Professional Documents
Culture Documents
Talempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau. Bentuknya hampir sama
dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang
terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak
digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan
pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter
sebagai tempat tangga nada (berbeda-beda). Bunyi dihasilkan dari sepasang kayu yang
dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tari piring yang khas, tari pasambahan,
tari gelombang,dll. Talempong juga digunakan untuk menyambut tamu istimewa.
Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga pranada DO dan
diakhiri dengan SI. Talempong diiringi oleh akor yang cara memainkanya sama dengan
memainkan piano.
Konteks acara sosial yang dimeriahkan dengan bunyi-bunyian Talempong Pacik ialah:
1. Kegiatan Sabik-iriak (panen padi) yaitu suatu kegiatan memanen padi pada sawah
milik salah seorang keluarga saparuik yang dikerjakan secara bersama-sama oleh
kaum lelaki saja. Pada waktu iring-iringan para pekerja berangkat dari rumah
menuju sawah, maka di sini Talempong Pacik dimainkan. Begitu juga pada saat
istirahat bekerja kembali bunyi-bunyian Talempong Pacik memberikan suasana
ceria dan gembira sebagai hiburan letihnya bekerja. Setelah selesai sabik-iriak
(panen) maka kembali tingkah Talempong Pacik memberikan suasana
ceria/gembira mengiringi iring-iringan para pekerja mengangkut –memikul
dengan bahu atau menjujung di atas kepala—. menuju rumah keluarga pemilik
sawah.
2. Kegiatan Gotong Royong Jalan Kampung. Biasanya setiap akan masuk bulan
Ramadhan masyarakat kampung mengadakan kegiatan gotong royong
membersihkan jalan kampung. Tujuannya adalah agar lebih senang perjalanan
masyarakat menuju rumah ibadah untuk bersembahyang tarwih, dan tadarus
bersama. Dalam konteks kerja gotong royong inilah Talempong Pacik
memberikan hiburan sebagai perintang lelahnya masyarakat bekerja.
3. Kegiatan Gotong Royong Menggali Tali-bandar (pengairan sawah). Biasanya
setiap akan melakukan turun ke sawah, maka masyarakat kampung turun
bergotong royong membersihkan tali bandar terlebih dahulu. Tujuannya adalah
agar pengairan sawah menjadi lancar sehingga pertumbuhan padi di sawah tidak
terganggu. Dalam konteks kerja gotong royong tali bandar ini, kehadiran bunyi-
bunyian Talempong Pacik juga memiliki nilai tambah terhadap motivasi bekerja
masyarakat.
4. Acara Penyambutan Tamu Nagari dan Memeriahkan Upacara 17 Agustus.
Biasanya hampir semua kelompok Talempong Pacik ikut tampil memeriahkan
kedua acara ini.
Orientasi musikal inilah yang membedakan antara genre talempong pacik dan
talempong duduak. Pada prinsipnya, talempong duduak mengutamakan ostinato melodis
yang dilahirkan oleh bunyi talempong, sedangkan sejumlah alat musik lain yang
berfungsi ritmis seperti gandang (double headed sylindrical drum), gong, dan lain-lain
hanya sebagai pengiring melodi talempong.
Pada umumnya, genre talempong duduak selalu diiringi oleh alat-alat musik
perkusi. Alat musik iringsn bagi talempong duduak tidak selalu sama, bahkan cendrung
berbeda di lain wilayah tradisi tempat tumbuh dan berkembangnya, seperti dua buah
gendang (double-headed sylindrical drum) dan sebuah gong pada tradisi talempong
unggan ; sebuah gendang (double-headed sylindrical drum berukuran besar) dan sebuah
lasuang (lesung berukuran kecil) pada tradisi talempong gandang lasuang di Sikapak
Pariaman; dan sebuah gendang (double-headed sylindrical drum berukuran besar),
sebuah rabano (single-headed frame drum berukuran kecil) serta sebuah bell (berasal
dari botol atau lempengan besi) pada tradisi talempong paninjauan, Maninjau. Pada
umumnya permainan gendang (baik satu atau dua buah gendang) selalu terkait dengan
ritme melodi talempong. Permainan gong (aguang), biasanya memberi aksentuasi pada
siklus ritmik dan atau memperkuat jalinan ritme gendang bila yang dimainkan satu buah
gong; dan memperkuat ritme gendang bila yang dimainkan dua buah gong.
Kedua genre tradisi musik talempong Minangkabau yang mengandung dua unsur
yang sangat penting dalam tubuh musik, masing-masing unsur ritme dan unsur melodi,
secara tradisional selalu berkembang dari pola-pola yang sederhana hingga pola
permainan yang cukup kompleks. Dua unsur musikal itu dilahirkan dengan teknik-teknik
permainan yang menarik, teknik yang menonjol di antaranya yaitu jalinan atau kait-
mengait sejumlah ritme pada talempong pacik dan teknik palalu dan panyaua serta
efektivitas memposisikan alat musik talempong pada talempong duduak.
Repertoar talempong pacik relatif banyak ditinjau dari nama-nama lagunya,
namun adakalanya ditemui kesamaan dasar lagu antara repertoar telempong pacik suatu
nagari dengan nagari lain, sedangkan nama atau judul lagunya berbeda. Sebaliknya,
nama lagunya sama tetapi dasar komposisinya berbeda, maka tetap saja lagunya berbeda.
