAR)”

SMAR 01 Pengolahan Mineral Bersifat Adsorban Bersurfaktan 21


Sebagai Preservasi Mikroorganisme Penghancur
Phenol; Karakterisasi Dan Interkalasi
Happy Sembiring, Eko Tri Sumarnadi, T. Sembiring,
Mutia Dewi Y. Atet Saepuloh, R. Amelia
SMAR 02 Pengolahan Mineral Silikat Alam Sebagai Bahan Dasar 23
Antiseptik Anorganik
Dewi Fatimah, Lenny M. Estiaty
SMAR 03 Pembuatan Prototip SMAC (Surfactant Modified 25
Activated Carbon) Metoda Batch Sebagai Adsorban
Chromium Hexavalent (Cr+6) Limbah Cair Industri
Penyamakan Kulit
Eko Tri Sumarnadi Agustinus, Happy Sembiring, Ulum
A.Gani, Harijanto Soetjio1, Mutia Dewi Yuniati ,
Lina Nur Listyowati
SMAR 04 Identifikasi dan Karakter Hidrokimia Keluaran Airtanah 27
Lepas Pantai, Pulau Lombok, Indonesia.
Hendra Bakti, Robert Delinom , Wilda Naily, Rachmat
Fajar Lubis, Wahyu Purwoko
SMAR 05 Tipe Air Dan Indikasi Perubahan Kualitas Air Tanah Di Kota 29
Semarang Dan Sekitarnya : Hasil Penelitian Pendahuluan
Sudaryanto, Robert M Delinom, Dadan Suherman,
Rachmat Fajar Lubis
SMAR 06 Pengolahan Di Tempat (In-Ground Treatment) Air 31
Tanah Tercemar Ion Besi Dan Mangan
Nyoman Sumawijaya, Sudarjanto, Dadan Suherman
SMAR 07 Kontrol Struktur Regional Daerah Garut Dan Sekitarnya 33
Kaitannya Dengan Potensi Panas Bumi
Ahmad Fauzi Ismayanto, Eddy Z Gaffar
SMAR 08 Kemungkinan adanya perangkap hidrokarbon 36
berdasarkan interpretasi data gravitasi : studi kasus
cekungan jawa barat utara di bagian paling selatan
Kamtono, Karit Luban Gaol, Lina Handayani,
Dadan Dany Wardhana, Yayat Sudradjat
SMAR 09 Genesa Endapan Emas Di Daerah Bombana: Studi 38
Pendahuluan Berdasarkan Pengamatan Lapangan Dan
Petrografi
Iwan Setiawan, Iskandar Zulkarnain, Sri Indarto,
Sudarsono dan Ahmad Fauzi
20
PENGOLAHAN MINERAL BERSIFAT ADSORBAN BERSURFAKTAN
SEBAGAI PRESERVASI MIKROORGANISME PENGHANCUR
PHENOL; KARAKTERISASI DAN INTERKALASI
1
Happy Sembiring, 1Eko Tri Sumarnadi, 2T. Sembiring,
1
Mutia Dewi Y. 1Atet Saepuloh, 1R. Amelia
1
Puslit Geoteknologi LIPI, Jl. Cisitu No.21, Bandung 40135
2
Puslit Fisika Terapan LIPI, Jl. Cisitu No.21, Bandung 40135
Email : Sembiring_happy@yahoo.co.id

Sari

Penanganan limbah phenolik, dapat dilakukan dengan menggunakan


mikroorganisme. Sediaan preservasi mikroorganisme dalam bentuk kultur cair
mempunyai waktu simpan yang singkat (3-6 bulan), sedangkan dalam bentuk
serbuk menimbulkan infeksi saluran pernafasan. Untuk itu perlu diupayakan
sediaan lain dalam bentuk tablet yang dapat mengatasi permasalahan diatas
serta dapat ditujukan untuk keamanan dan kemudahan transportasi. Data
sekunder, menunjukkan bahwa mikroorganisme , mempunyai peluang untuk
hidup dan berkembang dalam mineral-mineral yang bersifat
adsorban( sembiring, dkk 1996,1997).
Agar sediaan dalam bentuk tablet dapat digunakan sebagai preservasi
mikroorganisme, maka terlebih dahulu harus dilakukan seleksi mineral-mineral
yang bersifat adsorban dan mengoptimalkan pembesaran rongga.
Hasil karakterisasi menunjukkan, mineral yang sesuai sebagai bahan baku
preservasi mikroorganisme adalah Na bentonit, karena memiliki rongga bukaan
terbesar yaitu: 14,31583 Ao.Dengan memberi perlakuan : pemurnian, aktivasi
kimia/ fisika serta adsorpsi EDA, maka interkalasi Na bentonit dapat
meningkatkan pembesaran rongga secara bertahap , sebagai berikut : Pemurnian
(14,79908); Aktivasi kimia HCl 0,8 N (18,37514 A o); Aktivasi fisika 200oC
(19,11529 Ao); Adsorpsi EDA 20 ppm, pH 5, waktu kontak 60 menit dan RPM
150, (28,15977 Ao). Dengan terjadinya pembesaran rongga seperti diatas,
diharapkan mikroorganisme dapat hidup dan berkembang dalam mineral Na
bentonit dan sesuai sebagai preservasi mikroorganisme.

Kata kunci : limbah phenol, bentonit, karakterisasi, interkalasi, adsorpsi


surfaktan EDA

21
Abstract

Phenolic waste , can be done by using microorganisms . Preservation of


microorganisms in liquid culture only have a short shelf life (3 - 6 months),
whereas in the form of powder causing respiratory infections. For it is
necessary that the other preservation in the form of a tablet that can overcome
the above problems and can be devoted to security and ease of transportation
such microorganisms. Secondary data, showed that phenol destruction of
microorganisms, have the opportunity to live and thrive in the minerals that are
adsorban.
For preparation in tablet form can be used as a preservation mikroorganis, the
first selection must be made of minerals that are adsorban and optimize the
enlarged cavity.
From the characterization results of minerals found suitable as raw material for
preservation of microorganisms are Na bentonite, because it has the largest
opening cavity is: 14.31583 Ao.by giving treatment: purification, activation
chemistry / physics and the adsorption of EDA, the intercalation of sodium
bentonite to improve cavity enlargement gradually, as follows: Purification
(14.79908); chemical activation of HCl 0.8 N (18.37514 A o); Activation physics
200oC (19.11529 Ao); Adsorption EDA 20 ppm, pH 5, contact time of 60 minutes
and RPM 150, (28.15977 Ao). With the enlargement of the cavity as above, is
expected microorganisms can live and thrive in the mineral sodium bentonite,
and suitable as a preservation of microorganisms.

22
PENGOLAHAN MINERAL SILIKAT ALAM SEBAGAI
BAHAN DASAR ANTISEPTIK ANORGANIK
 
Oleh :
Dewi Fatimah 1, Lenny M. Estiaty 1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593
 
Sari

Ketersediaan bahan baku farmasi merupakan faktor penting bagi industri


farmasi nasional. Sampai saat, Indonesia masih mengandalkan sumber impor
bahan baku farmasi tersebut dari Cina dan India. Impor bahan baku farmasi
mencapai lebih dari 90%, dan kandungan impor bahan baku obat berkisar sekitar
98%.  Tingginya kandungan impor bahan baku obat membuat harga produk
farmasi di Indonesia termasuk paling mahal di Asia.  Menurut (Deperin),
koordinasi kalangan industri dengan lembaga riset seperti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) dinilai punya peran strategis melepaskan
ketergantungan ini.  Sehingga Geoteknologi-LIPI melakukan riset untuk
memberdayakan mineral tekto silikat alam (zeolit) sebagai anti-septik carrier
(antiseptik anorganik).
Indonesia  merupakan daerah volkanik yang kaya akan bahan galian industri
terutama kelompok mineral alumino tekto silikat seperti zeolit.  Secara geologi 
sumberdaya mineral tersebut tersebar hampir di setiap propinsi di Indonesia
mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan,  hingga Sulawesi.  Sehingga perkiraan
jumlah cadangan zeolit alam Indonesia sangatlah melimpah.  Menurut KADIN
Indonesia (2008), perkiraan cadangan di daerah Selatan, Jawa Barat saja,  yakni
Sukabumi,  Bogor, Cianjur dan Tasikmalaya, perkiraan sebesar 315 juta ton.
Kristal zeolit mempunyai sifat cation reversible dapat berfungsi sebagai
antiseptic carrier, dimana bahan aktif akan disimpan di dalam struktur kristal
zeolit dan pada kondisi tertentu akan berfungsi atau keluar dari kerangka
struktur induknya. Zat aktif tersebut berupa logam inhibitor Cu, dengan
konsentrasi yang sangat rendah mampu bersifat toksik terhadap plasma sel
mikroba. Jumlah inhibitor yang dikonsumsi oleh mikroba, equivalent dengan 
kebutuhan kation dalam sel (tidak akan terjadi kelebihan inhibitor), sehingga
material anti-septik berbasis zeolit ramah lingkungan.Pengolahan melalui lima
tahapan,  yakni  tahapan karakterisasi, tahapan pemurnian, tahapan modifikasi,
tahapan impregnasi dan tahapan pengujian produk terhadap mikroba patogen.
Pada penelitian ini,  sampel berasal dari Cimade, Tasikmalaya, yang diproses
dengan metoda batch pada ukuran butir -325 mesh.  Konsentrasi Cu tertinggi
2475 ppm dicapai dengan waktu proses 8 jam dan material secara signifikan
23
dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen dan bakteri patogen, yaitu dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli  > 80% dan jamur Candida
Albicans > 90%.
 
Kata kunci : Impregnasi, metoda batch,-325 mesh, E.coli, albicans
 
 
Abstract 

For national pharmacy industry, raw material is very important. In Indonesia,


pharmacy raw material still import from Cina and India. Import of pharmacy
raw material reaches more than 90%. This condition causes medicine price at
Indonesia, most expensive in Asia. According to Deperin, coordination of
industry community by research institute like Research Center for
Geotechnology  (LIPI)  have strategic role. To break one of dependable link
import, Geotecnology-LIPI  has conducted research to process  natural tecto
silicate  as antiseptic carrier. Indonesia is area volkanik, that rich in materials
of industry  for example alumino tecto silicate like zeolite. Zeolite is
disseminated at Java, Sumatera, Kalimantan and   Sulawesi.  According to
KADIN Indonesia (2008), in West Java such as Sukabumi,  Bogor, Cianjur and
Tasikmalaya, zeolite amount it's 315 million tons.  Crystal of zeolite have
characteristic of cation reversible, molecular sieve and adsorption, those
characteristics can be exploited as an anti-septic. Zeolite with its characteristic
of crystal structure can be functioned as antiseptic carrier, where active
materials will be kept in structure of zeolite crystal and at some stage will be
functioned or exit from its framework of mains structure. Active substance is
metal inhibitor Cu, with very low concentration can have the character of toxic
to plasma of microbe cell. the amount of inhibitor that consumed by microbe,
equivalent with intracellular cation need (not will happen the excess of
inhibitor), So this is a green anti-septic. Processing pass by five phases,  that is
caracterization, purification,  modification,  impregnation and product testing
to microbe patogen. At this research,  utilized zeolite from cimade
Tasikmalaya ,that processed by batch method at  particle size -325 mesh. The
highest concentration from Cu is 2475 ppm, that is with process time 8 hour.
Product that produced can pursue microbe patogen growth . For  bacterium 
Escherichia coli  > 80% and fungi Candida Albicans > 90%.

 Keywords : Impregnation, batch method, -325 mesh, E coli, Candida albicans


 

24
PEMBUATAN PROTOTIP SMAC
(SURFACTANT MODIFIED ACTIVATED CARBON) METODA BATCH
SEBAGAI ADSORBAN CHROMIUM HEXAVALENT (Cr+6)
LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

Eko Tri Sumarnadi Agustinus 1, Happy Sembiring 1, Ulum A. Gani 1,


Harijanto Soetjio 1, Mutia Dewi Yuniati 1, Lina Nur Listyowati 1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593

Sari

Industri penyamakan kulit di Desa Sukaregang Garut disatu sisi dapat


memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat, namun disisi
lain masyarakat masih kurang memperhatikan aspek perlindungan lingkungan
karena efeknya tidak langsung terlihat. Limbah cair industri tersebut pada
umumnya mengandung ion logam kromium, dibuang langsung ke badan sungai
dengan / atau tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Badan sungai yang
mengandung partikel logam kromium yang melebihi baku mutu dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia. Kromium yang ditemukan pada badan
sungai berupa kromium (Cr+3) dan kromium (Cr+6). Namun bagi badan sungai
dengan pH > 5, kromium yang terbentuk berupa kromium (Cr +6). Kromium
(Cr+6) ini memiliki toksisitas lebih tinggi dibandingkan kromium (Cr +3), karena
kromium (Cr+3) terserap ke dalam partikulat sedangkan kromium (Cr+6) tetap
berada dalam bentuk larutan (Effendi, 2003).
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilakukan melalui
penyerapan ion kromium (Cr+6) limbah cair sebelum dibuang ke badan sungai.
Penelitian bertujuan untuk memperoleh cetak biru (blueprint) teknologi proses
dan prototip produk SMAC (Surfactant Modified Activated Carbon) sebagai
bahan penyerap (adsorban). Sementara target dalam penelitian ini adalah
memperoleh parameter dasar yang berperan dalam pembentukan prototip SMAC
melalui eksperimen di laboratorium dengan menggunakan parameter kimia dan
fisika. Parameter tersebut meliputi konsentrasi (EDA), temperatur, pH, ratio:
berat Karbon aktif / volume Surfaktan (EDA) dan waktu kontak yang dirancang
melalui disain faktorial dengan 3 replikasi. Eksperimen dilakukan melalui
intrudusir surfaktan kelompok kationik (ethylenediamine, EDA) ke dalam
karbon aktif dengan metoda batch. Sementara untuk mengetahui tingkat
penyerapan karbon aktif terhadap EDA, dilakukan analisis COD (chemical
oxygen demand), FTIR (forier transmiten infra red) dan UVS sebagai indikator
eksperimen ini. Hasil penelitian diperoleh parameter dasar : konsentrasi [EDA]:
25
45.000 mg/l, [ pH ]: 7 (normal), [Temp.]: 25 oC (temperatur kamar), ratio : berat
KA / volume EDA: 1gr/200 ml dan waktu kontak selama 8 jam diterapkan
dalam proses pembentukan prototip SMAC.

Kata kunci: parameter dasar, prototip SMAC, adsorban, Cr+6, limbah cair,
industri penyamakan kulit.

