Professional Documents
Culture Documents
Sumber:http://arifdhaniirwanto.blogspot.com/2010/09/wi-fi-vs-wimax.html
Roundtable Discussion :
::
Jakarta, 2010
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
LAPORAN KEGIATAN
Rountable Discussion
BROADBAND ECONOMY
INDONESIA
V. HASIL DISKUSI
A. Regulasi dan
Kerangka Kebijakan
DETIKNAS
Keppres No. 20 Tahun 2006 telah diubah menjadi Keppres No. 5
tahun 2009 memaparkan tentang misi dari Dewan TIK Nasional
(Detiknas). Namun demikian masih belum ada kejelasan peran dari
DETIKNAS meski kewenangan DETIKNAS masih cukup besar.
ICT FUND
Jumlah dana PNBP sektor Kominfo yang diperoleh hingga saat ini
telah mencapai orde Rp 10 T per tahunnya. Sudah seyogyanya sebagian
dana itu dikembalikan untuk pengaturan sektor telematika sendiri. Meski
telah diterbitkan buku putih “ICT Fund for Backbone Infrastructure”,
kejelasan regulasi, insentif, dan pemanfaatan dana USO untuk
pembangunan masih belum pasti. Regulasi yang mengatur penerapan
BHPF sebagai PNBP yang nilainya sangat tinggi banyak dikeluhkan oleh
para operator. Hal ini dinilai dapat menghambat kinerja operator untuk
berkontribusi dalam program Broadband nasional ke depannya.
B. Teknologi
Broadband
Kehadiran Broadband di Indonesia
diawali dengan datangnya teknologi 3G
ke tanah air pada tahun 2006. Teknologi
ini sangat diharapkan menjadi batu
loncatan untuk menyukseskan program
Broadband Wireless Access (BWA) di
Indonesia. Walaupun dianggap telat
masuk ke Indonesia, namun dengan Sumber:http://al-magfirahs.blogspot.com/2010
/04/tri-pakai-menara-telekomunikasi-milik.html
Wimax
Sumber:http://www.michaelbatara.co.cc/Telecommunication_ System/wimax.html
Transaksi
Industri
Indonesia tidak boleh hanya menjadi target market Broadband
lokal maupun internasional, melainkan juga membangun dan mendorong
Konten
D. Pendanaan
Kesenjangan infrastruktur ICT selama ini terjadi secara signifikan
antara wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur.
Menyadari kondisi tersebut, Kemkominfo telah melakukan kajian tentang
kemungkinan penggunaan konsep pembiayaan ICT Fund untuk
melakukan pembangunan infrastruktur ICT.
Penetapan mekanisme pendanaan pembangunan infrastruktur
Broadband untuk memudahkan dalam pemanfaatan dana tersebut
sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya. RPJMN menyebutkan
bahwa pemerintah hanya bisa memberikan dukungan dana untuk
infrastruktur Broadband sebesar 20% dan sisanya 80% diserahkan
kepada non pemerintah atau dunia usaha. Pemberian insentif dari
ICT FUND
ICT Fund pada intinya merupakan suatu konsep pembiayaan
pengembangan penggunaan ICT dengan memanfaatkan dana yang
terkumpul dari masyarakat untuk membiayai proyek-proyek
pengembangan ICT agar lebih berdaya guna bagi pengembangan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat.
ICT fund di Indonesia sebagian besar berasal dari dana USO.
Penggunaan dana ini seharusnya diterapkan secara jelas dan transparan
agar tidak menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak. Awalnya, USO
merupakan “titipan” dari operator ke Pemerintah. “Titipan” ini merupakan
bagian dari pendapatan operator dari usahanya untuk berkontribusi
dalam membangun ekonomi. Sedangkan sekarang, dana USO didapatkan
dari iuran PNBP yang wajib dibayarkan oleh operator kepada Pemerintah.
Hal ini yang dapat memicu kesenjangan antara pemerintah dan operator
sehingga dapat menyebabkan pemerintah dan operator “jalan sendiri-
sendiri”. Saat ini Kemkominfo telah menyelesaikan naskah akademis “ICT
Fund” yang akan dibahas bersama-sama Stakeholder ICT di Indonesia.
Diharapkan melalui partisipasi semua pihak agar tersusun suatu
peraturan yang baik dan menduklung pembangunan infrastruktur ICT,
termasuk Broadband.
E. Planning
1. Pemerintah diharapkan membangun Research and Development
Center sebagai pusat basis teknologi untuk mengumpulkan SDM
yang berkualitas di bidang TIK baik dari dalam maupun luar negeri.
Kebijakan ini dapat dikoordinasikan bersama dengan BPPT sebagai
pusat penelitian teknologi nasional. BPPT agar difungsikan kembali
sebagai lembaga standardisasi teknologi nasional. Jadi setiap
teknologi yang akan diterapkan di Indonesia harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh BPPT, seperti pada kurun waktu
15 tahun lalu.
