You are on page 1of 21

1.

Virus H5N1:
a.Pengertian
Flu Burung (H5N1) adalah suatu jenis influenza tipe A yang menyerang hewan
unggas terutama ayam dan kadangkala kepada manusia.
b.Cara penularan
Penularan Flu Burung (H5N1) pada unggas terjadi secara cepat dengan
kematian tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas
satu peternakan, bahkan dapat menyebar dari satu peternakan ke
peternakan daerah lain. Sedangkan penularan penyakit ini kepada manusia
dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja
atau sekreta unggas terserang Flu Burung. Adapun orang yang mempunyai
resiko besar untuk terserang Flu Burung ini adalah pekerja peternakan
unggas, penjual dan penjamah unggas.
Hal lain, belum ada bukti terjadi penularan dari manusia ke manusia.
Disamping itu, belum terbukti adanya penularan pada manusia melalui
daging unggas yang dikonsumsi.
c.Masa Inkubasi
Masa inkubasi virus influenza bervariasi antara 1-3 hari.
d.Sifat-sifat virus
 Virus AI dapat bertahan untuk waktu lama dalam kotoran ayam dan air
selama 32 hari
 Sifat virus sangat labil, mudah berubah bentuk dan tidak ganas menjadi
ganas dan sebaliknya
 Virus AI akan mati sediaan alkohol 70% ammonium kuatener, chlorin,
formalin 2-5%, iodoform kompleks (iodines), senyawa fenol dan
natrium/kalium hipoklorit

Kelemahan virus tersebut adalah tidak tahan panas. Pada daging akan mati
0 0
pada suhu 80 C selama 1 menit. Pada telur akan mati pada suhu 64 C
selama
4,5 menit. (Deptan RI, 2005)
e.Epidemiologi

Secara umum virus influenza bertipe A, B dan C. Virus influenza tipe A


dapat menginfeksi manusia, kuda, babi, anjing laut, ikan paus, unggas dan
beberapa hewan lainnya. Namun burung liar dipercaya sebagai tempat alamiah
virus tersebut. Sedangkan virus influenza tipe B dan C umumnya juga ditemukan
pada manusia. Tidak seperti pada virus influenza tipe A, tipe B dan C tidak
diklasifikasi berdasarkan subtipenya. Virus influenza tipe B dapat menyebabkan
epidemic tapi tidak menyebabkan pandemic. Sedangkan tipe C hanya
menyebabkan sakit ringan pada manusia dan tidak dapat menyebabkan baik
epidemic ataupun pandemi.

Hanya virus influenza tipe A yang menyerang unggas. Sebagaimana sudah


disebutkan diatas, burung liar adalah tempat tinggal alamiah virus ini. Umumnya
burung liar tersebut tidak sakit meskipun mereka terinfeksi virus ini. Tetapi
unggas yang dipelihara, seperti ayam ras, burung, bebek atau kalkun dapat sakit
parah atau bahkan mati karena terserang virus flu burung. Penyakit pada unggas
ini telah terdeteksi di Italia lebih dari 100 tahun yang lalu dan kini telah
menyebar ke seluruh dunia. Ada 15 jenis virus influenza yang dapat menginfeksi
unggas, dan yang terganas adalah subtype H5N7. Di Indonesia sendiri yang
menyerang adalah subtype H5N1, dimana unggas air yang bermigrasi adalah
reservoir alami virus ini, dan ayam terutama ayam ras adalah jenis unggas yang
paling rentan terhadap virus ini.

Di beberapa negara Asia yang pernah diketahui terkena serangan virus


mematikan ini diantaranya Republik Korea,Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja,
Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Disamping Asia, beberapa negara
Eropa juga dilaporkan adanya serangan virus ini yaitu di Turki dan Belanda.

Di Indonesia sendiri pada Januari 2004, beberapa propinsi di Indonesia


terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa
Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya
kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi
terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian
influenza). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10
propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling
tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Sumber
virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.

