Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
metode CARL, PAHO, metode pembobotan, metode dengan rumus dan Non
Scoring Technique.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
ditanggulangi betul-betul merupakan masalah dari masyarakat, sehingga dalam
pelaksanaan kegiatan untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada,
masyarakat dapat berperan aktif didalamnya.
2.1 Identifikasi
a. Pendekatan logis
b. Pendekatan Pragmatis
Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa
tidak aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian
ukuran pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambaran
4
upaya masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah
orangyang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
c. Pendekatan Politis
1. “Dot Voting“:
5
dapat merusak interaksi kelompok di masa yang akan
datang.
2. Weighted Voting“:
3. “Consensus decision“:
2. Hindari argumentasi.
6
5. Catat pro dan kontra masing-masing posisi dalam suatu
chart.
6. Jika ada dua posisi yang bertentangan (konlifk), carilah
yang ketiga untuk mengatasi perbedaan.
7
Dalam menentukan prioritas, terdapat beberapa pertanyaan petunjuk
(guidance question) yang dapat digunakan, yaitu:
1. Apa prioritas utama berdasarkan pemikiran dan kebutuhan yang
diidentifikasi selama analisis situasi?
2. Apa yang kita ketahui mengenai prioritas-prioritas tersebut?
3. Apakah sumber daya tersedia dan dapat diakses untuk menjalankan
prioritas tersebut?
4. Apakah ada orang, kelompok, atau organisasi lain yang lebih
mampu melaksanakan prioritas tersebut?
5. Siapa yang sudah atau sedang terlibat dalam pekerjaan berkaitan
dengan prioritas tersebut?
6. Siapa partner yang potensial?
2.2.2 Proses Penyusunan Prioritas yang Efektif
Karakter organisasi (struktur, budaya, dan sejarah) sangat
berpengaruh terhadap penyusunan prioritas. Selain itu, proses dokumentasi
prioritas program dan kondisi pada saat penyusunan prioritas juga akan
mempengaruhi penyusunan prioritas yang efektif. Adapun beberapa ciri
proses penyusunan prioritas yang efektif adalah:
1. Mulai dari program yang dibutuhkan, bukan dari berapa jumlah
dana yang dimiliki. Jadi pertanyaan yang harus dijawab adalah “apa
yang perlu kita lakukan” bukan “kegiatan apa yang dapat kita biayai”
2. Mengkomunikasikan perlunya penetapan prioritas dan berfokus
pada masa depan organisasi
3. Klarifikasi peranan (role) dan aturan (rule)
4. Mulai dari apa yang telah ada dan sumber daya yang telah dimiliki
5. Mendorong kreatifitas
6. Mencari tahu apa yang sedang terjadi dan berkembang di
masyarakat
7. Melibatkan sumber daya manusia dari luar/eksternal
8
8. Mengidentifikasi persetujuan (agreement) dan ketidaksetujuan
(disagreement) mengenai prioritas yang ditetapkan
9. Identifikasi program-program yang berkaitan dengan organisasi
lain
10. Penggunaan kriteria yang kredibel dalam penentuan prioritas akhir
11. Memastikan bahwa organisasi secara formal mengadopsi
penyataan prioritas yang telah diputuskan
12. Diperlukan kompetensi sumber daya manusia (namun jangan
sampai kompetensi tersebut yang mengarahkan prioritas)
9
• Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap
masalah tersebut penting.
• Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang terkena penyakit
tersebut.
• Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan penyakit
tersebut
• Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk
mengatasinya.
P = M.I.V.C
c. Metode USG
Metode USG merupakan cara dalam menetapkan urutan prioritas, dengan
memperhatikan:
10
1. Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut untuk diselesaikan
2. Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut
terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak, dan sebagainya
3. Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah
11
2. Klarifikasi masalah
a. Lakukan klarifikasi masalah yang telah diidentifikasi dalam
rangka menentukan prioritas masalah
b. Setiap anggota dimintai penjelasan (klarifikasi) maksud
dari masalah yang dikemukakannya.
c. Setelah diklarifikasi, maka tulis masalah hasil dari
klarifikasi tersebut
Lembar Flipchart
12
LEMBAR FLIPCHART
Hasil Skoring
Masalah Urgency Seriousness Growth Total
A 3 3 3 9
B 3 3 4 10
C 0 0 0 0
D 1 1 1 3
E 3 3 2 8
13
2. Masalah A
3. Masalah E
4. Masalah D
5. Masalah C
d. Metode CARL
Merupakan suatu cara untuk menentukan prioritas masalah jika
data yang tersedia adalah data kualitatif. Dilakukan dengan menentukan
skor atas kriteria tertentu, yaitu Capability, Accessability, Readiness dan
Leverage (CARL), semakin besar skor maka semakin besar masalahnya,
sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas.
