Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
Nama : Munawaroh
NIM : 2101401037
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
Dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini paparan tentang profil
tokoh sangat banyak ditemukan di koran, tabloid,dan majalah. Banyak beredarnya
teks profil tokoh mengindikasikan bahwa membaca intensif teks profil tokoh
sangatlah penting. Mengingat pentingnya keterampilan membaca intensif teks profil
tokoh, maka kompetensi dasar membaca intensif teks profil tokoh harus benar-benar
dikuasai siswa. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru, keterampilan
membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang masih
rendah, hal ini terlihat pada nilai rata-rata hasil tes yang belum mencapai target.
Rendahnya keterampilan siswa ini disebabkan oleh faktor siswa dan faktor pola
pembelajaran guru yang kurang tepat. Pendekatan kontekstual komponen inquiry
dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh. pendekatan
kontekstual membantu guru mengaitkan materi dengan situasi nyata siswa dan
mendorong keaktifan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Berdasarkan uraian di atas, peneliti
melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengangkat permasalahan; 1)
bagaimanakah peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry pada siswa kelas VII B SMPN 10
Semarang? dan 2) bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa kelas VII B SMPN 10
Semarang setelah mengikuti pembelajaran membaca intensif dengan pendekatan
kontekstual komponen inquiry? Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini, tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan peningkatan
keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry pada siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang, dan 2)
mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang
setelah mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I dan
siklus II. Masing-masing siklus terdiri darri perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Pengambilan data melalui tes dan nontes. Subjek penelitian ini adalah
keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B SMPN 10
Semarang tahun ajaran 2005/2006. Variabel dalam penelitian ini adalah keterampilan
i
membaca intensif teks profil tokoh dan penggunaan pendekatan kontekstual
komponen inquiry. Alat pengambilan data berupa pedoman observasi, wawancara,
jurnal, dan dokumentasi foto. Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan membaca intensif teks
profil tokoh kelas VII B SMPN 10 Semarang mengalami peningkatan setelah
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
Peningkatan keterampilan siswa ini dapat dilihat dari hasil tes pratindakan, siklus I
dan siklus II. Hasil pratindakan menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa 56,51 atau
berada pada kategori kurang. Setelah dilakukan tindakan siklus I, nilai rata-rata siswa
menjadi 67,46, artinya ada peningkatan sebesar 10,95% dari pratindakan. Setelah
dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata menjadi 81 atau meningkat sebesar
13,54%. Masing-masing aspek dalam membaca intensif teks profil tokoh juga
mengalami peningkatan. Aspek menyarikan riwayat hidup tokoh skor rata-rata
pratindakan sebesar 58, rata-rata siklus I sebesar 72,3 dan rata-rata siklus II sebesar
85,6. Pada pratindakan, aspek menyimpulkan keistimewaan tokoh pratindakan
sebesar 58, siklus I menjadi 72,3 dan siklus II meningkat menjadi 81,3. Aspek
mencatat hal-hal yang bermanfaat skor rata-rata pratindakan 51, siklus I 56,4 dan
siklus II meningkat sebesar 20% menjadi 76,4. Peningkatan keterampilan membaca
intensif teks profil tokoh ini diikuti dengan perubahan perilaku siswa kelas VIIB
SMPN 10 Semarang. Perilaku negatif siswa berubah menjadi perilaku positif. Pada
siklus II siswa terlihat menikmati pembelajaran, mereka juga semakin aktif dan
semangat mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yaitu, (1) guru mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya pada pembelajaran membaca,
khususnya membaca intensif teks profil tokoh, menguasai berbagai pendekatan,
metode dan teknik pembelajaran; (2) guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia hendaknya dalam menyampaikan pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry karena dengan
pembelajaran yang melatih siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan atau
keterampilan dan mengaitkannya dengan dunia nyata siswa terbukti dapat
meningkatkan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dan mengubah
perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca; (3) siswa hendaknya dalam
mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan semangat dan
perilaku positif; (4) peneliti di bidang pendidikan maupun di bidang bahasa
hendaknya selalu termotivasi untuk melakukan penelitian tentang teknik-teknik
pembelajaran sehingga diperoleh alternatif teknik pembelajaran baru khususnya
pembelajaran membaca.
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi.
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang.
Ketua, Sekretaris
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bahkan bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
v
Munawaroh
vi
3. Ridho Ahmad Khoir yang
senantiasa mendukung dan
menemaniku.
4. Ika, Erni, Ova, Endah dan Budi
yang selalu memberikan semangat
kepada penulis.
5. Teman-teman PBSI angkatan 2001
yang telah memberikan saran dan
kritiknya.
6. Guru-guruku yang telah
memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan
Inquiry pada Siswa Kelas VII B SMPN 10 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006.
Penulisan skripsi ini sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
terlepas dari masukan, arahan, dan bimbingan yang telah diberikan dengan tulus
ikhlas dan sabar oleh Drs. Haryadi, M. Pd., dan Drs. Wagiran, M. Hum. sebagai
vii
pembimbing selama penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga
1. Prof. Dr. Rustono, M. Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
2. Drs. Mukh Doyin, M. Si., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan izin
penelitian dan segala kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
bangku perkuliahan.
5. Bu Kamti, guru mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Negeri 10
7. Sahabat-sahabatku Erni, Ova, Ika, Endah, dan Budi yang telah memberikan doa
8. Teman-teman PBSI angkatan 2001 yang telah memberikan doa, bantuan dan
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
viii
Semoga segala bantuan, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan
kepada penulis menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat balasan dari Allah
S.W.T. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Munawaroh
DAFTAR ISI
SARI..................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... .... iv
PERNYATAAN.............................................................................................. .... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
PRAKATA....................................................................................................... ... vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... .... xvi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
ix
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
1.2 Identifikasi Masalah……………………………………………… . 4
1.3 Pembatasan Masalah……………………………………………… 5
1.4 Rumusan Masalah…………………………………………………… 5
1.5 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 5
1.6 Manfaat Penelitian………………………………………………… 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………… 7
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................. 7
2.2 Landasan Teoretis............................................................................. 11
2.2.1 Hakikat Membaca.................................................................... 11
2.2.2 Tujuan Membaca ..................................................................... 12
2.2.3 Jenis-jenis Membaca ............................................................... 15
2.2.4 Hakikat Membaca Intensif ...................................................... 16
2.2.5 Teks Profil Tokoh.................................................................... 18
2.2.6 Pendekatan Kontekstual .......................................................... 19
2.2.7 Komponen Inquiry................................................................... 20
2.2.8 Pembelajaran Kontekstual Komponen Inquiry........................ 23
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................ 24
2.4 Hipotesis Tindakan ........................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 26
3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 26
3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I ............................................. 27
3.1.2 Prosedur Tindakan pada Siklus II............................................ 29
3.2 Subjek Penelitian .............................................................................. 31
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 32
3.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 34
3.4.1 Instrumen Tes .......................................................................... 34
3.4.2 Instrumen Nontes..................................................................... 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 40
x
3.5.1 Teknik Tes ............................................................................... 40
3.5.2 Teknik Nontes ......................................................................... 41
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................ 43
3.6.1 Teknik Kuantitatif ................................................................... 43
3.6.2 Teknik Kualitatif...................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 45
4.1 Hasil Penelitian................................................................................. 45
4.1.1 Hasil Pratindakan..................................................................... 46
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I .......................................................... 48
4.1.2.1 Hasil Tes ..................................................................... 48
4.1.2.2 Hasil Nontes............................................................... 54
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ......................................................... 69
4.1.3.1 Hasil Tes ..................................................................... 69
4.1.3.2 Hasil Nontes............................................................... 75
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 90
4.2.1 Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
Kelas VII B SMPN 10 Semarang Setelah Mengikuti Pembelajaran
dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry......................... 90
4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas VII B SMPN 10 Semarang Setelah
Mengikuti Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual
Komponen Inquiry ............................................................................. 93
BAB V PENUTUP............................................................................................... 100
5.1 Simpulan........................................................................................... 100
5.2 Saran ................................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 102
LAMPIRAN......................................................................................................... 103
xi
DAFTAR TABEL
xii
Tabel10. Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek
Menyimpulkan Keistimewaan Tokoh ................................................ 72
Tabel 11. Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Mencatat
Hal-hal yang Bermanfaat ................................................................... 73
Tabel 12. Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh ..... 90
Tabel 13. Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II................................................ 95
DAFTAR GRAFIK
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Penilaian Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh……… 103
Lampiran 2 Kriteria Penilaian.............................................................................. 104
Lampiran 3 Pedoman Observasi ......................................................................... 108
Lampiran 4 Lembar Jurnal ................................................................................... 109
Lampiran 5 Pedoman Wawancara ....................................................................... 110
Lampiran 6 Pedoman Dokumentasi .................................................................... 111
Lampiran 7 Rencana Pembelajaran Siklus I ........................................................ 112
Lampiran 8 Rencana Pembelajaran Siklus II ....................................................... 113
Lampiran 9 Soal-soal Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh ........................ 114
Lampiran 10 Daftar Subjek Penelitian................................................................. 118
Lampiran 11 Hasil Pratindakan............................................................................ 122
Lampiran 12 Hasil Siklus I .................................................................................. 128
Lampiran 13 Hasil Siklus II ................................................................................. 139
Lampiran 14 Hasil Tes Siswa Pratindakan .......................................................... 140
Lampiran 15 Hasil Tes Siswa Siklus I ................................................................. 141
Lampiran 16 Hasil Tes Siswa Siklus II................................................................ 142
Lampiran 17 Hasil Observasi Siklus I ................................................................. 143
Lampiran 18 Hasil Observasi Siklus II ............................................................... 144
Lampiran 19 Hasil Jurnal Siklus I........................................................................ 145
Lampiran 20 Hasil Jurnal Siklus II ...................................................................... 146
Lampiran 21 Hasil Wawancara Siklus I............................................................... 147
Lampiran 22 Hasil Wawancara Siklus II ............................................................. 148
Lampiran 23 Surat Izin Penelitian........................................................................ 149
Lampiran 24 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................... 150
xv
108
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai jenjang dan jenis sekolah. Kedua, penting bagi siswa setelah mereka
yang harus mereka kuasai agar dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses
cermat, tepat, dan cepat secara kritis dan kreatif. Kecermatan dan ketepatan
dalam memahami pesan komunikasi itu sangat penting agar dapat dicapai
pengetahuan adalah buku biografi atau otobiografi tokoh (profil tokoh). Buku
biografi atau otobiografi tokoh saat ini banyak beredar di pasaran. Di sisi lain,
tidak termotivasi untuk membaca teks profil tokoh sebab teks tersebut
siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang dalam membaca intensif teks profil
tokoh juga disebabkan penggunaan metode guru yang hanya bersifat satu arah.
Artinya hanya guru yang aktif berceramah, sedangkan siswa sebagai peserta
yang pasif. Siswa hanya mentransfer pengetahuan dari guru sehingga siswa
membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang
perlu ditingkatkan.
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan yang dimilikinya
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa.Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
hidupnya nanti.
Semarang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor guru
intensif teks profil tokoh adalah pendekatan dan teknik mengajar yang
masalah ini, guru harus mengubah metode pembelajaran yang selama ini
digunakan. Apabila selama ini guru sebagai sumber utama pengetahuan maka
yang digunakan selama ini adalah teknik ceramah, maka guru harus
rendah adalah siswa kurang berminat untuk membaca intensif teks profil
tokoh. Sebagian besar dari siswa beranggapan bahwa membaca intensif teks
peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah bagi guru, siswa, dan peneliti.
Membaca Intensif Siswa yang Diberi Tes Awal (Pre Test) dengan Siswa yang
Tanpa Diberi Tes Awal (Pre Test) pada Siswa SMU 2 Ungaran Tahun Ajaran
yang diberi tes awal (pre test) dengan siswa yang tak diberi tes awal (pre
test). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan
tingkat pemahaman siswa yang diberi tes awal (pre test) dengan siswa yang
tak diberi tes awal (pre test). Siswa yang tak diberi tes awal tingkat
pemahaman membaca intensifnya rendah. Hal ini terbukti dari 26,67 % dari
tes awal tingkat pemahaman membaca intensifnya cukup tinggi. Hal ini
7
8
antara siswa yang diberi tes awal (pre test) dengan siswa yang tak diberi tes
survey, question, read, recite dan review dalam pembelajaran membaca. Hasil
dengan menggunakan teknik SQ3R. Hal ini dibuktikan dengan hasil pada
siklus 1 rata-rata 3,5 %, sedangkan pada siklus kedua hasil yang dicapai rata-
Membaca Pemahaman Siswa Kelas III Cawu 2 SLTP YPE Semarang Tahun
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan adanya metode
dibuktikan dengan hasil siklus I dan siklus II. Pada siklus I daya serap siswa
tahap wacana yang lebih luas. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
membaca pemahaman. Hal ini dibuktikan dari tes awal ke tes akhir pada
siklus I ada kenaikan 6,48%, dari tes akhir siklus I ke tes akhir siklus II ada
kenaikan 8,37 %.
