Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Nama : Deni Kurnia Rahayu
NIM : 2101403005
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
i
media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan.
Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan pada siswa kelas VIII-E
SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes yang meliputi tes siklus I dan tes siklus II.
Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,99 atau sebesar 68,99%. Pada
siklus II meningkat sebesar 10,20% dari rata-rata siklus I yaitu menjadi 79,19.
Peningkatan ini membuktikan keberhasilan pembelajaran menulis petunjuk
dengan penggunaan the real things media melalui pendekatan Pembelajaran Aktif
Kreatif Efektif Menyenangkan. Peningkatan keterampilan menulis petunjuk ini
diikuti dengan perubahan perilaku siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana. Perilaku
siswa mengalami perubahan menjadi lebih baik. Pada siklus II siswa terlihat lebih
antusias mengikuti pembelajaran dan lebih tertarik terhadap pola pembelajaran
yang diterapkan guru. Selain itu, siswa juga terlihat lebih aktif dan bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran.
Saran yang dapat diberikan yaitu: (1) guru mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia hendaknya menggunakan the real things media melalui
pendekatan PAKEM pada pembelajaran menulis petunjuk karena dengan
pembelajaran ini terbukti dapat mendorong siswa untuk aktif berpikir dan
berusaha mengalami serta membangun sendiri pengetahuan dan informasi yang
mengaitkannya ke dunia nyata siswa. Dengan pendekatan Pembelajaran Aktif
Kreatif Efektif Menyenangkan suasana belajar menjadi lebih hidup, aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan serta siswa merasa terhibur ketika mempraktikan
sendiri petunjuk yang mereka buat. Selain itu, penggunaan the real things media
dalam pembelajaran menulis petunjuk merupakan alternatif pembelajaran yang
menyenangkan. Hal ini dikarenakan siswa mendapat pengetahuan dan
pengalaman yang utuh, lengkap, dan langsung yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan dari hasil menemukan
sendiri gambaran kenyataan sepenuhnya. Hal ini menyebabkan tidak
menimbulkan kesan yang salah terhadap petunjuk yang ditulis. Siswa dapat
menuliskan urutan yang benar sesuai pengalaman yang diperolehnya lewat belajar
melalui berbuat di dalam kelas. Jadi kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam
menulis petunjuk seperti tata urutan penulisan tidak terbalik lagi, petunjuk jelas,
tidak mengalami hambatan dalam menuangkan ide, serta pengetahuan dan
pengalaman didapat langsung dalam pembelajaran menulis petunjuk. Pengalaman
belajar seperti ini mungkin tidak biasa terjadi di kelas-kelas konvensional; dan (2)
para peneliti dalam bidang pendidikan maupun bahasa, dapat melakukan
penelitian lanjutan dari penelitian ini dengan pola pembelajaran yang berbeda
untuk mengembangkan khazanah ilmu bahasa dan meningkatkan kualitas
pendidikan bangsa Indonesia.
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi.
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
Ketua, Sekretaris,
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. What God knows about me is more important than what people think about
me (Apa yang Tuhan ketahui tentang aku merupakan hal yang lebih penting
3. Hidup adalah gema dari dirimu sendiri. Ia akan mengembalikan padamu apa
menyayangiku.
2. Ayah dan ibu, yang senantiasa berdoa lahir dan batin, sebagai lentera
4. Alm. H.T. Soleman, Eyang kakungku yang semangatnya masih tetap hidup.
vi
PRAKATA
Segala puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas karunia, hidayah, dan lindungan-Nya karena
dengan judul Peningkatan Kompetensi Menulis Petunjuk melalui the Real Things
pada Siswa Kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kebupaten Brebes Tahun Ajaran
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, motivasi, dan fasilitas yang
diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Rustono, M.Hum., dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
skripsi ini;
2. Drs. Mukh Doyin, M.Si., ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
vii
5. Dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
6. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru bahasa Indonesia kelas VIII-E,
dan siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1 Kersana Kabupaten Brebes, yang telah
7. Mas Burhan Untoro Dwi Putra, yang selalu memberi semangat dan dorongan
8. Sahabat-sahabatku: Kaozal, 3Angels (Rina, Iin, & Deden), Virna, Indah Nur
Ikhsani, Dewi Nurul, Vita, F4 (Ice Tea, Pinky, Itha, Artin), Asoy Geboy (Idol,
Sayur, Yati, Ade); terima kasih atas energi, waktu, dan keindahan yang
9. Teman-teman PBSI angkatan ’03 (kelas reguler), genk Kisyut (KKN desa
10. Semua pihak dan instansi yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang
Penulis
viii
DAFTAR ISI
SARI................................................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii
PERNYATAAN............................................................................................... v
PRAKATA....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
ix
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
(PAKEM) ................................................................................................ 40
x
2.2.5 Penerapan Pendekatan PAKEM melalui the Real Things Media
Media ....................................................................................................... 61
3.3.1.1 Perencanaan.......................................................................................... 63
3.3.1.2 Tindakan............................................................................................... 64
3.3.1.3 Observasi.............................................................................................. 65
3.3.2.1 Perencanaan.......................................................................................... 67
3.3.2.2 Tindakan............................................................................................... 67
3.3.2.3 Observasi.............................................................................................. 68
xi
3.4.1 Tes ........................................................................................................... 70
3.5.2.4 Wawancara........................................................................................... 76
xii
4.1.1.3 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Keefektifan Kalimat .................... 89
4.1.1.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda
Baca...................................................................................................... 91
4.1.4.1 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Kejelasan Petunjuk ...................... 119
4.1.4.2 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tata Urutan Petunjuk................... 121
4.1.4.3 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Keefektifan Kalimat .................... 123
4.1.4.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda
Baca....................................................................................................... 126
4.1.4.6 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Tampilan Petunjuk ...................... 130
xiii
4.1.5.1 Hasil Observasi .................................................................................... 132
BAB V PENUTUP
xiv
DAFTAR BAGAN
xv
DAFTAR TABEL
xvi
Tabel 26 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Kejelasan
Petunjuk......................................................................................... 120
Tabel 27 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Kejelasan
Petunjuk......................................................................................... 120
Tabel 28 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Tata Urutan
Petunjuk......................................................................................... 121
Tabel 29 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Tata Urutan
Petunjuk......................................................................................... 122
Tabel 30 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Tata
Urutan Petunjuk............................................................................. 122
Tabel 31 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Keefektifan
Petunjuk......................................................................................... 124
Tabel 32 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Keefektifan
Petunjuk......................................................................................... 124
Tabel 33 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek
Keefektifan Petunjuk..................................................................... 125
Tabel 34 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca ............................................................................. 126
Tabel 35 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek
Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca............................................... 127
Tabel 36 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek
Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca............................................... 127
Tabel 37 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Kesesuaian
Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk....................... 128
Tabel 38 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Kesesuaian Bahasa
yang Digunakan dengan Petunjuk................................................. 129
Tabel 39 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek
Kesesuaian Bahasa yang Digunakan dengan Sasaran Petunjuk.... 130
Tabel 40 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Aspek Tampilan
Petunjuk......................................................................................... 130
Tabel 41 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Aspek Tampilan
Petunjuk......................................................................................... 131
Tabel 42 : Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Aspek Tampilan
Petunjuk......................................................................................... 131
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR DIAGRAM
xix
DAFTAR LAMPIRAN
xx
BAB I
PENDAHULUAN
kemampuan menulis selalu terakhir, tidak berarti menulis tidak penting, berarti,
dan berperan seperti dalam pepatah dalam bahasa Inggris “ the last but not the
least”.
adalah kemampuan bahasa yang relatif paling mudah dan disusul dengan
kemampuan yang agak sukar, yaitu kemampuan berbicara. Setingkat lebih sukar
lagi yaitu kemampuan membaca dan yang paling sukar adalah kemampuan
menulis.
berbahasa sangatlah dibutuhkan bagi setiap orang, terutama bagi kaum pelajar.
Kegiatan ini tidak hanya diperlukan pada saat mengenyam pendidikan saja
1
2
melainkan lebih dari itu bahwa menulis sangat penting untuk kehidupan
menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dipelajari siswa dari
tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Bahkan, pada
saat menempuh pendidikan tingkat SMP dan SMA, siswa diwajibkan menyusun
karya tulis, makalah, maupun tugas akhir sebagai syarat kelulusan atau syarat
mengikuti ujian akhir nasional. Tidak jarang pula dijumpai adanya ajang
penggalian potensi kreativitas siswa melalui karya tulis siswa tingkat SMP dan
SMA. Kondisi ini menampakkan adanya posisi penting dari kegiatan menulis.
dengan terus-menerus dalam waktu yang cukup lama. Dengan demikian, wajar
jika dikatakan bahwa menciptakan iklim budaya tulis akan mendorong seseorang
menjadi lebih kreatif, aktif, dan cerdas. Hal ini dapat terjadi karena untuk
hal-hal yang sederhana, seperti memilih kata, merakit kalimat, sampai ke hal-hal
dan melaksanakan sesuatu dipandu oleh petunjuk tertulis agar aktivitas tersebut
3
bagaimana sesuatu harus dilakukan. Petunjuk dibagi atas petunjuk lisan dan
petunjuk tertulis.
dalam Depdiknas (2004:40-41) syarat pembuatan petunjuk yang baik antara lain
sebagai berikut: (1) jelas, artinya tidak membingungkan dan mudah diikuti; (2)
logis, artinya antara urutan yang satu dan berikutnya haruslah berhubungan secara
praktis dan logis, dalam arti tidak menimbulkan kesalahan langkah; dan (3)
dipenuhinya ketiga syarat tersebut suatu petunjuk yang ditulis akan komunikatif
standar kompetensi terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa yaitu
membuat sesuatu. Indikator dan meteri pokok tersebut dapat dikembangkan oleh
observasi, masih ada sebagian besar siswa kelas VIII SMP 1 Kersana bermasalah
dalam bidang tulis-menulis. Masalah tersebut berasal dari faktor guru, siswa,
Adapun latar belakang secara umum diadakan penelitian ini, yaitu: (1)
sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya; (2) dalam pelajaran menulis
petunjuk siswa kesulitan menuangkan ide karena guru kurang dapat memberikan
stimulus yang merangsang daya pikir siswa (dalam hal ini guru tidak
siswa terhadap materi yang disampaikan; (4) guru cenderung mangabaikan aspek
afektif dan aspek psikomotor; dan (5) hasil tulisan siswa kurang variatif dan
kelas.
isi (content transmission); (3) aspek afektif cenderung terabaikan; dan (4) guru
5
tulisan; (2) siswa kurang memiliki minat dalam pelajaran menulis; (3) siswa
menjadi siswa yang mandiri; (2) sekolah masih dalam tahap belajar, penyesuaian,
untuk kompetensi dasar menulis petunjuk belum ada; (3) minimnya koleksi buku
mengalami krisis dalam bidang ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang
pendidikan yaitu writing crisis. Hal ini sejalan dengan pendapat Djago Tarigan
mengajar. Pada umumnya kurang dalam variasi, tidak merangsang, dan kurang
pula dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa dilaksanakan oleh guru. Murid
6
mengarang bagi kelanjutan studi mereka. Hal itu sejajar dengan pandangan siswa
terhadap pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri. Pada umumnya, siswa terlalu
bahasa Indonesia.
Brebes dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih belum mampu menulis
petunjuk dengan baik. Dari hasil wawancara dengan siswa kelas IX yang pernah
mendapat pelajaran menulis petunjuk, ternyata banyak siswa yang mengeluh jika
dengan struktur yang baik dan benar , sistematika penulisan sering terbalik dan
kurang logis, bahasanya belum efektif, kejelasan petunjuk masih kurang, serta
rawan. Hal ini disebabkan siswa mengalami beberapa kesulitan dalam menulis
tertulis dengan asal membuat saja tanpa memperhatikan keefektifan kalimat dan
tata urutannya. Membuat petunjuk tertulis ternyata dianggap sukar oleh siswa. Hal
ini dapat peneliti lihat dari hasil penulisan petunjuk yang kurang kreatif dan
7
cenderung sama dengan hasil penulisan petunjuk siswa lain, walaupun sudah
diberikan kebebasan dalam tema penulisan. Hal ini menyebabkan guru bahasa
Tidak hanya itu, siswa juga terlalu menganggap remeh mata pelajaran
menyusun petunjuk tertulis. Untuk itulah, setiap guru hendaknya lebih kreatif dan
kevariatifan tersebut, maka akan tercipta pembelajaran yang kondusif dan tidak
Masih ada sebagian besar siswa dalam membuat petunjuk tertulis masih
mencontek hasil pekerjaan siswa lain. Hampir semua isi dan kalimat-kalimat yang
8
dituangkan dalam petunjuk tertulis, sama. Hal ini dikarenakan ketika pemelajaran
menulis, guru kurang memantau kondisi siswa yang sebenarnya, dan malah guru
menganggap serius mata pelajaran bahasa Indonesia, hasil yang mereka peroleh
pun kurang maksimal karena siswa membuat petunjuk berdasarkan dari hasil
pemelajaran menulis petunjuk siswa kelas VIII SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes
masih memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba
pada kemampuan menulis petunjuk ini digunakan di kelas VIII-E SMP 1 Kersana
kelas tersebut kemapuan menulis siswa masih rendah. Siswa kurang mampu
Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil yang diperoleh siswa pada keterampilan
menulis yang masih kurang optimal. Selain itu, siswa kelas VIII-E adalah siswa
9
kelas lainnya. Siswa di kelas tersebut suka membuat gaduh dan tidak
the real things media, diambil peneliti untuk mengoptimalkan kemampuan siswa
menggunakan benda-benda nyata atau makhluk hidup (real life material) dalam
para siswa akan lebih banyak belajar; dan (2) siswa akan lebih terkesan dalam
pembelajaran.
macamnya, mulai dari benda atau mahluk hidup seperti binatang dan tumbuh-
tumbuhan, juga termasuk benda-benda mati misalnya batuan, air, tanah, dan lain-
Menurut Gerlach and Ely (1980:376), real things are things stimuli
presented to pupils by means of field trips or by bringing people or things into the
siswa, siswa harus lebih dominan dan aktif serta terlibat sebanyak mungkin dalam
berlangsung secara alamiah dalam bentuk siswa terlibat langsung dalam berbagai
penekanan pada belajar melalui berbuat. Siswa mengalami sendiri apa yang
menjadi objek kajiannya dan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke
siswa. Dalam hal ini Keaktifan dan kekreatifan siswa akan sangat terlihat. Tidak
sekadar aspek kognitif dan psikomotorik saja yang cenderung dilibatkan dalam
pendekatan PAKEM, tapi juga aspek afektif. Dengan demikian, pengetahuan yang
tersebut di atas maka, tampak jelas adanya beberapa masalah yang ada di SMP 1
Faktor dari siswa, yaitu sebagai berikut: (1) kurangnya motivasi siswa
siswa kesulitan menuangkan ide karena guru kurang dapat memberikan stimulus
yang merangsang daya pikir siswa (dalam hal ini guru tidak menggunakan media
pembelajaran); (3) hasil tulisan siswa kurang variatif dan maksimal karena siswa
Faktor guru, yaitu; (1) guru masih menuntun proses pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan; (2) guru kurang kreatif dan variatif dalam
satu arah; (3) bahan pembelajaran yang dikembangkan lebih banyak bersifat
teoritis; (4) kurang pemantauan kondisi siswa (controling) saat siswa melakukan
transmission); (8) aspek afektif cenderung terabaikan; (9) pengajar masih banyak
mereduksi teks acuan yang ada dengan harapan agar tidak salah langkah; (10)
guru jarang dalam memberikan pengukuhan langsung terhadap hasil kerja siswa;
13
(11) perangkat pembelajaran tidak dikembangkan sendiri oleh guru tetapi hanya
Faktor kurikulum, yaitu; (1) Sekolah sudah melaksanakan KBK (kelas VII
dan VIII, sedangkan kelas IX belum), tapi masih dalam tahap belajar,
karena dianggap terlalu rumit dan membingungkan; (4) banyak siswa mengeluh
KD menulis petunjuk belum ada; (3) minimnya koleksi buku tentang menulis,
tingkat SMP; (3) kurang adanya dorongan dari lingkungan keluarga dan
banyak masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Dalam hal ini peneliti akan
real things media agar dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis
petunjuk, dan agar siswa tidak merasa bosan, jenuh, dan terlibat penuh dalam
proses pembelajaran.
petunjuk?
petunjuk.
