You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PERLINDUNGAN TANAMAN

Disusun oleh :
Nama : Rohmatun Ayu Ashari
NIM : H0808044
CoAss : Dyah Atika

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


JURUSAN AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2. Pembahasan
a. Gejala dan tanda penyakit
Pada umumnya tumbuhan yang sakit akan menunjukkan gejala yang
khas. Gejala (symptom) adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu
sendiri akibat adanya infeksi penyebab penyakit. Secara morfologi gejala
dapat digolongkan menjadi tiga golongan atau tipe, yaitu nekrosis, hipoplasis,
dan hiperplasis. Nekrosis adalah suatu gejala yang ditandai dengan degenerasi
protoplas dan akhirnya diikuti oleh kematian sel, jaringan organ atau tubuh
tumbuhan secara keseluruhan. Hipoplasis adalah gejala yang ditandai dengan
adanya hambatan pertumbuhan dalam ukuran,warna, dan perkembangan
anggota tubuh. Sedangkan hiperplasis ditandai adanya pertumbuhan yang luar
biasa dalambentuk, ukuran, warna, dan struktur maupun pertumbuhan.
Berdasarkan tempat munculnya gejala, gejala dapat dibedakan menjadi
gejala lokal (setempat) atau gejala primer dan gejala sistemik atau gejala
sekunder. Gejala lokal adalah yang terbatas pada lokasi tertentu yaitu pada
tempat terjadinya infeksi, seperti gejala yang berupa bercak, busuk, dan lain-
lain. Gejala sistemik adalah gejala yang muncul bukan pada tempat yang
terinfeksi akibat adanya gejala lokal (setempat), seperti gejala layu yang
disebabkan karena adanya pembusukan pada akar. Pembusukan pada akar
adalah gejala lokal, sedangkan layunya tanaman adalah gejala sistemik. Gejala
sistemik dapat terjadi pada seluruh bagian tumbuhan seperti layu, kerdil,
perubahan warna daun.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan berbagai tanda dan
gejala penyakit pada tanaman yang sakit. Gejala-gejala tersebut dapat
diakibatkan karena adanya serangan pathogen. Pathogen penyebab penyakit
tersebut antara lain jamur, virus dan bakteri. Gejala pertama yang diamati
adalah gejala serangan zoosecidia pada daun mangga (Mangivera indica).
Gejala serangan zoosecidia pada daun mangga (Mangivera indica)
adalah berupa bintik atau noktah pada permukaan daun. Bintik-bintik tersebut
menebal, berwarna kehitaman, dan terdapat kerutan. Tipe gejala serangan
termasuk ke dalam tipe nekrosis. Dimana terjadi kematian sel yang selanjutnya
diikuti dengan kematian jaringan. Gejala ini diakibatkan karena serangan kutu
daun. Kutu daun termasuk ke dalam kelas insecta yang merupakan tipe parasit
fakultatif. Mekanisme serangan adalah nekrotropik, yakni dalam mendapatkan
makanan haruslah mematikan sel tanaman yang diserang terlebih dahulu.
Penyakit kedua yang diamati adalah penyakit witches broom yang
biasa disebut penyakit sapu setan. Penyakit witches broom pada kacang tanah
merupakan penyakit yang seringkali menyerang tanaman kacang tanah.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Altarina sp yang memiliki tipe parasit
obligat. Mekanisme serangan adalah biotropik, yakni tidak perlu mematikan
sel tanaman untuk mendapatkan makanan. Gejala yang timbul berupa
hiperplasis dan hipoplasis. Gejala hiperplasis ditunjukkan dengan terbentuknya
tunas yang cukup banyak pada tanaman. Pada batang-batangnya timbul tunas-
tunas yang tumbuh pada batang pohon di ketiak daun. Sedangkan gejala
hipoplasis adalah dari kenampakan daun kacang tanah yang kecil (ukurannya
tidak seperti daun yang normal). Selain itu gejala yang timbul juga berupa
naiknya ginofor kacang tanah, karena hal tersebut sehingga tanaman tidak
dapat membentuk kacang.