Tugas pada Siswa Kelas II E Mts Al- Asror Gunung Pati Semarang diteliti
siklus I daya serap siswa 66,77 % sedangkan pada siklus II daya serap
mencapai 77,34 %. Dengan demikian ada peningkatan daya serap dari siklus I
pemahaman. Hal ini dibuktikan dari tes awal siklus I dan siklus II. Rata-rata
tes awal pada siklus I 6,43 sedangkan pada siklus II 7.71. Dengan demikian,
siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil siklus I pemahamn siswa sebesar 67,76 %
3,56%.
jawab, teknik skrambel, media komik dan teknik latihan berjenjang. Namun
intensif teks profil tokoh dan perubahan tingkah laku siswa kelas VII B
Pada penelitian ini guru akan melatih siswa untuk menemukan sendiri
(inquiry) informasi yang terdapat pada teks profil tokoh sehingga siswa dapat
membaca intensif teks profil tokoh dengan baik dan benar. Dengan demikian,
diharapkan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dan tingkah laku
7), membaca adalah proses yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca
yang bermakna.
12
(written word) dengan bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup
makna yang terkandung di dalam bahasa tulis (Tarigan 1987:8). Batasan yang
kegiatan membaca tingkat anak SMP ke atas karena membaca bagi mereka
tidak hanya memahami informasi yang tersurat saja, tetapi juga yang tersirat.
membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau pembaca
yaitu :
telah dilakukan oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik
dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari
ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main
ideas).
setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan
merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh
kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau
tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau
apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk
14
classify).
diperbuat sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam
to evaluate).
membaca yaitu:
membaca nyaring (oral reading atau reading aloud) dan membaca dalam
mencapai tujuan yang bersifat pemahaman maka yang paling tepat adalah
guru, murid, atau pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atu
ingatan. Dalam garis besarnya, membaca dalam hati dibagi atas membaca
reading).
16
yang pendek kira-kira sampai empat halaman setiap hari (Tarigan 1987: 35).
Membaca intensif terbagi menjadi membaca telaah isi (content study reading)
bahwa membaca intensif meliputi membaca telaah isi dan telaah bahasa.
terhadap suatu bahan bacaan dengan memahami isi bacaan secara cermat dan
pembaca menelaah isi dan bahasa. Menurut Tarigan (1987: 36) tujuan
sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang, dan juga saran-saran
e. Membaca untuk mendapatkan hal-hal yang baru, baik yang ada di dalam
sulit baginya.
Teks profil tokoh merupakan salah satu teks bacaan yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan dengan membaca teks profil tokoh dapat
profil tokoh dapat ditemukan di berbagai media tulis baik di koran, tabloid,
Secara garis besar ada beberapa tujuan membaca teks profil tokoh.
mencari inti sari riwayat tokoh. Adapula pembaca yang membaca teks profil
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
masyarakat (Nurhadi dan Gerrad 2003: 4). Dengan konsep itu, hasil
kelas menjadi sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa) (Depdiknas 2002:5). Sesuatu yang baru
saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokos pada
strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar ‘baru’ yang
dialami. Oleh karena itu, inquiry menuntut peserta didik berpikir. Metode ini
manyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, tabel dan karya lainnya, (4)
sesuatu.
lanjut.
yang ada.
agar dapat dipahami sehingga guru dapat diyakinkan bahwa mereka telah
tersebut.
dipertanggungjawabkan.
belajar sendiri.
23
adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas
sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal
berpusat kepada siswa, namun guru tetap memegang peranan penting dalam
SMPN 10 Semarang belum memuaskan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor guru dan faktor siswa. Salah satu faktor dari guru yang
rendah adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selama ini
pembelajaran intensif teks profil tokoh yang dilakukan guru masih dengan
strategi ceramah. Hal ini menyebabkan siswa pasif, artinya siswa hanya
menghafal.
untuk membaca secara intensif teks profil tokoh dan menemukan riwayat
25
hidup tokoh , keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat dari
teks tersebut dengan melakukan lima siklus pada inquiry yaitu observasi,
mengaitkan dunia nyata siswa dipilih teks yang berkaitan dengan kehidupan
teks profil tokoh membantu siswa memahami seluk beluk tokoh secara lebih
dapat menemukan sendiri informasi yang terdapat pada teks profil tokoh.
meningkat dan tingkah laku siswa SMPN 10 Semarang kelas VII B berubah
menjadi positif.
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang
siklus. Setiap siklusnya ada empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi.
P RP
R Siklus I T R Siklus II T
O O
Keterangan:
P : Perencanaan
T : Tindakan
O : Observasi
R : Refleksi
RP : Revisi Perencanaan
26
27
Siklus I
refleksi.
1. Perencanaan
langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Langkah ini
intensif teks profil tokoh selama ini. Rencana kegiatan yang akan dilakukan
adalah (1) menyusun rencana pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh,
lembar wawancara, lembar jurnal dan dokumentasi foto untuk memperoleh data
nontes, (3) menyiapkan perangkat tes membaca intensif teks profil tokoh, (4)
2. Tindakan
membaca intensif teks profil tokoh pada siklus I ini sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun. Tindakan yang akan dilakukan peneliti secara garis besar ialah
dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan
tahap penutup.
28
siswa untuk siap melaksanakan proses belajar. Misalnya guru menyapa siswa,
menanyakan keadaan siswa. Kemudian guru bertanya kepada siswa tentang teks
profil tokoh. Guru juga menanyakan kepada siswa pernahkah mereka membaca
intensif teks profil tokoh ADI AFI. Selanjutnya guru memotivasi siswa untuk
intensif teks profil tokoh. Pada tahap ini guru membagikan teks profil tokoh
kepada siswa. Siswa diminta untuk melakukan lima langkah dalam inquiry yaitu
hal-hal yang bermanfaat dari teks profil tokoh yang telah dibagikan. Guru
Siswa lain menanggapi siswa yang tampil. Guru memberikan penguatan atas
jawaban siswa dan memberi penghargaan kepada siswa yang tampil berupa
medali dari kertas. Untuk mengetahui keterampilan membaca intensif teks profil
tokoh siswa, guru menyiapkan soal tes mengenai pembelajaran hari itu.
3. Observasi
Observasi dalam penelitian ini menggunakan data tes dan nontes. Data tes
berupa tes keterampilan membaca intensif teks profil tokoh sedangkan data nontes
berupa pedoman observasi, jurnal siswa dan guru, pedoman wawancara serta
29
4. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil tes dan nontes siklus I. jika hasil
tes siklus I belum memuaskan akan dilakukan tindakan siklus II. Masalah-
masalah yang timbul pada siklus I akan dicarikan solusinya sedangkan kelebihan-
Siklus II
hasil siklus I. Siklus II terdiri atas 4 tahap yaitu revisi perencanaan, tindakan,
1. Revisi perencanaan
sendiri riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat dari teks tersebut secara individu sedangkan pada siklus II siswa
diminta untuk menemukan sendiri riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan
mencatat hal-hal yang bermanfaat dari teks tersebut secara individu tetapi pada
memperoleh data nontes siklus II, (3) menyiapkan perangkat tes teks profil tokoh
yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II, (4) meningkatkan
selanjutnya.
2. Tindakan
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada siklus II terdapat perubahan teks
Tahap kegiatan inti guru memberikan teks profil tokoh kepada siswa.
bagi siswa. Selanjutnya siswa diminta untuk berkelompok. Siswa diminta untuk
memberikan penguatan mengenai jawaban dari tiap kelompok yang tampil. Siswa
Untuk mengetahui keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa diminta
3. Observasi
Observasi pada siklus II ini dilihat dari data tes dan nontes. Data tes berupa tes
keterampilan membaca intensif teks profil tokoh sedangkan data nontes diperoleh
wawancara serta dokumentasi foto. Pada siklus II ini guru menggunakan metode
dari guru.
4. Refleksi
Refleksi pada siklus II ini untuk merefleksi hasil evaluasi belajar siswa
dalam pembelajaran.
10 Semarang kelas VII B. Kelas VII B tersebut terdiri atas 40 siswa yaitu 23 laki-
laki dan 17 perempuan. Peneliti mengambil subjek tersebut dengan alasan sebagai
berikut.
kelas VII B masih rendah dibandingkan dengan kelas VII A, VII C, VII D,
VII E dan VII F. Kurang terampilnya membaca intensif teks profil tokoh
siswa kurang mampu dalam menyarikan riwayat hidup tokoh yang dibacanya.
Rendahnya keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B
32
berkaitan dengan teks profil tokoh. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran
keterampilan tersebut.
2. peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran Bahasa dan sastra Indonesia
berlangsung.
komponen inquiry.
keterampilan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh, yaitu membaca
dengan teliti, hati-hati, dengan waktu relatif lama terhadap suatu teks profil tokoh
intensif teks profil tokoh dengan mampu menyarikan riwayat tokoh dan
menyebutkan kelebihan tokoh yang terdapat pada teks yang telah dibacanya serta
33
mampu mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa. Dalam penelitian tindakan
kelas ini, siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh apabila mencapai nilai ketuntasan belajar klasikal sebesar tujuh puluh
dan meneladani sikap dari tokoh yang terdapat pada teks profil tokoh.
guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengatahuan yang
salah satu komponen yang terdapat pada pendekatan kontekstual yang melatih
penelitian tindakan kelas ini berupa soal tes dan soal nontes. Soal tes digunakan
untuk mengungkap data tentang keterampilan membaca intensif teks profil tokoh.
Soal nontes yaitu lembar observasi, lembar jurnal, dan lembar wawancara,
Tes yang digunakan keterampilan membaca intensif pada siswa kelas VII
pada pembelajaran membaca intensif, pre test, tes akhir siklus I dan tes akhir
siklus II. Setiap tes baik pada pre test, siklus I maupun pada siklus II digunakan
teks profil tokoh yang berbeda-beda. Teks profil tokoh yang digunakan adalah
teks bacaan yang disesuaikan minat dan usia siswa SMP. Bentuk soal berupa
uraian yang berjumlah 3 nomor. Tiap nomor bernilai 10 skor. Nilai akhir
membaca intensif teks profil tokoh adalah jumlah skor dibagi tiga dikali 10.
Penilaian Skor
Skor yang didapat pada tes awal, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II,
kemudian dimasukan ke dalam tabel kategori skor. Masuk ke dalam kategori skor
sangat baik jika rentang skor yang diperoleh antara 85-100. Masuk ke dalam
kategori skor baik jika rentang skor yang diperoleh antara 75-84. Masuk ke dalam
kategori skor cukup jika rentang skor yang diperoleh 60-74, dan kategori skor
3.4.2.1 Observasi
Observasi ini digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa selam proses
komponen inquiry. Objek sasaran amatan peneliti yaitu sikap siswa terhadap
ketertarikan siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan oleh guru, kecakapan
Pedoman jurnal dibuat untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada
dalam membaca intensif teks profil tokoh. Jurnal dibuat baik oleh guru maupun
38
oleh siswa. Jurnal guru memuat segala sesuatu yang terjadi dalam proses
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh. Sedangkan jurnal siswa memuat
tanggapan siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan, ketertarikan siswa dengan
membaca intensif teks profil tokoh, tanggapan siswa terhadap gaya guru mengajar
dan tentang hal-hal lain yang ingin dikemukakan siswa.. Jurnal tersebut dibuat
sebagai berikut.
1. Tanggapan positif dan negatif terhadap teks profil tokoh yang disajikan dalam
4. Kesulitan yang dialami siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh.
39
selanjutnya.
selanjutnya.
dilaksanakan ini.
a. Pada saat peneliti melaksanakan tes awal dan siswa sedang mengisi tes
b. Pada saat siswa sedang aktif mengikuti pembelajaran membaca intensif teks
g. Pada saat siswa mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh pada
Bentuk instrumen tes dan nontes dalam penelitian tindakan kelas ini
ditampilkan validitas dan reabilitas permukaannya saja. Hal ini dilakukan dengan
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia tempat peneliti melakukan penelitian. Jika
guru pamong, semua itu dianggap dapat atau layak untuk digunakan sebagai
instrumen tes.
Tes membaca intensif teks profil tokoh dilakukan sebanyak tiga kali. Tes
pertama berupa tes awal untuk mengetahui keterampilan awal yang dimiliki siswa
dalam membaca intensif teks profil tokoh. Sedangkan pada tes kedua dan ketiga
dilaksanakan pada akhir pembelajaran siklus I dan siklus II. Dalam tes ini, siswa
diminta untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan teks profil tokoh. Tes ini
membaca intensif teks profil tokoh adalah setiap jawaban yang benar diberi skor
10. Nilai akhir adalah jawaban betul dibagi tiga sehingga skor tertinggi 10. Nilai
akhir adalah jawaban betul dibagi tiga kali 10 sehingga skor tertinggi 100.
