Professional Documents
Culture Documents
1102008340 – B10
TIU.1. Memahami dan Menjelaskan Saraf Kranial
A. DEFINISI
Saraf-saraf kranial dalam bahasa latin adalah Nervi Craniales yang berarti kedua belas pasangan
saraf yang berhubungan dengan otak mencakup nervi olfaktorii (I), optikus (II), okulomotorius
(III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibulokoklearis (VIII),
glosofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII).
Gangguan saraf kranialis adalah gangguan yang terjadi pada serabut saraf yang berawal dari otak
atau batang otak, dan mengakibatkan timbulnya keluhan ataupun gejala pada berbagai organ
atau bagian tubuh yang dipersarafinya.
Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran
mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di
bulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di
lobus temporal bagian medial sisi yang sama.
Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina) menyilang
kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut
untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana
terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan
kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju
korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika
melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital.
Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus medialis, superior,
dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior. Nukleus otonom atau
nukleus Edinger-westhpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior
yaitu spingter pupil dan otot siliaris.
Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot
orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus,
otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi
pengecapan bagian anterior lidah.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian
jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau
pecahnya pembuluh darah.
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan
oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik maupun stroke hemorragik.
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70%
kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Faktor resiko medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol, Aterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga, Migrain.
Faktor resiko perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif), Makanan tidak sehat (junk food, fast
food), Alkohol, Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi oral, Narkoba, Obesitas.
80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis, Menurut statistik. 93% pengidap penyakit
trombosis ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi.
Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah), terlalu banyak
minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak.
Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah
arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga
bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang
lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat
karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu
katupnya. Strok semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh
darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan
penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan strok. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang
yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
Strok juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh
darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit
pembuluh darah di otak dan menyebabkan strok.
Tekanan darah rendah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang
biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Strok bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat
berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena
cedera atau pembedahan, serangan jantung atau gangguan irama jantung.
1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik
2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau, mengecap,
mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah
terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
3. Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient
Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal stroke.
Pemeriksaan Fisik
Pada pasien stroke perlu dilakukan pemeriksaan lain seperti tingkat kesadaran, kekuatan otot, tonus
otot, pemeriksaan radiologi dan laboratorium. Pada pemeriksaan tingkat kesadaran dilakukan
pemeriksaan yang dikenal sebagai Glascow Coma Scale untuk mengamati pembukaan kelopak mata,
kemampuan bicara, dan tanggap motorik (gerakan). Pemeriksaan tingkat kesadaran adalah dengan
pemeriksaan yang dikenal sebagai Glascow Coma Scale (GCS) yaitu sebagai berikut:
a. Membuka mata
1) Membuka spontan : 4
b. Kemampuan bicara
c. Tanggapan motorik
1) Menanggapi perintah : 6
5 : Kekuatan penuh
Menurut Carpenito (1998), evaluasi masing – masing AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari – hari)
menggunakan skala sebagai berikut:
0 : Mandiri keseluruhan
c. Saraf Okulomotorius (N.III): Reflek pupil, otot ocular, eksternal termasuk gerakan ke atas, ke
bawah dan medial, kerusakan akan menyebabkan otosis dilatasi pupil.
d. Saraf Troklearis (N.IV): Gerakan ocular menyebabkan ketidak mampuan melihat ke bawah dan ke
samping.
e. Saraf Trigeminus (N.V): fungsi sensori, reflek kornea, kulit wajah dan dahi, mukosa hidung dan
mulut, fungsi motorik, reflek rahang.
h. Saraf Akustikus (N.VIII): tes saraf koklear, pendengaran, konduksi udara dan tulang, kerusakan
akan menyebabkan tinitus atau kurang pendengaran atau ketulian.
i. Saraf Glosofaringeus (N.IX): fungsi motorik, reflek gangguan faringeal atau menelan.
k. Saraf Asesorius (N.XI): kekuatan otot trape sus dan sternokleidomastouides, kerusakan akan
menyebabkan ketidakmampuan mengangkat bahu.
