You are on page 1of 8

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No.

1 Feb 2009 27

Tinjauan Kritis Atas CA (Certificate/Certification Authority)


dalam UU ITE: Persfektif Akademis

Dedy Cahyadi*

Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA Universitas Mulawarman


Jl. Barong Tongkok no.5 Kampus Unmul Gn. Kelua Sempaja Samarinda 75119

Abstrak
Perkembangan internet sebagai salah satu media infromasi dan komunikasi, menjadikan pertukaran informasi
atau transaksi data merupakan hal yang umum terjadi termasuk hal yang negatif. CA merupakan lembaga
yang mengatur berbagai regulasi kepercayaan di dalam transaksi elektronik. Sertifikat keandalan seperti
yang di atur dalam Pasal 10 UU ITE, merupakan kebutuhan pasar yang biasanya terbentuk dengan sendirinya
atas permintaan pasar berupa lembaga non pemerintah (swasta) serta pemberdayaan YLKI (non pemerintah)
dan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (pemerintah) bisa di buat menjadi CA dengan mengikuti
aturan-aturan internasional akan pembentukan CA. Semua transaksi yang bernilai komersil terjadi di internet
yang melibatkan kedua belah pihak memerlukan pihak ke tiga (Trusted third party) atau CA sebagai
jembatan kepercayaan dan aspek legalitas kedua belah pihak yang bertransaksi, termasuk transaksi yang
melibatkan pihak perbankan, atau institusi keuangan lainnya. UU ITE belum menjabarkan peraturan
penyelenggara sertifikasi atau CA sehingga diperlukan peraturan lain sebagai persyaratan pelaksanaan pasal
12,13 dan 14 dalam UU ITE, namun di beberapa hukum nasional dan internasional pelaksanaan CA bisa
dilakukan dengan mengambil persamaan materi muatan hukum.

Kata kunci : Undang-undang, Transaksi Elektronis, Informasi, Cyberlaw, Certification Authority,


Certificate Authority

I. Pendahuluan 2007), kemudian pembobolan situs KPU, kasus


Pada Januari 1960, J.C.R. Licklider menuangkan Klik BCA sampai dengan Redirecting DNS situs
ide pertama kali tentang internet ke dalam resmi presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
papernya, Man-Computer Symbiosis. Kemudian
Oktober 1962, DARPA mengangkat Licklider II. Regulasi Internasional tentang CA
sebagai kepala riset computer yang salah satu (Certificate Authority)
risetnya menghubungkan tiga komputer yaitu 2.1. Perlunya CA sebagai Trusted third party
System Development Corporation di Santa CA atau Certification / Certificate Authority
Monica, University of California, Berkeley dan merupakan sebuah badan hukum yang berfungsi
MIT. Dan terus berkembang yang akhirnya di sebagai pihak ketiga (Trusted third party) yang
sebut ARPANET, dari ARPANET lahir berbagai layak dipercaya, yang memberikan dan
standar interkoneksi salah satunya TCP/IP yang mengaudit sertifikat elektronik/digital serta
menghubungkan jaringan komputer pada saat ini, menyediakan layanan keamanan yang dapat
atau di kenal dengan istilah internet. dipercaya oleh pengguna dalam menjalankan
pertukaran informasi secara elektonis dan
Walau Indonesia termasuk ke dalam negara yang memenuhi 4 aspek keamanan (Confidentiality;
lambat pertumbuhan internetnya, namun masih Authentification; Integrity; Non repudiation)
merupakan pasar yang potensial di kawasan Asia (Ramli, 2006).
tenggara karena jumlah penduduknya terbesar,
sehingga akan di prediksikan memiliki CA berkedudukan sebagai pihak ketiga yang
pertumbuhan pengguna internet yang besar pula. dipercaya untuk memberikan
kepastian/pengesahan terhadap identitas dari
Seiring dengan perkembangan internet sebagai seseorang/pelanggan (klien CA tersebut). Selain
salah satu media infromasi dan komunikasi, maka itu CA juga mengesahkan pasangan kunci publik
pertukaran informasi atau transaksi data dan kunci privat milik orang tersebut. Proses
merupakan hal yang umum terjadi termasuk hal sertifikasi untuk mendapatkan pengesahan dari
yang negatif terhadap penggunaan internet seperti CA dapat dibagi menjadi 3 tahap:
kasus Clearing BRI Yogyakarta (25 Juni 1984)
merupakan kasus yang pertama kejahatan melalui 1. Pelanggan/subscriber membuat sendiri
komputer di bawa ke mahkamah agung (Harris, pasangan kunci privat dan kunci
* e-mail : dedy.cahyadi@gmail.com
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. 1 Feb 2009 28