Abstract

The leather tanning industry which lies in Sukaregang village, Garut-West Java
has given economic benefits significantly to community. Meanwhile, public
concern for the environment impact is less because cannot be seen directly. The
wastewater of leather tanning industry contain chromium metal ions generally
that discharged directly into river without proceed by wastewater treatment
processing. Content of chromium metal particles has exceeded the standard
hazardous to human health in both chromium trivalent (Cr 3+) and chromium
hexavalent (Cr6+). Chromium trivalent will change to chromium hexavalent in
alkali condition (pH>5) where Cr6+more toxic than Cr3+ because Cr3+ is
absorbed into particulate whereas Cr6+ remain in the form of solution.
This problem can be reduced through absorption of Cr 6+ contained in
wastewater before being discharged into river. The aims of research is to find a
blueprint process technology and product prototypes SMAC (Surfactant
Modified Activated Carbon) as an absorbent material. While the goal of
research is to find the basic parameters that were most responsible in the SMAC
prototype formation. The research is done by laboratories experimental using
chemical and physical parameters. These parameters include concentration
(EDA), temperature, pH, ratio of activated carbon weight and volume of
surfactant (EDA), and contact time that designed by the factorial design with 3
replications. The experiments were done through introducer cationic surfactant
groups (ethylenediamine or EDA) into the activated carbon using the batch
method. While to know level of EDA absorption is done by analyzing COD
(chemical oxygen demand), FTIR (forier transmiten infra red) and Uvs as an
indicator of experiment. This research obtained the following basic parameters:
the concentration of [EDA] = 45,000 mg/L; pH = 7 (normal); temperature =
25C (room temperature), ratio of KA weight and volume EDA = 1 gr/200 ml;
and 8 hours contact time is applied in process of SMAC prototypes formation.

Keywords: fundamental parameters, prototypes SMAC, adsorbent, Cr +6,


wastewater, leather tanning industry.

26
IDENTIFIKASI DAN KARAKTER HIDROKIMIA KELUARAN
AIRTANAH LEPAS PANTAI, PULAU LOMBOK, INDONESIA

Hendra Bakti1, Robert Delinom 1, Wilda Naily1, Rachmat Fajar Lubis1,


Wahyu Purwoko1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Cisitu Sangkuriang Bandung 40135.
Ph: +62-22-2503654, Fax: +62-22-2504593
email: th_bakti@geotek.lipi.go.id

Sari

Pemahaman mengenai interaksi sumberdaya air di daratan dan lepas pantai


merupakan suatu ilmu yang relatif baru berkembang di dunia ilmu kebumian.
Dengan kontrol gravitasi, air didaratan baik air permukaan maupun airtanah
akan mengalir menuju titik terendah yaitu lautan.
Keluaran airtanah di daerah lautan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu di
wilayah pesisir sebagai mata air atau di lepas pantai. Keluaran air di lepas pantai
inilah yang saat ini merupakan kajian baru dan dikenal dengan istilah submarine
groundwater discharge (SGD).
Makalah ini mencoba membahas mengenai upaya identifikasi keluaran airtanah
di lepas pantai Pulau Lombok, Indonesia. Melalui survey lapangan dan
pendekatan hidrokimia dapat diidentifikasi adanya indikasi keluaran airtanah
lepas pantai di wilayah Pantai Krakas, Lombok.

Kata Kunci: Keluaran airtanah lepas pantai, Hidrokimia, Lombok

Abstract

Pulled by gravity, fresh groundwater will comes in contact with seawater at the
downstream end of its flow system. The groundwater, however, will come out to
the surface as a coastal springs or than predicted by the law, giving rise to
freshwater flows even below the bottom of the sea. The event of freshwater flows
from the bottom of the sea or submarine is named submarine groundwater
discharge (SGD).

27
This paper reviews the scientific significance of SGD evidence in Lombok
Island, Indonesia. The field assessment using hydrogeochemistry identify the
indication of this phenomenon at Krakas Beach.

Keyword: Submarine Groundwater Discharge, Hydrogeochemistry, Lombok


island.

28
TIPE AIR DAN INDIKASI PERUBAHAN KUALITAS AIR TANAH
DI KOTA SEMARANG DAN SEKITARNYA:
HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN

Sudaryanto1, Robert M Delinom1, Dadan Suherman1,


Rachmat Fajar Lubis1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593

Sari

Pengambilan air tanah yang berlebihan dalam kurun waktu yang lama akan
menyebabkan menurunnya muka airtanah, sehingga terjadi kerucut depresi
airtanah yang disebabkan oleh tidak seimbangnya antara pengambilan dengan
pengisian. Penurunan muka airtanah akan menyebabkan terjadinya perubahan
tekanan hidrostatis yang mengakibatkan terjadinya migrasi polutan dalam
airtanah, sehingga di beberapa tempat telah mengalami penurunan kualitas.
Analisis mengenai fenomena tersebut dilakukan dengan cara penentuan tipe air.
Untuk keperluan itu , telah dilakukan pengambilan conto airtanah pada 15 sumur
pantau dan 13 sumur dangkal yang tersebar di wilayah Semarang. Analisis kimia
dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan atom (AAS), volumetri dan
turbidimetri. Berdasarkan kandungan kation/anion, diagram tri linear, dan
diagram stiff, airtanah di Semarang diklasifikasikan bertipe Ca(HCO3)2, NaCl,
Mg(HCO3)2, NaHCO3, CaMix dan Na2CO3. Tipe air NaCl mengindikasikan
bahwa sumur dangkal SMR-6 PRPP telah dipengaruhi oleh air laut. Sedangkan
tipe air NaCl di sumur pantau SMR-3, SMR-8, SMR-29, dan SMR-30
nampaknya dipengaruhi oleh kandungan garam yang terdapat dalam batuan
(garam purba). Hasil ini mengindikasikan airtanah di Wilayah Kota Semarang
belum terkontaminasi khususnya air laut kecuali di PRPP Semarang.

Kata Kunci : Contoh air, tipe air, kualitas air, Semarang, air laut.

Abstract

The excessive groundwater abstraction within long period will decrease


groundwater level which is caused cone of depression due to groundwater input
and output is unbalanced. Groundwater decrement has changed hydrostatic
pressure and creating pollutant migration in groundwater and caused water
quality decrement in some area. This phenomenon was analysed by defining
29
water type of some collected water samples. For this necessity, 15 water
samples from monitoring wells and 13 water samples from dug wells in
Semarang Area had been collected. The samples were analysed using atomic
absorbance spectrophotometer (AAS), volumetric, and turbidimetry. Based on
cation/anion content, trilinear diagram, and stiff diagram, the groundwater of
Semarang can be classified as Ca (HCO3)2, NaCl, Mg (HCO3)2, NaHCO3,
CaMix, and Na2CO3 water types. NaCl water type indicates that dug well in
PRPP Semarang (SMR-6) has been influenced by sea wate, while NaCl type that
were found in some monitorning wells (SMR-3, SMR-8, SMR-29, and SMR-30)
are influenced by paleo salt from formation. This result indicates that
groundwater in Semarang Area has no contamination yet, except sample in
PRPP Semarang.

Keywords: water samples, water type, water quality, Semarang, sea water

30
PENGOLAHAN DI TEMPAT (IN-GROUND TREATMENT)
AIRTANAH TERCEMAR ION BESI DAN MANGAN

Nyoman Sumawijaya 1, Sudarjanto 1, Dadan Suherman 1


1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593
E-mail : nyomans@geotek.lipi.go.id; nyoman_sumawijaya@yahoo.com

Sari

Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam pemanfaatan air tanah sebagai
sumber pemenuhan air ruamhtangga bagi masyarakat perkotaan adalah
kandungan Fe dan Mn yang melebihi ambanga batas menurut Kepmenkes No.
907/MENKES/SK/VII/2002 (Fe=0,3 mg/L; Mn = 0,1 mg/L). Pengolahan
ditempat merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kualitas air yang
mengandung ion Fe dan Mn melebihi ambang batas. Cara ini selain dapat
memperbaiki kualitas airtanah juga dapat menambah volume airtanah dan
mengurangi potensi banjir. Curah hujan yang berkisar antara 1800 mm s/d 3000
mm/tahun dan kandungan oksigen air hujan yang mencapai 7,8 mg/L sangat
ideal dilakukan pengolahan ditempat air tanah mengandung ion besi dan
mangan. Untuk menurunkan kandungan ion besi dan mangan cara ditempat (in-
ground), telah dibuat 3 sumur imbuhan pada tahun 2009 dan 2 sumur imbuhan
tahun 2010 di Cimahi dengan memanfaatkan air hujan cucuran atap sebagai air
imbuhan. Penelitian diawali dengan pendataan kondisi kimiawi airtanah dan
potensi air hujan cucuran atap dan kandungan oksigen air hujan, kemudian
pembuatan sumur imbuhan. Selanjutnya dilakukan pemantauan kandungan ion
besi dan mangan pada sumur pantau. Pada salah satu sumur pantau pemantauan
kandungan ion besi dan mangan dilakukan pada 3 kedalaman : dasar sumur,
tengah dan 1 meter dari muka air tanah.
Hasil penelitian menunjukkan pada saat awal terjadi penurunan kandungan ion
besi dan mangan dari 1.586 mg/L menjadi 0.657 mg/L untuk Fe dan untuk Mn
dari 1.333 mg/L menjadi 0.835, mg/L namun kemudian terjadi fluktuasi. Pada
salah satu sumur pantau terjadi gradasi kandungan ion besi dan mangan men,
pada kedalaman 24 m kandungan ion Fe 0,364 mg/L dan Mn 0,424 mg/L
sedangkan pada kedalaman 17 m dan 0,4 m kandungan ion Fe sama yaitu
0,066 mg/L dan untuk ion Mn menjadi 0,099 mg/L. Dari data ini dapat
disimpulkan bahwa untuk kondisi di Cimahi pengolahan ditempat dapat
diterapkan untuk meningkatkan kualitas air tanah.

Kata kunci : pencemaran, airtanah, pengolahan ditempat, besi , mangan


31
Abstract

One of the problem in using groundwater for domestic purposes is its iron and
manganese content. In many locations, groundwater contain iron and
manganese above the maximum limit (Kepmenkes No.
907/MENKES/SK/VII/2002 (Fe=0,3 mg/L; Mn = 0,1 mg/L). In- ground
treatment is one of the many methods that can be applied to improve
groundwater of high iron and manganese concentration. With this method, not
only water quality will be improved but also groundwater volume increase and
also contribute to minimize flood potential. With annual rainfall 1800 mm to
3000 mm and oxygen concentration in rainwater up to 7.8 mg/L make
Bandung region ideal for in-ground treatment application. To improve
groundwater quality in Cimahi area 3 artificial recharge wells was constructed
during the 2009 fiscal year and another two are constructed in this 2010 fiscal
year. Experiment is started by collecting secondary data of iron and manganese
ion of groundwater in the targeted area. And then artificial recharge is
constructed on the site that the groundwater having iron and manganese
concentration above maximum limit and the water level more than two meters.
After well construction, iron and manganese concentration of groundwater in
the monitoring wells is monitored periodically. In one monitoring well,
sampling monitoring is made in three depths : 0.4 m, below groundwater
surface, 17 m depth and on the 24 m depth.
From this experiment it found that iron concentration in the monitoring well
decrease from 1.586 mg/L to 0.657 mg/L and for the manganese ion decrease
from 1.333 mg/L to 0.835, mg/L. Decreasing iron and manganese
concentration with depth is found in the monitoring well. At the 24 m depth
iron concentration is 0,364 mg/L and Mn is 0,424 mg/L whilst at 17 m and 0,4
m depth Fe ion is 0.056 and 0.066 respectively and manganese concentration is
0,099 mg/L and 0.096 mg/L respectively. It can be concluded that in case of
Cimahi condition, in-ground treatment is successfully applied to improve
groundwater quality.

Keywards : contamination, groundwater, in-ground treatment, iron,


manganese

32
POTENSI PANAS BUMI DI DAERAH GARUT DAN SEKITARNYA
BERDASARKAN KONTROL STRUKTUR REGIONAL

Ahmad Fauzi Ismayanto1, Eddy Z Gaffar1


1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593
Email : Ahma023@geotek.lipi.go.id, Ahmad.fauzi@live.com

Sari

Indonesia memiliki potensi panas bumi yang besar. Tercatat sumberdaya panas
bumi Indonesia mencapai 27 GWe yang tersebar di lebih dari 244 lokasi panas
bumi di indonesia. Dari keseluruhan potensi yang ada baru sekitar 1.196 MWe
yang telah diusahakan sebagai energy atau 4 % dari keseluruhan total konsumsi
energy Indonesia. Pencanangan kenaikan penggunaan energi panas bumi sebesar
18% dari keseluruhan penggunaan sumber energy di tahun 2018 oleh
pemerintah Republik Indonesia merupakan tantangan serta memberikan urgensi
dalam kegiatan eksplorasi lapangan panas bumi lainnya. Salah satu area yang
menarik dalam hal potensi panas bumi yaitu daerah Jawa Barat. Dari
keseluruhan lokasi panas bumi yang ada di Indonesia, empat puluh lima (45)
lokasi diantaranya terdapat di daerah Jawa Barat termasuk di dalamnya daerah
Garut dan sekitarnya. Di daerah Garut, potensi panas bumi yang telah
diusahakan seperti di daerah Kamojang oleh Pertamina dan Darajat oleh
Chevron merupakan contributor penting dalam penggunaan potensi energy
panas bumi di Indonesia. Selain kedua lokasi tersebut terdapat sekitar 8 lokasi
lain dan beberapa sedang di eksplorasi baik oleh pemerintah ataupun
perusahaan. Dalam kegiatan eksplorasi panas bumi, kontrol struktur merupakan
faktor penting dimana kontrol struktur merupakan media bagi fluida yang dapat
melokalisir keterdapatan manifestasi panasbumi serta berperan dalam
pembentukan permeabilitas sekunder pada reservoir panas bumi. Tujuan kajian
ini adalah untuk mengetahui kontrol struktur regional daerah garut dan
sekitarnya terutama sintesa struktur yang berperan dalam mendelineasi lokasi
keterdapatan lapangan panasbumi atau lokasi keterdapatan manifestasi panas
bumi. Pendekatan yang dilakukan dari kajian ini adalah memanfaatkan peta
gravitasi (gaya berat) dalam bentuk peta anomaly bouger yang telah
dipublikasikan yang selanjutnya dilakukan proses filtering anomaly sisa
(residual) serta vertical derivative. Hasil penarikan kelurusan dari peta gaya
berat selanjutnya di kombinasikan dengan interpretasi struktur dari penarikan
kelurusan pada citra landsat. Kombinasi yang diharapkan dari kedua pendekatan
tersebut adalah untuk mengetahui kombinasi struktur bawah permukaan yang
bersifat deep seated yang diwakili oleh data gaya berat dengan struktur
33
permukaan yang diwakili oleh citra landsat dimana struktur permukaan tersebut
bersifat thin skinned. Dari hasil kajian diketahui bahwa struktur geologi yang
berkembang serta kemungkinan mengontrol potensi panas bumi didaerah garut
dan sekitarnya, merupakan struktur rim structure yang diindikasikan oleh daerah
low densitas (1 – 45 mgal) dari peta anomaly bouger. Struktur ini masih terlihat
pada peta anomaly sisa serta peta vertical derivative. Dari kelurusan regional,
lokasi-lokasi panas bumi yang ditunjukan oleh lokasi manifestasi panas bumi di
daerah garut dan sekitanya berada pada kelurusan yang sangat bervariasi yang
pada umumnya pada perpotongan-perpotongan kelurusan-kelurusan tersebut
dengan struktur melingkar (rim structure).

