You are on page 1of 4

| 




Pada suatu event menggambar, Stedi duduk di bagian belakang No urut 062 dia
agak canggung karena tak pernah mengikuti event besar seperti itu. Walau umurnya 13
tahun dia berani mengikuti event yg dikhususkan bagi anak2 umur 15 tahun. Tak jauh
diluar jendela mama papa Stedi berjejal melihat stedi begitupun para orang tua lainnya.

Pukul 08.00 WIB kontes dimulai

Seluruh anak2 SMP kelas 3 sekota madya tempat Stedi tinggal berlomba.

Panitia membagikan kertas kosong sebanyak 3 lembar, sebagai antisipasi kalo


salah bisa diubah pada kertas lainnya.

Dengan memulai doa Stedi membuka peralatan lukisnya sedang anak2 yg lain
ada yg langsung bekerja.

Stedi telah gugup duluan namun tetap khidmat menjalani kontes.

Semenit dua menit Stedi mengusap keringatnya tanpa menoleh ke arah papa
mamanya,sedang beberapa anak lainnya gemetar sambil berkeringat juga dan sering
menoleh keluar jendela.

Event itu diadakan untuk menyaring bakat anak khususnya menggambar seni kaligrafi.

Stedi yg baru belajar beberapa bulan sebelumnya itu tampak seperti anak2 yg
sudah biasa mengikuti event tersebut. Stedi yang mula2nya tertarik melihat tukang
kaligrafi dipasar yg kebetulan 6bulan lalu menemani mamanya belanja kebutuhan dapur
dan melintas di lapak tukang kaligrafi jalanan tersebut sehingga ia mau melanjutkan
niat menjadi pelukis kaligrafi.

Pada awalnya Papa dan mama Stedi mengira cuma iseng, namun karena Stedi
rutin belajar dan mencintai keinginan barunya itu maka orang tuanya
mempertimbangkan permintaan Stedi untuk dibelikan peralatan lukis.

Stedi tak punya guru, Stedi berguru pada nalurinya saja. Ia mengikuti insting dan
kreasinya sampai papa Stedi menerima selebaran kontes menggambar dan
memberikannya pada Stedi seminggu sebelum kontes berlangsung.
÷walnya papa Stedi meng-iyakan saja agar stedi punya kesibukan baik daripada
ia bergaul dengan doni yg sering membolos.

Pukul 09.00 WIB

Lukisan Stedi masih berbentuk acak2an tanpa pola

Ia mengulang di kertas keduanya. Kali ini polanya sudah ada tapi masih belum pas

Pukul 09.30 WIB

Stedi mengulang lagi di kertas ke tiga. Stedi tak boleh salah lagi ia fokus dan
berhati-hati, polanya sudah jelas dan simetris,tinggal latar dan warna.

Pukul 10.00 WIB

Lukisan kaligrafi Stedi sudah dilatar belakangi dengan pemandangan wanita tua
memikul ranting pohon, sedang diantara yang lainnya kebanyakan berlatar belakang
pemandangan alam dan polos

Stedi yg bermodal perhatian dan fokus sewaktu mendengarkan penjelasan


pertama kali oleh si tukang kaligrafi di pasar sedikit menambahkan keahlian
dibandingkan dengan teman2 lainnya.

Dijelaskan oleh si tukang kaligrafi jalanan:

³kaligrafi itu indah, jika pola, makna, bentuk setengah jadi, ditambah latar dan warna
serta asesoris lainnya yg tergores dengan kelembutan dan cinta maka akan berharga
tinggi karena keaslian dan tatanan yg bersih´

Stedi hampir menyelesaikan latar dan warnanya tatkala panitia membunyikan bel
peringatan 15 menit sebelum usai.

Stedi melihat jam tangannya yg menunjukkan pukul 10.45 WIB artinya stedi akan
kalah jika 1detik dan 1cara tertinggal saja untuk menjadi pemenang.

Stedi berhati-hati dan penuh doa dihatinya agar prosesnya berjalan sesuai
dengan kemauan Stedi.