Penyakit yang diteliti selanjutnya adalah busuk apel. Busuk apel
disebabkan oleh Gleosporium sp, kelas deuteromycetes dengan tipe gejala
nekrosis yaitu gejala yang ditandai dengan degenerasi protoplas dan akhirnya
oleh kematian sel, jaringan atau tubuh tumbuhan secara keseluruhan. Tipe
parasitnya fakultatif dengan mekanisme nekrotropik.
Selanjutnya penyakit yang menyerang inang wortel (Dacus carota)
yang diteliti yaitu busuk basah wortel. Tipe gejala penyakit ini adalah nekrosis.
Gejala yang bisa diamati jika wortel terkena busuk wortel berupa busuk yang
berwarna coklat. Hal tersebut menyebabkan wortel menjadi lembek.
Busuk wortel terjadi disebabkan oleh Erwinia carotovora yang
termasuk dalam kelas protobacteria. Bakteri ini bersifat aerob fakultatif.
Infeksi pada wortel terjadi melalui luka atau lenti sel. Infeksi terjadi melalui
luka karena gigitan serangga atau karena alat-alat pertanian. Serangga ini
membuat luka, dan dalam tubuh serangga mengandung bakteri. Mekanisme
yang terjadi yaitu parasit necrotroph.
Menurut Sastrahidayat (1990) terjadi pembusukan yang berair yang
berair yang berbau tidak sedap, karena terjadi kerusakan jaringan tanaman.
Bakteri berada dalam sel tanaman yang rusak (luka) dan mengeluarkan enzim-
enzim yang dapat menyebar ke sel-sel sekelompoknya dan melarutkan midel
lamela dinding sel. Hal ini diikuti oleh plasmolisa dan kematian sel. Jadi
bakteri lebih cenderung hidup dalam sel-sel yang mati daripada sel-sel yang
masih hidup.
Karat pada kacang tanah (Arachis hypogea) disebabkan oleh Puccinia
arachidis memiliki tipe gejala nekrosis, di mana terdapat gejala berupa karat
pada daun kacang tanah. Karat disini menandakan adanya kematian jaringan
pada daun tanaman kacang tanah. Gejala awalnya daunnya terdapat bintik-
bintik kecil warna kehitam-hitaman dan permukaan tidak merata. Bercak-
bercak yang tua akan berwarna coklat tua sampai hitam dan mengering.
Setelah beberapa lama daun yang terserang gugur hingga pohon dapat menjadi
gundul. Makin banyak bercak, maka daun akan semakin cepat gugur. Bahkan
adanya satu bercak saja menyebabkan gugurnya daun sebelum waktunya. Tipe
parasit jamur patogan yang termasuk ke dalam kelas Basidiomycetes ini
adalah obligat dan mekanismenya biotropik.
Menurut Tjahjadi (1998) Patogen penyebab penyakit karat daun yaitu
cendawan. Gejala penyakit diawali dengan timbulnya bercak kuning
kecoklatan ( seperti warna karat pada besi) pada daun. Sedangkan bercak daun
pada tanaman kacang tanah merupakan gejala nekrosis penyebabnya adalah
Cercospora arachidicola. Cercospora arachidicola merupakan jamur dalam
kelas deuteromycetas yang memiliki tipe parasit fakultatif. Mekanismenya
dalam mendapatkan makanan adalah nekrotropik.
Penyakit bercak daun pada kacang tanah gejala serangan terlihat mula-
mula pada permukaan bawah dari daun terlihat bercak berwarna coklat
kehitaman. Pada masing-masing daun terdapat beberapa bercak yang semakin
lama makin melebar. Serangan yang berat mengakibatkan daun berwarna
hitam bahkan dapat menular ketangkai daun dan batang. Tanaman yang
terserang berat akan merontokkan daun sebelum waktunya dan tanaman mati.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan rotasi tanaman, tanam serempak dan
varietas yang toleran
Bercak pada daun kentang disebabkan oleh sporangium Phytophtora
sp. Jamur ini termasuk kelas Oomycetes yang miseliumnya tidak bersekat-
sekat, bercabang-cabang, dan banyak mengandung inti. Miselium membentuk
sporangiofor yang nantinya membentuk sporangium pada ujungnya yang
tumbuh. Jamur ini termasuk parasit fakultatif yang dalam memperoleh
makanannya tanpa membunuh sel dari inangnya.