Rumus:
ΣN
NA = x 10
3
Keterangan:
NA = Nilai akhir
ΣN = Jumlah Skor
3.5.1.1 Observasi
sasaran amatan tentang sikap siswa terhadap teknik pembelajaran, keaktifan siswa
mengerjakan tes, (3) mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi
3.5.1.2 Jurnal
proses pembelajaran. Jurnal guru dan siswa dibuat setiap akhir pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh. Jurnal guru mengenai segala sesuatu yang
mengenai gaya guru dalam mengajar, mengenai hal-hal yang ingin dikemukakan
siswa berkaitan dengan pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan
3.5.1.3 Wawancara
wawancara adalah para siswa yang nilainya kurang, cukup, baik dalam membaca
intensif teks profil tokoh. Hal ini berdasarkan pada nilai tes pada tiap siklus dan
dilaksanakan.
43
(1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan
diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa yang nilainya kurang, cukup dan baik,
3.5.1.4 Dokumentasi
foto aktivitas pembelajaran dari mulai pelaksanaan tes awal sampai dengan
pengisian jurnal.
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan
kuantitatif ini diperoleh dari hasil tes membaca intensif teks profil tokoh yang
dan siklus II. Nilai hasil tiap-tiap tes dihitung jumlahnya dalam persentase dengan
menggunakan rumus.
∑ N X 100 %
nxs
Keterangan :
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari hasil tes dan nontes, baik
pada siklus I maupun siklus II. Hasil kedua tes tersebut terangkum dalam tiga
bagian yaitu pratindakan, siklus I dan siklus II. Hasil tes pratindakan berupa
keterampilan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh sebelum tindakan
penelitian dilakukan. Hasil tes tindakan siklus I dan siklus II berupa keterampilan
inquiry. Hasil tes siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk data kuantitatif.
Hasil nontes siklus I diperoleh dari data observasi, jurnal, wawancara dan
dokumentasi foto. Hasil penelitian nontes siklus I dan siklus II disajikan dalam
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa dalam
membaca intensif teks profil tokoh siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang.
Bacaan yang digunakan dalam tes pratindakan adalah teks yang berjudul K.H.
tokoh terkenal yaitu Aa Gym. Bacaan ini sudah disesuaikan dengan tingkat
45
46
keterbacaan siswa SMP kelas VII. Pada pratindakan ini ada seorang siswa yang
tidak hadir dikarenakan sakit yaitu Dwi Aprilyadi. Dengan demikian, jumlah
keseluruhan siswa sebanyak 39. Hasil tes keterampilan membaca intensif teks
Pratindakan
2. Baik 75 – 84 0 0 0 2204
3. Cukup 60 – 74 14 884 21 39
Semarang dalam membaca intensif teks profil tokoh masih kurang, dengan skor
rata-rata klasikal hanya mencapai 56,51. Rincian data tersebut dijelaskan sebagai
64% termasuk dalam kategori kurang dengan nilai 0-59. Kategori cukup dengan
nilai 60-74 dicapai 14 siswa atau 36% dari jumlah keseluruhan siswa. Kategori
baik dan sangat baik belum tercapai, tidak seorang siswa pun atau 0% yang
membaca intensif teks profil tokoh ini dikarenakan beberapa faktor yang
melingkupinya yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal ini
47
berasal dari siswa sendiri. Bukti data tes membaca intensif teks profil tokoh
Untuk lebih jelasnya hasil tes keterampilan membaca intensif teks profil
tokoh pratindakan siswa kelas VII B dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini!
GRAFIK PRATINDAKAN
100
80
JUmlah Skor
60
40
20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Subjek Penelitian
Jumlah Skor
berada pada level skor rendah antara 0-59 atau termasuk dalam kategori kurang.
14 siswa lainnya termasuk dalam kategori cukup karena pada level skor 0-64.
dihadapi pada pratindakan. Pada pembelajaran siklus II ini terdapat pula seorang
siswa yang tidak bisa hadir dikarenakan sakit sehingga jumlah keseluruhan siswa
sebanyak 39. Pelaksanaan pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh siklus
I terdiri dari data tes dan data nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara
Hasil tes membaca intensif teks profil tokoh pada siklus I merupakan data
pada siklus I ini masih tetap sama seperti pada tes pratindakan yang meliputi tiga
keistimewaan tokoh; dan (3) mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa dari
teks profil tokoh. Teks yang digunakan pada tes siklus I ini adalah teks yang
berjudul Micky Octapaliha Salah Satu Akademia 2. Teks ini menceritakan tentang
profil tokoh Micky Octapaliha, salah satu AFI 2. Dipilihnya teks ini karena
sebagian besar siswa SMP sedang menggemari AFI. Dengan demikian, siswa
SMP kelas VII lebih mudah untuk memahami teks bacaan tersebut. Sebelum
pembelajaran sengaja dipilih teks yang berbeda agar siswa terbiasa dengan
umum, hasil tes keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dapat dilihat
Tabel 4. Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Siklus I
3. Cukup 60 – 74 19 1290 48 39
teks profil tokoh siswa secara klasikal 67,46 atau dalam kategori cukup. Skor rata-
rata tersebut dapat dikatakan sudah mengalami peningkatan sebesar 10,95% dari
hasil pratindakan. Namun demikian, peneliti belum puas dengan siklus I, karena
target maksimal klasikal sebesar 70 belum tercapai. Dari 39 siswa, hanya 3% atau
1 orang siswa yang berhasil meraih predikat sangat baik dengan jumlah skor 86.
Selanjutnya, 9 siswa atau 23% mendapatkan nilai baik dengan rentang nilai 75-
84. Selebihnya, 19 siswa atau 48% memperoleh nilai cukup dengan rentang nilai
60-74. Sedangkan untuk kategori kurang dicapai 10 orang siswa atau sebesar
26%.
50
membaca intensif teks profil tokoh yang diujikan meliputi: (1) menyarikan
riwayat hidup tokoh; (2) menyimpulkan keistimewaan tokoh; dan (3) mencatat
4.1.2.1.1 Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Menyarikan
penilaian tes menyarikan riwayat hidup tokoh dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
baik yaitu dengan skor 8-10 dicapai 11 siswa atau sebesar 28%. Kategori baik
dengan skor 5-7 dicapai oleh 17 siswa atau sebesar 43%. Kategori cukup dengan
skor 2-4 dicapai oleh 10 orang siswa atau sebesar 26% dan kategori kurang
51
dengan skor 0-1 tidak ada seorang siswa pun yang masuk kategori tersebut. Jadi,
rata-rata skor klasikal pada aspek menyarikan riwayat hidup tokoh sebesar 74,8
atau dalam kategori baik. Siswa cukup paham menyarikan riwayat hidup tokoh
karena aspek tersebut mengenai identitas tokoh yang dibaca. Dengan pemilihan
teks profil tokoh yang sudah dikenal dan digemari oleh siswa maka dalam
keistimewaan tokoh, kategori sangat baik yaitu dengan skor 8-10 telah dicapai 18
siswa atau sebesar 46%. Sedangkan kategori baik dengan skor antara 5-7 dicapai
52
oleh 20 siswa atau sebesar 51%. Kategori cukup dengan skor antara 2-4 dicapai
oleh seorang siswa atau sebesar 3% dan kategori kurang tidak ada seorang siswa
yang menduduki kategori tersebut atau sebesar 0%. Jadi, setelah direkapitulasikan
rata-rata skor siswa pada aspek menyimpulkan keistimewaan tokoh mencapai 72,3
atau kategori cukup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa
tercapai.
4.1.2.1.3 Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Mencatat
Penilaian aspek mencatat hal-hal yang bermanfaat dari teks profil tokoh
hal yang bermanfaat dari teks yang dibacanya. Hal-hal yang bermanfaat itu dapat
berupa bahasa yang digunakan pada teks bacaan, semboyan hidup yang dapat
Hasil penilaian tes dalam mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa
dari teks profil tokoh dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
mencapai nilai rata-rata 56,4 atau dalam kategori kurang dalam mencatat hal-hal
berikut. Siswa yang mendapat skor 8-10 atau dalam kategori sangat baik dicapai
oleh 4 siswa atau sebesar 10%, sedangkan untuk kategori baik dengan skor 5-7
dicapai oleh 26 siswa atau sebesar 67%. Kategori cukup dengan skor 2-4 dicapai
oleh 9 orang atau sebesar 23% dan kategori kurang dengan skor 0-1 tidak ada
seorang pun yang menduduki kategori tersebut atau sebesar 0%. Dengan
terdapat pada sebuah teks profil tokoh sudah dapat dikatakan sangat baik.
Hasil tes keterampilan membaca intensif teks profil tokoh siswa pada
GRAFIK SIKLUS I
100
Jumlah Skor
80
60
40
20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Subjek Penelitian
Jumlah Skor
Tokoh Siklus I
pada kategori cukup antara 60-74, dan pada kategori baik antara 75-84 diperoleh 9
54
siswa sedangkan predikat sangat baik antara 85-100 diperoleh 3 orang siswa yang
Pada siklus I ini, hasil tes keterampilan membaca intensif teks profil tokoh
siswa secara klasikal masih menunjukkkan kategori cukup. Selain itu perubahan
tingkah laku dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh masih
tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry pada siswa kelas VII B
guru dengan bantuan seorang teman. Objek sasaran yang diamati dalam observasi
ini meliputi sembilan perilaku siswa, baik positif maupun negatif yang muncul
(1) sikap siswa terhadap teknik pembelajaran; (2) keaktifan siswa dalam bertanya
dan berkomentar tentang materi yang dijelaskan; (3) semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh; (4) keaktifan siswa
dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-
hal yang bermanfaat; (5) ketertarikan siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan
55
oleh guru; (6) kecakapan siswa dalam menyimpulkan hasil temuannya; (7)
keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh; (8)
keaktifan siswa dalam menanggapi hasil kerja; (9) keaktifan siswa dalam
inquiry, tidak semua siswa mengikutinya dengan baik. Peneliti menyadari hal
tersebut karena pola pembelajaran yang diterapkan peneliti merupakan hal baru
guru mereka asyik mengobrol sendiri, bergurau, jalan-jalan, bahkan ada siswa
yang melamun.
Salah satu siswa yang sempat peneliti tegur adalah responden nomor 7.
Siswa tersebut ditegur peneliti karena peneliti yang berperan sebagai guru merasa
terganggu dengan tingkah laku dari responden tersebut yang mengobrol sendiri
digunakan oleh guru, banyak bertanya dan berkomentar. Dari hasil data diperoleh
56% dari jumlah keseluruhan siswa tertarik terhadap teknik pembelajaran yang
56
digunakan oleh guru sedangkan sisanya 44% kurang tertarik. Ketertarikan siswa
sebelumnya belum pernah dilakukan oleh guru pamong. Berdasarkan data yang
diperoleh 40% dari jumlah keseluruhan siswa aktif bertanya dan berkomentar
sedangkan sisanya 60% masih pasif untuk bertanya maupun berkomentar. Siswa
responden nomor 9, 15, 20, dan 32. Mereka lebih aktif bertanya dibandingkan
Pada saat pembelajaran teks profil tokoh 85% dari jumlah keseluruhan
tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat masih kurang. Hal ini terlihat dari
hasil data yang diperoleh peneliti saat melakukan observasi. Dari hasil data
diperoleh 47% dari jumlah keseluruhan siswa sudah aktif dan sungguh-sungguh
dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal
yang bermanfaat sedangkan sisanya 53% masih pasif. Siswa yang pasif ini
pemecahannnya agar siswa secara merata aktif menemukan riwayat hidup tokoh,
selanjutnya.
Ketertarikan siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan sudah baik. Hal
ini terbukti dari jumlah keseluruhan siswa 63% menyatakan tertarik terhadap
bacaan yang disajikan. Sisanya 47% tidak tertarik terhadap teks yang disajikan.
kurang. Dari data diperoleh 48% dari jumlah keseluruhan siswa telah cakap dalam
menyimpulkan hail temuannya sedangkan sisanya 52% masih kurang cakap atau
masih salah dalam menyimpulkan hasil temuannya. Hal ini disebabkan karena
pada saat mereka tidak sungguh-sungguh dalam menemukan riwayat hidup tokoh,
sudah baik. Berdasarkan data diperoleh 55% dari jumlah keseluruhan siswa aktif
dalam pembelajaran sedangkan sisanya 45% masih pasif. Keaktifan siswa dalam
dalam membaca teks profil tokoh. Mereka sangat tertarik dalam membaca teks
yang disediakan karena teks tersebut berisikan kehidupan tokoh yang mereka
Dari data diperoleh 41% siswa aktif dalam menanggapi hasil presentasi temannya
Pada saat pemberian materi telah selesai. Tes membaca intensif teks profil
siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh. Keaktifan siswa dalam
mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh sudah baik. Berdasarkan data
diperoleh 82% dari jumlah keseluruhan siswa sudah aktif dan sungguh-sungguh
dalam mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh. Sisanya 18% tidak
sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes. Bahkan masih ada siswa yang dalam
mengerjakan tes menunggu teguran dari guru. Pada siklus I ini adapula siswa yang
perilaku negatif masih banyak menonjol. Siswa belum dapat menyesuaikan pola
pembelajaran yang diterakan guru. Keadaan ini merupakan masalah besar yang
harus lebih dimatangkan lagi agar perilaku negatif yang menonjol menjadi
perilaku positif.
