You are on page 1of 46

Kata Pengantar

Teknologi printing berkembang sangat cepat, secara tradisional printing didefinisikan sebagai
suatu teknik untuk penerapan agent pewarna dibawah tekanan pada suatu permukaan untuk
membentuk tulisan atau gambar. Saat ini keperluan untuk pencetakan text ataupun gambar sudah
semakin banyak dan cepat. Komputer merupakan alat yang berdayaguna untuk printing. Dengan
komputer dalam waktu yang singkat dapat menyelesaikan perkerjaan yang sangat banyak.

Perkembangan tentang alat printing mengikuti perkembangan computer itu sendiri, ditemukaanya
teknik pencetakan non impact, sangat mempengaruhi perkembangan dan teknik pencetakan
menggunakan computer.

Buku ini membahas teknologi dan kimiawi tinta inkjet, pertama dibahas tentang teknologi
catridge, selanjutnya tentang kimia dari tinta inkjet. Dengan ulasan yang gampang dan mudah
dicerna diharapkan pembaca dengan latar belakang yang berbeda dapat memahami buku ini.

Buku ini merupakan seri dari “ Membuat tinta inkjet “,


1. Teknologi inkjet ink berbasis air (dye) .
2. Tekonologi dye sublimation ink.
3. Teknologi solvent based ink.
4. Teknologi inkjet ink berbasisi air ( pigment ).

Akhir kata “tiada gading yang tidak retak” tidak ada sesuatu yang sempurna, semoga buku ini
menjadi bahan pemikiran tentang wacana tinta inkjet.

Duraposita chem

1
Ucapan terima kasih

Tersusunnya buku ini tidak terlepas dari jerih payah beberapa pihak, baik yang berperan secara langsung
maupun tidak langsung ataupun pihakyang hanya sekedar memberikan dorongan saja. Bantuan yang
berupa material dari kertas, terjemahan, transportasi, internet, dan dana sekedar untuk keperluan teknis
yang lain.

Beberapa pihak baik institusi yang layak untuk disebut disini adalah;

1. CV Duraposita Chem dan semua staff

2. Utomo Teknik, khususnya saudara Arief Kresnoadi, yang selalu sabar untuk membantu

menterjemahkanan artikel atau textbook.

3. CV Tristar chemical dan Staff.

4. Kyai Abdul Karim dan teman -temannya

5. Semua rekan yang dengan setia membantu, tulus, khalid, heru, lutfie dan lainnya.

Atas semua jerih payah, bantuan, dorongan dan doa restunnya penulis ucapkan terima kasih sedalam
dalamnya. Semoga allah SWT berkenan membalas amal baik mereka.

2
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
Sejarah perkembangan inkjet
Teknologi Inkjet
Pendahuluan
Inkjet Drop On Demand
Inkjet Thermal
Inkjet Piezo
Inkjet electrostatic
Inkjet Continuous
Teknik Binary Deflection
Teknik Multi Deflection
Karakteristik Printer Inkjet

BAB II TINTA INKJET


Pendahuluan
Properti Tinta Inkjet
Viskositas
Mengukur Viskositas
Satuan Viskositas
Surface Tension
Mengukur Tegangan Permukaan
Konduktivitaas
Ukuran Partikel
Kadar Garam
Derajad Keasaman(PH)

BAB III BAHAN PENYUSUN TINTA INKJET WATERBASED


Pendahuluan
Air
Co Solvent
Humectant
Pewarna
Dispesing dan Wetting Agent
Surfactant
Buffer
Aditif-Aditif lain
Biocide
Pengaturan Kekentalan

BAB IV AIR
Pendahuluan
Air De-ion

BAB V PEWARNA
Pendahuluan
Index Warna

BAB VI CO-SOLVENT
Pendahuluan
Klasifikasi Solvent
Bahan Dasar
Polaritas
Polar Protik
Dipolar Aprotik
Non-Polar

3
Co Solvent Pada Tinta Inkjet
Alkohol
Glykol
Glykol Ether
Lactam

BAB VII SURFACTANT


Pendahuluan
Tipe-tipe Surfactant
Anionik
Kationik
Nonionik
Amfoterik

4
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Sejarah perkembangan inkjet


Inkjet adalah teknologi pencetakan dotmatrix tanpa sentuh (non-impact), dimana tetesan tinta
disemprotkan (jetted) dari celah kecil ke posisi spesifik sebuah media untuk membentuk gambar (image)
yang diiinginkan. Mekanismae pengubahan/pemecahan aliran tinta menjadi tetesan (droplets) di
deskripsikan pertamakali oleh Lord Rayleigh pada tahun 1878. Pada tahun 1951 Elmqvist dari Seimens
mendaftarkan hak paten alat ink-jet pertama berdasarkan metode pemecahan aliran tinta penemuan
Rayleigh. Penemuan ini selanjutnya mendasari penemuan alat bernama Mingograph, yaitu perekam grafik
atau sinyal tegangan analog dengan menggunakan metode inkjet. Di awal 1960-an Dr.Sweet dari Stanford
University mendemonstrasikan metode baru yaitu bahwa dengan mengaplikasikan pola tegangan
bertekanan pada sebuah celah/lobang kecil dapat memecah/mengubah aliran tinta menjadi tetesan tinta
yang seragam ukuran dan jaraknya. Saat mekanisme pemecahan/pengubahan aliran tinta dapat dikontrol,
sinyal listrik dapat dimasukkan ke dalam tetesan-tetesan tinta secara selektif dan handal saat terjadi aliran
tinta secara kontinyu. Tetesan-tetesan tinta yang mengandung listrik ketika melewati medan lisrik akan
dialihkan arahnya menuju sebuah saluran untuk disemprotkan kembali dan tetesan-tetesan tinta yang tidak
mengandung lsitrik akan terbang langsung ke media untuk membentuk gambar (image). Proses printing
seperti ini disebut ink-jet kontinyu (continuous ink-jet). Di akhir 1960-an, penemuan Dr. Sweet mendasari
penemuan produk A.B. Dick Videojet dan produk Mead DIJIT. Pada tahun 1970-an IBM mematenkan
teknologinya dan secara besar-besaran meluncurkan program pengembangan adaptasi teknologi ink-jet
untuk printer produksi mereka. Dan tahun 1976 IBM memperkenalkan printer IBM-4640.
Pada tahun yang hampir bersamaaan Profesor Hertz dari Lund Institute of Technology dari
Swedia bersama rekan-rekannya secara independen mengembangkan beberapa teknik ink-jet yang
mempunyai kelebihan dalam memodulasi karakteristik aliran tinta (ink-flow) untuk mencetak dengan
modus gray-scale. Salah satu dari metode profesor Hertz untuk mendapatkan modus pencetakan gray-scale
(hitam putih) adalah mengontrol jumlah tetesan (drops) tinta pada tiap pixel yang dihasilkan. Dengan
mengatur jumlah tetesan tinta, volume pada tiap tetesan tinta pada tiap pixel juga dikontrol, sehingga
jumlah tiap warna juga di kontrol untuk mendapatkan warna gray yang diinginkan. Metode ini lisensinya
diberikan kepada beberapa perusahaan antara lain Irish Graphics dan Stork untuk membuat gambar
berwarna kualitas tinggi.
Sementara pengembangan teknologi Ink-jet kontinyu (continuous Ink-Jet) berlangsung dengan
intensif, pengembangan teknologi drop-on-demand ink-jet juga mulai dipopulerkan. Teknologi drop-on-
demand mengeluarkan tetesan-tetesan (droplets) tinta hanya bila digunakan saja. Pendekatan ini
menghilangkan kompleksitas dalam pengisisan listrik pada tetesan (droplet) tinta dan perangkat
pembangkit medan listrik dan juga kerumitan-kerumitan lain akibat proses sirkulasi tinta pada teknologi
continuous ink-jet.

5
Zoltan, Kyser dan Sears adalah beberapa pionir awal penemuan teknologi drop-on-demand ink-
jet. Penemuan mereka diaplikasikan pada produk Seimen PT-80 Serial Character Printer (1977) dan
Silonic (1978). Pada printer-printer ini tetesan tinta dikeluarkan dengan menggunakan gelombang tekanan
yang dihasilkan dari gerakan mekanis Piezoelectric Ceramics.
Banyak ide, sistem dan produk drop-on-demand ditemukan, dikembangkan dan diproduksi pada
tahun 1970-1980an. Sistem drop-on-demand yang lebih sederhana semestinya membuat teknologi ink-jet
semakin handal, tetapi kenyataannya kualitas dari teknologi ink-jet tetap buruk. Masalah-masalah seperti
kebuntuan nozzle (nozzle clogging) dan tidak konsistennya kualitas gambar tetap menghantui teknologi
ink-jet.
Di tahun 1979, Endo dan Hara dari Canon menemukan metode drop-on-demand baru dimana
tetesan tinta dikeluarkan oleh nozzle dengan cara mengembangkan dan kemudian memecah gelembung
tinta pada permukaan pemanas kecil yabg terletak dekat nozzle. Canon menyebut teknologi ini bubble-jet.
Desain printhead bubble-jet yang sederhana dan kemudahan fabrikasi semiconduktor pendukungnya
membuat printhead dapat diproduksi dengan harga murah dan kualitas nozzle yang tinggi. Dan secara
bersamaan secara independen Hewlett-Packard mengembangkan teknologi yang sama.
Pada tahun 1984, Hewlett-Packard memperkenalkan Thinkjet Printer. Itu adalah printer murah
pertama yang sukses, dan printer tersebut menggunakan teknologi bubble jet. Hewlett-Packard menyebut
teknologinya itu dengan nama thermal ink-jet. Harga printhead dari printer thinkjet yang terdiri dari 12
nozzle tersebut cukup murah, hingga dapat diganti tiap kali cartridge tinta kosong. Ide Hewlett-Packard
akan disposable ink-jet (ink-jet sekali pakai) ini sangatlah brillian dan original. Mereka menyelesaikan
masalah akan keandalan sistem ink-jet yang disebutkan sebelumnya, yaitu dengan cara membuang
printhead di saat habis masa pakainya. Sejak saat itu Hewlett-Packard dan Canon terus menerus
mengembangkan teknologi ink-jet. Dan usaha mereka terbalas dengan suksesnya serangkaian produk awal
mereka. Berbagai macam model printer ink-jet dengan resolusi yang lebih tinggi dan kemampuan warna
yang tinggi pula, diproduksi dengan harga yang menawan. Pada akhir 1980an, dengan berbagai macam
kelebihan yang dimiliki seperti harga murah, ukuran kecil, tidak berisik dan warnanya yang dihasilkan
lebih memikat, printer ink-jet menjadi pilihan alternatif penggunaan printer bagi konsumen rumah tangga
dan UKM selain printer impact dotmatrix (printer dengan menggunakan teknologi sentuhan/pita). Saat ini
printer ink-jet merajai pasar low-end printer.
Seiring berkembangnya teknologi ink-jet, ahli kimia tinta dan ahli media menyadari bahwa bila
tetesan tinta kontak dengan permukaan kertas memiliki kecenderungan untuk menyebar searah dengan
kontur serat kertas dan juga masuk/menyerap ke sela-sela dan ruang kosong kertas. Penyebaran tetesan
tinta kadang terlalu berlebihan dan tidak beraturan, sehingga menghambat resolusi hasil cetak yang ingin
dicapai. Penyerapan kertas terhadap tetesan tinta yang beragam dan banyak pada satu titik, kadang juga
terlalu lambat. Warna yang jelek berhubungan dengan penyebaran tinta dan pencampuran tinta yang jelek
akibat masalah di atas. Hal ini menjadi masalah besar dalam proses pengembangan teknologi inkjet.