Serangan jamur Phytophthora terutama terjadi pada daun-daun yang
tua terletak pada bagian bawah daun dan gejala tampak pada permukaan atas
dan bawah daun. Gejala yang tampak pada daun diawali dengan terbentuknya
bintik-bintik kecil tak teratur dan berwarna hitam keabu-abuan. Pada tahap
selanjutnya bintik-bintik ini akan meluas jika kondisi lingkungan
memungkinkan. Ukuran bercak bervariasi mulai dari 10 mm hingga separuh
dari daun dapat terserang tergantung dari tahap penyerangnya
(Sastrahidayat, 1990).
Mozaik tembakau yaitu salah satu jenis penyakit yang terjadi pada
tembakau. Gejalanya yaitu tanaman mengalami infeksi dan timbul bercak
kuning yang tidak teratur (mozaik) pada daun tembakau yang masih muda.
Selain itu daunnya juga menjadi keriting atau berkerut karena bagian yang
berwarna muda tidak dapat berkembang secara cepat seperti bagian hijau yang
biasa. Tanaman yang mengalami infeksi pada waktu masih muda sangat
terhambat pertumbuhannya dan menjadi sangat kerdil atau mengalami
hipoplasis.
TMV merupakan virus yang menyerang tanaman tembakau. TMV
digolongkan dalam kelas Rhod shaped, ss RNA. Gejalanya yaitu tanaman
mengalami infeksi dan timbul bercak kuning yang tidak teratur (mozaik) pada
daun tembakau yang masih muda. Selain itu daunnya juga menjadi keriting
atau berkerut karena bagian yang berwarna muda tidak dapat berkembang
secara cepat seperti bagian hijau yang biasa. Tanaman yang mengalami infeksi
pada waktu masih muda sangat terhambat pertumbuhannya dan menjadi sangat
kerdil atau mengalami hipoplasis. Penyakit mozaik sangat mudah menular
secara mekanis dengan cara kontak atau bersentuhan. Penyakit ini tidak
ditularkan oleh serangga juga tidak diturunkan oleh tanaman inang yang sakit
kepada keturunannya melalui biji. TMV tergolong parasit tipe obligat dan
mekanismenya biotropik.
Gejala mozaik oleh TMV (Tobacco Mozaik Virus) termasuk ke dalam
gejala nekrosis. Di mana sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan daun
mati, sehingga terlihat adanya becak-becak atau noda-noda yang berwarna
pucat. Bentuk becak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak
beraturan dan partikel virus saling bertumbukan (Martoredjo, 1997).
Kemudian yang diteliti adalah penyakit bercak ungu pada bawang.
Penyakit ini termasuk dalam tipe gejala nekrosis. Bisa disebut demikian karena
gejala yang ditimbulkan akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian dari sel
bisa juga karena matinya sel. Tanaman inang penyakit ini yaitu bawang.
Gejala-gejala yang dapat diketahui jika terkena penyakit bercak ungu adalah
timbul bercak-bercak berwarna ungu kecoklatan pada daun. Selain itu jaringan
tanaman yang terkena penyakit akan mengalami degenerasi. Mula-mula bercak
yang timbul hanya sedikit saja, lama kelamaan menyebar dan berwarna ungu
dan dikelilingi oleh zone berwarna kuning yang bisa meluas di bawah maupun
di atas bercak.
