You are on page 1of 58

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Sumber:http://arifdhaniirwanto.blogspot.com/2010/09/wi-fi-vs-wimax.html

Roundtable Discussion :
::

Broadband Economy Indonesia

Jakarta, 2010
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

LAPORAN KEGIATAN

Rountable Discussion

BROADBAND ECONOMY
INDONESIA

Selasa, 24 Agustus 2010


Hotel Borobudur, Jakarta
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ............................................. 1
II. Latar Belakang ............................................. 1
III. Tujuan / Sasaran ............................................. 2
IV. Pelaksanaan Diskusi ............................................. 2
V. Hasil Diskusi ............................................. 2
A. Regulasi dan Kerangka Kebijakan .................................. 2
B. Teknologi .................................. 4
C. Industri dan Konten .................................. 6
D. Pendanaan .................................. 7
E. Planning .................................. 8
VI. Tindak Lanjut ............................................. 9
LAMPIRAN ............................................. 10
Lampiran 1. Undangan
Lampiran 2. Agenda
Lampiran 3. Notulen
Lampiran 4. Daftar Hadir
I. PENDAHULUAN

Indonesia terus berupaya meningkatkan daya saing dalam


menyelenggarakan pembangunan nasional. Pentingnya peningkatan daya
saing nasional telah menjadi agenda utama dalam Rencana
Pembangunan KIB-II seperti disampaikan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di Istana Tampak Siring yang kemudian diulangi lagi di Istana
Cipanas baru-baru ini. Guna mencapai peningkatan daya saing tersebut,

salah satu langkah yang diambil Pemerintah adalah dengan mewujudkan


Domestic Connectivity, yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional, Sistem
Transportasi Nasional, dan Pengembangan Wilayah. Infrastruktur ICT
menjadi komponen penting dalam mewujudkan domestic connectivity
tersebut melalui penyediaan infrastruktur informasi yang handal.
Tidak bisa dipungkiri, Broadband adalah infrastruktur ICT utama
yang harus dipersiapkan saat ini. Untuk mewujudkan semua itu,
dibutuhkan sinkronisasi program, termasuk kontribusi dari para
pemangku kepentingan mulai dari Pemerintah Pusat maupun Daerah,
Pihak Swasta, Operator, Akademisi, asosiasi terkait dan masyarakat
telematika itu sendiri.

II. LATAR BELAKANG


Disamping memeriksa kesiapan pengembangan kerangka kebijakan
dan regulasi maupun pelaksanaan Broadband saat ini, RTD ini juga
diadakan dalam rangka menindaklanjuti hasil-hasil pertemuan
sebelumnya di KADIN, MASTEL, serta memperhatikan masukan dari
stakeholder lainnya. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatkannya
kebutuhan akan Broadband di Indonesia dan perlunya percepatan
penerapan teknologi untuk menunjang berbagai aplikasi yang lebih baik
dan bermanfaat.

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 1


III. TUJUAN / SASARAN

Tujuan dilaksanakannya diskusi ini adalah untuk menampung semua


masukan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan
Broadband yang kemudian ditindaklanjuti dengan berbagai langkah
penyelesaian percepatan Roadmap Broadband. Sedangkan sasaran yang
ingin dicapai adalah terciptanya Roadmap pengembangan Broadband
yang terintegrasi untuk semua aspek yang terkait.

IV. PELAKSANAAN DISKUSI

Sesuai undangan Nomor UND – 99/D.V.M.EKON/08/2010, pada


tanggal 24 Agustus 2010 pkl. 14.30-17.45 WIB telah dilaksanakan
“Roundtable Discussion : Broadband economy Indonesia” di Ruang Rapat
Sumba B, Lt.3, Hotel Borobudur Jakarta, yang dihadiri oleh Perwakilan
Kemenkeu, Bappenas, Kemenristek, Kemenkominfo, Kemenperin, BPPT,
BRTI, DETIKNAS, MASTEL, Habibie Center, KADIN, Penyelenggara dan
Praktisi Telematika, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Pers, serta
undangan lainnya.

V. HASIL DISKUSI

RTD ini diselenggarakan untuk menjaring masukan dari semua


peserta rapat. Pelaksanaan diskusi dipandu langsung oleh Asisten Deputi
Urusan Telematika dan Utilitas. Berbagai masukan yang disampaikan
secara lisan oleh 22 orang peserta RTD serta masukan 4 orang peserta
via email dapat dikelompokkan atas : (1) Kerangka Kebijakan dan
Regulasi; (2) Teknologi; (3) Aplikasi dan Industri; (4) Pendanaan; (5) Lain-
lain. Secara ringkas masukan yang telah dipilih adalah sebagai berikut :

A. Regulasi dan
Kerangka Kebijakan

Broadband Wireless Access

Kemkominfo telah sukses melaksanakan lelang frekuensi


Broadband Wireless Access (BWA) pada pita 2,3 GHz secara objektif,
transparan dan profesional. Namun hingga kini, baru 1 dari 8 pemenang
lelang secara resmi menggelar jaringan mereka. RTD mengungkapkan

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 2


bahwa terlihat kesan adanya kegamangan pemerintah dalam
pelaksanaan BWA Wimax Nomadic 16d ini, sehubungan munculnya
desakan dari kelompok yang menginginkan Pemerintah untuk segera
menggelar Wimax 16e. Masih kurangnya regulasi untuk mengantisipasi
proses pengadaan wimax 16d, 16e dan LTE juga mencuat secara nyata
dalam diskusi. Lambatnya penyelenggaraan Wimax 16d yang telah
diprogram Pemerintah juga terkait dengan kejelasan TKDN (Tingkat
Kandungan Dalam Negeri).

DETIKNAS
Keppres No. 20 Tahun 2006 telah diubah menjadi Keppres No. 5
tahun 2009 memaparkan tentang misi dari Dewan TIK Nasional
(Detiknas). Namun demikian masih belum ada kejelasan peran dari
DETIKNAS meski kewenangan DETIKNAS masih cukup besar.

ICT FUND
Jumlah dana PNBP sektor Kominfo yang diperoleh hingga saat ini
telah mencapai orde Rp 10 T per tahunnya. Sudah seyogyanya sebagian
dana itu dikembalikan untuk pengaturan sektor telematika sendiri. Meski
telah diterbitkan buku putih “ICT Fund for Backbone Infrastructure”,
kejelasan regulasi, insentif, dan pemanfaatan dana USO untuk
pembangunan masih belum pasti. Regulasi yang mengatur penerapan
BHPF sebagai PNBP yang nilainya sangat tinggi banyak dikeluhkan oleh
para operator. Hal ini dinilai dapat menghambat kinerja operator untuk
berkontribusi dalam program Broadband nasional ke depannya.

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 3


Umum

1. Pemerintah Daerah hendaknya Sumber:http://www.tradev.com/chinasuppliers/nbhydl_p_6ce19/china_Telecommunicatio


n-tower.html

selalu dapat dilibatkan dalam


peningkatan kompetensi di
bidang ICT dan dalam proses
pembangunan infrastruktur di
bidang ICT agar tidak ada
regulasi yang bertentangan yang
dapat menghambat penerapan
ICT. Juga perlu adanya
sosialisasi Broadband kepada
pejabat-pejabat daerah sehingga
Broadband ini dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin
untuk mempromosikan daerahnya, sehingga terjadi transaksi
bisnis yang dapat menumbuhkan perekonomian.
2. Perlunya penetapan regulasi yang mengatur koordinasi antar
Kementerian/Lembaga dalam rangka penyediaan infrastruktur
pendukung seperti jalan dan listrik untuk pengoperasian layanan
telekomunikasi khususnya Broadband.
3. Peran serta pemerintah dalam penetapan harga bawah (floor price)
sangat dibutuhkan untuk menghindari adanya perang tarif sesama
operator yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan
perekonomian di Indonesia.

B. Teknologi

Broadband
Kehadiran Broadband di Indonesia
diawali dengan datangnya teknologi 3G
ke tanah air pada tahun 2006. Teknologi
ini sangat diharapkan menjadi batu
loncatan untuk menyukseskan program
Broadband Wireless Access (BWA) di
Indonesia. Walaupun dianggap telat
masuk ke Indonesia, namun dengan Sumber:http://al-magfirahs.blogspot.com/2010
/04/tri-pakai-menara-telekomunikasi-milik.html

masuknya teknologi 3G ini sangat

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 4


membantu dalam memicu penggunaan Broadband di tanah air. Namun,
setelah kurang lebih 4 tahun berkiprah di NKRI, pelayanan dan
pemanfaatan teknologi ini menjadi kurang maksimal, tidak seperti pada
promosi di awal peluncurannya. Hal inilah yang menjadi tugas utama
Pemerintah dan Operator untuk segera menerapkan teknologi baru yang
bisa lebih memberikan kualitas dan ekonomis karena program BWA ini
memang dicanangkan untuk menyediakan akses internet murah dengan
kualitas yang baik.
Menurut MASTEL, teknologi Broadband dunia identik dengan
wireline access karena 60% trafik Broadband dilewatkan pada wireline,
dan sisanya wireless. Sedangkan di Indonesia, hampir 95% trafik
Broadband menggunakan teknologi wireless, sehingga penerapan
wireless Broadband terutama yang bersifat mobile, mengalami sedikit
hambatan karena data rate yang dihasilkan sangat kecil jika
dibandingkan dengan wireline access. Seharusnya teknologi wireless
Broadband diperuntukkan untuk wilayah-wilayah yang sulit terjangkau.

Wimax

1. Terdapat Laboratorium Uji teknologi Broadband di Puspitek


Serpong. Pada laboratorium ini, telah diuji teknologi Wimax 16d
dan Wimax 16e. Hasil uji kedua jenis teknologi tersebut sangat baik
dan layak untuk diaplikasikan di Indonesia. Teknologi Wimax 16d
merupakan teknologi fixed wireless access dan Wimax 16e
merupakan teknologi mobile wireless access.

Sumber:http://www.michaelbatara.co.cc/Telecommunication_ System/wimax.html

2. Penundaan penerapan teknologi wimax 16e menimbulkan suatu


paradigma baru bagi pelaku industri telekomunikasi dimana
Pemerintah seperti memperlambat teknologi berbasiskan IP,

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 5


sedangkan teknologi berbasiskan GSM, tidak. Hal ini dapat dilihat
dari kontribusi asing pada teknologi berbasiskan GSM lebih besar
dibandingkan kontribusi industri lokal yang notabenenya dapat
mempercepat aplikasi teknologi ini. Padahal telah kita ketahui
bahwa kesiapan industri dalam negeri belum maksimal karena
selama ini sangat jarang sekali dilibatkan oleh pemerintah dalam
penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, sehingga akan
memperlambat penerapan teknologi Wimax ke depannya demi
mengejar target TKDN 100% untuk teknologi Wimax di Indonesia.
Industri lokal juga harus menyamai kualitas dan standardisasi
internasional agar dapat menerapkan teknologi secara maksimal.
3. Berbagai pertanyaan dipandang telah disampaikan tentang
penerapan teknologi Wimax 16d dan Wimax 16e agar tidak
menghambat pertumbuhan penetrasi Broadband di Indonesia.

Transaksi

Jika infrastruktur dan aplikasi telah tersedia, perlu diperhatikan


pula transaksi yang akan menunjang faktor produksi dalam sistem
secara ekonomi keseluruhan. Pada transaksi ini hendaknya dibuat
otomatis, fleksibel dan mengaplikasikan sistem security yang baik agar
dapat memberikan value yang tinggi kepada user. Karena itu perlu juga
dipercepat penyelesaian RPP - UU ITE terkait dengan transaksi.

C. Industri dan Konten


Banyak sekali industri-industri ICT potensial di Indonesia yang
telah terbukti dapat survive ketika krisis global menyerang pada tahun
2009. Industri-industri ini banyak didominasi oleh industri kelas
menengah. Hal ini dapat dijadikan suatu pedoman yang sangat baik bagi
pengembangan industri ke depannya, karena walaupun berada di level
menengah, industri-industri ini dapat membantu pertumbuhan
perekonomian Indonesia. Industri ini sangat cocok diterapkan pada bisnis
konten dan aplikasi ICT, karena bidang ini mulai banyak diminati oleh
para stakeholder di bidang telekomunikasi agar industri ini tetap
produktif di masa mendatang.

Industri
Indonesia tidak boleh hanya menjadi target market Broadband
lokal maupun internasional, melainkan juga membangun dan mendorong

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 6


industri lokal untuk mendukung peningkatan kualitas maupun kuantitas
Broadband di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
porsi yang tepat kepada industri lokal untuk ikut berpartisipasi dalam
mengembangkan dan membangun infrastruktur Broadband di Indonesia.
Selain itu, melakukan penerapan ICT pada UKM-UKM menjadi suatu e-
UKM akan sangat membantu iklim perkembangan Broadband di
Indonesia.