1. Manfaat Teoretis
Menyenangkan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa; (1) untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar menulis
siswa.
16
menulis siswa.
BAB II
sebelumnya sangatlah jarang. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti
mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam
penelitian ini. Peninjauan pada penelitian lain dapat dijadikan sebagai bahan
acuan dalam penelitian ini. Peninjauan pada penelitian yang lain sangat penting
masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti. Hal ini terbukti dengan
Setyorini (2005).
17
18
bertanya. Skor rata-rata kelas pada tahap prasiklus sebesar 50,37. Pada siklus I
skor rata-rata kelas meningkat sebesar 15,54 menjadi 65,91. Pada siklus II skor
dilakukan oleh peneliti adalah adanya kesamaan tujuan yaitu ingin mengantarkan
siswa pada bentuk pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Siswa diajak
2004/2005 menyimpulkan bahwa: (1) ada perbedaan rerata nilai secara signifikan
Bernadus Semarang. Hal ini dapat dilihat pada data hasil N=44 dengan taraf
signifikan 1%, harga t=2,704, sehingga data hasil t test=19,94 signifikan. Mean
19
pretest=6,6 dan mean post-test=7,6. Berarti ada perubahan rerata nilai pretest dan
rerata nilai post-test untuk taraf signifikan 1%; dan (2) perubahan observasi
observasi, dapat diketahui bahwa situasi dan kondisi jenuh, lelah, serta bosan
petunjuk.
Kemala Bhayangkari 22 Kabupaten Batang. Hal ini dapat dilihat dari perolehan
rata-rata nilai pada siklus I yang mengalami peningkatan pada siklus II. Adanya
perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II yang bersifat positif. Siswa
sudah tidak merasa takut ataupun malu lagi untuk bercerita di depan kelas.
20
Pemahaman siswa terhadap isi cerita menjadi lebih baik karena mereka dapat
melihat secara langsung objek yang dijadikan tokoh dalam cerita sehingga ketika
diminta untuk mengungkapkan kembali isi cerita, siswa tidak terlalu kesulitan.
Seluruh siswa menyukai media panggung boneka yang digunakan sebagai media
menulis petunjuk.
Sastra, dan Pengajarannya edisi 1 April 2005 yang berjudul “Penerapan Model
bahwa terdapat suatu perbedaan yang signifikan dan terdapat peningkatan seluruh
umum model belajar kontruktivisme dapat diterima oleh siswa sebagai suatu
21
perlu latihan adaptasi lebih dahulu untuk dapat belajar mandiri dalam
mengontruksi pengetahuannya.
VIIIC MTs. Al-Asror Patemon Gunung Pati Semarang Tahun Ajaran 2005/2006
menulis petunjuk. Skor rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan sebesar 46,77.
Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 10,23% dengan nilai rata-rata sebesar
60,48 atau 13,17% dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 10,23% dengan
nilai rata-rata sebesar 70,71. Peningkatan kemampuan menulis petunjuk siswa ini
diikuti pula dengan perubahan perilaku siswa dari perilaku negatif berubah
peneliti juga menggunakan the real things media sebagai upaya meningkatkan
Beberapa konsep yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini yaitu
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
23
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Selain itu, Tarigan (1993:21) juga
lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa melakukan kegiatan itu dalam
Writing is a progressive activity. This means that when you first write
something down, you have already been thinking about what you are going to
say and how you are going to say it. Then after you have written and make
changes and corrections. Therefore, writing is never a one-step action; it is a
process that has several steps
ketika kali pertama menulis sesuatu, kamu telah berpikir tentang apa yang akan
menyelesaikan menulis, kamu baca apa yang telah kamu tulis dan lakukan
perubahan serta koreksi. Maka dari itu, menulis bukanlah tindakan satu langkah,
ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan).
Gagasan atau pesan yang akan disampaikan bergantung pada perkembangan dan
yaitu penyajian bahan ajar harus dimulai dari yang mudah ke yang sedang, dan
dari yang sedang ke yang sukar, dari yang sudah diketahui ke yang belum
Menurut Gie (2002:3) tidak ada perbedaan arti dari kata ‘mengarang’ dan
‘menulis’. Baginya dua kata itu adalah kata sepadan yang artinya sama.
untuk dipahami.
merumuskan kata menulis yang mempunyai dua arti, yaitu: (1) menulis berarti
mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat; (2)
Menulis adalah suatu proses penuangan ide atau gagasan dalam bentuk paparan
gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan. Selain komponen
konteks dan penggunaan ejaan. Hal ini sesuai dengan objek penelitian ini yaitu
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis setelah
penulis (the writer’s intention) adalah ‘respons atau jawaban yang diharapkan
dalam penelitian ini mengacu pada tujuan yang dikemukakan oleh Hugo Hartig
dan Sujanto disesuaikan dengan penelitian ini yaitu menulis petunjuk. Sedangkan
arti dari petunjuk itu sendiri adalah ketentuan memberi arah atau bimbingan
Pada prinsipnya fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang
tidak langsung.
Ada beberapa fungsi dari menulis yaitu: (1) menolong kita berpikir secara
kritis; (2) memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan;
(3) memperdalam daya tanggap atau persepsi kita; (4) memecahkan masalah-
masalah yang kita hadapi; (5) menyusun urutan bagi pengalaman; dan (6)
dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita (D’Angelo dalam
Tarigan 1993:22).
27
berikut.
(1) untuk tindakan: tanda-tanda di tempat umum, seperti rambu lalu lintas,
label produk dan instruksi, seperti pada alat-alat rumah tangga, menu
makanan, buku telpon, surat pemilihan umum, manual komputer. Singkatnya
untuk kontak sosial; (2) untuk informasi: surat kabar dan majalah, buku-buku
nonfiksi, iklan, pamflet politis, laporan ilmiah, dan buku petunjuk; dan (3)
untuk hiburan: majalah hiburan, buku fiksi, puisi dan drama, feature surat
kabar, keterangan film, dan permainan, termasuk permainan komputer.
dalam penelitian ini mengacu pada fungsi yang dikemukakan oleh D’angelo
(dalam Tarigan 1993:22) dan Triyanto yaitu menyusun urutan bagi pengalaman
serta tindakan. Hal ini dikarenakan pendapat mereka sesuai dengan tema
penelitian ini yaitu menulis petunjuk. Adapun syarat sebuah petunjuk adalah jelas,
logis, dan singkat. Logis disini mengandung maksud yang sesuai dengan pendapat
pemahaman yang baru atau yang lebih mendalam tentang hal yang ditulisnya itu.
kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri (a tool to help developing personal
satisfaction, pride, and feeling of self-worth), artinya rasa bangga, puas, dan harga
penerimaan yang pasrah (a tool for active involvement, not passive acceptance),
and ability to use the language), artinya kegiatan mengarang bermanfat membantu
Tujuh manfaat menulis, yaitu: (1) kegiatan menulis adalah sarana untuk
menemukan sesuatu, dalam artian dapat mengangkat ide dan informasi yang
29
ada di alam bawah sadar pemikiran kita; (2) kegiatan menulis dapat
memunculkan ide baru; (3) kegiatan menulis dapat melatih kemampuan
mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita milki;
(4) kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri
seseorang; (5) kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih
memecahkan beberapa masalah sekaligus; dan (7) kegiatan menulis dalam
sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak
hanya menjadi penerima informasi. (Horiston dalam Darmadi 1996:3-4).
dalam penelitian ini mengacu pada manfaat menulis yang dikemukakan oleh
Bernard (dalam Gie 2002:21-22) yaitu sebagai suatu sarana untuk pemahaman (a
tool for understanding). Maksudnya, petunjuk dibuat dengan tujuan agar jelas,
Bernard, tidak sesuai dengan tema penelitian ini. Bernard lebih memfokuskan
Menulis dapat dikatakan sebagai kegiatan tunggal jika yang ditulis ialah
sebuah karangan yang sederhana, pendek, dan bahannya sudah siap di kepala.
Pada dasarnya kegiatan menulis adalah suatu proses. Ini berarti bahwa kita
melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap
penulisan, dan tahap revisi.
30
Tahap-tahap menulis pada langkah pertama yaitu: (1) menentukan topik, ini
berarti bahwa kita menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan; (2)
macamnya, berapa luasnya, dan dari mana diperoleh. Yang dimaksud dengan
bahan penulisan ialah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk
Langkah kedua adalah tahap penulisan. Pada tahap ini membahas setiap
butir topik yang ada di dalam kerangka yang disusun. Ini berarti bahwa kita
kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian, sehingga selesailah buram (draft) yang
pertama.
Langkah ketiga adalah tahap revisi. Pada tahap ini biasanya kita meneliti
secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata,
kalimat, paragraf, pengetikan, catatan kaki, dan daftar pustaka. Jika tidak ada lagi
Sementara itu, Fransesco Cordasco dan Elliot S.M. Gatner (dalam Gie
yaitu pertama, pengumpulan bahan, meliputi: (a) pemilihan suatu pokok soal, (b)
persiapan daftar bacaan sementara; (d) persiapan garis besar atau kerangka
terhadap pokok soal; (b) pembuatan garis besar karangan yang pasti; (c)
pembuatan naskah yang pertama; (d) penulisan kembali dan penyempurnaan; (e)
pembuatan daftar bacaan yang pasti; (f) penulisan naskah dalam bentuknya yang
terakhir.
kegiatan latihan sebelum menulis; (c) mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan
mereka tulis; (d) mengidentifikasi tujuan menulis; (e) memilih bentuk tulisan
yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan.
telah dipersiapkan pada tahap pramenulis; dan (b) lebih menekankan isi daripada
tata tulis, maksudnya penulisan lebih ditekankan pada pencurahan gagasan dan
Tahap ketiga yaitu tahap merevisi, meliputi: (a) berbagai tulisan dengan
dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik dari pengajar maupun teman; (d)
membuat perubahan yang substansi pada draft pertama dan draft berikutnya,
kesalahan bahasa tulis sendiri, mulai dari penggunaan ejaan, pilihan kata,
tata tulis yang meliputi kaidah penulisan paragraf, penulisan judul, penomoran,
kaidah pengutipan, dan kaidah-kaidah lain yang diatur secara teknis; (c)
mengoreksi dan menata kembali isi tulisan, baik dari segi sistematika, kelogisan,
ketajaman pembahasan, dan kelengkapan isi; dan (d) berbagi dengan teman untuk
(memajang) tulisan dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau (b) berbagai
tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan dalam forum
tahap manulis mengacu pada pendapat Akhadiah dan Wagiran, yaitu (1) tahap
prapenulisan; (2) tahap penulisan; dan (3) tahap revisi. Hal ini dikarenakan
pendapat mereka sesuai dengan perencanaan dan tindakan dalam penelitian ini,
yaitu tahap prapenulisan dengan proses eksplorasi data (benda), tahap penulisan
yaitu dengan proses penuangan pikiran dengan membuat tiga jenis petunjuk, dan
memberikan respons yang diinginkan oleh sang penulis terhadap tulisannya, maka
Adapun ciri-ciri penulisan yang baik menurut Adelstein dan Pival (dalam
ciri-ciri tulisan yang baik seperti: (1) jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau
ide anda; (2) jelas: jangan membingungkan para pembaca; (3) singkat: jangan
sebagai berikut.
sebagai berikut.
penulisan yang baik, adalah: (1) jujur (tidak memalsukan ide); (2) jelas (tidak
bervariasi (mempunyai panjang kalimat yang beraneka ragam); (5) runtut; (6)
padu; dan (7) menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal ini sesuai dengan
35
syarat-syarat petunjuk yang baik yaitu jelas, logis, dan singkat. Jelas maksudnya
menulis kebahasaan pada siswa kelas VIII SMP/MTs.. Dalam standar kompetensi
dasar tersebut terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa yaitu
membuat sesuatu.
arah atau bimbingan bagaimana sesuatu harus dilakukan. Petunjuk dibagi atas
petunjuk”.
gagasan, pikiran, dan perasaan dalam bentuk tulisan yang bertujuan untuk
lain dengan baik dan benar. Petunjuk yang baik haruslah komunikatif dan mudah
dipahami.
Petunjuk harus singkat agar mudah diingat. Petunjuk harus pula tepat agar
tidak terjadi kesalahan menangkap atau memahami isi petunjuk. Dekat dengan
ketepatan, petunjuk harus tegas sehingga tidak meragukan orang yang
menggunakan petunjuk itu. Petunjuk yang singkat, tepat, tegas serta harus
menunjang kejelasan. Pada akhirnya petunjuk itu harus memberikan kejelasan
bagi para pemakainya.
Mengacu pada ketiga ciri di atas, Depdiknas (2004:35) secara ringkas juga
telah memberikan beberapa pedoman untuk menilai hasil petunjuk tertulis siswa,
(1) petunjuk itu harus jelas sehingga dapat diikuti dengan baik; (2) langkah-
langkah dalam petunjuk harus urut; (3) ejaannya harus benar; (4) kata-kata
yang digunakan harus hemat dan menggunakan kalimat efektif; (5) bahasa
yang digunakan harus sesuai dengan sasaran petunjuk; (6) tampilan petunjuk
harus menarik; dan (7) model tulisan yang dipilih harus jelas. Namun, dalam
penelitian ini tidak semua pedoman digunakan. Pedoman 1-6 saja yang
digunakan karena dianggap lebih mengacu pada tata grafis sehingga kurang
mendukung penilaian kemampuan menulis petunjuk siswa.
menulis petunjuk yang baik adalah mengacu pada persyaratan yang dirumuskan
Depdiknas yaitu petunjuk harus jelas, logis, dan singkat. Hal ini dimaksudkan
agar petunjuk, baik tulis maupun lisan, dapat digunakan dengan tepat tanpa terjadi
kesalahan mengkap isi petunjuk. Bila ketiga syarat tersebut dapat dipenuhi, maka
terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan”.
pengertian “kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas
klausa”. Batasan kalimat menurut Ramlan (dalam Atmawati 2004:1) yaitu “satuan
38
gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun
maupun naik”.
pengertian kalimat adalah suatu ujaran yang mengungkapkan pikiran yang utuh
bahwa kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut.