Penyebab penyakit bercak ungu yaitu Alternaria porri. Jamur ini dulu
sering disebut Macrosporium porri. Patogen ini termasuk dalam kelas
Deuteromycetes. Digolongkan ke dalam kelas tersebut karena jamur ini hanya
konidianya saja yang dikenal sedang badan buah yang melindunginya serta
reproduksi generatif belum diketahui dengan jelas. Oleh karena itu, jamur ini
bisa disebut juga jamur imperfecti atau jamur yang tidak sempurna. Jamur ini
tipe parasitnya fakultatif dengan mekanisme necrotroph yang untuk
mendapatkan makanan dari inang (tumbuhan) dengan cara membunuh sel atau
jaringan terlebih dahulu.
Kanker yaitu terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang
berkayu, misalnya akar, batang, dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang
mati tersebut mengering berbatas teges, mengendap pecah-pecah, dan akhirnya
bagian itu runtuk sehingga terlihat bagian kayunya. Di tepi luka tersebut
jaringan kalusnya mengembang. Kanker biasanya disebabkan oleh bakteri
misalnya kanker pada jeruk yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
campetris (Semangun, 1990).
Kanker batang yang menyerang tanaman jeruk bertipe nekrosis. Gejala
yang ditimbulkan pada batang yaitu kulit akan terkelupas dan akan terlihat
jaringannya. Patogen yang menyerang yaitu Xanthomonas campestri pucitri.
Patogen ini digolongkan ke dalam kelas Protobacteria dengan tipe parasit
fakultatif. Cara memperoleh makanan Xanthomonas campestri harus
membunuh tanaman inangnya terlebih dahulu.

b. Medium biakan
Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies
bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan ini
berfungsi sebagai medium pertumbuhan. Pada medium ini bakteri dapat
tumbuh dan berkembangbiak. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh
alat dan bahan yang digunakan disterilkan terlebih dahulu (Anonim, 2007).
Organisme yang menyebabkan penyakit harus dapat diisolasi atau
dibiakan secara murni. Prinsip ini hanya dapat dilakukan terhadap parasit
fakultatif bukan parasit obligat. Jamur dan bakteri patogen tumbuhan dapat
dibiakan pada banyak medium padat maupun cair, dari yang umum maupan
yang selektif. Medium Potato Dextrose Agar (PDA) yang merupakan
medium untuk jamur, sedang Nutien Agar (NA) merupakan medium umum
untuk bakteri.. PDA adalah suatu medium yng mengandung karbohidrat
dalam jumlah cukup yang terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 20% glukosa.,
sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan jamur tetapi kurang baik untuk
pertumbuhan bakteri. Akan tetapi, ada beberapa bakteri yang
memfermentasikan karbohidrat dan menggunakan sebagai sumber energi,
maka beberapa bakteri masih dapat tumbuh pada PDA.
Medium biakan ini mengandung zat makanan untuk pertumbuhan
bakteri. Medium Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan medium umum
untuk jamur, sedang Nutien Agar (NA) merupakan medium umum untuk
bakteri. Medium biakan ini dibuat sebagai media isolasi penyakit yang harus
dibiakkan secara murni. Prinsip hanya dapat dilakukan terhadap parasit
fakultatif atau saprofit fakultatif dan bukan parasit obligat dan sebagian
jamur. PDA dibuat dari potato dextros agar yang dibuat dengan steril
mungkin. Proses pembuatan media ini dilakukan untuk mengembangbiakkan
jamur. Kondisi potato Dextrose agar memadat setelah dituangkan ke dalam
petridish selama 25 menit.
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan
semua organisme yang terdapat di dalam media atau benda. Ada tiga cara
yang dipakai dalam sterilisasi, yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan
kimia dan penyarinagan. Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air
disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah. Apabila tanpa
kelembaban disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Dipihak
lain sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau
radiasi. Pemilihan penggunaan metode sterilisasi didasarkan pada sifat bahan
yang akan disterilkan. Sedangkan metode yang umum digunakan di
laboratoriun adalah metode panas. Kebanyakan media yang dipakai dalam
pekerjaa mikrobiologi menjadi mudah rusak dan kadang terbakar, karena
temperaturnya terlalu tinggi (Hadioetomo, 1990).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam outoklaf atau sterilisator
uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh berukuran
tekanan suhu 1210C selama 15 menit, daur sterilisasi tersebut sering kali
disebut 1 Atm 15 menit. Pada tempat-tempat yang lebih tinggi diperlukan
tekanan yang lebih besar untuk mencapai suhu 1210C (Hadioetomo, 1990).