publiknya dengan menggunakan transfer pesan dan berbagai kegiatan dengan


software yang ada di dalam komputernya media internet secara aman dengan pihak pemilik
2. Menunjukan bukti-bukti identitas dirinya sertifikat.
sesuai dengan yang disyaratkan CA
3. Membuktikan bahwa dia mempunyai Fungsi-fungsi CA yang telah kita bicarakan di
kunci privat yang dapat dipasangkan atas dapat kita golongkan sebagai berikut :
dengan kunci publik tanpa harus
memperlihatkan kunci privatnya. 1. Membentuk hierarki bagi
penandatanganan digital.
Tahapan-tahapan tersebut tidak mutlak harus 2. Mengumumkan peraturan-peraturan
seperti di atas, akan tetapi tergantung pada mengenai penerbitan sertifikat.
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh 3. Menerima dan memeriksa pendaftaran
CA itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan yang diajukan.
level/tingkatan dari sertifikat yang diterbitkannya
dan level ini berkaitan juga dengan besarnya Selain itu, pihak-pihak yang terlibat dalam e-
kewenangan yang diperoleh pelanggan/subscriber commerce tidak hanya dilihat pada statusnya
berdasarkan sertifikat yang didapatkannya.
sebagai pihak, melainkan juga dengan melihat
Semakin besar kewenangannya yang diperoleh
kedudukannya dalam perikatan, yaitu sebagai
dari suatu Digital Certificate yang diterbitkan
berikut:
oleh CA semakin tinggi pula level sertifikat yang
diperoleh serta semakin ketat pula persyaratan
yang ditetapkan oleh CA Sebagai contoh; untuk 1. Penjual (merchant)
mendapatkan suatu sertifikat yang mempunyai 2. Pembeli (buyer)
level kewenangan yang cukup tinggi, terkadang 3. Certification Authority (CA)
CA bahkan memerlukan kehadiran secara fisik si Selanjutnya, ada juga para pihak yang
subscriber sehingga CA dapat memperoleh andilnya tidak kalah penting, yaitu :
kepastian pihak yang akan memperoleh sertifikat 4. Account Issuer (penerbit rekening
tersebut. contoh: kartu kredit)
5. Jaringan pembayaran (contohnya Visa
dan Mastercard)
Setelah persyaratan-persyaratan tersebut diuji
6. Internet Service Provider (ISP)
keabsahannya maka CA menerbitkan sertifikat 7. Internet Backbone
pengesahan (dapat berbentuk hard-copy maupun
soft-copy). Sebelum diumumkan secara luas
Perusahaan atau lembaga CA yang basa
subscriber terlebih dahulu mempunyai hak untuk
digunakan di internet antara lain, VeriSign,
melihat apakah informasi-informasi yang ada Thawte, GeoTrust, Comodo, CaCert.org.
pada sertifikat tersebut telah sesuai atau belum.
Apabila informasi-informasi tersebut telah sesuai
2.2. Instrumen Hukum Internasional
maka subscriber dapat mengumumkan sertifikat Instrumen Hukum Internasional di bidang
tersebut secara luas atau tindakan tersebut dapat kejahatan cyber (Cyber Crime) merupakan sebuah
diwakilkan kepada CA atau suatu badan lain yang fenomena baru dalam tatanan Hukum
berwenang untuk itu (suatu lembaga notariat).
Internasional modern mengingat kejahatan cyber
Selain untuk memenuhi sifat integrity dan sebelumnya tidak mendapat perhatian negara-
authenticity dari sertifikat tersebut, CA akan negara sebagai subjek Hukum Internasional.
membubuhkan digital signature miliknya pada Dimana terdapat tiga yuridiksi hukum
sertifikat tersebut. internasional (Ramli, 2006), yaitu:
1. Yurisdiksi menetapkan undang-undang
Informasi-informasi yang terdapat di dalam (the jurisdiction of prescribe);
sertifikat tersebut diantaranya dapat berupa : 2. Yurisdiksi penegakan hukum (the
jurisdiction to enforcve);
1. Identitas CA yang menerbitkannya. 3. Yurisdiksi menuntut (the jurisdiction to
2. Pemegang/pemilik/subscriber dari adjudicate).
sertifikat tersebut.
3. Batas waktu keberlakuan sertifikat Munculnya bentuk kejahatan baru yang tidak saja
tersebut. bersifat lintas batas (transnasional) tetapi juga
4. Kunci publik dari pemilik sertifikat. berwujud dalam tindakan-tindakan virtual telah
menyadarkan masyarakat internasional tentang
Setelah sertifikat tersebut diumumkan maka perlunya perangkat Hukum Internasional baru
pihak-pihak lain dapat melakukan transaksi, yang dapat digunakan sebagai kaidah hukum

Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman


Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. 1 Feb 2009 29

internasional dalam mengatasi kasus-kasus antara pelaksanaan penegakan hukum dan hak
Cybercrime. azasi manusia sejalan dengan Konvensi Dewan
Eropa untuk Perlindungan Hak Azasi Manusia
2.2.1. Uni Eropa dan Konvenan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1966
Instrumen Hukum Internasional publik yang tentang Hak Politik Dan sipil yang memberikan
mengatur masalah Kejatan cyber yang saat ini perlindungan kebebasan berpendapat seperti hak
paling mendapat perhatian adalah Konvensi berekspresi, yang mencakup kebebasan untuk
tentang Kejahatan cyber (Convention on Cyber mencari, menerima dan menyebarkan
Crime) 2001 yang digagas oleh Uni Eropa informasi/pendapat.
(Mursito, Sirait & Wardhana, 2005). Konvensi ini
meskipun pada awalnya dibuat oleh organisasi Konvensi ini telah disepakati oleh Masyarakat
Regional Eropa, tetapi dalam perkembangannya Uni Eropa sebagai konvensi yang terbuka untuk
dimungkinkan untuk diratifikasi dan diakses oleh diakses oleh negara manapun di dunia. Hal ini
negara manapun di dunia yang memiliki dimaksudkan untuk dijadikan norma dan
komitmen dalam upaya mengatasi kejahatan instrumen Hukum Internasional dalam mengatasi
Cyber. kejahatan cyber, tanpa mengurangi kesempatan
setiap individu untuk tetap dapat mengembangkan
Negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa kreativitasnya dalam pengembangan teknologi
(Council of Europe) pada tanggal 23 November informasi.
2001 di kota Budapest, Hongaria telah membuat
dan menyepakati Convention on Cybercrime yang 2.2.2. United Nations in Contracts for
kemudian dimasukkan dalam European Treaty International Sale of Goods (UNCSIG)
Series dengan Nomor 185. Konvensi ini akan Kontrak perdagangan internasional secara umum
berlaku secara efektif setelah diratifikasi oleh (bukan dalam konteks e-commerce) diatur dalam
minimal 5 (lima) negara, termasuk paling tidak United Nations in Contracts for International Sale
ratifikasi yang dilakukan oleh 3 (tiga) negara of Goods (UNCISG) 1980 dan 1986. Indonesia
anggota Council of Europe. Substansi konvensi belum meratifikasi untuk UNCISG tahun 1980,
mencakup area yang cukup luas, bahkan meskipun demikian konvensi ini patut kita
mengandung kebijakan kriminal (criminal policy) pertimbangkan sebagai platform bagi konvensi
yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari jual beli internasional yang baru. Konvensi ini
cyber crime, baik melalui undang-undang maupun mengatur masalah-masalah kontraktual yang
kerjasama internasional. berhubungan dengan kontrak jual beli
internasional.
Hal ini dilakukan dengan penuh kesadaran
sehubungan dengan semakin meningkatnya Konvensi ini sebenarnya hanya mengatur masalah
intensitas digitalisasi, konvergensi, dan jual beli antara business to business (B2B),
globalisasi yang berkelanjutan dari teknologi sedangkan e-commerce yang kita bahas disini
informasi, yang menurut pengalaman dapat juga adalah hubungan bisnis antara Business to
digunakan untuk melakukan tindak pidana. Consumer (B2C) dan juga business to business
Konvensi ini dibentuk dengan pertimbangan- tetapi di dalam konvensi tersebut terdapat
pertimbangan antara lain sebagai berikut : beberapa prinsip yang dapat di adopsi. Konsepsi
Pertama, bahwa masyarakat internasional yang bisa diambil dari konvensi ini antara lain
menyadari perlunya kerjasama antar Negara dan adalah:
Industri dalam memerangi kejahatan cyber dan
adanya kebutuhan untuk melindungi kepentingan 1. Bahwa kontrak tidak harus dalam bentuk
yang sah dalam penggunaan dan pengembangan tertulis (in writing from), tetapi kontrak
teknologi informasi. tersebut bisa saja berbentuk lain bahkan
hanya berdasarkan saksi. Berdasarkan
Kedua, Konvensi saat ini diperlukan untuk aturan tersebut suatu kontrak dapat juga
meredam penyalahgunaan sistem, jaringan dan dalam bentuk data elektronik (misalnya
data komputer untuk melakukan perbuatan dalam format data form yang di-sign
kriminal. Hal lain yang diperlukan adalah adanya dengan digital signature) tapi didalam
kepastian dalam proses penyelidikan dan UNCISG ini belum diatur secara spesifik
penuntutan pada tingkat internasional dan mengenai digital signature. Berdasarkan
domestik melalui suatu mekanisme kerjasama hal tersebut diatas maka suatu kontrak
internasional yang dapat dipercaya dan cepat. jual-beli secara internasional yang
menggunakan digital signature
Ketiga, saat ini sudah semakin nyata adanya berdasarkan hukum internasional secara
kebutuhan untuk memastikan suatu kesesuaian hukum mengikat (legally binding) atau

Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman


Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. 1 Feb 2009 30

mempunyai kekuatan hukum. Mengenai satu tampat (beetwen absent person).


sahnya suatu kontrak yang berbentuk CISG memberikan kepastian di dunia
digital signature ini sebaiknya diatur perdagangan internasional mengenai saat
dalam perundang-undangan tersendiri terjaadinya suatu kontrak. kepastian ini
seperti seperti halnya yang dilakukan di akan memberikan dalam e-commerce
Amerika(negara bagian Utah, tanpa adanya kepastian ini, pertukaran
California), Malaysia, Singapura. antara suatu digital signature akan sulit
menimbulkan hak dan kewajiban yang
2. CISG mencakup materi pembentukan diakui oleh hukum kontrak. E-mail
kontrak secara internasional yang meskipun sifatnya menghubungkan para
bertujuan meniadakan keperluan pihak dengan hampir seketika tetapi
menunjukkan hukum negara tertentu tetap saja terjadi kelambatan(delay)
dalam kontrak perdagangan internasional dalam masalah transmisinya. Juga harus
serta untuk memudahkan para pihak dipertimbangkan adanya sistem yang
dalam hal terjadi konflik antar sistem tidak bekerja secara sempurna sehingga
hukum . CISG berlaku terhadap kontrak suatu offer/acceptance tidak dapat
untuk pejualan barang yang dibuat diterima secara seketika. Kontrak jual-
diantara pihak yang tempat dagangnya beli dianggap sudah ada setelah adanya
berada di negara yang berlainan pasal kesepakatan yang datang dari
(1(1)). Dengan demikian yang keduabelah pihak(lihat diatas cara
menentukan adalah tempat melakukan offer).
perdagangannya dan bukan
kewaarganegaranya. Dalam konteks
digital signature tempat kedudukan dari 2.2.3. Kontrak berdasarkan UNCITRAL model
Merchant yang adalah kedudukan hukum law on Electronic Commerce
yang tercantum di digital certificate Model hukum ini mengatur tentang e-commerce
miliknya. Suatu kontrak yang dibuat secara umum, mulai dari definisi-definisi yang
berdasarkan CISG (misalnya berupa dipakai, bentuk dokumen-dokumen yang dipakai
digital signature) atau yang tunduk dalam e-commerce, keabsahan kontrak, saat
kepada CISG harus ditafsirkan terjadinya kontrak selain itu model hukum ini
berdasarkan prinsip-prinsip yang mengatur juga tentang carriage of goods.
tercantum dalam CISG dan kalau CISG
belum menentukan, berdasarkan Pendekatan yang diambil dalam model law ini
kaaidah-kaidah hukum perdata adalah bahwa suatu informasi tidak dapat
internasional. Disamping itu, CISG dikatakan tidak mempunyai kekuatan hukum,
menerima kebiasaan dagang serta tidak mempunyai kekuatan hukum, karena
kebiasaan antara para pihak sebagai informasi itu berbentuk data message.
dasar penafsiran ketentuan kontrak. Berdasarkan pendekatan diatas maka suatu data
Seperti halnya dalam hukum kontrak messaages apapun bentuk atau formatnya tidak
Indonesia, itikad baik dijadikan prinsip dapat dikatakan tidak mempunayai kekuatan
utama dalam penaafsiran utama dalam hukum hanya karena ia berbentuk suatu data
penafsiran ketentuan dan pelaksanaan messages. Pendekatan ini akan menimbulkan
kontrak. Berdasarkan hal-hal tersebut suatu kepastian dikemudian hari apabila terdapat
diatas maka hendaknya setiap bentuk suatu bentuk/format data messages dalam bentuk
kontrak perdagangan internasional yang baru. Pendekatan ini juga akan
dengan menggunakan digital signature menyebabkan suatu kontrak/perjanjian yang
selain didasarkan pada peraturan yang dibuat dengan digital signature mempunyai
mengatur secara spesifik mengatur kekuatan hukum. Apabila dalam suatu perundang-
tentang digital signature juga didasarkan undangan terdapat persyaratan bahwa harus dalam
pada UNCISG karena CISG banyak bentuk tertulis, maka persyaratan ini dapat
dipakai oleh negara-negara di dunia. dicapai, selama informasi/data tersebut dapat
dilihat/diakses. Apabila suatu perundang-
3. Saat terbentuknya kontrak, Ini undangan menghendaki adanya suatu tandatangan
menyangkut kapan terjadinya sebagai tanda sahnya suatu dokumen maka hal ini
kesepakatan terutama apabila dapat dicapai dengan cara:
kesepakatan ini terjadi tanpa kehadiran
para peserta/pihak. Transaksi di internet 1. terdapat suatu metode yang digunakan
kita analogikan sebagai transaksi yang untuk mengidentifikasi keberadaan
dialukan tanpa kehadiran para pelaku di seseorang dan juga dapat

Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman


Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. 1 Feb 2009 31

mengindikasikan didalam dokumen memberikan kepastian bagi penerapan adanya


tersebut telah mendapat persetujuan dari tandatangan dalam suatu dokumen elektronis.
orang tersebut. Panduan ini akan menjelaskan berbagai
terminologi/istilah yang ada didalam UNCITRAL
2. bahwa metode tersebut diatas dapat model law on e-commerce seperti apakah
dipercaya/dapat dipertanggungjawabkan sebenarnya maksud dari penandatangan suatu
sehingga data tersebut dapat dengan pesan secara elektronis (electronically signed
aman disebarluaskan. Messages). Maksud dari penandatanganan disini
adalah bukan dilakukan secara fisik, tetapi
Pendekatan tersebut diatas sifatnya adalah sangat membutuhkan suatu perangkat elektronik.
luas/tidak jelas. Metode Digital signature adalah
salah satu cara yang dapat mensiasati kebutuhan Terminologi dari electronically signed yang
adanya suatu tandatangan dalam sebuah dipakai dalam GUIDEC ini adalah penggunaan
dokumen. teknik enkripsi dengan menggunakan kunci
publik yang lebih dikenal sebagai digital
signature. Penggunaan digital signature ini akan
2.2.4. UNCITRAL, Draft on Electronic memberikan kepastian akan keamanan, keutuhan
Signature dari data messages yang digunakan dalam e-
Draft ini berisi bagaimana suatu data messages commerce. Faktor keamanan dan keutuhan dari
dapat ditandatangani secara elektronis. suatu data messages adalah suatu hal yang sangat
Sebenarnya terminologi Electronic Signature menentukan dalam menunjang perkembangan e-
yang dipakai dalam draft ini adalah sama dengan commerce. E-commerce yang dilakukan melalui
digiatl signnature, namun pihak UNCITRAL media internet yang merupakan suatu jaringan
memilih terminologi ini mungkin karena medium publik akan memberikan berbagai ketidakpastian
yang dipakai dalam menandatangani suatu data bagi para penggunaanya. Dengan adanya suatu
messages adalah secara elektronik. panduan mengenai bagaimana suatu data
messages dapat dijamin keamanan dan keutuhan
Berdasarkan aturan-aturan yang berlaku secara melalui cara digital signature.
internasional seperti disebut diatas, maka
keberadaan digital signature (dan berbagai
macam istilah lain yang sebenarnya mempunyai III. Regulasi Nasional tentang CA
maksud yang sama) dalam kontrak perdagangan 3.1. KUHP
internasional adalah hampir menjadi semacam Dalam perspektif hukum, suatu perikatan adalah
standar bagi perdagangan internasional dimasa suatu hubungan hukum antara subyek hukum
yang akan datang. Keberadaan digital signature dimana satu pihak berkewajiban atas suatu
pada saat ini dalam penggunaannya sebagai salah prestasi sedangkan pihak yang lain berhak atas
satu bentuk kontrak perdagangan internsional prestasi tersebut (Wibowo dkk, 1999).
telah mempunyai kekuatan hukum. Ia secara
hukum mengikat (legally binding), meskipun Berdasarkan pasal 1233 KUHPerdata., adanya
belum ada konvensi yang mengaturnya secara suatu perikatan adalah lahir karena suatu
tersendiri. perjanjian atau karena suatu undang-undang.
Selanjutnya, dalam pasal 1320 KUHPerdata.
dijelaskan bahwa syarat-syarat sah-nya suatu
2.2.5. GUIDEC (General Usage for perjanjian adalah meliputi Syarat Subyektif dan
International Digitally Ensured Syarat Obyektif.
Commerce) dari ICC
GUIDEC adalah suatu panduan yang dibuat oleh Syarat Subyektif meliputi adanya (1)
International Chamber of Commerce bagi Kesepakatan, dan (2) Kecakapan (bersikap tindak
penggunaan suatu metode yang akan menjamin dalam hukum) untuk membuat suatu perikatan.
(ensured) keberadaan suatu dokumen/data Sedangkan syarat obyektif, adalah meliputi (3)
elektronis dalam penggunaannya dalam dunia suatu hal yang tertentu (obyeknya harus jelas),
internasional. Panduan ini menggunakan dan (4) merupakan suatu kausa yang halal (tidak
terminologi ensured untuk membedakannya bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan
dengan terminologi sign dalam hal dan ketertiban umum).
panandatanganan (sign in/signature) terhadap
suatu dokumen. Berkenaan dengan syarat subyektif tersebut,
diketahui bahwa subyek hukum yang terlibat
GUIDEC ini dimaksudkan untuk menunjang dalam sistem sekuriti yang menggunakan digital
perkembangan dari e-commerce dengan signature, antara lain :

Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman


Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. 1 Feb 2009 32

1. Pemegang Digital Certificate tersebut sesuai dengan nilai tukar dan


2. Certification Autorithies sebagai issuer dari kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
Digital Certificate 3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa.
3.2. UU ITE 4. Hak untuk didengar pendapat dan
Pasal – pasal yang memuat tentang CA dan hal- keluhannya atas barang dan/atau jasa
hal yang terkait dengan CA (Anonymous, 2008) yang digunakan.
antara lain: 5. Hak untuk mendapatkan advokasi,
perlindungan, dan upaya penyelesaian
1. Pasal 1, memuat pengertian tentang sengketa perlindungan konsumen secara
sertifikat elektronik, lembaga sertifikasi patut
keandalan (trustmark) dan 6. Hak untuk mendapat pembinaan dan
penyelenggara sertifikasi elektronik pendidikan konsumen.
2. Pasal 10, memuat tentang fungsi 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani
lembaga sertifikasi keandalan secara benar dan jujur serta tidak
(trustmark) diskriminatif
3. Pasal 13 dan 14, memuat peyelenggaraan 8. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti
dan kewajiban dari badan sertifikasi rugi dan/atau penggantian, apabila
elektronik barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak
Lembaga Sertifikasi Keandalan yang tercantum sebagaimana mestinya.
dalam pasal 10 dapat di bentuk oleh pemerintah 9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan
maupun masyarakat, lembaga ini juga terkait erat peraturan perundang-undangan lainnya.
dalam UU perlindungan konsumen serta lembaga
sejenis seperti YLKI dan Badan Perlindungan Selain itu terdapat juga kewajiban dari konsumen
Konsumen Nasional yang tertera dalam pasal 5 UU no 8 tahun 1999.