(1) secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis;
(2) sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pemikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang dipikirkan pembicara atau penulis.
Widyamartaya menambahkan, adapun ciri-ciri kalimat efektif, yaitu: (1)
mengandung kesatuan gagasan, artinya setiap kalimat mengandung satu ide
pokok; (2) mewujudkan koherensi yang baik dan kompak, maksudnya
koherensi adalah pertautan antara unsur-unsur yang membangun kalimat dan
alinea; (3) merupakan komunikasi yang berharkat, artinya daya, tenaga,
kekuatan; (4) memperhatikan paralelisme (kesejajaran), yaitu penggunaan
bentuk gramatikal yang sama untuk unsur-unsur kalimat yang sama fungsinya;
(5) diwarnai kehematan; maksudnya tidak memubazirkan kata-kata
(pemborosan kata); (6) didukung variasi, artinya variasi kalimat-kalimat yang
membangun paragraf atau alinea; (7) dibantu pemakaian EYD; dan (8)
berdasarkan pilihan kata yang baik, maksudnya dalam komunikasi berbahasa
harus didasari/konsientiasi kata kesadaran akan seluk-beluk kata dan
kemahiran memilih-milih kata.
(1) kesepadanan dan kesatuan; (2) kesejajaran bentuk; (3) penekanan; (4)
kehematan dalam mempergunakan kata; dan (5) kevariasian struktur kalimat.
Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kemampuan struktur bahasa dalam
mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepaduan pikiran.
Sementara itu, kesatuan menunjukkan bahwa pada umumnya dalam sebuah
kalimat terdapat satu ide atau gagasan yang hendak disampaikan serta
komentar atau penjelasan mengenai ide tersebut. Kesejajaran (paralelisme)
dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama atau konstruksi
bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah gagasan
39
(ide) dalam suatu kalimat dinyatakan dalam frase (kelompok kata), maka
gagasan-gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dalam frase.
Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian
kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan
ini menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Sementara itu, kevariasian
yang ada berupa kevariasian yang digunakan untuk menghindarkan suasana
monoton dan rasa bosan pembaca sehinga suatu paragraf dalam tulisan
memerlukan bentuk, pola, dan jenis kalimat yang bervariasi.
menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa
efektif adalah kalimat yang mengandung satu kesatuan yang utuh sehingga
mampu menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang
mengandung ciri-ciri sebagai berikut: (1) jelas; (2) ringkas; (3) adanya koherensi
yang baik antarkalimat atau anatarparagraf; (4) bervariasi; dan (5) pemakaian
EYD dan bahasa baku yang baik dan benar. Hal ini sesuai dengan syarat-syarat
petunjuk yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini, yaitu petunjuk harus jelas,
(PAKEM)
empat pilar pendidikan yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar
Selanjutnya pesan A. Malik Fajar (dalam Seksi Kurikulum 2003:2) bahwa “secara
menguatkan daya pikir siswa yang berpedoman pada tujuan, sehingga KBM akan
bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika siswa “mengalami” apa yang dipelajarinya,
Pendekatan berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
41
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif siswa sangat penting
perhatiannya (time on ask) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah
cukup jika proses pembelajarannya tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa
dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif,
menyenangkan bagi siswa. Hal yang penting dalam pembelajaran model PAKEM
harus berpusat pada siswa, siswa harus lebih dominan dan aktif serta terlibat
ide dan gagasan yang tidak harus sama dengan yang telah ada. Keefektifan
sarana, bahan, dan alat yang tersedia. PAKEM harus dapat menciptakan suasana
tidak harus selalu dilaksanakan di dalam kelas tetapi bisa di luar kelas.
sebagai berikut.
menurut Seksi Kurikulum (2003:2-4), yaitu: (1) memahami sifat yang dimiliki
anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi. Kedua
sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap berpikir kritis
dan kreatif; (2) mengenal anak secara perorangan, artinya anak bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM, semua anak di dalam kelas
tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan
sehingga belajar anak menjadi optimal; (3) memanfaatkan perilaku anak dalam
masalah. Oleh karena itu, tugas guru mengembangkannya antara lain dengan
Dengan demikian, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik
dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain; (6) memanfaatkan lingkungan sebagai
tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar; (7)
balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru
siswa; (8) membedakan aktif fisik dan aktif mental, aktif mental lebih diinginkan
daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan
berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut; seperti takut
tersebut.
Kedua, memilih alat dan bahan. Dalam memilih alat dan bahan
pembelajaran itu dapat berhasil, yaitu jika: (1) mudah dan menarik; (2) mudah
diperoleh: (3) tidak membahayakan; (4) sesuai dengan tujuan; (5) dapat
dipergunakan dan bermakna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan (6) dari
dan dapat dilksanakan sesuai dengan lingkungan dan kondisi yang berbeda serta
bermakna.
bernuansa PAKEM tidak terlalu terikat oleh alokasi waktu yang kaku. Karena
46
terdapat keseimbangan dalam pengaturan waktu dari kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir. Sebaiknya alokasi waktu terbanyak disediakan dalam kegiatan
inti untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat, berpikir, dan
dilakukannya.
Kelima, catatan pada bahan ajar. Bahan ajar yang disusun adalah bahan
ajar yang singkat, tetapi harus jelas, sehingga catatan perlu ditulis pada bahan ajar,
jika pada langkah pembelajaran terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan
menginformasikan hal yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran dari awal
pengayaan serta sebagai bahan tindak lanjut. Di samping itu dapat menjadi bukti
47
dapat berpartisipasi secara optimal dalam seluruh proses belajar mengajar; (3)
secara optimal; (4) setiap siswa mempunyai kemampuan, cara dan irama belajar
sendiri-sendiri yang harus diperhatikan orang tua; (5) guru lebih banyak berperan
kecenderungan sebagai pusat segalanya dalam proses belajar mengajar; (6) pokok
siswa. Ini berarti bahwa hal-hal itu merupakan hal yang dapat memenuhi
hubungan yang akrab antara guru dengan siswa dan antar sesama siswa; (8)
atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerima (receiver). Dalam
dunia pengajaran, biasanya pesan atau informasi yaitu guru, sedangkan penerima
(1) secara umum, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang
sebagai penyebar ide/gagasan sehingga ide/gagasan itu sampai pada penerima;
(2) medium yang paling utama dalam komunikasi sosial manusia adalah
bahasa; (3) media pendidikan adalah media yang penggunaanya diintegrasikan
dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu
mengajar dan belajar; (4) perbedaan istilah media pendidikan dengan
teknologi pendidikan adalah teknologi merupakan perluasan konsep tentang
media. Teknologi bukan sekadar benda, alat, atau bahan. Dalam istilah
teknologi tersimpul sikap, perbuatan, organisasi, dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan ilmu dan teknologi industri dalam proses
pendidikan. Dalam konsep ini, tersimpul sikap dan tindakan inovatif yang
menjadi watak dari ilmu dan teknologi tersebut.
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pengajaran atau sarana fisik untuk
(1) ditinjau dari segi isi (content) ide atau pesan (message) yang diajarkan,
kegunaan media adalah menyajikan hal-hal yang secara biasa tidak dapat
disajikan karena berbagai sebab, misalnya terlalu luas, besar, sempit, kecil,
berbahaya, kompleks, sudah lampau atau belum terjadi; dan hanya dapat
diperlihatkan dalam keadaan bergerak; (2) ditinjau dari jumlah penerimanya
(siswa, publik, dan sebagainya), media bermanfaat untuk menghubungi orang
banyak jauh lebih banyak daripada disebarkan tanpa media; (3) unsur waktu.
Melalui media, banyak ide dapat disebarkan dengan cepat, bahkan beberapa
saat setelah terjadinya peristiwa; (4) hubungannya dengan unsur psikologis
dari penerima. Media yang baik dapat menambah kesan dramatik atau realistik
sehingga orang yang menerimanya lebih menaruh perhatian, percaya, atau
lebih tergetar emosinya.
adalah sebagai berikut: (1) menarik perhatian siswa terhadap materi yang
disajikan; (2) bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran
yang lebih baik; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru; dan (4) siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan uraian guru,
lain.
manfaat media, yaitu sebagai berikut: (1) menurut Gagne (1997), media adalah
salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Di dalamnya tercakup segala
50
peralatan fisik pada komunikasi, seperti buku, modul, komputer, slide, dan tape
Gerlach dan Ely (1980) untuk berpendapat bahwa media pendidikan adalah grafik,
mempunyai dua segi yang tak terpisahkan antara satu dan lainnya, yaitu
media mengacu pada pendapat Sudjana dan Rivai, yaitu: (1) menarik perhatian
siswa terhadap materi yang disajikan; (2) bahan pelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan
siswa menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik; (3) metode mengajar akan
lebih bervariasi; dan (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Hal ini
sesuai dengan manfaat media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu manfaat
siswa, bahan pelajaran jelas sehingga dapat dipahami. Selain itu, manfaat media
dalam penelitian ini adalah untuk membantu siswa dalam menulis ketiga jenis
petunjuk sambil mempraktikan langsung agar tidak terjadi salah langkah bukan
proses belajar mengajar, sebagai berikut: (1) ada berbagai macam media yang
ada perbedaan karakteristik setiap media; (4) ada perbedaan pemakaian media
tersebut; dan (5) ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media dipergunakan.
pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media
digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran; (2)
alat untuk mengangkut atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Guru dapat menempatkan
media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa; (3) sumber belajar
bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari
para siswa baik individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak
(riil) memilki beberapa kelebihan, yaitu: (1) siswa akhirnya akan memiliki
Gerlach and Ey (1980:376) conclude that real things are things stimuli
presented to pupils by means of field trips or by bringing people or things into
the school for direct observation.
The term real things can be interpreted as any substances which play an
important role in teaching and learning processes. They help students to
master the material which is presented by the teacher more easily.
52
berperan penting dalam proses belajar dan pembelajaran. Benda-benda nyata itu
membantu siswa untuk menguasai pelajaran yang diajarkan oleh guru dengan
mudah.
benda nyata atau makhluk hidup (real life material) dalam pengajaran sering kali
paling baik, dalam menampilkan benda-benda nyata tentang ukuran, suara, gerak-
gerik, permukaan, bobot badan, bau serta manfaatnya. Manfaat benda-benda nyata
sebagai media pembelajaran yaitu: (1) para siswa akan lebih banyak belajar; dan
hidup apakah yang mungkin dimanfaatkan di kelas secara efisien; (2) bagaimana
caranya agar semua benda itu bersesuain sekali terhadap pola belajar siswa; dan
macamnya, mulai dari benda atau mahluk hidup seperti binatang dan tumbuh-
tumbuhan, juga termasuk benda-benda mati misalnya batuan, air, tanah, dan lain-
53
sehingga mereka mengenal segala aspek yang berhubungan dengan benda itu,
mereka akan memiliki pengalaman yang lengkap tentang benda tersebut. Dengan
adalah nyata, langsung, dan luas. Itulah sebabnya, maka dunia ini dalam keadaan
senyatanya adalah tempat belajar yang terbaik. Segala sesuatu dapat langsung
ditangkap, diamati, diteliti, dan dipahami: tegasnya, segala sesuatu dapat langsung
diamati.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa the real things
media adalah media perangsang yang berupa benda-benda nyata seperti air, tanah,
binatang atau bahkan narasumber yang dibawa ke dalam kelas. Manfaat benda-
benda nyata sebagai media adalah agar siswa memiliki pengetahuan yang lengkap,
tidak menimbulkan kesan yang salah, tidak salah langkah dengan melihat
atas, maka manfaat media tersebut sesuai dengan manfaat penelitian ini yaitu agar
siswa tidak salah langkah dalam membuat petunjuk dengan cara mempraktikan
2.2.5 Penerapan Pendekatan PAKEM Melalui the Real Things Media dalam
alat bantu dan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Penggunaan the real things media
terhadap petunjuk yang ditulis. Siswa dapat menuliskan urutan yang benar sesuai
penulisan tidak terbalik lagi, petunjuk jelas, tidak mengalami hambatan dalam
yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu tahap mengalami dan meneksplorasi,
kebertahanan informasi dalam pikiran kita. Maksudnya adalah pada tahap ini
pembelajaran melibatkan berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa. Hal
ini akan meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu konsep dan meningkatkan
daya bertahan pemahaman itu (informasi) dalam pikiran siswa. Pada tahap ini
siswa diminta mengamati benda-benda nyata yang telah disediakan. Dari hasil
Tahap kedua adalah berinteraksi dengan teman dan guru. Gagasan yang
antara lain dengan cara merancang kegiatan belajar bagi siswa secara
berkelompok. Tahap ketiga adalah komunikasi. Gagasan yang benar atau salah
baru akan diketahui guru bila siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan
perlu mengetahui gagasan apa yang ada dibenak siswa agar dapat merangsang
gagasan itu salah. Pada tahap ini siswa mempraktikan terlebih dahulu petunjuk
yang akan mereka tulis dengan menggunakan the real things media sebagai
stimulus.
56
kembali apa yang dipikirkan dan dilakukannya agar mereka terlatih menilai diri
sendiri (pikiran dan tindakan) dan tidak tergantung pada orang lain. Pada tahap ini
kemudian dibandingkan dengan hasil tes pertama hingga diangap berhasil sesuai
aktivitas tersebut berjalan dengan baik. Penulisan petunjuk yang baik akan
Oleh karena itu, semakin banyak berlatih menulis petunjuk, maka semakin besar
yang dapat langsung terampil menulis tanpa suatu proses latihan. Kemampuan
menulis teks petunjuk yang baik, dapat dimiliki oleh setiap individu apabila
teknik dalam mengajar. Peneliti dalam hal ini sebagai guru menggunakan the real
Penggunaan the real things media akan menuntut siswa berpikir aktif
menuangkan apa yang ia pikirkan dan ia rasakan. The real things media dapat
membantu siswa untuk mengalirkan secara bebas apapun yang telah tersimpan
didalam pikiran dan perasan siswa. The real things media merupakan media
belajar yang kaya untuk bahan belajar siswa. Penggunaan the real things media
sebagai media pembelajaran akan membuat siswa merasa senang dalam belajar.
Mengalami langsung apa yang sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak
membangun pemahaman dari uraian lisan guru, terlebih lagi bila siswa masih
diminta untuk berpikir secara abstrak (mengingat seperangkat fakta tentang urutan
siswa mengenai isi petunjuk yang dituliskan dapat dilihat dari syarat petunjuk
yang sudah terpenuhi yaitu jelas, logis, dan singkat. Jelas, artinya tidak
58
yang penting saja. Dalam hal ini ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi jika siswa
seharusnya.