6
Untuk mendapatkan hasil cetak warna berkualitas tinggi, permukaan media cetak memerlukan
pelapisan khusus. Media yang dilapisi secara khusus tersebut harus memenuhi berbagai parameter antara
lain volume tetesan tinta, laju penguapan, laju penyerapan/penetrasi tinta, ketebalan pelapisan, ukuran
pori-pori media dan sebagainya. Aktivitas pengembangan media ink-jet dimulai di awal 1980an, dan
didominasi di negara Jepang oleh perusahaan-perusahaan seperti Jujo Paper dan Mitsubishi Paper Mills.
Sekarang, dikarenakan tingginya popularitas ink-jet, permintaan akan media yang lebih baik sangat tinggi,
seperti kertas glossy dan kertas photo. Hal ini menarik banyak perusahaan dalam pengembangan media
inkjet. Canon, Xerox, Asahi Glass, Arkwright, Folex, 3M dan Imation adalah sebagian perusahan-
perusahaan yang terlibat di dalamnya.
Pendekatan lain untuk mendapatkan hasil cetak yang lebih baik tanpa mengandalkan penggunaan
media cetak khusus adalah penggunaan tinta solid (padat) atau hot melt (leleh/mencair saat panas) atau
phase-change ink (tinta beda fase). Dalam operasinya, tinta tersebut disemprotkan (jetted) dengan
dilebur/dilelehkan/dicairkan terlebih dahulu. Saat kontak dengan media cetak tinta tersebut akan memadat,
sangat kecil penyebarannya dan sangat kecil pula penyerapannya, sehingga warna yang dihasilkan sangat
brillian dengan resolusi yang tinggi. Pengembangan awal dari tinta solid diawali oleh Teletypes untuk
perangkat ink-jet elektrostatik. Pengembangan selanjutnya pada teknologi drop-on-demand dilakukan
oleh Exxon dan Howtek. Sekarang Tektronix, Dataproducts, Spectra dan Brother ikut terjun dalam
pengembangan teknologi ini.

1.2 Teknologi Ink Jet


1.2.1 Pendahuluan
Inkjet adalah teknologi cetak non impact. Droplet - droplet tinta diemisikan dari nozzle dan printer
secara langsung menuju posisi spesifik pada sebuah substrat untuk mencipatakan suatu gambar
(image). Operasi printer inkjet adalah sangat mudah untuk divisualisasi; head printer men-scan halaman
secara horizontal, menggunakan motor untuk menggerakkannya ke kanan dan ke kiri dan ke belakang,
motor satunya memutar kertas secara vertikal (lihat gambar 1.2). Satu strip gambar telah dicetak, kemudian
kertas bergerak dan siap untuk strip berikutnya. Untuk mempercepat pencetakan, head printer tidak
hanya mencetak satu baris (row) horizontal pixel tiap gerakan, namun juga mencetak row vertical pada
saat yang sama.

Gambar 1.2 Printer inkjet 4 warna

Cetak inkjet adalah industri komersil yang relatif baru. Ini dimulai semenjak 20 tahun lalu,
meskipun mekanisme untuk memecah liquid stream ke droplet telah dijelaskan lebih dari 120 tahun lalu
oleh Lord Rayleigh. Usaha untuk memulai membuat printer injet dimula semenjak 50 tahun lalu. Setelah
itu, banyak dilakukan usaha - usaha untuk meningkatkan kualitas pembentukan tetesan, menurunkan
ukuran droplet tinta dimana pada saat kesamaan menambah kecepatan jetting.

7
Cetak inkjet telah diimplementasikan ke banyak desain untuk aplikasi tertentu yang bervariasi.
Secara garis besar, teknologi cetak inkjet dibagi menjadi 2 bagian yaitu continuous dan drop on Demand
(DOD) seperti ditunjukkan gambar 3.3

Gambar 1.3 Mapping teknologi inkjet

1.2.2 Inkjet Drop On Demand


Teknologi drop on demand maksudnya adalah sebuah drop (tetesan) akan dijalankan ketika
mencetak image (gambar). Untuk menciptakan drop dan mentrasfernya ke kertas. Terdapat tiga
teknologi yaitu : Piezo-, Thermal-, dan Elektrostatik.

Gambar 1.4 Sistem Inkjet Drop on Demand Gambar 1.5 Sistem Inkjet Thermal

Inkjet thermal dianggap sebagai teknik inkjet paling banyak digunakan dan mendominasi pasar
pemakai rumahan (home user). Inkjet thermal (atau inkjet bubble jet milik canon) menggunakan panas
untuk mengeluarkan tetesan tinta dari kanal tinta. Tiap nozzle dapat di address melalui signal elektrik.
Di dalam kanal tinta, elemen pemanas dipicu oleh signal dan secara cepat memanaskan tinta untuk
menguap. Tinta yang diuapkan membentuk “bubble” yang menekan tinta untuk membentuk drop / tetesan
di bagian luar nozzle. Ketika temperature turun, bubble dalam kanal tinta hilang dan drop di bagian luar
nozzle pecah.
1.2.2.2. Inkjet Piezo

Gambar 1.6 Sistem Inkjet Piezo

8
Sistem piezo berbasis pada material khusus yaitu keramik piezo, yang dapat bereaksi terhadap
signal dan menciptakan getaran mekanis dari kanal tinta dan kemudian mengeluarkan drop tinta ke
substrat. Sistem komersial pertama yang berbasis pada teknologi ini mencapai pasaran pada awal 1990-
an dan membuktikan untuk mempunyai beberapa keuntungan yang berharga dibanding teknik inkjet
sebelumnya. Contohnya dapat menghasilkan drop pada frekuensi yang lebih tinggi dan variasi tinta
yang lebih luas.

1.2.2.3. Inkjet Electrostatic


Prinsip dasar inkjet elektrostatik adalah membangkitkan medan listrik antara kamar tinta dan
substrat. Berbeda dengan teknik thermal dan piezo dimana tinta menetes karena dikeluarkan oleh
tekanan, drop pada inkjet elektrostatik ditransfer menggunakan medan listrik. Ada beberapa metode
untuk melakukan ini contohnya dengan efek tagler atau dengan menggunakan efek thermal untuk
merubah viskositas sebagai mekanisme kontrol. Beberapa dari metode ini sangatlah kompleks dan
terbukti menghasilkan drop yang sangat kecil.

1.2.3 Inkjet Continuous


Inkjet continuous adalah varian proses yang sering digunakan utuk printer skala besar yang
memerlukan kecepatan tinggi. Fungsi utama system injet continuous adalah tetesan / drop diproduk secara
terus - menerus / kontinyu. Ada 2 kategori utama untuk teknik ini yaitu : binary deflection dan multi
deflection.

Gambar 1.7 Sistem Inkjet Continuous Gambar 1.8 Sistem Binary Deflection

1.2.3.1. Teknik Binary Deflection

Drop - drop individu discharge secara elektrik oleh sebuah elektroda setelah meninggalkan
nozzle. Elektrode ini adalah pengatur mekanisme pencetakan. Pada medan listrik selanjutnya, drop - drop
ter-charge didefleksikan dan hanya drop - drop yang tidak di-charge yang mencapai substrat.
Menggunakan mekanisme biner ini, ada dua kondisi charge, tercharge atau tak tercharge. Namun
terdapat beberapa alternative lain yang lebih rumit.

1.2.3.2. Teknik Multi Deflection

Gambar 1.9 Sistem Multi Deflection

9
Drop - drop inkjet dapat memberikan charge yang berbeda dan oleh karena itu dibelokkan lebih
atau kurang. Alirandrop dapat dikontrol untuk bekerja pada dua dimensi dan menulis suatu garis. Ini
memungkinkan untuk menulis simbol walaupun substrat dan head printer adalah statis. Teknik ini
berguna untuk addressing kecepatan tinggi.
1.3 Karakteristik Printer Ink Jet
Performa dari mutu printer inkjet dapat dikarakterisasikan melalui kecepatan dan resolusi cetaknya.
Kecepatan tergantung pada frekuensi jetting atau interval waktu antara dua semburan / jet yang berurutan.
Sebuah inkjet biasa, headnya memerlukan sekitar setengah detik untuk menctak sebuah garis pada
halaman. Jika kertas A4 berukuran lebar 21 cm dan inkjet beroperasi minium pada 300 dpi ini artinya ada
2475 titik pada garis di kertas A4. Head printer mempunyai kurang lebih 1/5000 detik untuk merespon ya
atau tidaknya titik harus diprint. Walaupun demikian, kecepatan printing yang lebih tinggi dapat juga
dicapai dengan memakai head yang lebih besar yang mampu menghasilkan resolusi dasar 1200 dpi dan
kecepatan cetak mendekati printer laser warna, 3 - 4 ppm warna dan 12 - 14 ppm monokrom.

printer Tipe jet Dropsize Jumlah nozzle Resolusi (dpi) Kecepatan (ppm)

(picoliter) hitam warna hitam warna hitam warna

Canon Thermal 5 320 128x3 600x600 2400x1200 11 7.5


S300

Epson Piezo 4 144 43x3 Diatas 2880x720 12 8


C60

HP Thermal - - - Diatas 2400x1200 19 7.5


920C

Lexmarx Thermal - - - Diatas 2400x1200 16 8


Z53

Tabel 1.2. Beberapa karakteristik printer desk jet

Catatan tabel 1.2. :


1) Tedapat 3 kategori : Draft, normal dan best. Hanya resolusi yang terbaik yang ada
pada table
2) Kecepatan cetak, ppm, turun ketika resolusi best dipilih, yang ada pada table
adalah kecepatan tertinggi (resolusi draft).

10
BAB II TINTA INKJET

2.1 Pendahuluan
Tinta adalah bagian yang sangat penting dari teknologi cetak inkjet. Pengembangan dari penelitian
untuk tinta inkjet adalah hal yang penting dari teknologi inkjet. Ini karena properti tinta tidak hanya
menentukan kualitas hasil cetakan, namun juga menentukan karakteristik pengeluaran droplet dan
keandalan sistem printing.
Tinta inkjet pada umumnya mengandung yaitu : pewarna (colorant), pembawa (vehicle) dan
aditif. Vehicle adalah air, solvent, resin atau lainnya. Vehicle adalah komponen utama dan prosentasenya
dalam suatu komposisi adalah 40 - 90 % tergantung tipe tinta. Pewarna adalah material yang menciptakan
warna dari hasil cetakan yang prosentasenya sekitar 1 - 10 %. Sisanya adalah aditif. Aditif itu eningkatkan
properti kimia dan fisika dari tinta seperti kekentalan (viscosity), kekuatan rekat (adhesion strength),
stabilitas panas (heat stability), laju pengeringan (untuk tinta reaktif), tegangan permukaan (surface
tension), dll. Tinta inkjet dapat diklasifikasikan ke beberapa grup berdasar beberapa perspektif. Salah
satunya adalah dari sisi vehicle yaitu : aqueous / waterbased, nonaqueous / solventbased, phase change
erubahan fase, dan reaktif. Dari sisi pewarnanya yaitu : dye based dan pigmen based.
Tinta aqueous dan non-aqueous menggunakan tinta atau solvent lainnya sebagai vehicle yang
mekanisme pengeringnya bergantung pada penetrasi dari absorbsi dari media penerima (substrat).
Phase change juga disebut sebagai tinta padat yang mana berbentuk padat (solid) pada suhu kamar,
tinta disemburkan dari head ketika dilelehkan dan ketika mencapai substrat akan kembali padat. Cepatnya
solidifikasi akan menjaga tinta menyebar dan meresap dalam substrat dan memastikan kualitas image
yang bagus pada berbagai macam substrat. UV curing adalah tinta yang dapat mongering setelah
terkena sinar ultraviolet.