Kata Kunci: Kontrol struktur, panas bumi, gaya berat, kelurusan

Abstract

Indonesia is well known as one of country whose has the large geothermal
potency. The geothermal resources of Indonesia are approximate up to 27 GWe,
distributed at 244 locations from Sumatra to Papua. From all geothermal
potency, only 1,196 Mwe geothermal resources have been utilized and
consumed. This utilization is only 4 % from the total energy used in Indonesia.
The utilization of geothermal energy has been targeted to be increased up to 18
% in the year 2018 by Indonesia government. The target and large potency
background of Indonesia geothermal energy built the challenge and opportunity
in geothermal exploration. West Java is one of interesting area to be explored
for geothermal. There are 45 location of geothermal area in West Java, which
are a few of them is concentrated in Garut and surrounding area. There are 2
large geothermal field have utilized in Garut and surrounding area e.g.
Kamojang operated by Pertamina and Darajat operated by Chevron. Beside
those area, there are approximated 8 location of geothermal potency are occur
in Garut and surrounding area and few of them are being explored by
government and private company. Geological structure control is one of
important exploration key in geothermal. The structure is hold important role in
delineating the geothermal surface manifestation and also for giving the
permeability condition in geothermal reservoir. The objective of this study is to
delineate and to figure out the regional structure at Garut and Surrounding
area especially the structure whose control the geothermal occurrences. Gravity
and landsat interpretation is used as approaching methods in this study. There
are several advanced data processing have been conducted e.g. residual and
first vertical derivative for gravity interpretation. The available published
bouger anomaly map is the bases for such analysis.The lineament of inferred
fault have been delineated from gravity and landsat imagery. These methods
34
were applied base on assumption that gravity is represent for deep seated
structure where landsat interpretation is represent the thin skinned structure.
The structure of Garut and surrounding area is inferred to be affected by some
rim structure indicated from gravity analysis. The low gravity (1-45 mgal) is
visualized as circular feature from regional anomaly bouger. This circular
feature structure also identified at residual and vertical derivative map. The
geothermal manifestation in garut and surrounding have various trend of
structure but most of them was located at cross structure with the circular
feature.

Keyword : Structure control, geothermal, gravity, lineament

35
KEMUNGKINAN ADANYA PERANGKAP HIDROKARBON
BERDASARKAN INTERPRETASI DATA GRAVITASI : STUDI KASUS
CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA DI BAGIAN PALING SELATAN

Kamtono1, Karit Luban Gaol1, Lina Handayani1, Dadan Dany Wardhana1,


Yayat Sudradjat1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593
Email : kamtono@geotek.lipi.go.id

Sari

Bagian yang paling selatan dari Cekungan Jawa Barat Utara sebagian besar
tertutup oleh produk vulkanik, menyebabkan eksplorasi dengan metode seismik
sulit dan dapat mengurangi resolusi gambar seismik. Untuk mengidentifikasi
dan menafsirkan struktur bawah permukaan dan perangkap hidrokarbon telah
dilakukan pengukuran gravitasi. Berdasarkan distribusi anomali rendah dan
tinggi yang dihasilkan dari peta anomali Bouguer dapat membantu untuk
menafsirkan struktur bawah permukaan dan kemungkinan perangkap
hidrokarbon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anomali gravitasi dapat
dikategorikan menjadi tiga kelompok: Anomali rendah (<34 mGal), anomali
menengah (34-50 mGal) dan anomali tinggi (> 50 mGal). relatif Berdasarkan
analisis Bouguer anomali menunjukkan bahwa anomali rendah terkonsentrasi di
wilayah Jonggol, dan ditafsirkan sebagai bagian dari sub cekungan Ciputat.
Berdasarkan konsep eksplorasi baru dengan menggunakan metode gravitasi
menunjukkan bahwa perangkap hidrokarbon yang paling mungkin adalah di
tinggian Cibinong - Cileungsi dan tinggian Pangkalan - Tambun. Daerah
penelitian masih diperlukan pengukuran geofisika lainnya ( MT atau AMT)
untuk membuktikan adanya struktur tinggian dan rendahan sebagai indikasi
adanya perangkap hidrokarbon. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
acuan bagi para pemangku kepentingan untuk melakukan eksplorasi yang lebih
rinci.

Kata kunci : struktur bawah permukaan, anomali Bouguer, hidrokarbon

Abstract

The most southern part of the northwest Java Basin mostly covered by volcanic
products, cause exploration by seismic methods is difficult and can reduce the
36
resolution of seismic images. To identify and interpret the subsurface structure
and hydrocarbon trap have been carried out gravity measurements. Based on
the distribution of low and high anomalies resulting from the Bouguer anomaly
map can help to interpret the subsurface structure and probability of
hydrocarbon trap. The result of study shows that the gravity anomalies could
be categorized into three groups : the low Anomaly (< 34 mgal), the middle
anomaly ( 34 - 50 mgal) and the high anomaly (> 50 mgal). Based on the
analysis of Bouguer anomaly indicates that the low anomaly is concentrated in
the Jonggol Area, and interpreted as part of a Ciputat sub basin. Based on the
new exploration concept with using gravity method shows that the most
probable hydrocarbon trap is in the Cibinong - Cileungsi and Pangkalan -
Tambun high. Area of research is still needed other geophysical measurements
(MT/ AMT) to prove the existence of structural highs and low as an indication
of a hydrocarbon trap.The results of this study is expected to be a reference for
the stakeholders to conduct a more detailed exploration.

Keyword : subsurface structure, hydrocarbon, Bouguer anomaly

37
GENESA ENDAPAN EMAS DI DAERAH BOMBANA: STUDI
PENDAHULUAN BERDASARKAN PENGAMATAN LAPANGAN DAN
PETROGRAFI

Iwan Setiawan, Iskandar Zulkarnain, Sri Indarto, Sudarsono dan Ahmad


Fauzi
Kelompok Penelitian Mineralisasi Hidrotermal - Pusat Penelitian Geoteknologi
LIPI

Sari

Ditemukannya cebakan emas letakan di daerah sungai Tahi Ite Bombana pada
akhir tahun 2008, telah menarik penambang tradisional, perusahaan
multinasional untuk mengeksplorasi dan menambang di daerah ini. Wilayah
Bombana secara geologi dikenal sebagai daerah potensi cebakan nikel dan
cobalt, sehingga dengan ditemukannya cebakan emas di dareah ini telah menarik
sejumlah penelitian untuk mengungkap genesa cebakan emas di daerah ini,
namun belum ada yang mampu menjelaskan genesa cebakan emas tersebut,
dalam hal ini adalah apa batuan sumbernya dan bagaimana proses
pembentukkannya ?. Pembentukkan cebakan emas ini dapat dianggap tidak
lazim, karena tidak pernah dilaporkan sebelumnya ada volkanisme di daerah ini,
selain terdapatnya manifestasi air panas.
Daerah Bombana dan sekitarnya disusun oleh batuan-batua malihan seperti
peridotit, gneiss, metabatugamping, sekis amfibol, amfibolit yang termalihkan
dengan derajat rendah-menengah membentuk facies greenschist-zeolit. Pada
studi Awal ini, hanya akan didiskusikan hasil pengamatan lapangan dan analisa
petrografi, sementara hasil yang lebih detail masih menunggu hasil analisa
geokimia dan K-Ar dating.
Kehadiran batuan volkanik yang selama ini belum pernah dilaporkan, telah
ditemukan pada penelitian ini, batuan ini dinamakan meta andesite dan basalt
porfiri. Ditemukannya batuan volkanik penting untuk dapat memahami karakter
batuan sumber dan proses pembentukkan mineralisasi. Proses mineralisasi
sementara diduga berawal dari pembentukkan batuan volkanik teralterasi dan
termineralisasi, kemudian mengalami proses metamorfisme. Aktifitas
hidrotermal yang baru ditunjukkan oleh boulder breksi hidrotermal, urat kuarsa-
kalsit yang memotong foliasi kuarsa, memiliki potensi untuk pengendapan emas
primer hidrotermal, seperti yang dilakukan penambangan di Anjing Mate,
Padang Bilah, SP2 dan SP 8.

Kata kunci : Bombana, emas, sekis hijau, batuan volkanik

38
Abstract

The gold placer deposit recently founded at Tahi Ite river Bombana area by the
end of year 2008, has interest for traditional miner, multinational company to
explore and mining into this area. Bombana area geologically known as nikel
and cobalt potency of deposit. Some research that has been conducted to know
the nature aspect of this gold formation, in case source of mineralized rock and
its formation process, but so far there is no explanation clear yet. Formation of
this gold deposits is unusual, because there is no volcanisme reported before in
this area, except hotspring manifestation.
Bombana and its surroundings consists of complex metamorphic rocks such as
peridotite, gneiss, meta limestone, aphibolite schist, amphibholite which have
had metamorphosed into low to medium metamorphic grade of metamorphisme
to form zeolite-greenschist facies. By this preliminary study, hence will only
discuss field observation and petrography analysis, while more detail analysis is
waiting for geochemistry and K-Ar dating.
The present of volcanic rocks that has not been reported before, has been found
by this research, they are namely andesite meta and porphyry basalt. These
volcanic rocks are important whether to know character of source rock and also
nature of mineralization process. Mineralization process is suggest started by
formation of altered and mineralized volcanic rocks and metamorphosed. The
newer hydrothermal (post metamorphisme) activities shows by floated
hydrothermal breccias (boulder), and formation of quartz -calcite veinlets cross
cutted the quartz foliation are also has potential for primary hydrothermal gold
deposition, as well as mining activity at metamorphic quartz veinlets system at
Anjing Mate, Padang Bilah, SP 2 and SP 8.

39
Daftar Abstrak Presentasi Poster Topik I
“Geodinamika, Energi, Perubahan Iklim dan Lingkungan (GBPL)”

GBPL 10 Banjir Bandung Selatan Tahun 1985- 2010 Ditinjau 41


Dari Perubahan Tutupan Lahan Dan Fluktuasi Curah Hujan
Dedi Mulyadi, Igna Hadi, Andarta F. Khoir, Afnindar
GBPL 11 Identifikasi Patahan di Lereng Perbukitan Serayu Utara, 43
Daerah Purbalingga, Jawa Tengah, Berdasarkan
Geomorfologi Tektonik.
Edi Hidayat, T. Hartono, S. Winduhutomo, P.D. Raharjo,
dan K. Widianto
GBPL 12 Aplikasi Mikoriza Dalam Remediasi Lahan Tercemar 45
Limbah Industri Tekstil
Arief Rachmat, Asep Mulyono, Intan Ratna Dewi, Ana
Fadilah Rusydi
GBPL 13 Pemodelan Geologi Teknik Amblesan Tanah (Land 47
Subsidence) Di Kota Semarang
Dwi Sarah, Fajar Lubis, Yugo Kumoro, Arifan Jaya
Syahbana, Sukristiyanti
GBPL 14 Pengembangan Dan Pengelolaan Daerah Penyangga 49
Kawasan Jalan Cagak Di Subang Bagian Selatan
Rizka Maria, Hilda Lestiana, Dedi Mulyadi,
Afnindar, Sukristiyanti, Asep Muljono
GBPL 15 Pengetahuan Perubahan Iklim Bagi Petani Untuk 51
Mengatasi Gagal Panen Di Daerah Subang Bagian Selatan
Rizka Maria, Hilda Lestiana, Dedi Mulyadi, Asep Muljono,
Afnindar
GBPL 16 Pengelolaan Lahan Pascatambang : Kajian Implikasi 53
Kuari Terhadap Lingkungan Kawasan Batugamping
Di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Achmad Subardja DJ, Nyoman Sumawijaya, Dedi Mulyadi
GBPL 17 Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan 55
Timur Berdasarkan Kesesuaian Lahan Dan Daya
Dukung Lingkungan
Yuliana Susilowati, Bambang Edhi Leksono danEko Harsono
GBPL 18 Mikrozonasi Daerah Potensi Gerakan Tanah Berbasis 57
Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di
Wilayah Cianjur Bagian Selatan, Jawa Barat
Yugo Kumoro, Yunarto dan M. Ruslan
GBPL 19 Karakteristik Longsoran Aktif Pasir Munjul Berdasarkan 59
Pendekatan Geofisika Dan Geoteknik
Adrin Tohari, Dadan Dani Wardana dan Arief Rachmat
40
BANJIR BANDUNG SELATAN TAHUN 1985- 2010 DITINJAU DARI
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAN FLUKTUASI CURAH HUJAN

Dedi Mulyadi1, Igna Hadi1, Andarta F. Khoir1, Afnindar1


1
Puslit Geoteknologi – LIPI
Jl. Sangkuriang Gd # 70, Bandung 40135
e-mail ; dedi.mulyadi@geotek.lipi.go.id

Sari

Perubahan luasan banjir di Bandung Selatan sangat memprihatikan, bukan saja


pertambahan luasan tapi tinggi permukaan banjir pun bertambah. Salah satu
penyebabnya adalah perubahan tataguna lahan di daerah hulu sungai Citarum,
dan Perubahan Tata guna lahan di bagian Cekungan Bandung, yang merupakan
daerah perkotaan dan Industri. Pada tahun 2010, beberapa Industri tekstil
terpaksa menghentikan produksinya dikarenakan curah hujan yang tinggi dan
menyebabkan banjir hingga memasuki pabrik, hal ini menimbulkan kerugian
sarana dan prasarana maupun moril dan menjadikan trauma bagi pekerja
maupun pelaku Industri.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan perubahan luasan banjir.
Metode yang digunakan dengan mengoverlay peta banjir 1985 – 2010 yang
didapat dari hasil survey dan interpretasi dari peta DEM. Pendekatan yang
digunakan adalah interpretasi dari citra satelit temporal dan data DEM untuk
mengetahui daerah limpasan banjir, peta kemiringan lereng dan peta
penggunaan lahan serta grafik curah hujan sejak tahun 1985-2010 pada
beberapa stasiun di daerah Bandung Selatan. Hasil nya dapat diketahui sebaran
banjir terbaru serta luasannya dan hubungannya dengan dengan pola curah hujan

Kata kunci : Banjir Bandung Selatan, perubahan tataguna lahan, Pola Curah
Hujan

Abstract

Changes in extent of flooding in South Bandung very concerned, not only added
a high surface area but also increased flooding. One reason is the change in
land use in the headwaters of the river Citarum, and Changes in land use in the
Bandung Basin, which is the urban and industrial.In 2010, several textile
industry was forced to stop production due to heavy rains and caused flooding
up to enter the factory, this causes loss of facilities and infrastructure as well as
morale and make the trauma for the worker and industry players.
41
This study aimed to compare changes in the flood area. The method used to
map flood overlaid 1985 - 2010 obtained from the survey results and
interpretation of the DEM map. The approach used is the temporal
interpretation of satellite image and DEM data to determine local flood runoff,
slope map and land use maps and charts of rainfall since the year 1985-2010 at
several stations in the area south of Bandung. His results can be known recent
flooding and the area of distribution and its relation to rainfall patterns

Keywords : Flood South Bandung, land use change, Rainfall Pattern

42
IDENTIFIKASI PATAHAN DI LERENG PERBUKITAN SERAYU UTARA,
DAERAH PURBALINGGA, JAWA TENGAH,
BERDASARKAN GEOMORFOLOGI TEKTONIK

E. Hidayat1, T. Hartono1, S. Winduhutomo1, P.D. Raharjo1, dan K.


Widianto1
1
Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung – LIPI
Email: edih002@lipi.go.id.