2. Selain itu juga perlu dibentuk konsorsium antara industri dan
pemerintah untuk menciptakan ekosistem yang baik terutama
-UNDANGAN- | i
DAFTAR LAMPIRAN UNDANGAN
NO. UND. 99 /D.V.M.EKON/08/2010
Tanggal, 19 Agustus 2010
Kementerian Keuangan
6. Kepala Badan Kebijakan Fiskal
7. Kepala Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan
BAPPENAS
8. Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
9. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana
10. Deputi Bidang Ekonomi
11. Direktur Energi, Telekomunikasi dan Informatika
12. Kasubdit Pos dan Telematika
Kementerian Perindustrian
24. Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika
25. Direktur Industri Telematika
-UNDANGAN- | ii
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
26. Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
DETIKNAS
30. Zainal A. Hasibuan
31. Rudi Lumanto
32. Adi Seno
Habibie Centre
41. Ilham Habibie
42. Dewi Fortuna Anwar
43. Santhi Serad
KADIN
44. Anindya N. Bakrie
45. Johnny Swandi Syam
46. Fofo Suriaatmadja
47. Sylvia Sumarlin
48. Erick Thohir
49. Elisa Lumbantorun
50. Chris Kanter
51. Pandji Choesin
-UNDANGAN- | iii
Penyelenggara dan Praktisi Telematika
52. Dirut PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
53. Dirut PT. Indosat, Tbk.
54. Dirut PT. Telkomsel
55. Dirut PT. XL Axiata
56. Dirut PT. Bakrie Telecom
57. Dirut PT. Smart Telecom
58. Dirut PT. Hutchison CP Telecommunications
59. Dirut PT. Natrindo Telepon Seluler
60. Dirut PT. Inti
61. Dirut PT. Posindo
62. Dirut PT. Lintas Arta
63. Dirut PT. Citra Sari Makmur
64. Dirut PT. LEN
65. Dirut TVRI
66. Dirut RRI
67. Harianda Noerlan, PT. First Media
68. Dirut RCTI
69. Dirut SCTV
70. Dirut TV-One
71. Dirut Global TV
72. Dirut Trans TV
73. Dirut Metro TV
74. Dirut PT. Indovision
75. Dirut PT. Yes TV
76. Dirut Biznet Networks
77. Dirut PT. Jasnita Telekomindo
78. Dirut PT. Berca Global Access
79. Dirut PT. Transmedia Indonesia
80. Dirut PT. Indosat Mega Media (IM2)
81. Dirut PT. Intel Indonesia Coorporate
82. Imelda Adhisaputra, PT. Intel Indonesia Coorporate
83. Bismo Abiyoso, PT. Astratel Nusantara
84. Teguh Trianung Djoko, PT. Cakra Mitra Pandawa
85. Nies Purwati, PT. XL Axiata
86. Ann Gusnayanti, PT. Natrindo Telepon Seluler
87. Ubaidillah Fatah, PT. Smart Telecom
88. Rudy Rusdiah, PT. Asricitra Pratama
89. Sumitro Rustam
90. Sutrisman
91. Onno W. Purbo
92. Ventura Elisa
93. Iwan Piliang
94. Hemat Nuryanto
95. Barata Wardhan, FKBWI
-UNDANGAN- | iv
99. Riri Fitri Sari, UI
100. Jonanthan Parapak, UPH
101. Kho I Eng, SGU
102. Destry Damayanti, Mandiri Sekuritas
103. Hartojo Wignjowijoto, Institute of National Capacity Studies - LSKN
104. Yanuar Rizky, Aspirasi Indonesia Research Institute
105. Dewie Pelitawati, Bahar and Partners
106. Susiana Suhendra, FBAI
Pers
107. Arif Budi Susilo, Bisnis Indonesia
108. Arif Pitoyo, Bisnis Indonesia
109. Redaksi Sinar Harapan
110. Rene L.P, Kompas
111. Muhammad Ikhsan, Warta Ekonomi
112. Redaksi Detik.com
113. Rina Garmina, Media Indonesia
114. Doni Ismanto Darwin, Koran Jakarta
115. Sri Kadarwati, Selular
116. Hardy Hermawan, Majalah Trust
117. Andi Reza Rohadian, Majalah Trust
-UNDANGAN- | v
Lampiran 2. Agenda
AGENDA
Round Table Discussion “Broadband economy Indonesia”
Ruang Rapat Sumba B Lt. 3, Hotel Borobudur, 24 Agustus 2010
14.30 – 14.45 WIB Pembukaan Oleh Bp. Luky Eko Wuryanto, Deputi Bidang
Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
14.45 – 16.00 WIB Diskusi Broadband economy Indonesia
16.00 – 16.10 WIB Istirahat
16.10 – 17.45 WIB Diskusi Broadband economy Indonesia (lanjutan)
17.45 – 19.00 WIB Buka Puasa Bersama
NB : Pelaksanaan Sholat Ashar agar dapat dilakukan masing-masing peserta di sela-sela diskusi
mengingat waktu yang terbatas
-UNDANGAN- | vi
Lampiran 3. Notulen
NOTULEN
Roundtable discussion Broadband economy
Rabu, 24 Agustus 2010, Pukul 14.30 – 17.50 WIB
Ruang Sumba B Lt.2, Hotel Borobudur
-NOTULEN- | 1
diwujudkan. Disini diharapkan partisipasi aktif dari seluruh peserta dapat berlangsung dan
memberikan masukan khususnya dalam hal komitmen dalam menyusun agenda yang
berkaitan dengan regulasi, teknologi, konten, industri dan juga yang tidak kalah pentingnya
yang berkaitan dengan pendanaan. Selamat berdiskusi, semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan limpahan rahmat kepada kita semua dan memberikan manfaat terhadap apa
yang kita lakukan siang ini. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi terbuka yang dipandu oleh Bp. Eddy
Satriya, Asdep 5 Urusan Telematika dan Utilitas.
-NOTULEN- | 2
b) RPJMN menyebutkan bahwa pemerintah hanya bisa memberikan dukungan
dana sebesar 20% dan sisanya 80% diserahkan kepada non pemerintah atau
dunia usaha. Kaitannya dengan broadband economy, kita harus bisa benar-benar
fokus dalam membangun infrastrukturnya, jangan hanya jalan tol saja yang
diperhatikan namun juga “jalan tol virtual”.
c) Studi kasus di Negara maju mereka melewatkan 60% trafik melalui wireline
sehingga tidak membebani wireless. Yang terjadi di Indonesia selama ini adalah
95% trafik dilewatkan melalui wireless akibatnya bandwith yang diterima
menjadi sangat kecil dan kurang ideal.
d) Pemerintah diharapkan bisa memberikan insentif kepada pihak yang mau
melakukan pembangunan broadband Wireline, karena tidak bisa mencakup
keseluruhan wilayah Indonesia maka pembangunan di prioritaskan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan.
e) Berkaitan dengan regulasi (UU No. 36 1999, UU Konvergensi) pelaku usaha
seharusnya ikut memberikan masukan.
f) Ada kemapanan dalam teknologi dan agar difungsikan kembali peran BPPT
dalam hal standardisasi teknologi.
g) USO adalah titipan operator kepada pemerintah untuk membangun fasilitas di
wilayah yang secara ekonomi tidak viable. Namun sekarang dimasukkan kedalam
anggaran pemerintah jenis PNBP sehingga menjadi sedikit sulit untuk digunakan
lagi untuk membangun karena harus melalui proses tender dll.
-NOTULEN- | 3
4. Bp. Mas Wigrantoro, MASTEL
b) Tidak hanya itu saja jika kita ingin berbicara mengenai broadband teknologinya
apakah bisa kita ambil sedikit demi sedikit dengan memanfaatkan skema TKDN yang
sudah kita tetapkan tapi tentunya pengembangannya itu juga perlu memikirkan
-NOTULEN- | 4
skema yang seperti apa yang perlu kita ambil nah yang saat ini sedang muncul adalah
bagaimana kita memanfaatkan konsorsium artinya kalo kita kemarin, terus terang
seperti mendorong industri dalam negeri tapi lebih di perangkat, padahal sebetulnya
perangkat tanpa ada yang beli dan tanpa ada ekosistem yang terbentuk baik tidak
akan bisa sustain, paling hanya 2 tahun 3 tahun trus ada teknologi baru LTE atau
mobile wimax kemudian hilang terlupakan, padahal ini maunya menyiapkan suatu
industri yang bukan membikin jumlah industrinya banyak, artinya terolah kemarin
yang berkembang awalnya dua tapi kemudian berkembang 8 banyak merk lain yang
kemudian ditotalkan menjadi 10 menurut saya tidak efektif kalo akhirnya kita hanya
dapat 2 seperti China, Huawei, ZTE kemudian Korea, Samsung, LG, cukup ga usah
banyak banyak. Kalo punya resource ya dikumpulkan tadi industri yang sedikit itu
saja. Karena yang penting bukan hanya menurunkan industri sebanyak banyaknya
tapi menurunkan ekonomi broadband ekonominya itu sehingga tahap kepemilikan
bersama teknologi diperlukan kita produk bersama tidak hanya pemerintah
berikutnya industri dan pemerintah dalam suatau wadah konsorsium, nah konsep ini
mungkin bisa dijadikan suatu topik berikutnya termasuk cara kita membentuk
ekosistem yang tidak pernah kita bangun-bangun dengan baik sebelum kita dapat
contoh sukses industri dalam negeri dan karena itu sekarang fokus di tim yang
kebetulan eee… terlibat di .. tim postel maupun di ristek itu adalah kita bagaimana
menyiapkan roadmap yang diatasnya dibutuhkan baik oleh pemerintah maupun
industri. Roadmap teknologi roadmap pemanfaatan termasuk disitu antisipasinya
bagaimana dengan teknologi berikutnya. Kalau misalnya kita kosongan aja semua
tidak ada yang tertulis dan tidak ada bentuk roadmap. Saya pikir sampai kapanpun
kita akan ketemu-ketemu begitu begitu saja.