1. Aqueous based Solution, dispersion, microemulsion Evaporasi, absorbsi


2. Solvent based Oil solvent Evaporasi, absorbsi
3. Phase change Liquid to solid, liquid to gel Solid karena
turunnya temperatur
4. reactive Uv curing 2K Reaksi kimia
Tabel 2.1. Kategori berdasar basis tinta

1. Dye organik Direct, acid, reactive, disperse, solvent


2. Dye polimerik Aqueus, non aqueous, polymer blend
3. Pigment Carbon black
Tabel 2.2. Kategori menurut pewarna
Pada table 2.2 dapat dilihat, tinta dapat dibagi ke dalam 3 grup berbasis pewarnanya, dye
polymeric, dye polimerik dan pigment. Dye organic mengandung molekul - molekul dye organic dimana
dye polimerik mengandung polymer dye. Tinta pigmen based kebanyakan adalah serbuk non organic
meskipun terdapat beberapa pigmen organik.

11
Gambar 2.1. Perbedaan tinta dye based dan pigment based

Dye adalah material organic yang dapat larut, sedangkan pigment adalah sangat tak larut. Secara
kimiawi, dye ada dalam tinta sebagai molekul individu dimana pigment ada sebagai cluster yang
mengandung ribuan molekul pewarna.
Intinya, tinta dye based memberikan kapabilitas representasi warna yang superior atau warna
gamut yang lebih besar dan pada tinta basis pigment. Kelemahan tinta dye based adalah lemahnya daya
tahan terhadap cahaya, kelembaban, air, penyimpanan dan ketahanan diatas substrat.

2.2 Properti Tinta Inkjet


Surface tension (tegangan permukaan) dan viskositas (kekentalan) suatu tinta sangat menentukan
pada proses inkjet. Suatu tinta harus sangat fluid untuk melewati nozzle yang sangat kecil. Begitu juga
dengan particle size (ukuran partikel), conductivity (konduktivitas), salt level (level garam) dan pH.
Jika viskositas terlalu tinggi, tinta tidak bisa mengalir melalui nozzle, namun jika terlalu rendah
akan bocor melalui head printer.
Jika pH terlalu asam maka dapat merusakkan head printer dan komponen logam lainnya jika pH
terlalu basa, maka dapat juga merusakkan head printer.
Jika surface tension terlalu tinggi, droplet tinta akan terlalu kecil dan droplet tidak akan menyebar
dengan baik. Jika terlalu rendah droplet akan menyebar terlalu banyak dan menyebabkan bleeding
(mblobor).
Jika ukuran partikel tinta terlalu besar maka tinta tidak akan dapat melewati nosel. Konduktivitas
adalah parameter krusial untuk menentukan kemurnian tinta. Jika tinta mengandung sejumlah garam
seperti NaCL, sejumlah garam itu akan mengendap dan menyebabkan clogging nosel.
Ilustrasi pada gambar 2.2 dapat dijadikan sebagai perbandingan antara teknologi inkjet dan teknologi
offset dalam hal properti tintanya. Kebutuhan tinta bergantung dari teknologi head printer dapat dilihat
pada tabel 2.3.

Gambar 2.2. Perbedaan tinta inkjet dengan tinta offset

12
Continuous Continuous Dod piezo Valve jet Office piezo Office
Properti Tinta Binary multiple thermal

Tinta yang dipakai


A;S A ; S; HM ; A;S A ; S; HM A;S A;S
UV
Viskositas (cP) ~ 1.5
3-8 8 - 12 <2 ~ 1.5 ~ 1.5

SurfaceTension > 35
25 - 40 > 32 > 24 > 35 > 35
(µ N/m)

Ukuran Partikel
1
Maximum (µ m) 3 1 5 1 0.2

Konduktivitas > 500


(µ Siemens) >1000 ― ― ― ―

Salt Level
Chloride(ppm) < 100 < 100 < 100 < 100 < 10 < 10

Tabel 2.3 Kebutuhan tinta bergantung dari teknologi head printer

2.2.2 Viskositas
Viskositas adalah suatu pengukuran resistansi suatu fluida untuk berdeformasi tegangan geser. Juga
dapat diartikan sebagai kekentalan atau resistansi suatu cairan untuk mengalir. Contohnya air adalah
encer, viskositasnya rendah dan minyak goreng adalah kental sehingga viskositasnya lebih tinggi.
2.2.2.1 Mengukur Viskositas
Viskositas dihitung dengan beberapa tipe viskometer. Ada beberapa fluida yang kekentalannya
konstan terhadap laju geser (shear rate) contoh air dan ada juga yang tidak (contohnya air) konstan
atau disebut fluida non newtonian(contoh cat). Terdapat 4 metode untuk mengukur viskositas dapat dilihat
pada tabel 2.1
2.2.2.2 Satuan Viskositas
Simbol WPAC untuk Viskositas adalah η (eta) dan viskositas dinamik adalah µ (mu). Unit SI
untuk Viskositas dinamik adalah Pa.s (pascal second) yang identik dengan 1 kg.m-1.s-1. Jika suatu fluida
dengan satu pa.s ditempatkan antara 2 plat, dan satu plat ditekan menyamping dengan tegangan geser
sebesar 1 pascal, dia bergerak ke sebuah jarak yang sama dengan ketebalan dari lapisan antara plat di
dalam 1 detik. Nama fisik untuk viskositas dinamik adalah poise dan nama ilmuwan Jean Louis Marie
Poiseville. Satuan ini digunakan untuk standar ASTM sebagai centipoise (cp). Air mempunyai
kekentalan 1.0020 cp (pada 20 0C).

1 P = 1 g.cm-1.s-1

Hubungan antar poise dan pascal.second adalah :

10 P = 1 kg.m-1.s-1 = 1 Pa.s
1 cP = 0.001 Pa.s = 1 m Pa.s

Viskositas kinematik atau V mempunyai unit SI m2.s-1. Cgs untuk unit fisik viskositas kinematik

13
adalah stokes (disingkat s atau st), dari nama ilmuwan George Gabriel Stokes. Diekspresikan sebagai
centistokes (cS atau cSt).

1 stokes = 100 centistokes = 1 cm2.s-1 = 0.0001 m2.s-1 1


centistokes = 1 mm2/s

Konversi antara viskositas dinamik dan kinematik diberikan oleh vρ = η. Catatan : parameter
harus diberikan dalam unit SI tidak P, cP atau st.

Contoh : jika v = 1 st (=0.0001 m2.s-1) dan ρ = 1000 kg.m-3


maka η = vp = 0.1 kg.m-1.s-1 = 0.1 Pa.s

Kekentalan air : 8.90 x 10-4 pa.s atau 8.90 x 10-3 dyn.s/cm2 pada ±
25 0C

2.2.3 Surface tension


Surface tension (tegangan permukaan) banyak dialami dalam kehidupan sehari - hari tanpa
banyak yang manyadarinya. Dia memainkan peranan penting dalam prosedur pencucian dan
pembersihan seperti lubricant / pelumas pada otomotif. Satu alasan mengapa serangga water beetle tidak
tenggelam adalah karena ditahan oleh surface tension.
Tegangan permukaan diciptakan melalui tarik - menarik antar molekul dalam cairan. Molekul
interior ditarik dengan molekul setelahnya dengan tegangan yang sama, efeknya adalah molekul molekul
tadi ditarik ke semua sisi dengan gaya yang sama, sehingga gaya yang dihasilkan = 0.

Gambar 2.3 Tegangan Permukaan

Di lain sisi, jika sebuah molekul berada di permukaan suatu cairan, gaya tarik - menarik dan
interior tertuju pada satu arah, dimana sisi satunya tidak ada molekul. Hasilnya gaya tertuju pada satu arah
ke interior cairan.
Surface tension didefinisikan sebagai energi yang dibutuhkan untuk menambah permukaan
melalui nilai yang ditetapkan. Oleh karena itu, permukaan minimum sama dengan energi minimum.

2.2.3.1 Mengukur Tegangan Permukaan


Melalui gaya tarik - menarik antara molekul - molekul dalam cairan, gelembung udara (air
bubble) dalam adalah juga obyek ke gaya ini, contohnya gelembung yang terbentuk dalam sebuah cairan

14
ditekan oleh tegangan permukaan. Tekanan yang dihasilkan naik bersama dengan turunnya radiasi
gelembung. Tekanan yang naik ini, dalam perbandingan dengan bagian luar gelembung, dipakai untuk
mengatur tegangan permukaan. Udara dipompa melalui kapiler ke dalam cairan. Permukaan gelembung
yang tercipta kemudian menurunkan radius gelembung.

Gambar 2.4 Mengukur tegangan permukaan

Saat proses ini, tekanan naik ke tekanan maksimum. Disini gelembung mempunyai radius terkecilnya.
Radius ini sama dengan radius kapiler dan membentuk sebuah half sphere. Setelah melewati titik ini,
gelembung kemudian pecah dari kapiler. Sekarang gelembung baru terbentuk di kapiler. Saat proses
terjadi karakteristik tekanan dapat diukur dalam gelembung. Dari karakteristik tekanan ini, surface tension
dapat dikalkulasi. Alat ukur yang menggunakan metode ini dinamakan bubble pressure tensiometer
(gambar 2.5)

Gambar 2.5 Tensiometer

2.2.4 Konduktivitas
Konduk tivitas yang dimaksud dalam tinta adalah kondukt ivitas elektrik, yaitu ukuran dari
kemampuan suatu material untuk menghantarkan arus listrik. Ketika beda potensial listrik ditempatkan
bersilangan dengan sebuah konduktor, dia dapat bergerak mengisi arus, memberikan kenaikan
arus listrik.Konduktivitas σ didefinisikan sebagai perbandingan rapat arus dengan kuat medan listrik.
Konduktivitas adalah kebalikan dari resistivitas dan mempunyai unit SI yaitu siemens per meter
-1
(S.m ). Yaitu jika konduktansi antara permukaan berlawanan dari 1 meter kubik material adalah 1
siemens, maka konduktivitasnya adalah 1 siemens per meter.

Gambar 2.6 Conductivity meter

15
2.2.5 Ukuran Partikel
Ukuran partikel yang terlalu besar akan menyebabkan tersumbatnya nosel pada head printer.
Tiap-tiap tinta mengandung sebaran partikel dengan range ukuran yang bergantung dari produk dan pada
kondisi proses. Karena polidispersitasnya beberapa metode pengukuran ukuran parikel. Metode yang
sekarang digunakan misalnya : mikroskopi elektron, mikroskopi fotografis, laser, ultrasentrifugasi
(sedimentasi), titrasi sabun, dan penghamburan cahaya (light scattering). Tabel 2.4 mengilustrasikan
metode-metode pengukuran ukuran partikel.