Sari

Daerah penelitian termasuk wilayah Kabupaten Purbalingga bagian utara dan


merupakan jalur dari Pegunungan Serayu Utara. Dari peta topografi dan citra
lansat daerah penelitian, memperlihatkan adanya perbedaan topografi yang
mencolok ditandai dengan adanya lereng perbukitan berbentuk segitiga
(triangular facet). Penelitian ini dilakukan untuk mencoba menganalisis
pengaruh tingkat aktivitas tektonik terhadap kenampakan topografi di daerah
tersebut. Analisis yang dilakukan adalah dengan pendekatan morfotektonik.
Data yang digunakan adalah peta topografi, peta geologi, citra landsat, SRTM
dan DEM. Semua data diproses dan dikompilasi dengan menggunakan sistem
informasi geografi (SIG). Analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi
tektonik aktif adalah ini terdiri dari pengukuran Indeks Gradien Panjang Sungai
(stream length – gradient index - SL), Perbandingan Lebar Dasar Lembah dan
Tinggi Lembah (ratio of valley floor width to valley height - Vf) dan
Lengkungan Muka Pegunungan (mountain front sinuosity - Smf).
Analisis morfotektonik memperlihatkan nilai SL yang sangat dipengaruhi oleh
aktivitas tektonik. Nilai Smf menunjukan nilai 1.4 – 1.6 atau masuk kategori
kelas 1, artinya daerah ini dipengaruhi oleh tektonik aktif. Hasil perhitungan Vf
dan Smf menunjukkan bahwa muka perbukitan yang berbentuk segitiga
(triangular facet) adalah sangat dipengaruhi oleh aktivitas tektonik daripada
erosi. Aktivitas tektonik yang menghasilkan topografi berupa kelurusan
perbukitan segitiga (triangular facet), menandakan adanya struktur sesar pada
daerah tersebut yang kemungkinan sesar tersebut masih aktif.

Kata Kunci: Morfotektonik, mountain front Smf, SL, Vf, sesar aktif.

Abstract

Research area is located on northern part of Purbalingga Regency, which a


part of Northern Serayu Mountain (van Bemellen, 1949). Based on topographic
43
map and landsat image of this area, could be seen a difference of topography,
particularly is characterized by triangular facet at a slope of the hills. This
research is conducted to analyze the influence of tectonic activity to form
topography features in this area. This study was done in some stage, mainly
morphotectonic approach. Specific datas include topographic map, geological
map, landsat image, SRTM, and DEM. These datas are processed and
integrated using Geographic Information Sistems (GIS). These analysis
consisting of the measurement of stream length – gradient index (SL), ratio of
valley floor width to valley height (Vf), and mountain front sinuosity (Smf).
Based on morphotectonic processing and analysis shown that SL values was
highly influenced by tectonic activity. The results of Vf and Smf analysis shown
that the slopes of the hills which visible today is strongly influenced by tectonic
activity rather than erosion process. SMF value shown the value of 1.4 - 1.6 or
included category class 1, that means this area is influenced by active tectonics.
Tectonic activity in this area probably was influenced by fault structure, which
topographically shown triangular facet. Based on these datas, tectonic activity
in this area was controlled by fault which still active.

Keywords: morphotectonic, mountain front Smf, SL, Vf, active fault.

44
APLIKASI MIKORIZA DALAM REMEDIASI LAHAN
TERCEMAR LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL
Studi Kasus : Pesawahan di kawasan industri Rancaekek

Arief Rachmat1, Asep Mulyono2, Intan Ratna Dewi3, Ana Fadilah Rusydi1
1
Puslit Geoteknologi LIPI
2
UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana Liwa LIPI
3
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

Sari

Peningkatan luas kawasan industri yang secara langsung mengurangi lahan-


lahan produktif yang imbasnya muncul lahan-lahan marginal atau
terkontaminasi limbah industri. Ratusan hektar lahan sawah di kawasan
Rancaekek tidak dapat digarap karena terpapar oleh limbah sebagai dampak
pembuangan limbah industri tekstil melalui sungai Cikijing yang merupakan
sumber pengairan lahan pesawahan. Salah satunya adalah peningkatan
kandungan Natrium dalam tanah sebagai akibat pengairan dari sungai
Cikijing. Menurut data penelitian Puslittanak tahun 2002, tanah di persawahan
Rancaekek mengandung Natrium mencapai 12,97 me/100g tanah (tergolong
sangat tinggi). Usaha remediasi lahan dari kandungan Natrium yang tinggi
sangat peru dilakukan sehingga kualitas tanah menjadi lebih baik.
Penelitian remediasi lahan telah dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian,
UNPAD. Aplikasi teknologi remediasi lahan yang diterapkan adalah dengan
aplikasi Mikoriza pada lahan yang tercemar limbah. Penelitian diawali dengan
pengambilan conto tanah di lahan tercemar yang kemudian ditempatkan pada
plot-plot yang ditanami padi sawah. Plot aplikasi Mikoriza dibedakan menjadi
10 plot aplikasi diantaranya plot tanpa aplikasi dan plot 20, 30, 40, 50, 60, 70,
80, 90 dan 100 g Mikoriza. Analisis tanah dilakukan pada saat sebelum dan
setelah aplikasi khususnya kandungan Natrium dalam tanah.
Hasil analisis tanah sebelum diterapkannya Mikroriza pada plot percobaan
menunjukkan kandungan Natrium dalam tanah sebesar 7,42 me/100g tanah.
Setelah dilakukan aplikasi Mikroriza terlihat bahwa penurunan kandungan
Natrium dalam tanah menurun 22 - 46 % dengan aplikasi pemberian Mikoriza
pada lahan tercemar. Hasil analisis tanah setelah aplikasi menunjukkan
kandungan natrium dalam tanah berkisar antara 4.03 – 5,79 me/100g tanah.

Kata Kunci : Natrium, Mikoriza, Tanah, Rancaekek

45
Abstract

Increased industrial area which directly reduces the productive lands that
receive the effects appear marginal lands or contaminated with industrial waste.
Hundreds of hectares of paddy lands in Rancaekek, can not be tilled because of
exposure to the waste as the impact of industrial waste disposal through
Cikijing river which is the source of irrigation. One is the increased sodium
content in the soil as a result of irrigation from Cikijing river. According to
Puslittanak in 2002, paddy lands contain Sodium reached 12.97 me/100g soil
(classified as very high). Land remediation from the high of sodium content is
consider to be done so that the soil quality changes better.
Land remediation research has been conducted in greenhouse Faculty of
Agriculture, Padjadjaran University. Application of land remediation
technology that is applied is by application Mycorrhiza on contaminated land.
The research was initiated by taking soil samples at contaminated land that was
placed on plots planted to paddies. Application plots divided into 10 plots
which divided into plot without Mycorrhiza and 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90
and 100 g of Mycorrhiza in plots. Soil analysis done at the time before and after
application particularly sodium content in the soil.
The result of soil analysis before applying Mycorrhiza on experimental plots
show sodium content in the soil amounted to 7.42 me/100g soil. After the
application Mycorrhiza seen that the reduction in sodium content in the soil
decreased 22-46% with the application of Mycorrhiza on contaminated land.
Results of analysis showed the content of the soil after application of sodium in
soil ranges from 4:03 - 5.79 me/100g soil.

Keywords: Sodium, Mycorrhiza, Land, Rancaekek

46
PEMODELAN GEOLOGI TEKNIK
AMBLESAN TANAH (LAND SUBSIDENCE) DI KOTA SEMARANG

Dwi Sarah1, Fajar Lubis1, Yugo Kumoro1, Arifan Jaya Syahbana1,


Sukristiyanti1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI
Jl.Sangkuriang Bandung 40135
Email: sarah@geotek.lipi.go.id

Sari

Perkembangan pembangunan kota- kota besar telah menimbulkan berbagai


dampak lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi keberlangsungan daya
dukungnya. Peristiwa amblesan tanah (land subsidence) telah menjadi masalah
besar di berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan
Semarang. Kota Semarang diketahui telah mengalami bencana amblesan tanah
yang terjadi secara berkala yang berdampak terhadap kondisi lingkungan
fisiknya. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kajian dampak lingkungan
bawah permukaan di wilayah kota Semarang akibat bencana amblesan tanah
(land subsidence). Survai lapangan, pengujian laboratorium geoteknik dan
pemodelan telah dilakukan pada penelitian ini. Survai lapangan telah dilakukan
untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi daerah-daerah rawan amblesan.
Pada survai ini juga dilakukan pengambilan sampel tanah tak terganggu dan
pengukuran muka air tanah. Pemodelan geologi teknik dilakukan untuk
mendapatkan gambaran mekanisme dan karakteristik bencana amblesan di kota
Semarang. Perhitungan penurunan tanah dilakukan menggunakan simulasi
berbasis elemen hinggga dengan perangkat lunak Plaxis. Daerah-daerah yang
rawan bencana amblesan umumnya terdapat di wilayah Semarang bagian utara
antara lain Tanjung Mas, Tanah Mas, Bandarharjo, Stasiun Tawang, kecamatan
Genuk. Didapatkan bahwa penurunan tanah bervariasi antara 10-20 cm. Faktor-
faktor yang berkontribusi terhadap amblesan tanah adalah konsolidasi tanah
lempung, pengambilan airtanah dan beban permukaan.

Kata kunci : amblesan tanah, Semarang, konsolidasi, airtanah, dampak


lingkungan.

Abstract

The development of mega cities has brought about considerable impacts


towards the physical environment which influence its sustainability. The
47
occurrence of land subsidence has become a significant problem in big cities
like Jakarta, Bandung and Semarang. Semarang city is known to experience on
going land subsidence problem over the time which affects its physical
environment. This study is aimed to assess the subsurface environmental impact
of Semarang city due to land subsidence. Field survey, geotechnical laboratory
testing and modeling had been carried out for this study. Field survey was
conducted to identify the subsidence area and to obtain undisturbed soil
samples and water level measurements. Modelling was performed to understand
the mechanism and characteristics of land subsidence in Semarang city.
Subsidence calculation was performed by finite element simulation using Plaxis
software. The subsidence prone area generally occupies the northern part of
Semarang city,such as Tanjung Mas, Tanah Mas, Bandarharjo, Stasiun
Tawang, kecamatan Genuk. The settlement obtained is varied between 10-20
cm. The consolidation of clay, exploitation of groundwater and surface loading
contribute towards the land subsidence process in Semarang.

Keywords : land subsidence, Semarang, consolidation, groundwater,


environmental impact.

48
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA
KAWASAN JALAN CAGAK DI SUBANG BAGIAN SELATAN

Rizka Maria1, Hilda Lestiana1, Dedi Mulyadi1, Afnindar1, Sukristiyanti1,


Asep Muljono1
1
Puslit Geoteknologi – LIPI
Jl. Sangkuriang Gd # 70, Bandung 40135

Sari

Daerah penyangga berperan penting bagi kawasan pelestarian alam dengan


memadukan kepentingan konservasi dan perekonomian masyarakat. Kecamatan-
kecamatan yang berada pada Wilayah Pengembangan (WP) Jalancagak
kabupaten Subang merupakan kawasan-kawasan yang penting dimana beberapa
kecamatan termasuk ke dalam kawasan resapan air, kawasan lindung, kawasan
cagar alam, kawasan suaka margasatwa, kawasan taman wisata alam, kawasan
lindung sempadan sungai dan kawasan sumber mata air. Namun di sisi lain
kawasan ini akan dikembangkan menjadi sektor pendukung ekonomian
masyarakat. Hal ini tentu harus mendapat perhatian yang lebih, agar kawasan
tersebut dapat di optimalkan peruntukannya tanpa menguranngi daya dukung
lahan. Fungsi daerah penyangga dapat diwujudkan secara optimal dengan
pengelolaan pemanfaatan jasa lingkungan, nilai ekonomi dan konservasi lahan
masyarakat. Model pengembangan dan pengelolaanya di dasarkan pada aspek
ekologi, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat. Pembagian daerah model
dibedakan dalam bentuk zonasi yang terbagi menjadi tiga yaitu jalur hijau, jalur
interaksi dan jalur kawasan budidaya. Pemanfaatan lahan di setiap zonasi
berbeda- beda tergantung nilai ekonomis dan ekologisnya untuk menunjang
konservasi sumber daya alam.

Kata kunci : daerah penyangga, nilai ekonomis dan ekologis, zonasi

Abstract

Buffer zone has a main role for natural preservation zone which combines
conservation interest and society economy. Subdistricts located in Jalan Cagak
Development Zone are the crucial zones whereas some of them belong to
protected forest, natural, and water conservation zones, and support the society
economy. Buffer zone can be optimally used by a management on environmental
service utilization, economical value, and society land conservation. The
balance of buffer zone in the research area is bothered due to there are land
49
opening especially for the building of settlement. This case needs the more
concern in order to optimize the utilization of the zone without reducing the
land capability. An alternative to optimize the buffer zone is dividing the buffer
zone into three zones as green zone, interaction zone, and cultivation zone.
Every zone has a different land utilization depends on economical and
ecological value to support natural resource conservation. The applying of this
buffer zone is expected as an input for the local government in determining a
policy on land management in southern part of Subang Regency.