CA dalam pasal 13 ayat ke-3 diterangkan harus Dalam pasal 4 poin ke-3 di atas berkaitan dengan
berbadan hukum dan beroperasional di Indonesia, hukum cyber dimana hak dan informasi harus
sehingga lembaga-lembaga CA seperti Thawte, diberikan kepada konsumen melalui media online
Verisign dan CaCert.org jika ingin beroperasional yang perlindungan atas hak ini antara lain dapat
atau website di bawah yuridiksi Negara Kesatuan pula diberikan melalui sertifikasi ke andalan
Republik Indonesia harus memiliki akte yang (trustmark) (Ramli, 2006), yang biasanya di
menerangkan badan hukum dan kegiatan keluarkan oleh lembaga atau organisasi CA
operasional CA tersebut benar di Indonesia Namun di Indonesia hal ini bisa saja di berikan
oleh beberapa badan perlindungan konsumen
3.3. Undang-undang perlindungan seperti YLKI dan Badan Perlindungan Konsumen
konsumen Nasional
Berdasarkan Undang-Undang No 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen yang mulai 3.3.2. Aspek Perlindungan konsumen dalam
berlaku satu bulan sejak penggggundangannya, Penggunaan Digital signature & CA
yaitu 20 April 1999. Pasal 1 butir 2 Dalam penggunaan Digital signature kita
mendefinisikan konsumen sebagai "Setiap orang mengenal adanya dua pihak, yaitu:
pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam 1. Certificate Authority (CA)
masyarakat, baik bagi kepentingaan diri sendiri, 2. Subscriber
keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain
dan tidak untuk diperdagangkan." Hubungan ini menunjukkan kaitan antara CA
sebagai penyelenggara jasa dan subscriber
sebagai konsumen. Sebagai penyelenggara jasa,
3.3.1. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen CA harus menjamin hak-hak subsscriber antara
Hak-hak konsumen menurut UU No 8 tahun 1999 lain:
, dalam Pasal 4 sebagai berikut:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan 1. Privacy
keselamatan dalam mengkonsumsi Termaktub dalam pasal 4 butir 1 UU NO 8 tahun
barang dan/atau jasa. 1999. Contoh: Ketika subscriber meng"apply"
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa kepada CA, subs akan dimintai keterangan
serta mendapatkan barang dan/atau jasa mengenai identitasnya, besar kecilnya keakuratan
dari identitas tersebut tergantung dari jenis

Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman


Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. 1 Feb 2009 33

tingkatan sertifikat tersebut. Semakin tinggi 2. Mengatur penggunaan tanda tangan digital,
tingkat sertifikat maka semakin akurat pula distribusi kunci publik & pribadi (public &
identitas sebenarnya dari subscriber. private key)
3. Sebagai lembaga yang mengeluarkan
Namun dalam hal ini yang perlu diperhatikan Trustmark (sertifikasi keandalan)
adalah CA sebagai penyimpan data berkewajiban
menjaga kerahasiaan identitas subscriber dari Sehingga pelaksanaan pasal-pasal transaksi
pihak yang tidak berkepentingan. CA hanya elektronik dalam UU ITE seharusnya menunggu
boleh mengkonfirm bahwa sertifikat yang dimiliki Peraturan Pemerintah yang mengatur regulasi CA
oleh subscriber adalah benar dan diakui oleh CA. sebagai pondasi utama transaksi elektronik
2. Accuracy
Termaktub dalam pasal 4 butir 2,3, dan 8 UU No 4.2. Haruskah CA berbadan hukum dan
8 tahun 1999. Dalam prinsip ini terkandung beroperasional di Indonesia
pengertian "ketepatan" antara apa yang diminta Seperti yang termaktub di dalam pasal 13 dalam
dengan apa yang didapatkan. Bahwa apa yang UU ITE, CA atau penyelenggara sertifikasi
didapat oleh subscriber sesuai dengan apa yang ia elektronik Indonesia harus berbadan hukum
minta berdasarkan informasi yang diterimanya. Indonesia dan beroperasi di Indonesia. Namun
Ketepatan informasi (informasi yang benar tanpa yang terjadi dalam berbagai transaksi elektornik
tipuan) juga merupakan prinsip accuracy. di Indonesia baik yang bernilai komersil (seperti
transfer uang dalam internet banking BCA, Bank
Sebagai contoh: subscriber yang meminta level Mandiri & BII) maupun tidak, masih
tertentu dari sertifikat sebaiknya tidak diberikan menggunakan CA Verisign yang berkedudukan di
level yang lebih rendah atau lebih tinggi. luar Indonesia.

