Untuk menjamin kualitas hasil ujian nasional (UN), pada tahun pelajaran 2010/ 2011 pemerintah memutuskan tidak ada UN ulang bagi peserta didik yang tidak lulus UN utama . Penentu kelulusan siswa adalah perpaduan antara nilai ujian sekolah, nilai rapor, dan nilai UN. Demikian disampaikan Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) Djemari Mardapi dalam kegiatan Sosialisasi Kebijakan UN 2010/2011 di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Jumat (17/12). “UN hanya dilaksanakan satu kali, sedangkan UN susulan dilaksanakan satu minggu setelah UN utama. Ujian praktik kejuruan untuk pelajar SMK dilaksanakan paling lambat satu bulan sebelum UN utama,” ujar Djemari. Pada tahun pelajaran 2009/2010, pemerintah memutuskan diadakan UN ulang bagi siswa yang tidak lulus pada UN utama. UN ulang ini dikeluhkan banyak orangtua murid karena hasilnya cenderung lebih besar dibandingkan UN utama. Kementrian Pendidikan Nasional kemarin mengumpulkan para kepala dinas pendidikan dari seluruh provinsi di Indonesia untuk mendiskusikan pelaksanaan UN tahun depan. Diskusi ini untuk menindaklanjuti kesepakatan pemerintah dengan Komisi X DPR hari Senin (13/12). Pemerintah DPR sepakat bahwa hasil UN merupakan satu-satunya penentu kelulusan atau memveto kelulusan murid. Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan, lulus-tidaknya seorang murid ditentukan berdasarkan nilai akhir yang diperoleh dari rata-rata nilai rapor, nilai ujian sekolah, dan nilai UN. “Ada komponen UN yang selama ini hanya UN saja. Itu nanti dikombinasikan dengan nilai rapor semester 1, 2, 3, dan 4 plus hasil ujian sekolah jadi nilai sekolah,” ujar M Nuh seusai rapat kerja di Gedung DPR, Senayan (Warta Kota, 14/12). Dengan demikian, akan terdapat dua komponen nilai, yakni nilai sekolah yang terdiri atas nilai rapor dan nilai ujian akhir sekolah (UAS) serta nilai UN. Bobot nilai rapor dan nilai UAS, kata M Nuh , ditentukan sekolah masing-masing. Bobot nilai UN akan ditentukan pemerintah. Pada akhirnya, nilai sekolah dan nilai UN tersebut akan dijumlahkan dan ditarik rata- ratanya dengan bobot yang ditentukan pemerintah. “Hasil akhirnya nanti nilai sekolah tadi dengan bobot yang akan ditentukan pemerintah ditambah nilai UN tersebut masih bisa dibahas dengan bobot yang ditetapkan pemerintah, menjadi nilai ujian nasionalnya. Itu kelulusan siswanya,” papar Nuh. Menindakanjuti kesepakatan pemerintah-DPR itu, BNSP membuat perhitungan nilai gabungan atau NG yang merupakan perpaduan nilai UN (X) dan nilai sekolah untuk setiap mata pelajaran yang tidak di-UN-kan (Y). Rumus perhitungan NG adalah 0,6X +0,4Y, atau 60 persen nilai UN dan 40 persen nilai sekolah. Dengan formula ini, maka penentuan kelulusan menjadi lebih rumit. Namun, bobot tersebut kemarin masih dibahas bersama para kepala dinas pendidikan tingkat propinsi. Kepala Badan Penelitian dan pengembangan Kemdiknas Mansyur Ramly menyatakan, formula penggabungan tersebut sudah disetujui Kemdiknas dan DPR. Nilai sekolah itu sendiri terdiri atas nilai rata-rata hasil ujian sekolah dan dan nilai rapor siswa di semester 3, 4, dan 5. Sedangkan kriteria lulus US diserahkan ke pihak sekolah. Mansyur mengaku optimis formulasi nilai gabungan ini bisa meningkatkan tingkat kelulusan. Sementara itu, perguruan tinggi masih tetap dilibatkan untuk pelaksanaan dan pengawasan UN SMA/SMK/MA, termasuk pengawasan penggandaan dan distribusi naskah soal. Mereka akan menjadi Tim Pemantau Independen (TPI). sedangkan untuk UN tingkat SMP/MTs tidak ada TPI. Pelaksanaan UN tingkat SMA/SMALB/SMK/MA tahun pelajaran 2010/2011 akan diadakan pada minggu pertama Mei 2011. UN tingkat SMP/SMPLB/MTs akan diadakan pada minggu kedua Mei 2011.