Keywords: buffer zone, land opening, green zone, interaction zone, cultivation
zone

50
PENGETAHUAN PERUBAHAN IKLIM BAGI PETANI UNTUK
MENGATASI GAGAL PANEN DI DAERAH SUBANG BAGIAN
SELATAN

Rizka Maria1, Hilda Lestiana1, Dedi Mulyadi1, Asep Muljono1, Afnindar1


1
Puslit Geoteknologi – LIPI
Jl. Sangkuriang Gd # 70, Bandung 40135

Sari

Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra kantong produksi beras


nasional.Namun akibat anomali perubahan iklim akhir – akhir ini maka produksi
padi menurun menjadi hingga 15 persen. Sementara itu, rencana produksi padi
di kabupaten Subang untuk tahun ini sebesar 1 juta ton gabah kering giling
terancam panen. Hujan yang turun tidak menentu terutama pada musim kemarau
mengakibatkan cahaya matahari yang dibutuhkan untuk menyinari padi
berkurang dan pengisian padi kurang optimal sehingga produktivitas padi terus
mengalami penurunan.
Gagal panen di subang selatan diperkirakan karena petani dan pemerintah
daerah tidak paham pentingnya informasi iklim. Selain sulit dimengerti,
informasi iklim masih bersifat umum dan tidak cepat tersedia, sehingga petani
sulit memperhitungkan berbagai persoalan iklim. Sedangkan informasi ramalan
akhir musim hujan atau awal musim kemarau, sangat diperlukan untuk
menentukan musim tanam berikutnya.
Untuk itu diperlukan pengenalan pelajaran iklim bagi petani dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti. Para petani hendaknya diajarkan cara
mengenal curah hujan, kecepatan dan arah angin, kelembaban, juga suhu udara.
Selain itu dikenalkan perulangan periode hujan untuk mengetahui anomali yang
terjadi. Kondisi ini hendaknya didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai dari pemerintah setempat. Dengan adanya pengetahuan ini petani tidak
memaksakan menanam padi kedua jika curah hujan diramalkan kecil atau sangat
tinggi dan peralih ke tanaman lain. Dengan pembelajaran ini diharapkan dapat
meningkatkan mutu petani dan menanggulangi gagal panen.

Kata kunci : produktivitas pertanian, perubahan iklim, gagal panen

Abstract

Subang regency is one of central of production for the national rice. But
recently, change of climate anomaly make the rice production will be decrease
51
to 15 percent. While planning for Rice Production in Subang regency in this
year is 1 million ton in dry shell of rice will be threatened to be harvested. The
rain comedown uncertain especially at dry season result the sunlight required
to illuminate the rice decrease and admission filling of rice less be optimal so
that rice productivity always decrease.
Subang regency is one of central of production for the national rice. But
recently, change of climate anomaly make the rice production will be decrease
to 15 percent. While planning for Rice Production in Subang regency in this
year is 1 million ton in dry shell of rice will be threatened to be harvested. The
rain comedown uncertain especially at dry season result the sunlight required
to illuminate the rice decrease and admission filling of rice less be optimal so
that rice productivity always decrease.
Subang regency is one of central of production for the national rice. But
recently, change of climate anomaly make the rice production will be decrease
to 15 percent. While planning for Rice Production in Subang regency in this
year is 1 million ton in dry shell of rice will be threatened to be harvested. The
rain comedown uncertain especially at dry season result the sunlight required
to illuminate the rice decrease and admission filling of rice less be optimal so
that rice productivity always decrease.
That’s way needed recognition of climate lesson for farmer with the simple
Ianguage and easy to understood. All farmer shall be taught the way of
recognizing rainfall, speed and wind direction, dampness, also air temperature.
Others defined restating of rain period to know the anomaly that happened. This
condition shall be supported with good facility from local government. With the
existence of this knowledge farmer do not force to plant the second rice if
rainfall forecasted to minimize or very high and change to other plant. With this
study is expected can upgrade the farmer and overcome to fail the crop.

Keywords : agriculture productivity, climate change, fail crop

52
PENGELOLAAN LAHAN PASCATAMBANG : KAJIAN IMPLKASI
KUARI TERHADAP LINGKUNGAN KAWASAN BATUGAMPING DI
CITEUREUP, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Achmad Subardja DJ1, Nyoman Sumawijaya1, Dedi Mulyadi1


1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593

Sari

Beberapa dekade belakangan ini, peningkatan kebutuhan semen di Indonesia


telah menyebabkan pengembangan industri semen yang secara otomatis
berdampak terhadap perluasan penambangan batu-gamping (kuari). Disisi lain
kegiatan manusia dapat menyebabkan dampak negatif terhadap area karst,
seperti pembabatan vegetasi penutup, kegiatan pertanian, seperti juga halnya
kegiatan penambangan batugamping. Untuk meminimalisasi dampak
lingkungan paska tambang, maka perusahaan diwajibkan untuk melakukan
upaya reklamasi, untuk mencapai kondisi seperti sebelum ditambang atau
kondisi lain yang telah disepakati dalam dokumen amdal. Masalah utama yang
timbul akibat kegiatan penambangan batugamping di kuari Citeureup, adalah
terjadinya perubahan kondisi lingkungan berupa perubahan morfologi dan
topographi akibat kegiatan pertambangan (engineering impact), yang akan
diikuti dengan perubahan karakteristik limestone (cascading impact). Bebarapa
upaya untuk menelola lahan pascatambang difokuskan untuk memperbaiki
siklus hidrologi dan kegiatan revegetasi agar supaya bisa memelihara
dayadukung lingkungan seperti kondisi sebelum ditambang. Untuk menganalisis
kemungkinan penggunaan lahan pascatambang sebagai penampung air,
dilakukan pendataan geologi dan litologi batugamping dan tanah, pengambilan
conto, interpretasi petrographi,uji infiltrasi, karakteristik hidrologi, curah
hujan,sifat fisik dan kimia air dan tanah. Dengan melakukan rekahan buatan,
menggunakan tanaman tertentu dan rekayasa teknik pada lantai bekas tambang,
maka diperkirakan sebagian air permukaan dapat dikembalikan sebagai suplai
airtanah, yang otomatis akan mengurangi airluah. Dengan upaya ini diharapkan
akanakan terjadi proses kartsifikasi secara alamiah pada lantai pascatambang,
sehingga dalam jangka panjang, siklus hidrologi didaerah ini akan seperti
kondisi sebelum ditambang.

Kata kunci : kuari, batugamping, siklus hidrologi, dampak lingkungan,


“engineering impact”, “cascading impact”, pascatambang, rekahan
buatan
53
Abstract

Recently decades, the increase of cement demand in Indoensia has caused


excalation of cement industries that will automatically impact to the
development of limestone mining (quarry). In otherhand, many human activities
can negatively impact karst areas, including deforestation, agricultural
practices, urbanization, tourism, military activities, water exploitation, as well
as mining, and quarrying. To minimize environment impact of mining and
quarying, then it is an obligation of the mining industry to carry out
reclamation which main objective to rehabilitate environment that is directed
to achieve condition like before mined or other condition that agreed with
document of Environmental Impact Analysis. The main problem that emerges as
an environmental impact of limestone mining in quary Citeureup are
morphology and topography changes of land (engineering impact) that will be
followed by changes of limestone characteristic knowing as cascading impact.
Alternatives of managing the post mining land use are pointed out to
rehabilitate water cycle condition and land revegetation in order to manage
carrying capacity of land as well as before mined. To analyze the prospect of
using the post mining area as water storage, data of geology and lithology both
limestone and soil,sampling, infiltratin test, petrographic interpretation,
hydrological characteristi, rainfall and water chemistry data have been
collected. By constructing artificial cracks, introducing spesific vegetation, and
any engineering treatment to the bottom of mined floor, so that a part of
surface water can be recharged as undergeround water supply, and it will
automatically reduce surface run off. This method is predicted to create a
natural process of kartstification on the post mine floord, so in long term
process, the hydrolical cycle in this area will be as well as condition before
mined.

Keywords : quarry, limestone, , hidrologcal cycle, engineering impact,


cascading impact, post mining, artificial crack

54
ANALISIS RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
BERDASARKAN KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN

Yuliana Susilowati1, Bambang Edhi Leksono2, Eko Harsono3


1
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Komplek LIPI Sangkuriang Gd. 70, Bandung 40132, Indonesia.
Telp. 022-2503654, Fax. 022-2504593 Email. yuliana@geotek.lipi.go.id
2
Kelompok Keahlian Surveying dan Kadaster Program Studi Teknik Geodesi
dan Geomatika ITB
Jl. Ganesa 10 Bandung 40132 Indonesia, Telp.: (62)-22-2501116, E-mail:
bleksono@bdg.centrin.net.id
3
Pusat Penelitian Limnologi LIPI
Cibinong, Indonesia

Sari

Penataan ruang dan perencanaan spatial diperlukan untuk mengatasi masalah


persaingan dan konflik yang seringkali terjadi antara pemanfaatan untuk area
permukiman, komersial, industri, transportasi, rekreasi maupun kegiatan
pertanian, dalam suatu wilayah yang terbatas. Tujuan dari pengelolaan wilayah
secara terpadu adalah pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan secara
sosial maupun secara lingkungan, adanya keselarasan antara ekonomi dan
lingkungan. Untuk tujuan ini penataan ruang suatu wilayah haruslah
mempertimbangkan kesesuaian lahan serta daya dukung lingkungan wilayah
tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan analisis Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi (RTRWP) Kalimantan Timur (Kaltim) terhadap kesesuaian lahan dan
daya dukung lingkungan wilayah tersebut. Berdasarkan penelitian ini
teridentifikasi bahwa, penggunaan lahan wilayah Kaltim kondisi saat ini masih
didominasi oleh pemanfaatan hutan, yaitu meliputi lebih dari 72% dari seluruh
wilayah Kaltim. Namun demikian pada RTRWP justru terjadi peningkatan
kawasan Budidaya baik Budidaya Non Kehutanan maupun Budidaya Kehutanan
hingga 75% dan hanya menyisakan 25% dari seluruh wilayah Kaltim sebagai
Hutan Lindung. Berdasarkan analisis RTRWP Kaltim terhadap peta daya
dukung lingkungan wilayah Kaltim, Terdapat 20% lebih wilayah dengan potensi
tambang batubara dan 30% lebih wilayah dengan potensi perkebunan terletak di
kawasan lahan kritis.
55
Kata kunci: tata ruang wilayah, kesesuaian lahan, daya dukung lingkungan,
analisis spasial.

Abstract

The goal of spatial planing is economic growth that is socially and


environmentally sustainable, balancing economy and ecology.The natural
environment is not only a source of land for future urbanization but also a set of
resources to be conserved, natural functions to be maintained, and hazards to
be avoided in order to achieve sustainable development. Spatial planing,
including landuse, resources, and pollution management is needed to resolve
competition and conflict that occur frequently among residential, commercial,
industrial, transportation, recreational, and agricultural activities competing
within limited space. Spatial planning has to considered the land suitability and
land capability of the related area. The purpose of this research is to analyse
the spatial planning of Kalimantan Timur (Kaltim) Profince based on the land
suitability and land capability of this area. This research identify that 72% of
Kaltim land cover is dominated by forest, unfortunately the spatial planning of
Kaltim is propose to converse 75% of the entire area to the cultivated area, and
25% of the rest is to be a conservation forest. Base on the land capability
analysis, it is identified that 20% of coal mining and 30% of plantation is
located in the critical area.

Keywords: spatial planing, land suitability, land capabilty, spatial anaysis.

56
MIKROZONASI DAERAH POTENSI GERAKAN TANAH BERBASIS
PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI
WILAYAH CIANJUR BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT

Yugo Kumoro1), Yunarto1) dan M. Ruslan1)


1)
Puslit Geoteknologi-LIPI
Jl. Sangkuriang, Komplek LIPI, Bandung

Sari

Cianjur Selatan merupakan kawasan yang berada pada jalur pegunungan Jawa
bagian selatan dengan topografinya berbukit-bukit dan bergunung-gunung.
Wilayah ini dijadikan salah satu prioritas utama dalam program pembangunan
untuk membuka isolasi dan menggali potensi sumberdaya alam di daerah
tersebut. Berdasarkan Peta zona kerentanan gerakan tanah Provinsi Jawa Barat
daerah ini dikategorikan zona gerakan tanah menengah dan tinggi. Di wilayah
ini peristiwa gerakan tanah dengan korban jiwa dan kerugian yang cukup besar.
Hal ini merupakan indikator perlunya pemetaan mikrozonasi kerentanan gerakan
tanah dengan pendekatan penginderaan jauh dan analisis spasial dari sistem
Informasi geografis. Berdasarkan interpretasi citra satelit dan pengamatan
lapangan menunjukkan bahwa konsentrasi daerah potensi gerakan tanah
dijumpai di bagian tengah dan utara daerah penelitian. Faktor kemiringan lereng,
jenis batuan dan curah hujan merupakan penyebab utama terjadinya gerakan
tanah di daerah ini. Wilayah dengan kerentanan gerakan tanah tinggi dijumpai
pada daerah yang disusun oleh satuan batupasir tufaan dari Formasi Koloberes
dan satuan batuan gunung api berupa lava dan breksi dengan jenis didominasi
oleh jatuhan batuan (“rock fall”). Kemudian wilayah dengan kerentanan sedang
dijumpai pada satuan batupasir tufaan Formasi Bentang, sedang wilayah dengan
kerentanan rendah dijumpai pada satuan aluvial dan endapan lain yang
mempunyai morfologi datar hingga bergelombang lemah. Hasil pemetaan dapat
digunakan sebagai salah satu parameter perencanaan pada tingkat perencana dan
pengambil kebijakan, dapat pula berfungsi pula sebagai data untuk
meningkatkan kewaspadaan (awareness) di tingkat daerah pada tingkat
kecamatan atau desa, dengan lebih mengenal kondisi daerah yang berpotensi
longsor dan letak dimana bencana alam mungkin terjadi.

Kata kunci : gerakan tanah, mikrozonasi, kerentanan, mitigasi, perencanaan

57
Abstract

South Cianjur is a region located in southern Java mountain path with hilly and
mountainous topography. This region is identified as one of the main priorities
in the development program to open the isolation and the potential of natural
resources in the area. Based on maps of landslide susceptibility zones of West
Java Province have been designated zone area middle and high ground
movement. In this region of landslide events with fatalities and losses are quite
large. This is an indicator of the need for mapping of landslide susceptibility
microzonation with the approach of remote sensing and spatial analysis of
geographic information systems. Based on the interpretation of satellite imagery
and field observations show that the concentration of potential landslides are
found in central and northern areas of research. Factor slope, rock type and
rainfall is a major cause of landslides in this area. Areas with high vulnerability
of landslides observed in the area be formed by the unit tuffaceous sandstone of
Koloberes Formation and volcanic rock units in the form of lava and breccia
with type dominated by falling rocks ("rock fall"). Then the region with the
medium vulnerability was observed in tuffaceous sandstone unit of Bentang
Formation, while areas with low vulnerability found in the units of alluvial and
other deposits that have flat to undulating low morphology. Results of mapping
can be used as one parameter of planning at the level planners and policy
makers, can also function as well as data to raise awareness at the local level in
sub-district or village level, by getting to know the condition of areas prone to
landslide and the location where natural disasters may occur.