l. Saraf Hipoglosus (N.XII): fungsi motorik lidah, kerusakan akan menyebabkan ketidakmampuan
menjulurkan dan menggerakkan lidah.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Harsono (1996) pemeriksaan penunjang yang da pat dilakukan pada penderita stroke
adalah sebagai berikut:
a. Head CT Scan
Pada stroke non hemorhargi terlihat adanya infark sedangkan pada stroke haemorhargi
terlihat perdarahan.
b. Pemeriksaan lumbal pungsi
Pada pemeriksaan pungsi lumbal untuk pemeriksaan dia gnostik diperiksa kimia sitologi,
mikrobiologi, virologi . Disamping itu dilihat pula tetesan cairan cerebrospinal saat keluar
baik kecepatannya, kejernihannya, warna dan tekanan yang menggambarkan proses terjadi
di intra spinal. Pada stroke non hemorargi akan ditemukan tekanan normal dari cairan
cerebrospinal jernih.
Pemeriksaan pungsi cisternal dilakukan bila tidak mungkin dilakukan pungsi lumbal.
Prosedur ini dilakukan dengan supervisi neurolog yang telah berpengalaman.
c. Elektrokardiografi (EKG)
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan dalam suplai darah ke otak.
d. Elektro Encephalo Grafi
Elektro Encephalo Grafi mengidentifikasi masalah berdasarkan gelombang otak,
menunjukkan area lokasi secara spesifik.
e. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan darah, kekentalan darah, jumlah sel
darah, penggumpalan trombosit yang abnormal dan mekanisme pembekuan darah.
f. Angiografi cerebral
Pada cerebral angiografi membantu secara spesifik penyebab stroke seperti perdarahan atau
obstruksi arteri, memperlihatkan secara tepat letak oklusi atau ruptur.
g. Magnetik Resonansi Imagine (MRI)
Menunjukkan darah yang mengalami infark, haemorhargi, Malformasi Arterior Vena (MAV).
Pemeriksaan ini lebih canggih dibanding CT Scan.
h. Ultrasonografi dopler
Mengidentifikasi penyakit Malformasi Arterior Vena. (Harsono,1996).
Menurut Wibowo (1991), pemeriksaan X-Ray kepala dapat menunjukkan perubahan pada
glandula peneal pada sisi yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis
internal yang dapat dilihat pada trombosis cerebral, klasifikasi parsial pada dinding
aneurisme pada perdarahan subarachnoid.
Menurut Harsono (1996), kematian dan deteriosasi neurologis minggu pertama stroke iskemia oleh
adanya odema otak. Odem otak timbul dalam beberapa jam setelah stroke iskemik dan mencapai
puncaknya 24 - 96 jam.
Odema otak mula-mula cytofosic, karena terjadi gangguan pada metabolisme seluler kemudian
terdapat odema vasogenik karena rusaknya sawar darah otak setempat. Untuk menurunkan odema
otak, dilakukan hal sebagai berikut:
Gangguan kesadaran:
Penurunan kesadaran:
Somnolen
stupor/ sopor
semikoma
koma
Kesadaran 2 aspek:
Faal
• Lint. Aferen = lint. Sensorik spesifik receptif primer cortex kualitas kesadaran
• Lint. Sensorik non spesifik = difus ascending reticular system (aras) menentukan derajat
kesadaran l.s.n.s inti talamik seluruh cortex
Kesadaran yang utuh adalah suatu keadaan individu sadara akan dirinya dan lingkungannya
menghadapi stimulasi yang adekuat.
- ARAS (Ascending Reticuler Activating System) kumpulan substansia drisea di bagian sentral
batang otak bagian rostral mulai dari mielum sampai di subthalamus, menentukan tingkat kesadaran
WAKEFULLNESS-ARAOUSEL/KETERJAGAAN (keadaan yg. berhub. dengan respon E, V dan M.
- Korteks di hemisfer serebri kiri yang utuh, merupakan substract anatomis untuk kebanyakan
komponen psikologik yang khusus, berbahasan, ingatan, intelek dan tanggapan proses
pembelajaran. Dalam mekanismenya digiatkan oleh thalamus, hipotalamus, mesensefalon,
tegmentum pontis bagian rostral.
Fungsi luhur/kortikal luhur/higher cortical function adalah kemampuan otak untuk berinteraksi
dengan sekitarnya.