CA juga berkewajiban memberitahukan segala Sehingga pasal 13 dalam UU ITE perlu di tinjau
keterangan yang berkaitan dengan penawaran kembali agar dapat mengikat keluar dan ke dalam
maupun permintaan yang diajukan. yuridiksi NKRI dan di sesuaikan dengan hukum
internasional yang mengatur regulasi CA
3. Property
Termaktub dalam pasal 4 butir 8 UU No 8 tahun 4.3. CA Swasta atau pemerintah
1999. Subscriber harus dilindungi hak miliknya Sertifikat keandalan seperti yang di atur dalam
dari segala penyimpangan yang mungkin terjadi Pasal 10, merupakan kebutuhan pasar yang
akibat masuknya subscriber ke dalam sistem ini. biasanya terbentuk dengan sendirinya atas
Artinya subscriber berhak dilindungi dari segala permintaan pasar berupa lembaga non pemerintah
bentuk penyadapan, penggandaan, dan pencurian. (swasta). Sehingga jika CA yang di bentuk
Jika hal ini terjadi maka CA berkewajiban merupakan lembaga pemerinta maka netralitas
mengganti kerugian yang diderita. CA terhadap badan-badan usaha milik pemerintah
akan di pertanyakan oleh pasar
4. Accessibility
Termaktub dalam pasal 4 butir 4, 5, 6,dan 7 UU Jika pemerintah memang ingin membuat CA
No 8 tahun 1999. Bahwa setiap pribadi berhak dalam waktu dekat, yang bisa mengakomodir
medapat perlakuan yang sama dalam hal untuk keperluan transaksi elektornik, maka
mengakses dan informasi. Artinya tiap subscriber pemberdayaan YLKI (non pemerintah) dan Badan
bisa masuk ke dalam sistem ini jika memenuhi Perlindungan Konsumen Nasional (pemerintah)
persyaratan, dan ia bisa mempergunakan sistem bisa di buat menjadi CA dengan mengikuti
ini tanpa adanya hambatan. Dan subscriber juga aturan-aturan internasional akan pembentukan CA
berhak untuk didengar pendapat dan keluhannya.
V. Kesimpulan
1. Diperlukan hukum khusus yang bisa
IV. Aspek Kritik Akademis tentang CA dalam mengatur transaksi elektronis, bukan
UU ITE hanya melindungi produsen atau
4.1. CA Sebagai pondasi utama transaksi perusahaan tapi juga konsumen atau
elektronik masyarakat umum pengguna internet
CA merupakan lembaga yang mengatur berbagai sebagai media transaksi data.
regulasi kepercayaan di dalam transaksi 2. Jelas semua transaksi yang bernilai
elektronik, hal ini bisa di lihat pada uraian-uraian komersil terjadi di internet yang
sebelumnya, dimana CA berwenang untuk : melibatkan kedua belah pihak
1. Mengeluarkan (issuer) sertifikat digital memerlukan pihak ke tiga (Trusted third
party) atau CA sebagai jembatan

Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman


Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. 1 Feb 2009 34

kepercayaan dan aspek legalitas kedua Harris, Freddy., Kesiapan Aspek Pengaturan
belah pihak yang bertransaksi, termasuk Perundang undangan dalam Mengatasi
transaksi yang melibatkan pihak Permasalahan Keamanan Transaksi Melalui
perbankan, atau institusi keuangan Internet
lainnya seperti jaringan pembayaran (Keamanan Internet : Kebijakan Aspek
(Master Card; VISA dan lainnya). Teknis dan Legal), Apricot, Bali, Febuari
3. Dalam kaitannya dengan penggunaan 2007
digital signature , CA dalam kedudukan
yang lebih kuat harus bisa menjamin Mursito, Danan., Sirait, Raya Reinhardt.,
hak-hak konsumen. Terutama dalam Wardhana, Sukma., Pendekatan Hukum
perjanjian adhesi antara CA dan Untuk Keamanan Dunia Cyber Serta Urgensi
subscriber. Perjanjian diajukan Cyber law bagi Indonesia, Jakarta, 2005
sebaiknya tidak hanya berat sebelah,
sehingga subscriber tidak mempunyai Ramli, Ahmad M., Gunung, Pager., Apriadi,
posisi penawaran (bargaining power). Indra., Menuju Kepastian Hukum di Bidang
4. Dalam UU ITE belum menjabarkan Informasi dan Transaksi Elektronik,
peraturan penyelenggara sertifikasi atau Depkominfo RI, Jakarta, Agustus 2006
CA sehingga diperlukan peraturan lain
sebagai persyaratan pelaksanaan pasal Ramli, Ahmad M., Cyberlaw dan HAKI dalam
12,13 dan 14 dalam UU ITE, namun di Sistem Hukum Indonesia, Refika Aditama,
beberapa hukum nasional dan Bandung, Oktober 2004
internasional dalam uraian sebelumnya
pelaksanaan CA bisa dilakukan dengan Wibowo, Arrianto Mukti., Makarim, Edmon.,
mengambil persamaan materi muatan Yuristiawan, Hendra., Aulia, Muhammad.,
hukum. Sundoro, Erwin., Helena, Leny., Faraytody,
Leo., Gaby, Patricia K., Kerangka Hukum
Daftar Pustaka Digital signature Dalam Electronic
Anonymous, Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Commerce, Jakarta, Juni 1999
Informasi dan Transaksi Elektronis, Jakarta,
2008

Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman

You might also like