c) Dan juga TKDN juga perlu berhati-hati karena konsep bahwa kita meningkatkan
konten teknologi di dalamnya, kan kemarin kita tambahkan yang namanya TKDN
bukan hanya ngitung berat tapi juga software dan HKI desain tapi kalo kita tidak
punya metoda atau lembaga yang mampu mengukur dengan baik tentunya
dipertanyakan apakah benar standar itu diterapkan ada maksudnya oleh karena
itu kita berhati-hati dan BPPT sendiri telah kita perjelas kewenangan dan
kewajiban audit teknologi yang dijaman dulu sebagai mandatory namun sekarang
voluntary. Audit teknologi akan support lab di Serpong termasuk pengembangan
dan perbaikan cara penelitian TKDN. Itu beberapa yang bisa kami sampaikan disini
semoga menjadi masukan
-NOTULEN- | 5
b) Keppres 20 2006 diperpanjang sampai 2009 dengan hasil, ya tulisan ini. Yang
pertama kebijakan, membuat arahan strategis ICT Nasional, yang kedua
menyelesaikan permasalahan ICT yang dihadapi secara nasional, kemudian
kordinasi nah ini gampang diomongin sulit dilaksanakan, yang terakhir bahkan
ada poin ke 4 kita itu memberikan approval terhadap ICT investment yang
sifatnya lintas departemen, lintas instansi tapinya kalo ini tidak dilakukan ini
melanggar kepres.
c) Tadinya saya terkagum kagum melihat kepres ini, tapi setelah saya diskusi sama
teman ICT konsul dari Jepang, dari Korea, dari Singapura.. oo sedikit banyak kita
rupanya meniru mereka namun pelaksanaannya tidak seperti mereka.
d) Kita lihat disini, tim pengarah Bp. Presiden, wakil Menko Perekonomian, tim
pelaksana harian Menkominfo.
e) Palapa Ring adalah nasional backbone kita, jadi memang sudah masuk tanpa
saya masuk disini pun itu sudah dicanangkan tapi kita lihat sekarang ini agak
mandeg. Kita bicara tadi mengenai ICT Fund, USO Fund dan segala macem nah
ini kita mungkin nanti bisa rame-rame bagaimana mendorongnya agar itu juga
bisa di stimulir oleh ICT Fund dsb. Walaupun ini perdebatanya masih panjang
terakhir kita ketahui bahwa belum ada PP dari penggunaan ICT Fund itu. Nah ini
mungkin daripada kita ngomong panjang lebar coba rame-rame kita rumuskan
apa ini PP nya.
f) CMIIW, jadi katanya PP penggunaan USO Fund itu belum ada jadi debatable jadi
tidak heran Depkeu menganggap hal itu sebagai PNBP seperti kata pak Setyanto
tadi.
g) Ini udah canggih banget, kalo ini kita jadikan lokomotif luar biasa, ordernya
trilyunan proyek ini. 10 program strategis ini.
h) Permasalahan ini dari tahun-tahun lalu, permasalahannya sama yaitu seperti
yang dianalogikan pak Mas Wig, jalan di tempat, 30, 20 10 tahun yg lalu, hari ini
permasalahannya sama.
i) Kita lihat lagi 10 program strategis tadi, semuanya luar biasa. Kita punya
misalnya e-health presiden beberapa kali mencanangkan di kabinet ke dua ini
untuk meningkatkan layanan kesehatan. Data mengenai kesehatan sangatlah
kompleks dan data kesehatan Indonesia selalu tertinggal 2 tahun dari negara-
negara yang lain. WHO memarahi presiden, presiden memarahi menteri,
menteri memarahi dirjen dst.
j) Yang berikutnya mengenai Nasional Single Window (NSW) terakhir kita tangkap
ada sekitar 18 instansi yang terlibat. Banyak bisnis proses yang mesti di align,
siapa yang mesti mengambil keputusan. Sekarang ini yang sering hadir,
seringnya eselon 1 paling tinggi, paling lazim, paling juga eselon 2. Beranikah
kira-kira meng align bisnis proses dari 18 instansi pemerintah?
k) Akhirnya kita sampai pada kesimpulan ini sebenarnya permasalahan kita,
apapun yang kita omongin mengenai kebijakan ini sinkronisasi investasi TIK, sulit
-NOTULEN- | 6
sekali kita mencari dana ICT itu berapa sebenarnya, bagaimana mengukur
kontribusinya dalam ekonomi apalagi broadband ekonomi yang merupakan
subset dari itu. Kebijakan fiscal multi years, ini pemahaman multi years di ICT
tidak sama dengan pemahaman multi years dalam gedung, tahun ini provider A
yang menang, tahun depan provider B belum sempat kita menikmati servisnya
sudah berganti provider. Ini terjadi di beberapa tempat, mengapa kita tidak bisa
multi years kontrak disitu.
l) Komponen local kita berusaha keras di 10 komponen strategis ada keberpihakan
saja sebagai lokomotif pengembangan industri ICT kita. Kemudian kelembagaan
di NSW siapa Imamnya di NSW, jika kita berbicara di align bisnis proses sudah
sulit kita mengatasinya. Cyber security Alhamdulillah timnya sudah di bentuk.
Universitas pertahanan sudah mulai mengkaji cyber war. Yang terakhir SDM,
kita menghasilkan 60 ribu sarjana IT, namun kita kurang merasakan kualitasnya.
Kita berusaha lokomotif strategik program tadi bisa ditandem dengan potensial
SDM IT kita.
