Professional Documents
Culture Documents
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan
penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat
akhir-akhir ini Dari sisi epidemiologis, telah terjadi pula transisi yang cukup
cepat terhadap beberapa penyakit menular, seperti penyakit SARS (Severe
Acute Respiratory Syndrome), Flu Burung, Leptospirosis. Demikian pula
dengan penyakit demam berdarah, keracunan makanan dan diare yang mulai
mewabah kembali di beberapa daerah di Tanah Air dan bahkan sampai
menyebabkan kematian.
Penentuan nilai
Nilai pada setiap parameter ditentukan sesuai jumlah kriteria yang ada,
dengan range sesuai blangko SSD1.
1. Lingkungan (45%)
2. Perilaku (35%)
3. Pelayanan Kesehatan (15%)
4. Keturunan (5%)
Pengertian
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, rumah
adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan Sehat
menurut World Health Organization (WHO) “Sehat adalah suatu keadaan
yang sempurna baik fisik, mental, maupun Sosial Budaya, bukan hanya
keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan)”.
Persyaratan
A. Ventilasi
Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela
ini sebagai berikut :
1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan
luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%
luas lantai, dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari langit-
langit.
2. Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari lantai
dan jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.
B. Pencahayaan
Rumah yang sehat harus mempunyai suhu yang diatur sedemikian rupa
agar suhu badan dapat dipertahankan sehingga tubuh tidak terlalu
banyak kehilangan panas atau tubuh tidak sampai kepanasan. Agar
diperoleh suhu ruangan yang yang memenuhi syarat kesehatan (18°C –
Udara yang kurang mengandung uap air maka udara terasa kurang
nyaman dan berbau (pengab), sebaliknya jika udara mengandung banyak
uap air maka udara basah yang dihirup akan berlebihan sehingga
mengganggu fungsi paru-paru. Rumah yang lembab akan mudah
ditumbuhi oleh kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit infeksi,
khususnya penyakit infeksi saluran pernafasan. Sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 kelembaban
udara berkisar antara 40% -70%.
a. Langit-langit
b. Dinding
c. Lantai
d. Jendela kamar tidur
e. Jendela ruang keluarga
f. Ventilasi
g. Lubang asap dapur
h. Pencahayaan
i. Kandang
j. Pemanfaatan Pekarangan
k. Kepadatan penghuni.
Ventilasi
Pencahayaan
Kepadatan Penghuni
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat
dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare
merupakan penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat
mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak
sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti
Menurut data Bank Pembangunan Asia tahun 2005 hanya terdapat 69 persen
penduduk perkotaan dan 46 persen penduduk pedesaan (atau rata-rata
55,43) terlayani fasilitas sanitasi yang layak. Hal ini lebih rendah bila
dibandingkan dengan dengan Singapura (100 persen), Thailand (96 persen),
Filipina (83,06 persen), Malaysia 74,70 persen) dan Myanmar (64,48 persen).
Jamban
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
antara lain sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
a. Penimbulan sampah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah
penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tingkat
sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari tangan menggunakan air dan sabun, agar
bersih sekaligus memutuskan mata rantai kuman. World Health Organization
telah mencanangkan tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan
dengan Sabun Sedunia.
Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi
agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu
orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak
langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas).
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang,
ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus, dan makanan/minuman yang
terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri,
virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang
ditularkan.
Beberapa fakta tetang cuci tangan pakai sabun tersebut antra lain :
3. Kuman penyakit seperti virus dan bakteri tidak dapat terlihat secara kasat
mata sehingga sering diabaikan dan mudah masuk ke tubuh manusia;
Berdasarkan fakta diatas maka cuci tangan pakai sabun sangat penting
khususnya pada 5 (lima) waktu penting, yaitu sebelum makan, sesudah
buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan
sebelum menyiapkan makanan. Kegiatan ini menurut beberapa penelitian
akan dapat mengurangi hingga 47% angka kesakitan karena diare dan 30%
infeksi saluran atas atau ISPA.