Keyword : landslides, microzonation, vulnerability, mitigation, planning

58
KARAKTERISTIK LONGSORAN AKTIF PASIR MUNJUL
BERDASARKAN PENDEKATAN GEOFISIKA DAN GEOTEKNIK

Adrin Tohari1, Dadan Dani Wardana1 dan Arief Rachmat1


1
Bidang Geologi Teknik dan Konservasi Kebumian (GTKK)
Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung
E-mail: adrin@geotek.lipi.go.id

Sari

Keberadaan longsoran aktif di daerah Pasir Munjul, Kabupaten Purwakarta tidak


hanya mengancam pemukiman tetapi juga infrastruktur jalan tol Cipularang KM
92. Investigasi geofisika dan geoteknik telah dilakukan untuk memetakan zona
air tanah terperangkap dan bidang gelincir di dalam tubuh longsoran. Survei
geofisika meliputi 12 (duabelas) lintasan resistivity yang memotong tubuh
longsoran, sementara investigasi geoteknik terdiri dari pemboran teknik dan uji
dilatometer. Analisis citra resistivity memperlihatkan keberadaan zona
resistivity rendah < 5m pada pada kedalaman >5m dari permukaan tanah, yang
terasosiasi dengan keberadaan air tanah terperangkap. Sementara itu, hasil
investigasi geoteknik mengindikasikan bahwa zona bidang gelincir berada pada
kedalaman bervariasi antara 5-10 m pada lapisan batu lempung yang
terlapukkan kuat. Dengan demikian, keberadaan air tanah terperangkap pada
zona bidang gelincir menjadi faktor pemicu reaktifasi longsoran di daerah ini.

Kata kunci: investigasi geoteknik, longsoran aktif, survey geofisika, tanah


lempung, zona bidang gelincir.

Abstract

The presence of active landslide in Pasir Munjul Village, Purwakarta not only
have threatened the residents but also the toll road at KM 92. A series of
geophysical and geotechnical investigations was carried to map the entrapped
pockets of groundwater and identify the possible sliding surface within the
landslide body. The geophysical survey consisted of 12 (twelve) resistivity
tomography profiles, meanwhile the geotechnical investigations consisted of
geotechnical drilling and Dilatometer (DMT) tests. The results of resistivity
images analysis shows the presence of low resistivity zone (< 55m) at the depth
> 5m from the slope surface, associated with the entrapped pockets of
groundwater. Based on the geotechnical investigations, the sliding zones are
located within the depths of 5-10 m in highly weathered claystone. Therefore,
59
the presence of entrapped groundwater within the sliding zone is the factor,
which is responsible for reactivation of the landslide in this area.

Keywords: clay soil, active landslide, geotechnical investigation, geophysical


survey, sliding zone

60
Daftar Abstrak Presentasi Poster Topik II
“Sumber Daya Mineral , Energi, Air dan rekayasa Mineral (SMAR)”

SMAR 10 Perubahan Ekosistem Dalam Pencemaran Perairan di 62


Sungai Ciliwung dan Pantai Ancol – Teluk Jakarta
Berdasarkan Indikator Biologi
Ade Suriadarma
SMAR 11 Peningkatan Kualitas Batubara Melalui Pengurangan Abu 64
Batubara Sanggo, Bayah dengan Fraksi Butir
M. Ulum A. Gani
SMAR 12 Genesa Dan Karakter Zeolit Daerah Padangherang Dan 66
Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
Sri Indarto, Daman Suyadi , Dewi Fatima, Lenny M. Estiaty,
Iwan Setiawan
SMAR 13 Penelitian Pendahuluan Batuan Induk Hidrokarbon Di 68
Daerah Bogor Dan Cianjur, Jawa Barat
Praptisih, Kamtono, Purna Sulistya Putra dan M. Hendrizan
SMAR 14 Pendugaan Kuantitas Komponen Sumberdaya Air di 70
Wilayah Pengaliran Sungai Ciliwung Cisadane
Ida Narulita, M. Djuwansah, Rizka Maria dan
Hari Rahyu Wibowo
SMAR 15 Pengembangan Zeokeramik Berbahanbaku Limbah Padat 71
Industri Sebagai Bahan Bangunan Ramah Lingkungan
Danang Nor Arifin dan Priyo Hartanto
SMAR 16 Analisis Daya Tampung Sungai Di Kota Garut Terhadap 73
Beban Pencemaran Organik Menggunakan Metoda Streeter-
Phelps
Anna Fadliah Rusydi, M. Rahman Djuwansah,
dan Dadan Suherman
SMAR 17 Hidrokimia Pulau Nunukan dan Sebatik 75
Wilda Naily dan I. Hadi S.
SMAR 18 Konsep Pengelolaan Lingkungan di Kawasan PLTP Ditinjau 77
dari Aspek Sumber Daya Air
Dyah Marganingrum, Eko Tri Sumarnadi, Mutia Dewi
Yuniati dan I. Hadi Suparyanto
SMAR 19 Eksplorasi Variabel Indeks Kemiskinan Air sebagai Konsep 79
Usaha Pengurangan Kemiskinan (Studi Pendahuluan)
Dyah Marganingru, Anna Fadliah Rusydi, Heru
Santoso, Dindin Makhfuddin, Didik Prata Wijay1
dan Wawan Hendriawan Nur1

61
PERUBAHAN EKOSISTEM DALAM PENCEMARAN PERAIRAN DI
SUNGAI CILIWUNG DAN PANTAI ANCOL – TELUK JAKARTA
BERDASARKAN INDIKATOR BIOLOGI

Ade Suriadarma1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593

Sari

Dalam rangka melihat perubahan ekosistem perairan di sungai Ciliwung dan


pantai Ancol Jakarta telah dilakukan pengamatan indikator biologi dalam
pencemaran perairan. Berlimpahnya bahan buangan yang terus mengalir ke
sungai Ciliwung dan bermuara ke pantai Teluk Jakarta-Ancol akan menurunkan
kualitas perairan tersebut karena daya dukungnya sudah terlampaui. Secara
ekosistem pencemaran bahan organik dapat menyebabkan ledakan populasi
(blooming) dari plankton, yang menyebabkan konsentrasi oksigen di perairan
turun drastis dan mengakibatkan kematian ikan secara massal
Hasil studi menunjukkan bahwa secara keseluruhan kondisi perairan sungai
Ciliwung dan pantai Ancol telah mengalami perubahan ekosistem perairan dari
mulai tercemar sedang sampai berat. Nilai-nilai parameter kualitas air terutama
fosfat dan nitrat serta logam berat menunjukkan di atas baku mutu yang telah
ditetapkan. Status mutu kualitas berdasarkan nilai storet air Sungai Ciliwung,
mulai dari Stasiun 1(Cibogo, Bogor) s.d. Stasiun 16 (Pantai Indah Kapuk )
berada pada kondisi buruk yaitu dengan nilai > I-31I hampir untuk semua
peruntukan yang dianalisis. Adapun parameter yang diprakirakan menjadi
penyebab buruknya status mutu kualitas air diantaranya: Hg (0,0154-0,0496
mg/l); Pb (0,156-0,480 mg/l); Ba (17,401-105,71 mg/l); Cr valensi 6(tt - 0,1552
mg/l); N03-N (12,28-53,0 mg/1); N02-N (1,0-8,05 mg/l);NH3-N(1,1-27,0 mg/l);
COD (53,6-65,5 mg/l); begitu pula kondisi plankton menunjukkan cenderung
mengalami perubahan baik jumlah jenis dan kelimpahan di sekitar sungai
Ciliwung dan Ancol-Teluk Jakarta sehubungan meningkatnya bahan organik
kaya nutrisi yang masuk ke perairan.
Hubungan indikator biologi dengan parameter kualitas air cukup relevan dalam
menentukan kondisi kualitas air, baik phytoplankton, zooplankton dan bentos
dapat digunakan sebagai parameter DO. Penggunaan model matematis berupa
Indeks Kenekaragaman Shannon & Wiener, Indeks Saprobik dan koefisien
Kesamaan dapat membantu menetapkan jenis indikator biologi perairan.

62
Kata kunci : Perubahan ekosistem, pencemaran perairan, s. Ciliwung, Ancol,
indikator biologi.

Abstract

In order to indicate the change of aquatic ecosystem in Ciliwung River and


Ancol Beach, biological indicator investigation was executed. The abundant of
wasting material in both locations have decreased the aquatic quality as the
carrying capacity has been exceeded. Eco-systemly, organic material pollution
can create blooming of plankton population, that caused oxygen concentration
decrease drastically and fish died massively.
The result study showed generally condition of Ciliwung River and Ancol Beach
have polluted from medium to very pollute. Quality status based on water storet
value, Ciliwung River, from Cibogo (Bogor) to Pantai Indah Kapuk has been
classified as bad, with value of 1 – 311 for all analysed parameters. The
parameters that influence this condition were estimated to be Hg (0,0154-
0,0496 mg/l); Pb (0,156-0,480 mg/l); Ba (17,401-105,71 mg/l); Cr 6+(tt - 0,1552
mg/l); N03-N (12,28-53,0 mg/1); N02-N (1,0-8,05 mg/l);NH3-N(1,1-27,0 mg/l);
COD (53,6-65,5 mg/l). Plankton condition showed a tendency have been
changed either type or abundant. In Jakarta Bay, as organic material increased,
nutrition is richer.
The relationship between biology indicator and water quality parameters is
quite relevance in determining water quality condition as phytoplankton,
zooplankton, and benthonic can be used as DO parameters. The use of
mathematical model such as Shannon & Wiener Diversity Index, Saprobic
Index, and similarity coefficient can help in determining aquatic biology
indicator type.

Key words: ecosystem changed, water pollution, Ciliwung River, Ancol Beach,
biology indicator

63
PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA
MELALUI PENGURANGAN ABU BATUBARA SANGGO, BAYAH
DENGAN FRAKSI BUTIR

M. Ulum A. Gani 1)
1)
Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-LIPI
Jl. Cisitu-Sangkuriang, Bandung 40135 , Tlp: 2507771, Fax: 2504593
Email:; ulumgany@yahoo.com, ulumgany@techie.com; ulum@geotek.lipi.go.id

Sari

Analisa proksimat batubara Sanggo, Bayah menunjukkan bahwa kandungan abu


batubara tersebut adalah cukup tinggi , sehingga pada pemanfaatan batu bara
dengan pembakaran (combustion) , maka abu batubara tersebut dapat
menimbulkan dampak negatip terhadap lingkungan, dapat mengurangi panas
batubara, pembakaran batubara lebih cepat disamping itu juga dapat merusak
tungku pembakaran batubara.
Untuk mengurangi dampak negatif terhadap pemanfaatan batubara tersebut,
maka dilakukan pengurangan kandungan abu batubara dengan fraksi butir.
Metode penelitian yang dilakukan untuk mengurangi kandungan abu batubara
tersebut berdasarkan ukuran fraksi butir, adalah dengan karakterisasi dan fraksi
butir . Karakterisasi dilakukan dengan berbagai macam analisis yang terdiri dari
analisis proksimat, ultimat, petrografi dan XRD, sedangkan fraksi butir
dilakukan dengan pengecilan ukuran yang menggunakan ball mill , kemudian
diayak dengan waktu pengayakan selama 10, 20, 30 dan 40 menit dari berbagai
macam ukuran yang terdiri dari ukuran: -3 +7 ; -7+12 ; -65+80; -80+100 dan
-100 mesh , selanjutnya dianalisis kandungan abu tiap-tiap fraksi.
Berdasarkan karakteristik dari batubara tersebut dengan analisis proksimat
menunjukkan kandungan abu yang cukup tinggi yaitu sebesar 27, 42% yang
didukung oleh analisis petrografi dengan kandungan mineral matter sebesar 29,2
% yang didominasi oleh mineral : kuarsa , pirit dan nakrit. Disamping itu juga
berdasarkan analisis petrografi dengan vitrinite reflectance sebesar 0,46 yang
dikaitkan dengan klasifikasi batubara menurut Cock, 1982 maka batubara
tersebut diklasifikasikan sebagai batubara peringkat subbituminous. Sedangkan
berdasarkan analisis kandungan abu dari setiap fraksi butir menunjukkan
bahwa semakin halus ukuran batubara, maka terlihat kecenderungan kandungan
abu yang semakin besar, sebaliknya semakin kasar ukuran butir batubara, maka
semakin kecil kandungan abunya. Kandungan abu yang lebih besar ditunjukkan
oleh waktu pengayakan 30 menit pada fraksi butir -65 + 80 mesh dengan
kandungan abu rata-rata sebesar 41 % dan kandungan abu yang lebih kecil
ditunjukkan oleh fraksi butir -3+7 dengan kandungan abu rata-rata 13 %.
64
Kata Kunci: abu batubara, karakteristik, fraksi butir, dampak negatif, klasifikasi
batubara, pembakaran

Abstract

Proximate analysis to Sanggo coal, Bayah indicates that it has a high content
of ash. In the utilization of this coal as acombustion , its ash content create an
environmental negative- impact such as : decrease the coal heat, the short
combustion as well as to destroy of combusttion furnace.
To decrease this negative impact to its utilization, the research had been
carried out by the particle size fraction method.
The research method for increasing its ash content based on particle size
fraction method which consisting of characterization and sizing of particle size.
Characterization is carried out by some analysis consisting of proximate,
ultimate, XRD and petrographycal analysis; while the particle zize fraction is
carried out by comminution using ball mill, sizing with sizing time of 10, 20, 30
and 40 minutes to particle size of -3+7; -7+2; -65+80; -80+100 and -100
meesh. After that , each of this particle size fraction is analyzed its ash content
Based on the characteristic of this coal by proximate analysis indicates that it
has a high content of ash of 27.42 % which is supported by petrographycal
analysis with mineral matter content of 29.20 %, dominated by minerals of
pyrite and nacrite. In addition to, based of petrographycal analysis with vitrinite
reflectance of 0.46 related to coal classification of Cock, 1982 that this coal is
classified as sub bituminous rank.While based of its ash content of each particle
size fraction indicates that the finer particle size, the higher content of ash, in
the other hand the coarser particle size, the lower of ash content. The higher of
ash content is shown by sizing time of 30 minutes of particle size of -65+80
mesh by its ash content on an average of 41 % and the lower of ash content is
indicated by particle size of -3+7 with ash content on an average of 13 %.