Metode CARL digunakan apabila pelaksana program masih
mempunyai keterbatasan (belum siap) dalam menyelesaikan masalah.
Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan pelaksana program.
14
1. Pimpinan CARL
2. Petugas pencatat pada flipchart
3. Petugas skoring dan ranking
2. Persiapan Ruang Pertemuan
3. Persiapan Sarana atau Peralatan
• Peserta CARL
• Data
• Proses Dinamika Kelompok
Contoh tampilan :
15
Skor Hasil
No. Masalah Ranking
C A R L CxAxRxL
16
2) Severity (S): keparahan, misal: kerugian ekonomis
3) Vulnerability (V): apakah tersedia kemampuan/teknologi
mengatasinya
4) Community/political concern (CC) : kehebohan masyarakat
dan pejabat
Penentuan skor untuk setiap masalah dilakukan oleh “expert”
Langkah PAHO
1. Tulis atau daftarlah masalah yang didapat dari kegiatan analisis
situasi.
2. Tentukan expert yang akan dilibatkan dalam penyusunan
prioritas
3. Tentukan skor yang akan dipergunakan dalam penentuan
prioritas 1 s/d 10
4. Pemberian skor oleh expert untuk setiap masalah berdasarkan 4
kriteria PAHO. (Pemberian skor sebaiknya membandingkan antar
masalah dengan kriteria yang sama)
5. Kalikan skor setiap kriteria pada tiap masalah
6. Tentukan prioritas berdasarkan urutan hasil perkalian. Hasil yang
paling besar merupakan prioritas.
Magnitude (M) 5 4 6
Severity (S) 6 3 7
Vulnerability (V) 6 5 8
Community/ 5 4 9
political concern (CC)
17
M x S x V x CC 900 240 3024
Rangking 2 3 1
f. Metode Hanlon
Metode hanlon merupakan alat yang dapat digunakan untuk
membandingkan berbagai masalah kesehatan yang berbeda-beda dengan
cara relative dan bukan absolute, framework, seadil mungkin, dan objektif.
Metode ini, disebut Metode Hanlon dan Basic Priority Rating System
(BPRS), dideskripsikan dalam Public Health: Administration and Practice
(Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) and Basic
Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers). Metode ini
memiliki tiga tujuan utama:
- Memungkinkan para pengambil keputusan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus
diperhatikan dalam menentukan prioritas
- Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok
yang memiliki bobot relatif satu sama lain
- Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi
sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.
Proses penetuan kriteria diawali dengan pembentukan kelompok
yang akan mendiskusikan, merumuskan dan menetapkan kriteria. Sumber
informasi yang dipergunakan dapat berasal dari Pengetahuan dan
pengalama individual para anggota·.Saran dan pendapat
narasumber· Peraturan pemerintah yang relevan·. Hasil rumusan analisa
keadaan dan masalah kesehatan.Langkah selanjutnya adalah :
1. Menginventarisir criteria
2. Menginventalisir dan mengevaluasi kriteria
18
1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah
19
dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati.
Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua
kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah. Faktor
yang dapat digunakan adalah:
- 0=tidak ada
- 1=beberapa
- 2=lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
- 3=paling
20
Misalnya, jika kematian prematur sedang digunakan untuk
menentukan keparahan, kemudian kematian bayi mungkin akan
menjadi 5 dan gonorea akan menjadi 0.
a. Berhenti Merokok :
b. Imunisasi
21
− Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 =
0,91 atau 9,1.
22
- Basic Priority Rating atau Nilai Dasar Prioritas: (BPR) > BPR =
(A+B) C/3
• Delphin Technique
• Delbech Technique
Delphin Technique
23
Penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui
kesepakatan sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan
prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta
yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa
masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah
prioritas masalah yang dicari.
Delbech Technique
Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan
sekelompok orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan
penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan
pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk
mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan
adalah prioritas.
24
yang dibutuhkan untuk pengembangan, dari pada hanya digunakan sebagai
alternatif voting untuk pengambilan keputusan. Selain itu, pilihan tidak
selalu harus di rangking, tapi dapat dievaluasi lebih lanjut
Efek NGT
2. Pada saat beberapa anggota kelompok merasa bahwa diam lebih baik
6. Saat isu yang dibahas kontrovesi atau terjadi konflik yang memanas
25
Prosedur Standar
NGT biasanya melibatkan lima tahapan:
1. Perkenalan dan penjelasan:
26
konflik dalam kelompok (banyak orang ingin tepat mempertahankan iklim
yang kondusif). NGT dapat mengatasi masalah ini. NGT memiliki
keunggulan yang jelas dalam meminimalkan perbedaan dan memastikan
partisipasi yang seimbang. Dan teknik ini, dalam berbagai macam kasus
menjadi teknik yang hemat waktu. Keunggulan lain adalah dengan teknik
(penutup/tidak mengambang) yang sering kali tidak ditemukan dalam
metode kelompok yang lebih tidak terstruktur.