- Kemampuan berbahasa
- daya ingat
- pengenalan visuospasial
KIRI KANAN
Afasia (berbahasa)
Aleksia (membaca)
Agrafia (menulis)
Akalkulasi (menghitung)
Visuospasial (persepsi)
- pengenalan tempat
- Pengenalan wajah
Visuomotor
- membuat kontruksi
- berpakaian
- Koma diensefalik
Koma diensefalik:
- pergeseran jaringan
- mendesak midline
2. Herniasi sentral
- menekan caudal
3. Herniasi uncus
n. III
• Pergeseran
• Gangguan vaskularisasi
• Oedema
• Penekanan
B. Lesi infratentorial
- infark luas
- perdarahan
- neoplasma
- abses cerebri
+ neuro transmiter
1. Metabolik primer:
- anoksia serebri
- koma uremikum
- koma hepatikum
- intoksikasi
- gangguan elektrolit
- heat stroke
2. Herniasi uncus
Klasifikasi
- koma diensefalik
1) Disfungsi difus kortikal dari korteks serebri, seperti ensefalitis, neoplasma, trauma kepala tertutup
dengan peradrahan, empiema subdural (akumulasi nanah) Intra serebral (perdarahan, infark, emboli
dan tumor)
3) Kelainan okal hemesfer sereberi dsiebabkan masa yang menjepit, menekan struktur bagian dalam
disensefalon, herniasi mengganggu thalamus dan activating hipotalammus.
3) Kompressi ARAS :
- tekanan langsung pada pons dan midbrain iskemia dan edema neuron
Gejala-gejala
• Tergantung penyakit yang mendasari : demam, kejang, hipertensi, ikterus, kaku kuduk, perdarahan
telinga hidung, hematoma kaca mata
Pemeriksaan
- Anamnesa
- Pemeriksaan interna
- Pemeriksaan khusus
ANAMNESA
• Obat-obat yg diminum
• Berangsur-angsur?
• Trauma kepala?
PEMERIKSAAN INTERNA
Pemeriksaan khusus :
a. Penilaian kualitatif :
- kompos mentis
- somnolen/ drowsy
- stupor/ sopor
- semikoma
- koma
a. Observasi umum
- gerakan otomatik
- gerakan mioklonik
fleksi hemisfer
ekstensi batang otak
- cheyne stokes
- pernafasan apneustik
- pernafasan ataksik
c. Kelainan pupil
- besar pupil
- perbandingan besar
- refleks pupil
- refleks kornea
- refleks muntah
- kelumpuhan
- refleks tendon
- tonus otot
Laboratorium
- darah rutin
- elektrolit
- fungsi ginjal
- fungsi hati
- elektrolit
- gas darah
- Oftalmoskop
- EEG
Harus dilakukan cepat dan tepat. Gangguan yang berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
yang ireversibel bahkan kematian. Terapi bertujuan mempertahankan homeostasis otak agar fungsi
dan kehidupan neuron dapat terjamin.
Terapi umum :
1. resusitasi kardio-pulmonal-serebral meliputi :
a. memperbaiki jalan napas berupa pembersihan jalan napas, sniffing position, artificial airway,
endotracheal inlubation, tracheotomy.
b. pernapasan buatan dikerjakan setelah jalan napas sudah bebas berupa :
-- pernapasan mulut ke mulut/hidung.
-- pernapasan dengan balon ke masker.
-- pernapasan dengan mesin pernapasan otomatis.
c. peredarah darah
Bila peredaran darah terhenti, diberikan bantuan sirkulasi berupa :
-- kompresi jantung dari luar dengan tangan.
-- kompresi jantung dariluar dengan alat.
d. obat-obatan
Dalam keadaan darurat dianjurkan pemberian obat secara intravena, seperti epinefrin, bikarbonas,
deksametason, glukonas kalsikus dan lain-lain.
e. elektrokardiogram dilakukan untuk membuat diagnosis apakah terhentinya peredaran darah
karena asistol, fibrilasi ventrikel atau kolaps kardiovaskuler.
f. resusitasi otak tidak banyak berbeda dengan orang dewasa, bertujuan untuk melindungi otak dari
kerusakan lebih lanjut.
g. intensive care
Terapi kausal :
segera dilakukan setelah diagnosis ditegakkan.