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini nada dua macam yaitu jurnal
siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan atau
tanggapan siswa dan guru selama pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh berlangsung.
a. Jurnal Siswa
teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry, pada siklus I.
59
selanjutnya agar hasil yang diperoleh lebih optimal. Jurnal siswa ini berisikan
pendapat atau tanggapan siswa mengenai: (1) bahan yang disajikan; (2)
kemudahan atau kesulitan yang siswa dalam memahami bacaan; (3) gaya guru
dalam mengajar; (4) kesan dan pesan yang diberikan siswa pada pembelajaran
inquiry.
Pada saat guru membagikan lembar jurnal kepada siswa kelas VII B,
tampak karena ada sebagaian siswa yang ingin segera mendapatkan lembar jurnal
dan berteriak pada temannnya untuk meminta bagiannya. Keadaan ini dapatlah
menarik karena berisikan mengenai profil tokoh yang kebetulan tokoh tersebut
mereka gemari yaitu Adi AFI 2 dan Micky AFI 2. Sehingga siswa merasa
menyenangkan.
intensif teks profil tokoh. Pernyataan menarik dan menyenangkan banyak tertulis
dalam jurnal. Pernyataan siswa ini membuktikan bahwa mereka menyukai materi
yang diajarkan guru. Siswa merespons bagus karena dalam pembelajaran guru
siswa yang diungkapkan dalam jurnal. Hal ini merupakan bukti bahwa selama
dialami oleh beberapa siswa ternyata masih ada. Berdasarkan hasil analisis,
teks profil tokoh meliputi: (1) siswa kesulitan dalam mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa yang terdapat pada teks profil tokoh; (2) siswa kesulitan
61
konsentrasi karena teman sebangkunya ramai; (3) siswa merasa kesulitan karena
mereka tidak paham dan kurang jelas dengan penjelasan guru. Peneliti menilai
bahwa kesulitan-kesulitan yang muncul dan menyelimuti sebagian kecil siswa ini
merupakan hal yang wajar karena dalam pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh merupakan hal yang baru bagi siswa dan tidak semua siswa dapat
berbeda. Namun setidaknya hal baru ini dapat memberikan pengetahuan dan
pengalaman nyata yang bermakna bagi siswa dan dapat ditingkatkan pada
kesempatan selanjutnya.
kehadiran guru selama pembelajaran. Hal itu penting untuk diketahui karena agar
proses pembelajaran dapat berlangsung lancar. Kehadiran guru dan gaya guru
dengan diterimanya guru ketika berada di depan kelas maka akan tercipta situasi
beragam dan lebih mudah, waktu tes dalam membaca intensif teks profil tokoh
ditambah sehingga siswa dapat mengerjakan tes dengan baik dan tidak tergesa-
gesa, serta bentuk penghargaannya tidak berupa medali dari asturo tetapi berupa
62
b. Jurnal Guru
Jurnal guru ini berisi segala hal yang dirasakan guru selama pembelajaran
berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal guru ini adalah :
(1) minat siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
teks profil tokoh yang dihadirkan guru; (3) keaktifan siswa dalam mengikuti
guru merasa kurang puas terhadap proses pembelajaran karena masih ada
intensif teks profil tokoh dengan penuh konsentrasi. Namun siswa merespon
positif teks profil tokoh yang berjudul Adi sudah Mandiri Sejak Kecil dan Micky
Octapaliha Salah Satu Akademia 2. Mereka tampak senang karena teks tersebut
berisikan profil tokoh anggota AFI yang saat ini sedang digemari. Guru memilih
teks tersebut agar siswa lebih tertarik untuk membaca secara mendalam. Keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran belum merata, hanya siswa tertentu yang
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Siswa kebanyakan masih grogi,
malu dan takut jawabannya salah bila diberi pertanyaan. Fenomena-fenomena lain
63
yang muncul di kelas saat pembelajaran tidak begitu menonjol hanya sebagian
besar siswa masih asing dengan guru praktikan. Walaupun terasa asing, siswa
sudah dapat menerima dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan sikap siswa yang
nilai tertinggi, cukup dan nilai yang terendah pada hasil tes membaca intensif teks
profil tokoh. Wawancara ini mengungkap 7 butir pertanyaan sebagai berikut: (1)
kontekstual komponen inquiry dalam pembelajaran; (3) kemudahan apa saja yang
profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry; (4) kesulitan apa
saja yang ditemui siswa setelah mendapatkan pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh melalui pendekatan kontekstual komponen inquiry; (5) manfaat apa
saja yang diperoleh siswa dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan; (6)
apa harapan siswa berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk
yang memperoleh nilai cukup atau sedang dan Aditya Wijaya yang memperoleh
skor terendah.
kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca intensif teks profil
tokoh.
menyatakan bahwa bahan bacaan yang disajikan guru cukup menarik karena
mendapat nilai tertinggi dan cukup yaitu Fermandha dan Fahri. Mereka
bacaan. Berbeda dengan Fermandha dan Fahri, Aditya yang mempunyai nilai
panjang.
65
selalu ada. Tidak semua siswa dapat menyerap pembelajaran dengan mudah
Manfaat yang cukup besar dari pembelajaran membaca intensif teks profil
Pada sikus I ini dokumentasi foto yang diambil meliputi aktivitas siswa
pada saat pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh, situasi kelas pada saat
pembelajaran dan aktivitas siswa pada saat mengerjakan tes membaca intensif
teks profil tokoh. Deskripsi gambar pada siklus I selengkapnya dipaparkan berikut
ini!
66
profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Pada kegiatan ini,
siswa terlihat antusias dalam membaca teks yang berjudul Adi Sudah Mandiri
Sejak Kecil. Ketika siswa diminta untuk membaca teks profil tokoh terlihat
adalah siswa sedang membaca teks yang dibagikan guru untuk menemukan
bermanfaat dari teks tersebut. Siswa diharuskan membaca secara mendalam dan
serius teks yang telah dibagikan, tetapi tetap saja ada siswa yang tidak membaca
dan kurang serius. Ada pula siswa yang ramai dan berbicara dengan temannya.
68
inquiry. Pada gambar terlihat beberapa siswa yang serius dalam mengerjakan tes,
tetapi adapula siswa yang mencontek jawaban temannya. Masih adanya siswa
yang mencontek menandakan bahwa masih adanya siswa yang kurang paham
pada siklus I. Pada siklus II ini terdapat seorang siswa yang tidak bisa hadir
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh siklus II terdiri data tes dan data
nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut.
69
Hasil tes membaca intensif teks profil tokoh pada siklus II ini merupakan
Kriteria penilaian pada siklus II ini masih tetap sama seperti pada tes siklus I
terdapat pada teks profil tokoh. Teks yang digunakan pada tes siklus II adalah teks
yang berjudul Ira koesno Anchor Jelita Pecinta Buku. Teks tersebut telah
disesuaikan dengan tingkat keterbacaan siswa SMP kelas VII. Secara umum, hasil
tes keterampilan membaca intensif teks profil tokoh pada siklus II dapat dilihat
Tabel 8. Hasil Tes Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Siklus II
tokoh siswa kelas VII B SMP N 10 Semarang sudah baik., dengan rata-rata skor
diantaranya atau sebanyak 33% termasuk dalam kategori sangat baik dengan nilai
70
85-100. Kategori baik dengan nilai 75-84 dicapai oleh 19 siswa atau 49% dari
jumlah keseluruhan siswa. Kategori cukup dengan nilai 60-74 dicapai oleh 7
siswa atau sebesar 18%. Sedangkan kategori kurang tidak ada seorang siswa pun
membaca intensif teks profil tokoh siswa dikarenakan beberapa faktor yang
melingkupinya, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat
dilihat pada kemampuan siswa yang mulai meningkat. Siswa mulai paham dengan
apa yang diajarkan guru. Faktor eksternal yang tak kalah pentingnya adalah
guru berhasil meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca intensif teks profil
tokoh.
permasalahan yang melingkupi siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang. Kini siswa
mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa yang terdapat pada sebuah teks. Hal
ini dapat dibuktikan dengan hasil pencapaian skor siswa yang mengalami
peningkatan pada tiap aspek penilaian membaca intensif teks profil tokoh di
bawah ini.
71
4.1.3.1.1 Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Menyarikan
sama dengan siklus I, yaitu masih difokuskan pada kemampuan siswa dalam
digunakan berbeda dari siklus I. Teks yang digunakan adalah teks yang berjudul
Ira Koesno Anchor Jelita Pecinta Buku. Hasil penilaian tes aspek menyarikan
intensif teks profil tokoh aspek menyarikan riwayat hidup tokoh sudah baik yaitu
dengan skor klasikal 85,6 atau dalam kategori sangat baik. Dari keseluruhan siswa
yang menempati kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 36 siswa atau
sebesar 92%. Kategori baik dengan skor 5-7 dicapai oleh 3 orang siswa atau
sebesar 8%. Kategori cukup dan kurang tidak seorang pun siswa yang menempati
kategori tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa secara klasikal siswa sudah
72
paham dan mengerti dalam menyarikan riwayat hidup tokoh Ira Koesno.
Dipilihnya teks profil Ira Koesno dilakukan guru guna mempermudah siswa
dalam memahami bacaan karena kebanyakan siswa sudah mengenal Ira Koesno
melalui televisi.
teks secara lengkap dan benar. Hasil penilaian tes menyimpulkan keistimewaan
keistimewaan tokoh, kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 32 siswa
atau sebesar 82% dari jumlah siswa keseluruhan. Kategori baik dicapai oleh 7
siswa atau sebesar 18% dengan skor 5-7. Kategori cukup dan kategori kurang
tidak ada seorang pun siswa yang menempati kategori tersebut. Jadi setelah
73
mencapai 81,3 atau dalam kategori baik. Dengan demikian, dapat dikatakan
terdapat pada teks profil tokoh sudah mengalami banyak peningkatan. Siswa telah
4.1.3.1.3 Hasil Tes Membaca Intensif Teks Profil Tokoh Aspek Mencatat
bermanfaat dari teks yang dibacanya. hal-hal yang bermanfaat itu dapat berupa
bahasa yang digunakan pada teks, semboyan hidup tokoh, sifat tokoh yang perlu
diteladani dan kunci kesuksesan mereka. Hasil penilaian tes aspek mencatat hal-
hal yang bermanfaat bagi siswa dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.
dalam mencatat hal-hal yang bermanfaat yang terdapat pada teks profil tokoh
secara klasikal sudah termasuk kategori baik dengan mencapai rata-rata skor 76,4.
Pemerolehan skor rata-rata secara rinci diuraikan sebagai berikut. Siswa yang
mendapat kategori sangat baik dengan skor 8-10 dicapai oleh 21 siswa atau
sebesar 54%. Kategori baik dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 46% dengan skor
5-7. Kategori cukup dan kategori kurang tidak ada yang menempatinya atau
sebesar 0%. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam mencatat hal-hal yang
bermanfaat bagi siswa yang terdapat pada teks secara keseluruhan sudah dapat
dikatakan baik.
Hasil tes membaca intensif teks profil tokoh siswa lebih jelasnya dapat
GRAFIK SIKLUS II
100
Kategori Skor
80
60
40
20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Subjek Penelitian
Jumlah Skor
kategori baik antara 75-84. Siswa yang memperoleh kategori ini mencapai 49%
atau sebanyak 19 siswa dan sisanya sebanyak 13 siswa atau 33% dari jumlah
Pada siklus II ini, hasil tes keterampilan membaca intensif teks profil
tokoh secara klasikal sudah menunjukkan kategori baik dan sudah meraih target
yang diinginkan peneliti. Pada siklus II ini nilai rata-rata klasikal pencapaian nilai
rata-rata kelas sudah melebihi target yang ditentukan yaitu 70. Peningkatan
prestasi siswa ini diikuti dengan perubahan tingkah laku siswa dalam
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh. Siswa lebih aktif , jeli dan kritis
demikian, tindakan siklus II ini tidak perlu dilakukan karena peneliti sudah puas
Hasil penelitian nontes pada siklus II ini didapatkan dari data observasi,
peneliti sekaligus sebagai guru dengan bantuan teman. Objek sasaran dan cara
76
pelaksanaan observasi pada siklus II berbeda dengan siklus I. Pada siklus II ini
metode yang digunakan adalah metode diskusi sehingga peneliti juga meneliti
keaktifan siswa dalam berdiskusi. Ada sepuluh objek sasaran observasi yang
meliputi perilaku positif dan perilaku negatif siswa selama proses pembelajaran.
inquiry, guru merasakan ada perubahan tingkah laku siswa. Siswa yang
sebelumnya tidak dapat mengikutinya dengan baik, pada siklus II ini, siswa mulai
mengikuti dan menikmati pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Siswa yang
mulanya ditegur guru pada siklus I yaitu ressponden nomor 7, pada siklus II ini
tidak membuat gaduh lagi. Pada siklus II ini siswa sudah dapat menyesuaikan
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan baik. Berdasarkan data
pembelajaran yang digunakan oleh guru sedangkan sisanya 20% tertarik. Berarti
ada peningkatan sebesar 24% dari siklus I. Ketertarikan siswa dalam pembelajaran
tidak membosankan.