Maka dari itu, peneliti menghadirkan the real things media ke dalam kelas
pembelajaran menulis petunjuk adalah dari psikologis siswa, siswa merasa senang
karena pembelajaran seperti itu belum lazim digunakan dalam kelas konvensional,
jadi seolah siswa menemukan suasana baru sekaligus menyenangkan, yang benar-
benar nyata dihadirkan di dalam kelas. Dengan proses mengalami langsung apa
yang sedang dipelajari (dengan mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang akan
dibuat) akan mengaktifkan siswa dan menghindari adanya salah langkah. Adanya
lebih terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif. Pengetahuan yang didapat siswa
pun menjadi lebih bermakna karena siswa mengalami dan menemukan sendiri dan
bukan sekadar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Guru dalam hal ini
hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar
siswanya sehingga pembelajaran yang berlangsung lebih efektif dan efisien. Inilah
(psikomotor) dan kerja otak (kognitif). Secara otomatis perasaan siswa (afektif)
akan mengalami kepuasan karena suasana belajar yang menyenangkan dari proses
kelas.
dengan baik dalam benak mereka, maka guru perlu mengadakan refleksi pada
akhir pembelajaran.
METODE PENELITIAN
siswa kelas VIII-E SMP Kersana Kabupaten Brebes tahun ajaran 2006/2007.
Kelas VIII-E terdiri atas 42 siswa yaitu 24 siswa perempuan dan 18 siswa laki-
laki.
dengan kelas lain, yaitu kelas VIII-A, B, C, D, dan kelas VIII-F, kemampuan
menulis mereka tergolong masih rendah. Sebagian besar siswa kelas VIII-E masih
belum mampu menulis dengan bahasa yang efektif dan menggunakan ejaan serta
tanda baca yang kurang tepat. Serta guru belum menggunakan media
pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam menulis petunjuk. Selain itu, siswa
kelas VIII-E adalah siswa yang paling kurang mampu mengikuti pembelajaran
apabila dibandingkan dengan kelas lainnya. Siswa di kelas tersebut acuh tidak
acuh, suka membuat gaduh, dan tidak berpartisipasi secara aktif saat proses
60
61
dalam menulis suatu petunjuk, yaitu ketentuan-ketentuan yang patut diturut untuk
sesuatu. Hasil yang ditargetkan yaitu siswa mampu menulis petunjuk dengan
urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif. Kemampuan siswa
penggunaan ejaan dan tanda baca, kesesuaian bahasa yang digunakan dengan
kelas ini, siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran menulis petunjuk apabila
alat bantu dan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Penggunaan the real things media
yang salah terhadap petunjuk yang ditulis. Siswa dapat menuliskan urutan yang
benar sesuai pengalaman yang diperolehnya lewat learning by doing di kelas. Jadi
penulisan tidak terbalik lagi, petunjuk jelas, tidak mengalami hambatan dalam
digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu dalam pembelajaran menulis
pembelajaran yang lebih merangsang siswa melalui the real things media untuk
dibutuhkan siswa.
PAKEM menggunakan the real things media ini merupakan penelitian tindakan
kelas (PTK). PTK merupakan bentuk penelitan yang dilakukan oleh pelaku
63
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan atas empat tahap, yakni tahap
Siklus I Siklus II
Perencanaan Perencanaan
Terdapat dua siklus dalam PTK ini. Siklus I dipakai sebagai dasar
perbaikan tindakan pada siklus II. Sementara itu, siklus II bertujuan untuk
pembelajaran (RP) sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Pada tahap ini selain
Instrumen tes berupa perangkat tes, yaitu soal dan pedoman penilaian. Instrumen
nontes berupa observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi yang berupa foto.
64
3.3.1.2 Tindakan
berikut.
a. Guru bersama siswa membuat petunjuk tertulis mengacu pada teks lagu
“Layang-layang”.
d. Guru mengajak siswa untuk moving class ke tempat the real things media
dipajang.
benda nyata yang telah disediakan. Dari hasil eksplorasi tersebut akan
dibuat).
3.3.1.3 Observasi
ada. Pengamatan dialakukan dengan mengambil data baik tes maupun nontes.
Data tes pada siklus I diambil sebanyak dua kali yaitu proses (pada awal
pembelajaran) dan tes siklus I (pada akhir pembelajaran). Hasil dari kedua tes
respon terhadap siswa, saat siswa mengamati benda-benda nyata yang telah
disediakan, saat siswa melakukan interaksi dan pengamatan terhadap the real
petunjuk yang akan dibuat, saat siswa melakukan aktifitas menulis petunjuk, dan
Jurnal dilaksanakan setelah pembelajaran selesai dan diisi oleh siswa serta
diketahui nilai yang diperoleh siswa. Hal ini dilakukan untuk menentukan siswa
yang akan diwawancara yaitu siswa yang memperoleh nilai paling tinggi, sedang,
dan rendah.
3.3.1.4 Refleksi
kendala apa yang ditemui guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
menulis siswa pada siklus I; dan (3) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah
dilakukan guru selama mengajar. Hasil yang diperoleh pada siklus I digunakan
sebagai dasar perbaikan pada siklus II. Hal-hal yang sudah baik dan mendukung
3.3.2.1 Perencanaan
yang ada pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Selain itu, peneliti juga kembali
menyiapkan pedoman penilaian yang berupa tes dan nontes yang sudah diperbaiki
dan sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran di
3.3.2.2 Tindakan
Guru juga memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa agar pelaksanaan
kegiatan menulis petunjuk pada siklus II menjadi lebih baik. Adapun langkah-
buah benda-benda nyata yang telah dibawa oleh masing-masing siswa dengan
3.3.2.3 Observasi
dan sikap siswa dalam proses belajar mengajar. Pengambilan data dilakukan
dengan tes dan nontes. Tes dilakukan saat pembelajaran menulis petunjuk
laku siswa selama pembelajaran berlansung. Catatan harian yang berupa jurnal
diberikan kepada siswa dan mengisi jurnal setelah pembelajaran menulis petunjuk
berakhir. Sementara itu, peneliti juga mengisi jurnal guru yang telah disediakan.
saat siswa mengamati benda-benda nyata yang telah disediakan, saat siswa
melakukan interaksi dan pengamatan terhadap the real things media, saat siswa
menulis petunjuk sambil mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat, saat
Jurnal dilaksanakan setelah pembelajaran selesai dan diisi oleh siswa serta
diketahui nilai yang diperoleh siswa. Hal ini dilakukan untuk menentukan siswa
yang akan diwawancara yaitu siswa yang memperoleh nilai paling tinggi, sedang,
dan rendah.
3.3.2.4 Refleksi
Akhir tindakan siklus II ini dilakukan analisis hasil tes perbuatan, jurnal,
wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi yang berupa foto. Hasil analisis
pada siklus II, bagaimana perubahan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran
analisis tersebut dilakukan refleksi yang meliputi: (1) perubahan sikap siswa
pendekatan PAKEM melalui the real things media; (2) peningkatan keterampilan
berikutnya.
70
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu
3.4.1 Tes
menulis petunjuk meliputi: (1) kejelasan petunjuk; (2) ketepatan tata urutan
petunjuk; (3) keefektifan kalimat; (4) penggunaan ejan dan tanda baca; (5)
kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk; dan (6) kemenarikan
tampilan petunjuk.
Tiga jenis petunjuk yang dibuat siswa dianalisis dan nilai akhir dari setiap
Pada tabel berikut dapat dilihat aspek, skor, ketegori, dan kriteria
penilaian.
71
aspek termasuk dalam kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang dapat
petunjuk siswa berhasil mencapai kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang.
3.4.2 Nontes
Hal yang diamati dalam observasi ini keaktifan siswa dalam keaktifan
pertanyaan dari guru, keaktifan siswa dalam membuat konsep menulis petunjuk,
dengan media, keaktifan siswa dalam mempraktikan petunjuk yang mereka susun,
3.4.2.2 Jurnal
Jurnal yang ada berupa jurnal siswa dan jurnal guru. Jurnal siswa berisi
perasaan siswa dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, mulai dari
petunjuk yang akan mereka tulis, kesulitan siswa dalam menulis petunjuk, dan
hal-hal yang ingin dikemukakan oleh siswa berkaitan dengan pembelajaran yang
telah diikuti.
terhadap syair lagu yang dikonstrusi bersama menjadi sebuah petunjuk, respon
siswa terhadap kegiatan moving class dan mencoba mengamati dan mempraktikan
langsung the real things media yang telah disediakan untuk membuat petunjuk
tertulis, respon siswa terhadap kegiatan menulis petunjuk, keaktifan siswa dalam
benda-benda nyata tersebut, perasaan siswa ketika diminta untuk menulis tiga
dilakukan siswa untuk mengatasi kesulitan yang dialami, dan pendapat siswa
untuk perbaikan.
saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulus-respon terhadap siswa; (2)
ketika siswa mengamati benda-benda nyata yang telah disediakan; (3) ketika
siswa melakukan interaksi dengan benda-benda nyata atau temannya; (4) ketika
Bentuk instrumen tes dan nontes dalam penelitian tindakan kelas ini
ditampilkan validitas dan reliabilitas permukaan saja, yaitu soal dan skor penilaian
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di sekolah tempat penelitian dilakukan. Setelah soal tes dan
sekolah yang bersangkutan, semua ini dianggap layak untuk digunakan sebagai
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan data, yaitu teknik tes
dan nontes.
dilakukan sebanyak dua kali. Tes pertama berupa tes awal dilaksanakan setelah
pembelajaran pada siklus I. Tes diberikan setelah siswa diberi kesempatan untuk
menemukan dan mengalami sendiri berbagai hal berkaitan dengan petunjuk. Tes
ini dijadikan sebagai acuan dalam melakukan perbaikan tindakan siklus II. Tes
yang kedua dilaksanakan setelah pembelajaran pada siklus II. Tes diberikan
setelah siswa melakukan kegiatan belajar menulis petunjuk yang telah disertai
upaya perbaikan pembelajaran oleh guru. Tes ini dijadikan sebagai tolok ukur
media. Tes menulis petunjuk ini berupa lembar tugas yang berisi perintah kepada
siswa untuk menulis tiga buah petunjuk. Hasil tes berupa petunjuk membuat,
menulis petunjuk. Dalam melakukan observasi, peneliti akan dibantu oleh guru
mata pelajaran yang bersangkutan. Hal ini disebabkan guru tersebut lebih
3.5.2.2 Jurnal
dalam jurnal siswa yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru. Sementara
itu, guru juga mengisi jurnal guru yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
3.5.2.3 Wawancara
sedang, dan rendah. Wawancara ini dilaksanakan untuk mengetahui respon siswa
the real things media. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat perekam.
Wawancara dilakukan setelah pembelajaran siklus I dan siklus II. Untuk masing-
sebagai berikut: 2 siswa yang memiliki nilai terbaik, 2 siswa yang memiliki nilai
siswa. Wawancara dapat berupa pertanyaan ringan yang ditujukan kepada siswa
yang bersikap aneh di kelas seperti mengantuk, diam, malas, dan kurang
3.5.2.4 Dokumentasi
gambar, peneliti dibantu oleh satu orang rekan untuk memotret. Pengambilan
gambar pada masing-masing siklus tetap mengacu pada empat kegiatan sebagai
terhadap siswa; (2) ketika siswa mengamati benda-benda nyata yang telah
78
disediakan; (3) ketika siswa melakukan interaksi dengan benda-benda nyata atau
yang akan dibuat (melakukan aktivitas menulis petunjuk); (5) ketika siswa
melakukan aktivitas menulis petunjuk; dan (6) ketika siswa sedang diwawancara.
Teknik kuantitaif ini diperoleh dari hasil tes yang dilakukan sebanyak dua
kali, yaitu pada akhir siklus I, dan akhir siklus II. Adapun langkah
SK
SP = x100%
R
Keterangan:
SP : Skor Persentase
SK : Skor Komulatif
R : Jumlah Responden
dibandingkan, yaiu antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan
Teknik kualitatif ini dari data nontes, yaitu jurnal, wawancara, pedoman
pengamatan dan uraian dari catatan harian kegiatan siswa yang kemudian
Dengan cara seperti itu, guru akan lebih mengetahui kesulitan siswa sehingga
Sementara itu, data yang berupa foto digunakan sebagai bukti otentik
proses pembelajaran dan ketika siswa sedang diwawancara. Data ini dapat
Pada bab ini disajikan hasil penelitian siklus I dan siklus II yang berupa
hasil tes dan nontes. Hasil tes siklus I dan siklus II adalah hasil tes menulis
dokumentasi.
Mei 2007. Hasil penelitian pada siklus I meliputi hasil tes dan nontes. Siklus I
diketahui bahwa nilai rata-rata secara klasikal sebesar 68,99 termasuk dalam
kategori cukup baik. Nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa pada siklus I
sebesar 86,67. Nilai tersebut berhasil dicapai oleh dua siswa. Nilai terendah
diperoleh siswa sebesar 45 dan 45,83. Hanya dua siswa yang memperoleh nilai
Hasil penilaian menulis petunjuk siklus I secara lebih lengkap dapat dilihat
80
81
siswa dalam menulis petunjuk pada siklus I secara klasikal mencapai 2897,58
dengan nilai rata-rata 68,99 termasuk dalam kategori cukup. Diantara 42 siswa,
terdapat 2 siswa atau 4,76% yang berhasil memperoleh nilai dengan kategori
siswa atau 45,24% memperoleh nilai dalam kategori baik dengan rentang nilai
dengan rentang nilai 55,00-69,99. Sisanya, 4 siswa atau 9,52% memperoleh nilai
tersebut sudah memenuhi syarat petunjuk yaitu jelas, logis, dan singkat.
Keruntutan pelaksanaan petunjuk yang dibuat siswa tersebut sudah urut dan jelas
sehingga mudah dipahami. Kalimat yang digunakan singkat, jelas, dan efektif
sebagian besar siswa sudah memahami penggunaan ejaan dan tanda baca yang
benar, bahasa yang digunakan adalah ragam baku tapi mudah dipahami. Tampilan
kurang konsentrasi saat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, hasil petunjuk
82
tertulisnya tidak sesuai syarat-syarat petunjuk yang harus dipenuhi. Siswa tersebut
masih kesulitan dalam membuat pelaksanan yang runtut. Kalimat yang digunakan
adalah singkat, ada juga yang panjang, tapi belum jelas maksudnya. Bahasa yang
bahasa yang digunakan adalah bahasa tidak baku. Petunjuk yang mereka buat
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00 Nilai siklus I
40.00
30.00
20.00
10.00
-
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40
Pada diagram 1 dapat dilihat bahwa terdapat 21 siswa yang telah berhasil
mencapai batas nilai ketuntasan belajar sebesar 70 dalam kategori baik. Siswa
yang memperoleh nilai antara 55,00-69,99 dalam kategori cukup baik sebanyak
gambar 1 dapat diketahui pula bahwa siswa yang belum mencapai ketuntasan
belajar yaitu sebanyak 21 siswa atau 50%. Nilai rata-rata secara klasikal tersebut
83
belum mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 70, sehingga nilai yang diperoleh
Agar lebih jelas, nilai yang telah berhasil dicapai siswa digambarkan pada
9,52% 4,76%
Nilai 85,00-100,00
45,24%
40,48% Nilai 70,00-84,99
Nilai 55,00-69,99
Nilai 0-54,99
sebesar 45,24% adalah jumlah siswa yang mendapat nilai 70,00-84,99 termasuk
kategori baik. Persentase terbanyak kedua yaitu sebesar 40,48% adalah jumlah
terbanyak ketiga yaitu sebesar 9,52% adalah jumlah siswa yang mendapat nilai 0-
terkecil yang mendapat nilai 85,00-100,00 termasuk dalam kategori sangat baik.