2. Flu burung :
a.Pengertian
Suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan
oleh unggas yang dapat menyerang menusia. Nama lain dari penyakit ini
antara lain Avian Influenza.
Definisi kasus.
 Kasus suspek.
Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala
demam (suhu >380C), batuk dan atau sakit tenggorokan atau ber-ingus
serta salah satu keadaan;
a. Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit
KLB Flu Burung.
b. Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan
c. Bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses specimen
manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung.
 Kasus “probable”
Adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan :
a. Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A
(H5N1), misalnya: Tes H1 yang menggunakan antigen H5N1
b. Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia/gagal
pernafasan/meninggal
c. Terbukti tidak terdapat penyebab lain.
 Kasus konfirmasi.
Adalah kasus suspek atau probable didukung oleh salah satu
pemeriksaan laboratorium;
a. Kultur virus influenza H5N1 positif
b. PCR influenza (H5) positif
c. Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali.

b.Etiologi dan sifat.


Ertiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu;
dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220C dan lebih dari 30
hari pada 00C.
Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan
lebih lama, tetapi mata pada pemanasan 600C selama 30 menit.
Dikenal beberapa tipe virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. virus
influenza A terdir dari beberapa strain; H1N1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan
lain-lain.
Saat ini penyebab flu burung adalah Highly Pathogenic Avian Influenza Virus,
strain H5N1 (H=Hemagglutinin; N=neuraminidase). Hal ini terlihat dari hasil
studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus
influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus influenza A
merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus flu
bururng tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat
mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.
c.Gejala klinis
Gejala klinis yang ditemui seperti gejala flu pada umumnya, yaitu; demam,
sakit tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas. Dalam
waktu singkat penyakit ini dapat menjadi lebih berat berupa peradangan di
paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tata laksana dengan baik
dapat menyebabkan kematian.
d.Pathogenesis
Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui udara (droplet infection)
dimana virus dapat tertanam pada membrane mukosa yang melapisi saluran
nafas atau langsung memasuki alveoli (tergantung ukuran droplet). Virus yang
tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang
mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang
dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana
virus berasal.
Virus avian manusia manusia (human influenza viruses) dapat berikatan
dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membrane sel dimana
didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa
melalui ikatan 2,6 linkage.
Virus A1 dapat berikatan dengan berikatan dengan membrane sel mukosa
melalui ikatan yang berbeda yaitu 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada
reseptor yang terdapat pada membrane mukosa diduga sebagai penyebab
mengapa virus A1 tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada
manusia.
Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga
perlekatan virus dengan sel epitel saluran napas dapat dicegah. Tetapi virus
yang mengandung protein neuraminidase pada permukaannya dapat
memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel
permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut.
Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus
dapat menyebar ke sel-sek didekatnya.
Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada
sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan
intinya mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan
terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan
inklusi.

e.Dianosa

Diagnosis ditegakkan dengan :

1. Anamnesis tentang gejala yang diderita oleh penderita dan adanya riwayat kontak
atau adanya faktor risiko, seperti kematian unggas secara mendadak, atau unggas
sakit di peternakan/dipelihara di rumah, atau kontak dengan pasien yang didiagnosis
avian influenza (H5N1), atau melakukan perjalanan ke daerah endemis avian
influenza 7 hari sebelum timbulnya gejala .
2. Pemeriksaan fisik: suhu tubuh > 38º C, napas cepat dan hiperemi farings (farings
kemerahan).
3. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) diperoleh leukopenia, limfopenia,
trombositopenia ringan sampai sedang dan kadar aminotransferase yang meningkat
sedikit atau sedang, kadar kreatinin juga meningkat.
4. Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit diperlukan untuk mengetahui status
oksigenasi pasien, keseimbangan asam-basa dan kadar elektrolit pasien.
5. Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya avian influenza H5N1 a.l.
dengan Immunofluorescence assay, Enzyme Immunoassay, Polymerase Chain
Reaction (PCR) dan Real-time PCR assay, Biakan Virus. Dari hasil pemeriksaan ini
dapat ditentukan status pasien apakah termasuk curiga (suspect), mungkin
(probable) atau pasti (confirmed).
6. Pada pemeriksaan radiologi dengan melakukan X-foto toraks didapatkan gambaran
infiltrat yang tersebar atau terlokalisasi pada paru. Hal ini menunjukkan adanya
proses infeksi oleh karena virus atau bakteri di paru-paru atau yang dikenal dengan
pneumonia. Gambaran hasil radiologi tersebut dapat menjadi indikator
memburuknya penyakit avian influenza.
f.Panatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah : istirahat, peningkatan daya
tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan
respiratori, anti inflamasi, dan imunomodulators.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi, yaitu
48 jam pertama.
Adapun pilihan obat :
1. Menghambat M2/ M2 inhibitors :
a. Amantidin (symadine)
b. Rimantidin (flu-madine)
Dengan dosis 2x/hari 100mg atau 5mg/kgBB selama 3-5 hari.
Namun Virus H5N1 sudah resisten terhadap Amantadin dan
Rimantadin
2. Penghambatan neuramidase (WHO) :
a. Zanamivir (relenza)
b. Oseltamivir (tami-flu).
Dengan dosis 2x75mg selama 1 minggu.
Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai
berikut;

 Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari,


simptomatik dan antibiotic jika ada indikasi.
 Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75mg selama
5 hari, antibiotic spectrum luas yang mencakup kuman tipik dan
atipikal, dan steroid jika perlu seprti pada kasus pneumonia berat,
ARDS. Respiratory Care di ICU sesuai indikasi.

Sebagai profilaksis, bagi mereka yang berisiko tinggi, digunakan oseltamivir


dengan dosis 75 mg sekali sehari selam lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).

g. Pola Rujukan

RUJUKAN PASIEN
Kriteria pasien yang dirujuk
Pasien yang perlu dirujuk adalah pasien yang diduga menderita flu burung atau yang perlu
diobservasi lebih lanjut di RS Rujukan setelah menjalani pemeriksaan awal oleh tim
verifikasi KLB atau tim medis RSU

Prosedur penanganan pada berbagai tingkat pelayanan


 Masyarakat bila mencurigai ada kasus flu burung melapor ke Puskesmas di daerah
domisilinya
 Puskesmas melaporkan ke Dinkes Kabupaten/Kota setempat
 Dinkes Kabupaten/Kota akan mengirim Tim Gerak Cepat(Tim Survailens
Epidemiologi/Tim Verifikasi KLB/Tim P2P & Sistem Informasi) untuk
memverifikasi laporan tersebut
 Apabila berdasarkan hasil verifikasi diduga ada kasus tersangka flu burung maka
DinKes mengirim pasien (2) yang disangka tersebut ke RSU setempat untuk
dilakukan pemeriksaan awal/skrining (anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium
rutin, foto toraks)
Dinas Kesehatan setempat melakukan penyelidikan epidemiologis
 RSU Kab :
1. Menerima rujukan dari RS Swasta/Puskesmas/Dokter Praktek atau
pasien datang langsung
2. Melakukan pemeriksaan awal (anamnesis rinci, lab rutin, foto toraks)
3. Bila perlu merujuk ke RS Rujukan flu burung. Kriteria pasien yang perlu dirujuk:
Pasien suspek (tersangka) flu burung, dengan kriteria:
o demam (>/ 38 der C) DAN salah satu atau lebih gejala berikut:
o Batuk
o Sakit tenggorokan
o Sesak nafas
DAN satu atau lebih hal berikut ini:
a) menderita influenza A berdasar pemeriksaan lab tetapi belum bisa
diketahui subtipe virus influenzanya
b) dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala telah kontak dengan
penderita yang sudah dipastikan menderita flu burung H5N1
c) dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala telah kontak dengan burung
atau unggas yang mati oleh sesuatu penyakit
d) dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di laboratorium yang
memproses spesimen berasaal dari manusia atau hewan yang diduga
menderita flu burung H5N1
e) Pada hasil pemeriksaan lab ditemukan tanda infeksi oleh virus seperti
Lekopenia, limfopenia, trombositopenia, peningkatan SGOT/SGPT dll
Tidak ada kemungkinan penyebab lain (demam dengue, tifoid) dll
Bila tidak ada tanda ke arah flu burung maka pasien dipulangkan atau dirawat di RSU
sesuai indikasi.
4. RSU melapor ke Dinkes setempat tentang hasil pemeriksaan dan diagnosis kasus yang
diperiksa.