Sterilisasi panas kering ditetapkan pada apa saja yang tidak menjadi
rusak menyala hangus atau amenguap pada suhu yang tinggi. Bahan-bahan
yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain adalah barang becah belah
seperti pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca dan lain-lain, serta bahan
yang tidak tembus uap seperti giberelin, minyak vaselin dan barang yang
berupa bubuk. Bahan-bahan yang disterilkan harus ditutup dengan cara
membungkus atau menaruhnya dalam suatu wadah yang tertutup untuk
menghindari atau mencegah kontaminasi ketika dikeluarkan dari oven
(Hadioetomo, 1990).

c. Isolasi dan inokulasi


Prinsip dari isolasi mikrobia adalah memisahkan suatu jenis mikrobia
dengan mikrobia lain yang berasal dari jenis mikrobia tercampur, dengan
menumbuhkan pada media padat. Bila sel tersebut terperangkap oleh media
padat pada beberapa di tempat terpisah, maka setiap tempat kumpulan sel
akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah pula, sehingga
memudahkan pemisahan selanjutnya. Maka selanjutnya sel-sel tersebut
dipisahkan dan ditumbuhkan atau dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi
atau tempat seperti cawan petri yang ditempatkan terpisah (Mulyani, 1991).
Menurut Stainer (1981) adanya bakteri biasanya jarang terdapat dalam
keadaan murni, hingga kebanyakan merupakan campuran antara bermacam-
macam spesies bakteri. Dalam mengisolasi mikrobia sering ditemui
hambatan, yaitu tercemarnya atau terkontaminasinya biakan yang dibuat,
yang pada akhirnya tidak dapat diperoleh suatu biakan murni. Sumber
pencemaran yang utama berasal dari luar, yaitu adanya udara yang banyak
mengandung berbagai mikroorganisme.
Isolasi pertama kali dilakukan pada jaringan yang tebal. Untuk
mengetahui jamur yang nantinya ada atau tidak, menggunakan bahan dari
buah apel yang sebagian busuk atau terinfeksi dan sebagian lainnya masih
baik. Hasilnya diperoleh bahwa buah apel menjadi hitam dan terselubungi
oleh jamur yang berwarna putih yang hampir menutupi seluruh petridish.
Isolasi jaringan tebal menggunakan buah apel terinfeksi. Setelah dilakukan
pengamatan diketahui disekeliling potongan buah apel terdapat hifa yang
berwarna hitam. Selain itu terdapat bercak biru yang menandakan
kontaminasi pada isolasi jamur tersebut.
Selanjutnya pada isolasi pada jaringan tipis. Tidak jauh berbeda dari
jaringan tebal, kali ini juga menggunakan sebagian tubuh yang sehat dan
sebagian terinfeksi atau berkarat. Bedanya pada isolasi jamur jaringan tipis
menggunakan bahan daun kacang. Jamur tumbuh di salah satu potongan dari
dua potongan yang ada. Hifa jamur berwarna putih menyelubungi potongan
daun kacang berupa benang-benang putih terutama pada bagian daun kacang
tanah yang berkarat.
Isolasi ketiga yaitu isolasi bakteri. Kali ini menggunakan bahan dari
umbi wortel yang sudah terinfeksi. Isolasi dilakukan pada petridish yang sudah
steril. Umbi wortel yang busuk dibuat suspensi dengan cara mengambil umbi
yang busuk lantas dicampur dengan aquadestilata. Kemudian
menuumbuhkannya pada media dengan cara membuat zigzag pada PDA.
Tujuan goresan di buat zig zag adalah agar perkembangan bakteri dapat lebih
luas. Hasil yang diperoleh setelah diinkubasi di sekitar goresan terdapat lendir.
Bakteri terdapat pada media NA di sekitar goresan.