DEFINISI
Bell’s palsy adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-neoplasmatik, non-
degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di
foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulanya akut dan dapat
sembuh sendiri tanpa pengobatan.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, insiden Bell’s palsy secara pasti sulit ditentukan. Data yang dikumpulkan dari 4 buah
Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus
neuropati dan terbanyak pada usia 21 – 30 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Tidak didapati perbedaan insiden antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada beberapa penderita
didapatkan adanya riwayat terpapar udara dingin atau angin berlebihan.
ETIOLOGI
Banyak kontroversi mengenai etiologi dari Bell’s palsy, tetapi ada 4 teori yang dihubungkan dengan
etiologi Bell’s palsy yaitu :
1. Teori Iskemik vaskuler
Nervus fasialis dapat menjadi lumpuh secara tidak langsung karena gangguan regulasi sirkulasi
darah di kanalis fasialis.
2. Teori infeksi virus
Virus yang dianggap paling banyak bertanggungjawab adalah Herpes Simplex Virus (HSV), yang
terjadi karena proses reaktivasi dari HSV (khususnya tipe 1).
3. Teori herediter
Bell’s palsy terjadi mungkin karena kanalis fasialis yang sempit pada keturunan atau keluarga
tersebut, sehingga menyebabkan predisposisi untuk terjadinya paresis fasialis.
4. Teori imunologi
Dikatakan bahwa Bell’s palsy terjadi akibat reaksi imunologi terhadap infeksi virus yang timbul
sebelumnya atau sebelum pemberian imunisasi.
PATOFISIOLOGI
Apapun sebagai etiologi Bell’s palsy, proses akhir yang dianggap bertanggungjawab atas gejala klinik
Bell’s palsy adalah proses edema yang selanjutnya menyebabkan kompresi nervus fasialis. Gangguan
atau kerusakan pertama adalah endotelium dari kapiler menjadi edema dan permeabilitas kapiler
meningkat, sehingga dapat terjadi kebocoran kapiler kemudian terjadi edema pada jaringan
sekitarnya dan akan terjadi gangguan aliran darah sehingga terjadi hipoksia dan asidosis yang
mengakibatkan kematian sel. Kerusakan sel ini mengakibatkan hadirnya enzim proteolitik,
terbentuknya peptida-peptida toksik dan pengaktifan kinin dan kallikrein sebagai hancurnya nukleus
dan lisosom. Jika dibiarkan dapat terjadi kerusakan jaringan yang permanen.
GAMBARAN KLINIS
Biasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya kelumpuhan pada salah satu sisi
wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin atau saat sikat gig/berkumur atau diberitahukan oleh
orang lain/keluarga bahwa salah satu sudutnya lebih rendah. Bell’s palsy hampir selalu unilateral.
Gambaran klinis dapat berupa hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total. Pada sisi
wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan nasolabialis akan menghilang, sudut
mulut menurun, bila minum atau berkumur air menetes dari sudut ini, kelopak mata tidak dapat
dipejamkan sehingga fisura papebra melebar serta kerut dahi menghilang. Bila penderita disuruh
untuk memejamkan matanya maka kelopak mata pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka
(disebut lagoftalmus) dan bola mata berputar ke atas. Keadaan ini dikenal dengan tanda
dari Bell (lagoftalmus disertai dorsorotasi bola mata). Karena kedipan mata yang berkurang maka
akan terjadi iritasi oleh debu dan angin, sehingga menimbulkan epifora. Dalam mengembungkan pipi
terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak mengembung. Disamping itu makanan cenderung
terkumpul diantara pipi dan gusi sisi yang lumpuh. Selain kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi,
tidak didapati gangguan lain yang mengiringnya, bila paresisnya benar-benar bersifat “Bell’s palsy”. 6
DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa serta beberapa pemeriksaan fisik, dalam hal ini yaitu
pemeriksaan neurologis.
v Anamnesa :
- Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari di ruangan terbuka
atau di luar ruangan.
- Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi saluran pernafasan, otitis,
herpes, dan lain-lain.
v Pemeriksaan :
1. Mengerutkan dahi
2. Memejamkan mata
3. Mengembangkan cuping hidung
4. Tersenyum
5. Bersiul
6. Mengencangkan kedua bibir
v Di instalasi Rehabilitasi Medik RSU Prof. dr. R. D. Kandou memakai SKALA UGO FISCH untuk
mengevaluasi kemajuan motorik penderita Bell’s palsy.