-NOTULEN- | 7
c) Jadi maksud saya omongan-omongan ini kita praktekkan aja langsung buka
hacker, karena hacker itu tidak software lagi tapi hardware, jadi kalo yu mau
dijadikan agennya siapa aja itu hardwarenya itu udah hacker. Udah bisa
mengidentifikasi semua itu ga software lagi.
d) Saya kelamaan di MIT tau banyak lah mengenai hal itu tapi saya sudah ga update
lagi yang saya maksudkan banyak orang pinter Indonesia yang hadir disini semua
tapi tidak ada jalan masuk karena yang jaga jalan itu monyet-monyet yang
melarang jangan sampai orang-orang ini masuk dalam sistem itu, tapi ternyata
dengan ini bisa dibongkar semua, very easy. Jadi yang ingin saya kemukakan kalo
nanti anda punya HP informasikan ke saya nanti saya forward segala macam
informasi sehingga anda bisa bertindak berdasarkan informasi yang saya peroleh
karena e-lead nya Indonesia itu ada disini semua bukan hanya Indonesia tapi
dunia.
e) Seperti Soros kemarin dateng kesini urusan iklim, you Soros ngapain ikut-ikutan
iklim, karena dia pernah invest disini dia mau ambil lagi uangnya dia bilang tanah
gambut itu menyebabkan CO2 , omong kosong, you mau nutup Sinar Mas sama
Riau Pulp and Paper. Kita itu di level industrialisasi jadi kalo tadi ada yang
mengatakan roadmap, kita banyak roadmap banyak polisi namun polisinya tidur
semua. Bukan hanya kementerian yang tidur, tapi makin tidur kementerian
makin bagus kita bisa bertindak banyak. Saya bisa bantuin.
f) Kebetulan saya mengajak anak muda disini Argon ini ahli kokpit pesawat
terbang. Jadi kalo kita ngomong poco-poco itu karena kita tidak punya kokpit
dan tidak punya dashboard. Nanti kita bicara secara kongkrit. Ya gon tolong you
ngomong dikit mengenai kokpit. Memang saya tidak tahu apa apa saya bukan
ahli pesawat terbang.
g) Jadi apa yang ingin saya kemukakan daripada nunggu pemerintah, apalagi
nunggu Ekuin, nunggu Ekuin itu seperti nunggu orang tidur.
h) Provoke saya pertama, makin xxxin tidur makin bagus, makin xxxxono tidur,
apalagi dia tiduran sama xxx makin bagus. Karena dunia ini sekarang, bisa
mengadukan macem macem.
i) Saya berkomunikasi dengan ITU di Jenewa sana, dia bilang Mr. Hartoyo jangan
communicate dengan saya dengan Indonesia aja, Indonesia penemuannya kan
ada, iya tapi bagaimana ini Indonesia itu tidak ada representasi di ITU.
j) Tapi saya bantu lah pemikirannya saya ini kan sudah tua, saya umurnya 74 kalo
pagi, kalo sore 47. Saya ini jam terbangnya banyak, hidup saya mewah. Ed, you
kan pernah saya ajak ke Kalimantan waktu itu. Orang Kalimantan suka Malandau
(bangun kesiangan). Dalam rangka membangun Palangkaraya kita harus bisa
mengatasi kebiasaan malandau karena jika tidak rejekinya akan diambil orang
dari daerah luar (moderator).
k) Jadi saya bantu pemikiran saya, saya ini old dog, anjing yg sudah tua yang sudah
tau trik ini itu dan macam-macam. Maksud saya mumpung saya masih hidup trik
-NOTULEN- | 8
trik dunia ini saya kasi tau. Jangan anda menjadi pelacur intelektual, you harus
jadi germo, saya ini germo nya germo. Nanti ada rahasianya supaya jadi germo
nya germo.
l) Listrik sering mati produksi tidak jalan, sparepart rusak dan tidak ada, elektronik
dikuasai asing.
m) Sekarang punya presiden yang cinta Amerika lebih cinta dari saya yang tinggal
disana 20 tahun. You kalo saya makin ngomong you ntar dikeluarin dari Ekuin.
n) Kesimpulannya you ngomong apa saja nanti saya catat, saya dibantu oleh Argon.
o) Saya punya network yang efektif untuk broadband, broadband ini seperti mulut
Indonesia Broad aja.
p) Kita punya garis pantai terpanjang di dunia, kita punya coast tapi ga ada
guardnya.
q) Tadi malam saya diwawancara TV One mengenai uang palsu, saya bilang uang
palsu itu karena nilai tukarnya merosot sehingga buat uang palsu lebih murah.
Jadi harga dolar kan dua ratus dua sen kalo 100 ribu itu kan lebih murah bikin
jadi lebih baik uang palsu, zakatnya palsu, doanya palsu, semua palsu. Dengan
adanya broadband ini kita pecahkan semua masalah kepalsuan Indonesia.
-NOTULEN- | 9
infrastruktur broadband ini sangat-sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
secara positif. Sekarang aja tanpa ada subisidi dan apa apa masyarakat
perekonomian kita tumbuh dengan adanya broadband yang sudah dilakukan
teman-teman semua. Ini merupakan suatu bukti nyata, apalagi jika dilakukan
gerakan secara menyeluruh dalam hal ini holistic dari sisi pemerintah segala segi
segala sisi. Kalau tadi dibilang bagaimana NSW bisa menjadi Asean Single Window
dengan karya bangsa sendiri bisa kesana itu kan merupakan suatu hal yang sangat
postif dari teman teman disini. Nah mungkin itu tadi terkait dengan masalah
bagaimana broadband yang ada dirumah yang ada di tempat yang fix gitu ya
bagaimana broadband mobile juga seperti itu ini dari pihak operator juga
sebenarnya bingung nih. Bingungnya kenapa kalo semua dikumpulkan dengan
mobile persis seperti yang dibilang pak Setyanto mau ada backbone sebesar
apapun tidak akan cukup. Kita aja sudah pake dual carriernya yang dikasih oleh
pemerintah juga mpot-mpotan terus gitu ya pelanggan nambah terus dan itu pun
belum mencakupi 45 juta pelanggan pengguna internet kita aja kalo dihitung kita
sendiri kurang dari 2 juta yang lain lain juga sama keterbatasan pita frekuensi
adalah bawaan dari sananya. Nah ini juga menjadikan suatu challenge buat
operator yang ada di domestic teman-teman di Telkom misalnya suruh mereka
menarik fiber to the home dan secepatnya untuk gantiin tembaga kok ga diganti-
ganti gitu pak. Nah itu mungkin suatu tindakan real yang jika mereka tidak mampu
sendirian di pemerintah kan itu BUMN punya pemerintah silakan dikucurkan
dananya kesana. Itupun untuk investasi jangka panjang 30 tahun masih ada disana
terus aplikasinya mau dipakai apa saja silakan. Nah tentunya hal yang seperti ini
Telkom tidak bisa sendiri ya yang lain dikasi kesempatan. Unbundle to the whole.