77
bertanya dan memberi tanggapan sedangkan sisanya 22% masih pasif. Berarti ada
peningkatan sebesar 38% dari siklus I. Siswa yang aktif tersebut di antaranya
adalah responden nomor 18, 20, 24, 26 dan 32. Siswa-siswa ini lebih aktif
Pada siklus II ini sebagian besar siswa atau 86% dari jumlah keseluruhan
sebesar 34% dari siklus I. Keberhasilan ini tidak lepas dari pendekatan yang
digunakan oleh guru. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru juga
Berdasarkan data pada siklus II 85% dari jumlah keseluruhan siswa sudah
aktif dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh, dan hal-hal
Bahan bacaan yang disajikan pada siklus II ini adalah teks bacaan yang
berjudul Chairil Anwar. Sebagian besar siswa atau 86% tertarik terhadap bahan
bacaan yang disajikan sedangkan sisanya 14% merasa kurang tertarik terhadap
Sebagian besar siswa atau sebesar 82% siswa sudah benar dalam menyimpulkan
hasil temuannya. Berarti pada siklus II ini siswa sudah paham dan sungguh-
78
sungguh pada saat menemukan informasi yang terdapat pada teks profil tokoh
mendiskusikan teks profil tokoh yang telah dibagikan guru. Mereka diminta untuk
mencatat hal-hal yang bermanfaat yang terdapat pada teks profil tokoh. Respons
siswa pada saat itu adalah seluruh siswa tampak aktif dalam mendiskusikan dan
Berdasarkan data, sebagian besar siswa atau sebesar 89% siswa aktif dalam
depan kelas dan menanggapi hasil kerja temannya. Kini 67% siswa sudah berani
Pada saat pemberian materi telah selesai, tes membaca intensif teks profil
pemahaman siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh yang telah diajarkan
guru. Sebagian besar siswa atau sebesar 83% siswa mengerjakan tes tersebut
siswa dari perilaku negatif ke dalam perilaku positif tidak lepas dari usaha guru
yang mengubah pola pembelajaran yang disukai siswa. Namun, perubahan pola
perencanaan yang matang serta melalui tahap perbaikan tindakan yang sekiranya
Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II masih sama seperti siklus
I yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi perasaan,
tanggapan, pesan dan kesan dari perasaan siswa dan guru selama pembelajaran
a. Jurnal Siswa
Jurnal siswa harus diisi oleh siswa tanpa terkecuali. Pengisisan jurnal
tersebut dilakukan pada akhir pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
ini untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat berlangsungnya
dari dari lima pertanyaan yaitu bagaimana tanggapan, pendapat atau perasaan
siswa mengenai: (1) bahan yang disajikan guru; (2) ketertarikan siswa pada
(3) kemudahan atau kesulitan siswa dalam memahami bacaan; (4) gaya guru
dalam mengajar; (5) kesan dan pesan siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Kegiatan pengisian jurnal ini merupakan hal yang tidak baru lagi, karena
penisian ini pernah dilakukan siswa pada siklus I. Pada saat pengisian jurnal ini
siswa tampak antusias ingin segera mendapatkan jurnal dan mengisinya. Setelah
semua siswa mendapatkan bagiannya, siswa segera mengisi jurnal tersebut dengan
situasi tenang. Hasil jurnal siswa pada siklus II ini dipaparkan sebagai berikut.
disajikan. Mereka juga menanggapi bahwa bahan yang disajikan oleh guru dapat
menambah pengetahuan siswa mengenai jati diri seorang tokoh sehingga mereka
mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh. Siswa merasa senang
karena pengalaman baru tentang pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh
Siswa secara keseluruhan dapat menerima gaya guru dalam mengajar dan
kehadiran guru selama pembelajaran. Hal itu penting untuk diketahui agar
pembelajaran dapat berlangsung lancar. Kehadiran guru dan gaya guru dalam
menjelaskannya pun guru menyusupi dengan lelucon agar siswa tidak bosan.
kontekstual komponen inquiry adalah kesan dan pesan siswa setelah mengikuti
siswa tidak merasa bosan dan jenuh. Mereka menginginkan agar pembelajaran
b. Jurnal Guru
Jurnal guru ini berisi hal yang dirasakan guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal guru ini adalah:
(1) Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca intensif profil tokoh
teks profil tokoh yang dihadirkan guru; (3) Keaktifan siswa selama mengikuti
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh; (4) Tingkah laku siswa di kelas
82
saat diskusi kelompok berlangsung; (5) Fenomena yang muncul di kelas saat
pembelajaran berlangsung.
guru sudah merasa puas terhadap proses pembelajaran, karena hasil yang dicapai
pada siklus II ini sudah sesuai dengan target yang ditentukan, bahkan melampaui
target. Target minimal rata-rata klasikal yang ditentukan pada siklus II adalah 75
sedangkan hasil yang tercapai sebesar 81. Dengan demikian, dapat dikatakan
keberhasilan ini merupakan keberhasilan guru dan siswa dalam memberikan dan
meningkatkan kebutuhan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh. Hal ini
terbukti dengan hasil-hasil yang dicapai baik dari siklus I sampai siklus II yang
pembelajaran yang diberikan guru. Respon positif siswa tergambar pada saat
berikan. Tugas-tugas yang diberikan guru dijalankan dengan baik oleh siswa.
Semua siswa merespon positif teks profil tokoh yang dihadirkan guru.
Mereka tampak antusias dalam membaca teks yang berjudul Chairil Anwar. Teks
ini sengaja dipilih oleh guru karena di dalam teks ini berisikan riwayat hidup
peningkatan, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang malas untuk diskusi
83
kemajuan. Pada siklus II ini siswa lebih banyak bertanya, menjawab pertanyaan
dan berkomentar terhadap hal-hal yang dipertanyakan guru. Siswa sudah berani
yang paling menonjol adalah siswa semakin aktif dan siswa semakin akrab dengan
guru. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang ramah kepada guru praktikan.
Bahkan ada siswa yang menginginkan agar guru praktikan mengajarkan pelajaran
Bahasa Indonesia kepada mereka. Hal inilah yang membuat guru praktikan
tertinggi, nilai sedang atau cukup, dan nilai terendah. Ketiga siswa tersebut
yang mempunyai nilai sedang dan Dimas Leon yang memperoleh nilai terendah.
siklus II ini masih sama dengan siklus I. Siswa menjawab semua pertanyaan yang
kepada siswa meliputi : (1) bagaimana menurut siswa bahan bacaan yang
disajikan oleh guru dalam pembelajaran; (2) bagaimana menurut siswa tentang
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh; (3) kemudahan apa saja yang
diperoleh siswa dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry; (4) kesulitan apa saja yang ditemui
pendekatan kontekstual komponen inquiry; (5) apa manfaat yang diperoleh siswa
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan; (6) apa harapan siswa
berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya; (7)
apa harapan siswa berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk
pertemuan selanjutnya.
responden dengan jawaban yang sama. Menurut mereka teks yang disajikan oleh
guru mudah dipahami. Pertanyaan yang kedua juga dijawab sama oleh kedua
responden dari nilai yang tertinggi, sedang dan rendah. Ketiga siswa tersebut
pembelajaran yang menarik sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Hal
yang sama juga diungkapkan oleh Dika, Fadhilah dan Dimas Leon. Mereka
terdapat pada teks, siswa bekerja secara diskusi. Mereka bisa bertukar pikiran,
dari ketiga siswa “tidak ada”. Jawaban singkat ini sungguh berarti bagi seorang
guru karena dapat dikatakan pembelajaran guru dalam membaca intensif teks
yang dilaksanakan dengan diskusi dapat melatih kerjasama antara sesama siswa.
pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan metode diskusi, dapat
Berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan, Dika berharap bahwa pada
bacaannya tidak terlalu panjang. Berbeda dengan Dika dan Fadhilah, Dimas
berharap bahwa pada pertemuan selanjutnya bahan bacaan yang disajikan harus
lebih menarik, teks yang disajikan tidak hanya profil tokoh dalam negeri saja,
tokoh mancanegara pun juga disajikan. Mereka juga berharap bahwa kegiatan
menghidupkan suasana belajar dan lebih menarik sehingga mereka tidak merasa
membaca intensif teks profil tokoh tidak lepas dari pengaruh metode dan cara
mengajar guru yang berbeda dari sebelumnya, siswa merasa senang karena siswa
diambil meliputi aktivitas siswa pada saat membaca intensif teks profil tokoh,
aktivitas siswa pada saat diskusi, aktivitas siswa pada saat memberi tanggapan,
87
Gambar 4. Aktivitas Siswa Pada Saat Membaca Intensif Teks Profil Tokoh
profil tokoh. Pada gambar tampak bahwa siswa serius dalam membaca teks yang
berjudul Chairil Anwar. Siswa diminta untuk membaca teks yang berjudul
Chairil Anwar kemudian siswa diminta untuk menyarikan riwayat hidup Chairil
bermanfaat yang terdapat pada teks tersebut. Pada siklus II ini tidak tampak lagi
siswa yang berjalan-jalan di sekitar kelas, siswa tampak serius dan sungguh-
sungguh dalam membaca teks Chairil Anwar. Pada siklus II ini tidak tampak lagi
siswa yang berjalan di sekitar kelas. Dengan demikian, terjadi perubahan tingkah
tampak bahwa siswa sangat aktif berdiskusi tentang pembelajaran dan soal-soal
yang harus dikerjakan. Ada siswa yang sedang bertukar pikiran untuk menemukan
jawaban yang mereka anggap tepat, ada yang sedang mencatat alternatif jawaban
yang disampaikan temannya, dan ada yang sedang membaca teks bacaan untuk
menemukan jawaban lain. Beberapa kelompok ada yang sangat aktif dan antusias
Keantusiasan siswa tampak ketika ada salah satu anggota kelompok yang
bertanya tentang materi pada guru, kelompok yang lain tidak ketinggalan. Mereka
pendapat maupun sanggahan kepada kelompok yang tampil. Ketika salah satu
bahwa siswa sangat aktif dan antusias dalam memberi tanggapan, pendapat,
jari.
4.2. Pembahasan
keterampilan membaca intensif teks profil tokoh kelas VII B SMP Negeri 10
komponen inquiry.
Komponen Inquiry
keterampilan siswa dalam membaca intensif teks profil tokoh dapat dilihat pada
intensif teks profil tokoh yang meliputi tes awal atau pratindakan, tes akhir siklus
I, dan tes akhir siklus II mengalami peningkatan. Pada pratindakan rata-rata kelas
sebesar 56,51 termasuk kategori kurang. Aspek menyarikan riwayat hidup tokoh
91
pada pratindakan skor rata-rata kelas sebesar 58. Pada pratindakan siswa belum
memahami unsur-unsur apa saja yang perlu disebutkan dalam menyarikan riwayat
hidup tokoh, setelah dilakukan tindakan siklus I siswa mulai paham bahwa dalam
menyarikan riwayat hidup tokoh, identitas dan kehidupan tokoh perlu disebutkan
sehingga pada siklus I skor rata-rata kelas aspek menyarikan riwayat hidup tokoh
meningkat menjadi 72,3. Berarti ada peningkatan sebesar 16,8% dari pratindakan
ke siklus I. Pada siklus II skor rata-rata kelas aspek menyarikan riwayat hidup
sebesar 30,3%. Peningkatan ini terjadi karena mulanya siswa hanya menyebutkan
keistimewaan tokoh secara garis besar saja setelah dilakukan tindakan pada siklus
I dan siklus II siswa mulai menyimpulkan keistimewaan tokoh secara lengkap dan
benar.
sebesar 51. Pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 5,4% menjadi 56,4.
Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II skor rata-rata menjadi 76,4 atau
Peningkatan ini terjadi karena siswa mulai paham dalam menyebutkan hal-hal
yang bermanfaat.
92
Rata-rata kelas pada tes pratindakan, tes akhir siklus I dan tes akhir siklus
II juga mengalami peningkatan. Pada tes pratindakan rata-rata kelas sebesar 56,51
atau dalam kategori kurang. Pada siklus I hasil tes menjadi 67,46 atau meningkat
komponen inquiry.
Pada siklus II hasil tes menjadi 81 atau meningkat sebesar 13,54%. Pada
siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 81%. Skor tertinggi pada tes akhir
siklus II diperoleh oleh Dika Permatasari dengan nilai 96, Desi Tresiana, Dwi Eka
Suci dan Sumawardani dengan nilai 93. Peningkatan itu ditandai pula dengan
tidak adanya yang memperoleh nilai kurang dari 65. Adanya peningkatan antara
siklus I ke siklus II tidak lepas dari penggunaan metode yang digunakan oleh
kelompok pada siklus II dipilih untuk membantu siswa dalam menyimpulkan data
siswa yang satu dengan siswa yang lain dapat saling bertukar pikiran,
sangat baik pada tes awal belum ada, tetapi pada siklus I terdapat 1 orang siswa
atau sebanyak 3%, telah berhasil memperoleh kategori nilai sangat baik.