Jadi, dapat diketahui bahwa siswa yang belum mencapai nilai batas ketuntasan
disebabkan oleh pemerolehan skor yang kurang maksimal pada beberapa aspek
84
terutama aspek ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca dalam menulis
petunjuk sehingga mereka belum mencapai batas nilai ketuntasan belajar. Di sisi
menulis teks petunjuk. Keenam aspek tersebut, yaitu: (1) kejelasan petunjuk; (2)
ketepatan tata urutan petunjuk; (3) keefektifan kalimat; (4) penggunaan ejaan dan
tanda baca; (5) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk; dan
(6) tampilan petunjuk. Adapun hasil masing-masing aspek secara rinci dapat
nilai tertinggi yang berhasil dicapai oleh 3 siswa sebesar 20. Nilai terendah pada
aspek ini dicapai oleh 5 siswa sebesar 5. Secara rinci, hasil yang diperoleh siswa
petunjuk melakukan sesuatu pada aspek kejelasan petunjuk untuk kategori sangat
baik sebanyak 3 siswa atau 7,14%. Untuk kategori baik sebanyak 23 siswa atau
85
54,76%. Kategori cukup dicapai oleh 15 siswa atau 26,21%. Kategori kurang
dicapai oleh 5 siswa atau 10,9%. Jadi, rata-rata skor klasikal pada aspek kejelasan
petunjuk pada menulis petunjuk melakukan sesuatu sebesar 13,33. Siswa cukup
Data pada tabel 7 di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 orang atau 7,14%
yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 25 orang atau
59,53% . Kategori cukup dicapai sebanyak 14 siswa atau 33,33%. Untuk kategori
kurang tidak ada satu orang pun yang mencapainya. Dari data tersebut dapat
menulis petunjuk membuat sesuatu dilihat dari aspek kejelasan petunjuk sebesar
13,69.
Petunjuk
Data pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa hanya satu siswa yang
berhasil mencapai kategori sangat baik. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh
29 siswa atau 69,05%. Kategori cukup diperoleh sebanyak 9 siswa atau 21,43%.
Sisanya, sebanyak 3 siswa atau 7,14% hanya mampu mencapai kategori kurang.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata secara klasikal
Dari ketiga data tersebut dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata yang
diperoleh siswa sebesar 13,45. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek kejelasan petunjuk
Pada aspek kejelasan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah cukup baik
karena sudah banyak siswa yang menulis petunjuk dengan jelas sehingga dapat
diikuti dengan baik. Siswa yang memperoleh nilai tinggi pada aspek ini
memperoleh nilai rendah pada aspek ini disebabkan siswa tersebut kurang
yang jelas itu seperti apa. Hal tersebut mengakibatkan pemerolehan nilai siswa ini
langkah petunjuk yang dibuat siswa. Petunjuk yang dibuat harus sesuai dengan
87
urutan yang seharusnya yang ada dalam sebuah petunjuk. Hasil penilaian untuk
Tabel 9 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 3 60 7,14 % 550
2. Baik 15 24 360 57,14 % X = 42
3. Cukup 10 11 110 26,19 % = 13,1
4. Kurang 5 4 20 9,53 % (Kategori
Jumlah 42 550 100 % Cukup)
Data pada tabel 9 di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 siswa atau 7,14%
yang berkategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 24 siswa atau 57,14%.
Kategori cukup dicapai oleh 11 siswa atau 26,19%. Untuk kategori kurang dicapai
oleh 4 siswa atau 9,53%. Jadi, rata-rata skor yang diperoleh siswa secara klasikal
sebesar 13,1.
Tabel 10 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 3 60 7,14 % 590
2. Baik 15 29 435 69,05 % X =
42
3. Cukup 10 9 90 21,43 % = 14,05
4. Kurang 5 1 5 2,38 % (Kategori
Jumlah 42 590 100 % Cukup)
7,14% yang mencapai kategori sangat baik.Kategori baik dicapai oleh 29 siswa
atau 69,05%. Kategori cukup dicapai oleh 9 siswa atau 21,43%. Untuk kategori
kurang dicapai oleh 1 orang atau 2,38%. Jadi, rata-rata pencapaian kemampuan
88
siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu pada aspek tata urutan petunjuk
sebesar 14,05.
Tabel 11 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 1 20 2,38 % 585
2. Baik 15 32 480 76,19 % X = 42
3. Cukup 10 8 80 19,05 % = 13,93
4. Kurang 5 1 5 2,38 % (Kategori
Jumlah 42 585 100 % Cukup)
Data pada tabel 11 menunjukkan bahwa hanya satu orang yang mampu
mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 32 siswa
atau 76,19%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 8 siswa atau 19,05%. Untuk
kategori kurang hanya dicapai oleh satu orang yaitu sebesar 2,38%.
untuk kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek tata urutan
petunjuk sebesar 13,93. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa secara klasikal
siswa sudah cukup baik dalam membuat petunjuk dengan tata urutan yang baik.
Pada aspek tata urutan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah cukup baik
karena sudah menguasai aspek keruntutan pemaparan dengan baik. Siswa yang
memperoleh nilai tinggi disebabkan siswa tersebut sudah dapat membuat petunjuk
yang urut dan tidak membingungkan serta mudah dipahami. Siswa dalam
mempraktikan petunjuk sudah benar sehingga tidak salah langkah. Siswa yang
yang mereka buat secara benar sehingga menyebabkan salah langkah. Hal ini
89
mengakibatkan petunjuk yang mereka buat tidak urut, tidak jelas, dan tidak mudah
diikuti.
pada kejelasan dan kelugasan kalimat. Kejelasan ini mengandung arti bahwa
itu tidak berbelit-belit. Hasil penilaian untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek
Data pada tabel 12 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang
mampu memperoleh nilai dengan kategori sangat baik. Ada 19 siswa atau 45,24%
yang berhasil mencapai kategori baik. Kategori cukup dicapai 21 siswa atau 50%.
Untuk kategori kurang dicapai oleh 2 orang atau 4,76%. Jadi, keseluruhan hasil
Data pada tabel 13 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun
yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu
mencapai kategori baik sejumlah 26 siswa atau 61,90%. Kategori cukup dicapai
oleh 15 siswa atau 35,71%. Untuk kategori kurang dicapai oleh 5 siswa atau
2,38%. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika
ditinjau dari aspek keefektifan kalimat secara klasikal rata-rata mencapai 12,98.
Data pada tabel 14 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun
yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu
mencapai kategori baik sejumlah 22 siswa atau 52,38%. Kategori cukup dicapai
oleh 18 siswa atau 42,86%. Untuk kategori kurang dicapai oleh 2 siswa atau
bahwa skor rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari
aspek keefektifan kalimat sebesar 12,46. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
dalam menulis petunjuk tidak menggunakan kalimat yang terlalu panjang tetapi
jelas, terlihat dari rata-rata kesalahan kalimat yang kurang efektif hanya ada 1-2
kalimat saja. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan oleh kemampuan
siswa dalam menggunakan kalimat sudah baik, singkat, dan jelas. Siswa yang
4.1.1.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda
Baca
Penilaian penggunaan aspek tanda baca pada kemampuan menulis
petunjuk difokuskan pada penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, dan
penulisan kata depan. Hasil tes untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek
penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu ditinjau dari aspek
penggunaan ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,43. Dari rata-rata tersebut
terdapat 9 siswa atau 21,43% yang mencapai nilai dengan kategori sangat baik.
Untuk kategori baik dicapai oleh 26 siswa atau 61,9%. Kategori cukup dicapai
oleh 7 siswa atau 16,67%. Tidak ada seorang pun yang mencapai nilai dengan
kategori kurang.
Tabel 16 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 13 195 30,93 % 498,8
2. Baik 11,25 23 258,8 54,76 % X =
42
3. Cukup 7,5 6 45 14,29 % =11,88
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 498,8 100 % Baik)
menulis petunjuk membuat sesuatu aspek penggunaan ejaan dan tanda baca secara
klasikal mencapai 11,88. Dari rata-rata tersebut terdapat 13 siswa atau 30,93%
yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 23
orang atau 54,76%. Kategori cukup baik dicapai oleh siswa sebanyak 6 orang atau
14,29%. Tidak ada seorang pun yang memperoleh nilai dengan kategori kurang.
93
aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mencapai rata-rata 11,6. Dari nilai rata-
rata tersebut terdapat 10 siswa atau 23,81% yang memperoleh nilai dengan
kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 26 orang atau 61,91%.
Kategori cukup dicapai siswa sebanyak 6 orang atau 14,28%. Tidak ada seorang
bahwa kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek penggunaan
ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,64. Dari rata-rata tersebut dapat
diketahui bahwa siswa sudah baik dalam menggunakan ejaan dan tanda baca.
bacanya sudah tepat. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan kesalahan-
baik. Siswa yang memperoleh nilai rendah mengalami kendala dalam penggunaan
sasaran petunjuk difokuskan pada penggunaan kata-kata (pilihan kata) yang harus
disesuaikan dengan sasaran dari petunjuk yang dibuat. Hasil penilaian aspek
kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk dapat dilihat pada
59,52% yang berhasil mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh
12 siswa atau 28,57%. Kategori cukup dicapai oleh 5 siswa atau 11,91%.
Sementara itu, tidak ada satu orang pun yang mendapat nilai dengan kategori
kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika
ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk
64,29% yang mendapat kategori baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 13 siswa
atau 30,95%. Kategori cukup dicapai oleh 2 siswa atau 4,76%. Untuk kategori
kurang tidak ada seorang pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari
aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk sebesar 13,48.
71,43% yang mendapat kategori baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 8 siswa
atau 19,05%. Kategori cukup dicapai oleh 4 siswa atau 9,52%. Untuk kategori
kurang tidak ada seorang pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari
aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk sebesar 13,57.
96
bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk jika
ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk
sebesar 13,36. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa secara umum
kemampuan siswa sudah baik dalam menggunakan kata-kata yang sesuai dengan
sasaran dari petunjuk yang dibuat. Dari 42 siswa hanya terdapat beberapa siswa
saja yang menggunakan kata-kata yang kurang sesuai dengan sasaran petunjuk
seperti penggunaan kata-kata dari bahasa daerah. Kondisi ini disebabkan kosakata
kosakata yang tepat dan mudah dipahami. Siswa yang memperoleh nilai tinggi
disebabkan siswa tersebut juga sudah menggunakan kosakata yang tepat dan
mudah dipahami. Siswa yang mendapat nilai rendah disebabkan terdapat beberapa
kerapian petunjuk. Hasil penilaian terhadap aspek tampilan petunjuk dapat dilihat
Data pada tabel 21 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang
berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik dan kategori baik. Siswa
yang mampu meraih skor untuk kategori cukup sebanyak 29 siswa atau 69,05%.
Kategori kurang dicapai oleh 13 siswa 30,95%. Jadi, secara klasikal kemampuan
siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek tampilan
Data pada tabel 22 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang
berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik dan kategori baik. Siswa
yang mampu meraih skor untuk kategori cukup sebanyak 32 siswa atau 76,19%.
Kategori kurang dicapai oleh 10 siswa 59,52%. Jadi, secara klasikal kemampuan
siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek tampilan
Data pada tabel 23 di atas menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang
berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik dan kategori baik.
Sementara itu, siswa yang mampu meraih skor untuk kategori cukup sebanyak 31
siswa atau 73,81%. Kategori kurang dicapai oleh 9 siswa 26,19%. Jadi, secara
bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau
dari aspek tampilan petunjuk sebesar 4,33. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui
bahwa secara umum tampilan dari petunjuk yang dibuat siswa masih kurang.
Petunjuk yang mereka buat sudah rapi. Siswa yang memperoleh nilai tinggi
disebabkan bentuk petunjuk mereka sudah baik dan rapi serta telah memberi judul
yang menarik. Siswa yang memperoleh nilai rendah disebabkan bentuk petunjuk
mereka belum baik dan belum rapi serta judul yang mereka buat belum menarik.
99
Hasil penelitian nontes pada siklus I ini didapatkan dari hasil observasi,
uraian berikut.
dilakukan oleh seorang rekan peneliti dan guru mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di kelas VIIIE. Hal ini dilakukan agar hasil observasi dapat lebih baik
karena guru yang bersangkutan lebih memahami karakter dan kebiasaan siswa.
Dari observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa siswa yang aktif selama
proses pembelajaran menulis petunjuk sebesar 40,48%. Siswa yang cukup aktif
selama proses pembelajaran sebesar 40,48%. Sedang siswa yang kurang aktif
diajukan guru sebesar 4,76%. Sedangkan 45,24% siswa cukup berani dalam
bertanya dan juga kadang menjawab pertanyaan dari guru. 50% siswa masih
guru.
100
Sedangkan 47,62% siswa termasuk dalam kategori cukup aktif. Siswa yang serius
cukup serius dalam mengamati media. 11,91% siswa kurang serius dalam
dihadirkan ke dalam kelas. Siswa yang sangat antusias dalam berinteraksi dengan
media sebesar 9,52%. 69,05% siswa merasa antusias. Siswa yang cukup antusias
sebanyak 21,43%.
diketahui bahwa siswa yang sangat aktif dalam mempraktikan petunjuk terlebih
7,14%. Sebagian besar siswa sudah aktif dalam mempraktikan petunjuk yaitu
sebesar 69,05%. Sisanya sebanyak 21,43% siswa tampak cukup aktif dalam
terdapat 66,67% siswa yang memberikan tanggapan baik terhadap tugas yang
diberikan guru. Keseriusan ini tampak dari masing-masing siswa yang terlihat
sibuk sendiri dengan tugas-tugas mereka. 19,05% siswa tampak cukup serius
guru. Pada siklus I ini, siswa masih banyak yang kurang mampu mengerjakan tes
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu jurnal
siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan siswa dan
Jurnal siswa merupakan jurnal yang harus diisi oleh siswa. Jurnal siswa diisi
Tujuan diadakannya jurnal siswa ini adalah untuk mengetahui segala sesuatu yang
kesulitan yang dialami siswa. Jurnal siswa ini meliputi 5 pertanyaan, yaitu: (1)
siswa ketika mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat, (3) pendapat
kesulitan yang dihadapi siswa ketika menulis petunjuk, dan (5) pesan dan kesan
Dari jurnal siswa menunjukkan bahwa masih ada sebagian siswa yang
merasa kesulitan dalam menulis petunjuk. Ada 5 siswa atau 11,91% yang
mengalami kesulitan dalam aspek kejelasan petunjuk. Ada 6 siswa atau 14,29%
yang merasa masih bingung untuk menentukan tata urutan dari sebuah petunjuk.