Gambar 2.7 Tri-Laser Particle Size Analyzer Gambar 2.8 pH meter digital

2.2.6 Kadar Garam


Seperti telah disebutkan di atas, tinta mengandung garamgaraman , gas-gas terlarut, bahan-
bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam mempengaruhi sifat fisis
tinta(densitas, kompresibilitas, titik beku, temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa
tingkat tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh
secara signifikan oleh kadar garam/salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut
adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-g araman dalam gram pada
setiap kilogram tinta. Secara praktis, untuk mengukur salinitas adalah susah, oleh karena itu
penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida
(Cl). Kandungan klorida ditetapkan sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika
semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk
menentukan kandungan klorida.
Definisi salinitas ditinjau kembali ketika tekhnik untuk menentu kan salinitas dari pengukuran
konduktivitas, temperatur dan tekanan dikembangkan. Sejak tahun 1978, didefinisikan suatu satuan baru
yaitu Practical Salinity Scale (Skala Salinitas Praktis) dengan simbol S, sebagai rasio dari konduktivitas.
Salinitas praktis dari suatu sampel air ditetapkan sebagai rasio dari konduktivitas listrik (K) sampel air laut
pada temperatur 15oC dan tekanan satu standar atmosfer terhadap larutan kalium klorida (KCl). Beberapa
kimiawan menggunakan satuan "psu" dalam menuliskan harga salinitas, yang merupakan singkatan dari
"practical salinity unit". Karena salinitas praktis adalah rasio, maka sebenarnya ia tidak memiliki satuan,
jadi penggunaan satuan "psu" sebenarnya tidak mengandung makna apapun dan tidak diperlukan. Pada
kebanyakan peralatan yang ada saat ini, pengukuran harga salinitas dilakukan berdasarkan pada hasil
pengukuran konduktivitas.

16
2.2.7 Derajat Keasama n (pH)
pH adalah logari tma dari resiprosal dari konsentrasi ion hidrogen atau aktifitas ion hidrogen.
Hal ini berlaku hanya untuk sistem cairan dan mempunyai skala antara 0 (sangat asam) sampai 14 (sangat
basa) dengan titik netral 7. pH dapat diukur dengan kertas lakmus dan untuk hasil yang lebih akurat, dapat
diukur dengan pHmeter digital.

17
BAB III BAHAN PENYUSUN TINTA INKJET
WATERBASED
3.1 Pendahuluan
Masing-masing pabrikan tinta memiliki formula yang berbeda, namun pada dasarnya adalah
sama. Tabel 3.1 di bawah ini menjelaskan komponen-komponen tinta waterbased dan dijelaskan pula
komposisinya dalam prosen.

Komponen % berat
Solvent (Air) <95%
Co-solvent <20%
Humectant <20%
Pewarna (dye/pigmen) <10%
Dispersing Agent (pigmen based) <30%
Surfactant <10%
Buffer <10%
Aditif lainnya <20%
Tabel 3.1 Komponen Penyusun Tinta Inkjet

3.2 Air
Sebuah tinta membutuhkan bagian cair agar partikel pigmen, binder dan material padat lainnya
dapat mengalir. Cairan pada suatu cat disusun oleh solvent dan atau diluent. Solvent berasal dari kata
dissolve dan diluent berasal dari kata dilute. Keduanya adalah suatu cairan yang mempunyai kemampuan
untuk melarutkan (dissolve) suatu material. Keduanya juga dikenal sebagai thinner karena keduanya
memiliki kemampuan untuk mengencerkan suatu material ke kekentalan yang diinginkan.

3.3 Co-Solvent
Co-solvent artinya adalah solvent pendukung, yang terdiri dari bahan organik volatil yang larut
air/VOC. VOC (volatile organik compound) artinya kimia organik yang memiliki tekanan uap yang
cukup pada kondisi normal untuk menguap dan memasuki atmosfer. Material berbasi karbon seperti
aldehid, ketone, dan hidrokarbon adalah VOC. Co-solvent volatile dipakai bersama air untuk membantu
tinta menembus permukaan (contohnya kertas) lebih cepat dan memberi waktu pengeringan yang lebih
pendek. Co-solvent yang dipakai di tinta inkjet waterbased termasuk grup-grup alkohol, glycol, glycol
ether, dan lactam. Bahan-bahan kimia ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan pernafasan, dan dapat
menyebabkan alergi.

18
Grup Jenis Merk Dagang
methanol ,ethanol , isopropanol , butanol
Alkohol ,isobutanol ,sec-butanol ,t-butanol
pentanol ,hexanol

ethylene glycol, diethylene glycol,


Polyhidric alcohol/glycol triethylene glycol ,propylene glycol
dipropylene glycol, butylene glycol
hexanediol, pentanediol,glycerin

ethylene glycol monomethyl ether Methyl cellosolve, Cellosolve


Glycol ether ethylene glycol monoethyl ether Butyl cellosolve ,Methyl Carbitol, Butyl
diethylene glycol monomethyl ether carbitol
propylene glycol monomethyl ether
propylene glycol monobutyl ether

Formamide, N,N-dimethylformamide
Solvent larut air lainnya ,N,N-dimethylacetamide,
dimethylsulfoxide sulfolane
2-pyrrolidone, N-methyl-2-pyrrolidone, N-
vinyl-2-pyrrolidone2-oxazolidone ,1,3-
dimethyl-2-imidazolinidone,acetonitrile
aceton

Tabel 3.2 Co-solvent untuk tinta inkjet

3.4 Humectant
Fungsi humectant adalah menjaga kandungan air dalam tinta, sehingga tidak mengering dan
mengendap saat aplikasi di nozzle head printer. Beberapa co-solvent yang disebutkan sebelumnya
memerankan 2 peran sekaligus sebagai co-solvent dan humectant. Humectant ini adalah glycerine,
ethylene glycol, propylene glycol, atau diethylene glycol.

Merk Dagang
Jenis

Glycerin -
Diethylene glycol -
Ethylene glycol -
Propilen glicol -

Tabel 3.3 Humectant untuk tinta inkjet

3.5 Pewarna
Penyedia warna pada suatu tinta dapat menggunakan pigment dan dapat pula menggunakan
dye. Pigment adalah campuran kimia yang menyediakan warna dan tidak larut dalam air. Tinta pigment
based adalah sebuah dispersi dari pigment yang berukuran mikroskopis yang tertahan dalam suatu carrier /
media. Hal ini dapat digambarkan seperti suatu sungai yang menahan pasir, lumpur, dan material
lainnya. Sebaliknya, dye larut sepenuhnya dalam air dan menyatu langsung dengan material yang
disentuhnya.

19
Cyan/Blue C.1.Acid Blue : 1, 7, 9, 29, 87, 126, 234, 236, 249.
C.I.ReactiveBlue : 7, 14, 15, 18, 21, 25
C.1.Basic Blue : 3, 9, 24, 23
C.I. Direct Blue : 1, 2, 6, 8, 15, 22, 25, 71, 76, 78,
Magenta/Red C.1. Acid Red : 1, 8, 14, 18, 26, 32, 80, 87, 115,119, 131,133, 134, 254, 256
C.I. Reactive Red : 2, 6, 11, 23, 36
C.I. Basic Red : 1, 2, 9, 12, 13
C.I. Direct Red : 1, 2, 4, 9, 11, 13, 17, 20, 23, 24,28, 31, 33,37,39,44,47,48,51,62,63,75,79,80,81,83.89, 90,
94, 95,99, 220, 224, 227, 243

Yellow C.I. Acid Yellow : 2, 3, 17, 19, 23, 25, 61, 72,99
C.I. Reactive Yellow : 1, 2, 3, 13, 14, 15, 17
C.I. Basic Yellow : 11, 14, 21, 32
C.I. Direct Yellow : 1, 4, 8, 11, 12, 24, 26, 27, 28, 33, 39,44, 50, 58, 85, 36, 100, 110, 142, 144
Black C.I. Acid Black : 1, 2, 7, 24, 26, 48, 109,110, 119,131, 155
C.I. Direct Black : 2, 3, 7, 17, 19, 22, 32, 38, 51, 56, 62,71, 74, 75, 77, 105, 108, 112, 117, 154

Tabel 3.4 Dye untuk tinta inkjet

Cyan/Blue C.I. Pigment Blue 1, 2, 9, 10, 14, 15:1, 15:2, 15:3, 15:4,15:6, 15, 16, 18, 19, 24:1 ,25, 56, 60, 61, 62, 63, 64, 66.
Magenta/Red C. 1. Pigment Red 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 31, 32, 38, 48:1, 48:2, 48:3,
48:4, 49:1, 49:2, 49:3, 50:1, 51, 52:1, 52:2, 53:1, 57:1, 60:1, 63:1, 66, 67, 68, 81, 95, 112, 114, 119, 122, 136, 144, 146, 147, 148, 149,
150, 151, 164, 166, 168, 169, 170, 171, 172, 175, 176, 177, 178, 179, 181, 184, 185, 187, 188, 190, 192, 194, 200, 202, 204, 206, 207,
210, 211, 212, 213, 214, 216, 220, 222, 237, 238, 239, 240, 242, 243, 245, 247, 248, 251, 252, 253, 254, 255, 256, 258, 261, 264.
Yellow C. I. Pigment Yellow 1, 2, 3, 5, 6, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 62,65, 73, 74, 75, 81, 83, 87, 90, 93, 94, 95, 97, 98, 99,
100, 101, 104, 106, 108, 109, 110, 111, 113, 114, 116, 117, 120, 121, 123, 124, 126, 127, 128, 129, 130, 133, 136, 138, 139, 147, 148,
150, 151, 152, 153, 154, 155, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 187,
188, 190, 191, 192, 193, 194.
Black 1. Mitsubishi Chemical Corporation , No . 2 3 0 0 , No .900, MCF 8 8 , No . 3 3 , No . 4 0 , No . 4 5 , No
. 5 2 , MA 7, MA 8, MA 1 0 0 dan No . 2 2 0 0 B .
2.Columbian Carbon Co . , Ltd . , contoh ; Raven TM 5750, Raven TM 5 2 5 0 , Raven TM 5 0 0 0 ,
Raven TM 3500, Raven TM 1 2 5 5 dan Raven TM 7 0 0 ;
3. Dll

Tabel 3.5 Pigmen untuk tinta inkjet

3.6 Dispersing dan Wetting Agent


Aditif ini digunakan untuk sistem tinta pigment based. Pigmen yang disimpan dalam waktu lama
dalam keadaan padat, biasanya akan menggumpal atau melekat antara partikel satu dengan partikel
lain. Untuk mengatasi hal ini partikel-partikel pigmen harus dibasahi (dengan wetting agent) agar
menyebar rata pada saat penggilingan. Setelah pigment selesai didispersikan campuran ini harus
distabilkan agar pigmen tidak kembali menggumpal. Pada tahap stabilisasi ini diperlukan aditif yang
dinamakan dispersing agent.
3.7 Surfactant
Surfactant bertanggung jawab untuk mengatur tegangan permukaan dari tinta. Surface tension
yang cocok akan memastikan penyemburan tinta yang halus melalui nozzle head printer dan membantu
tinta untuk merasuk ke permukaan media.