PROSEDUR PENGIRIMAN PASIEN


Sebelum mengirim pasien ke RS Rujukan, dokter yang menangani menghubungi dulu
RS yang dituju tersebut melalui telepon kepada dokter jaga RS Rujukan untuk
menyampaikan kondisi pasien, indikasi merujuk, menanyakan ketersediaan tempat,
cara pengiriman pasien dan informasi lain yang perlu. Setelah ada kepastian ada
indikasi rujukan dan tempat, pasien baru dikirim.
PROSEDUR PEMULANGAN PASIEN
Penderita yang dapat dipulangkan adalah:
a. Penderita tersangka flu burung yang setelah diobservasi menunjukkan hasil uji
laboratorium untuk flu burung negatif serta tidak ada indikasi klinis untuk di rawat
lebih lanjut
b. Penderita yang telah dipastikan flu burung dan sembuh dengan kriteria:
1. penderita tidak demam selama 48 jam terakhir
2. tidak ada lagi gejala batuk atau sesak
3. perbaikan foto toraks
4. hasil laboratorium yang sebelumnya abnormal menjadi normal kembali

Tatacara pemulangan:
1. Sehari sebelum jadwal kepulangan, pihak RS menghubungi Dinkes dan RSU
pengirim tentang rencana kepulangan.
2. Penderita dibekali surat resume perawatan
3. Penderita yang terbukti bukan kasus flu burung dapat pulang menggunakan
4. kendaraan umum atau pribadi tanpa didampingi paramedis
Penderita yang terbukti kasus flu burung diantar / dijemput ambulans disertai
petugas paramedis.
Penderita kasus flu burung diwajibkan kontrol ke RSU setempat l minggu sesudah
pulang dengan membawa resume perawatan dan surat rujukan/control

h.Pencegahan
Upaya pencegahan penularan dilakukan dengan cara menghindari bahan
yang terkontaminasi tinja dan secret unggas, dengan tindakan sebagai
berikut:
1) Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran
cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata renang).
2) Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus
ditatalaksanakan dengan baik (ditanam/dibakar) agar tidak menjadi
sumber penularan bagi orang disekitarnya.
3) Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan
desinfektan.
4) Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan.
5) Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 80 0C selama 1
menit. Sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 64 0C selama
5 menit.
6) Melaksanakan kebersihan lingkungan.
7) Melakukan kebersihan diri.

1. Virus H 5 N 1

Definisi : Virus jenis H5N1 dikenal sebagai virus flu burung yang paling
membahayakan yang telah menginfeksi baik manusia ataupun hewan. Virus yang juga
dikenal dengan A(H5N1) ini merupakan virus epizootic (penyebab epidemik di mahluk non
manusia) dan juga panzootic yang dapat menginfeksi binatang dari berbagai spesies dari area
yang sangat luas.

Mutasi yang terjadi pada virus H5N1 merupakan karakteristik jenis virus influenza,
dimana virus tersebut mampu mengkombinasikan jenis 2 jenis virus influenza yang berbeda
yang berada dalam 1 jenis reseptor pada saat yang bersamaan.

Kemampuan virus untuk bermutasi menghasilkan jenis yang mampu menginfeksi


berbagai jenis spesies adalah karena adanya variasi yang ada di dalam gen hemagglutinin.
Mutasi genetik dalam gen hemaglutinin menyebabkan perpindahan asam amino yang pada
akhrinya dapat mengubah kemampuan protein dalam hemagglutinin untuk mengikat reseptor
dalam permukaan sel, Mutasi inilah yang dapat mengubah virus flu burung H5N1 yang
tadinya tidak dapat menginfeksi manusia menjadi dapat dengan mudah menular dari
unggas ke manusia

2. Patofisiologi dari infeksi virus unggas


 Patogenesis

Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan
ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan
unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang
kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh
manusia atau binatang lainnya.

Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding
dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga
belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya
caravirus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika
virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia.

Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena
kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi
melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan
termasuk melalui pakan ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk

sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual
beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.

 DEFINISI

Flu burung didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A
subtipe H5N1 yang menyerang burung, ungggas, ayam yang dapat menyerang manusia
0
dengan gejala demam >38 C, batuk, pilek, nyeri otot, nyeri tenggorokan. Namun, gejala
ini harus diterapkan pada seseorang yang pernah kontak dengan binatang tersebut dalam 7
hari terakhir. Terutama jika unggas tersebut menderita sakit atau mati.

 PENYEBAB

Seseorang dinyatakan mengidap flu burung setelah pemeriksaan laboratorium


menunjukkan positif untuk virus influenza A (H5) seperti tes antibodi spesifik pada 1
spesimen serum. Hasil biakan virus positif Influenza A (H5N1) atau hasil dengan
pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5. Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar
> 4 x > Hasil dengan IFA positif untuk antigen H5.

 GEJALA KLINIS

Gejala flu burung pada dasarnya sama dengan flu biasa :


 Demam sekitar 38 derajatC
 Batuk
 Lemas
 Sakit tenggorokan
 Sakit kepala
 Tidak nafsu makan
 Muntah
 Nyeri perut
 Nyeri sendi
 Diare
 Infeksi selaput mata (conjunctivitis)
 Dalam keadaan memburuk, terjadi severe respiratory distress, yakni sesak napas
hebat, kadar oksigen rendah sementara kadar karbondioksida meningkat. Ini terjadi
karena infeksi flu menyebar ke paru-paru dan menimbulkan radang paru-paru
(pneumonia).

3.Cara menegakkan diagnosa

 Anamnesis
Untuk melakukan anamnesa tanyakan hal berikut kepada pasien :
1. Dimana tempat bekerja pasien.
Misalnya: peternakan atau mengunjungi pasar ayam dll.
2. Ada anggota keluarga yang mengalami flu/penyakit yang sama di derita oleh
pasien.
3. Apakah ada ayam yang matimdilingkungan pasien atau kontak dengan pasien yang
terken flu burung.

DEFINISI KASUS

a. Kasus Observasi
> Panas > 38oC DAN
> >1 gejala berikut:
- Batuk
- Radang tenggorokan
- Sesak napas
yg pemeriksaan klinis dan laboratoriumnya sedang berlangsung

b. Kasus Possible (kasus tersangka)


> Demam > 38oC DAN
> > 1 gejala
- batuk,
- nyeri tenggorokan
- sesak napas
> DAN salah satu di bawah ini:
- hasil tes laboratorium positif untuk virus influenza A tanpa mengetahui
subtypenya
- kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan penderita yang confirmed
- kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan unggas yang mati karena sakit

- bekerja di laboratorium 1 minggu sebelum timbul gejala yang memproses


sampel dari orang atau binatang yang disangka terinfeksi Highly Pathogenic
Avian Influenza

c. Kasus Probable
> Kasus Possible DAN
> Hasil laboratorium tertentu positif untuk virus influenza A (H5) seperti
tes antibodi spesifik pada 1 spesimen serum
d. Kasus Confirmed ? Kasus Pasti
> Hasil biakan virus positif Influenza A (H5N1) ATAU
> Hasil dengan pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5 ATAU
> Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar > 4 x
> Hasil dengan IFA positif untuk antigen H5

 Pemeriksaan fisik

1. Distress pernafasan : takipneu,berkeringat,nafas cuping hidung


Sesak nafas hebat,kadar O2 menurun,kadar CO2 meningkat
2. Tanda sumbatan jalan nafas
3. Sianosis
4. Kesadaran menurun atau gelisah
5. Infeksi selaput mata
0
6. Demam >38 C

 Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan laboratorium :
Specimen darah (EDTA,Beku/Serum)di ambil di ruang perawatan isolasi.
Rutin :
 darah lengkap : hemoglobin,hitung leukosit,hitung jenis
leukosit,trombosit,laju endap darah.
 Albumin/Globulin
 SGOT/SGPT
 Ureum,Kreatinin
 Creatine Kinase
Analisis gas darah
Mikrobiologi
 Pemeriksaan gram dan basil tahan asam
 Kultur sputum/usap tenggorokan
Pemriksaan serologi :
 Dapat di lakukan Rapid test terhadap virus influenza walaupun
mungkin hasilny tidak terlalu tepat,dan deteksi antibody
(ELISA)serta deteksi antigen (HI,IF/FA)
Radiologi
 Pemeriksaan akan dilakukan dalam 24 jam
denganmenggunakan tiga peawat radiologi, satu pada ruang
instalasi radiologi,satu di ruang isolasi ICU dan satu lagi adalah
pesawat raiologi yang bergerak dan berada di dalam ruangan
perawatan isolasi
 Pemeriksaan foto thoraks dengan gambaran infiltrate yang
tersebar di paru adalah menunjukkan bahwakasus ini adalah
pneumonia.

4. Pencegahan dan penatalaksanaan

 Pencegahan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, secara umum prinsip-prinsip kerja yang
higienis, seperti:
 Mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri -merupakan upaya yang harus
dilakukan oleh mereka yang kontak dengan binatang, baik dalam keadaan mati,
apalagi ketika hidup.
 Karena telur juga dapat tertular, maka penanganan kulit telur dan telur mentah perlu
dapat perhatian pula.
 Daging unggas harus dimasak sampai suhu 70?C atau 80?C selama sedikitnya satu
menit. Kalau kita menggoreng atau merebus ayam di dapur, tentu lebih dari itu suhu
dan lamanya memasak. Artinya, sejauh ini bukti ilmiah yang ada mengatakan bahwa
aman mengonsumsi ayam dan unggas lainnya asal telah dimasak dengan baik.
 Pola hidup sehat. Secara umum pencegahan flu adalah menjaga daya tahan tubuh
dengan makan seimbang dan bergizi, istirahat dan olahraga teratur. Jangan lupa sering
mencuci tangan. Pasien influenza dianjurkan banyak istirahat, banyak minum dan
makan bergizi.

Khusus untuk pekerja peternakan dan pemotongan hewan ada beberapa anjuran WHO yang
dapat dilakukan:

 Semua orang yang kontak dengan binatang yang telah terinfeksi harus sering-sering
mencuci tangan dengan sabun. Mereka yang langsung memegang dan membawa
binatang yang sakit sebaiknya menggunakan desinfektan untuk membersihkan
tangannya.
 Mereka yang memegang, membunuh, dan membawa atau memindahkan unggas yang
sakit dan atau mati karena flu burung seyogianya melengkapi diri dengan baju
pelindung, sarung tangan karet, masker, kacamata google, dan juga sepatu bot.
 Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan prosedur yang baku dan
memerhatikan faktor keamanan petugas.
 Pekerja peternakan, pemotongan, dan keluarganya perlu diberi tahu untuk melaporkan
ke petugas kesehatan bila mengidap gejala-gejala pernapasan, infeksi mata, dan gejala
flu lainnya.
 Dianjurkan juga agar petugas yang dicurigai punya potensi tertular ada dalam
pengawasan petugas kesehatan secara ketat. Ada yang menganjurkan pemberian
vaksin influenza, penyediaan obat antivirus, dan pengamatan perubahan secara
serologi pada pekerja ini.
Penatalaksanaan
 Pengobatan
Dapat bersifat simtomatik sesuai gejala yang ada; jika batuk dapat diberi obat batuk
dan jika sesak dapat diberi bronkodilator. Pasien juga harus mendapat terapi suportif,
makanan yang baik dan bergizi, jika perlu diinfus dan istirahat cukup. Secara umum daya
tahan tubuh pasien haruslah ditingkatkan. Selain itu dapat pula diberikan obat anti virus.