Konten

Saat ini konten merupakan “senjata utama” operator dalam


menarik perhatian user setelah layanan voice dan sms. Dari segi konten
hendaknya mencakup penyelarasan tiga konsep digital divide yang saling
terintegrasi dengan baik. economy divide, dari segi biaya dan
ketersediaannya Broadband ini dapat dinikmati dengan harga yang
murah (terjangkau); usability divide, konten yang ada harus mudah
dimengerti oleh masyarakat Indonesia yang notabene kemampuan
berbahasa Inggrisnya rendah; dan empowerment divide, harus ada
keintegrasian antara infrastruktur yang sudah dibangun, akses serta
konten yang dibuat sehingga diperlukan partisipasi dari masyarakat
untuk menjadi inovator dan pencipta konten.
Layanan telekomunikasi yang telah ada hendaknya dapat diisi
dengan berbagai konten dan aplikasi yang baru dimana pemerintah dapat
menstimulir para pembuat konten dan aplikasi melalui insentif yang ada
selain itu perlu adanya pengawasan terhadap konten dan aplikasi yang
telah dibuat. Namun demikian porsi revenue untuk Content Provider
masih terlalu kecil dibandingkan kondisi yang ada di negara-negara lain.

D. Pendanaan
Kesenjangan infrastruktur ICT selama ini terjadi secara signifikan
antara wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur.
Menyadari kondisi tersebut, Kemkominfo telah melakukan kajian tentang
kemungkinan penggunaan konsep pembiayaan ICT Fund untuk
melakukan pembangunan infrastruktur ICT.
Penetapan mekanisme pendanaan pembangunan infrastruktur
Broadband untuk memudahkan dalam pemanfaatan dana tersebut
sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya. RPJMN menyebutkan
bahwa pemerintah hanya bisa memberikan dukungan dana untuk
infrastruktur Broadband sebesar 20% dan sisanya 80% diserahkan
kepada non pemerintah atau dunia usaha. Pemberian insentif dari

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 7


pemerintah kepada para stakeholders yang terlibat dalam pembangunan
infrastruktur ini serta penetapan badan/organisasi yang
bertanggungjawab serta memiliki kewenangan terhadap pembangunan
dan anggaran infrastruktur Broadband ini.

ICT FUND
ICT Fund pada intinya merupakan suatu konsep pembiayaan
pengembangan penggunaan ICT dengan memanfaatkan dana yang
terkumpul dari masyarakat untuk membiayai proyek-proyek
pengembangan ICT agar lebih berdaya guna bagi pengembangan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat.
ICT fund di Indonesia sebagian besar berasal dari dana USO.
Penggunaan dana ini seharusnya diterapkan secara jelas dan transparan
agar tidak menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak. Awalnya, USO
merupakan “titipan” dari operator ke Pemerintah. “Titipan” ini merupakan
bagian dari pendapatan operator dari usahanya untuk berkontribusi
dalam membangun ekonomi. Sedangkan sekarang, dana USO didapatkan
dari iuran PNBP yang wajib dibayarkan oleh operator kepada Pemerintah.
Hal ini yang dapat memicu kesenjangan antara pemerintah dan operator
sehingga dapat menyebabkan pemerintah dan operator “jalan sendiri-
sendiri”. Saat ini Kemkominfo telah menyelesaikan naskah akademis “ICT
Fund” yang akan dibahas bersama-sama Stakeholder ICT di Indonesia.
Diharapkan melalui partisipasi semua pihak agar tersusun suatu
peraturan yang baik dan menduklung pembangunan infrastruktur ICT,
termasuk Broadband.

E. Planning
1. Pemerintah diharapkan membangun Research and Development
Center sebagai pusat basis teknologi untuk mengumpulkan SDM
yang berkualitas di bidang TIK baik dari dalam maupun luar negeri.
Kebijakan ini dapat dikoordinasikan bersama dengan BPPT sebagai
pusat penelitian teknologi nasional. BPPT agar difungsikan kembali
sebagai lembaga standardisasi teknologi nasional. Jadi setiap
teknologi yang akan diterapkan di Indonesia harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh BPPT, seperti pada kurun waktu
15 tahun lalu.
2. Selain itu juga perlu dibentuk konsorsium antara industri dan
pemerintah untuk menciptakan ekosistem yang baik terutama

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 8


dalam pemilihan teknologi untuk meningkatkan pertumbuhan
perekonomian Indonesia.
3. Penyelenggara telekomunikasi dan Pemerintah dihimbau untuk
mencermati penerapan sistem “right of way”, yang merupakan
integrasi antara infrastruktur jalan, listrik, telekomunikasi dan
lain-lain. Hal ini untuk menumbuhkan efektivitas dan efisiensi
untuk sistem yang bisa dibangun pada irisan ketiga area tersebut.
Misalnya dengan sistem Power Line Communication, fiber optik
dapat digelar pada sepanjang jalur kabel listrik secara bersamaan
sehingga tidak perlu lagi membangun infrastruktur fiber optik dari
awal.
4. Sebaiknya segera direalisasikan program strategis dari DETIKNAS
(flagship DETIKNAS) antara lain National Single Window, e-
Pendidikan, Palapa Ring, Software Legal, e-Procurement, e-
Anggaran, Nomor Identitas Nasional, e-Health, e-Cultural Heritage,
e-Agriculture.
5. Perlu dipercepat penyusunan Roadmap Broadband economy sebagai
salah satu pedoman untuk mewujudkan domestic connectivity yang
pada akhirnya dapat menciptakan Knowledge Based Economy
(KBE).

VI. TINDAK LANJUT


DISKUSI
Menindaklanjuti hasil diskusi maka dibentuk tim/kelompok
kecil yang berfungsi sebagai penanggung jawab dalam Broadband
economy yang bertugas mengkoordinasikan penyusunan dan
pelaksanaan program serta memiliki kewenangan dan anggaran.
Disamping itu juga, akan disiapkan perumusan langkah tindak
lanjut untuk penyusunan Rencana Broadband Tingkat Nasional
(National Broadband Plan). Seluruh pemangku kepentingan/ stake
holders akan dilibatkan seoptimal mungkin guna kolaborasi dan
kinerja yang lebih baik.

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 9


LAMPIRAN

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 10


Lampiran 1. Undangan dan Daftar Undangan

-UNDANGAN- | i
DAFTAR LAMPIRAN UNDANGAN
NO. UND. 99 /D.V.M.EKON/08/2010
Tanggal, 19 Agustus 2010

Kepada Yth. Bapak / Ibu/ Saudara:

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian


1. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan
2. Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan
3. Staf Ahli Bidang Inovasi Teknologi dan Lingkungan Hidup
4. Asdep Bidang Telematika dan Utilitas
5. Kepala Bidang Telematika dan Utilitas

Kementerian Keuangan
6. Kepala Badan Kebijakan Fiskal
7. Kepala Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan

BAPPENAS
8. Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
9. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana
10. Deputi Bidang Ekonomi
11. Direktur Energi, Telekomunikasi dan Informatika
12. Kasubdit Pos dan Telematika

Kementerian Negara Riset dan Teknologi


13. Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
14. Asisten Deputi Data dan Informasi IPTEK

Kementerian Komunikasi dan Informasi


15. Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional dan Kesenjangan Digital
16. Dirjen Aplikasi Telematika
17. Dirjen Pos dan Telekomunikasi
18. Direktur Telekomunikasi
19. Direktur Standardisasi Postel
20. Direktur Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio
21. Direktur Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten
22. Kepala Biro Perencanaan
23. Kepala Puslitbang Aplikasi Informatika

Kementerian Perindustrian
24. Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika
25. Direktur Industri Telematika
-UNDANGAN- | ii
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
26. Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi

Komite Inovasi Nasional


27. Prof. Dr. Zuhal
28. Amir Sambodo
29. Rachmat Gobel

DETIKNAS
30. Zainal A. Hasibuan
31. Rudi Lumanto
32. Adi Seno

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI)


33. Moh. Ridwan Effendi
34. Nonot Harsono
35. Heru Sutadi

Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL)


36. Setyanto P. Santosa, Ketua Umum
37. Mas Wigrantoro, Sekjen
38. Teguh Anantawikrama, Wakil Sekjen
39. Eddy Thoyib, Direktur Eksekutif
40. Taufik Hasan, Ketua Pokja Broadband

Habibie Centre
41. Ilham Habibie
42. Dewi Fortuna Anwar
43. Santhi Serad

KADIN
44. Anindya N. Bakrie
45. Johnny Swandi Syam
46. Fofo Suriaatmadja
47. Sylvia Sumarlin
48. Erick Thohir
49. Elisa Lumbantorun
50. Chris Kanter
51. Pandji Choesin

-UNDANGAN- | iii
Penyelenggara dan Praktisi Telematika
52. Dirut PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
53. Dirut PT. Indosat, Tbk.
54. Dirut PT. Telkomsel
55. Dirut PT. XL Axiata
56. Dirut PT. Bakrie Telecom
57. Dirut PT. Smart Telecom
58. Dirut PT. Hutchison CP Telecommunications
59. Dirut PT. Natrindo Telepon Seluler
60. Dirut PT. Inti
61. Dirut PT. Posindo
62. Dirut PT. Lintas Arta
63. Dirut PT. Citra Sari Makmur
64. Dirut PT. LEN
65. Dirut TVRI
66. Dirut RRI
67. Harianda Noerlan, PT. First Media
68. Dirut RCTI
69. Dirut SCTV
70. Dirut TV-One
71. Dirut Global TV
72. Dirut Trans TV
73. Dirut Metro TV
74. Dirut PT. Indovision
75. Dirut PT. Yes TV
76. Dirut Biznet Networks
77. Dirut PT. Jasnita Telekomindo
78. Dirut PT. Berca Global Access
79. Dirut PT. Transmedia Indonesia
80. Dirut PT. Indosat Mega Media (IM2)
81. Dirut PT. Intel Indonesia Coorporate
82. Imelda Adhisaputra, PT. Intel Indonesia Coorporate
83. Bismo Abiyoso, PT. Astratel Nusantara
84. Teguh Trianung Djoko, PT. Cakra Mitra Pandawa
85. Nies Purwati, PT. XL Axiata
86. Ann Gusnayanti, PT. Natrindo Telepon Seluler
87. Ubaidillah Fatah, PT. Smart Telecom
88. Rudy Rusdiah, PT. Asricitra Pratama
89. Sumitro Rustam
90. Sutrisman
91. Onno W. Purbo
92. Ventura Elisa
93. Iwan Piliang
94. Hemat Nuryanto
95. Barata Wardhan, FKBWI

Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan lain - lain


96. Kepala Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK), ITB
97. Kepala Divisi Inovasi Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK), ITB
98. Kepala LPEM, UI

-UNDANGAN- | iv
99. Riri Fitri Sari, UI
100. Jonanthan Parapak, UPH
101. Kho I Eng, SGU
102. Destry Damayanti, Mandiri Sekuritas
103. Hartojo Wignjowijoto, Institute of National Capacity Studies - LSKN
104. Yanuar Rizky, Aspirasi Indonesia Research Institute
105. Dewie Pelitawati, Bahar and Partners
106. Susiana Suhendra, FBAI

Pers
107. Arif Budi Susilo, Bisnis Indonesia
108. Arif Pitoyo, Bisnis Indonesia
109. Redaksi Sinar Harapan
110. Rene L.P, Kompas
111. Muhammad Ikhsan, Warta Ekonomi
112. Redaksi Detik.com
113. Rina Garmina, Media Indonesia
114. Doni Ismanto Darwin, Koran Jakarta
115. Sri Kadarwati, Selular
116. Hardy Hermawan, Majalah Trust
117. Andi Reza Rohadian, Majalah Trust

-UNDANGAN- | v
Lampiran 2. Agenda

AGENDA
Round Table Discussion “Broadband economy Indonesia”
Ruang Rapat Sumba B Lt. 3, Hotel Borobudur, 24 Agustus 2010

14.30 – 14.45 WIB Pembukaan Oleh Bp. Luky Eko Wuryanto, Deputi Bidang
Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
14.45 – 16.00 WIB Diskusi Broadband economy Indonesia
16.00 – 16.10 WIB Istirahat
16.10 – 17.45 WIB Diskusi Broadband economy Indonesia (lanjutan)
17.45 – 19.00 WIB Buka Puasa Bersama

NB : Pelaksanaan Sholat Ashar agar dapat dilakukan masing-masing peserta di sela-sela diskusi
mengingat waktu yang terbatas

-UNDANGAN- | vi
Lampiran 3. Notulen

NOTULEN
Roundtable discussion Broadband economy
Rabu, 24 Agustus 2010, Pukul 14.30 – 17.50 WIB
Ruang Sumba B Lt.2, Hotel Borobudur

Acara Roundtable discussion Broadband economy dibuka oleh


Deputi V Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah,
Luki Eko Wuryanto. Bp. Luki menyampaikan mengenai pentingnya
domestic connectivity dan broadband adalah salah satu “jalan virtual”
yang bisa mendukung tercapainya hal tersebut. Saya atas nama kantor
Menko, mewakili pak Eddy juga mengucapkan banyak terimakasih atas
kehadirannya. Mudah-mudahan kita mendapat banyak manfaat, kesamaan dalam usulan
hal-hal apa yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi khususnya berkaitan dengan
pembangunan broadband di Indonesia. Dorongan-dorongan apa yang perlu dlakukan dalam
rangka mempercepat program-program yang harus dilakukan sedemikian sehingga
terwujudnya suatu peningkatan kapasitas dari ekonomi atau yang lain bisa segera

-NOTULEN- | 1
diwujudkan. Disini diharapkan partisipasi aktif dari seluruh peserta dapat berlangsung dan
memberikan masukan khususnya dalam hal komitmen dalam menyusun agenda yang
berkaitan dengan regulasi, teknologi, konten, industri dan juga yang tidak kalah pentingnya
yang berkaitan dengan pendanaan. Selamat berdiskusi, semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan limpahan rahmat kepada kita semua dan memberikan manfaat terhadap apa
yang kita lakukan siang ini. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi terbuka yang dipandu oleh Bp. Eddy
Satriya, Asdep 5 Urusan Telematika dan Utilitas.