Dari hasil pengamatan isolasi pada hari ke-5 terjadi kontaminasi pada
ketiga hasil isolasi. Hal ini diakibatkan karena ketika proses isolasi tidak
dilakukan di ruang aseptis atau di LAFC. Sehingga memungkinkan
kontaminasi akibat adanya virus ataupun bakteri. Meskipun telah
menggunakan lampu bunsen yakni sterilisasi dengan pembakaran, namun cara
ini belum efektif dalam melakukan isolasi.
Praktikum selanjutnya adalah inokulasi jamur dan bakteri. Inokulasi
merupakan proses memindahkan inokulum dari biakan ke inang. Inokulasi
adalah suatu proses patogen atau unit-unit reproduksinya mengadakan kontak
dengan tumbuhan. Setelah mengadakan inokulasi inokulum patogen tertentu
(konidium jamur) harus berkecambah, terbentuklah germ tube (tabung
kecambah) yang selanjutnya membentuk apresorium, berfungsi sebagai alat
penetrasi. Pada patogen yang mengadakan penetrasi langsung biasanya dari
apresorium dibentuk penetration peg (tabung infeksi), fungsinya untuk
menembus kutikula dan dinding sel epidermis (Sastrahidayat, 1990).
Inokulasi dapat beberapa macam cara atau jenisnya, yaitu inokulasi
jamur, inokulasi bakteri, dan inokulasi virus. Pada inokulasi jamur dilakukan
melalui luka-luka dan stomata. Untuk inokulasi bakteri dibuat dengan cara
penetrasi patogen dengan bantuan air. Inokulasi virus dibuat dengan cara
melalui suatu kerusakan mekanis dan dengan perantara virus (Jutono, 1973).
Inokulasi jamur menggunakan buah apel sebagai media. Buah apel
diinkubasi terlebih dahulu selama lebih kurang dua hari sebelum dilakukan
pengamatan. Pada buah apel yang dilubangi dan diberi inokulum, hasilnya
buah apel menjadi busuk di sekitar lubang dan berwarna hitam. Selain itu
terdapat hifa jamur pada lubang. Sedangkan pada apel yang dilubangi tanpa
diberi inokulum hasilnya buah tidak menjadi busuk.
Inokulasi bakteri menggunakan bahan dari buah wortel yang diinkubasi
selama lebih kurang dua hari.Wortel yang pertama diolesi suspense bakteri
sebagai perlakuan dan yang satu hanya diolesi dengan aquades. Pada
pengamatan hari ke-5 hasilnya buah wortel pertama (yang diolesi larutan
bakteri) menjadi busuk dan terdapat lendir.Sedang yang hanya diolesi dengan
aquades tampak sehat dan tidak mengalami kebusukan.
Inokulasi bakteri secara penetrasi langsung menimbulkan gejala busuk
pada wortel dengan suspensi, wortel dengan perlakuan alkohol menimbulkan
jamur, sedangkan wortel dengan perlakuan air steril juga terdapat jamur.
Inokulasi adalah bagian patogen yang dapat dipindahkan ke suatu infection
dan dapat menyebabkan infeksi. Contoh inokulum, antara lain spora jamur, sel
bakteri, dan lain-lain. Inokulasi artinya memindahkan dari suatu inokulum dari
suatu sumber pada bagin tubuh inangnya (Martoredjo, 1997).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2007. www.edukasi.net/online.htm Diakses 17 Januari 2007 Pukul 11.15


WIB.
Hadioetomo, R. S. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Gramedia. Jakarta.
Jutono. 1973. Dasar-dasar Mikrobiologi untuk Perguruan Tinggi. Fakultas Pertanian
UGM. Yogyakarta.
Martoredjo. 1997. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Andi Offset. Yogyakarta.
Mulyani. 1991. Dasar-dasar Mikrobiologi Tanah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sastrahidayat. 1989. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.
Semangun, Haryono. 1990. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan diIndonesia.
Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Stainer. 1981. Dunia Mikrobiologi 1. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
. 1998.Hama dan Penyakit Tanaman Semusim. Kanisius.Yogyakarta.

You might also like