Sedangkan pada siklus II terdapat 13 siswa yang memperoleh kategori skor sangat
baik. Kategori baik pada tes awal belum ada, tetapi pada siklus I terdapat 9 orang
siswa atau sebesar 23% dan pada siklus II terdapat 19 siswa atau sebesar 49%.
93
Sebaliknya kategori nilai cukup mengalami penurunan yang berarti. Pada siklus I
terdapat 19 siswa atau sebesar 48% sedangkan pada siklus II terdapat 7 siswa atau
sebesar 18%. Kategori nilai kurang pada tes awal sebanyak 25 siswa atau sebesar
64% sedangkan pada siklus I terdapat 10 orang siswa atau sebesar 26% dan pada
siklus II tidak seorang siswa pun yang menduduki kategori tersebut. Dengan
demikian terjadi peningkatan yang baik pada siklus I dan siklus II.
membaca intensif teks profil tokoh siswa masih kurang, setelah diberlakukannya
pada siklus II keterampilan membaca intensif teks profil tokoh menjadi baik.
ketika diberi soal tes mereka mengeluh meskipun akhirnya dikerjakan. Perubahan
perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran dapat dilihatv dari hasil observasi.
94
Hasil observasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel
12 berikut ini!
Persentase Aktivitas
Persentase
No. Jenis Perilaku Siswa
Peningkatan
Siklus I Siklus II
1. Sikap siswa terhadap teknik 56% 80% 24%
pembelajaran
2. Keaktifan siswa dalam 40% 78% 38%
bertanya dan berkomentar
3. Semangat siswa dalam 53% 86% 33%
mengikuti pembelajaran
4. Keaktifan siswa dalam 47% 86% 39%
menemukan riwayat hidup
tokoh, keistimewaan tokoh
dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat
5. Ketertarikan siswa terhadap 63% 86% 23%
bahan bacaan yang disajikan
6. Kecakapan siswa dalam 48% 82% 34%
menyimpulkan hasil
temuannya
7. Keaktifan siswa dalam 55% 77% 22%
pembelajaran
8. Keaktifan siswa dalam 41% 67% 26%
menanggapi hasil kerja
temannya
9. Keaktifan siswa dalam 82% 83% 1%
mengerjakan soal
10. Keaktifan Siswa dalam - 88% 87,82%
berdiskusi
II. Kesepuluh jenis perilaku yang diamati mengalami perubahan pada siklus II,
hal ini merupakan bukti bahwa terjadi perubahan perilaku siswa setelah dilakukan
siswa terhadap teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru, pada siklus I
95
mencapai 56% dan pada siklus II meningkat menjadi 80%. Terjadi peningkatan
sebesar 24% dari siklus I. Siswa mulai tertarik terhadap teknik pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Siswa menjadi tertarik terhadap teknik pembelajaran yang
pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan. Siswa mulai aktif dan
78%. Terjadi peningkatan sebesar 38% dari siklus I. Peningkatan ini terjadi
karena reward yang diberikan oleh guru pada siklus II lebih menarik. Semangat
dalam pembelajaran siklus I sebesar 85% dan meningkat menjadi 86% pada siklus
II. Terjadi peningkatan sebesar 33%. Peningkatan ini terjadi karena guru
riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat
masih kurang. Pada siklus I siswa yang aktif dan sungguh-sungguh dalam
menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat sebesar 47%. Masih sedikitnya siswa yang aktif dan sungguh-sungguh
dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal
aktif dalam menemukan riwayat hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat
96
hal-hal yang bermanfaat meningkat sebesar 39% menjadi 86%. Peningkatan ini
pembelajaran kontekstual.
disajikan oleh guru. Ketertarikan siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan
sebesar 63%. Ketertarikan ini terjadi karena guru menyajikan teks profil tokoh
AFI yang sudah mereka kenal. Sedangkan pada siklus II ketertarikan siswa
meningkat menjadi 86%. Ketertarikan ini terjadi karena guru menyajikan tokoh
penyair terkenal Chairil Anwar dan tokoh pertelevisian Ira koesno. Dalam
mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru pun meningkat. Pada siklus
I siswa yang mencatat hal-hal penting sebesar 48% sedangkan pada siklus II
sebesar 82%. Peningkatan ini terjadi karena siswa mulai menyadari bahwa dengan
mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru membantu mereka dalam
hasil temuannya sebesar 48% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 82%.
secara berkelompok.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga sudah terlihat. Pada siklus I 55%
siswa yang aktif dalam pembelajaran sedangkan sisanya 45% masih pasif. Pada
77%. Peningkatan ini terjadi karena pada siklus II guru menggunakan metode
97
yang berbeda dari siklus I sehingga siswa merasa tertarik untuk terlibat dalam
menemukan jawaban yang tepat dan terpilih menjadi kelompok yang terbaik.
Pada kegiatan diskusi yang diutamakan adalah penemuan riwayat hidup tokoh dan
siswa dan penyatuan pendapat. Melalui kerjasama yang baik dalam diskusi,
profil tokoh. Diskusi pada pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh juga
mereka untuk menemukan jawaban yang benar berdasarkan pada alasan yang
tepat. Pada saat berdiskusi, tidak jarang di antara mereka yang menanyakan pada
guru tentang materi. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa terjalin baik pada
saat diskusi. Keaktifan siswa dalam berdiskusi pada siklus II sebesar 87,82%.
memberikan penilaian. Pada siklus I siswa yang aktif dalam menanggapi hasil
kerja temannya sebesar 41% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 67%.
Peningkatan ini disebabkan karena mereka sadar bahwa dengan menanggapi hasil
kerja temannya mereka dapat bertukar pikiran untuk menemukan jawaban yang
paling tepat.
98
mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh. Kesungguhan siswa dalam
mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh pada siklus I sebesar 82%
dan serius dalam mengerjakan tes membaca intensif teks profil tokoh karena
nilai terbaik. Siswa juga tidak menunjukkan perilaku negatif seperti menyontek
atau melihat pekerjaan temannya. Hasilnya siswa dapat menyelesaikan soal tes
membaca intensif teks profil tokoh pada waktu yang telah ditentukan.
yang diterapkan oleh guru. Pada siklus I siswa masih mengalami kesulitan yaitu
dalam mencatat hal-hal yang bermanfaat dan kurang paham penjelasan guru.
Kondisi yang kurang kondusif pada siklus I juga menganggu konsentrasi mereka
dalam membaca intensif teks profil tokoh. Pada siklus II siswa mengaku lebih
kemudahan dalam menguasai materi. Pada siklus II suasana kondusif sudah dapat
tercipta sehingga mereka dapat berkonsentrasi dalam membaca intensif teks profil
tokoh.
membaca intensif teks profil tokoh. Hasil observasi, jurnal, wawancara, dan
99
negatif yang ditunjukkan pada kondisi awal dan siklus I berubah menjadi positif
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
pada pratindakan sebesar 56,51atau berada dalam kategori kurang. Pada siklus
atau berada pada kategori cukup. Pada siklus II rata-rata kelas meningkat
menjadi 81. Hal ini berarti terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar
13,54%.
Perubahan perilaku itu adalah perubahan yang positif. Pada siklus I banyak
siswa kurang tertarik terhadap teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Mereka cenderung acuh dan tak acuh pada saat pembelajaran berlangsung.
tampak tertarik terhadap teknik yang digunakan oleh guru. Pada siklus II i
hidup tokoh, keistimewaan tokoh dan mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi
pembelajaran yang tepat dapat mengubah perilaku siswa dari negatif menjadi
5.2 Saran
sebagai berikut.
pembelajaran membaca.
DAFTAR PUSTAKA
102
103
2. Baik 75 – 84
3. Cukup 60 – 74
4. Kurang 0 – 59
Kriteria Penilaian
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Mata Pelajaran :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
R-01
R-02
R-03
R-04
R-05
R-06
R-07
R-08
R-09
R-10
R-11
R-12
R-13
R-14
R-15
R-16
R-17
R-18
R-19
R-20
R-21
R-22
R-23
R-24
R-25
R-26
R-27
R-28
R-29
R-30
R-31
R-32
R-33
R-34
R-35
R-36
R-37
R-38
R-39
R-40
Jurnal Siswa Siklus I
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Mata Pelajaran :
Tempat Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Wawancara ke- : 1
Responden : Fermandha Kurniawan
Nilai : 86 (tertinggi)
Hari, tanggal : Rabu, 10 Agustus 2005
Kelas/Sekolah : VII B/ SMPN 10 Semarang
3. Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah Saya mudah memahami
dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif bacaan.
teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry?
Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan Dapat menemukan sendiri
5. pembelajaran yang telah dilaksanakan? jawaban dari bacaan
tersebut.
Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan Bahan bacaannya jangan
6. yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya? terlalu panjang dan mudah
dipahami
Wawancara ke- :2
Responden : Fahri Surya Laksana
Nilai : 73 (sedang)
Hari, tanggal : Rabu, 10 Agustus 2005
Kelas/Sekolah : VII B/ SMPN 10 Semarang
6. Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan Bahan bacaannya harus
yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya? lebih menarik
Wawancara ke- :3
Responden : Aditya Wijaya
Nilai : 50 (terendah)
Hari, tanggal : Rabu, 10 Agustus 2005
Kelas/Sekolah : VII B/SMPN 10 Semarang
3. Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah Melatih daya ingat dan
dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif mudah memahami
teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual bacaannya
komponen inquiry?
4. Kesulitan apa saja yang anda temui setelah Bacannya terlalu panjang
dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif dan waktu untuk membaca
teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual terlalu sedikit
komponen inquiry?
5. Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan Dapat memahami bacaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan? secara mendalam
6. Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan Bacannya mudah dipahami
yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya? dan menarik
Wawancara ke- :1
Responden : Dika Permatasari
Nilai : 96 (tertinggi)
Hari, tanggal : Kamis, 18 Agustus 2005
Kelas/Sekolah : VII B/SMPN 10 Semarang
3. Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah Mudah memahami bacaan
dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif
teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry?
5. Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan Dengan diskusi dapat
pembelajaran yang telah dilaksanakan? melatih kerjasama antar
siswa
6. Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan Bahan bacannya mudah
yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya? dipahami dan jelas
Wawancara ke- :2
Responden : Fadhilah Rahmawati
Nilai : 73 (sedang)
Hari, tanggal : Kamis, 18 Agustus 2005
Kelas/Sekolah : VIIB/SMPN 10 Semarang
3. Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah Mudah mengerti bacaan
dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif
teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry?
Wawancara ke- :3
Responden : Dimas Leon
Nilai : 66 (terendah)
Hari, tanggal : Kamis, 18 Agustus 2005
Kelas/Sekolah : VII B/SMPN 10 Semarang
3. Kemudahan apa saja yang anda dapatkan setelah Mudah memahami bacaan
dilaksanakannya pembelajaran membaca intensif
teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual
komponen inquiry?
6. Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan Bahan bacaan harus lebih
yang disajikan untuk pertemuan selanjutnya? menarik dan tidak hanya
profil dalam negeri saja
sehingga menantang rasa
ingin tahu
4. Kesulitan apa saja yang anda temui setelah mendapatkan pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry?
Fermandha dan Fahri tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran seperti ini,
tetapi Aditya yang mendapatkan nilai terendah berpendapat bahwa bacaannya
terlalu panjang dan waktu yang diberikan terlalu sedikit sehingga ia tidak
mendapatkan pemahaman yang maksimal.
5. Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan?
Fermandha mengungkapkan bahwa dengan pembelajaran seperti ini dapat melatih
kita untuk menemukan jawaban sendiri jawaban dari soal-soal yang diberikan
oleh guru sedangkan Fahri berpendapat bahwa pembelajaran seperti ini dapat
melatih konsentrasinya ketika membaca sebuah teks. Berbeda dengan Fermandha
dan Fahri, Aditya berpendapat bahwa pembelajaran seperti ini dapat
membantunya dalam memahami bacaan secara mendalam.
6. Apa harapan anda berkaitan dengan bahan bacaan yang disajikan untuk
pertemuan selanjutnya?
Fermandha berharap agar pada pertemuan selanjutnya bahan bacaannya tidak
terlalu panjang dan lebih mudah dipahami sedangkan Fahri dan Aditya berharap
agar bahan bacaannya pada pertemuan selanjutnya lebih menarik.
7. Apa harapan anda mengenai kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk
pertemuan selanjutnya?
Ketiga responden berharap agar pada pertemuan selanjutnya pembelajarannya
lebih menarik dan menyenangkan sehingga mereka tidak merasa jenuh.
Rekapitulasi Hasil Wawancara Siklus II
4. Kesulitan apa saja yang anda temui setelah mendapatkan pembelajaran membaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry?
Ketiga responden mengungkapkan bahwa mereka tidak mengalami kesulitan
dalam pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan
kontekstual komponen inquiry.