1. Bp. Engkos Koswara, Staf Ahli Kementerian Riset dan Teknologi

a) Menyarankan agar pembahasan topik dalam diskusi


dilakukan satu persatu, misalnya pendanaan saja atau
teknologi saja baik itu yang fix atau wireless. Harapannya
agar diakhir ada rekomendasi dari Kemenko
Perekonomian bagaimana dengan nasib broadband
economy Indonesia ini.
b) Apakah dalam industri Broadband ini kita hanya akan
menjadi user saja dan bukan menjadi player?
c) Apakah nantinya pembahasan akan diarahkan pada bagaimana membangun industri
broadband Indonesia sehingga kita tidak hanya menjadi pasar saja.
d) Diharapkan ada suatu wadah untuk melakukan sinergi antara pelaku industri,
akademisi, peneliti dan pemerintah.
e) Lahan seluas 460 Ha di Serpong dengan 32 lab nya, salah satu digunakan sebagai lab
uji untuk broadband sejak 2008 dimulai dengan 16.d dan baru-baru ini Xirka menguji
untuk mobile dengan hasil cukup baik, kemudian apa tindakan berikutnya, peranan
government dalam hal tersebut, what next?

2. Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua Umum MASTEL

a) Menyampaikan terimakasih atas diselenggarakannya forum


ini, menyinggung sedikit mengenai kata-kata Bp. Menko
“broadband for all” sehingga semestinya portofolio dibawah
Kemenko Perekonomian semua bergerak untuk
mewujudkan hal tersebut.

-NOTULEN- | 2
b) RPJMN menyebutkan bahwa pemerintah hanya bisa memberikan dukungan
dana sebesar 20% dan sisanya 80% diserahkan kepada non pemerintah atau
dunia usaha. Kaitannya dengan broadband economy, kita harus bisa benar-benar
fokus dalam membangun infrastrukturnya, jangan hanya jalan tol saja yang
diperhatikan namun juga “jalan tol virtual”.
c) Studi kasus di Negara maju mereka melewatkan 60% trafik melalui wireline
sehingga tidak membebani wireless. Yang terjadi di Indonesia selama ini adalah
95% trafik dilewatkan melalui wireless akibatnya bandwith yang diterima
menjadi sangat kecil dan kurang ideal.
d) Pemerintah diharapkan bisa memberikan insentif kepada pihak yang mau
melakukan pembangunan broadband Wireline, karena tidak bisa mencakup
keseluruhan wilayah Indonesia maka pembangunan di prioritaskan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan.
e) Berkaitan dengan regulasi (UU No. 36 1999, UU Konvergensi) pelaku usaha
seharusnya ikut memberikan masukan.
f) Ada kemapanan dalam teknologi dan agar difungsikan kembali peran BPPT
dalam hal standardisasi teknologi.
g) USO adalah titipan operator kepada pemerintah untuk membangun fasilitas di
wilayah yang secara ekonomi tidak viable. Namun sekarang dimasukkan kedalam
anggaran pemerintah jenis PNBP sehingga menjadi sedikit sulit untuk digunakan
lagi untuk membangun karena harus melalui proses tender dll.

3. Bp. Benny Rahadi, KADIN

Kebetulan tadi bagian terakhir yang ingin saya sampaikan sudah di


ulas pak Setyanto masalah funding, mengenai mekanismenya saya
sepakat saja mau bagaimana. Saya teringat begini tadi pak Eddy
mengatakan sudah dapat dari Kominfo sehingga dengan pertemuan
kita di KADIN dengan Intel waktu kita bicara mengenai ICT Fund, Jadi
bagi kita serius sekali masalah ICT Fund bagaimana penggunaannya
selama ini karena itu di dunia usaha menjadi masalah karena
dipajakin kiri kanan kayanya isu ini udah lama kita bicarakan apakah isu ini bisa kita
selesaikan kalo bisa kami juga ingin melihat dokumen, apakah itu bisa dilakukan
diberikan oleh KemKominfo, karena kalo dibicarakan dengan Kominfo nanti ke Menko
Perekonomian, Menko ke Kominfo lagi, jadi khusus mohon benar-benar masalah ICT
Fund itu selesai, motongnya kan selesai, apakah tiap bulan atau tiap tahun, nah
penggunaannya itu apakah seperti tadi pak Setyanto katakan khusus untuk ekspansi
yang secara ekonomis tidak bisa atau untuk pendanaan yang lain mungkin misalnya kalo
masih ada, jadi kami berharap dari KADIN itu bisa segera diselesaikan.

-NOTULEN- | 3
4. Bp. Mas Wigrantoro, MASTEL

a) Kesimpulan apa saja yang ingin dicapai hari ini?


b) Progress apa yang bisa dicapai oleh broadband economy,
supaya tidak terkesan hanya jalan di tempat?.
c) Menyarankan ada penanggung jawab dalam broadband
economy yang mengkoordinasikan, memiliki kewenangan dan
anggaran.
d) Masalah aspek operasional teknologi antara standar 16.d dan
16.e sebaiknya dua-dua nya dijalankan.

5. Bp. Muhammad Mustofa Sarinanto, BPPT

a) Dari BPPT ikut terlibat dalam aktifitas terkait BWA baik di


postel maupun ristek bagian pentingnya adalah pemerintah
mestinya seperti yang dikatakan Bp. Mas Wig sebaiknya
memiliki forum tersendiri mungkin ada baiknya berkumpul
bersama ramai-ramai tetapi saya pikir sebelum sampai
bersama sama pemerintah perlu konsolidasi antar
pemerintah itu sendiri karena keluar dari itu sepertinya
belum ada, sehingga artinya seperti kita lihat postel dibawah kominfo mengadakan
aktifitas yang mendukung industri dalam negeri dalam bentuk litbangnya,..
sumberdaya yang ada di tempat lain seperti ristek maupun perindustrian atau
misalnya yang kadang-kadang terlupakan tapi mestinya sangat berpengaruh yaitu
perdagangan mestinya berada dalam wadah yang sama menyelesaikan masalah yang
dikatakan broadband economy Indonesia, karena kalau tidak pak Mas Wig sampai
kapanpun akan tetap mengatakan hal yang sama kira-kira begitu, artinya adalah
pemerintah memang perlu duduk bersama untuk menyelesaikan masalah yang
memang perlu untuk diselesaikan bersama-sama itu saya pikir hal yang penting
karena kami sendiripun memposisikan diri BPPT berada di tengah-tengah antara
peneliti dan industri tapi juga berada di tengah antara institusi pemerintah yang
lainnya dimana kita perlu mengkolaborasikan semua termasuk juga mendorong agar
yang di Serpong itu juga bisa turut diberdayakan karena industri dalam negeri perlu
wadah tempat untuk bermain dan itu bisa diwujudkan di Serpong karena untuk
terakhir ini kita fokuskan ada suatu tempat yang bisa menjadi areal uji coba secara
bebas frekuensi.

b) Tidak hanya itu saja jika kita ingin berbicara mengenai broadband teknologinya
apakah bisa kita ambil sedikit demi sedikit dengan memanfaatkan skema TKDN yang
sudah kita tetapkan tapi tentunya pengembangannya itu juga perlu memikirkan

-NOTULEN- | 4
skema yang seperti apa yang perlu kita ambil nah yang saat ini sedang muncul adalah
bagaimana kita memanfaatkan konsorsium artinya kalo kita kemarin, terus terang
seperti mendorong industri dalam negeri tapi lebih di perangkat, padahal sebetulnya
perangkat tanpa ada yang beli dan tanpa ada ekosistem yang terbentuk baik tidak
akan bisa sustain, paling hanya 2 tahun 3 tahun trus ada teknologi baru LTE atau
mobile wimax kemudian hilang terlupakan, padahal ini maunya menyiapkan suatu
industri yang bukan membikin jumlah industrinya banyak, artinya terolah kemarin
yang berkembang awalnya dua tapi kemudian berkembang 8 banyak merk lain yang
kemudian ditotalkan menjadi 10 menurut saya tidak efektif kalo akhirnya kita hanya
dapat 2 seperti China, Huawei, ZTE kemudian Korea, Samsung, LG, cukup ga usah
banyak banyak. Kalo punya resource ya dikumpulkan tadi industri yang sedikit itu
saja. Karena yang penting bukan hanya menurunkan industri sebanyak banyaknya
tapi menurunkan ekonomi broadband ekonominya itu sehingga tahap kepemilikan
bersama teknologi diperlukan kita produk bersama tidak hanya pemerintah
berikutnya industri dan pemerintah dalam suatau wadah konsorsium, nah konsep ini
mungkin bisa dijadikan suatu topik berikutnya termasuk cara kita membentuk
ekosistem yang tidak pernah kita bangun-bangun dengan baik sebelum kita dapat
contoh sukses industri dalam negeri dan karena itu sekarang fokus di tim yang
kebetulan eee… terlibat di .. tim postel maupun di ristek itu adalah kita bagaimana
menyiapkan roadmap yang diatasnya dibutuhkan baik oleh pemerintah maupun
industri. Roadmap teknologi roadmap pemanfaatan termasuk disitu antisipasinya
bagaimana dengan teknologi berikutnya. Kalau misalnya kita kosongan aja semua
tidak ada yang tertulis dan tidak ada bentuk roadmap. Saya pikir sampai kapanpun
kita akan ketemu-ketemu begitu begitu saja.

c) Dan juga TKDN juga perlu berhati-hati karena konsep bahwa kita meningkatkan
konten teknologi di dalamnya, kan kemarin kita tambahkan yang namanya TKDN
bukan hanya ngitung berat tapi juga software dan HKI desain tapi kalo kita tidak
punya metoda atau lembaga yang mampu mengukur dengan baik tentunya
dipertanyakan apakah benar standar itu diterapkan ada maksudnya oleh karena
itu kita berhati-hati dan BPPT sendiri telah kita perjelas kewenangan dan
kewajiban audit teknologi yang dijaman dulu sebagai mandatory namun sekarang
voluntary. Audit teknologi akan support lab di Serpong termasuk pengembangan
dan perbaikan cara penelitian TKDN. Itu beberapa yang bisa kami sampaikan disini
semoga menjadi masukan

6. Bp. Zaenal Hasibuan (Ucok), DETIKNAS

a) Menyampaikan presentasi mengenai DETIKNAS

-NOTULEN- | 5
b) Keppres 20 2006 diperpanjang sampai 2009 dengan hasil, ya tulisan ini. Yang
pertama kebijakan, membuat arahan strategis ICT Nasional, yang kedua
menyelesaikan permasalahan ICT yang dihadapi secara nasional, kemudian
kordinasi nah ini gampang diomongin sulit dilaksanakan, yang terakhir bahkan
ada poin ke 4 kita itu memberikan approval terhadap ICT investment yang
sifatnya lintas departemen, lintas instansi tapinya kalo ini tidak dilakukan ini
melanggar kepres.
c) Tadinya saya terkagum kagum melihat kepres ini, tapi setelah saya diskusi sama
teman ICT konsul dari Jepang, dari Korea, dari Singapura.. oo sedikit banyak kita
rupanya meniru mereka namun pelaksanaannya tidak seperti mereka.
d) Kita lihat disini, tim pengarah Bp. Presiden, wakil Menko Perekonomian, tim
pelaksana harian Menkominfo.
e) Palapa Ring adalah nasional backbone kita, jadi memang sudah masuk tanpa
saya masuk disini pun itu sudah dicanangkan tapi kita lihat sekarang ini agak
mandeg. Kita bicara tadi mengenai ICT Fund, USO Fund dan segala macem nah
ini kita mungkin nanti bisa rame-rame bagaimana mendorongnya agar itu juga
bisa di stimulir oleh ICT Fund dsb. Walaupun ini perdebatanya masih panjang
terakhir kita ketahui bahwa belum ada PP dari penggunaan ICT Fund itu. Nah ini
mungkin daripada kita ngomong panjang lebar coba rame-rame kita rumuskan
apa ini PP nya.
f) CMIIW, jadi katanya PP penggunaan USO Fund itu belum ada jadi debatable jadi
tidak heran Depkeu menganggap hal itu sebagai PNBP seperti kata pak Setyanto
tadi.
g) Ini udah canggih banget, kalo ini kita jadikan lokomotif luar biasa, ordernya
trilyunan proyek ini. 10 program strategis ini.
h) Permasalahan ini dari tahun-tahun lalu, permasalahannya sama yaitu seperti
yang dianalogikan pak Mas Wig, jalan di tempat, 30, 20 10 tahun yg lalu, hari ini
permasalahannya sama.
i) Kita lihat lagi 10 program strategis tadi, semuanya luar biasa. Kita punya
misalnya e-health presiden beberapa kali mencanangkan di kabinet ke dua ini
untuk meningkatkan layanan kesehatan. Data mengenai kesehatan sangatlah
kompleks dan data kesehatan Indonesia selalu tertinggal 2 tahun dari negara-
negara yang lain. WHO memarahi presiden, presiden memarahi menteri,
menteri memarahi dirjen dst.
j) Yang berikutnya mengenai Nasional Single Window (NSW) terakhir kita tangkap
ada sekitar 18 instansi yang terlibat. Banyak bisnis proses yang mesti di align,
siapa yang mesti mengambil keputusan. Sekarang ini yang sering hadir,
seringnya eselon 1 paling tinggi, paling lazim, paling juga eselon 2. Beranikah
kira-kira meng align bisnis proses dari 18 instansi pemerintah?
k) Akhirnya kita sampai pada kesimpulan ini sebenarnya permasalahan kita,
apapun yang kita omongin mengenai kebijakan ini sinkronisasi investasi TIK, sulit

-NOTULEN- | 6
sekali kita mencari dana ICT itu berapa sebenarnya, bagaimana mengukur
kontribusinya dalam ekonomi apalagi broadband ekonomi yang merupakan
subset dari itu. Kebijakan fiscal multi years, ini pemahaman multi years di ICT
tidak sama dengan pemahaman multi years dalam gedung, tahun ini provider A
yang menang, tahun depan provider B belum sempat kita menikmati servisnya
sudah berganti provider. Ini terjadi di beberapa tempat, mengapa kita tidak bisa
multi years kontrak disitu.
l) Komponen local kita berusaha keras di 10 komponen strategis ada keberpihakan
saja sebagai lokomotif pengembangan industri ICT kita. Kemudian kelembagaan
di NSW siapa Imamnya di NSW, jika kita berbicara di align bisnis proses sudah
sulit kita mengatasinya. Cyber security Alhamdulillah timnya sudah di bentuk.
Universitas pertahanan sudah mulai mengkaji cyber war. Yang terakhir SDM,
kita menghasilkan 60 ribu sarjana IT, namun kita kurang merasakan kualitasnya.
Kita berusaha lokomotif strategik program tadi bisa ditandem dengan potensial
SDM IT kita.