Istirahat 20
Mengerutkan dahi 10
Menutup mata 30
Tersenyum 30
Bersiul 10
Total
Penilaian persentase :
- 0 % : asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter
- 30 % : simetris, poor/jelek, kesembuhan yang ada lebih dekat ke asimetris komplit daripada
simetris normal.
- 70 % : simetris, fair/cukup, kesembuhan parsial yang cenderung ke arah normal
Diagnosa Klinis : Ditegakkan dengan adanya paresis N.VII perifer dan bukan sentral. Umumnya
unilateral
Diagnosa Topik :
Meatus akustikus +
internus-ganglion + + Hiperakusis + +
genikulatum
Ganglion +
genikulatum-N. + + Hiperakusis + -
Stapedius
N.stapedius-
+ + + + -
chorda tympani
Chorda tympani + + - + -
Infra chorda
tympani-sekitar
+ - - - -
foramen
stilomastoideus
Diagnosa etiologi : Sampai saat ini etiologi Bell’s palsy yang jelas tidak diketahui.
DIAGNOSA BANDING
Sembuh spontan pada 75-90 % dalam beberapa minggu atau dalam 1-2 bulan. Kira-kira 10-15 %
sisanya akan memberikan gambaran kerusakan yang permanen.
KOMPLIKASI
a) Terapi medikamentosa : Golongan kortikosteroid sampai sekarang masih kontroversi. Juga
dapat diberikan neurotropik.
Sebelum kita membahas mengenai rehabilitasi medik pada Bell’s palsy maka akan dibicarakan
mengenai rehabilitasi secara umum. Rehabilitasi medik menurut WHO adalah semua tindakan yang
ditujukan guna mengurangi dampak cacat dan handicap serta meningkatkan kemampuan
penyandang cacat mencapai integritas sosial.
Sesuai dengan konsep rehabilitasi medik yaitu usaha gabungan terpadu dari segi medik, sosial dan
kekaryaan, maka tujuan rehabilitasi medik pada Bell’s palsy adalah untuk mengurangi/mencegah
paresis menjadi bertambah dan membantu mengatasi problem sosial serta psikologinya agar
penderita tetap dapat melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-hari. Program-program yang diberikan
adalah program fisioterapi, okupasi terapi, sosial medik, psikologi dan ortotik prostetik, sedang
program perawat rehabilitasi dan terapi wicara tidak banyak berperan.
v Program Fisioterapi
1. Pemanasan
2. Pemanasan superfisial dengan infra red.
3. Pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy atau Microwave Diathermy
4. Stimulasi listrik
Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot untuk mencegah/memperlambat terjadi
atrofi sambil menunggu proses regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. Misalnya
dengan faradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot, reedukasi dari aksi otot, melatih
fungsi otot baru, meningkatkan sirkulasi serta mencegah/meregangkan perlengketan. Diberikan 2
minggu setelah onset.
Pada dasarnya terapi disini memberikan latihan gerak pada otot wajah. Latihan diberikan dalam
bentuk aktivitas sehari-hari atau dalam bentuk permainan. Perlu diingat bahwa latihan secara
bertahap dan melihat kondisi penderita, jangan sampai melelahkan penderita. Latihan dapat berupa
latihan berkumur, latihan minum dengan menggunakan sedotan, latihan meniup lilin, latihan
menutup mata dan mengerutkan dahi di depan cermin.
Penderita Bell’s palsy sering merasa malu dan menarik diri dari pergaulan sosial. Problem sosial
biasanya berhubungan dengan tempat kerja dan biaya. Petugas sosial medik dapat membantu
mengatasi dengan menghubungi tempat kerja, mungkin untuk sementara waktu dapat bekerja pada
bagian yang tidak banyak berhubungan dengan umum. Untuk masalah biaya, dibantu dengan
mencarikan fasilitas kesehatan di tempat kerja atau melalui keluarga. Selain itu memberikan
penyuluhan bahwa kerja sama penderita dengan petugas yang merawat sangat penting untuk
kesembuhan penderita.
v Program Psikologik
Untuk kasus-kasus tertentu dimana ada gangguan psikis amat menonjol, rasa cemas sering
menyertai penderita terutama pada penderita muda, wanita atau penderita yang mempunyai
profesi yang mengharuskan ia sering tampil di depan umum, maka bantuan seorang psikolog sangat
diperlukan.