Key words : coal ash, characteristic, particle size fraction, environmental


negative-impact, , coal classification, combustion.

65
GENESA DAN KARAKTER ZEOLIT DAERAH PADANGHERANG
DAN KALIPUCANG, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

Sri Indarto1, Daman Suyadi 2 , Dewi Fatimah1, Lenny M. Estiaty1, Iwan


Setiawan 1
1
Puslit Geoteknologi LIPI, Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung.
Telp. 022-2503654, fax. 022-2504593, email : sri.indarto@geotek.lipi.go.id
2
UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon – LIPI, Jl. Cihaur No.2
Desa Kertajaya, Kec. Simpenan, Sukabumi, telp. 0266 490533, Fax.
(0266)490544.

Sari

Zeolit di Padaherang dan Kalipucang, Kabupaten Ciamis terjadi dari ubahan tufa
gelas anggota Formasi Jampang, yang disebabkan oleh proses diagenesa.
Hasil analisis petrografi, dan X Ray Diffraction (XRD) menunjukkan zeolit
yang dapat terdeteksi di dalam batuan tufa gelas adalah jenis mordenit. Analisis
kimia terutama dari nilai LOI(Loss Of Ignition) dan penghitungan KTK
(Kapasitas Tukar Kation) keduanya menunjukkan hasil yang sesuai, jika LOI
dan KTK tinggi dapat menunjukkan bahwa kandungan zeolit di dalam batuan
tufa gelas tinggi, dan sebaliknya jika LOI dan KTK rendah maka zeolit di dalam
batuan tersebut akan rendah. Nilai Loss Of Ignition (LOI) dari masing-masing
conto batuan : CMS 1-1 ( 7,11 %), CMS 1-2 (15,38%), CMS 3b (10,91%), CMS
4c (13,16%), dan nilai KTK : CMS1-1 (54,1 Meq/gr), CMS 1-2 (139,34
Meq/gr), CMS 3b (90,39 Meq/gr), CMS 4c (108,50 Meq/gr),
Zeolit Ciamis berdasarkan ukuran butir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
zeolit berbutir halus yang didapatkan di Babakan Jaya, Padangherang dan zeolit
berbutir kasar di Tunggilis, Kalipucang. Zeolit berbutir halus mempunyai nilai
KTK > 100 meq/gr, sedangkan zeolit berbutir kasar mempunyai nilai KTK <
100 meq/ gr.

Kata kunci : Zeolit, Ciamis, diagenesa, tufa gelas, mordenit, LOI, KTK

Abstract

Zeolite in Padaherang and Kalipucang, Ciamis Region formed by altered of


vitric tuff as Jampang Formation Member becaused of diagenesis processes.
Result of petrography and X Ray Diffraction analysis to indicate of mordenite
content in vitric tuff. Chemically analysis especially of LOI (Loss Of Ignition)
value and account of CEC (Cation Exchange Capacity) both indicate to
66
suitable, if high of LOI and CEC its meant high content of zeolite, if LOI and
CEC low this meant zeolite is low content also. The value LOI of rocks sample
code CMS 1-1 ( 7.11 %), CMS 1-2 (15.38%), CMS 3b (10.91%), CMS 4c
(13.16%), and CEC value : CMS1-1 (54.1 Meq/gr), CMS 1-2 (139.34 Meq/gr),
CMS 3b (90.39 Meq/gr), CMS 4c (108.50 Meq/gr).
Zeolite from Ciamis based on grain size can be differenced in two kinds, that is
fine grain founded in Babakan Jaya, Padaherang, and coarse grain zeolite in
Tunggilis, Kalipucang. Fine grain zeolite had value of CEC>100 meq/gr, and
coarse grain zeolit had CEC< 100meq/gr.

Keyword : Zeolite, Ciamis, diagenesis, vitric tuff, mordenite, LOI, CEC.

67
PENELITIAN PENDAHULUAN BATUAN INDUK HIDROKARBON
DI DAERAH BOGOR DAN CIANJUR, JAWA BARAT

Praptisih1, Kamtono1, Purna Sulistya Putra1 dan M. Hendrizan1


1
Puslit Geoteknologi LIPI. Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang Gd. 70 Bandung.
Telp : (022) 2503654, email : praptisih@geotek.lipi.go.id

Sari

Kajian yang dilakukan di daerah Bogor dan Cianjur bertujuan untuk


memperoleh data permukaan endapan klastik berbutir halus serta karakteristik
litofasies yang diduga sebagai batuan induk hidrokarbon. Metode yang dipakai
adalah penelitian lapangan dan laboratorium. Penelitian lapangan meliputi
pengamatan stratigrafi detil dan pengambilan conto batuan, sedang analisa
laboratorium terdiri dari analisa kandungan TOC dan analisa Pirolisis Rock
Eval.
Hasil analisa TOC terhadap 10 conto batulempung yang diambil dari Formasi
Jatiluhur dan Formasi Citarum menunjukkan nilai berkisar antara 0,04 - 1,28 %.
Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan 6 conto berpotensi sedang untuk dapat
membentuk hidrokarbon, sedangkan 4 conto lainnya berpotensi rendah.
Pyrolisis rock Eval dilakukan terhadap 6 conto yang berpotensi membentuk
hidrokarbon dan memperlihatkan T max sebesar 431 - 451 oC . Nilai yang
menunjukkan tingkat kematangan thermal sebanyak 4 conto dinyatakan matang,
sedang 2 conto lainnya belum matang. Nilai HI berkisar antara 21 – 101 mg
HC/g TOC. Berdasarkan nilai parameter evaluasi batuan induk (Waples, 1985),
conto tersebut berada dalam fasies CD. Batuan induk tersebut dapat
menghasilkan gas dalam kuantitas kecil.

Kata Kunci: batulempung, batuan induk, hidrokarbon, Formasi Jatiluhur,


Citarum.

Abstract

The purpose of the study which has been carried in the Bogor and Cianjur
areas, was wheter the surface samples of fine grain clastic sediments, including
their lithofacies characteristics, posses source rock potential. The method used
is the field and laboratory research. Field research includes detailed
stratigraphic observations and taking rock samples, laboratory analysis is
composed of TOC content analysis and Rock Eval Pyrolysis analysis.

68
The TOC analysis on ten samples claystone taken from the Jatiluhur dan
Citarum Formation showing values ranging between 0.04 % to 1.28%. The
analyses indicate that six samples showing moderate potential and the
remaining four samples as having low potential to generated hydrocarbon.
Rock Eval Pyrolysis was conducted on 6 samples with potential hydrocarbon
generating characteristic, with Tmax value between 431 - 451 oC. The value
showed that 4 samples are categorized mature level, while the rest are
immature. HI values varying between 21 – 101 mg HC/g TOC. Based on those
analyses the source rock is potentially suggested to generate a small quantity of
gas.

Key word : claystone, source rock, Jatiluhur , Citarum Formation.

69
PENDUGAAN KUANTITAS KOMPONEN SUMBERDAYA AIR DI
WILAYAH PENGALIRAN SUNGAI CILIWUNG CISADANE

Ida Narulita1, M. Djuwansah1, Rizka Maria1 dan Hari Rahyu Wibowo1


1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022 – 2507771, 2503654, Fax. 022 - 2504593

Sari

Studi Pendugaan Komponen Sumberdaya Air di Wilayah Pengaliran Sungai


Ciliwung Cisadane telah dilakukan untuk menduga ketersediaan sumberdaya air
di wilayah pengaliran Sungai Ciliwung Cisadane. Komponen sumberdaya air
yang diduga adalah curah hujan, air larian, evapotranspirasi, imbuhan air tanah
dangkal dan imbuhan air tanah dalam. Data yang digunakan dalam studi
meliputi data curah hujan dari 13 stasiun yang tersebar di daerah kajian, cita
satelit Aster tahun 2008, peta topografi skala 1 : 25.000, peta Tanah skala 1 :
100.000 dan peta geologi skala 1: 100.000. Pendugaan komponen sumberdaya
air didasarkan pada metoda CN (SCS/NRCS), distribusi tegangaton airtanah
(pF) dan perbedaan konduktifitas hidraulik serta memanfaatkan Sistem
Informasi Geografi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12,995,3
juta m3air hujan yang turun di WPS Ciliwung Cisadane telah dapat
dikuantifikasi ke dalam bentuk air larian, evapotranspirasi, imbuhan airtanah
dangkal dan imbuhan airtanah dalam.

Abstract

Study of water resources component estimation have been carried out in order
to estimate the availability of water resources in Ciliwung and Cisadane
catchment area. Components of water resources are rainfall, surface runoff,
evapotranspiration, shallow and deep ground water recharge. The data use in
the study were rainfall data from 13 stations spread over the study area, Aster
images satellite in 2008, topografi map scale 1: 25.000, Soil map scale 1:
100,000 and geological maps scale 1: 100,000. Estimation of water resources
components was carried out using CN(SCS/NRCS), distribution of soil water
tension (pF) and hydraulic conductivity (k) difference and Geographical
Information System. The results showed that 12,995,3 million m3 of rainfall in
WPS Ciliwung Cisadane have been quantified into a form surface runoff,
evapotranspiration, shallow and deep groundwater recharge.

70
PENGEMBANGAN ZEOKERAMIK BERBAHANBAKU LIMBAH PADAT
INDUSTRI SEBAGAI BAHAN BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

Danang Nor Arifin1 dan Priyo Hartanto1


1
UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon - LIPI
E-mail : Danang_NA@yahoo.com

Sari

Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI telah memperoleh formula


komposit keramik yang disebut zeokeramik. Namun, formula tersebut belum
diterapkan pada masyarakat industri. Bahan baku utama (sebagai matrik), yaitu:
zeolit (Zeo) limbah industri pertambangan zeolit di Sukabumi dan samod (SM)
limbah industri genteng di Palimanan yang digunakan sebagai bahan
pembanding. Sebagai bahan pengisi yaitu fly ash (FA) dari limbah PLTU
Suralaya dan abu sekam padi (RHC) limbah dari industri penggilingan padi di
Majalaya. Metode pembuatan produk prototip dengan tahapan: persiapan bahan,
formulasi dan pencampuran, pencetakan, pengeringan dan pemanasan dalam
oven. Enam jenis formula (komposisi bahan), yaitu: komposisi A (Zeo, FA,
Rhc), komposisi B (Zeo, FA), komposisi C (SM, FA), komposisi D (BC, FA,
RHC), E komposisi (BC, FA, Rhc), dan komposisi F (Zeo, FA, Rhc). Keenam
komposisi dicetak menggunakan alat tekan secara manual dengan bentuk dan
ukuran standar matras yang digunakan. Kemudian dikeringkan dan dipanaskan
pada suhu 150oC dalam oven selama 24 jam. Pengamatan visual dari produk
prototip, menunjukkan bahwa produk berbahan baku zeolit memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan produk yang terbuat dari samod.
Kelebihan produk berbahan baku zeolit terutama dalam hal estetika dan berat
jenis rendah atau relatif lebih ringan dan kemampuan untuk menyerap dan lulus
air (permeabilitas tinggi). Penambahan volume RHC sekitar 50-10% dapat
meningkatkan kuat tekan, tetapi jika lebih dari 10% dapat mengakibatkan
perubahan presisi, bahkan retak atau rusak. Mengingat prototip produk
menggunakan bahan baku limbah padat industri, sehingga dapat dianggap
sebagai bahan bangunan ramah lingkungan.

Kata Kunci:Zeokeramik, limbah padat industri, bahan bangunan, ramah


lingkungan.

71
Abstract

Research Center for Geotechnology LIPI has obtained ceramic composite


formula called zeoceramics. However, this formula has not been applied to
industrial society. The main raw material (as the matrix), namely: zeolite (Zeo)
which is a waste of zeolite mining industry in Sukabumi and samod (SM) in
Palimanan tile industrial waste used as comparative material. As a filler
material is fly ash (FA) from Suralaya waste and rice husk ash (RHC) waste
from rice milling industry in Majalaya. Method for making prototype products
in phases: preparation of materials, formulation and mixing, molding, drying
and heating in the oven. Six types of formula (composition), namely:
composition A (Zeo, FA, RHC), composition B (Zeo, FA), composition C (SM,
FA), composition D (BC, FA, RHC), composition E (BC, FA, RHC), and the
composition F (Zeo, FA, RHC). The six compositions are pressured using a
press tool manually with the mattress standard shapes and sizes that are used.
Then dried and heated at 150 oC in the oven for 24 hours. Visual observations of
the prototype product, indicating that the zeolite based products give better
results when compared to products made from raw samod. The excess of zeolite
based products especially in terms of aesthetics and low densityy or relative is
lighter and its ability to absorb and pass water (high permeability). Addition of
RHC approximately 50-10% volume can increase the compressive strength, but
if more than 10% can result in a change of precision, even cracked or broken.
Considering the prototype product using raw materials industrial solid waste,
so it can be regarded as environmentally friendly building materials.

Keywords: Zeoceramics, , solid waste industry, building materials, eco-friendly

72
ANALISIS DAYA TAMPUNG SUNGAI DI KOTA GARUT TERHADAP
BEBAN PENCEMARAN ORGANIK MENGGUNAKAN METODA
STREETER-PHELPS

Anna Fadliah Rusydi1, M. Rahman Djuwansah1, dan Dadan Suherman1


1
Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI
Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022-2507771, 2503654, Fax. 022-2504593
e-mail: anna.rusydi@gmail.com

Sari

Sungai Ciparongpong, Ciwalen, dan Cimanuk di kota Garut merupakan sumber


air bersih bagi penduduknya. Di sisi lain penduduk dan industri juga mencemari
sungai yang mengakibatkan penurunan kualitas sungai. Penelitian ini bertujuan
untuk menetapkan daya tampung sungai Ciparongpong, Ciwalen, dan Cimanuk
di kota Garut terhadap pencemar organik menggunakan metoda Streeter dan
Phelps. Beban pencemar organik di ketiga sungai tersebut diindikasikan dengan
konsentrasi parameter DO (Dissolved Oxygen) dan BOD5 (Biochemical Oxygen
Demand). Pengambilan dan analisis parameter di ketiga sungai tersebut
dilakukan dalam dua tahap, yaitu bulan April dan Juli 2010. Jumlah sampel
yang diambil pada setiap tahap adalah 11 sampel, yaitu masing-masing
sebanyak 5 sampel diambil dari Sungai Ciparongpong dan Sungai Ciwalen, dan
1 sampel diambil dari Sungai Cimanuk. Hasil pemeriksaan bulan April dan Juli
2010 menunjukkan bahwa sungai Ciparongpong masih memiliki aliran yang
bersih. Sungai Ciparongpong masih dapat menerima beban pencemar organik
sampai konsentrasi BOD5 maksimum sekitar 30 mg/L. Sungai Ciwalen memiliki
beban pencemar organik yang tinggi. Pada bulan April 2010, nilai BOD 5
tertinggi berada di titik GRT11, yaitu 165,68 mg/L dan sungai sudah tidak
dapat menampung pencemar organik lagi. Pada bulan Juli 2010 nilai BOD 5
tertinggi berada di titik GRT9, yaitu 242,88 mg/L. Pada titik GRT9 sungai tidak
dapat menerima pencemar organik lagi. Nilai BOD5 di sungai Cimanuk, yang
merupakan muara aliran sungai Ciparongpong dan Ciwalen, sudah menurun
menjadi 7,55 mg/L dan 10,40 mg/L, masing-masing untuk bulan April dan Juli
2010.