Ada kecenderungan terjadinya perubahan dari satu lagu ke lagu yang lain pada
sejumlah repertoar talempong pacik, kecendrungan perubahan yang terjadi itu ditentukan
oleh bagian (unit) ritmik yang meletakkan pola ritme dasar, seperti pola titme yang
dibangun oleh permainan talempong jantan (disebut juga anak) dan talempong batino
(disebut juga pambaoan/palalu). Pola ritme yang dibangun oleh kedua bagian talempong
itu pada akhirnya diselesaikan oleh permainan talempong paningkah menuju
terbangunnya sebuah lagu berupa melodi-melodi pendek yang berulang. Pengembangan
ostinato malodis cenderung disebabkan oleh variasi-variasi ritme, baik yang dimainkan
oleh talempong paningkah maupun talempong batino.
Fungsi gendang dalam ensambel talempong pacik tidak selalu sama, perbedaan
yang mengemuka pada umumnya dalam hal keterkaitan pola ritme gendang dengan pola
ritme talempong. Beberapa kelompok talempong pacik menggunakan gendang hanya
sebagai pengatur tempo dan memberi aksen dalam bentuk ritme konstan, sedangkan pada
kelompok yang lain menggunakan gendang dalam fungsi mempertegas hasil jalinan ritme
(interlocking) permainan talempong. Ada kecenderungan pola permainan gendang dalam
fungsi ini menyimpulkan hasil jalinan ritme tiga bagian talempong dan secara bersamaan
hadir di dalamnya (ritme talempong bersamaan dengan ritme gendang). Jadi, permainan
ritme gendang sebagai mempertegas jalinan ritme talempong termasuk pada ritme yang
variatif, bertolak belakang dengan ritme konstan..
Genre talempong duduak yang kadangkala disebut talempong rea ini hanya
dijumpai di beberapa nagari dalam wilayah budaya Minangkabau, misalnya talempong
unggan dari daerah Unggan, talempong gandang oguang di Nagari Sialang dan
sekitarnya, talempong paninjauan di Maninjau, talempong gandang lasuang di Nagari
Sikapak dan sekitarnya, dan lain-lain. Pendukungnya cenderung terbatas pada masyarakat
di sekitar lokasi genre musik talempong duduak saja. Artinya, mayoritas masyarakat
Minangkabau tidak merasa memilikinya, sebagaimana mereka merasa memiliki
talempong pacik.
Secara tradisional, genre talempong duduak dengan teknik permainan yang berbeda
ini hanya disebut dengan istilah talempong saja, sehingga nama ensambel itu tidak
mengandung pengertian yang konsepsional. Jika para musisi talempong duduak bermain
talempong, maka mereka akan menyebut aktivitasnya ini dengan batalempong (bermain
musik talempong).
Suatu teknik permainan yang efektif ditemui dalam genre talempong duduak,
pemikiran seniman tradisional terhadap penempatan nada-nada tertentu dapat dipahami
sebagai upaya meringankan kerja kedua tangan dalam melahirkan melodi. Bilamana
tangan kiri harus bekerja keras melahirkan melodi tertentu dengan posisi talempong
sesuai dengan urutan yang digunakan untuk lagu-lagu sebelumnya, maka pemikiran yang
sangat sederhana adalah dengan menukar letak alat musik itu pada posisi lain sehingga
sebagian fungsi tangan kiri dapat digantikan oleh tangan kanan.
Teknik yang efektif dan efisien ini sangat menguntungkan dalam penciptaan lagu-
lagu baru, mengulangi pola permainan yang relatif sama dengan perubahan posisi
talempong yang pada prinsipnya dapat melahirkan lagu baru. Perubahan letak alat musik
itulah yang melahirkan gerak melodi yang berbeda dengan sebelumnya, walaupun pola
permainannya relatif sama.
Fungsi gendang pada genre talempong duduak hampir sama dengan fungsi
gendang pada talempong pacik, hanya jumlah alat musik ini yang berbeda. Fungsi
gendang pada talempong duduak sebagai pengiring melodi talempong, sebagian dari
kelompok-kelompok talempong duduak menggunakan dua buah gendang mengikuti pola
ritme melodi talempong, dan kelompok-kelompok lainnya menggunakan satu atau dua
buah gendang hanya mengiringi melodi dengan pola-pola ritme konstan. Fungsi gendang
sebagai pengiring melodi talempong dalam bentuk ritme konstan biasanya menggunakan
sebuah gendang, sedangkan fungsi gendang mengiringi ritme melodi talempong biasanya
menggunakan dua buah gendang (terdiri dari ritme konstan dan variabel).
Alat musik pengiring yang agak spesifik adalah lesung dan botol, permainan
lesung hadir dalam ensambel talempong gandang lasuang memperkuat ritme gendang
dan melodi talempong. Dalam hal ini, ritme lesung sejalan dengan ritme gendang serta
melodi talempong. Alat musik botol yang digunakan dalam ensambel talempong
paninjauan lebih bersifat pengatur tempo, sedangkan gong memberi tekanan pada ritme
gendang.