Dapat dilakukan pemasangan “Y” plester dengan tujuan agar sudut mulut yang sakit tidak jatuh.
Dianjurkan agar plester diganti tiap 8 jam. Perlu diperhatikan reaksi intoleransi kulit yang sering
terjadi. Pemasangan “Y” plester dilakukan jika dalam waktu 3 bulan belum ada perubahan pada
penderita setelah menjalani fisioterapi. Hal ini dilakukan untuk mencegah teregangnya otot
Zygomaticus selama parese dan mencegah terjadinya kontraktur.
HOME PROGAME
1. Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit
2. Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakan tangan dari sisi wajah yang
sehat
3. Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi yang sakit, minum dengan
sedotan, mengunyah permen karet
4. Perawatan mata :
a. Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 3x sehari
b. Memakai kacamata gelap sewaktu bepergian siang hari
c. Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur
B. Persiapan pemeriksaan
a. Persiapan pasien Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksui-instruksi yang
menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diketahui dengan jelas terutama jika
pemeriksaan dengan menggunakan media kontras. Benda aksesoris seperti gigi palsu, rambut palsu,
anting-anting, penjempit rambut, dan alat bantu pendengaran harus dilepas terlebih dahulu
sebelum dilakukan pemeriksaan karena akan menyebabkan artefak.Untuk kenyamanan pasien
mengingat pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi selimut
(Brooker, 1986)
b. Persiapan alat dan bahanAlat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kepala dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Peralatan steril :
Alat-alat suntik
Spuit.
Kassa dan kapas
Alkohol
2. Peralatan non-steril
Pesawat CT-Scan
Media kontras
Tabung oksigen
C. Teknik Pemeriksaan
Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan
gantry.
Posisi Objek : Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga
mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpupilary line
sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau
disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difikasasi
dengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal
untuk kenyamanan pasien ( Nesseth, 2000 ).
Scan Parameter
d. Sulcus
e. Gyrus
c. Nucleus caudate
d. Thalamus
e. Ventrikel tiga
o Potongan Axial V
Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambar
yang tampak :
a. Anterior corpus collosum
b. Anterior horn ventrikel lateral kiri
c. Ventrikel tiga
d. Kelenjar pineal
e. Protuberantia occipital interna
c. Optic chiasma
d. Lobus temporal
e. Otak tengah
f. Cerebellum
g. Lobus oksipitalis
TIU.6. Memahami dan Menjelaskan Birrul Walidain (Berbakti Kepada Orang Tua)
Berbakti pada kedua orang tua adalah sebuah kewajiban yang sangat luhur dan mulia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala seringkali menyandingkan perintah berbakti pada orang tua dengan
perintah mengesakan-Nya. Ini menunjukkan agungnya hak kedua ibu bapak. Abdullah bin
Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhupernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam:
ِيل هللا
ِ ِ سب ٌّ َ ثُ َّم أ:ُ قُ ْلت. بِ ُّر ا ْل َوالِ َد ْي ِن:ي؟ قَا َل
َ ي؟ قَا َل؟ ا ْل ِج َها ُد فِي ٌّ َ ثُ َّم أ:ُ قُ ْلت.صالَةُ َعلَى َو ْقتِ َها َ ي ْاألَعْما َ ِل أَ ْف
َّ ال:ض ُل؟ قَا َل ُّ َا
“Amalan apa yang paling utama?” Beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Mengerjakan
shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Berbakti
kepada kedua orang tua.” Lalu aku bertanya lagi, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Jihad fi
sabilillah.”[1]
Birrul walidain kita buktikan dengan berusaha membalas jasa kedua orang tua kita meskipun tiada
sebanding dengan jerih payah yang telah mereka berikan dalam mengasuh kita.