Silakan di unbundle. Kan ada porsi akses, backbone, backhaul ada porsi yang lain
lagi yang bisa dilakukan. Jadi saya rasa dari sisi operator juga sama butuh
kejelasan mau dikasih lebih lagi bandwithnya disuruh bayar lebih mahal lagi ya
kita sama aja kapan baliknya mas. Ini kan dunia bisnis, LTE juga gitu kan butuhnya
20 MHz, kalo 20 MHz disuruh bayar seharga 5 x 4 ya bisa dikatakan operator
blenek dalam artian ga balik-balik ini investasi karena kita dituntut oleh pemegang
saham dan stakeholder kita untuk jadi perusahaan yang menguntungkan, kecuali
ada insentif dari pemerintah untuk melakukan hal ini uneg-uneg nya operator itu
aja.
c) Kemudian uneg-uneg nya operator yang kedua adalah mengisi kalo kita sudah
ada, kita jangan terlena dengan akses untuk mengisi kita butuh konten kita butuh
aplikasi kita butuh menstipulate teman-teman yang membuat aplikasi dan konten
untuk membuat disini dan untuk mengisi disini dengan insentif yang ada bukan
mereka mengisi buat Waltdisney bukan mengisi yang buat ipin dan upin begitu
yang dibikin temen-temen disini dan di export kesana. Ini yag harus ditumbuhkan
juga jadi menumbuhkan bisnis. Dan yang tidak kalah pentingnya disamping itu
-NOTULEN- | 10
adalah bagaimana kita mengawasinya bagaimana kita melakukan cek dan ricek
lagi terhadap pelaksanaan itu semua. Manusia Indonesia biasanya begitu suruh
membangun jadi dan bagus tapi disuruh maintain suruh ini nah itu lain urusan
orang lain tuh kalo disuruh yang begituan. Nah ini yang harus terus menerus
menjadi suatu circle loop yang tidak berhenti dan menjadi suatu feedback terus
menerus untuk siapapun nanti yang ditunjuk menjadi penjaga gawang untuk
kelanjutan broadband ekonomi Indonesia di segala aspeknya. Jadi itu kita dari sisi
operator appreciate hal ini bisa digulirkan kembali dan mudah mudahan kita
diruangan ini tidak menjadi ya setelah ini sudah tapi benar-benar menjadi suatu
langkah nyata yang bisa kita wujudkan untuk mendukung demi kemajuan
ekonomi Indonesia ke depan.
-NOTULEN- | 12
yang paling ideal seperti itu. Di Indonesia sekarang ini kondisi nya tidak begitu
sehingga apa wireless dipakai di rumah. Akibatnya seperti tadi kalo lagi bagus ya
dapetnya bagus tergantung populasi yang ada di daerah tersebut. Barangkali penting
sekali untuk menangkap visi dari seluruh jajaran stakeholder dan resource nya kita
sama dan sepakati. Saya kira itu saja pak dan mudah-mudahan satu ini saja bisa
diakomodasi barangkali selebihnya masalah ekslusi saja pak. Saya kira itu
terimakasih.
-NOTULEN- | 13
13. Bp. Yohan, PT. Citra Sari Makmur
Saya punya bayangan, jadi kalo ICT itu kan ada tiga komponen utama
Information, Computer dan Telecommunication jadi kaitannya
dengan Broadband economy, ICT adalah salah satu komponennya
jadi kalo kita benar-benar mengarah ke broadband economy itu
selain ICT itu yang harus kita pertimbangkan adalah bagaimana kita
mengempower pos tersebut. Karena ICT pemainnya sudah bagus,
jalannya sudah bagus tapi kita tidak berhenti di dunia maya saja
karena kita tetap bangun sesuatu, jadi barang itu harus tetep kita distribusikan jadi pos
harus kita empower kemudian yang kedua adalah dulu ketika di Amerika ketika muncul
internet pertama kali yang memicu pertama kali ada suatu loop besar itu yang
menumbuhkan ada pertukaran informasi, jadi kalo di Jepang mungkin ada super
computer nah kita dalam pembahasan ICT ini kita lihat sejauh pengamatan saya itu
belum ada keinginan kita untuk membangun suatu super computer dan itu jadi data
center dan itu akan mengempower semua resource informasi government maupun
university. Kemudian yang ketiga kaitannya dengan fiber optik dari temen-temen
operator kesulitannya ada di right of way pak jadi sangat penting sekali ketika kita
membangun fiber optic dimanapun di seluruh kota Indonesia adalah harus terintegrasi
dengan infrastruktur lainnya yaitu jalan, listrik, gas maupun jalan kereta api. Apapun
fiber optic di bangun departemen informasi harus diinformasikan. Yang keempat
resource frekuensi harus semurah mungkin maka BHP sebaiknya kalo memang
departemen perekonomian ingin Indonesia mencapai broadband dengan biaya seefektif
mungkin maka bagaimana caranya dalam hal ini postel dibawah kominfo tidak dibebani
dengan pendapatan PNBP yang harus selalu naik dari tahun ke tahun.