7. Bp. Hartojo Wignjowijoto, Institute of National Capacity Studies

a) Maaf pak Eddy saya datang terlambat,


undangannya itu tidak begitu jelas, jam 1, jam 2
atau jam 3. Karena di Indonesia itu kalo jelas
malah tidak jelas kalo tidak jelas malah jelas.
b) Saya berkomentar sederhana sekali tadi saya
denger karena saya baru dateng, ada roadmap,
wacana, poco-poco, itu lagu yang sudah basi,
sedangkan saya komunikasi dengan dunia sambil tiduran dan dengan mudah
mentransfer duit baik yang money laundering maupun yang resmi, nah yang
saya heran di Indonesia ini , menteri-menteri nya kalo dikirimi sms ga ada yang
jawab mungkin karena saking perlunya. Jadi kita itu gapteknya tidak terbatas
menteri sama presidennya tapi setelah dia tidak berkuasa, saya kemarin ketemu
Jusuf Kalla pak Hartoyo saya minta dikirim sms lagi begitu katanya. Jadi
sebenernya sms ini sangat powerfull, saya adu domba antara Ical sama SBY
masalah dia mau jadi presiden, ga bisa tidur, saya adu lagi, hari ini ada di kompas
kalo ga salah, itu merespon sms saya. Jadi sebenarnya bangsa ini gapteknya luar
biasa, saya kemarin ketemu orang desmon atau apa, Surya Paloh minta saya
supaya bongkar pake hacker untuk kasus bank Century, saya bilang hacker itu di
Indonesia itu gudangnya dan anak-anak muda hacker itu kalo dibayar dengan
bagus dia bisa hari ini juga realtime buka rekeningnya mulai dari SBY sampai
rekeningnya siapa aja termasuk Eddy kalo yu punya rekening, kalo rekening saya
nol semua.

-NOTULEN- | 7
c) Jadi maksud saya omongan-omongan ini kita praktekkan aja langsung buka
hacker, karena hacker itu tidak software lagi tapi hardware, jadi kalo yu mau
dijadikan agennya siapa aja itu hardwarenya itu udah hacker. Udah bisa
mengidentifikasi semua itu ga software lagi.
d) Saya kelamaan di MIT tau banyak lah mengenai hal itu tapi saya sudah ga update
lagi yang saya maksudkan banyak orang pinter Indonesia yang hadir disini semua
tapi tidak ada jalan masuk karena yang jaga jalan itu monyet-monyet yang
melarang jangan sampai orang-orang ini masuk dalam sistem itu, tapi ternyata
dengan ini bisa dibongkar semua, very easy. Jadi yang ingin saya kemukakan kalo
nanti anda punya HP informasikan ke saya nanti saya forward segala macam
informasi sehingga anda bisa bertindak berdasarkan informasi yang saya peroleh
karena e-lead nya Indonesia itu ada disini semua bukan hanya Indonesia tapi
dunia.
e) Seperti Soros kemarin dateng kesini urusan iklim, you Soros ngapain ikut-ikutan
iklim, karena dia pernah invest disini dia mau ambil lagi uangnya dia bilang tanah
gambut itu menyebabkan CO2 , omong kosong, you mau nutup Sinar Mas sama
Riau Pulp and Paper. Kita itu di level industrialisasi jadi kalo tadi ada yang
mengatakan roadmap, kita banyak roadmap banyak polisi namun polisinya tidur
semua. Bukan hanya kementerian yang tidur, tapi makin tidur kementerian
makin bagus kita bisa bertindak banyak. Saya bisa bantuin.
f) Kebetulan saya mengajak anak muda disini Argon ini ahli kokpit pesawat
terbang. Jadi kalo kita ngomong poco-poco itu karena kita tidak punya kokpit
dan tidak punya dashboard. Nanti kita bicara secara kongkrit. Ya gon tolong you
ngomong dikit mengenai kokpit. Memang saya tidak tahu apa apa saya bukan
ahli pesawat terbang.
g) Jadi apa yang ingin saya kemukakan daripada nunggu pemerintah, apalagi
nunggu Ekuin, nunggu Ekuin itu seperti nunggu orang tidur.
h) Provoke saya pertama, makin xxxin tidur makin bagus, makin xxxxono tidur,
apalagi dia tiduran sama xxx makin bagus. Karena dunia ini sekarang, bisa
mengadukan macem macem.
i) Saya berkomunikasi dengan ITU di Jenewa sana, dia bilang Mr. Hartoyo jangan
communicate dengan saya dengan Indonesia aja, Indonesia penemuannya kan
ada, iya tapi bagaimana ini Indonesia itu tidak ada representasi di ITU.
j) Tapi saya bantu lah pemikirannya saya ini kan sudah tua, saya umurnya 74 kalo
pagi, kalo sore 47. Saya ini jam terbangnya banyak, hidup saya mewah. Ed, you
kan pernah saya ajak ke Kalimantan waktu itu. Orang Kalimantan suka Malandau
(bangun kesiangan). Dalam rangka membangun Palangkaraya kita harus bisa
mengatasi kebiasaan malandau karena jika tidak rejekinya akan diambil orang
dari daerah luar (moderator).
k) Jadi saya bantu pemikiran saya, saya ini old dog, anjing yg sudah tua yang sudah
tau trik ini itu dan macam-macam. Maksud saya mumpung saya masih hidup trik

-NOTULEN- | 8
trik dunia ini saya kasi tau. Jangan anda menjadi pelacur intelektual, you harus
jadi germo, saya ini germo nya germo. Nanti ada rahasianya supaya jadi germo
nya germo.
l) Listrik sering mati produksi tidak jalan, sparepart rusak dan tidak ada, elektronik
dikuasai asing.
m) Sekarang punya presiden yang cinta Amerika lebih cinta dari saya yang tinggal
disana 20 tahun. You kalo saya makin ngomong you ntar dikeluarin dari Ekuin.
n) Kesimpulannya you ngomong apa saja nanti saya catat, saya dibantu oleh Argon.
o) Saya punya network yang efektif untuk broadband, broadband ini seperti mulut
Indonesia Broad aja.
p) Kita punya garis pantai terpanjang di dunia, kita punya coast tapi ga ada
guardnya.
q) Tadi malam saya diwawancara TV One mengenai uang palsu, saya bilang uang
palsu itu karena nilai tukarnya merosot sehingga buat uang palsu lebih murah.
Jadi harga dolar kan dua ratus dua sen kalo 100 ribu itu kan lebih murah bikin
jadi lebih baik uang palsu, zakatnya palsu, doanya palsu, semua palsu. Dengan
adanya broadband ini kita pecahkan semua masalah kepalsuan Indonesia.

Roundtable discussion Bagian 2

8. Bp. Teguh Prasetya, PT. Indosat, Tbk

a) Saya melihat diskusi kita mengenai broadband ekonomi sudah


panjang lama, mungkin teman-teman Mastel juga sudah
mengeluarkan beberapa rekomendasi cuma sepertinya dari
pemerintah belum ada kesatuan kata, kesatuan pandang,
kesatuan langkah kalo analisnya sudah jelas MC20203. Nah
kita mau ngapain, kita tahun berapa mau ngapain, mau
kemana. Visinya dulu kan gitu ya. Visi disatukan kebawah kita
tinggal melaksanakan. Siapa nanti yang ditunjuk oleh pemerintah dalam hal ini
mungkin inisiasinya harus dari presiden atau dari siapapun. Atau kalau sudah ada
DETIKNAS ya DETIKNAS inilah yang di empower menjadi suatu sumber yang bisa
berbicara mewakili kita semua. Kemudian kebawahnya lagi adalah bagaimana
mensikapi hasil-hasil yang sudah dibukukan oleh teman-teman semua apakah itu
dari sisi infrastrukturnya apakah dari sisi aplikasinya dari sisi regulasinya.

b) Bagaimana memberikan pemanis-pemanis dalam berinvestasi di 3 sektor


tersebut. Nah ini yang mungkin harus segera dijalankan. Berdasarkan berbagai
macam studi hasilnya positif dibandingkan berinvestasi dalam infrastruktur riil

-NOTULEN- | 9
infrastruktur broadband ini sangat-sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
secara positif. Sekarang aja tanpa ada subisidi dan apa apa masyarakat
perekonomian kita tumbuh dengan adanya broadband yang sudah dilakukan
teman-teman semua. Ini merupakan suatu bukti nyata, apalagi jika dilakukan
gerakan secara menyeluruh dalam hal ini holistic dari sisi pemerintah segala segi
segala sisi. Kalau tadi dibilang bagaimana NSW bisa menjadi Asean Single Window
dengan karya bangsa sendiri bisa kesana itu kan merupakan suatu hal yang sangat
postif dari teman teman disini. Nah mungkin itu tadi terkait dengan masalah
bagaimana broadband yang ada dirumah yang ada di tempat yang fix gitu ya
bagaimana broadband mobile juga seperti itu ini dari pihak operator juga
sebenarnya bingung nih. Bingungnya kenapa kalo semua dikumpulkan dengan
mobile persis seperti yang dibilang pak Setyanto mau ada backbone sebesar
apapun tidak akan cukup. Kita aja sudah pake dual carriernya yang dikasih oleh
pemerintah juga mpot-mpotan terus gitu ya pelanggan nambah terus dan itu pun
belum mencakupi 45 juta pelanggan pengguna internet kita aja kalo dihitung kita
sendiri kurang dari 2 juta yang lain lain juga sama keterbatasan pita frekuensi
adalah bawaan dari sananya. Nah ini juga menjadikan suatu challenge buat
operator yang ada di domestic teman-teman di Telkom misalnya suruh mereka
menarik fiber to the home dan secepatnya untuk gantiin tembaga kok ga diganti-
ganti gitu pak. Nah itu mungkin suatu tindakan real yang jika mereka tidak mampu
sendirian di pemerintah kan itu BUMN punya pemerintah silakan dikucurkan
dananya kesana. Itupun untuk investasi jangka panjang 30 tahun masih ada disana
terus aplikasinya mau dipakai apa saja silakan. Nah tentunya hal yang seperti ini
Telkom tidak bisa sendiri ya yang lain dikasi kesempatan. Unbundle to the whole.
Silakan di unbundle. Kan ada porsi akses, backbone, backhaul ada porsi yang lain
lagi yang bisa dilakukan. Jadi saya rasa dari sisi operator juga sama butuh
kejelasan mau dikasih lebih lagi bandwithnya disuruh bayar lebih mahal lagi ya
kita sama aja kapan baliknya mas. Ini kan dunia bisnis, LTE juga gitu kan butuhnya
20 MHz, kalo 20 MHz disuruh bayar seharga 5 x 4 ya bisa dikatakan operator
blenek dalam artian ga balik-balik ini investasi karena kita dituntut oleh pemegang
saham dan stakeholder kita untuk jadi perusahaan yang menguntungkan, kecuali
ada insentif dari pemerintah untuk melakukan hal ini uneg-uneg nya operator itu
aja.

c) Kemudian uneg-uneg nya operator yang kedua adalah mengisi kalo kita sudah
ada, kita jangan terlena dengan akses untuk mengisi kita butuh konten kita butuh
aplikasi kita butuh menstipulate teman-teman yang membuat aplikasi dan konten
untuk membuat disini dan untuk mengisi disini dengan insentif yang ada bukan
mereka mengisi buat Waltdisney bukan mengisi yang buat ipin dan upin begitu
yang dibikin temen-temen disini dan di export kesana. Ini yag harus ditumbuhkan
juga jadi menumbuhkan bisnis. Dan yang tidak kalah pentingnya disamping itu

-NOTULEN- | 10
adalah bagaimana kita mengawasinya bagaimana kita melakukan cek dan ricek
lagi terhadap pelaksanaan itu semua. Manusia Indonesia biasanya begitu suruh
membangun jadi dan bagus tapi disuruh maintain suruh ini nah itu lain urusan
orang lain tuh kalo disuruh yang begituan. Nah ini yang harus terus menerus
menjadi suatu circle loop yang tidak berhenti dan menjadi suatu feedback terus
menerus untuk siapapun nanti yang ditunjuk menjadi penjaga gawang untuk
kelanjutan broadband ekonomi Indonesia di segala aspeknya. Jadi itu kita dari sisi
operator appreciate hal ini bisa digulirkan kembali dan mudah mudahan kita
diruangan ini tidak menjadi ya setelah ini sudah tapi benar-benar menjadi suatu
langkah nyata yang bisa kita wujudkan untuk mendukung demi kemajuan
ekonomi Indonesia ke depan.