Dan berbakti kepada orang tua merupakan jalan menuju surga.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa
beliau bersabda:
ََر ِغ َم أَ ْنفُ ثُ َّم َر ِغ َم أَ ْنفُ ثُ َّم َر ِغ َم أَ ْنفُ َمنْ أَ ْد َر َك أَبَ َو ْي ِه ِع ْن َد ا ْل ِكبَ ِر أَ َح َد ُه َما أَ ْو ِكلَ ْي ِه َما فَلَ ْم يَد ُْخ ِل ا ْل َجنَّة
“Sungguh merugi, sungguh merugi dan sungguh merugi orang yang masih memiliki kedua orang tua
yang sudah renta atau salah seorang dari keduanya kemudian hal itu tidak dapat memasukkan ia ke
dalam surga.”[2]
Abu Darda’ t berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ْ اب أَ ِو
ُاحفَ ْظه ِ َ شئْتَ فَأ
َ َض ْع َذلِ َك ا ْلب ِ سطُ أَ ْب َوا
ِ ْب ا ْل َجنَّ ِة فَإِن َ ا ْل َوالِ ُد أَ ْو
“Orang tua adalah bagian tengah pintu Jannah. Jika engkau mau silakan menyia-nyiakannya, jika
tidak maka jagalah pintu itu.”[3]
Salah satu bukti kebaktian kita pada kedua orang tua adalah dengan mendoakan dan memohon
ampunan bagi keduanya.
Sesungguhnya kedua orang tua kita sangat mengharapkan doa dan istighfar kita untuk mereka.
Terlebih lagi bila keduanya sudah tiada. Doa seorang anak kepada orang tuanya merupakan bukti
bahwa ia menyayangi kedua orang tuanya, mensyukuri kebaikan keduanya, atas segala jerih payah
keduanya dalam mengasuh kita dengan tekun dan sabar, menghidupi kita sehingga tumbuh menjadi
manusia yang dewasa. Semua itu harus kita syukuri dan berusaha untuk membalasnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” (QS. Luqmaan: 14).
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
َش ُك ُر هللا َ َّش ُك ُر الن
ْ َاس الَ ي ْ ََمنْ الَ ي
“Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia berarti ia juga tidak bersyukur kepada Allah.”[4]
Ingatlah, betapa besar jasa kedua orang tua dalam mengasuh kita. Khususnya, ibu yang telah
mengandung dan melahirkan kita dengan susah payah, mengasuh dan membesarkan kita tanpa rasa
bosan dan jenuh. Ayah yang telah banting tulang mencari nafkah, tak kenal lelah siang dan malam.
Keduanya dengan sabar mengurus segala kebutuhan kita. Maka dari itu, Rasulullah e menjadikan
ridha keduanya sebagai tanda keridhaan Allah atas seorang hamba.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallambersabda:
َ س َخطُ هللاِ فِي
س َخ ِط ال َوالِ ِد َ ضا ِء ال َوالِ ِد َو
َ ضى هللاِ فِي ِر
َ ِر
“Ridha Allah pada ridha orang tua dan kemarahan Allah pada kemarahan orang tua.”
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan hal itu kepada kita dalam firman-Nya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun.” (QS. Luqmaan: 14).
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.”(QS. Al-Ahqaaf: 15).
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang kebaktian Nabi Isa ‘Alaihis Salam kepada
ibunya:
“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS.
Maryam: 32).
Oleh karena itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menempatkan durhaka pada orang tua
termasuk salah satu dosa besar sesudah syirik. Diriwayatkan dari Abu Bakrah Nufai’ bin Al-
HaritsRadhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَالَ َوقَ ْو ُل الزُّ و ِر:س فَقَا َل
َ َ َو َكانَ ُمتَّ ِكئًا فَ َجل.ق ا ْل َوالِ َد ْي ِن ُ بَلَى يَا َر:أَالَ أُنَبِّئُ ُك ْم بِأ َ ْكبَ ِر ا ْل َكبَائِ ِر ثَالَثًا؟ قُ ْلنَا
ُ ْا ِإلش َْرا ُك بِاهللِ َو ُعقُو: قَا َل.ِسو َل هللا
ش َها َدةُ الزُّ ور َ َو
“Maukah kalian aku tunjukkan tiga dosa yang terbesar?” Kami berkata: “Tentu saja ya Rasulullah.”
Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orang tua.” Saat itu beliau
bersandar lalu beliau duduk dan berkata: “Ketahuilah dosa perkataan palsu dan persaksian
palsu.”[5]