Tata urutan yang dibuat masih ada yang terbalik. Hal ini disebabkan oleh
didahulukan dan mana yang terakhir. Begitu juga untuk masalah penggunaan
102
ejaan dan tanda baca yang belum cukup mereka kuasai dengan baik yaitu
26,19% siswa sudah cukup menguasai masalah kesesuaian bahasa yang digunakan
dilakukan oleh peneliti. Sebanyak 32 siswa atau 76,19% merasa senang ketika
mempraktikan langsung petunjuk yang akan mereka tulis. Perasaan ini muncul
disebabkan siswa tidak mengetahui petunjuk apa yang akan mereka praktikan.
Apakah sulit atau tidak. Siswa hanya bisa menebak. 29 siswa 69,05% siswa
merasa senang saat mempraktikan langsung petunjuk yang akan mereka buat.
Mereka merasa senang karena saat mempraktikan petunjuk, siswa dapat belajar
siswa dapat mencicipi hasil petunjuk yang dibuatnya. Mereka tampak menghayati
nyata sebagai media pembelajaran menulis petunjuk, yaitu sebanyak 38 siswa atau
90,48%. Mereka merasa terbantu dan dimudahkan dalam menulis petunjuk karena
dapat mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka tulis, sehingga
petunjuk yaitu mengenai penggunaan ejaan dan tanda baca dan keefektifan
kalimat. Mereka juga merasa bingung dan agak kerepotan ketika diminta untuk
menulis petunjuk sebanyak tiga jenis sekaligus. 10 siswa atau 23,81% abstain,
petunjuk dengan menggunakan the real things media. Siswa yang memberikan
kesan baik sebanyak 32 siswa atau 71,19%. Sebanyak 6 siswa atau 14,29%
petunjuk terlalu cepat sehingga waktu menulis petunjuk dirasa kurang. 4 siswa
Jurnal guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama pembelajaran
berlangsung. Hal-hal yang menjadi objek sasaran dalam jurnal guru ini adalah
sebagai berikut: (1) kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis petunjuk; (2)
langsung petunjuk yang akan dibuat; (4) respon siswa terhadap kegiatan menulis
petunjuk; (5) keaktifan siswa dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dalam
pembelajaran menulis petunjuk; dan (6) situasi atau suasana kelas ketika
pembelajaran berlangsung.
104
terhadap proses pembelajaran karena masih ada beberapa siswa yang belum
media pembelajaran. Hal ini terlihat ketika siswa diminta untuk moving class dan
Siswa terlihat senang dan antusias dalam mengamati serta mempraktikan terlebih
dahulu tiga jenis petunjuk yang akan mereka tulis. Namun, ketika siswa
masih malu untuk bertanya dan takut untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Bahkan ada beberapa siswa yang berbicara atau bercanda dengan temannya. Hal
ini diduga karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang
dengan baik meskipun masih ada beberapa siswa yang membuat suasana kelas
menjadi ramai.
105
guru. Guru belum sepenuhnya sesuai melakukan proses pembelajaran yang telah
direncanakan. Pengelolaan kelas dan pengelolaan waktu yang dilakukan guru pun
terdiri atas dua orang yang mendapat nilai tertinggi, dua orang yang mendapat
nilai sedang, dan dua orang yang mendapat nilai rendah. Wawancara ini
mengungkap 10 butir pertanyaan, sebagai berikut: (1) apakah selama ini siswa
senang dengan pembelajaran menulis; (2) apakah siswa pernah belajar menulis
petunjuk dengan menggunakan the real things media; (4) apakah benda-benda
nyata itu mampu merangsang siswa untuk menulis petunjuk; (5) bagaimana
perasaan siswa ketika diminta untuk menulis petunjuk; (6) bagaimana perasaan
siswa ketika mempraktikan langsung petunjuk yang akan siswa susun; (8)
kesulitan apa yang siswa hadapi ketika diminta untuk menulis petunjuk; (9) usaha
apa yang siswa lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut; dan (10) pendapat
siswa tentang pelajaran menulis petunjuk yang telah dilaksanakan dan saran siswa
menulis. Menurut seorang siswa, dia tidak menyukai pelajaran bahasa Indonesia
aspek menulis dikarenakan pelajaran itu dianggap susah dan banyak aturannya,
salah satunya adalah penggunaan ejaan dan huruf kapital. Mereka melontarkan
Siswa mengaku lebih terangsang sehingga ide-ide untuk menulis petunjuk itu
muncul. Siswa lebih antusias ketika siswa diminta mempraktikan terlebih dahulu
dan menggunakan sesuatu. Dari pengalaman belajar yang mereka peroleh dapat
secara tertulis. Mereka mengaku dengan praktik terlebih dahulu dapat mengurangi
adanya salah langkah. Ada satu siswa yang merasa tergesa-gesa karena waktunya
dianggap kurang cukup. Dia harus membagi waktu untuk mempraktikan petunjuk
dan waktu untuk menulis petunjuk. Satu siswa juga merasa bingung ketika
peneliti. Semua siswa yang diwawancara mengaku senang dan merasa sangat
yang lebih variatif. Selain itu, dua siswa memberikan saran terhadap teknik
pembelajaran peneliti, yaitu dari segi ketegasan dan volume suara peneliti.
107
media telah membantu dan memudahkan siswa dalam menyusun sebuah petunjuk.
Dengan konsep dasar “belajar sambil bermain”, siswa tampak lebih aktif dan
dan menghayalkan sesuatu yang tidak riil, hal ini dikhawatirkan akan
menghambat ruang gerak proses terciptanya karya kreatif siswa. Maka dari itu,
Pada siklus I ini, dokumentasi foto yang diambil difokuskan pada kegiatan
selama pembelajaran dan ketika pembelajaran telah selesai, yaitu kegiatan pada
petunjuk yang akan dibuat, kegiatan melakukan aktivitas menulis petunjuk, dan
saat siswa yang sedang diwawancara. Dokumentasi berupa gambar ini digunakan
Kali pertama guru membuka pelajaran dengan mengajak siswa menyanyikan lagu
jawab dengan siswa berkaitan dengan materi yang akan diberikan yaitu menulis
menganalisis petunjuk yang mereka buat. Pada gambar tersebut di atas, tampak
pada gambar, siswa menunjukkan respon baik pada awal pembelajaran. Hal inilah
penelitian ini.
Pada gambar tersebut tampak satu kelompok siswa sedang mengamati media
yang akan dibuat. Pola pembelajaran ini sengaja dibuat agar siswa mengalami
sendiri dengan melibatkan berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa.
Pada gambar tersebut tampak beberapa siswa serius dalam kegiatan eksplorasi ini
karena mereka tidak mau menyia-nyiakan waktu yang diberikan untuk kegiatan
ini. Ada juga beberapa siswa yang tampak kurang serius dalam kegiatan ini.
110
Mereka tidak mengamati media yang sudah menjadi bagiannya, tetapi mereka
lebih cenderung tertarik dengan media temannya di kelompok yang lain. Hal
siklus I ini, yaitu kurangnya keseriusan dari siswa dalam mengikuti pembelajaran.
siswa melakukan interaksi dengan media baik itu berhubungan langsung dengan
media yang akan ditulis maupun berhubungan dengan teman satu kelompok.
Tujuannya agar siswa lebih mengenal media yang akan mereka tulis. Tampak
pada gambar tersebut siswa tengah asyik melakukan kegiatan berinteraksi dengan
media pembelajaran. Namun ada seorang siswa yang nampak lebih tertarik pada
media yang lain daripada medianya sendiri. Hal ini dapat juga mempengaruhi
terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka susun. Secara individu, siswa tampak
aktif dalam kegiatan ini. Hal ini dikarenakan petunjuk yang akan mereka tulis
adalah petunjuk yang sudah pernah mereka lakukan, seperti contoh gambar di atas
adalah ketika siswa memparktikan cara menggunakan pasta dan sikat gigi.
dengan menggunakan the real things media yang dihadirkan ke dalam kelas.
112
siswa tengah sibuk menulis petunjuk yang telah mereka praktikan terlebih dahulu.
mengerjakan tugas. Namun, masih ada satu orang yang terlihat kurang serius
siswa yang diwawancara, yaitu 2 siswa yang mendapat nilai tinggi, 2 siswa yang
mendapat nilai sedang, dan 2 siswa yang mendapat nilai tinggi. Pada gambar
efektivitas waktu.
tulis.
yaitu pada saat siswa diminta untuk menulis petunjuk yang media
dan siswa diatur untuk mendapat bagian media masing-masing. Mau tidak mau,
siswa harus menulis petunjuk sesuai dengan media yang telah disediakan yang
yang dibuat peneliti. Maka dari itu, untuk siklus II siswa ditugaskan untuk
114
membawa peralatan serta media pembelajaran sendiri untuk membuat tiga jenis
petunjuk.
Rata-rata nilai secara klasikal pada siklus I juga masih belum mencapai
batas ketuntasan belajar yaitu 70. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai
akhir dibawah 70. Dalam tiap-tiap aspek penilaian menulis petunjuk, nilai siswa
juga masih banyak yang masuk dalam kategori kurang baik. Maka dari itu, perlu
adanya pengambilan data ulang untuk proses perbaikan pada siklus II.
saat proses pembelajaran yang terjadi pada siklus I. Peneliti juga belum dapat
mengelola kelas dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa siswa yang
Karena proses pembelajaran pada siklus I ini masih kurang optimal, maka
diperlukan adanya tindakan siklus II. Dalam siklus II ini peneliti akan
menekankan pada hasil tes siklus II, pengalaman belajar siswa, dan kedisiplinan
guru dalam pengelolaan waktu dan pengelolaan kelas. Pembelajaran pada siklus II
ini juga dibuat semenarik mungkin supaya siswa menjadi lebih aktif dan
bersemangat.
masih belum memuaskan dan masih dalam kategori cukup dan rata-rata nilai
secara klasikal pada siklus I masih belum mencapai target nilai ketuntasan belajar
115
yaitu sebesar 70. Masih terdapat tingkah laku siswa yang kurang mendukung
yang ada pada siklus I dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis petunjuk sehingga dapat mencapai target ketuntasan belajar yang
telah ditentukan.
Mei 2007. Pada siklus II ini penelitian dilakukan dengan rencana dan persiapan
maka hasil penelitian yang berupa tes kemampuan menulis petunjuk mengalami
peningkatan dari kategori cukup ke kategori baik. Meningkatnya nilai tes ini
diikuti pula dengan adanya perubahan perilaku siswa. Siswa menjadi lebih aktif
yang peneliti terapkan. Hasil selengkapnya mengenai tes dan nontes pada siklus II
diketahui bahwa nilai rata-rata secara klasikal sebesar 79,19 termasuk dalam
kategori baik. Nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa pada siklus II sebesar
96,67. Nilai tersebut hanya berhasil dicapai satu siswa. Nilai terendah diperoleh
siswa sebesar 60,83. Hanya satu siswa yang memperoleh nilai tersebut. Siswa
siswa dalam menulis petunjuk pada siklus II secara klasikal mencapai 3.325,84
dengan niilai rata-rata 79,19 termasuk dalam kategori baik. Diantara 42 siswa,
terdapat 10 siswa atau 23,81% yang berhasil memperoleh nilai dengan kategori
siswa atau 60,90% memperoleh nilai dalam kategori baik dengan rentang nilai
70,00-84,99. Kemudian 6 siswa atau 14,29% memperoleh nilai cukup baik dengan
rentang nilai 55,00-69,99. Untuk kategori kurang, tidak ada seorang pun yang
tersebut sudah memenuhi syarat petunjuk yaitu jelas, logis, dan singkat.
Keruntutan pelaksanaan petunjuk yang dibuat siswa tersebut sudah urut dan jelas
sehingga mudah dipahami. Kalimat yang digunakan singkat, jelas, dan efektif.
Sebagian besar siswa sudah memahami penggunaan ejaan dan tanda baca yang
benar, bahasa yang digunakan adalah ragam baku tapi mudah dipahami. Tampilan
kesulitan dalam membuat pelaksanan yang runtut. Kalimat yang digunakan sudah
singkat, tapi masih ada juga yang panjang, tapi belum jelas maksudnya. Bahasa
120.00
100.00
80.00
60.00 Siklus II
40.00
20.00
0.00
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41
Pada diagram 3 dapat dilihat bahwa terdapat 36 siswa atau 85,71% yang
telah berhasil mencapai batas nilai ketuntasan belajar sebesar 70 dalam kategori
baik. Siswa yang memperoleh nilai antara 55,00-69,99 dalam kategori cukup baik
sebanyak 6 siswa. Tidak ada seorang pun yang memperoleh nilai 0-54,99.
Berdasarkan diagram 3, dapat diketahui pula bahwa siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar yaitu sebanyak 6 siswa atau 14,28%. Nilai rata-rata secara
klasikal tersebut sudah mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 70, sehingga
nilai yang diperoleh siswa pada siklus II sudah tidak perlu ditingkatkan.
118
Agar lebih jelas, nilai yang telah berhasil dicapai siswa digambarkan pada
Nilai 70,00-84,99
61,90% Nilai 55,00-69,99
Nilai 0-54,99
yaitu sebesar 61,90% adalah jumlah siswa yang mendapat nilai 70,00-84,99
termasuk kategori baik. Persentase terbanyak kedua yaitu sebesar 23,81% adalah
jumlah siswa yang mendapat nilai 85,00-100,00 termasuk kategori sangat baik.
Persentase terbanyak ketiga yaitu sebesar 14,29% adalah jumlah siswa yang
mendapat nilai 55,00-69,99 termasuk kategori cukup. Untuk kategori kurang tidak
ada seorang pun yang memperolehnya. Jadi dapat diketahui bahwa siswa yang
belum mencapai nilai batas ketuntasan belajar sebesar 70 masih terdapat 6 siswa
atau 14,29%.
ketuntasan belajar yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 70. Hal ini disebabkan
oleh pemerolehan skor yang sudah maksimal pada tiap-tiap aspek. Siswa juga
menulis teks petunjuk. Keenam aspek tersebut, yaitu: (1) kejelasan petunjuk; (2)
ketepatan tata urutan petunjuk; (3) keefektifan kalimat; (4) penggunaan ejaan dan
tanda baca; (5) kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk; dan
(6) tampilan petunjuk. Adapun hasil masing-masing aspek secara rinci dapat
nilai tertinggi yang berhasil dicapai oleh 4 siswa sebesar 20. Nilai terendah pada
aspek ini dicapai oleh 5 siswa sebesar 10. Secara rinci, hasil yang diperoleh siswa
petunjuk melakukan sesuatu pada aspek kejelasan petunjuk untuk kategori sangat
baik sebanyak 4 siswa atau 9,52%. Untuk kategori baik sebanyak 33 siswa atau
78,57%. Kategori cukup dicapai oleh 5 siswa atau 11,91%. Kategori kurang tidak
dicapai oleh seorang pun. Jadi, rata-rata skor klasikal pada aspek kejelasan
petunjuk pada menulis petunjuk melakukan sesuatu sebesar 14,88. Siswa cukup
11,91% yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 35 orang
atau 83,33% . Kategari cukup dicapai sebanyak 2 siswa atau 4,76%. Untuk
kategori kurang tidak ada satu orang pun yang mencapainya. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa secara klasikal nilai rata-rata kemampuan siswa dalam
menulis petunjuk membuat sesuatu dilihat dari aspek kejelasan petunjuk sebesar
15,4.
berhasil mencapai kategori sangat baik. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh
33 siswa atau 78,57%. Kategori cukup diperoleh sebanyak 4 siswa atau 9,52%.