9. Bp. Eddy Satriya, Moderator, Asdep 5 Kemenko Perekonomian


Terimakasih pak Teguh mungkin saya infokan disini juga hadir Ibu
Mira dari Bappenas, dulu pernah kita membikin matriks-matriks
semua, kalo ICT dulu kita bagi infrastruktur, regulasi ya hampir
sama dengan ini dan itu sangat terdeteksi terus pak sampai
masing-masing mengerjakan apa, siapa dan schedule nya harapan
saya nanti dengan bantuan temen-temen dari Bappenas kita
sendiri endorse lewat Bappenas juga bukan hanya lewat kantor
Menko, Menko ini kan hanya mengumpulkan bapak-bapak kemudian kita coba
pantau berkala, kita rapatkan dan kita tindak lanjuti. Kita juga kalo responnya sangat
positif seperti ini ya tentu saya tidak hanya akan sampai disitu aja bapak ibu sekalian.

10.Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua Umum MASTEL


Pak eddy saya ingin menambahkan penghargaan kepada bu
Mira, terusterang Bappenas itu sudah berbeda sekali kalo kita
baca PP No. 05 tahun 2010 yaitu tentang RPJMN bab 5 disitu
infrastruktur itu kelihatan apa yang kita bahas disitu sudah
ditampung oleh bu Mira yang tanda tangan pak SBY. Jadi satu
hal sebenarnya arahnya sudah jelas hanya bu Mira waktu itu kita
lupa adalah lampirannya di lampiran bu Mira yang kedua itu
tidak sampai detail nah disitulah yang sebenarnya sekarang dikerjakan oleh Kominfo
apa yang dibicarakan di batang tubuhnya begini di Kominfonya beda. Ini mungkin
satu hal yang harus dicocokkan kembali untuk mengarah kesana. Ini gambaran-
gambaran ini dan berkali-kali juga kami sampaikan perlunya adanya roadmap tadi
disampaikan oleh kawan-kawan dari BPPT kita insist roadmap itu untuk jadi battlecry
nya mastel karena apa, industri memerlukan itu tapi roadmap yang kami maksudkan
adalah roadmap yang dipaparkan oleh Bp. Menkominfo atau Bp. Menko
Perekonomian dihadapan kabinet. Di endorse oleh kabinet sehingga lapangan
-NOTULEN- | 11
Banteng itu mengucurkan dananya itu yang kami inginkan. Sebab kalo Kominfo saja
uang ga akan keluar dari lapangan Banteng ini yang selalu saya ambil contoh adalah
apa yang disampaikan oleh bu Mary Pangestu. Bu Mary menerbitkan dua buku
ekonomi kreatif itu dipaparkan di sidang kabinet di endorse woenak sekarang
ekonomi kreatif begitu cepat. Ini contohnya di dalam aplikasi. Nah ini saya
sampaikan juga kepada pak Tif juga pak Menteri. Pak ini harus begini cara birokrat.
Tidak ditandatangan Menteri lalu berlaku tapi tandatangan Presiden juga Inpres atau
PP atau apapun namanya itu yang akan dipatuhi oleh semua, ini sekedar masukan
saja mungkin Menko bisa juga membantulah supaya hal itu bisa terealisir.

11.Bp. Indar Afrianto, PT. Indosat Mega Media


Mungkin sejalan dengan pak Setyanto di MASTEL juga ada pak
Taufik pokja roadmap broadband itu juga. Broadband itu ujung
end gear nya sebenarnya adalah fix broadband gitu nah dalam
konteks ini sebenarnya wireless itu adalah antara nah visi ini
yang perlu sebenarnya pak perlu sekali untuk dipahami oleh
seluruh stakeholder bahwa tujuan akhirnya adalah broadband ke
arah fix nanti akan ada banyak sekali investasi atau resource
yang dibutuhkan dan kemudian didukung oleh segala peraturan – peraturan yang
mendukungnya sebenernya operator sendiri kalo dibilang mau fix atau engga, mau
pak. Karena kalo fiber itu murah saya rasa pak kabelnya itu lalu kenapa ga mau
bangun kan gitu kan. Operand mahal yang kita rasakan sebenarnya ada dua
komponen, untuk di Jakarta yaitu “right of way” yang dimaksud mungkin satu adalah
gorong-gorong dua tiang-tiang kemudian jalan tol itu right of way ga ada yang ngatur
pak dan ga ada peraturan yang mendukung itu. Jadi kalo mau masuk itu harus nego
sendiri itu dan ga ada tarif standar jadi komponen itu menjadi komponen yang
sangat variable. Trus yang kedua kalo masuk ke dalam billing manajemen ke gedung-
gedung apapun gedungnya itupun juga ga ada yang ngatur nah itu monopoli,
monopoli disitu kalo temen-temen di operator tau itu gedung itu berapa harganya
kalo naruh perangkat dan harga itu sama atau bahkan lebih besar dari harga
perangkatnya jadi bisa dibayangkan kalo itu dikapitalisasi langsung harganya jadi ga
make sense ke end usernya, nah ini barangkali yang perlu juga di dalam hadron-
hadron tidak hanya menyalur pada teknologi itunya tapi juga jalur teknologi
komunikasi tapi juga perangkat-perangkat yang berkaitan dengan pengaturan
katakanlah yang harus sampai ke akses ke end user dalam hal ini contoh mungkin
billing harus ada yang ngatur, kalo ga ada yang ngatur namanya monopoli terserah
aja kalo mau mau kalo engga ya engga gitu aja kalo mau bayar ya masuk kalo engga
ya udah selesai aja urusan kita sampai disini sehingga apa sehingga tidak terjadi apa
yang dicita-citakan sebagai penetrasi fix karena itu adalah cita-cita kita dan wireless
itu memang seperti tadi pak Setyanto sampaikan 60% fix 40% wireless. Sebenarnya

-NOTULEN- | 12
yang paling ideal seperti itu. Di Indonesia sekarang ini kondisi nya tidak begitu
sehingga apa wireless dipakai di rumah. Akibatnya seperti tadi kalo lagi bagus ya
dapetnya bagus tergantung populasi yang ada di daerah tersebut. Barangkali penting
sekali untuk menangkap visi dari seluruh jajaran stakeholder dan resource nya kita
sama dan sepakati. Saya kira itu saja pak dan mudah-mudahan satu ini saja bisa
diakomodasi barangkali selebihnya masalah ekslusi saja pak. Saya kira itu
terimakasih.

12. Ibu Nies Purwati, PT. XL Axiata


Terimakasih banyak pak, Assalamualaikum wr. wb.
Menyambung usul pak Indar hari ini kalo ga salah saya dapet
informasi bahwa pemerintah sedang menyusun RUU tentang
pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur. Tapi
maksud saya gini apakah memungkinkan jika usur untuk
rentokmi (suara kurang jelas) itu dimasukkan dalam RUU itu
saya rasa ini waktunya mungkin kalo berita yang saya terima itu
sebenarnya RUU nya itu ketika selesai di pemerintahan bisa di lempar ke parlemen.
Jadi mungkin harus dibahas di DPR untuk memasukkan satu pasal itu, sebagai contoh
di Australia itu untuk rekapital telekomunikasi itu memperoleh prioritas untuk
membangun jadi untuk telekomunikasi itu kalo mau membangun kabel, membangun
tower, mau lewat tanah publik atau privat itu selalu dapat prioritas karena ditulis di
undang-undangnya, jadi alangkah baiknya kalo hal ini juga dimasukkan dalam RUU
kita. Kemudian yang kedua soal Broadband, soal broadband ini kalo kita cuma
mengandalkan wireless saja seperti yang disampaikan oleh pak Teguh mungkin ga
akan mencukupi apalagi dengan ekspektasi bahwa operator harus membayar dengan
BHP frekuensi yang sangat tinggi. Nah kembali mengambil contoh dari Australia
kebetulan mereka saat ini melakukan inisiatif yang namanya National Broadband
Network nah disini pemerintahnya turun tangan untuk mengeluarkan atau
menganggarkan dana yang cukup besar untuk membangun NBN ini. Target mereka
membangun fiber optic sebanyak 3% dari premises tempat, rumah, sekolah ataupun
gedung itu terkonek dengan fiber optic dengan kecepatan 100 MBps tapi ini janji dari
pemerintah yang lalu karena pemerintahnya ganti mungkin ganti lagi. Tapi intinya
niat pemerintah waktu itu adalah bahwa untuk menyediakan broadband ini
pemerintah harus turun tangan sehingga pemerintah mengeluarkan anggaran untuk
membiayai fiber optic ini di luar dana USO benar-benar dana milik pemerintah bukan
dana talangan dari operator. Mungkin contoh-contoh itu bisa kita pertimbangkan
atau bisa kita implementasikan di Indonesia dalam mewujudkan broadband ekonomi
di Indonesia ini.

-NOTULEN- | 13
13. Bp. Yohan, PT. Citra Sari Makmur
Saya punya bayangan, jadi kalo ICT itu kan ada tiga komponen utama
Information, Computer dan Telecommunication jadi kaitannya
dengan Broadband economy, ICT adalah salah satu komponennya
jadi kalo kita benar-benar mengarah ke broadband economy itu
selain ICT itu yang harus kita pertimbangkan adalah bagaimana kita
mengempower pos tersebut. Karena ICT pemainnya sudah bagus,
jalannya sudah bagus tapi kita tidak berhenti di dunia maya saja
karena kita tetap bangun sesuatu, jadi barang itu harus tetep kita distribusikan jadi pos
harus kita empower kemudian yang kedua adalah dulu ketika di Amerika ketika muncul
internet pertama kali yang memicu pertama kali ada suatu loop besar itu yang
menumbuhkan ada pertukaran informasi, jadi kalo di Jepang mungkin ada super
computer nah kita dalam pembahasan ICT ini kita lihat sejauh pengamatan saya itu
belum ada keinginan kita untuk membangun suatu super computer dan itu jadi data
center dan itu akan mengempower semua resource informasi government maupun
university. Kemudian yang ketiga kaitannya dengan fiber optik dari temen-temen
operator kesulitannya ada di right of way pak jadi sangat penting sekali ketika kita
membangun fiber optic dimanapun di seluruh kota Indonesia adalah harus terintegrasi
dengan infrastruktur lainnya yaitu jalan, listrik, gas maupun jalan kereta api. Apapun
fiber optic di bangun departemen informasi harus diinformasikan. Yang keempat
resource frekuensi harus semurah mungkin maka BHP sebaiknya kalo memang
departemen perekonomian ingin Indonesia mencapai broadband dengan biaya seefektif
mungkin maka bagaimana caranya dalam hal ini postel dibawah kominfo tidak dibebani
dengan pendapatan PNBP yang harus selalu naik dari tahun ke tahun.

14. Bp. Eddy Satriya, Moderator, Asdep 5 Kemenko Perekonomian


Pak Yohan dari CSM ya pak harusnya tidak pusing dengan “right of
way” pak satelit kita ga diapa-apain saya kaget juga CSM kok tidak
mau mengembangkannya makanya KU Band Malaysia masuk sinikan .
Sebentar saya stop dulu karena ternyata pak Lukita Wakil Menteri
Perencanaan dan Pembangunan Nasional sudah hadir di depan kita
saya tadi ga liat. Ok Pak Lukita terimakasih sudah hadir jadi kita tadi
sudah memulai acara di buka oleh pak Luki Eko, jadi intinya kita
mengumpulkan teman-teman disini terkait bagaimana memanfaatkan secara maksimum
semua perangkat hardware serta infrastruktur yang kita miliki sampai saat ini ada sekitar
190 juta satuan sambungan telepon dikurangi churn dan nomer yang gagal namun
optimistik sampai 160 juta itu sudah ada, artinya kita diatas rata-rata dunia terutama
untuk mobile nah bagaimana memanfaatkan semua fasilitas ini untuk produktifitas dan
meningkatkan daya saing dan prestasi kita, tadi disebutkan juga ada, kalo bisa postel
ataupun pemerintah jangan terlalu dibebani yang terlalu tinggi target PNBP dan pajak
-NOTULEN- | 14
dan mungkin dalam kaitan semua itu pak Lukita bisa memberikan pandangan
bagaimanapun juga kita harus menyiapkan diri menuju Knowledge Based Economy
dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Poin saya adalah bagaimana
hal-hal yang kita rasakan sekarang itu bisa diaplikasikan bukan hanya sekedar pasar
namun juga dengan teknologi bisa menyalurkan sampai kecamatan dulu lah. Kalau
berbicara desa mungkin terlalu jauh kita fokuskan di kota-kota besar atau kabupaten
yang produktif. Kita minta komentar ataupun saran dari pak Lukita terkait dengan ICT,
Knowledge Based Economy, dan sekarang lebih khusus lagi kita membicarakan mengenai
Broadband economy dimana yang dimaksudkan adalah penggunaan infrastruktur dasar
seperti internet berkecepatan tinggi dan kapasitas yang besar.