27
dan meminta setiap individu untuk mengesampingkan kepentingan
masingmasing hingga kerangka yang lebih luas selesai disusun.
Untuk mengatasi human problem, beberapa hal yang harus dilakukan
antara lain:
a. Mulailah dengan menciptakan konsensus mengenai apa
yang akan dicapai melalui penetapan prioritas. Mengapa kita
melakukan hal tersebut dan apa manfaatnya?
b. Melibatkan para pengambil keputusan dalam menentukan
proses dan kriteria prioritas untuk memastikan rasionalitas dan
kejelasan prioritas tersebut.
c. Mengidentifikasi kekuatan dari berbagai sudut berbeda.
d. Memberikan kesempatan bagi pihak lain untuk mencerna
informasi yang diberikan dan memberi masukan sehingga dapat
dilakukan penyesuaian terhadap keputusan yang akan diambil.
e. Secara hati-hati mempekerjakan staf yang akan
mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi. Sediakan
pelatihan apabila diperlukan.
f. Memastikan bahwa setiap pihak yang terlibat dapat
menjalankan peran mereka secara berkesinambungan.
2. Process problem; kesulitan dalam mengelola informasi dan ide
dalam proses penentuan prioritas.
Untuk mengatasi process problem, beberapa hal yang harus dilakukan
antara lain:
a. Penentuan prioritas harus sangat spesifik untuk mengurangi
multiinterpretasi
b. Adanya kewajiban dan tanggung jawab untuk
mengekspresikan dan memberikan sejumlah alternatif yang masuk
akal
c. Informasi kunci harus disediakan sebelum penentuan
keputusan
28
d. Hati-hati agar tidak membuang terlalu banyak waktu dalam
melakukan analisis maupun terlalu terburu-buru mengejar tenggat
waktu
e. Secara aktif menciptakan suasana yang membantu orang
untuk memiliki pandangan luas dan memiliki paradigma masing-
masing karena informasi eksternal mungkin sangat berguna.
3. Structural problem; kesulitan dalam mengelola sebagian atau
keseluruhan hubungan yang ada dalam organisasi. Tantangan yang
harus dihadapi dalam mengatasi masalah ini adalah bagaimana untuk
menentukan prioritas sesuai dengan prioritas organisasi atau asosiasi
secara lebih luas. Hal ini merepresentasikan interpretasi konsisten
terhadap visi dan misi. Dengan demikian, suatu organisasi dapat
melakukan penentuan prioritas dengan sangat baik dalam lingkup
program maupun antarprogram.
Untuk mengatasi structural problem, beberapa hal yang harus
dilakukan antara lain:
a. Menetapkan dan mengklarifikasi peranan setiap pihak sejak
awal proses
b. Tetap fokus pada prioritas saat ini dan bukan prioritas masa
lalu
c. Komunikasi terbuka inter- dan antarstaf dan pemimpin
d. Mengidentifikasi dan mengkomunikasikan manfaat yang
dapat diperoleh apabila suatu sistem dapat berjalan dengan baik
e. Mendorong terjalinnya hubungan yang harmonis selama
proses perencanaan.
4. Institutional problem; kesulitan dalam menerjemahkan prioritas ke
dalam aksi atau aktivitas yang riil.
Untuk mengatasi institutional problem, beberapa hal yang harus
dilakukan antara lain:
29
a. Adanya komitmen dalam mengimplementasikan hal yang
telah disepakati maupun penyesuaian atau perubahan yang
dilakukan
b. Perlu adanya proses pencocokan (fitting) antara
pengetahuan dan keahlian dengan tugas yang diberikan ke setiap
individu
c. Implementasi program disesuaikan dengan kekuatan yang
dimiliki
d. Rencana implementasi didefinisikan secara jelas
e. Prioritas dilengkapi dengan deskripsi posisi, alokasi waktu,
rencana implementasi, dan penghargaan terhadap presetasi kerja.
BAB III
30
KESIMPULAN
31
masalah tersebut terselesaikan, rasa prihatin masyarakat terhadap masalah, serta
sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah.
Namun, bila tidak tersedia data yang lengkap maka metode yang
digunakan untuk menentukan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah
dengan metode Non Scoring Technique (Delphin Technique dan Delbech
Technique).
32
DAFTAR PUSTAKA
33