20
Anionik - sodium dodecylsulfate
- sodium dodecyloxysulfonate

Kationik - cetylpyridinium choride


- trimethylcetylammonium chloride
- tetrabutylammonium chloride

Nonionik - polyoxyethylene nonylphenyl ether


- polyoxyethylene naphtyl ether
- polyoxyethylene octylphenyl ether

Tabel 3.6 Surfactant untuk tinta inkjet

3.8 Buffer
Fungsi dari buffer adalah menjaga pH dari tinta. Buffer basa digunakan dalam tinta inkjet
termasuk amonia dan triethanolamine. Buffer asam yang digunakan untuk inkjet termasuk phosporic
acid, sulfuric dan acetic acid. pH dari tinta biasanya berkisar anatara 7 sampai 10 (netral ke basa lemah).

3.9 Aditif-Aditif lain


3.9.1Biocide
Karena tinta yang dibuat berbasis air, maka jamur akan mudah sekali tumbuh, untuk itu
diperlukan zat yang dapat mencegah dan menekan pertumbuhan jamur dan bakteri baik didalam
kemasannya atau cartridge.

Jenis
sodium benzoate
pentachlorophenol sodium
pyridinethiol-1-oxide sodium
sodium sorbate
sodium dehydroacetate
1,2 dibenzothiazoline-3-one.
Tabel 3.7 Biocide untuk tinta inkjet

3.9.2 Pengatur kekentalan


Adalah bahan tambahan yang kadang diperlukan untuk mengatur kekentalan suatu tinta sehingga
pembentukan bubble

Solvent larut air - Diethylene glycol


- Glycerine
- Propylene glycol
Cellulose - Carboxy methyl cellulose
- Hidroxyethylcellulose
Polimer larut air - Polyvinyl alcohol
- Polyvinyl pyrrolidone

Tabel 3.8 Pengatur kekentalan untuk tinta inkjet

21
BAB IV AIR
4.1 Pendahuluan
Tinta merupakan campuran dari 50-90% air dan 10-50% material lainnya seperti partikel pigmen,
garam, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Air adalah komponen utama
tinta dimana komponen lainnya bergantung. Garam-garam endapan dari air akan dapat menyumbat
nozzle dan air yang mengandung bakteri/jamur akan membuat umur penyimpanan tinta lebih pendek.
Jadi untuk membangun sistem yang stabil, diperlukan air semurni mungkin.
4.2 Air De-ion
Air de-ion atau deionized water atau air suling adalah air yang kekurangan ion seperti kation-
kation dari sodium, kalsium, besi, tembaga, dan anion-anion seperti klorida dan bromida. Artinya air
telah dimurnikan dari ion-ion lain kecuali H3O- dan OH- . Tipe air ini diproduksi dengan proses ion-
exchange.
Kekurangan ion menyebabkan resisitivitas air meningkat. Air deion ultrapure dapat memiliki resistivitas
teoritis maksimal diatas 18,31 MΩ·cm, dibandingkan dengan air biasa/air pam yang memiliki resistivitas
sekitar 15 MΩ·cm.

Gambar 4.1 Molekul air

Air murni jika dibandingkan dengan cairan lain (dengan komposisi yang sama), memiliki sifat
yang khas dan luar biasa. Hal ini merupakan hasil dari struktur molekul air (H2O), dimana atom-atom
hidrogen yang membawa 1 muatan atom positif dan oksigen yang membawa 2 muatan atom negatif
membentuk sebuah molekul sedemikian rupa dimana muatan-muatan atom tersebut tidak ternetralisir
karena sudut yang terbentuk antara dua atom hidrogen hanya sebesar 105o (kondisi netral akan terbentuk
jika sudut yang terbentuk adalah 180o). Akibatnya, air murni memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Molekul air merupakan dipol elektrik, yang membentuk suatu kumpulan molekul (polimer) dengan
rata-rata 6 molekul pada temperatur 20oC. Oleh karena itu air bereaksi lebih lambat (untuk berubah)
daripada molekul-molekul individunya.
2. Air memiliki daya pisah yang luar biasa besar, akibatnya material terlarut akan memperbesar daya
hantar listrik air. Air murni memiliki daya hantar listrik yang relatif rendah, tetapi air laut memiliki daya
hantar antara air murni dan tembaga. Pada temperatur 20oC, daya hambat (resistensi) air laut 1,3 kilometer
(dengan kandungan garam 3,5%) sebanding dengan air murni 1 milimeter.
3. Sudut 105o dekat dengan sudut tetrahedron, yaitu struktur dengan 4 lengan yang keluardari atom pusat
dengan sudut seragam (sebesar 109o28') . Akibatnya, atom oksigen di dalam air berusaha untuk
mendapatkan 4 atom hidrogen dalam suatu susunan tetrahedral. Ini disebut sebagai ikatan hidrogen
(hydrogen bond) yang membutuhkan energi ikat 10 hingga 100 kali lebih kecil daripada ikatan-ikatan
molekul sehingga air bersifat lebih fleksibel dalam reaksinya merubah kondisi-kondisi kimiawi.
4. Tetrahedron memiliki sifat dasar jaringan yang lebih lebar dibanding susunan kumpulan molekuler
yang terdekat. Mereka membentuk kumpulan satu, dua, empat dan delapan molekul. Pada temperatur
tinggi kumpulan molekul satu dan dua lebih dominan; sementara itu dengan turunnya temperatur, cluster

22
yang lebih besarlah yang akan dominan. Cluster yang lebih besar mengisi ruang yang lebih kecil daripada
jumlah molekul yang sama dengan cluster yang lebih kecil. Akibatnya, kerapatan (densitas) air
mencapai nilai maksimumnya pada temperatur 4oC.
Tabel 4.1 Data teknis air

Umum

Nama Sistematik Air AquaHydrogen oxideHydrogen hydroxideHydrate


Nama lain Oxidane,Hydric acid,Dihydrogen monoxide,Hydrohydroxic acid,μ-Oxido dihydrogen
Molecular formula HOH or H2O
Massa molar 18.01524 g·mol−1
Tampilan Transparan, tak berwarna
Nomor CAS [7732-18-5]
Properti

Densitas dan fase 1000 kg·m−3, cair (4 °C)917 kg·m−3, solid


Titik leleh 0 °C, 32 °F (273.15 K)[2]
Titik didih 100 °C, 212 °F (373.15 K) [2]
Keasaman (pKa) 15.74
Kebasaan(pKb) 15.74
Viskositas 0.001 Pa·s at 20 °C
Surface Tension pada 20 °C 7.28 N·m−1
Struktur

Bentuk molekul non-linear bent


Struktur kristal Hexagonal
Solvent yang berhubungan acetone methanol
Data diberikan pada kondisi 250C pada 100 kPa

23
BAB V PEWARNA

5.1 Pendahuluan

Penyedia warna pada suatu tinta dapat menggunakan pigment dan dapat pula menggunakan
dye. Pigment adalah campuran kimia yang menyediakan warna dan tidak larut dalam air. Tinta pigment
based adalah sebuah dispersi dari pigment yang berukuran mikroskopis yang tertahan dalam suatu
carrier/media. Hal ini dapat digambarkan seperti sungai yang menahan pasir, lumpur, dan material lainnya.
Sebaliknya, dye larut sepenuhnya dalam air dan menyatu langsung dengan material yang disentuhnya.
Semua pewarna dapat diklasifikasikan menjadi dua kriteria yaitu: (1) alami atau sintetis, dan
(2) organik atau non organik. Arti kata natural berarti molekul pewarna diekstrak dari suatu mineral,
tumbuhan, atau binatang yang terjadi atau ada di alam, dan hanya dimodifikasi dengan cara digiling,
dicuci, disaring atau dipanaskan. Arti kata sintetis berarti molekul pigmen didapat atau diolah dengan cara
kimia atau proses kimia. Pewarna alami sudah banyak diganti dengan pigmen sintetis yang lebih superior
dalam kekuatan dan variasi warnanya.
Arti kata non organik berarti pewarna tersebut adalah suatu mineral atau campuran mineral,
seperti oxide, sulfide, metal atau earth. Organik artinya bahwa pewarna tersebut adalah molekul karbon
dikombinasi dengan hidrogen, nitrogen atau oksigen. Dua kriteria tersebut dapat dikombinasikan untuk
mendefinisikan kategori 4 pigmen, yaitu non organik sintetis, non organik alami, organik sintetis dan
organik alami. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1.Pewarna non organik alami adalah :


Pewarna logam atau batuan yang diekstrak dari bahan tambang / mineral.

2.Pewarna non organik sintetis adalah :


Pewarna logam atau batuan yang dibuat dengan mengkombinasikan bahan kimia dengan
logam atau batuan mineral melalui proses kimia.
3.Pewarna organik alami adalah :
Pewarna yang dibuat dari ekstrak dari tumbuhan atau binatang.
4.Pewarna organik sintetis adalah :
Pewarna berbasis karbon, seringkali dibuat dari turunan minyak bumi melalui proses kimia
yang menyerupai sifat kimiawi dari pewarna hewan atau tumbuhan.

Hampir seluruh pewarna di dunia industri adalah sintetik. Dengan beberapa pengecualian,
pewarna alami non organik sudah lama tak digunakan, pada dasarnya karena sulit dan mahal untuk
diekstrak dan tidak menghasilkan warna yang bagus. Banyak pigmen non-organik masih digali dari
bumi kemudian dipecah-pecah, digiling, dicuci dan diklasifikasi ke berbagai ukuran. Kebanyakan,
pigmen-pigmen tersebut mempunyai ekivalen sintetisnya, nampak sama secara kimia, namun
mempunyai fitur yang berbeda.

24
DYE PIGMEN

Biasanya organik Non-organik atau organik


Sebagai solusi pada aplikasinya Sebagai dispersi pada aplikasinya
Mewarnai dengan absorbsi Mewarnai dengan absorbsi dan scattering
(penghamburan)
Tekstil, kertas, rambut, makanan Cat, plastik, kosmetik, tinta

Tabel 5.1 Dye vs Pigment

5.2 Index Warna


PIGMEN
Untuk memudahkan aplikasi semua pigmendiklasifikasikan secara internasional ke dalam satu
standar klasifikasi yang dinamakan Colour Index International. Colour
Index International adalah database referensi yang diatur oleh Society of Dyers and Colourist
(Inggris/Eropa) dan American Association of chemist and Colorist (AS). Pertama kali dicetak pada
tahun 1925. Klasifikasi ini banyak dipakai oleh : industri tekstil, pabrikan cat dan tinta, artis/seniman,
pabrik dye dan pigment, pelajar, peneliti, dan lainnnya.

Tahun Isi
1924 Edisi pertama
1956 Edisi kedua
1971 Edisi ketiga
1982 Pigment dan dye solvent
1998 Pigment dan dye solvent (CD-ROM)
Tabel 5.2 Colour Index terbitan Society of Dyers and Colourist Tahun Isi

Klasifikasi ini meliputi sumber, struktur, warna, aplikasi, substrat, fastness, pabrikan, sintesa,
bentuk fisik, tanggal penemuan, toxicity, dan harga.