15.Bp. Lukita Dinarsyah Tuwo, Wamen Badan Perencanaan dan Pembangunan


Nasional

Pak Eddy terimakasih, Pak Setyanto terimakasih, ass wr. wb. Saya
sebenarnya ingin mendengarkan lebih dulu karena saya sejujurnya
bukan ahli dalam soal broadband ekonomi dan telekomunikasi, tapi
saya menganggap pertemuan ini penting dalam kaitannya dengan
knowledge based economy dan saya sangat meyakini dan itu
tertuang dalam RPJMN dan RPJP bahwa membangun daya saing itu
sangat penting jika kita ingin melihat Indonesia menjadi negara
maju kompetisi semakin kuat kita tidak bisa lagi mengandalkan sumberdaya-
sumberdaya fisik kita aja maka knowledge itu menjadi sama penting untuk
meningkatkan daya saing kita nah broadband ekonomi kita anggap merupakan
backbone kalo kita ingin membangun yang namanya daya saing ini knowledge based
economy secara meluas ke seluruh rakyat Indonesia karena dengan ini bisa menjangkau
lebih mudah masyarakat secara luas ini saya kira memang. Ada kendala kendala kita
perlu bisa atasi kendala-kendala ini secara sistematis ya tadi ada beberapa yang
kelihatan PNBP dsb. Nah saya mengharapkan Pak Eddy dari forum ini ada semacam
identifikasi masalah kemudian kita bahas lagi bagaimana rencana aksi mengatasi
permasalahan tersebut dikaitkan juga dengan sekarang mungkin pemerintah sedang
secara giat menjalankan domestic connectivity. domestic connectivity tidak hanya
bicara tentang infrastruktur fisik tetapi kita mengharapkan di dalam domestic
connectivity ini ada 3 komponen besar yang penting, pertama adalah SISLOGNAS yang
kedua adalah SISTRANAS (Sistem Transportasi Nasional, multimoda) lalu yang ketiga
adalah region development yang didalamnya terkandung wilayah wilayah yang akan
menjadi pusat pertumbuhan yang kita sebut Economic Corridor dan Special Economic
Zone. Nah di dalam SISLOGNAS dan SISTRANAS tadi saya kira ICT akan sangat penting
untuk mencapai tadi SISLOGNAS tadi, jadi kami harapakan pembicaraan hari ini dari
masukan masukan bapak ibu sekalian untuk mengembangkan lebih lanjut ICT yang lebih
luas kepada masyarakat kita ke berbagai daerah itu yang bisa kita hasilkan di dalam

-NOTULEN- | 15
pertemuan ini disamping masalah-masalah tadi dan bagaimana kita bisa menyusun
suatu rencana aksi mengaddress masalah itu dalam kaitannya juga tadi dengan domestic
connectivity kemudian lebih besar lagi. Karena domestic connectivity ujungnya adalah
peningkatan desa. Itu mungkin sebagai pengantar dari depan, saya mungkin ingin
mendengar lebih lanjut komentar-komentar bapak-bapak sekalian. Kebetulan kami
diminta mengkordinasikan mengenai domestic connectivity ini jadi kami ingin
mendengarkan apa isu-isu yang terkait dengan pengembangan ICT. Oiya satu lagi
pemanfaatan ICT di pemerintahpun akan kita dorong yang pasti e-procurement kita
akan selesaikan di seluruh kementerian lembaga dan daerah itu 2012 kita harapkan bisa
memanfaatkan e-proc ini. Kemudian tentunya kita tahu juga kita akan menuju kepada
sistem informasi kependudukan tunggal NIK tentunya ini juga akan merupakan suatu
link yang kuat diantara infrastruktur ICT dan kalo dari sisi planning kami di Bappenas dan
juga Bappeda akan mengembangkan e-monitoring evolution dan e-planning jadi ini
kaitannya dengan e-Gov tadi. Saya kira itu sebagai pengantar diskusi dan saya ingin
mengenalkan isu isu yang dihadapi dalam kita mengembangkan broadband economy
sekali lagi terimakasih Pak Eddy atas kesempatan yang diberikan.

16. Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua umum MASTEL


Dari seminar yang dilaksanakan MASTEL sebelumnya dimana pak
Hatta Rajasa hadir, itu pak Sarwoto sebagai Dirutnya katakanlah
operator GSM terbesar disampaikan kalo operator GSM ini tidak lari
ke konten dia akan mati karena dia tahu terutama dalam broadband
ini bisa dikatakan 30-40 pendapatan akan lari ke konten jadi ini
sebelumnya bikin jalan capek tapi kemudian katakanlah orang lain
yang kemudian meraup keuntungannya oleh karena itu tadi yang
saya kira pak teguh sudah ke arah sana tiap tiap operator itu sekarang dalam rangka
membina untuk itu. Telkomsel mengatakan dia akan membina katakanlah 1000 konten
provider nanti Indosat dua ribu, XL berapa ribu silahkan. Pertumbuhan ini perlu untuk
ekonomi jadi pak Hartoyo saya menganggap istilah saya wireline atau fix broadband itu
ini merupakan infrastruktur ekonomi. Yang bisa menggerakkan industri perumahan dan
anak-anak yang bekerja di konten sekarang bagaimana kita bisa bekerja di konten kalo
dirumah kita nunggu muncul pake kartu akses tinggal ke kamar mandi pun ga pernah
muncul karena memang fiber optic belum masuk ke rumah nah ini mungkin satu hal
yang saya mohon pak Lukita ini suatu hal yang kami mendukung penuh palapa ring
sudah ada tapi feedernya ke rumah-rumah belum ada bayangkan saja rumah saya di
belakang bappenas itu fiber optic pun ga ada pak yang ada kabel – kabel tembaga yang
cukup lama apalagi yang katakanlah daerah lain oleh karena itu saya mohonkan lakukan.
2 operator yang berhak itu 1 operatornya pak Teguh, indosat itu berhak lho pak Teguh
anda punya lisensi untuk Fix line jangan Telkom aja. Telkom juga punya fix line tapi
karena ini bangunnya mahal mbok yo pemerintah memberikan insentif gitu lo pak. Ini

-NOTULEN- | 16
insentif bentuknya terserah bahwa misalnya dibantu Indosat misalnya 40% Telkom sama
dia akan senang gitu lho pak. Atau silakan pemerintah membentuk the third operator
untuk ini seperti singapura. Nah kami juga pak Eddy mohon diatur waktu MASTEL
melayangkan surat kepada Menko Perekonomian tentang keberatan – keberatan
operator terhadap besarnya pungutan-pungutan saya kira suratnya sudah saya
sampaikan ke pak Eddy nah karena ini adalah suatu hal yang membebani seperti yang
kata pak Yohan tadi sampaikan dan ini mungkin harus dengan menteri keuangan pak
disampaikan kalo tidak mereka akan jadi korban pungutan terus pak.

17. Bp. Adi Seno, Kemenkominfo


Saya akan memberikan sedikit apa yang sebenarnya ada dalam benak
kawan-kawan di kominfo terhadap masalah Broadband economy ini.
Jadi dari paham kami, kami sepakat bahwa ini perlu. Sebagai contoh
dari hasil selama ini kita lakukan studi di berbagai negara penetrasi 10
persen broadband laju pertumbuhan ekonomi suatu negara itu naik
1.27 persen bandingkan dengan seluler yang cuma 0.5 sampai 0.6
persen. Dan kita juga cukup memahami ada empat pemangku
kepentingan disini yang pertama operator, ada vendor dan yang ketiga Masyarakat
sebagai User dan Keempat tentunya negara. Kami menginginkan 4 stakeholder ini
optimal. Kalo seperti 20 tahun yang lalu operator terlalu untung berbeda dengan
sekarang tapi saya pikirmasih untung pak EBITDA nya masih tinggi. Jadi kalo PNBP nya
masih ga bener. Laporannya pak EBITDA nya masih terlalu tinggi.. yaa so what gitu. Itu
yang pertama, jadi kalo misalnya terlalu untung di operatornya yang seneng cuma
operatornya tentunya stakeholder operator kan … tapi masyarakat penggunanya ga
kepikiran dan pasti yang rugi nanti ujung ujungnya negara juga. Jadi kita inginnya 4
stakeholder itu tetap win-win solution kali misalnya ada yang terlalu tinggi kita
melihatnya dari mana. Konon kabarnya dari retain sekitar 20% sampai 27 %, 25% sampai
35% dari opex nya tapi begitu saya melihat ke EBITDA nya rasionya kok masih diatas
50%. Nah ini untuk kelola departemen keuangan ini ga make sense kalo diturunin gitu
tapi disisi lain kita juga memahami jika EBITDA kita tinggi ntar jadi bagusin(?) yang kecil
itu yang pertama. Jadi kita mengatakan kita demikian itu betul bahkan ICT Fund yang
sekarang lagi kita godok yang sampai detik ini kebijakannya belum keluar dari tempatnya
saya tidak akan menyalahkan pihak manapun tidak masalah dari kami. ICT Fund yang
kita endorse rancangannya kita punya visi sampai 2018 walaupun itu bukan masa
kepemimpinan menteri yang sekarang itu setiap ibu kota kabupaten terhubung dengan
fiber optic bagaimana caranya ICT Fund itu kita gunakan dalam bentuk apa? Nah ini yang
belum kita sepakat dengan lembaga pemerintah yang lainnya. Kalo kita sih ngusulkan
begini ICT Fund itu kita gunakan untuk pendanaan 10 persen dari sebuah vendor dari
sebuah proyek misalkan dari A – B katakan habisnya, dengan dana yang paling bagus
habisnya 18 Trilyun nah 10 persen dari dana itu kita kasih nah pengennya begitu tapi

-NOTULEN- | 17
kajian buku belum selesai itu duit, duit darimana. Kalo misalnya dari APBN dan itu
kemudian ujung-ujungnya itu dioperasikan oleh operator kalo perlu semua operator
boleh make dst. Itu pemilik obligasi(?) siapa? Kekayaan Negara apa boleh, tapi inginnya
kita begitu pak. Mimpinya kami di Kominfo itu ibukota polkabes(?) sekitar 400 –an
sekian terhubung dengan broadband fiber optic. Namun saya lebih senang jika tepuk
tangannya nanti jika terbukti. Bahwa kita sedang mengarah ke arah sana itu betul. Kita
sampai pernah menjanjikan bahwa 1/3 keuntungan ekonomi di akhir tahun 2014 itu
datangnya dari ICT. Bagaimana caranya kita push disitu. Kemarin itu ada desa berdering,
setelah di implementasikan, dalam 4 bulan 8 kali perdagangan keluar dari daerah itu
naik. Walaupun masuk ke arah sana tidak ada jalan jadi lewat laut, jadi infrastruktur ICT
mendahului daripada infrastruktur fisik, jadi saya katakan infrastruktur ICT itu yang
menyatukan negara ini. Demikian yang dapat kami sampaikan.

18.Bp. Noor Iza, Kemenkominfo


Karena pak Eddy memberikan kesempatan maka harus dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya, selain yang disampaikan pak Dirjen tadi kami
dari Kominfo pak Adi Seno memang bisa menyampaikan karena
beliau yang memang lebih tahu kami mencoba menyampaikan hal
yang lebih spesifik pak karena kami di direktorat jendral APTEL
kebetulan hal yang terkait dengan broadband economy ini kita lihat
dari sisi broadbandnya nah kalo kita lihat ini sebenarnya negara-
negara di dunia ini bagaimana memanfaatkan digital ini dalam kemudahan
melaksanakan perekonomian dan pelaksanaan kehidupan sehari hari misalnya yang
terkait dengan perdagangan dan juga pemerintah kita lihat singapura, mereka memiliki
program pemerintah membiayai fully jaringan fiber ke rumah-rumah jadi rupanya di
Singapura juga sama fiber itu ke rumah rumah, jadi singapura merasa jika mereka tidak
bisa melakukan sekarang mereka tidak akan bisa mengikuti racing. Dari situ
pemerintahnya akan mendapat sebagian dari pelaksanaan e-government misalnya untuk
taxing untuk parking ERP dsbnya. Kemudian demikina juga Australia mereka memiliki
target 90 persen household terhubunga dengan fiber optic. Nah ini betul betul di funded
oleh pemerintah dan kemudian nanti akan di share dengan operator. Kenapa Singapura
seperti itu dan Australia seperti itu mereka memanfaatkan digital prosperity itu karena
itu akan mendukung economy efisiensi dsb. Tentu ini semua berkaitan dengan insentif
yang mana kalo Kominfo boleh dibilang tidak bisa mengembangkan isu-isu seperti itu
Kominfo itu we are sektoral ibaratnya hanya mengawasi operator mau ngasi insentif aja
berat malah disuruh membebani BHP. Disini memang the father of incentive itu
Bappenas sama Menko Perekonomian sebenarnya bagaimana mengolah itu semua kita
perlu sadari bahwa untuk mengolah itu tidak mudah karena pemerintah memerlukan
side pocket lah untuk itu, untuk misalnya insentif kepada masyarakat saja belum tentu
bisa barangkali memang tidak mudah tapi perlu juga dipikirkan mulai sekarang

-NOTULEN- | 18
barangkali bagaimana sebagai masukan. Nah kalo tadi kita bicara membangun fiber
kemudian jaringan ke rumah rumah itu kita masih dalam level e-readiness, bagaimana
ketersediaan jaringan itu ada. Bagaimana mentransfromasikan manual bisnis menjadi e-
bisnis. Kita harus mulai memikirkan masyarakat dari level manapun itu dia bisa memulai
sejak sekarang. Di dirjen APTEL kita memiliki 2 muara yang satu adalah e-Government
nah bagaimana supaya adoption ICT broadband ini di dalam government, kemudian
yang kedua e-bisnis bagaimana penyerapan broadband ini dalam sektor non
government. Cukup membina UKM jika UKM ini jalan maka yang gede gede akan segera
jalan. Nah ini menjadi salah satu konsern kami pak bagaimana mentransformasi UKM ke
e-UKM. Mungkin memerlukan program-program yang jitu yang kita perlu dapat
dukungan dari instansi lain, bagaimana kita bisa membantu UKM. Itu saja pak
terimakasih.