Pak Eddy terimakasih, Pak Setyanto terimakasih, ass wr. wb. Saya
sebenarnya ingin mendengarkan lebih dulu karena saya sejujurnya
bukan ahli dalam soal broadband ekonomi dan telekomunikasi, tapi
saya menganggap pertemuan ini penting dalam kaitannya dengan
knowledge based economy dan saya sangat meyakini dan itu
tertuang dalam RPJMN dan RPJP bahwa membangun daya saing itu
sangat penting jika kita ingin melihat Indonesia menjadi negara
maju kompetisi semakin kuat kita tidak bisa lagi mengandalkan sumberdaya-
sumberdaya fisik kita aja maka knowledge itu menjadi sama penting untuk
meningkatkan daya saing kita nah broadband ekonomi kita anggap merupakan
backbone kalo kita ingin membangun yang namanya daya saing ini knowledge based
economy secara meluas ke seluruh rakyat Indonesia karena dengan ini bisa menjangkau
lebih mudah masyarakat secara luas ini saya kira memang. Ada kendala kendala kita
perlu bisa atasi kendala-kendala ini secara sistematis ya tadi ada beberapa yang
kelihatan PNBP dsb. Nah saya mengharapkan Pak Eddy dari forum ini ada semacam
identifikasi masalah kemudian kita bahas lagi bagaimana rencana aksi mengatasi
permasalahan tersebut dikaitkan juga dengan sekarang mungkin pemerintah sedang
secara giat menjalankan domestic connectivity. domestic connectivity tidak hanya
bicara tentang infrastruktur fisik tetapi kita mengharapkan di dalam domestic
connectivity ini ada 3 komponen besar yang penting, pertama adalah SISLOGNAS yang
kedua adalah SISTRANAS (Sistem Transportasi Nasional, multimoda) lalu yang ketiga
adalah region development yang didalamnya terkandung wilayah wilayah yang akan
menjadi pusat pertumbuhan yang kita sebut Economic Corridor dan Special Economic
Zone. Nah di dalam SISLOGNAS dan SISTRANAS tadi saya kira ICT akan sangat penting
untuk mencapai tadi SISLOGNAS tadi, jadi kami harapakan pembicaraan hari ini dari
masukan masukan bapak ibu sekalian untuk mengembangkan lebih lanjut ICT yang lebih
luas kepada masyarakat kita ke berbagai daerah itu yang bisa kita hasilkan di dalam
-NOTULEN- | 15
pertemuan ini disamping masalah-masalah tadi dan bagaimana kita bisa menyusun
suatu rencana aksi mengaddress masalah itu dalam kaitannya juga tadi dengan domestic
connectivity kemudian lebih besar lagi. Karena domestic connectivity ujungnya adalah
peningkatan desa. Itu mungkin sebagai pengantar dari depan, saya mungkin ingin
mendengar lebih lanjut komentar-komentar bapak-bapak sekalian. Kebetulan kami
diminta mengkordinasikan mengenai domestic connectivity ini jadi kami ingin
mendengarkan apa isu-isu yang terkait dengan pengembangan ICT. Oiya satu lagi
pemanfaatan ICT di pemerintahpun akan kita dorong yang pasti e-procurement kita
akan selesaikan di seluruh kementerian lembaga dan daerah itu 2012 kita harapkan bisa
memanfaatkan e-proc ini. Kemudian tentunya kita tahu juga kita akan menuju kepada
sistem informasi kependudukan tunggal NIK tentunya ini juga akan merupakan suatu
link yang kuat diantara infrastruktur ICT dan kalo dari sisi planning kami di Bappenas dan
juga Bappeda akan mengembangkan e-monitoring evolution dan e-planning jadi ini
kaitannya dengan e-Gov tadi. Saya kira itu sebagai pengantar diskusi dan saya ingin
mengenalkan isu isu yang dihadapi dalam kita mengembangkan broadband economy
sekali lagi terimakasih Pak Eddy atas kesempatan yang diberikan.
-NOTULEN- | 16
insentif bentuknya terserah bahwa misalnya dibantu Indosat misalnya 40% Telkom sama
dia akan senang gitu lho pak. Atau silakan pemerintah membentuk the third operator
untuk ini seperti singapura. Nah kami juga pak Eddy mohon diatur waktu MASTEL
melayangkan surat kepada Menko Perekonomian tentang keberatan – keberatan
operator terhadap besarnya pungutan-pungutan saya kira suratnya sudah saya
sampaikan ke pak Eddy nah karena ini adalah suatu hal yang membebani seperti yang
kata pak Yohan tadi sampaikan dan ini mungkin harus dengan menteri keuangan pak
disampaikan kalo tidak mereka akan jadi korban pungutan terus pak.
-NOTULEN- | 17
kajian buku belum selesai itu duit, duit darimana. Kalo misalnya dari APBN dan itu
kemudian ujung-ujungnya itu dioperasikan oleh operator kalo perlu semua operator
boleh make dst. Itu pemilik obligasi(?) siapa? Kekayaan Negara apa boleh, tapi inginnya
kita begitu pak. Mimpinya kami di Kominfo itu ibukota polkabes(?) sekitar 400 –an
sekian terhubung dengan broadband fiber optic. Namun saya lebih senang jika tepuk
tangannya nanti jika terbukti. Bahwa kita sedang mengarah ke arah sana itu betul. Kita
sampai pernah menjanjikan bahwa 1/3 keuntungan ekonomi di akhir tahun 2014 itu
datangnya dari ICT. Bagaimana caranya kita push disitu. Kemarin itu ada desa berdering,
setelah di implementasikan, dalam 4 bulan 8 kali perdagangan keluar dari daerah itu
naik. Walaupun masuk ke arah sana tidak ada jalan jadi lewat laut, jadi infrastruktur ICT
mendahului daripada infrastruktur fisik, jadi saya katakan infrastruktur ICT itu yang
menyatukan negara ini. Demikian yang dapat kami sampaikan.
-NOTULEN- | 18
barangkali bagaimana sebagai masukan. Nah kalo tadi kita bicara membangun fiber
kemudian jaringan ke rumah rumah itu kita masih dalam level e-readiness, bagaimana
ketersediaan jaringan itu ada. Bagaimana mentransfromasikan manual bisnis menjadi e-
bisnis. Kita harus mulai memikirkan masyarakat dari level manapun itu dia bisa memulai
sejak sekarang. Di dirjen APTEL kita memiliki 2 muara yang satu adalah e-Government
nah bagaimana supaya adoption ICT broadband ini di dalam government, kemudian
yang kedua e-bisnis bagaimana penyerapan broadband ini dalam sektor non
government. Cukup membina UKM jika UKM ini jalan maka yang gede gede akan segera
jalan. Nah ini menjadi salah satu konsern kami pak bagaimana mentransformasi UKM ke
e-UKM. Mungkin memerlukan program-program yang jitu yang kita perlu dapat
dukungan dari instansi lain, bagaimana kita bisa membantu UKM. Itu saja pak
terimakasih.
-NOTULEN- | 20
22.Bp. Rudi Rusdiah, PT. Asricitra Pratama
Sangat menarik sekali dari judul roundtablenya, broadband dan
ekonomi ada dua keyword. Dari broadband sendiri kita banyak,
fokus teknologi dimana, kebanyakan emang pada fokus di
penetrasi padahal yang penting juga adalah kualitas. Karena kalo
kita bicara mengenai aplikasi tadi ada SISLOGNAS, SISTRANAS
kemudian e-proc itu kualitasnya itu sangat-sangat penting kalo
tanpa kualitas yang baik juga percuma jadi regulasi itu sangat
penting sekali untuk juga mementingkan kualitas. Kualitasnya juga adalah kepentingan
dari customer sedangkan kalo dari sisi operator kualitasnya itu menjadi inputan
sehingga penetrasi cuma lebih visible kepada operator sehingga kualitas itu kurang
sekali dibicarakan sedangkan kualitas ini amat penting jika kita akan mengarah pada
aplikasi-aplikasi tanpa kualitas dari broadband ini ga akan ada gunanya. Kemudian
keyword kedua ekonomi, ekonomi itu kita bicara mengenai efisiensi efektifitas output
based sepertinya dari suatu market pasar supply dan demand untuk itu penting sekali
jika kita mempunyai mapping nanti kita bicara apakah kita harus pake fiber atau pake
wireless, wireline padahal kalo kita mapping nya jelas. Harusnya memang teknologi yang
cocok fiber to home. Dimana regulasinya itu “right of way” harus jelas dulu. Kita harus
mapping yang jelas mana desa yang memang butuh wireless, wireless nya juga harus
jelas apakah wireless VSAT atau yang lainnya. Kalo saya lihat proyek2 USO itu dari
semacam handphone yang ditempatkan di tempat yang juga banyak handphone
sehingga tidak dapet sinyal itu telpon. Kemudian kalo kita bicara masalah ekonomi kita
juga bicara mengenai supply chain industrinya nah tadi isu mengenai TKDN itu sangat
penting, TKDN dan standardisasi. Semestinya TKDN dan standardisasi itu empowering
local industri, kalo di luar negeri itu mereka memproteksinya dalam negerinya dengan
standardisasi kalo kita tidak, TKDN ini misalnya saya beberapa kali mencoba membuat
TKDN itu misalnya CSR itu minimum harus 2 Milyar. Sehingga perusahaan besar saja
yang bisa masuk TKDN. Jadi kita menghambat UKM kita sendiri untuk memperoleh
TKDN, kemudian ISO 18001, ISO 14001 Yang bicara mengenai environment padahal yang
penting itu ISO 9001 yang bicara kualitas dan itu malah tidak dipakai. Jadi TKDN ini
malah menghambat industri dalam negeri. Standardisasi juga banyak sekali yang
menghambat, jadi kalo kita ingin seperti China sebelum bisa maju mereka melakukannya
dengan memberikan insentif-insentif empowering. Jadi regulasi kita jangan sampai
menghambat. TKDN ini justru menghambat dan mempersulit terutama UKM untuk bisa
ikut dalam pembangunan. Terimakasih.