Gambar 5.1 Nama generik suatu pewarna

CI Vat Blue 1 (7300) atau biasanya di pasaran disebut dengan CI VB 1, huruf VB


dalam colour index adalah susunan 2 huruf dimana huruf pertama mewakili kategori aplikasi
yaitu :
A : Acid dye
B : Basic dye
P : Pigment
F : Food Pigment
L : Lake
N : Natural pigment
V : Vat pigment

25
dan huruf kedua menunjukkan warna/hue, yaitu :

B : blue
Bk/Bl : black
Br : brown
G : green
M : metal
O : orange
R : red
Y : yellow

Nomor identifikasi mewakili variasi/peningkatan properti dari suatu pewarna dari kelas kimia
yang sama. Contohnya CI Pigment Yellow 1, 3, 73, 74, 97, dan 111. Adalah pigmen kuning dari grup
arylamide, namun nomor 74 memiliki ketahanan terhadap cahaya yang paling baik.
Lima digit angka dibelakang dalam kurung (nomor konstitusi) menunjukan kelas kimia dari
pewarna dimulai dari angka 10000-10299 untuk grup nitroso sampai 77000-77999 untuk pigmen non
organik.
Untuk lebih jelasnya, pembagian kategori pigmen akan dijelaskan pada bab 5.3.1 dan 5.3.2.
5.3.1 Kategori aplikasi
1. Acid dye
Dye larut air anionik yang diaplikasikan ke serat seperti fiber seperti sutra, wool, nilon, dan
serat akrilik dalam bath netral ke asam. Setidaknya secara parsial terbentuk garam antara grup
anionik dalam dye dan grup kationik dalam serat. Grup ini mengandung compund azo,
anthraquinone, dan triarymethane.
2. Basic dye
Dye larut air kationik yang diaplikasikan ke serat seperti fiber seperti sutra, wool, katun, dan serat akrilik.
Dye basa ini juga digunakan untuk pewarnaan kertas. Grup ini adalah diarylmethane, triarylmethane,
anthraquinone, dan azo.

3. Direct dye
Dyeing dengan menggunakan direct dye dilakukan dalam bath yang netral atau sedikit alkali, atau
mendekati mendidih, dengan penambahan Sodium Klorida atau Sodium Sulfat. Dye ini diaplikasikan ke
katun, kertas, kulit, sutra dan nilon. Direct dye mengandung multi azo, phtalocyanine, stilbene, dan
oxazine.
4. Mordant dye
Dye ini memerlukan mordant (fiksatif) untuk aplikasinya. Ini meningkatkan fastness dye pada serat.
Pemilihan mordant sangat penting karena mordant dapat mempengarhi warna. Kebanyakan dye natural
adalah dye mordant.
5. Vat dye
Dye ini tidak larut dalam air dan tidak bisa mewarnai serat secara langsung.Namun, reduksi pada
larutan alkali memproduksi garam logam alkali larut air dye ini. Pada larutan ini, dye mempunyai gaya
tarik terhadap serat tekstil. Oksidasi mengembalikan bentuk dye ke aslinya yaitu tak larut air. Grup dye ini
mengandung anthraquinone dan indigo.

26
6. Reactive dye
Pertama kali muncul pada 1956 dan dipakai untuk mewarnai sera selulose. Dye ini mengandung grup
reaktif, yaitu ketika diaplikasikan ke fiber dalam bath alkali lemah, membentuk ikatan kimia dengan serat.
Dye reaktif dapat juga digunakan untuk mewarnai wool dan nilon, dalam kasus ini bath dalam kondisi
asam lemah. Metal complex azo, anthraquinone, dan phtalocyanine adalah dye reaktif.
7. Disperse dye
Awalnya dikembangkan untuk mewarnai cellulose acetate. Mereka secara substansial adalah tak larut air.
Dyes tersedia dalam bentuk dispersi dengan keberadaan dispersing agent (pasta), dan hasil spray
dried (serbuk). Disperse dyemengandung sedikit compound azo atau nitro, metal complex, dan
anthraquinone.
8. Azoic dye
Teknik dyeing dimana didalamnya sebuah dye azo tak larut dibuat secara langsung kedalam serat. Ini
didapat dengan men treatmen serat dengan komponen diazo dan coupling agent. Dengan penyesuaian
kondisi bath, dua komponen bereaksi dan memproduksi dye azo yang tak larut.
9. Food Dye
Food dye termasuk sub kelas acid dye. Dye ini dapat diaplikasikan pada wool, sutra, dan kadangkala
nilon. Berikut beberapa food dye yang ada di pasaran.
10. Pigmen
Pewarna yang tak larut pada air/carriernya. Pigmen dapat berupa non-organik dan organik.
11. Lake
Dye organik yang diendapkan sebagai pigmen tak larut dalam keberadaan substrat lemah
contohnya alumina. Sehingga memberikan pewarna dan substrat.
12. Toner
Dye organik yang diendapkan sebagai garam logam tak larut contohnya barium atau kalsium atau dye
kationik yang diendapkan dengan asam non organik kompleks seperti phospho-tungstomolybdic acid.
5.3.2 Kategori kelas kimia
Kategori ini membagi pigmen berdasarkan kelas kimianya, tabel 5.3 menunjukan kelas
kimia dari pewarna dimulai dari angka 10000-10299 untuk grup nitroso sampai 77000-77999 untuk
pigmen non organik. Gambar 5.2 menunjukkan beberapa strukutur dasar suatu pewarna.
Nomor Konstitusi Grup
10000-10299 Nitroso
10300-10999 Nitro
11000-19999 Monoazo
20000-29999 Disazo
40000-40799 Stilbene
41000-41999 Diphenylmethane
42000-44999 Triarylmethane
45000-45999 Xanthene
46000-46999 Acridine
47000-47999 Quinoline
48000-48999 Methine
49000-49399 Thiazole
49400-49699 Indamine
47000-49999 Indophenol
50000-50999 Azine
Tabel 5.3 Kelas Kimia

27
51000-51999 Oxazine
52000-52999 Thiazine
58000-72999 Anthraquinone
73000-73999 Indigoid
74000-74999 Phtalocyanine
77000-77999 Pigmen non organik
Tabel 5.3 Lanjutan

Gambar 5.2 Contoh kelas kimia suatu pewarna

5.3 Pewarna Organik


Pewarna organik ada dapat larut pada carriernya (dye) dan ada juga yang tak dapat larut pada
carriernya (pigmen). Seperti dijelaskan pada tabel 5.3, kelas kimia pewarna organik menempati kelas
10000 sampai 74999, pigmen non-organik menempati kelas 77000-77999. P ada gambar 5.3 ditunjukkan
struktur kimia pewarna organik jenis acid dye warna kuning (azo dye CI Acid Yellow 36) dan pada
gambar 5.4 ditunjukkan struktur kimia pewarna organik jenis pigmen warna kuning (arylide CI Pigment
Yellow 65).

Gambar 5.3 CI Acid Yellow 36 Gambar 5.4 CI Pigment Yellow 65

5.4 Pewarna Non-Organik


Pewarna non-organik tidak ada yang dapat larut pada carriernya, oleh karena itu pewarna non-
organik semuanya masuk kategori pigmen. Hampir semua pigmen non-organik yang digunakan dalam
dunia industri adalah sintetik. Pigmen non-organik digali dari dalam tanah, digiling, dicuci, dan di
grading ke berbagai ukuran. Pigmen non-organik tidak digunakan pada tinta inkjet kecuali carbon black,
pigmen ini banyak digunakan untuk aplikasi cat. Tabel 5.5 menunjukkan perbandingan antara pigmen
organik dan non-organik, nama pigmen non-organik dan warnanya dapat dilihat pada tabel 5.6.

28
5.5 Pewarna Dalam Tinta Inkjet
Pewarna dalam tinta inkjet dapat sebagai dye dan dapat pula sebagai pigmen. Dalam hal properti
tinta, tinta inkjet dye-based mempunyai kroma warna yang lebih baik dari pigmen based, namun dalam hal
ketahanan terhadap air dan cahaya, tinta inkjet pigment-based lebih baik. Pada bab ini akan dijelaskan
dye-dye dan pigmen-pigmen apa saja yang dapat digunakan dalam komposisis tinta inkjet. Tentunya
proses pembuatnnya memerlukan perlakuan yang berbeda, proses ini akan dijelaskan pada bab
selanjutnya.

5.5.1 Pigment Cyan


C.I. Pigment Blue 1, 2, 9, 10, 14, 15:1, 15:2, 15:3, 15:4, 15:6, 15,
16, 18, 19, 24:1 ,25, 56, 60, 61, 62, 63, 64, 66.

5.5.2 Dye Cyan


C.1. Acid Blue : 1, 7, 9, 29, 87, 126,
234, 236, 249
C.I. Reactive Blue : 7, 14, 15, 18, 21, 25
C.1. Basic Blue : 3, 9, 24, 23
C.I. Direct Blue : 1, 2, 6, 8, 15, 22, 25, 71, 76, 78,
80, 86, 87 ,90, 98, 106, 108, 120, 123, 163, 165, 192, 193,194,
195, 196, 199, 200, 201, 202, 203, 207, 236, 237

29
5.5.3 Pigment Magenta
C. 1. Pigment Red 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 31, 32,
38, 48:1, 48:2, 48:3, 48:4, 49:1, 49:2, 49:3, 50:1, 51, 52:1, 52:2, 53:1, 57:1, 60:1, 63:1, 66, 67,
68, 81, 95, 112, 114, 119, 122, 136, 144, 146, 147, 148, 149, 150, 151, 164, 166, 168, 169,
170, 171, 172, 175, 176, 177, 178, 179, 181, 184, 185, 187, 188, 190, 192, 194, 200, 202, 204,
206, 207, 210, 211,212, 213, 214, 216, 220, 222, 237, 238, 239, 240, 242, 243, 245, 247, 248,
251, 252, 253, 254, 255, 256, 258, 261, 264.

5.5.4 Dye Magenta


C.1. Acid Red : 1, 8, 14, 18, 26, 32, 80, 87, 115,119, 131,133, 134, 254, 256
C.I. Reactive Red : 2, 6, 11, 23, 36
C.I. Basic Red : 1, 2, 9, 12, 13
C.I. Direct Red : 1, 2, 4, 9, 11, 13, 17, 20, 23, 24,28, 31, 33,37,39,44,47,48,51,62,
63,75,79,80,81,83.89, 90, 94, 95, 99, 220, 224, 227, 243

5.5.5 Pigment Yellow


C. I. Pigment Yellow 1, 2, 3, 5, 6, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 62, 65, 73, 74, 75, 81, 83, 87, 90, 93, 94, 95, 97,
98, 99, 100, 101, 104, 106, 108, 109, 110, 111, 113, 114, 116, 117, 120, 121, 123, 124, 126, 127, 128, 129,
130, 133, 136, 138, 139, 147, 148, 150, 151, 152, 153, 154, 155, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 172,
173, 174, 175, 176, 177, 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 187, 188, 190, 191, 192, 193, 194.