÷khirnya bel terakhir tanda kontes selesai telah berdering. ÷rtinya kontes
berakhir dan peserta harus berdiri dan keluar dari ruangan tepat di pukul 11.00 WIB.
Namun Stedi belum selesai betul masih sekitar 1%. Tatkala orang terakhir
mendekati pintu keluar Stedi menyelesaikannya dan keluar sambil mengusap
keringatnya. Panitia mengambil hasil peserta yg diletak di atas meja2 sesuai No
urutnya.

Kontes tersebut akan diumumkan 3hari setelah kontes melalui surat khabar yg
akan diambil 3 orang pemenang dan 1orang harapan.

Papa mama Stedi bertanya keadaan Stedi setelah mengikuti kontes. Stedi
menjawab seadanya saja bahwa Stedi mengumpulkan kertas lukisnya pada kertas
alternatif terakhir. Sedangkan 2kertas sebelumnya tak bisa dikumpulkan karena banyak
salah dan coretan.

Papa dan mama Stedi tak bisa menarik kesimpulan anaknya menang atau kalah.
Mereka berserah saja pada keputusan panitia dan tuhan.

Setelah dua hari berselang Stedi semakin bimbang dan khawatir tapi tetap yakin
dia bisa menang.

Dan hari ketiganya tepat dipagi hari sang papa membeli koran, sebelum sampe
dirumah ia melihat duluan namun dicari nomor urut dan nama anaknya tidak ada
tercantum sebagai pemenang. Yang ada hanya pemenang harapan 1 atas nama Widya
Pratama, pemenang ke tiga atas nama Hendy Sumirat, pemenang kedua atas nama
Firtus Diantara, dan pemenang pertama tidak ada nama hanya dicantumkan lukisan
saja, dan lukisan sebagai pemenang itu berlatar wanita tua dengan tulisan la ilaha
ilallah,yang papa Stedi yakin itu karya anaknya.

Tapi papa Stedi masih ragu apakah ada pelukis lainnya yg mirip dengan lukisan
anaknya?? Sehingga ia bergegas berjalan menuju rumahnya, dan bertanyatetang
lukisan Stedi....

³Sted (nama panggilan Stedi dirumahnya) apakah kau lupa 1hal dalam kontes
kemarin?(sambil menyodor koran)´kata papa Stedi.

³tidak, papa...emang ada apa, pasti aku kalah ya...(sambil menerima koran)´kata Stedi.

³gak tau nak coba dibaca dulu?´kata sang papa.


Tak lama kemudian.

³Horeeeeeeee aku menang papa....aku menang papa ini lukisanku....benar papa ini
lukisanku...!!´kata Stedi.

Papa Stedi meminjam motor pak Umar tetangga sebelahnya dan bergegas
menuju Dinas Pendidikan. Setelah bertemu panitia di ruang ÷dministrasi dan Umum
papa Stedi dan Stedi disuruh duduk oleh Wakil Koordinator Kontes.

³pak !! anak anda hebat, selamat Stedi !!! kamu memenangkan kontes ini dan
hadiahnya serta tropi akan diserahkan melalui kepala sekolah masing2 besok pagi, lain
kali nama dan nomor kontes cantumkan lebih dulu ya Stedi untung aja kami panitia
telah disumpah tak bakal macam-macam ya....terima kasih pak dan Stedi belajar lebih
giat lagi ya!!!´kata Wakil Koordinator Kontes

÷khirnya papa dan Stedi pulang dengan hati gembira. ( Selesai )

ã  

1. Jika peminatan itu tergolong baru tapi serius difokuskan maka berdampak baik
bagi proses selanjutnya menuju kebaikan2 untuk keberhasilan dalam kehidupan.
2. Jika alur prosesnya ditaati dengan baik maka akan sampai pada akhir yg indah
3. Kewaspadaan, ketekunan, latihan, doa dan optimis akan membuahkan
keberhasilan dalam memenangkan pertarungan.
4. Menyadari akan pentingnya pengalaman dan dorongan keluarga maka tak layak
kita memalingkan terhadap nasehat dan pengaruh baik dari orang tua dan orang
lain yg menasehati kita.
5. Sarana dan kesempatan serta pemikiran yg positif sangat layak di terapkan terus
dalam mengarungi kehidupan
6. Mencari kebahagiaan dunia dan akhirat sangat memerlukan pembelajaran dan
kontinyuitas terhadap orientasi pembetulan kesalahan-kesalahan yang ada.

( Fahrudin, SKM )

You might also like