19.Bp. Eddy Satriya, Moderator, Asdep 5 Kemenko Perekonomian


Bp. Adi Seno terus terang saya sangat menghargai pak saran bapak
tadi dan terus terang kami di kantor Menko dan yang lain rasanya
akan mendiskusikan Blueprint ICT Fund, kalau itu timingnya sudah bisa
kita buka, kita buka. Tapi ngomong-ngomong EBITDA tadi pak
singkatannya apa ya? Kalo di saya itu singkatannya “Earning Before
Irregularity Tampering and Dubious Accounting” jadi karena itu nama
kementeriannya, kementerian pemanfaatan BUMN jadi boleh
dimanfaatkan BUMN nya. Nah dalam kaitan itu mungkin ada pak Lukita kami mohon
juga nanti concern yang disampaikan pak Adi Seno dan pak Noor Iza dan teman-teman
tadi tentang beban pajak yang dikenakan pada mereka itu perlu dipertimbangkan,
artinya kalo itu sampai menekan growth dari operator dan industri. Merubah paradigma
ga boleh turun pajak itu kan agak repot juga tapi memang that’s the way it is pak untuk
orang keuangan, mungkin bisa diakali, tapi memang agak sulit merubahnya dan itu harus
kita pahami bapak dan ibu sekalian.

20.Ibu Silvya W. Sumarlin, KADIN


Termakasih pak Eddy, Ekonomi tdk dilihat dari pengguna saja tp
roda ekonomi itu sendiri seperti apa dan industri termasuk
kedlmnya, saya punya konsern, pak ucok tadi mengatakan ada
puluhan ribu SDM IT tidak terserap, Pak kos melalui Ristek tadi
mengatakan eh ristek melalui bppt menyediakan lahan luas bagi
industri untuk berkarya dan itu kita lakukan keduanya jadi misalnya
industri itu kita menyerap tenaga kerja ahli ahli enjineer yang
pandai-pandai kemudian Ristek memberikan lahan utk uji coba/research wimax yang
mobile. Konsern kami adalah OK pak, bapak ingin industri itu jalan kita sudah jalankan
kita ikuti itu semua jadi tenaga kerja itu ada kita tampung terus penelitian kita jalankan
-NOTULEN- | 19
terus kemudian produksi kita diakui di diluar negeri jadi sebenarnya standarnya sudah di
akui tapi kalo di Indonesia nya sendiri ga dimanfaatkan itu menjadi suatu pertanyaan
karena justru kita tidak dimanfaatkan bukan karena kita tidak mau dan bermanfaat bagi
masyarakat tapi kita dilarang untuk bermanfaat. Nah itu kasusnya sekarang ini mau
menyalahkan siapa ya, beberapa kali kita lihat banyak yang berkomentar habis masa si
ga mau invesatasi di Indonesia, Habis setelah investasi, hasil investasinya ga bisa dipake,
bisanya di pake di luarnegeri. Ya saya minta pak ada keadilan dan kesetaraan. Kalo
misalnya teknologi itu sendiri sudah mulai maju kenapa kita mempertahankan teknologi
yang lama hanya dengan alasan mau melindungi investasi dari beberapa pihak soalnya
begini pak teknologi itu pak kalo saya merasa ga adil selular boleh pake teknologi dari
AMPS berevolusi jadi edge – HSDPA berevolusi lagi menjadi LTE, nah kenapa kita yang
berangkat dari jalur IP Internet Protokol tidak boleh berevolusi hanya terpatok di satu
teknologi saja bahwa mungkin lupa bagi bapak bahwa teknologi lama ini membuat kita
menjadi lahan pembelian bagi sampah-sampah orang luar negeri artinya base station
tidak dipake, standar luar juga bukan itu kita satu satunya yang mau pake dan kita satu –
satunya yang mau menjalankan teknologi tersebut. Kalo kita ingin menjadi seperti yang
dikatakan menkominfo bulan november dia mau meng invite 20 menteri-menteri ICT di
Bali mengatakan kita bisa menjadi negara yang bisa internasional roaming kenapa
standar kita memake yang bukan standar internasional itu pertanyaannya pak
terimakasih.

21.Bp. Barata Wardhan, FKBWI


Prinsip saya cuma satu saya tidak mau adanya TKDN yang itu jadi
tingkat kebohongan dalam negeri BTS sebanyak 40%, 40% BTS
tersebut banyaknya dari TEX, 25% software dari 10% tex dan 15%
leason tex untuk dibeberapa perusahaan komponen hanya 5-10%
ini yang saya lihat jika kondisinya seperti ini maka kasus
membohongi Indonesia terutama PT. Inti yaitu dengan adanya
central telepon digital yang waktu itu barang pure saya bawa dari
Siemen dan mengklaim itu adalah produk Indonesia apakah kita
akan seperti itu lagi, yang saya inginkan adalah transfer teknologi enjiner-enjiner kita
yang bisa memproduksi itu semuanya, dan selama era globalisasi jangan hanya dibuat
Indonesia ini Negara terkecil, kita adalah no 3 yang terbesar di Asia sebagai pasar namun
sekarang ini para investor-investro lari lebih mending investasi di Vietnam atau atau
Birma Indonesia tdk dilirik lagi oleh para investor dan saya mengusulkan agar internet
tidak hanya mengundang facebook saja tetapi pemerintah/operator dapat membuat
satu email menjadi lokal email.

-NOTULEN- | 20
22.Bp. Rudi Rusdiah, PT. Asricitra Pratama
Sangat menarik sekali dari judul roundtablenya, broadband dan
ekonomi ada dua keyword. Dari broadband sendiri kita banyak,
fokus teknologi dimana, kebanyakan emang pada fokus di
penetrasi padahal yang penting juga adalah kualitas. Karena kalo
kita bicara mengenai aplikasi tadi ada SISLOGNAS, SISTRANAS
kemudian e-proc itu kualitasnya itu sangat-sangat penting kalo
tanpa kualitas yang baik juga percuma jadi regulasi itu sangat
penting sekali untuk juga mementingkan kualitas. Kualitasnya juga adalah kepentingan
dari customer sedangkan kalo dari sisi operator kualitasnya itu menjadi inputan
sehingga penetrasi cuma lebih visible kepada operator sehingga kualitas itu kurang
sekali dibicarakan sedangkan kualitas ini amat penting jika kita akan mengarah pada
aplikasi-aplikasi tanpa kualitas dari broadband ini ga akan ada gunanya. Kemudian
keyword kedua ekonomi, ekonomi itu kita bicara mengenai efisiensi efektifitas output
based sepertinya dari suatu market pasar supply dan demand untuk itu penting sekali
jika kita mempunyai mapping nanti kita bicara apakah kita harus pake fiber atau pake
wireless, wireline padahal kalo kita mapping nya jelas. Harusnya memang teknologi yang
cocok fiber to home. Dimana regulasinya itu “right of way” harus jelas dulu. Kita harus
mapping yang jelas mana desa yang memang butuh wireless, wireless nya juga harus
jelas apakah wireless VSAT atau yang lainnya. Kalo saya lihat proyek2 USO itu dari
semacam handphone yang ditempatkan di tempat yang juga banyak handphone
sehingga tidak dapet sinyal itu telpon. Kemudian kalo kita bicara masalah ekonomi kita
juga bicara mengenai supply chain industrinya nah tadi isu mengenai TKDN itu sangat
penting, TKDN dan standardisasi. Semestinya TKDN dan standardisasi itu empowering
local industri, kalo di luar negeri itu mereka memproteksinya dalam negerinya dengan
standardisasi kalo kita tidak, TKDN ini misalnya saya beberapa kali mencoba membuat
TKDN itu misalnya CSR itu minimum harus 2 Milyar. Sehingga perusahaan besar saja
yang bisa masuk TKDN. Jadi kita menghambat UKM kita sendiri untuk memperoleh
TKDN, kemudian ISO 18001, ISO 14001 Yang bicara mengenai environment padahal yang
penting itu ISO 9001 yang bicara kualitas dan itu malah tidak dipakai. Jadi TKDN ini
malah menghambat industri dalam negeri. Standardisasi juga banyak sekali yang
menghambat, jadi kalo kita ingin seperti China sebelum bisa maju mereka melakukannya
dengan memberikan insentif-insentif empowering. Jadi regulasi kita jangan sampai
menghambat. TKDN ini justru menghambat dan mempersulit terutama UKM untuk bisa
ikut dalam pembangunan. Terimakasih.

20. Bp. Frans Thamura, Managing Programmer Java


Kita lagi coba masuk ke Korea yang tingkat ekonominya lebih tinggi,
saya juga mulai bantuin Malaysia sama singapur dan mostly kita

-NOTULEN- | 21
punya komuniti di Malaysia native programmer. Kita punya SDM bagus tapi lulusannya
dari kampus biasanya ancur ancuran jadi harus kita kelola dan saya punya yayasan untuk
mengelola anak anak dan kita bantuin bikin perusahaan jadi sekarang yang saya dapet
negara ini unfriendly dan mostly dari mereka miskin malah ada beberapa dari mereka
belum pernah kuliah kalau bapak sudah S3 dan professor mereka bisa kekampus juga
udah hebat. Itu yang saya dapet, kalo saya lihat mostly kita punya produk pre-konten
kita punya android kurikulum kita punya beasiswa, kita punya enterprise solution, it’s
free. Tapi sampai hari ini IGOS kita ga masuk, kominfo bukan kita punya area, saya harus
bikin e-government pustek baru bisa masuk. Yang lucu kita punya competitor di
Malaysia punya acara didepartemen perdagangan dikasi 2 Milyar, 5 tahun pertama ga
bayar pajak ongkos-ongkos ke lur negerinya selalu dibayarkan oleh negara. Kita harus
bayar pajak dan kantor pertama saya, orang pajak nungguin di depan kantor trus saya
bilang bapak ngapain, ini saya udah bayar 10 persen yang seharusnya 6 persen. Semoga
ini bisa menjadi masukan bagi semua pihak itu saja. Yang saya lihat kita yang di depan
bikin konten yang di peres yang mikir yang dapat 90% tapi dia tidak pernah melakukan
siasat yang benar dan tidak pernah mengenyam pendidikan juga. Beberapa orang
telekom mobile cuma seremonial terimakasih dapet 60%. Karena itu para programmer
mobile pada bangkrut barangnya tidak bisa laku tapi ada beberapa yang laku dengan
dijual sahamnya ke luar. Kita lihat itu dilakukan dan kita juga lagi prepare kayanya saya
punya barang dijual saja ke negara sebelah malingsia tapi berani ngasi 5 milyar per
brand itu yang menarik. Nah ini mungkin bisa jadi masukan kalo anda mau menjual
koneksi udah byar pet ya, bagi yang pake Telkom speedy ga nyala seminggu, kabelnya
sori pak lama bisa seminggu, padahal kita harus tetap jualan dan bayar pajak. Nah saya
hanya konsern diujung saya tidak didepan saya tidak peduli dengan infrastruktur tapi
yang pasti kemarin saya sama bung Roni ngomongin ketemu bu Sri Mulyani, saya
ngomong bisa ga kita punya multimedia super corridor kata bu Sri Mulyani ga perlu
orang IT mah kaya kaya. Jadi saya mikir nih bisa jadi forum masukan karena mostly kita
punya SDM di Malaysia jadi chief kebanyakan, Korean Telkom juga orang sini, orang –
orang di forum juga rata rata orang sini. Ok itu saja.

21 Bp. Hartojo Wignjowijoto, Institute of National Capacity Studies

Saya singkat saja jadi dari kominfo tadi mengatakan kalo dibedakan
ekonomi sama broadband ekonomi Indonesia ini ekonomi colong
jadi tidak meningkatkan nilai tambah jadi broadband memiliki
peranan untuk kegiatan ekonomi itu harus menciptakan nilai
tambah saya lihat dimana – mana colong. Sehingga saya heran kita
bicara ekonomi tadi dari putrinya Sumarlin, saya kan kenal
bapaknya. Jadi maksud saya kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia
adalah ranseeking caloan. Pekerjaan pemerintah switching ini bagian siapa ini bagian
siapa. Sekarang bagaimana si switching ini dirusak sama email atau SMS saya. Sekarang

-NOTULEN- | 22
udah rusak dikit-dikit. Jadi Eddy kalo mengundang saya untuk mengacau, bentar lagi
Menko Ekuin saya kacau bentar lagi you akan kaget yang saya akan kacau lagi adalah
yang arisan KKN ini. Itu juga saya buka dengan saya kerahkan orang-orang hacker ini
dengan saya bukain rekening mereka semua bener mas saya bukain rekening mereka
semua, arisan nyaloan itu kebuka semua saya bilang SP, saya bilang I, saya bilang YK OK
kita buka rekeningnya semua jangan satu aja datangnya darimana ngelipatnya darimana
karena ini menciptakan broadband karena ekonomi kedua itu, ekonominya ekonomi
trafficking broadbannya yang tadi itu yang broad saja mulutnya.