Ada 2 jenis yang tersedia : kelompok M2 inhibitors yaitu amantadine dan rimantadine
serta kelompok dari neuraminidase inhibitors yaitu oseltamivir dan zanimivir. Amantadine
dan rimantadine diberikan pada awal penyakit, 48 jam pertama selama 3 5 hari, dengan dosis
5 mg/kg bb./ hari, dibagi 2 dosis. Jika berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali
sehari. Sedangkan oseltamivir diberikan 75 mg, 1 kal sehari selama 1 minggu.

5. Proses Penularan virus

Penularan dari unggas ke manusia terjadi lewat kontak air liur dan kotoran unggas.
Kontak itu terjadi lewat sentuhan langsung atau juga melalui kendaraan yang mengangkut
hewan-hewan itu. Juga termasuk kandang, alat-alat peternakan, pakan ternak, pakaian, sepatu
para peternak.

Unggas yang sudah dimasak tidak akan menularkan flu burung ke manusia sebab
virus itu akan mati dengan pemanasan 80 derajat lebih dari satu menit. Selama ini kita selalu
menggoreng ayam dengan suhu di atas 80 derajat dan lebih dari satu menit. Jadi pasti aman.

6. Cara merujuk pasien yang terinfeksi virus unggas


POLA RUJUKAN

Rujukan pasien

Kriteria yang dirujuk


Pasien yang perlu dirujuk adalah pasien yang diduga menderita flu burung atau yang perlu
diobservasi lebih lanjut di RS Rujukan setelah menjalani pemeriksaan awal oleh tim
verifikasi KLB atau tim medis RSU

Prosedur penanganan pada berbagai tingkat pelayanan :


 Masyarakat bila mencurigai ada kasus flu burung melapor ke Puskesmas di daerah
domisilinya
 Puskesmas melaporkan ke Dinkes Kabupaten/Kota setempat
 Dinkes Kabupaten/Kota akan mengirim Tim Gerak Cepat(Tim Survailens
Epidemiologi/Tim Verifikasi KLB/Tim P2P & Sistem Informasi) untuk
memverifikasi laporan tersebut
 Apabila berdasarkan hasil verifikasi diduga ada kasus tersangka flu burung maka
DinKes mengirim pasien (2) yang disangka tersebut ke RSU setempat untuk
dilakukan pemeriksaan awal/skrining (anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium
rutin, foto toraks)

Kriteria pasien yang perlu dirujuk:


Pasien suspek (tersangka) flu burung, dengan kriteria:

 demam (>/ 38 der C)


 Batuk
 Sakit tenggorokan
 Sesak nafas

DAN satu atau lebih hal berikut ini:

 menderita influenza A berdasar pemeriksaan lab tetapi belum bisa diketahui


subtipe virus influenzanya
 dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala telah kontak dengan penderita yang
sudah dipastikan menderita flu burung H5N1
 dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala telah kontak dengan burung atau unggas
yang mati oleh sesuatu penyakit
 dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di laboratorium yang memproses
spesimen berasaal dari manusia atau hewan yang diduga menderita flu burung H5N1
 Pada hasil pemeriksaan lab ditemukan tanda infeksi oleh virus seperti
Lekopenia, limfopenia, trombositopenia, peningkatan SGOT/SGPT dll
Tidak ada kemungkinan penyebab lain (demam dengue, tifoid) dll

Bila tidak ada tanda ke arah flu burung maka pasien dipulangkan atau dirawat di RSU sesuai
indikasi.

STEP VII : KESIMPULAN

Dari trigger dapat di simpulkan keluhan yang di alami oleh Tn.Jansen seperti sesak
0
nafas,demam tinggi >38 C,batuk-batuk sejak 4 hari yang lalu dan di temukan riwayat
kontak dengan unggas mati.setelah itu dilakukan pemeriksaan dengan hasil di temukannya
infiltrate pada paru,dan di tunjang dengan hasil pemeriksaan laboratorium dengan hasil
3
leukosit 4000/mm artinya leukositnya kecil dari normal,maka dapat di simpulkan
Tn.Jansen menderita flu burung.

You might also like