5.5.6 Dye Yellow


C.I. Acid Yellow : 2, 3, 17, 19, 23, 25,61, 72,99
C.I. Reactive Yellow : 1, 2, 3, 13, 14, 15, 17
C.I. Basic Yellow : 11, 14, 21, 32
C.I. Direct Yellow : 1, 4, 8, 11, 12, 24, 26, 27, 28, 33, 39,44, 50, 58, 85, 36, 100, 110, 142, 144

5.5.7 Pigment Black


1. Mitsubishi Chemical Corporation , No . 2 3 0 0 , No . 9 0 0 ,
MCF 88, No. 33, No. 40, No. 45, No. 5 2 , MA 7, MA 8,
MA 100 dan No. 2200 B.
2. Columbian Carbon Co . , Ltd . , contoh ; Raven TM 5 7 5 0 ,
Raven TM 5250, Raven TM 5 0 0 0 , Raven TM 3 5 0 0 , Raven
TM 1255 dan Raven TM 700;

3. Dll

5.5.8 Dye Black


C.I. Acid Black : 1, 2, 7, 24, 26, 48, 109, 110, 119,131, 155
C.I. Direct Black : 2, 3, 7, 17, 19, 22, 32, 38, 51, 56, 62,71, 74, 75, 77, 105, 108, 112, 117, 154

30
BAB VI CO-SOLVENT

6.1 Pendahuluan
Pada tinta inkjet waterbased, solvent utamanya adalah air dengan komposisi 50-90% dari total
berat tinta, namun untuk menambah properti tinta seperti karakterisitik pengeringan dan sebagai
penetrating agent/penetrant, diperlukan solvent pembantu atau co-solvent. Co-solvent dalam tinta inkjet ini
adalah bahan organik volatil (VOC) yang larut air, komposisi co-solvent mengambil 10-40% dari total
berat tinta.
Solvent yang paling banyak digunakan adalah solvent kimia organik (mengandung karbon). Ini
dinamakan solvent organik. Solvent biasanya mempunyai titik didih yang rendah dan mudah menguap,
atau mudah dihilangkan dengan distilasi, sehingga meninggalkan substansi yang dilarutkan.
Karenanya kemudian muncul istilah VOC (volatile organik compound) yang artinya kimia organik yang
memiliki tekanan uap yang cukup pada kondisi normal untuk menguap dan memasuki atmosfer. Material
berbasi karbon seperti aldehid, ketone, dan hidrokarbon adalah VOC.
Solvent harus tidak bereaksi kimia dengan material yang dilarutkan. Solvent biasanya adalah
bening dan cairan takberwarna dan kebanyakan mempunyai bau yang khas. Konsentrasi dari sebuah
larutan adalah jumlah material yang dilarutkan dalam volume tertentu suatu solvent. Solubility (tingkat
kelarutan adalah) jumlah maksimal suatu material yang larut pada volume tertentu suatu solvent pada
temperatur tertentu.
6.2 Klasifikasi solvent
6.2.1 Bahan Dasar
Secara garis besar solvent dibagi menjadi dua bagian yaitu solvent hidrokarbon dan solvent
oxygenated. Solvent oxygenated juga disebut sebagai ”solvent kimia”, sebuah istilah
karena solvent hidrokarbon dibuat hanya dari turunan minyak bumi, dan solvent oxygenated
dibuat dari sintesa kimia. Solvent hidrokarbon hanya mengandung karbon dan hidrogen. Material lain
seperti sulfur dan logam berat, yang mungkin ada pada raw material dari solvent dikurangi sampai
bagian perjuta (ppm) atau kurang saat fabrikasi. Terdapat empat kombinasi solvent hidrokarbon komersial,
sendiri, atau kombinasi,
yaitu :
a. hidrokarbon rantai lurus tersaturasi, disebut sebagai parafin linier/normal (-n)
b. hidrokarbon rantai bercabang (branched) tersaturasi, disebut isoparrafin
c. hidrokarbon siklik tersaturasi, disebut naftena atau cycloparaffin
d. hidrokarbon siklik tak-tersaturasi, disebut aromatik. Contoh dari tipe-tipenya dapat dilihat pada tabel 6.1

Tipe Solvent Kandungan


Straight run Paraffin linier SBP (special boiling point) naphta
petroleum fraction Parafin bercabang,Naphtena,Aromatik White Spirit
Dearomatized Paraffin linier Exxsol D (Exxon Chemical
petroleum Parafin bercabang Shellsol D (Shell Chemical)
fraction Naphtena Aromatik 1% Isopar (Exxon Chemical)
Isoparaffinic Isoparaffin Shellsol T (Shell Chemical)
fraction Naphtena 5% Toluene, Xylene Solvesso (Exxon Chemical),
Aromatic Fraction Aromatik 99% Cyclohexane
Naphtenic fraction Naphtena 95% Methyl cyclohexane,Nappar (Exxon Chemical)

Tabel 6.1 Solvent hidrokarbon komersial

31
Oxygenated solvent mengandung oksigen sebagai tambahan dari karbon dan hidrogen.
Banyak tipe dari oxygenated solvent yang dipakai dalam cat, tipe - tipe yang utama adalah keton, ester
alkohol, glikol eter, glikol eter asetat. Ini diilustrasikan pada tabel 6.2.
Properti oxygenated solvent bervariasi sesuai dengan klasifikasinya. Keton, akan melarutkan
resin vinyl, alkohol tidak. Struktur kimia dari solvent juga mempengaruhi properti fisiknya. Alkohol, yang
adalah ikatan hidrogen kuat, mempunyai tekanan uap lebih dari tipe - tipe oksigenated yang lain dengan
titik didih yang sama. Methyl ethyl keton dan isopropil alkohol adalah contohnya. Keduanya
mempunyai titik didih antara 79o C sampai 82o C. Laju evaporasi dari keton adalah dua kali dari alkohol.

Tipe Formula Contoh Merk


solvent Dagang
Keton methyl ethyl
ketone

Ester n-butyl
acetate

Alkohol isopropyl
alcohol

Glikol ethylene Butyl


eter glycol cellosolve
monobutyl
ether
Glikol propylene Dowanol
eter glycol PMA
acetate monomethyl
ether acetate

Tabel 6.2 Solvent oxygenated

6.2.2 Polaritas
Kriteria kedua adalah “serupa melarutkan serupa”. Bahan polar kuat seperti garam meja atau gula
hanya akan larut di solvent yang sangat polar, seperti air. Dimana bahan yang sangat tidak polar seperti
lilin atau minyak hanya akan larut pada solvent yang sangat tidak polar seperti heksana. Sama dengan
reaktannya, sesama solvent yaitu air dan heksana juga tidak saling larut satu sama lain. Terdapat 3
pengukuran untuk polaritas suatu solvent yaitu :

1. Momen Dipole
2. Konstanta Dielektrik
3. Kelarutannya dengan air

Molekul dengan momen dipole yang besar dan konstanta dielektrik yang tinggi disebut polar.
Mereka yang mempunyai momen dipole dengan konstanta dielektrik rendah diklasifikasikan sebagai non-
polar. Pada dasar operasionalnya, solvent yang larut air adalah polar, dan yang tidak larut adalah non polar.

32
Para kimiawan telah mengklasifikasikan solvent ke dalam tiga kategori menurut
polaritasnya, yaitu :
1. Polar Protik
2. Dipolar Protik
3. Non Polar

6.2.2.1 Polar Protik


Dimulai dari kata sifat protik, pada konteks yang digunakan disini, protik adalah atom
hidrogen yang diikatkan ke sebuah atom elektronegatif. Untuk tujuan ini, atom elektronegatif adalah
oksigen. Dengan kata lain, solvent polar protik adalah bahan yang dapat direpresentasikan dengan
formula umum ROH. Polaritas dari solvent polar protik dimulai dari ikatan dipole dari ikatan O—H.
Perbedaan besar pada elektronegativitas dari atom oksigen dan atom hidrogen, dikombinasi dengan
hidrogen atom yang berukuran kecil, menjamin memisahnya molekul yang mengandung grup O—H
dari bahan polar yang aslinya tidak. Contoh dari solvent polar protik adalah : air (HOH), methanol
(CH3OH), dan acetic acid (CH3CO2H)
6.2.2.2 Dipolar Aprotik
Kata kunci di kategori ini adalah aprotik, pada konteks yang dignakan disini, aprotik menjelaskan
sebuah molekul yang tidak mengandung sebuah ikatan O—H. Solvent pada kelas ini semuanya
mengandung sebuah ikatan yang mempunyai sebuah ikatan dipole yang besar. Ikatan ini adalah ikatan
jamak antara karbon dengan oksigen atau nitrogen. Hampir semua solvent dipolar aprotik mempunyai
sebuah ikatan ganda C—O. Contohnya adalah acetone [(CH3)2C=O] dan ethyl acetate (CH3CO2CH2CH3).

6.2.2.3 Non-Polar
Solvent non polar adala bahan yang mempunyai konstantadielektrik rendah dan tidak larut air.
Contohnya adalah benzene(C6H6), carbon tetrachloride (CCl4), dan diethyl ether(CH3CH2OCH2CH3).

6.3 Co-Solvent Pada Tinta Inkjet


6.3.1 Alkohol

Gambar 6.1 Grup fungsional molekul alkohol

Dalam kimia, alkohol (diterjemahkan dari bahasa arab alkohol) adalah suatu compound/bahan
organik dimana sebuah grup hiroksil (-OH) diikatkan pada atom karbon dari sebuah grup alkyl atau grup
alkyl tersubstitusi. Formula umum untuk sebuah alkohol asiklik sederhana adalah CnH2n+1OH. Grup
hidroksil secara umum membuat molekul alkohol polar. Grup-grup tersebut dapat membentuk ikatan
hidrogen dari satu ke lainnya dan ke compound lain. Ikatan hidrogen artinya alkohol dapat digunakan
sebagai solvent protik. Dua tren kelarutan alkohol adalah : kecenderungan OH polar untuk membuatnya
larut air , dan rantai karbon untuk menahannya.

33
Gambar 6.2 Struktur alkohol

Methanol, ethanol, propanol, adalah larut air karena grup hidroksil lebih kuat dari rantai karbon
pendek. Butanol, dengan 4 karbon atom, sedikit larut dalam air karena keseimbangan grup hidroksil dan
rantai karbon. Alkohol yang mempunyai lima atau lebih rantai karbon (pentanol dan selebihnya) adalalah
tak larut air karena dominasi rantai hidrokarbon.

6.3.2 Glykol

Gambar 6.3 Ethylene Glycol

Glikol atau diol adalah bahan kimia yang mengandung dua grup hidroksil (grup -OH). Diol
vicinal mempunyai grup hidroksil yang dirangkaikan ke atom sebelahnya. Contoh dari diol vicinal adalah
ethylene glycol dan propylene glycol. Diol geminal mempunyai grup hidroksil terikat pada atom yang
sama contohnya carbonic acid. 1, 4-butanediol dan bisphenol-A adalah contoh dari glikol yang grup
hidroksi fungsionalnya terpisah lebih jauh.