22. Bp. Teguh Prasetya, PT. Indosat, Tbk.

a) Terimakasih pak Eddy saya ringkas saja saya hanya


mengingatkan jika infrastruktur sudah tersedia jika konten
terdevelop maka ada satu komponen lagi yang harus kita
perhatikan yaitu transaction saya rasa ini akan menjadi istu jika
kita tidak address dari sekarang karena setahu saya mobile
payment sampai sekarang belum menjadi kenyataan padahal
harusnya itu bisa take off ada apa dibalik itu, itu yang harus kita
kaji bersama sama sehingga tidak hanya menjadi broadband infrastruktur sekedar
infrastruktur tapi juga dia membawa manfaat.

b) Saya juga me remind kita semua agar kita tidak lupa membuat R&D center mengapa
itu tetap saya anggap penting, faktanya sebagian besar teknologi yang datang itu kita
terima sudah gelondongan dari vendor tetapi juga ada laporan bahwa teman-teman kita
yang sangat pandai-pandai itu bekerja di vendor-vendor di luar negeri dan lebih pinter.
Yang menyedihkan adalah teman-teman kita di luar negeri itu tidak punya kesadaran
bersama untuk mengait teman-temannya dan yang kedua tidak berusaha
mengembalikan itu ke Indonesia nah bagaimana caranya kita membangun semangat
yang sama biar kita bisa punya R&D center meskipun hanya virtual tapi setidaknya sudah
connected to each other itu sudah sesuatu terakhir pak yang saya hendak remind adalah
siapa yang akan take a lead inisiatif ini, sehingga benar – benar bisa terealisasikan.

23. Ibu Imelda Adhisaputra, PT. Intel Indonesia Coorporate

Terimakasih pak Eddy kami dari intel berpendapat bahwa broadband


infrastructure ini sudah harus diberlakukan di Indonesia dan ICT
corporate ini memang sudah sangat mendesak untuk diberlakukan
atau diterapkan karena menurut pengalaman kami dari negara-
negara lain seperti Vietnam dan Korea atau Malaysia broadband itu
sangat-sangat penting sekali demi kemajuan pendidikan karena

-NOTULEN- | 23
dampaknya kemana-mana pak kami bisa share dengan disini mengenai sukses dari
negara negara tetangga karena ini memang sudah sangat-sangat tidak bisa di tunda lagi
jadi dari intel kami mengharapkan bahwa pemerintah bisa dengan segera
mencanangkan atau menyusun sebuah ICT roadmap yang terintegrasi dan tidak
fragmented pak karena dari segi industri kami juga bingung bagaimana menerapkan
secara keseluruhan broadband plan tersebut.

24. Bp. Elisa Lumbantoruan, KADIN

a) Saya kira karena tema dari diskusi kita hari ini adalah
broadband ekonomi Indonesia dan saya amati dari tadi
banyak diskusi dari sisi infrastruktur nah ini mungkin kita
jangan memulai kesalahan kesalahan dimasa lalu dimana
kita membangun infrastruktur tanpa kita memikirkan
mengenai kreatif yang ada diatasnya dulu kita
membangun jalan tol tapi pada akhirnya itu ga banyak
yang jalan diatasnya karena traffic dari ujung ke ujung tidak tersedia tetapi
sebaliknya kalo trafiknya sudah ada maka siapapun yang akan invest pada
infrastrukturnya akan datang sendiri nah konsep berpikir kalo dari sisi sistem
ekonomi barangkali yang harus kita lihat adalah kontennya yang pertama nah kalo
kita lihat dari sisi konsep digital divide maka kita mengalami 3 hal dari digital divide,
satu adalah dari sisi economic divide yaitu masalah affordability nah ini dari tadi
dibicarakan mengenai komponen daripada cost apakah itu biaya frekuensi dsb.

b) Yang mengakibatkan affordability di Indonesia ini menjadi sangat mahal tetapi


seandainya pun pemerintah bisa menyediakan dana keuangan apakah itu dana
palapa ring atau dengan USO dan sebagainya maka yang berikutnya yang juga kita
alami di Indonesia adalah usability divide dimana sekarang ini kalo kita lihat dari
tingkat literacy saja misalnya kalo kita mengandalkan serisu secara global berarti
yang lebih banyak adalah yang berbahasa inggris maka tingkat literacy terhadap
bahasa inggris di Indonesia itu masih sangat rendah nah barangkali mungkin yang
kita sitir adalah apakah kita memang sudah memiliki economical scale untuk konten
yang mudah dimengerti oleh masyarakat Indonesia nah ini mungkin harus dicarikan
apakah itu harus berbahasa Indonesia atau mungkin dicarikan suatu killer apps untuk
bisa mendorong ini dulu beberapa tahun yang lau sebenarnya saya mengusulkan
adalah tanpa membangun infrastrukturnya kalo kita pick satu killer apps waktu itu
yang saya usulkan dalam bidang pendidikan sebenarnya, kalo kita lihat di Indonesia
ini ada lebih dari 400 ribu sekolah dari SMP sampai SMA itu sebenarnya memiliki
ekonomical scale yang sangat besar yang bisa kita pilih sebagai killer apps dan itu
kalo kita wajibkan seluruh pelajar harus memiliki akses ke internet dan juga metoda

-NOTULEN- | 24
pengajarannya berlajar dan mengajar menggunakan internet maka itu domino
effectnya akan sangat besar dampaknya tetapi sayangnya ini sekarang dijalankan
secara sylo oleh masing masing departemen.

c) Yang ketiga adalah yang disebut dengan empowerment divide andaikan kita punya
infrastruktur punya akses devais dan punya konten yang ketiga problem kita adalah
masalah participation, jadi partisipasi daripada pengguna itu nah ini barangkali kalo
kita hanya berada pada level 1 dan 2 maka kita hanyakan menjaid market.
Bagaimana mendorong masyarakat menjadi innovator dan pencipta dari konten. Nah
mungkin itu yang harus dilihat secara tersetruktur dan tiga-tiganya harus di address
dengan baik.

d) Karena ini merupakan suatu sistem ekonomi. Maka yang perlu dipertanyakan adalah
Do we have the economical scale? Apakah ini akan menjadi ekonomi yang mahal?
Untuk bisa menjawab ini maka beberapa pilar F harus dipilih, saya tidak tahu apakah
dari flagship application dari depdiknas, memang diperlukan disini inisiatif yang
terintegrasi jadi dari economic divide, usability divide, dan empowerment divide saya
kira tiga-tiganya harus di address secara bersama sama.

25. Ibu Risargati, Indosat

a) Mungkin ada 2 masukan saja yang pertama perlu adanya


integrasi membangun broadband integrasi dengan kelistrikan
dan infrastruktur jalan karena ini menimbulkan biaya yang tidak
sedikit untuk menyediakan listrik kita perlu solar kita juga perlu
sarana untuk mengatur. Mungkin kita bisa fokus broadband
yang kita bicarakan sore ini lebih kepada broadband level
kabupaten kebawah. Kalo di kota2 besar itu mungkin
masalahnya sudah tidak terlalu banyak infrastrukturnya sudah cukup bagus
masyarakat sudah bisa menikmati dengan baik mungkin yang kita perlu bicarakan
secara nasional adalah pada level corporate.

b) Berkaitan dengan di level daerah paling tidak adanya program pendidikan untuk level
gubernur ke bawah sehingga dengan pemahaman yang baik dari mereka, mereka
akan membantu pertumbuhan dari broadband ini untuk bisa mereka gunakan untuk
membangun daerahnya sehingga otonomi daerah ini tidak semata mata ke arah
retribusi dan lain-lain tapi dia lebih bisa memberdayakan sarana yang ada dengan
ilmu yang mereka punya mereka akan membuat fasilitas broadband ini menjadi
suatu transaksi. Bisa digunakan untuk promosi pertanian misalnya itu yang produktif
sifatnya.

-NOTULEN- | 25
26. Bp. Iwan Pilliang, Konten Developer

Saya ingin komen aja untuk bu Silvi jangan berkecil hati di negeri
ini saya sepakat dengan pak Hartoyo orang R&D yang spending
waktu dan segalanya tidak akan sia sia. Sekarang begini aja kita
berkelahi, kami development terus di Java di aplikasi mobile
kami sudah bisa menemukan aplikasi yang cross platform, untuk
aplikasi enkripsi sekalipun bahkan kita bisa yang membuat
namanya messenger yang bisa cross platform jadi kita berkelahi
aja dengan operator jadi ini memang negeri yang mengajak kita barbar yang tidak
menghargai R&D kita juga mau kelahi dengan kominfo saya menggugat UU ITE, saya
berkelahi sendiri media belum ngeh walaupun kalah community menyambut baik
dan saya rasa saya kalah dengan terhormat. Saya mengajak kita berkelahi karena
memang keadaannya demikian kalo misalnya operator nanti tergerus oleh aplikasi
messenger yang cross platform bahkan android sekalipun otomatis pendapatannya
akan berkurang jadi saya rasa begitu, jadi saya hadir kemarin untuk mengajak
berkelahi, mari berkelahi dan membangun community. Dan saya berhenti sebagai
pokja konten dan aplikasi tanya pak Teguh minta pamit di Kadin. Sekarang saya di
desktop untuk menggerakkan 30 ribu orang prita dan lain-lain bisa kok.

27. Bp. Lukita Dinarsyah Tuwo, Wamen Badan Perencanaan dan Pembangunan
Nasional

Terimakasih pak Eddy jadi saya tadi cukup banyak mendengarkan


perkelahian tadi ya, tapi sebetulnya saya melihat bahwa kita semua
ini adalah memiliki mimpi yang sama yaitu membangun Indonesia
yang lebih baik itu saya kira tadi intinya dari sana nah memang
dalam konteks seperti itu ini pak Eddy saya kira menyusun
roadmap, stakeholdernya sudah ada semua disini nah bagaimana
tadi tujuan kita yang bersama sebetulnya kita sadari pembangunan
broadband untuk membangun perekonomian kita yang lebih baik membangun
kesejahteraan yang lebih baik itu dengan broadband ini bisa nah ini saya kira bahwa
stakeholder ini semua tentunya harus bisa mendapatkan fairness tadi kewajaran dari
setiap kerja keras yang dibuat oleh masing masing. Kami harapkan roadmap itu
dibangun dengan basis kebersamaan bahwa semua pihak mendapatkan kewajaran
sesuai dengan kontribusi yang diberikan. Tentunya disini peran pemerintha menjadi
sangat penting, menyusun regulasi, memberikan insentif, mengenakan pajak dsb.
Harusnya bisa melihat kepentingan yang lebih besar tadi, broadband perlu dibangun
untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar sehingga pajaknya itu

-NOTULEN- | 26
sebetulnya bisa dikeluarkan dengan melihat kalo ekonominya besar pasti pajaknya
besar bukan tarifnya yang diperbesar. Nah regulasi pun harus mendukung itu supaya ini
berkembang ekonomi besar tentunya manfaat besar. Saya kira roadmap harus
dibangun dengan komponen-komponen yang tadi saya kira ahli-ahlinya ada disini
bagaimana tadi membangun infrastrukturnya bagaimana tadi konten dan sebagainya
itu perlu saya kira, kalo kita bicara domestic connectivity ICT menjadi satu. ICT roadmap
produknya kita sudah punya logistic nasional sudah ada blue printnya, sudah ada
blueprint multi moda transportation, nah kalo ditambah dengan ini jadi lengkaplah apa
yang dimaksud dengan dosmetic connectivity untuk membangun knowledge based
economy.

28. Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua umum MASTEL

Kita seolah – olah di luar ruangan ini sama dengan kita, saya pake
datanya pak Lukita, 63.4% rakyat Indonesia adalah hanya sekolah
dasar yang semacam kita hanya 3.7% jadi saya kira yang 3.7 ini
harus digerakkan supaya 63,4 ini bisa jalan. Saya kira itu, jangan
mengharap seluruh rakyat Indonesia, saya kira itu pak Eddy
terimakasih.

Mohon maaf jika ada kekurangan dan kesalahan penyebutan nama/institusi.

Komentar/tanggapan dapat dikirim ke email:


1. riska.ag@gmail.com
2. asdeplimalima@gmail.com

Jakarta, 8 September 2010

Notulis,

1. Riska Ana Gulang


2. Nur Sobariyatun

-NOTULEN- | 27
Lampiran 4. Daftar Hadir

i |DAFTAR HADIR
ii |DAFTAR HADIR
iii |DAFTAR HADIR
iv |DAFTAR HADIR
v |DAFTAR HADIR
vi |DAFTAR HADIR
vii |DAFTAR HADIR
viii |DAFTAR HADIR
ix |DAFTAR HADIR
x |DAFTAR HADIR
xi |DAFTAR HADIR
xii |DAFTAR HADIR

You might also like