5. Apa manfaat yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan?
Dika mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan metode diskusi dapat melatih
kerjasama antar siswa sedangkan Fadhilah berpendapat bahwa pembelajaran
membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan Dimas
mengungkapkan bahwa dengan mempresentasikan hasil kerjanya dia dapat
mengetahui apakah jawaban yang telah disusun benar atau salah. Dari jawaban
ketiga responden itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual mempunyai banyak manfaat.
6. Apa harapan anda berkaitan bahan bacaan yang disajikan untuk pertemuan
selanjutnya?
Dika dan fadhilah berharap agar bahan bacaan yang dissajikan untuk pertemuan
selamjutnya tidak terlalu panjang, mudah dipahami dan jelas. Berbeda dengan
Dika dan Fadhilah, Dimas berharap agar bahan bacaan yang disajikan pada
pertemuan selanjutntya harus lebih menarik tidak hanya profil tokoh dalam negeri
saja, tokoh luar negeri pun harus disajikan.
7. Apa harapan anda berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang disajikan untuk
pertemuan selanjutnya?
Dika berharap agar pada pembelajaran selanjutnya dengan berdiskusi dan
pemberian rewardnya lebih menarik sedangkan Fadhilah menginginkan
pertemuan selanjutnya pembelajarannya seperti ini. Dimas menambahi bahwa
pembelajaran selanjutnya harus lebih bervariasi dan tidak membosankan.
RENCANA PEMBELAJARAN I
A. STANDAR KOMPETENSI
Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara
membaca: membacakan teks untuk orang lain, membaca teks pengumuman,
membaca memindai, membaca cepat, membaca tabel/diagram, membaca teks
percakapan, membaca intensif dan ekstensif ragam teks, dan menemukan gagasan
pokok isi suatu teks.
B. KOMPETENSI DASAR
Membaca intensif teks profil tokoh
C. INDIKATOR
• Mampu menyarikan riwayat hidup tokoh
• Mampu menyimpulkan keistimewan tokoh
• Mampu mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa
D. MATERI POKOK
Teks profil tokoh
Riwayat hidup tokoh
Keistimewan tokoh
Hal-hal yang bermanfaat
E. SKENARIO PEMBELAJARAN
NO. Kegiatan Alokasi Waktu Metode/teknik
1. PENDAHULUAN 5’
1. Apersepsi Ceramah
2. Guru bertanya kepada
siswa pernahkah mereka
membaca teks profil tokoh?
3. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran hari itu yakni
membaca intensif teks
profil tokoh.
G. PENILAIAN
• Proses
• Hasil
Mengetahui Semarang……………2005
Guru Mata Pelajaran, Peneliti,
Sukamti Munawaroh
NIP. 131253690 NIM. 2101401037
Mengetahui
Kepala Sekolah SMP N 10 Semarang
A. STANDAR KOMPETENSI
Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara
membaca: membacakan teks untuk orang lain, membaca teks pengumumaman,
membaca memindai, membaca cepat, membaca tabel/diagram, membaca teks
percakapan, membaca intensif dan ekstensif ragam teks, dan menemukan
gagasan pokok isi suatu teks.
B. KOMPETENSI DASAR
Membaca intensif teks profil tokoh
C. INDIKATOR
♦ Mampu menyarikan riwayat hidup tokoh
♦ Mampu menyimpulkan keistimewaan tokoh
♦ Mampu mencatat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa
D. MATERI POKOK
Teks profil tokoh
♦ Riwayat hidup tokoh
♦ Keistimewan tokoh
♦ Hal-hal yang bermanfaat
E. SKENARIO PEMBELAJARAN
No. Kegiatan Alokasi Metode/Teknik
Waktu
1. PENDAHULUAN 5’
1. Apersepsi Ceramah
2. Guru memberikan umpan balik
terhadap pembelajaran yang lalu.
3. Guru menanyakan kepada siswa
kesulitan dalam pembelajaran
membaca intensif teks profil
tokoh?
Sukamti Munawaroh
NIP. 131253690 NIM. 2101401037
Mengetahui
Kepala Sekolah SMP N 10 Semarang
IRA KOESNO
ANCHOR JELITA PECINTA BUKU
Sejak kecil Ira sudah rajin membaca. Kedua orang tuanya pun
mendukungnya secara penuh. Buku-buku cerita karya Enid Blyton dan Hans
Christian Andersen habis dilahapnya juga. Sekarang ia seorang anchor yang cerdas
dan handal.
Pemirsa televisi tentu tidak asing dengan sosok satu ini. Pembaca cerita yang
berhak menentukan karakter acara (dalam pertelevisian lazim disebut Anchor) ini
bernama lengkap Dwi Noviratri. Ira koesno yang berumur 32 tahun ini dikenal lewat
pertanyaan-pertanyaannya yang cerdas. Lawan bicara atau narasumber seringkali
dibuat “terpojok” ketika harus menjawab pertanyaannya.
Kepiawaiannnya dalam berpikir dan berbicara ini adalah buah dari
ketekunannnya membaca. Buku-buku cerita karya Enid Blyton dan Hans Christian
Andersen tak ada yang terlewat. Bahkan Cerita Lima Benua pun masih diingatnya
hingga kini.
Ratusan judul buku sudah dikoleksinya. Dalam deretan koleksinya bisa
dijumpai bacannya di masa kanak-kanak. Ibunyalah yang rajin mengumpulkan semua
bacaannya hinga kini tetap terawat baik. Ira koesno, anak kedua dari pasangan
Koesno Martoatmodjo dan Sri Utami, telah terbiasa membaca sejak kecil. Gadis
penggemar novel Marga T, ini memilah bacaannya menjadi dua kategori, yaitu
bacaan berat dan bacaan ringan. Yang pertama adalah buku-buku yang harus dibaca
karena ada hubungannnya dengan pekerjaan. Kedua adalah buku-buku bacaan untuk
penyegaran yang dinikmatinya menjelang tidur.
Putri pasangan dokter anak dan sarjana ekonomi ini pun masih menambah
bacaannya dengan buku-buku, seperti terampil berpikir, terampil berbicara, dan
sebagainya. Tuntutan untuk tampil berwawancara dalam durasi yang sangat singkat
(empat menit) mengharuskannya mampu mengolah kata tanpa mengaburkan pesan
yang akan disampaikan.
Ditemui di kantornya, lantai 12 Graha SCTV di kawasan Gatot Subroto
Jakarta Selatan, penggemar serial Lima Sekawan ini banyak bertutur tentang buku
dan minat baca. Peraih gelar master di bidang Film and TV Production dari
University of Bristol ini begitu fasih bicara tentang minat baca dan budaya
masyarakat Indonesia. “Budaya kita itu budaya mendengar, bukan membaca,
indoktrinasi!” katanya berapi-api. Pemerintah menurutnya, harus menyiapkan
infrastruktur yang diperlukan untuk meningkatkan budaya baca masyarakat seperti
perpustakaan keliling. Perpustakaan kita sudah diakses, koleksinya tidak lengkap, dan
suasananya kurang mengundang orang untuk membaca berlama-lama. Di Inggris,
tempat Ira juga belajar Broadcasting Journalism di University of Weisminster,
perpustakannnya begitu mudah diakses, koleksinya komplet, dan suasananya sangat
menyenangkan.
Memang, tidak mudah mengembangkan minat baca di tengah masyarakat
yang sedang dilanda krisis ini. Anak-anak lebih membantu orang tua untuk mencari
nafkah daripada harus membaca buku. Akan tetapi, tentu kita tidak boleh pesimis.
Pemerintah, orang tua, dan masyarakat harus bekerja sama bahu membahu untuk
menumbuhkan dan mengembangkan budaya baca. Menurut Ira, orang Indonesia
sebenarnya pintar-pintar. Terbukti dengan buku-buku yang ditulis penulis kita juga
bagus-bagus kualitasnya, tidak kalah jika dibandingkan dengan buku-buku asing.
Hanya dari segi kuantitas belum seimbang dengan jumlah penduduk yang ada.
Dalam upaya pengembangan minat baca ”Tidak ada kata terlambat untuk
memulai daripada tidak sama sekali”, ujar alumnus FEUI tahun 1993 ini. Anak-anak
dari kalangan berpunya sebaiknya dialihkan untuk membaca buku-buku dalam bentuk
CD ROOM daripada main sega (game). Anak-anak dari kalangan kurang mampu
secara swadaya harus dibantu pemerintah dan masyarakat dengan menyediakan
sarana yang dibutuhkan. Pemenjaraan terhadap kretivitas dan pemikiran, serta
pelarangan buku seperti yang pernah kita alami selama tiga dasawarsa hendaknya
ditiadakan. Demikian pesan gadis berdarah Jawa yang antiprimordialisme ini
mengakhiri pembicarannya dengan Buletin Pusat Perbukuan.
(Sumber: Buletin Pusat Perbukuan Vol VI tahun 2002).
Kunci Jawaban
1. Ira koesno yang bernama lengkap Dwi Noviratri merupakan seorang anchor (
pembaca berita yang berhak menentukan karakter acara) yang cerdas. Ira koesno
yang berumur 32 tahun ini dikenal lewat pertanyaan-pertanyaannya yang cerdas.
Ia dikenal dengan pertanyaannya yang dapat membuat terpojok lawan bicara atau
narasumber. Kepiawaiannnya dalam berpikir tidak lepas dari ketekunannya
membaca. Ira koeno merupakan anak kedua dari pasangan dokter anak dan
sarjana ekonomi. Ibunya bernama Sri Utami sedangkan ayahnya bernama Koesno
martoatmodjo. Ira koesno telah terbiasa membaca sejak kecil sehingga koleksi
buku-bukunya sangat banyak. Buku-buku cerita karya Enid Blyton dan Hans
Christian Andersen tak ada yang terlewat. Bahkan Cerita Lima Benua pun masih
diingatnya hingga kini. Tidak hanya bulu-buku cerita saja ia yang baca, novel pun
digemarinya juga. Novel yang digemarinya adalah novel karya Marga T.
Tuntutan untuk tampil wawancara dalam durasi yang sangat singkat
mengharuskannnya mampu mengolah kata tanpa mengaburkan pesan yang akan
disampaikannnya. Sehingga ia dituntut untuk terampil berbicara, terampil berpikir
dan sebagainya. Penggemar Lima Sekawan ini meraih gelar master di bidang Film
and TV Production dari University of Bristol. Ia juga belajar Broadcasting
Journalism di University of Weisminster Inggris. Tidak hanya itu saja, ia juga
alumnus FEUI tahun 1993. Kini ia seorang anchor yang berkantor di lantai 12
Graha SCTV di kawasan Gatot Subroto Jakarta Selatan. Menurut Ira untuk
meningkatkan budaya masyarakat perlu dipersiapkan infrastruktur seperti
perpustakaan keliling.
2. Kestimewaan Ira Koesno adalah ia merupakan seorang anchor wanita yang cerdas
dengan pendidikan yang tinggi serta minat baca yang tinggi pula sehingga ia
terampil berpikr dan berbicara. Ia juga dapat membuat lawan bicara atau
narasumber “terpojok” ketika harus menjawab pertanyaannya.
3. Hal-hal yang bermanfaat bagi siswa dalam teks tersebut adalah sebagai berikut.
• Kepiawaiannnya dalam berpikir dan berbicara ini adalah buah dari ketekunannnya
membaca.
Hal tersebut merupakan hal yang bermanfaat yang dapat
dilaksanakan bagi seseorang yang ingin berhasil dan terampil dalam berpikir
dan berbicara yaitu tekun membaca.
• Pembaca cerita yang berhak menentukan karakter acara (dalam pertelevisian
lazim disebut Anchor).
Pernyataan tersebut memberikan pengetahuan bagi kita tentang istilah
Anchor yang digunakan untuk pembawa cerita yang berhak menentukan
karakter acara.
• Gadis penggemar novel Marga T, ini memilah bacaannya menjadi dua
kategori, yaitu bacaan berat dan bacaan ringan.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa jenis bacaan
ada dua yaitu bacaan ringan dan bacaan berat. Bacaan ringan adalah bacaan
yang sifatnya lebih santai sedangkan bacaan berat adalah bacaan yang
berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan. Sehingga pernyataan ira koesno
memberikan pengetahuan baru bagi kita.
• ”Tidak ada kata terlambat untuk memulai daripada tidak sama sekali”.
Pepatah tersebut merupakan pepatah yang disampaikan kepada orang
yang bijaksana dan cerdas. Untuk memulai sesuatu tidaklah ada kata
terlambat. Pepatah tersebut dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari agar
kita sukses dalam hidup.
• Peraih gelar master di bidang Film and TV Production dari University of
Bristol ini begitu fasih bicara tentang minat baca dan budaya masyarakat
Indonesia.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ira koesno
berpendidikn tinggi. Hal tersebut merupakan hal yang bermanfaat bagi orang
yang ingin sukses dan pandai tidaklah lepas dari pendidikan yang tinggi pula.
Sehingga pendidikan amatlah penting bagi kehidupan.
