You are on page 1of 2

Pendahuluan

Metabolisme oksidatif glukosa menghasilkan sebagian besar energi yang


digunakan dalam tubuh. Glukosa adalah suatu gula enam-karbon yang sederhana.
Glukosa dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk disakarida.
Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan asetilkoenzim
A sebagai senyawa-senyawa antara. Oksidasi lengkap glukosa menghasilkan
karbondioksida, air, dan energi yang disimpan sebagai senyawa fosfat berenergi
tinggi adeonin trifosfat (ATP). Apabila tidak segera dimetabolisasi untuk
menghasilkan energi, glukosa dapat disimpan di hati atau otot sebagai glikogen,
suatu polimer yang terdiri dari banyak residu glukosa dalam bentuk yang dapat
dibebaskan dan dimetabolisasi sebagai glukosa (Ronald A. et al 2002).
Dahulu pengukuran glukosa darah dilakukan terhadap darah lengkap,
tetapi sekarang sebagian besar laboraturium melakukan pengukuran kadar glukosa
dalam serum. Karena eritrosit memiliki kadar protein (yaitu hemoglobin) yang
lebih tinggi daripada serum, serum memiliki kadar air yang lebih tinggi sehingga
bila dibandingkan dengan darah lengkap serum melarutkan lebih banyak glukosa.
Untuk mengubah glukosa darah lengkap, kalikan nilai yang diperoleh dengan 1,15
untuk menghasilkan kadar glukosa serum atau plasma.
Terdapat dua metodologi utama berbeda yang telah digunakan untuk
mengukur glukosa. Metodologi lama adalah metodologi kimiawi yang
memanfaatkan sifat mereduksi glukosa yang nonspesifik dalam suatu reaksi
dengan bahan indikator yang memperoleh atau berubah warna apabila tereduksi.
Karena senyawa-senyawa lain yang ada dalam darah juga dapat mereduksi (misal,
urea, yang dapat meningkat cukup bermakna pada uremia), dengan metode
reduksi, kadar glukosa dapat lebih tinggi 5 sampai 15 mg/dL lebih akurat
dibandingkan kadar glukosa yang diperoleh dengan metode enzimatik (yang lebih
spesifik untuk glukosa). Metode-metode enzimatik ini umumnya menggunakan
enzim glukosa oksidase atau heksokinase, yang bekerja pada glukosa, tetapi tidak
pada gula lain dan tidak pada bahan pereduksi lain (Ronald A. et al 2002).
Perubahan enzimatik glukosa menjadi produk, sekarang dikuantifikasi
pada automated chemistry analyzer berdasarkan suatu raksi perubahan warna
sebagai reaksi terakhir dari serangkaian reaksi kimia atau berdasarkan konsumsi
oksigen pada suatu elektroda pendeteksi oksigen. Dengan melakukan beberapa
pengukuran dalam waktu beberapa menit, chemistry analyzer (mesin penganalisis
kimiawi) modern dapat menghitung laju reaksi, yang setara dengan konsentrasi
glukosa. Analisis kinetik ini secara teknis lebih disukai daripada analisis titik-
akhir, yang hanya mengukur jumlah produk akhir. Secara umum, untuk banyak
pengukuran kimiawi, biasanya analisis kinetik lebih baik daripada analisis titik-
akhir karena waktu yang diperlukan untuk masing-masing pengukuran lebih
singkat dan juga karena interferensi yang terjadi pada analisis titik-akhir dapat
diatasi dengan pengukuran laju reaksi (Ronald A. et al 2002).

Daftar Pustaka

Ronald A. et. al. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

You might also like