Tidak ada seorang pun yang memperoleh kategori kurang. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata secara klasikal kemampuan siswa dalam
121
kategori baik.
Dari ketiga data tersebut dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata yang
diperoleh siswa sebesar 15,13. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek kejelasan petunjuk
sudah baik.
Pada aspek kejelasan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah baik karena
sudah banyak siswa yang menulis petunjuk dengan jelas sehingga dapat diikuti
dengan baik. Siswa yang memperoleh nilai tinggi pada aspek ini disebabkan siswa
langkah petunjuk yang dibuat siswa. Petunjuk yang dibuat harus sesuai dengan
urutan yang seharusnya yang ada dalam sebuah petunjuk. Hasil penilaian untuk
Tabel 28 Hasil Tes Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 13 260 30,95 % 655
2. Baik 15 21 315 50 % X =
42
3. Cukup 10 8 80 19,05 % = 15,60
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 655 100 % Baik)
Data pada tabel 28 di atas menunjukkan bahwa terdapat 13 siswa atau
30,95% yang berkategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 21 siswa atau
122
50%. Kategori cukup dicapai oleh 8 siswa atau 19,05%. Untuk kategori kurang
tidak seorang pun yang memperolehnya. Jadi, rata-rata skor yang diperoleh siswa
Tabel 29 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 17 340 40,48 % 665
2. Baik 15 15 225 35,71 % X = 42
3. Cukup 10 10 100 23,81 % = 15,83
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 665 100 % Baik)
40,48% yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh 15 siswa
atau 35,71%. Kategori cukup dicapai oleh 10 siswa atau 23,81%. Untuk kategori
kurang tidak dicapai oleh satu orang pun. Jadi, rata-rata pencapaian kemampuan
siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu pada aspek tata urutan petunjuk
sebesar 15,83.
Tabel 30 Hasil Tes Menulis Petunjuk Menggunakan Sesuatu Aspek Tata Urutan
Petunjuk
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 20 17 340 40,48 % 700
2. Baik 15 22 330 52,38 % X =
42
3. Cukup 10 3 30 7,14 % = 16,67
4. Kurang 5 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 700 100 % Baik)
yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Kategori baik dicapai
123
oleh 22 siswa atau 52,38%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 3 siswa atau
7,14%. Untuk kategori kurang tidak dicapai oleh satu orang pun.
untuk kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek tata urutan
petunjuk sebesar 16,03. Dari skor tersebut dapat diketahui bahwa secara klasikal
siswa sudah baik dalam membuat petunjuk dengan tata urutan yang baik.
Pada aspek tata urutan petunjuk, nilai rata-rata siswa sudah baik karena
sebagian besar siswa sudah menguasai aspek keruntutan pemaparan dengan baik.
Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan siswa tersebut sudah dapat
membuat petunjuk yang urut dan tidak membingungkan serta mudah dipahami.
Siswa dalam mempraktikan petunjuk sudah benar sehingga tidak salah langkah.
salah langkah. Hal ini mengakibatkan petunjuk yang mereka buat kurang urut,
pada kejelasan dan kelugasan kalimat. Kejelasan ini mengandung arti bahwa
itu tidak berbelit-belit. Hasil penilaian untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek
9,52% mampu memperoleh nilai dengan kategori sangat baik. Sebanyak 33 siswa
atau 78,57% yang mampu memperoleh nilai dengan kategori baik. Ada 5 siswa
atau 11,91% yang berhasil mencapai kategori cukup. Kategori kurang tidak
dicapai oleh seorang pun. Jadi, keseluruhan hasil kemampuan menulis petunjuk
14,9.
Data pada tabel 32 tersebut menunjukkan bahwa ada 4 siswa atau 9,52%
yang mampu mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu
mencapai kategori baik sejumlah 35 siswa atau 83,33%. Kategori cukup dicapai
oleh 3 siswa atau 7,15%. Untuk kategori kurang tidak dicapai oleh seorang pun.
125
Jadi, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau
Data pada tabel 33 tersebut menunjukkan bahwa ada 4 siswa yang mampu
mencapai nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mampu mencapai
kategori baik sejumlah 34 siswa atau 80,96%. Kategori cukup dicapai oleh 4
siswa atau 9,52%. Untuk kategori kurang tidak dicapai oleh seorang pun. Jadi,
bahwa skor rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari
aspek keefektifan kalimat sebesar 15,01. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
dalam menulis petunjuk tidak menggunakan kalimat yang terlalu panjang tetapi
jelas, terlihat dari rata-rata kesalahan kalimat yang kurang efektif hanya ada 1-2
kalimat saja. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan oleh kemampuan
siswa dalam menggunakan kalimat sudah baik, singkat, dan jelas. Siswa yang
126
4.1.4.4 Hasil Tes Menulis Petunjuk Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda
Baca
Penilaian penggunaan aspek tanda baca pada kemampuan menulis
petunjuk difokuskan pada penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, dan
penulisan kata depan. Hasil tes untuk tiga jenis petunjuk ditinjau dari aspek
penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
kemampuan siswa dalam menulis petunjuk melakukan sesuatu ditinjau dari aspek
penggunaan ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,61. Dari rata-rata tersebut
terdapat 10 siswa atau 23,81% yang mencapai nilai dengan kategori sangat baik.
Untuk kategori baik dicapai oleh 26 siswa atau 61,90%. Sisanya, untuk kategori
cukup diperoleh sebanyak 6 siswa atau 14,29%. Untuk kategori kurang tidak
Tabel 35 Hasil Tes Menulis Petunjuk Membuat Sesuatu Aspek Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca
No Kategori Skor Frekuensi Bobot Persentase Rata-rata
Skor (%) Skor
1. Sangat Baik 15 12 180 28,57 % 502,5
2. Baik 11,25 26 292,5 61,91 % X = 42
3. Cukup 7,5 4 30 9,52 % =11,96
4. Kurang 3,75 0 0 0 % (Kategori
Jumlah 42 502,5 100 % Baik)
menulis petunjuk membuat sesuatu aspek penggunaan ejaan dan tanda baca secara
klasikal mencapai 11,96. Dari rata-rata tersebut terdapat 12 siswa atau 28,57%
yang mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 26
orang atau 61,91%. Kategori cukup berhasil diperoleh sebanyak 4 siswa atau
61,91%. Untuk kategori kurang tidak ada seorang pun yang memperolehnya.
aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mencapai rata-rata 11,88. Dari nilai rata-
rata tersebut terdapat 12 siswa atau 28,57% yang memperoleh nilai dengan
kategori sangat baik. Kategori baik dicapai siswa sebanyak 25 orang atau 59,52%.
128
Untuk kategori cukup diperoleh sebanyak 5 siswa atau 11,91%. Dan tidak ada
bahwa kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau dari aspek penggunaan
ejaan dan tanda baca rata-rata mencapai 11,8. Dari rata-rata tersebut dapat
diketahui bahwa siswa sudah baik dalam menggunakan ejaan dan tanda baca.
bacanya sudah tepat. Siswa yang memperoleh nilai tinggi disebabkan kesalahan-
baik.
sasaran petunjuk difokuskan pada penggunaan kata-kata (pilihan kata) yang harus
disesuaikan dengan sasaran dari petunjuk yang dibuat. Hasil penilaian aspek
kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk dapat dilihat pada
61,90% yang berhasil mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dicapai oleh
16 siswa atau 38,10%. Tidak ada satu orang pun yang mendapat nilai dengan
kategori cukup maupun kategori kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis
petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang
66,67% yang mendapat kategori sangat baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 14
siswa atau 33,33%. Untuk kategori cukup dan kategori kurang tidak ada seorang
pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal kemampuan siswa dalam menulis
petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang
71,43% yang mendapat kategori sangat baik. Untuk kategori baik dicapai oleh 12
siswa atau 28,57%. Untuk kategori cukup dan kategori kurang tidak ada seorang
pun yang memperolehnya. Jadi, secara klasikal kemampuan siswa dalam menulis
petunjuk membuat sesuatu jika ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang
bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk jika
ditinjau dari aspek kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk
sebesar 13,75. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa secara umum
kemampuan siswa sudah baik dalam menggunakan kata-kata yang sesuai dengan
sasaran dari petunjuk yang dibuat. Sudah tidak ada siswa yang menggunakan
kata-kata dari bahasa daerah. Sebagian besar siswa sudah menggunakan kosakata
kerapian petunjuk. Hasil penilaian terhadap aspek tampilan petunjuk dapat dilihat
7,15% berhasil memperoleh nilai dalam kategori sangat baik. Sebanyak 35 siswa
atau 83,33% berhasil memperoleh kategori baik. Siswa yang mampu meraih skor
untuk kategori cukup sebanyak 4 siswa atau 9,52%. Untuk kategori kurang tidak
dicapai oleh seorang pun. Jadi, secara klasikal kemampuan siswa dalam menulis
petunjuk melakukan sesuatu jika ditinjau dari aspek tampilan petunjuk sebesar
7,44.
4,76% berhasil memperoleh skor dengan kategori sangat baik. Sebanyak 39 siswa
atau 92,86% berhasil memperoleh nilai dengan kategori baik. Sisanya, hanya 1
siswa atau 2,38% yang mampu meraih skor untuk kategori cukup. Jadi, secara
siswa atau 76,18% berhasil memperoleh nilai dengan kategori baik. Sisanya,
sebanyak 5 siswa atau 11,91% meraih skor untuk kategori cukup. Jadi, secara
bahwa secara klasikal rata-rata kemampuan siswa dalam menulis petunjuk ditinjau
dari aspek tampilan petunjuk sebesar 7,37. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui
bahwa secara umum tampilan dari petunjuk yang dibuat siswa sudah cukup baik.
Petunjuk yang mereka buat sudah rapi serta telah memberi judul yang menarik.
Hasil penelitian nontes pada siklus I ini didapatkan dari hasil observasi,
uraian berikut.
menulis petunjuk dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan
perubahan perilaku siswa. Siswa yang sebagian besar pada siklus I kurang
mengikuti pembelajaran dengan baik, pada siklus II ini sebagian besar sudah
lebih rinci dapat dipaparkan bahwa siswa yang sangat aktif dalam mengikuti
petunjuk.
diajukan guru sebesar 78,57%. 21,43% siswa sudah cukup berani dalam bertanya
21,43% siswa termasuk dalam kategori cukup aktif. Siswa yang serius ketika
dihadirkan ke dalam kelas. Siswa yang sangat antusias dalam berinteraksi dengan
134
media sebesar 23,81%. Sementara 61,9% siswa merasa antusias. Siswa yang
diketahui bahwa siswa yang sangat aktif dalam mempraktikan petunjuk terlebih
19,05%.
sebesar 69,05%. Sisanya sebanyak 11,9% siswa tampak cukup aktif dalam
terdapat 80,95% siswa yang memberikan tanggapan baik terhadap tugas yang
diberikan guru. Keseriusan ini tampak dari masing-masing siswa yang terlihat
sibuk sendiri dengan tugas-tugas mereka. 19,05% siswa tampak cukup serius
pemanfaatan waktu yang sudah direncanakan. Pada siklus II ini, siswa sudah
banyak yang mampu mengerjakan tes menulis petunjuk dalam waktu yang telah
ditentukan.
menuju pada perilaku positif. Sebagian besar siswa sudah mampu mengikuti
Keadaan ini tentu saja merupakan sesuatu hal yang sangat diharapkan
karena guru sudah berusaha secara maksimal untuk merubah pola pembelajaran
menjadi lebih santai dan menyenangkan, namun masih tetap dalam konteks
Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II ini masih sama dengan
siklus I yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut mengungkap
menulis petunjuk dengan menggunakan the real things media melalui pendekatan
PAKEM. Hasil secara keseluruhan dari kedua jurnal tersebut dipaparkan pada
Jurnal siswa ini merupakan lembar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa.
Jurnal siswa diisi setelah pembelajaran menulis petunjuk. Jurnal siswa ini meliputi
akan dibuat, (3) pendapat siswa terhadap kehadiran benda-benda nyata sebagai
media pembelajaran, (4) kesulitan yang dihadapi siswa ketika menulis petunjuk,
dan (5) pesan dan kesan siswa berkaitan dengan pembelajaran yang telah diikuti.
Dari jurnal siswa menunjukkan bahwa masih ada sebagian besar siswa
Sebanyak 9 siswa atau 21,43% masih mendapat skor dengan kategori cukup.
136
Untuk kategori kurang, tidak ada seorang pun yang mengalaminya. 12 siswa atau
28,57% yang cukup mengalami kesulitan dalam aspek kejelasan petunjuk. Ada 11
siswa atau 26,19% yang memperoleh skor dengan kategori cukup untuk
menentukan tata urutan dari sebuah petunjuk. Tata urutan yang dibuat masih ada
yang terbalik. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan siswa bagaimana
mempraktikan petunjuk itu, mana yang didahulukan dan mana yang terakhir.
Begitu juga untuk masalah penggunaan ejaan dan tanda baca yang cukup
mereka kuasai dengan baik yaitu persentase sebesar 45,24% atau sebanyak 19
siswa. Hanya satu siswa atau 2,38% sudah cukup menguasai masalah kesesuaian
bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk. Sebanyak 10 siswa atau 23,81%
petunjuk yang dilakukan oleh peneliti. Sebanyak 38 siswa atau 90,48% merasa
berkurang yaitu sebesar 9,52% atau sebanyak 4 siswa saja. Perasaan ini berkurang
karena pada siklus II ini siswa ditugaskan untuk membawa sendiri media yang
akan mereka gunakan untuk menulis petunjuk. Jadi siswa sudah lebih mengenal
media tersebut dan mungkin sudah biasa mereka lakukan dalam kehidupan sehari-
hari.
mempraktikan petunjuk yang akan mereka tulis yaitu sebanyak 92,86% atau 39
siswa. Mereka merasa senang karena saat mempraktikan petunjuk, siswa dapat
137
the manis, siswa dapat mencicipi hasil petunjuk yang dibuatnya. Mereka tampak
nyata sebagai media pembelajaran menulis petunjuk, yaitu sebanyak 40 siswa atau
95,24%. Mereka merasa terbantu dan dimudahkan dalam menulis petunjuk karena
dapat mempraktikan terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka tulis, sehingga
petunjuk yaitu mengenai penggunaan ejaan dan tanda baca serta keefektifan
kalimat. Mereka sudah tidak merasa bingung dan tidak kerepotan lagi ketika
diminta untuk menulis petunjuk sebanyak tiga jenis sekaligus. Sisanya, 34 siswa
petunjuk dengan menggunakan the real things media. Mereka merasa bahwa
mempelajari petunjuk itu sangat penting serta berguna bagi kehidupan mereka.