6.3.3 Glycol Ether


Glikol ether adalah grup dari solvent yang berbasis alkyl
ether dari ethylene glycol, juga dikenal dengan cellosolve. Solvent ini mempunyai titik didih yang tinggi.
Glikol ether yang asli adalah ethyl cellosolve. Glycol ether juga dapat diturunkan dari ethylene glycol.
Glikol ether meliputi :

∀ Ethylene glycol monomethyl ether (2-methoxyethanol,CH3OCH2CH2OH)


∀ Ethylene glycol monoethyl ether (2-ethoxyethanol, CH3CH2OCH2CH2OH)
∀ Ethylene glycol monopropyl ether (2-propoxyethanol, CH3CH2CH2OCH2CH2OH)
∀ Ethylene glycol monoisopropyl ether (2-isopropoxyethanol, (CH3)2CHOCH2CH2OH)
∀ Ethylene glycol monobutyl ether (2-butoxyethanol, CH3CH2CH2CH2OCH2CH2OH)
∀ Ethylene glycol mono phenyl ether (2-phenoxyethanol, C6H5OCH2CH2OH)
∀ Ethylene glycol monobenzyl ether (2-benzyloxyethanol, C6H5CH2OCH2CH2OH)
∀ Diethylene glycol monoethyl ether (2-(2-ethoxyethoxy) ethanol, carbitol cellosolve,
CH3CH2OCH2CH2OCH2CH2OH)
∀ Diethylene glycol mono-n-butyl ether (2-(2-butoxyethoxy)ethanol,
CH3CH2CH2CH2OCH2CH2OCH2CH2OH)

34
6.3.4 Lactam

Gambar 6.4 Struktur umum lactam dari β-lactam, a γ-lactam and a δ-lactam.

Lactam berasal dari kata lactone amide, adalah sebuah amida siklik. Huruf awal mengindikasikan
ukuran lingkar : β-lactam (4-membered), γ-lactam (5-membered), δ-lactam(6-
membered). Grup lactam yang dipakai sebagai co-solvent pada tinta inkjet contohnya adalah N-Methyl-2-
pyrrolidone (NMP) dan 2-Pyrrolidone.

NMP
N-Methyl-2-pyrrolidone (NMP) adalah bahan kimia dengan strukur lactam 5-membered.
Adalah cairan bening sedikit kekuningan yang larut dengan air dan solvent seperti ethyl acetate,
chloroform, benzena, alkohol rendah dan keton. Nama lainnya adalah : 1-methyl-2-pyrrolidone, N-methyl-
2-pyrrolidinone and m-pyrrole.

Methylpyrrolidone

Nama kimia 1-Methyl-2-pyrrolidone


Formula kimia C5H9NO
Berat Molekul 99.13 g/mol
CAS number [872-50-4]
Densitas 1.028 g/cm3
Titik leleh −24 °C
Titik didih 202 °C
2-Pyrrolidone

2-Pyrrolidone adalah bahan organik yang mengandung lactam 5-membered. Adalah cairan
bening yang bertitik didih tinggi, solvent polar non-korosif, dan untuk aplikasi yang luas. Adalah larut
pada bermacam-macam solvent seperti air, ethanol, diethyl ether, chloroform, benzene, ethyl acetate
dan carbon disulfide.

35
2-Pyrrolidone

Nama kimia 2-Pyrrolidone


Formula kimia C4H7NO
Berat Molekul 85.11 g/mol
CAS number [616-45-5]
Densitas 1.116 g/cm³
Titik leleh <25 °C
Titik didih 245 °C

36
BAB VII SURFACTANT

7.1 Pendahuluan
Surfactant adalah suatu bahan yang dapat mempengaruhi atau merubah tegangan permukaan dari
suatu cairan atau padatan dalam hubungannya dengan cairan, padatan lain dan gas. Surfactant secara
umum tersusun atas sebuah molekul dimana salah satu ujungnya hidrofili dan salah satu ujungnya
hidrofob / hidrofili. Garam sodium dan asam lemak (sabun biasa) adalah salah satu contoh dari
surfactant.

Gambar 7.1 Struktur surfactant

Ketika sebuah sabun dilarutkan ke air, dia mereduksi tegangan permukaan (maksudnya adalah
menurunkan tegangan antar muka antara air dan udara) sehingga dapat membasahi suatu padatan,
mencampur bahan yang tak larut dalam air seperti minyak dan menghasilkan busa.
Surfactant adalah sebuah bahan dimana satu bagian dari tiap molekulnya adalah hidrofili (suka
air) dan bagian satunya adalah lipofili (suka minyak). Bagian hidrofilia dari suatu molekul dapat sebagai
karboksilat, sulfat, sulfonat, alkohol atau eter alcohol. Bagian lipofil dapat sebagai rantai hidrokarbon
panjang dalam suatu asam lemak, rantai lurus, rantai cabang atau rantai siklik hidrokarbon dari minyak
bumi, atau hidrokarbon aromatic yang mempunyai rantai alkyl disamping.

7.2 Tipe-tipe Surfactant


7.2.1 Anionik
Surfactant anionik membawa ion negatif dan bermigrasi ke anoda atau kutub positif, ketika
dalam suatu campuran. Ini adalah surfactant tertua dan paling kuat.

7.2.2 Kationik
Surfaktant kationik adalah kawan / kebalikan dari anionik. Aktivitas permukaan tergantung dari
keberadaan kation rantai panjang larut minyak. Surfactant kationik dipakai sedikit sekali pada cat latex
karena dapat menetralisir sharge dari surfactant anionik yang mungkin ada dalam cat latex dan
menyebabkan rusaknya emulsi. Surfaktant ini baik dipakai untuk emulsifikasi aspal. Berikut adalah struktur
surfactant kationik :R melambangkan grup hidrofobik seperti alifatik atau aromatik rantai panjang. X
melambangkan ion negatif seperti Cl, Br, I atau lainnya. Dan A1, A2, dan A3 melambangkan hydrogen alkyl,
aryl atau grup heterosiklik.

37
7.2.3 Nonionik
Surfaktan ini bergantung dari grup hidroxilnya dan grup ethernya untuk menciptakan aksi
hidrofilinya.

7.2.4 Amfoterik
Surfaktant ini mengandung kedua - duanya yaitu negatif dan positif charge. Charge dapat
menetralisir satu sama lain, sehingga pada pH tertentu surfactant ini berperilaku seperti non ionik.
Surfaktant ini biasanya menjadi surfactant kationik jika berada dalam suasana asam dan menjadi
anionik jika berada dalam suasana basa.

38
Produksi Tinta inkjet
berkualitas

Extraface Tech
____________________________________________________
Komponen penyusun tinta inkjet
Komponen utama
1. Air
2. Solvent organik larut air
3. Pewarna
4. Co-solven atau humectant

Komponen pendukung
1. Penetrant
2. Surfactant
3. Resin
4. Biocides atau fungicides
5. Buffering agent

Komponen tambahan
1. Antioksidant
2. Chelating agent
3. Corosion inhibitor
4. Ultraviolet absorber
5. Viscosity adjuster

Water-Based Ink Jet Ink formulation


z Ingredients Amount Function
z Water 50%-90% Ink Solvent
z Colorant 1%-15% Color Source
z Co-Solvent or Humectant 2%-20% Ink vehicle, prevents evaporation
z Fixative or Penetrant 0%-10% Assist fixing the ink to the substrate
z Surfactan 0.1%-6% Surface tension and wetting
z Resin 0.2%-10% Durability and adhesion
z Biocide 0.02%-0.4% Prevents bacterial growth
z Fungicide 0.01%-0.4% Prevents fungal growth
z Buffering Agent 0.05%-1% Control ink pH level
z Other 0.01%-1% Controls ink specific characteristics
Diagram produksi
1. INSTALASI PEMURNIAN AIR
Air merupakan komponen terbesar penyusun tinta berfungsi sebagi solvent atau pelarut
dari pewarna, baik berupa dyes atau pigment.
CONTOH :
1. reverse osmosis water
2. ion exchange water
3. aquades
4. de ionized water

MIXING
Berfungsi sebagai alat untuk mencampur semua komponen penyusun
tinta inkjet seperti; air, co–solvent dan humectant, pewarna, dan aditif
lain. Diaduk menjadi satu sampai semua homogen, dan menjadi tinta.
Peralatan yang dibutuhkan adalah bak penampung dan mixer. Kemudian
berlanjut pada proses berikutnya.
FILTERING
Salah satu faktor terpenting dalam proses produksi inkjet adalah filtering
(penyaringan). Proses penyaringan dilakukan sampai kerapatan filter
mulai dari 10 micron sampai 0.1 micron. Hal ini tentunya untuk
memastikan bahwa tinta benar-benar bebas dari kontaminan yang dapat
merusak print head atau cartridge..

pH meter digital berfungsi untuk mengukur


keasaman tinta. Jika terlalu asam atau terlalu basa
akan merusak cartridge. pH tinta inkjet berkisar
antara 8-9.5.

Viscometer digunakan untuk mengukur kekentalan


tinta satuan ukurnya mpas (cp) viskositas tinta inkjet
berkisar antara 2-3 mPas (cp)

Conductivity meter berfungsi untuk mengukur


hantaran arus listrik pada suatu cairan tinta
Tensiometer adalah alat untuk mengukur tegangan
permukaan tinta. Karakteristik surface tension tinta
inkjet adalah 30 Nm/m untuk piezo dan 35-40 Nm/m
unteuk thermal.
epson
No Nama Komposisi
1. Dyes black 20 gram
2. Etilen glikol 2.5 gram
3. Glicerin 10 gram
4. Butil cellosolve 5 gram
5. Surfactant 0.5 gram
6. Trietanolamin (TEA) 0.2 gram
7. Formalin 0.2 gram
8. Air 61.6 gram

No Nama Komposisi
1. Dyes cyan 15 gram
2. Etilen glikol 2.5 gram
3. Glicerin 10 gram
4. Butil cellosolve 5 gram
5. Surfactant 0.5 gram
6. Trietanolamin (TEA) 0.2 gram
7. Formalin 0.2 gram
8. Air 66.6 gram
No Nama Komposisi
1. Dyes magenta 15 gram
2. Etilen glikol 2.5 gram
3. Glicerin 10 gram
4. Butil cellosolve 5 gram
5. Surfactant 0.5 gram
6. Trietanolamin (TEA) 0.2 gram
7. Formalin 0.2 gram
8. Air 66.6 gram
No Nama Komposisi
1. Dyes yellow 25 gram
2. Etilen glikol 2.5 gram
3. Glicerin 10 gram
4. Butil cellosolve 5 gram
5. Surfactant 0.5 gram
6. Trietanolamin (TEA) 0.2 gram
7. Formalin 0.2 gram
8. Air 56.6 gram
No Nama Komposisi
1. Dyes black 20 gram
2. Etilen glikol 2.5 gram
3. Dietilen glikol 12.5 gram
4. Butanol 2 gram
5. Surfactant 0.5 gram
6. Trietanolamin (TEA) 0.2 gram
7. Formalin 0.2 gram
8. Air 62.1 gram
No Nama Komposisi
1. Dyes cyan 15 gram
2. Etilen glikol 2.5 gram
3. Dietilen glikol 12.5 gram
4. Butanol 2 gram
5. Surfactant 0.5 gram
6. Trietanolamin (TEA) 0.2 gram
7. Formalin 0.2 gram
8. Air 67.1 gram
No Nama Komposisi
1. Dyes magenta 15 gram
2. Etilen glikol 2.5 gram
3. Diethilen glikol 12.5 gram
4. Butanol 2 gram
5. Surfactant 0.5 gram
6. Trietanolamin (TEA) 0.2 gram
7. Formalin 0.2 gram
8. Air 67.1 gram
No Nama Komposisi
1. Dyes yellow 25 gram
2. Etilen glikol 2.5 gram
3. Dietilen glikol 12.5 gram
4. Butanol 2 gram
5. Surfactant 0.5 gram
6. Trietanolamin (TEA) 0.2 gram
7. Formalin 0.2 gram
8. Air 57.1 gram

You might also like