Kata kunci: sungai Ciparongpong, sungai Ciwalen, sungai Cimanuk, DO,


BOD5, beban BOD maksimum

73
Abstract

Ciparongpong, Ciwalen, and Cimanuk rivers in Garut are sources of clean


water. On the other hand, societies of suburban and industries contaminate
rivers resulting in decrease of quality. The objective of this investigation was to
determine rivers’ capacity to gather organic pollutants using Streeter and
Phelps method. Organic pollutants in the three rivers was indicated by DO
(Dissolved Oxygen) and BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) parameters.
Investigation period was done in April and July 2010. There were 11 samples
were taken each month. Five samples from Ciparongpong and Ciwalen rivers,
and one sample from Cimanuk river. The investigation on April and July 2010
showed that Ciparongpong rivers was still uncontaminated. It still able to
receive organic pollutants until concentration approximately 30 mg/L. Ciwalen
river has a high load of organic pollutants. In April 2010, the highest value was
165.68 mg/L and. From this point, it cannot received more organic pollutants.
In July 2010, the highest value was 242.88 mg/L. It cannot received more
organic pollutants from this point. BOD 5’s value in river Cimanuk, which is the
estuary of river Ciwalen and Ciparongpong, had decreased to 7.55 mg/L and
10.40 mg/L, respectively for April and July 2010.

Keywords: Ciparongpong river, Ciwalen river, Cimanuk river, DO, BOD5,


load of a BOD maximum

74
HIDROKIMIA PULAU NUNUKAN DAN SEBATIK

Wilda Naily1 dan I.Hadi S.1


1
Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI
Komplek LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung
Tlp. 022-2507771, 2503654, Fax. 022-2504593

Sari

Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik merupakan sebagian pulau terluar yang
terletak di Kalimantan Timur Indonesia berbatasan dengan Malaysia. Penelitian
sumberdaya air di daerah tersebut diperlukan untuk mengetahui karakteristik
dan ketersediaan airtanah dan airpermukaan sebagai kebutuhan primer
masyarakat setempat.
Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian tersebut. Untuk itu dilakukan
pengambilan conto airtanah dan airpermukaan dilakukan pada beberapa 42 titik
terpilih, conto air yang didapatkan kemudian diperiksan kandungan besi,
mangan dan ion utamanya dengan metoda spektrofotometri, flamefotometri dan
titrasi kompleksometri.
Dari hasil pemeriksaan di laboratorium diketahui bahwa karakteristik
sumberdaya air disetiap lokasi bersifat khas dan terbatas. Di Pulau Nunukan
bagian timur ditemukan airtanah dan airpermukaan dengan kandungan Fe dan
Mn yang melewait ambang batas “Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Bersih” menurut Permenkes No.416/1990 yaitu kandungan besi sampai 1,0 mg/l
dan kandungan mangan sampai 0,5 mg/l. Kandungan Fe di P.Sebatik adalah
0,005 – 3,48 mg/l dan di P.Nunukan bagian timur 0,12 – 9 mg/l. Sementara
kandungan Mn di P.Sebatik adalah 0 – 0,92 mg/l dan di P.Nunukan bagian timur
adalah 0 – 3,70 mg/l. Tingginya kandungan Fe dan Mn kemungkinan
dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah setempat.
Pengamatan terhadap ion utama menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki
2 pola aliran air tanah yang berbeda, yaitu pola airtanah terbuka dengan
kandungan ion utama relatif tinggi dan pola aliran tertutup dengan kandungan
ion utama relatif rendah. Airtanah dengan pola aliran tertutup memiliki
kandungan ion yang hampir sama dengan air hujan yaitu kandungan ion utama
bikarbonat < 60 mg/l, dan kandungan ion utama klorida < 9 mg/l.
Secara umum potensi sumberdaya air di P.Sebatik dan P.Nunukan bagian timur
masih dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

75
Abstract

Nunukan and Sebatik Islands are some outer island that located in East
Kalimantan bordered with Malaysia. Research of water resources is this area
are needed to understand the characteristics and availability of groundwater
and surface water as primary needs of local communities.
This paper is part of that research. For that, Groundwater and surface water
samples were taken at 42 selected locate, water samples which obtained then
checked the content of iron, manganese and major ions by spectrophotometric,
flamephotometri and titration.

From the results of laboratory examinations, the characteristics of water


resources in each location is unique and limited. In the east part of Nunukan
island is found groundwater and surface water with Fe and Mn content over the
threshold "Terms and Water Quality Monitoring" by Permenkes No.416/1990,
that iron content up to 1.0 mg/l and manganese content up to 0,5 mg/l. Fe
content in Sebatik Island is 0.005 to 3.48 mg/l and in the east part of Nunukan
Island is 0.12 to 9 mg/l. While in Sebatik Island, Mn content is from 0 to 0.92
mg/l and in east part of Nunukan Island is from 0 to 3.70 mg/l. The high content
of Fe and Mn likely influenced by local geology condition.

Observation of the major ions showed that the study area has 2 different
patterns of groundwater flow, which open flow pattern showed groundwater
major ions content is relatively high and closed flow pattern with a relatively
low content of major ions. Groundwater flow pattern covered with ions contain
almost the same as rain water is the major ion content of bicarbonate <60 mg /
l, and chloride content of major ions <9 mg/l.

In general, water resource potential in east part of Nunukan and Sebatik Island
are still to meet community needs.

76
KONSEP PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PLTP
DITINJAU DARI ASPEK SUMBER DAYA AIR

Dyah Marganingrum1, Eko Tri Sumarnadi1, Mutia Dewi Yuniati1 dan I.


Hadi Suparyanto1
1
Puslit Geoteknologi LIPI
Kompleks LIPI, Gd. 70 - Jl. Cisitu-Sangkuriang Bandung
dmarganingrum@yahoo.com

Sari

Tujuan umum penelitian ini adalah konsep pengelolaan lingkungan di kawasan


penambangan panas bumi (PLTP) dengan fokus objek pada sumberdaya air.
Lokasi penelitian dilakukan di PLTP Salak (Sukabumi) dan PLTP Wayang
Windu (Pangalengan-Kab. Bandung). Indonesia memiliki potensi sumber daya
panas bumi yang besar dibandingkan dengan potensi panas bumi dunia. Namun,
hingga saat ini panas bumi tersebut masih belum dapat dimanfaatkan secara
optimal, khususnya sebagai salah satu energi pilihan pengganti bahan bakar
minyak. Mengingat sifat sumber energi panas bumi tidak dapat diekspor,
pemanfaatannya terutama ditujukan untuk mencukupi kebutuhan energi
domestik yang dapat memberikan nilai tambah dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan aneka ragam sumber energi di Indonesia. Dengan demikian,
pemanfaatan panas bumi dapat turut menunjang pembangunan nasional untuk
mewujudkan masyarakat sejahtera. Perubahan paradigma di sektor
penambangan telah merespon prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu manfaat
ekonomi dan sosial melalui optimalisasi manfaat keberadaan suatu industri
pertambangan dengan tetap memberikan perlindungan kepada lingkungan. Hasil
sementara dari penelitian tahun pertama ini menunjukkan bahwa kegiatan
ekploitasi panas bumi di PLTP Salak maupun PLTP Wayang Windu tidak
menunjukkan dampak pencemaran yang signifikan bagi perairan atau sumber air
di sekitarnya. Hal ini ditunjukkan dengan tidak dijumpainya air limbah
(wastewater) di lingkungan sekitar PLTP karena hamper semua air yang terlibat
dalam proses dimasukkan kembali ke dalam bumi melalui sumur injeksi.

Kata Kunci : panas bumi, energy, air limbah, sumur, sumber air

Abstract

The aim of this research is the concept of environmental management in areas


geothermal mining (PLTP) with a focus on water resource object. Location of
77
the research conducted in PLTP Salak (Sukabumi) and Wayang Windu
Geothermal Power Plant (Pangalengan-Kab. Bandung). Indonesia has potential
of geothermal resources are large compared to the world's geothermal
potential. However, until now geothermal is still not able to be optimally used,
particularly as a substitute energy fuel. Given the nature of geothermal energy
sources cannot be exported, its use is primarily intended to meet domestic
energy needs that can provide added value in terms of optimizing the utilization
of energy sources variety in Indonesia. Thus, the utilization of geothermal
energy can be contributed to national development to achieve prosperous
society. Paradigm shift in the mining sector has responded to the principles of
sustainable development i.e. economic and social benefits through optimizing
the benefits of a mining industry while providing protection to the environment.
Preliminary results from the first year of this study indicate that the exploitation
of geothermal activity in PLTP Salak and Wayang Windu geothermal power
plants do not show a significant impact for water pollution or water source
nearby. This is indicated by not met wastewater in the environment around
considering they are almost all water is involved in the process put back into the
earth through injection wells.

Keywords: geothermal, energy, waste water, wells, springs

78
EKSPLORASI VARIABEL INDEKS KEMISKINAN AIR SEBAGAI
KONSEP USAHA PENGURANGAN KEMISKINAN
(STUDI PENDAHULUAN)

Dyah Marganingrum1, Anna Fadliah Rusydi1, Heru Santoso1, Dindin


Makhfuddin2, Didik Prata Wijaya1 dan Wawan Hendriawan Nur1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Gd. 70 Bandung
2
LPPM – Universitas Padjajaran Bandung, Jl. Sekeloa – Bandung
Email : dmarganingrum@yahoo.com

Sari

Tujuan penelitian adalah konsep pengurangan kemiskinan melalui peningkatan


ketersediaan air bersih. Metode penelitian dilakukan berdasarkan eksplorasi
variabel penyusun indeks kemiskinan air (Water Poverty Index). WPI
merupakan suatu indeks komposit yang merupakan gabungan dari indeks
komponen resources, access, capacity, use, dan environment. Mengurangi
kemiskinan air dapat dilakukan dengan memperbaiki penyebabnya. Penyebab
utama kemiskinan air dapat diketahui dari nilai indeks setiap komponen WPI.
Pendekatan dengan cara indeks seperti ini memungkinkan untuk
membandingkan tingkat kemampuan masyarakat di suatu wilayah dengan
wilayah lainnya dan mengidentifikasi masyarakat miskin yang paling rentan
terhadap ancaman berkurangnya pasokan air. Dengan demikian dalam penelitian
ini ada dua variable yang dihubungkan yaitu kemiskinan dan kemiskinan air.
Dimensi kemiskinan akan dilihat berdasarkan komponen capacity (variabel
dependent). Sedangkan faktor air dilihat dari keempat komponen lainnya
(variabel independent). Metode pengolahan data dilakukan dengan perhitungan
matematis WPI, statistik, dan GIS. Sedangkan konsep dibangun berdasarkan
hasil regresi antara komponen (indikator) WPI yang memiliki nilai R XY 40%.
Sedangkan strategi dalam peningkatan pelayanan ketersediaan air bersih
dilakukan berdasarkan hasil analisis setiap indeks komponen WPI. Penelitian
dilakukan dalam skala DAS, yaitu DAS Citarum Hulu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 71 kecamatan yang terdapat di Cekungan Bandung,
ada 4 kecamatan yang memiliki nilai WPI diatas 50%. Keempat kecamatan
tersebut adalah kecamatan Cicalengka-Nagreg, Ciwidey-Rancabali, Cililin-
Cihampelas, dan Majalaya-Solokanjeruk. Hasil regresi antara nilai kelima
indeks komponen WPI dengan nilai WPI memberikan angka yang relatif sama
dalam range yang cukup kuat (r = 0,4-0,6). Dengan demikian kelima komponen
WPI memiliki bobot yang sama. Sedangkan hasil regresi dari setiap indikator
menunjukkan bahwa pendidikan dan mata pencaharian mempengaruhi
79
pendapatan. Selanjutnya pendapatan mempengaruhi paritas daya beli dan pola
konsumsi termasuk konsumsi akan air bersih. Masyarakat miskin akan sangat
terganggu manakala ketersediaan air bersih menjadi langka (kuantitas maupun
kualitas) sehingga menambah beban pengeluaran yang selanjutnya berimplikasi
pada tingkat kesejahteraan. Dengan demikian mengurangi kemiskinan air
diharapkan dapat membantu secara tidak langsung dalam mengurangi tingkat
kemiskinan.

Kata kunci : kemiskinan, air bersih, indeks, konsep, strategi

Abstract

The aim of this research is the concept of poverty alleviation through increased
availability of clean water. The research method is based on exploration of
variables making up the water poverty index (WPI). WPI is a composite index
which is a combination of index components of resources, access, capacity, use,
and environment. Poverty alleviation can be done by improving water
availability. The main cause can be ascertained from water poverty index value
of each component of WPI. The approach by way of such index allows
comparing ability of people in one area to another and identifying poor who are
most vulnerable to threat of reduced water supply. Thus in this study there were
two variables that are associated poverty and water poverty. The dimensions of
poverty would be based on component capacity (dependent variable). While the
water factor seen from the four other components (independent variables).
Method of data processing use mathematical calculations of WPI, statistical,
and GIS. While the concept builds upon the results of regression between the
components (indicators) that has coefficient regression ≥ 40%. While strategy in
improving water supply services is based on the results of analysis of each index
component of WPI. Research conducted in the watershed scale, namely Citarum
watershed. The results showed that of 71 districts located in Bandung Basin,
there are 4 districts that have a WPI value above 50%. The four districts are
Nagreg Cicalengka, Ciwidey-Rancabali, Cililin-Cihampelas, and Majalaya-
Solokanjeruk. Results of regression between the value of the five index
components of WPI with WPI values provide a relatively equal numbers in the
range is quite strong (r = 0.4 to 0.6). Thus the five components of WPI have
equal weight. While the regression results of every indicator shows that
education and income affect livelihoods. Furthermore, income affects
purchasing power parity and consumption patterns, including consumption of
clean water. The poor would be very disturbed when the availability of clean
water becomes scarce (quantity and quality), thus adding a further burden of

80
expenditure implications for the level of welfare. Thereby reducing water
poverty is expected to help indirectly in reducing poverty.

Keywords: poverty, clean water, index, concepts, strategies

81

You might also like