Mereka merasa bahwa tanpa adanya petunjuk yang jelas dan baik, seseorang tidak
akan mampu untuk melakukan, membuat, atau pun menggunakan sesuatu dengan
Sebanyak 3 siswa atau 7,14% memberikan kesan yang kurang baik. Mereka
138
Jurnal guru pada siklus II masih berisi segala hal yang dirasakan guru
jurnal guru ini adalah sebagai berikut: (1) kesiapan siswa terhadap pembelajaran
nyata sebagai media pembelajaran menulis petunjuk; (3) respon siswa terhadap
kegiatan mempraktikan langsung petunjuk yang akan dibuat; (4) respon siswa
terhadap kegiatan menulis petunjuk; (5) keaktifan siswa dalam mengikuti seluruh
rangkaian kegiatan dalam pembelajaran menulis petunjuk; dan (6) situasi atau
menulis petunjuk pada siklus II berlangsung, guru menilai bahwa siswa lebih siap
untuk menerima pembelajaran hari itu. Hal ini terlihat mulai dari awal
siklus I. Siswa juga bersemangat menanyakan hasil tes pada siklus I dan mereka
baik. Mereka menanggapi positif ketika mereka diminta untuk mengamati dan
aktif jika dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II ini siswa tidak malu lagi
untuk bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Situasi kelas sudah kondusif
sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik dan siswa merasa lebih
Pada siklus II, sasaran wawancara masih tetap ditujukan kepada enam
siswa yang terdiri atas dua orang yang mendapat nilai tertinggi, dua orang yang
mendapat nilai sedang, dan dua orang yang mendapat nilai rendah. Wawancara ini
mengungkap 10 butir pertanyaan, sebagai berikut: (1) apakah selama ini siswa
senang dengan pembelajaran manulis; (2) apakah siswa pernah belajar menulis
petunjuk dengan menggunakan the real things media; (4) apakah benda-benda
nyata itu mampu merangsang siswa untuk menulis petunjuk; (5) bagaimana
perasaan siswa ketika diminta untuk menulis petunjuk; (6) bagaimana perasaan
siswa ketika mempraktikan langsung petunjuk yang akan siswa susun; (8)
kesulitan apa yang siswa hadapi ketika diminta untuk menulis petunjuk; (9) usaha
140
apa yang siswa lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut; dan (10) pendapat
siswa tentang pelajaran menulis petunjuk yang telah dilaksanakan dan saran siswa
dapat diketahui bahwa semua siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis.
petunjuk seperti yang dibelajarkan oleh peneliti. Perasaan senang juga mereka
dalam kelas sudah mampu merangsang siswa untuk menuliskan petunjuk yang
berkaitan dengan media tersebut. Hal ini diperkuat dengan pengakuan siswa yang
adanya the real things media sebagai media pembelajaran dalam menulis
petunjuk. Mereka mengaku cepat mendapat ide untuk menulis petunjuk ketika
senang praktik daripada mengingat karena dengan praktik langsung siswa akan
melakukan sesuatu itu benar. Kegiatan ini menyebabkan siswa cenderung lebih
aktif dan kreatif karena siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang
salah langkah, sehingga petunjuk yang mereka susun adalah petunjuk yang tidak
baik.
diwawancara, semua siswa menyatakan sangat senang dan sudah tidak bingung
lagi. Kesan baik mereka tujukan. Mereka sangat senang dengan bentuk
menulis petunjuk yang baik dan mereka merasa sangat terbantu serta
lain.
Pada siklus II ini, dokumentasi foto yang diambil masih tetap difokuskan
pada kegiatan selama pembelajaran dan ketika pembelajaran telah selesai, yaitu
petunjuk, dan saat siswa yang sedang diwawancara. Dokumentasi berupa gambar
142
berikut.
Kali pertama guru membuka pelajaran dengan memberi semangat pada siswa
gambar tampak seluruh siswa menirukan guru dengan mengangkat tangan mereka
dan membentuk jari menyerupai huruf “C”. Hal ini menandakan bahwa siswa
diajarkan disiklus I. Selanjutnya guru dan siswa membahas hasil tes siklus I.
Siswa tampak bersemangat ketika menanyakan hasil tes pada siklus I dan mereka
yang telah dibawa oleh masing-masing siswa. Dari hasil eksplorasi tersebut akan
merangsang siswa memunculkan ide terhadap petunjuk yang akan dibuat. Pola
pembelajaran ini sengaja dibuat agar siswa mengalami sendiri dengan melibatkan
berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba, dan rasa. Pada gambar tersebut tampak
seorang siswa serius dalam kegiatan eksplorasi ini karena dia tidak mau menyia-
Pada gambar tersebut tampak seorang siswa tengah menggelar kain dan
mencari letak yang perlu dijahit. Siswa tersebut mengamati kain, jarum, dan
benang yang dia bawa untuk mempraktikan sebuah petunjuk yang akan
siswa melakukan interaksi dengan media baik itu berhubungan langsung dengan
media yang akan ditulis maupun berhubungan dengan teman satu kelompok.
Tujuannya agar siswa lebih mengenal media yang akan mereka tulis. Tampak
pada gambar, seorang siswa sedang berinteraksi dengan media yaitu dasi. Siswa
terlebih dahulu petunjuk yang akan mereka susun. Secara individu, siswa tampak
aktif dalam kegiatan ini. Hal ini dikarenakan petunjuk yang akan mereka tulis
adalah petunjuk yang sudah pernah mereka lakukan, seperti gambar di atas adalah
menulis petunjuk dengan menggunakan the real things media yang dihadirkannya
sendiri ke dalam kelas. Pada siklus II ini siswa diminta membawa sendiri
peralatan serta media yang akan mereka gunakan untuk menulis tiga jenis
petunjuk. Dengan demikian, siswa merasa dimudahkan dan terbantu oleh media
tersebut.
146
ketika siswa tengah sibuk menulis petunjuk yang telah mereka praktikan terlebih
siswa yang diwawancara, yaitu 2 siswa yang mendapat nilai tinggi, 2 siswa yang
mendapat nilai sedang, dan 2 siswa yang mendapat nilai tinggi. Pada gambar
efektivitas waktu.
siklus II ini siswa lebih memahami materi mengenai menulis petunjuk, siswa
menjadi lebih aktif dan kreatif. Siswa tidak malu lagi dalam bertanya dan tidak
takut lagi dalam menjawab pertanyaan dari guru (peneliti). Hal ini dikarenakan
pada siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sehingga siswa menjadi lebih
4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil siklus I dan hasil
siklus II, yaitu berupa data tes dan data nontes. Pembahasan hasil tes penelitian
mengacu pada pemerolehan skor yang dicapai siswa ketika ditugaskan unruk
meliputi enam aspek, yaitu: (1) kejelasan petunjuk, (2) ketepatan tata urutan
petunjuk, (3) keefektifan kalimat, (4) penggunaan ejaan dan tanda baca, (5)
kesesuaian bahasa yang digunakan dengan sasaran petunjuk, dan (6) tampilan
penelitian, yaitu: (1) lembar observasi; (2) jurnal, baik jurnal siswa maupun jurnal
dengan berbagai pertanyaan agar siswa selalu terlatih untuk berpikir. Kemudian
guru menjelaksan segala kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa. Kegiatan inti
melibatkan berbagai indera seperti lihat, cium, dengar, raba, dan rasa. Selanjutnya
tersebut.
149
oleh guru. Siswa diminta untuk menyusun tiga jenis petunjuk, yaitu petunjuk
langsung petunjuk yang akan dibuat. Hasil tes menulis dari masing-masing
petunjuk kemudian direkap untuk mendapatkan hasil keseluruhan dari tes menulis
petunjuk. Hasil tes menulis petunjuk tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
siklus I dan siklus II, dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa pada setiap aspek
Hasil tes menulis petunjuk siklus I dengan nilai rata-rata klasikal mencapai
68,99 termasuk dalam kategori cukup karena berada pada rentang nilai 55,00-
69,99. Dengan demikian, hasil tersebut belum mencapai batas minimal ketuntasan
belajar secara klasikal sebesar 70. Rata-rata tersebut diperoleh dari skor rata-rata
tiap aspek pada penilaian kemampuan menulis petunjuk. Pada aspek kejelasan
petunjuk rata-rata skor yang diperoleh sebesar 13,45. Dari hasil tersebut
150
menunjukkan bahwa petunjuk yang dibuat siswa sudah cukup jelas. Pada aspek
ketepatan tata urutan petunjuk diperoleh skor rata-rata sebesar 13,75. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menulis petunjuk dengan cukup
baik. Pada aspek keefektifan kalimat diperoleh skor rata-rata sebesar 12,46. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa secara umum siswa sudah cukup baik dalam
menyusun kalimat yang efektif dalam menulis petunjuk yang dibuatnya. Pada
aspek penggunaan ejaan dan tanda baca diperoleh data yang menunjukkan bahwa
skor rata-rata klasikal sebesar 11,64. Data tersebut menunjukkan bahwa secara
umum siswa sudah menggunakan ejaan dan tanda baca dengan cukup baik. Hal ini
diperoleh skor rata-rata sebesar 13,36. Data tersebut menunjukkan bahwa secara
umum siswa sudah cukup mampu menulis petunjuk dengan bahasa yang sesuai
dengan sasaran dari petunjuk yang dibuat. Sementara itu, pada aspek yang terakhir
yaitu aspek tampilan petunjuk diperoleh skor rata-rata sebesar 4,33. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa secara umum tampilan dari petunjuk yang dibuat
79,19. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tersebut termasuk
dalam kategori baik yakni berada pada rentang 70,00-84,99. Pencapaian skor
tersebut berarti sudah memenuhi bahkan melampaui target yang sudah ditetapkan.
Pada aspek kejelasan petunjuk diperoleh skor rata-rata sebesar 15,12. Dari
rata-rata tersebut menunjukkan bahwa secara umum hasil petunjuk yang dibuat
151
siswa sudah jelas. Pada aspek ketepatan tata urutan petunjuk diperoleh rata-rata
sebesar 16,03. Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa secara umum tata urutan
yang ada pada petunjuk siswa sudah tepat. Siswa sebagian besar sudah mampu
menulis petunjuk dengan urutan yang tepat tanpa ada satu urutan pun yang kurang
atau terbalik. Pada aspek keefektifan kalimat diperoleh rata-rata sebesar 15,00.
Dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa secara umum petunjuk yang dibuat
siswa sudah mengandung kalimat efektif dengan baik. Dari kalimat-kalimat yang
ada pada petunjuk siswa rata-rata ditemukan 1-3 kalimat saja yang kurang efektif.
Selanjutnya pada aspek penggunaan ejaan dan tanda baca diperoleh rata-rata
sebesar 11,82. Data tersebut menunjukkan bahwa secara umum ejaan dan tanda
baca yang digunakan siswa sudah sangat baik. Jumlah kesalahan yang ada
siswa sudah mampu membuat petunjuk dengan bahasa yang sesuai dengan
sasaran dari petunjuk yang dibuat tersebut. Pada aspek terakhir yaitu aspek
tampilan yang baik. Petunjuk yang dibuat sudah rapi dan menarik. Dengan
10,20% dari rata-rata siklus I. Maka dari itu, tindakan siklus III tidak perlu
dilakukan.
152
maupun siklus II, kemampuan siswa dalam menulis petunjuk masih kurang.
meningkatkan kualitas pola pikir siswa. Kreativitas dan keaktifan siswa pun
semakin baik.
terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif. Pengetahuan yang didapat siswa pun
menjadi lebih bermakna karena siswa mengalami dan menemukan sendiri dan
bukan sekadar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Guru dalam hal ini
hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar
siswanya.
dengan adanya perubahan perilaku siswa dari siklus I sampai siklus II.
Berdasarkan data hasil nontes yaitu melalui observasi, jurnal, wawancara, dan
153
dokumentasi (foto) pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis petunjuk dengan the real things media melalui
dibuktikan dengan beberapa siswa yang terlihat ramai dan kurang bersemangat
guru yang masih merupakan hal baru bagi siswa sehingga perlu adanya
penyesuaian.
yang harus dipecahkan untuk upaya perbaikan pada siklus II. Rencana
pembelajaran pada siklus II harus lebih matang dari pada siklus I. Pola
yang tercantum pada jurnal dan wawancara. Secara umum siswa menginginkan
bentuk pembelajaran yang sama yaitu dengan the real things media melalui
yang harus dimiliki siswa masih menjadi alternatif pembelajaran aktif (active
petunjuk yang dibuat. Penekanan siklus II ini lebih diutamakan pada proses
sebuah petunjuk dengan benar. Pembelajaran dengan the real things media
yang lebih kondusif. Siswa tampak lebih siap mengikuti pembelajaran dengan
segala tugas yang diberikan guru. Siswa terlihat lebih senang dan menikmati pola
pembelajaran yang diterapkan peneliti. Siswa lebih aktif dan lebih kreatif dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa pun dengan senang hati menulis petunjuk sesuai
yang ditugaskan guru. Hal ini disebabkan oleh kondisi siswa yang mulai terbiasa
menulis petunjuk. Dengan latihan, siswa semakin terlatih dan tidak dapat
dipungkiri lagi kemampuan siswa dalam menulis petunjuk akan semakin baik.
Kenyataan ini telah dibuktikan pada hasil tes menulis petunjuk siswa dari siklus I
sampai siklus II yang semakin meningkat, siswa pun menjadi semakin terampil
mengalami perubahan yang mengarah pada perilaku positif yaitu siswa semakin
aktif dan lebih bersemangat. Suasana kelas pun berubah menjadi lebih aktif dan
petunjuk yang akan ditulis, tidak lagi menjadi hal yang asing bagi siswa. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar dengan menggunakan the real things
155
adalah sangat baik karena dapat membantu siswa dalam memahami penulisan
petunjuk yang baik dan memberikan pengetahuan yang lebih mengena kepada
siswa karena adanya upaya dari diri siswa untuk mengalami dan menemukan
menjadi lebih termotivasi untuk dapat menulis petunjuk dengan lebih baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.1.2 Perilaku siswa kelas VIIIE SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes setelah
dan dokumentasi (foto) yang diambil pada siklus I dan siklus II. Perubahan
perilaku siswa dapat terlihat secara jelas pada saat proses pembelajaran
156
157
terjadi perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Siswa terlihat
positif yang ditunjukkan siswa. Sikap siswa sebagian besar sudah mampu
miliki. Dalam mengerjakan tes pun siswa sudah terlihat lebih semangat.
5.2 Saran
5.2.1 Para guru bahasa Indonesia sebaiknya menggunakan the real things media
siswa untuk aktif berpikir dan berusaha untuk mengalami dan menemukan
agar lebih mengena bagi siswa. Oleh karena itu, para peneliti dalam bidang
Depdiknas. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2004. Menulis Surat, Iklan, Poster, dan Petunjuk (Bahan Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP). Jakarta: Depdiknas.
Doyin, Mukh, dkk.. 2002. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah.
Semarang: Nusa Budaya.
Gerlach, Vernon S. dan Doneld P. Ely. 1980. Teaching and Media A Systematic
Approach. New Jersey: Prentice Hall.
159
160
Mulyati, Yeti, dkk.. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Oshima, Alice dan Ann Hogue. 1997. Introduction to Academic Writing. New
York: Longman.
Sausa, David A. 2001. Bagaimana Mengelola KBM yang Efisien, Efektif, dan
Menyenangkan? BruderFIC.or.id (31 April 2005).
Subana dan Sunarti. 2004. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia berbagai
Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka
Setia.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Wagiran dan Mukh Doyin. 2005. Curah Gagasan Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: Rumah Indonesia.