-NOTULEN- | 21
punya komuniti di Malaysia native programmer. Kita punya SDM bagus tapi lulusannya
dari kampus biasanya ancur ancuran jadi harus kita kelola dan saya punya yayasan untuk
mengelola anak anak dan kita bantuin bikin perusahaan jadi sekarang yang saya dapet
negara ini unfriendly dan mostly dari mereka miskin malah ada beberapa dari mereka
belum pernah kuliah kalau bapak sudah S3 dan professor mereka bisa kekampus juga
udah hebat. Itu yang saya dapet, kalo saya lihat mostly kita punya produk pre-konten
kita punya android kurikulum kita punya beasiswa, kita punya enterprise solution, it’s
free. Tapi sampai hari ini IGOS kita ga masuk, kominfo bukan kita punya area, saya harus
bikin e-government pustek baru bisa masuk. Yang lucu kita punya competitor di
Malaysia punya acara didepartemen perdagangan dikasi 2 Milyar, 5 tahun pertama ga
bayar pajak ongkos-ongkos ke lur negerinya selalu dibayarkan oleh negara. Kita harus
bayar pajak dan kantor pertama saya, orang pajak nungguin di depan kantor trus saya
bilang bapak ngapain, ini saya udah bayar 10 persen yang seharusnya 6 persen. Semoga
ini bisa menjadi masukan bagi semua pihak itu saja. Yang saya lihat kita yang di depan
bikin konten yang di peres yang mikir yang dapat 90% tapi dia tidak pernah melakukan
siasat yang benar dan tidak pernah mengenyam pendidikan juga. Beberapa orang
telekom mobile cuma seremonial terimakasih dapet 60%. Karena itu para programmer
mobile pada bangkrut barangnya tidak bisa laku tapi ada beberapa yang laku dengan
dijual sahamnya ke luar. Kita lihat itu dilakukan dan kita juga lagi prepare kayanya saya
punya barang dijual saja ke negara sebelah malingsia tapi berani ngasi 5 milyar per
brand itu yang menarik. Nah ini mungkin bisa jadi masukan kalo anda mau menjual
koneksi udah byar pet ya, bagi yang pake Telkom speedy ga nyala seminggu, kabelnya
sori pak lama bisa seminggu, padahal kita harus tetap jualan dan bayar pajak. Nah saya
hanya konsern diujung saya tidak didepan saya tidak peduli dengan infrastruktur tapi
yang pasti kemarin saya sama bung Roni ngomongin ketemu bu Sri Mulyani, saya
ngomong bisa ga kita punya multimedia super corridor kata bu Sri Mulyani ga perlu
orang IT mah kaya kaya. Jadi saya mikir nih bisa jadi forum masukan karena mostly kita
punya SDM di Malaysia jadi chief kebanyakan, Korean Telkom juga orang sini, orang –
orang di forum juga rata rata orang sini. Ok itu saja.
Saya singkat saja jadi dari kominfo tadi mengatakan kalo dibedakan
ekonomi sama broadband ekonomi Indonesia ini ekonomi colong
jadi tidak meningkatkan nilai tambah jadi broadband memiliki
peranan untuk kegiatan ekonomi itu harus menciptakan nilai
tambah saya lihat dimana – mana colong. Sehingga saya heran kita
bicara ekonomi tadi dari putrinya Sumarlin, saya kan kenal
bapaknya. Jadi maksud saya kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia
adalah ranseeking caloan. Pekerjaan pemerintah switching ini bagian siapa ini bagian
siapa. Sekarang bagaimana si switching ini dirusak sama email atau SMS saya. Sekarang
-NOTULEN- | 22
udah rusak dikit-dikit. Jadi Eddy kalo mengundang saya untuk mengacau, bentar lagi
Menko Ekuin saya kacau bentar lagi you akan kaget yang saya akan kacau lagi adalah
yang arisan KKN ini. Itu juga saya buka dengan saya kerahkan orang-orang hacker ini
dengan saya bukain rekening mereka semua bener mas saya bukain rekening mereka
semua, arisan nyaloan itu kebuka semua saya bilang SP, saya bilang I, saya bilang YK OK
kita buka rekeningnya semua jangan satu aja datangnya darimana ngelipatnya darimana
karena ini menciptakan broadband karena ekonomi kedua itu, ekonominya ekonomi
trafficking broadbannya yang tadi itu yang broad saja mulutnya.
b) Saya juga me remind kita semua agar kita tidak lupa membuat R&D center mengapa
itu tetap saya anggap penting, faktanya sebagian besar teknologi yang datang itu kita
terima sudah gelondongan dari vendor tetapi juga ada laporan bahwa teman-teman kita
yang sangat pandai-pandai itu bekerja di vendor-vendor di luar negeri dan lebih pinter.
Yang menyedihkan adalah teman-teman kita di luar negeri itu tidak punya kesadaran
bersama untuk mengait teman-temannya dan yang kedua tidak berusaha
mengembalikan itu ke Indonesia nah bagaimana caranya kita membangun semangat
yang sama biar kita bisa punya R&D center meskipun hanya virtual tapi setidaknya sudah
connected to each other itu sudah sesuatu terakhir pak yang saya hendak remind adalah
siapa yang akan take a lead inisiatif ini, sehingga benar – benar bisa terealisasikan.
-NOTULEN- | 23
dampaknya kemana-mana pak kami bisa share dengan disini mengenai sukses dari
negara negara tetangga karena ini memang sudah sangat-sangat tidak bisa di tunda lagi
jadi dari intel kami mengharapkan bahwa pemerintah bisa dengan segera
mencanangkan atau menyusun sebuah ICT roadmap yang terintegrasi dan tidak
fragmented pak karena dari segi industri kami juga bingung bagaimana menerapkan
secara keseluruhan broadband plan tersebut.
a) Saya kira karena tema dari diskusi kita hari ini adalah
broadband ekonomi Indonesia dan saya amati dari tadi
banyak diskusi dari sisi infrastruktur nah ini mungkin kita
jangan memulai kesalahan kesalahan dimasa lalu dimana
kita membangun infrastruktur tanpa kita memikirkan
mengenai kreatif yang ada diatasnya dulu kita
membangun jalan tol tapi pada akhirnya itu ga banyak
yang jalan diatasnya karena traffic dari ujung ke ujung tidak tersedia tetapi
sebaliknya kalo trafiknya sudah ada maka siapapun yang akan invest pada
infrastrukturnya akan datang sendiri nah konsep berpikir kalo dari sisi sistem
ekonomi barangkali yang harus kita lihat adalah kontennya yang pertama nah kalo
kita lihat dari sisi konsep digital divide maka kita mengalami 3 hal dari digital divide,
satu adalah dari sisi economic divide yaitu masalah affordability nah ini dari tadi
dibicarakan mengenai komponen daripada cost apakah itu biaya frekuensi dsb.
-NOTULEN- | 24
pengajarannya berlajar dan mengajar menggunakan internet maka itu domino
effectnya akan sangat besar dampaknya tetapi sayangnya ini sekarang dijalankan
secara sylo oleh masing masing departemen.
c) Yang ketiga adalah yang disebut dengan empowerment divide andaikan kita punya
infrastruktur punya akses devais dan punya konten yang ketiga problem kita adalah
masalah participation, jadi partisipasi daripada pengguna itu nah ini barangkali kalo
kita hanya berada pada level 1 dan 2 maka kita hanyakan menjaid market.
Bagaimana mendorong masyarakat menjadi innovator dan pencipta dari konten. Nah
mungkin itu yang harus dilihat secara tersetruktur dan tiga-tiganya harus di address
dengan baik.
d) Karena ini merupakan suatu sistem ekonomi. Maka yang perlu dipertanyakan adalah
Do we have the economical scale? Apakah ini akan menjadi ekonomi yang mahal?
Untuk bisa menjawab ini maka beberapa pilar F harus dipilih, saya tidak tahu apakah
dari flagship application dari depdiknas, memang diperlukan disini inisiatif yang
terintegrasi jadi dari economic divide, usability divide, dan empowerment divide saya
kira tiga-tiganya harus di address secara bersama sama.
b) Berkaitan dengan di level daerah paling tidak adanya program pendidikan untuk level
gubernur ke bawah sehingga dengan pemahaman yang baik dari mereka, mereka
akan membantu pertumbuhan dari broadband ini untuk bisa mereka gunakan untuk
membangun daerahnya sehingga otonomi daerah ini tidak semata mata ke arah
retribusi dan lain-lain tapi dia lebih bisa memberdayakan sarana yang ada dengan
ilmu yang mereka punya mereka akan membuat fasilitas broadband ini menjadi
suatu transaksi. Bisa digunakan untuk promosi pertanian misalnya itu yang produktif
sifatnya.
-NOTULEN- | 25
26. Bp. Iwan Pilliang, Konten Developer
Saya ingin komen aja untuk bu Silvi jangan berkecil hati di negeri
ini saya sepakat dengan pak Hartoyo orang R&D yang spending
waktu dan segalanya tidak akan sia sia. Sekarang begini aja kita
berkelahi, kami development terus di Java di aplikasi mobile
kami sudah bisa menemukan aplikasi yang cross platform, untuk
aplikasi enkripsi sekalipun bahkan kita bisa yang membuat
namanya messenger yang bisa cross platform jadi kita berkelahi
aja dengan operator jadi ini memang negeri yang mengajak kita barbar yang tidak
menghargai R&D kita juga mau kelahi dengan kominfo saya menggugat UU ITE, saya
berkelahi sendiri media belum ngeh walaupun kalah community menyambut baik
dan saya rasa saya kalah dengan terhormat. Saya mengajak kita berkelahi karena
memang keadaannya demikian kalo misalnya operator nanti tergerus oleh aplikasi
messenger yang cross platform bahkan android sekalipun otomatis pendapatannya
akan berkurang jadi saya rasa begitu, jadi saya hadir kemarin untuk mengajak
berkelahi, mari berkelahi dan membangun community. Dan saya berhenti sebagai
pokja konten dan aplikasi tanya pak Teguh minta pamit di Kadin. Sekarang saya di
desktop untuk menggerakkan 30 ribu orang prita dan lain-lain bisa kok.
27. Bp. Lukita Dinarsyah Tuwo, Wamen Badan Perencanaan dan Pembangunan
Nasional
-NOTULEN- | 26
sebetulnya bisa dikeluarkan dengan melihat kalo ekonominya besar pasti pajaknya
besar bukan tarifnya yang diperbesar. Nah regulasi pun harus mendukung itu supaya ini
berkembang ekonomi besar tentunya manfaat besar. Saya kira roadmap harus
dibangun dengan komponen-komponen yang tadi saya kira ahli-ahlinya ada disini
bagaimana tadi membangun infrastrukturnya bagaimana tadi konten dan sebagainya
itu perlu saya kira, kalo kita bicara domestic connectivity ICT menjadi satu. ICT roadmap
produknya kita sudah punya logistic nasional sudah ada blue printnya, sudah ada
blueprint multi moda transportation, nah kalo ditambah dengan ini jadi lengkaplah apa
yang dimaksud dengan dosmetic connectivity untuk membangun knowledge based
economy.
Kita seolah – olah di luar ruangan ini sama dengan kita, saya pake
datanya pak Lukita, 63.4% rakyat Indonesia adalah hanya sekolah
dasar yang semacam kita hanya 3.7% jadi saya kira yang 3.7 ini
harus digerakkan supaya 63,4 ini bisa jalan. Saya kira itu, jangan
mengharap seluruh rakyat Indonesia, saya kira itu pak Eddy
terimakasih.
Notulis,
-NOTULEN- | 27
Lampiran 4. Daftar Hadir
i |DAFTAR HADIR
ii |DAFTAR HADIR
iii |DAFTAR HADIR
iv |DAFTAR HADIR
v |DAFTAR HADIR
vi |DAFTAR HADIR
vii |DAFTAR HADIR
viii |DAFTAR HADIR
ix |DAFTAR HADIR
x |DAFTAR HADIR
xi |DAFTAR HADIR
xii |DAFTAR HADIR