Penilaian
• Tiap nomor bernilai 10 skor. Nilai akhir membaca intensif teks profil tokoh
adalah jumlah skor dibagi tiga dikali 10
Tabel 1 Aspek dan skor Penilaian
Penilaian ri Skor
Pemuda kelahiran Pekanbaru, 2 Oktober 1979 ini mungkin tidak tahu kalau
nasibnya akan terkenal seperti ini. Kehidupan aslinya jauh dari kesan borju dan
kehidupan mewah. Biarpun lahir dari keluarga seniman, ibunya Poppy Kaligis
(penyanyi) dan bapaknya Indra Karina (drummer), Micky tetap hidup bersahaja.
Dari kecil, umur setahun, bakat menyayi Micky ternyata sudah kelihatan.
Menurut ibunya, suaranya waktu kecil sudah melengking banget.
Micky kecil pun mulai ikut-ikutan lomba. Dia pertama kali mulai berani
menyanyi waktu SD. Saat itu, ada acara perpisahan sekolah. Waktu itu, ibu gurunya
memanggil ibunya dan meminta Micky menyanyi di acara perpisahan. Karena Micky
kecil pemalu, mau tidak mau ibunya mencari akal agar ia mau menyanyi. Akhirnya
tante Poppy berkata kepada Micky, “kalau kamu tidak mau menyanyi, tidak naik
kelas. Akhirnya, dia mau”. Akhirnya, Micky mau menyanyi dan suaranya yang tinggi
memukau semua yang datang. Dari sinilah semua orang tahu kalau Micky punya
bakat yang lebih dari dunia tarik suara.
Beranjak SMP, Micky mulai rajin mengikuti acara-acara seni, bahkan mulai
terlibat di sebuah Sanggar Dang Merdu yang ada di kawasan Pemerintahan
Pekanbaru. Di sinilah Micky mulai belajar seni terutama seni tari di bawah asuhan
Pak Yan.
Micky pun mulai keasyikan sibuk di sanggar dan kadang lupa pulang ke
rumah. Makanya, ia kos di rumah Ibu Biadidar, yang ada di belakang sanggar. Karena
mudah kenal akrab, dengan keluarga Ibu Biadidar, yang ada di belakang sanggar.
Akhirnya Micky malah dianggap sebagai anak angkat. Biarpun begitu Micky tetap
kontak dengan keluarganya, terutama ibunya.
Micky pun mulai ikut lomba-lomba menyanyi. Waktu SMA, dia pertama kali
ikut festival tingkat provinsi di RRI. Alhamdulillah dia mendapat juara kedua. Dari
sinilah ibunya mulai memberi dorongan pada Micky untuk terus berlatih.
Bukan hanya dunia tari dan dunia nyanyi, yang dia geluti. Micky yang pernah
bergabung di sebuah band bernama True Box dan sering dikontrak menyanyi di
Timika. Di sini dia juga bergelut di dunia modelling di Pekanbaru, bahkan Micky
pernah menjadi juara kedua dan favorit di pemilihan Putra-Putri Riau tahun 1999.
Micky memang banyak disebut temannnya orang yang care banget. Akan
tetapi, Micky aslinya sangat pemalu dan cool abis. Dia suka memberi kejutan.
Contohnya, ketika dia masuk sepuluh besar AFI dan harus berangkat ke Jakarta.
Selain suka memberi kejutan, ternyata Micky suka gemesan kalau melihat bayi atau
kucing. Pernah kejadian, ketika umur tiga tahun, karena sangat gemes, tidak sadar
kucingnya tercekik sampai mati.
Penilaian
• Tiap nomor bernilai 10 skor. Nilai akhir membaca intensif teks profil tokoh
Chairil Anwar
Chairil Anwar lahir di Medan (Sumatera Utara) 26 Juli 1922 merupakan putra
satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha. Ayahnya, Toeloes, berasal dari
kenegerian Taeh, 50 kota (Sumatera Barat) yang bekerja sebagai pamongpraja di
Sumatera Utara, dan zaman revolusi kemerdekaan menjadi Bupati Indragiri,
Karesidenan riau. Sedangkan ibunya, Saleha, berasal dari Koto Gadang (Sumatera
Barat) yang masih memiliki pertalian keluarga dengan ayah Sutan Sjahrir.
Masa kanak-kanak hingga remajanya dihabiskan di kota kelahirannya Medan
dengan bersekolah Belanda HIS (Hollands Inlandsche School, setingkat SD). Di sana
Chairil kecil sudah menampakkan diri sebagai siswa yang cerdas dan berbakat
menulis. Kemudian dia melanjutkan sekolahnya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager
Orderwijs, setingkat Sekolah Menengah Pertama). Ketika kelas dua, dalam usia 19
tahun, Chairil hijrah ke Jakarta mengikuti ibunya, sebagai protes terhadap ayahnya
yang menikah lagi dan bercerai dengan ibunya. Karena kesulitan ekonomi pada masa
kolonial Jepang di tahun 1942, akhirnya Chairil putus sekolah.
Di masa putus sekolah itu Chairil di Jakarta mengisi waktunya dengan
membaca sebanyak-banyaknya karya sastra lewat di depannya: Indonesia, Belanda,
Jerman, Inggris, Amerika dan berbagai terjemahan sastra dunia. Sebagai pelajar
MULO Chairil otomatis menguasai tiga bahasa asing yaitu Belanda, Inggris, dan
Jerman secara aktif. Bahasa daerah yang dia kuasai adalah bahasa Minang. Dan
kelak, penguasannya terhadap ketiga bahasa asing itulah yang mengantarkan Chairil
pada karya-karya sastrawan dunia sebagai referensi yang berhasil disadur dan
diterjemahkan. Keberhasilannya menyadur dan menerjemahkan karya puisi atau
cerpen Andre Gide, John Steinbeck, Raine Maria Rlke, Ernest Hemingway, WH
Auden, Conrad Aiken, John Cornford, Hsu Chih-Mo, Archibald MacLeish, Willem
Elsschat, H. Marsman, Edgar du Perron, J. Slaverhoff, dan lain-lain telah
menyudutkan Chairil pada klaim kritikus sastra sebagai plagiator, penyadur, atau
penerima pengaruh berat dari karya-karya itu.
Chairil makin memperlihatkan kematangannnya sebagai penyair yang
menyerahkan hampir seluruh perjalanan kehidupannya dengan penuh kesetiaan untuk
sastra. Di antara kredo penciptaan puisinya sangat menarik adalah puisiku tiap kata
akan kugali-korek sedalamnya hinggga ke kernwoord, ke kernbeeld. Dalam pidato
radio tahun 1946, penyair ini menegaskan kembali pendapatnya, bahwa sebuah sajak
(puisi) yang menjadi adalah suatu dunia. Dunia yang dijadikan, diciptakan oleh si
penyair.
Tiga kumpulan puisi Chairil, yaitu Deru campur Debu (1949), Kerikil Tajam
dan Yang Terempas dan Yang Putus (1949), atau Tiga Menguak Takdir (1950).
Kumpulan puisi bertiga dengan Asrul Sani dan Rivai Apin-merupakan sejumlah puisi
yang selama bertahun-tahun hidup dan memompakan antusiasme dalam sejarah sastra
Indonesia, sekaligus referensi, yang telah memasuki lubuk teks dunia pendidikan dan
bidang kajian penelitian sastra. Chairil juga menjadi bagian tersendiri dalam kejadian
atau penelitian mengenai sastra yang ditulis sastrawan Indonesia. Terjemahan
puisinya ke dalam bahasa Inggris adalah Selected Poems of Chairil Anwar (1970)
oleh Burton Raffel, The Complete Poems of Chairil anwar (1974) oleh Liauw Yock
Fang, dan dalam bahasa Jerman Fever und Asche oleh Walter Karwath.
Nama Chairil Anwar dikenal di lingkungan seniman dan budayawan Jakarta
ketika ia berusia 21 tahun (1843). Pada masa itu, ia sering datang ke kantor redaksi
majalah Panji Poestaka mengantarkan puisi-puisinya. Pergaulannya dengan para
sastrawan dan budayawan senior semakin luas ketika ia kerap muncul di Keimin
Bunka Shidoso, pusat kebudayaan bikinan tentara pendudukan Jepang.
Chairil sempat bekerja menjadi redaksi majalah Gema Suasana (1948). Ia
hanya bertahan selama tiga bulan di sana (Januari-Maret), kemudian keluar dan
bekerja di mingguan berita Siasat. Di sana ia menjadi anggota redaksi ruang
kebudayaan Gelanggang bersama Ida Nasoetion, Asrul Sani, Rivai Apin. Dia salah
seorang pemikir yang memberikan kontribusi pada lahirnya Surat Kepercayaan
Gelanggang.
Untuk menghormati kepenyairan Chairil Anwar, Dewan Kesenian Jakarta
memberikan Anugerah Sastra Chairil Anwar, pertama kepada Mochtar Lubis di tahun
1992 dan kedua, Sutardji Calzoum Bachril di tahun 1998.
Kunci Jawaban
1. Chairil Anwar lahir di Medan (Sumatera Utara) 26 Juli 1922 merupakan putra
satu satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha. Ayahnya, Toeloes, bekerja
sebagai pamongpraja di Sumatera Utara. Sedangkan ibunya, Saleha, berasal dari
Koto Gadang (Sumatera Barat) yang masih memiliki pertalian keluarga dengan
ayah Sutan Sjahrir. Masa kanak-kanak hingga remajanya dihabiskan di HIS
(Hollands Inlandsche School, setingkat SD). Kemudian ia melanjutkan
sekolahnya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Orderwijs, setingkat Sekolah
Menengah Pertama). Karena kesulitan ekonomi pada masa kolonial Jepang di
tahun 1942, akhirnya Chairil putus sekolah. Pada masa itu ia sering membaca
sehingga ia dapat menyadur atau menerjemahkan cerpen. Tiga kumpulan puisi
Chairil, yaitu Deru campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan
Yang Putus (1949), atau Tiga Menguak Takdir (1950) sangat terkenal. Chairil
sempat bekerja menjadi redaksi majalah Gema Suasana (1948). Untuk
menghormati kepenyairan Chairil Anwar, Dewan Kesenian Jakarta memberikan
Anugerah Sastra Chairil Anwar.
2. Keistimewaan Chairil Anwar adalah ia dapat menerjemahkan karya puisi atau
cerpen. Ia juga menguasai tiga bahasa asing yaitu Belanda, Inggris, dan Jerman
secara aktif. Chairil Anwar juga membuat kumpulan puisi. Kumpulan puisinya
yang terkenal di antaranya Deru campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang
Terempas dan Yang Putus (1949), atau Tiga Menguak Takdir (1950). Ia pernah
mendapatkan Anugerah Sastra dari Dewan Kesenian Jakarta.
3. Hal-hal yang bermanfaat bagi siswa dari teks tersebut adalah :
1. Di masa putus sekolah itu Chairil di Jakarta mengisi waktunya dengan
membaca sebanyak-banyaknya karya sastra lewat di depannya: Indonesia,
Belanda, Jerman, Inggris, Amerika dan berbagai terjemahan sastra dunia.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Chairil tidak menyia-
nyiakan waktu walaupun ia sudah berhenti sekolah ia tetap rajin membaca.
Seperti halnya Chairil jika kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan
mengisi waktu luang dengan membaca maka kita dapat menjadi orang yang
sukses.
2. Pergaulannya dengan para sastrawan dan budayawan senior semakin luas
ketika ia kerap muncul di Keimin Bunka Shidoso, pusat kebudayaan bikinan
tentara pendudukan Jepang.
Pergaulan seseorang dapat mempengaruhi pola pikir kita. Seperti
halnya Chairil yang pergaulannya dengan sastrawan maka ia pun menjadi
sastrawan pula.
3. Dalam menghadapi hidup kita harus pantang menyerah seperti halnya yang
dilakukan Chairil. Walaupun ia dituduh plagiat ia tetap berkarya.
4. Masa kanak-kanak hingga remajanya dihabiskan di kota kelahirannya Medan
dengan bersekolah Belanda HIS (Hollands Inlandsche School, setingkat SD).
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Chairil mempunyai
pendidikan yang tinggi pada masa itu. Orang yang sukses tidak terlepas dari
pendidikan tinggi.
Identitas Teks
♦ Judul : K.H. Abdullah Gymnastiar Mereparasi Qolbu
♦ Teks ini digunakan pada : Tes membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry
pratindakan.
♦ Pelaksanaan tes siklus II : Rabu, 10 Agustus 2005.
♦ Teks ini dibaca selama : 10 menit.
Ibarat sebuah magnet yang mampu menyedot, setiap pukul 10.00 Ahad pagi
hingga Zhuhur, ribuan orang hadir di Pondok Pesantren Daarut Tauhid (DT),
Bandung, JABAR. Hadir pula manajer-manajer dan pengusaha papan atas dari
berbagai kota. Bahkan ada yang dari negeri jiran seperti Malaysia, Brunei
Darussalam. Semuanya hendak mendengar taushiyah yang sejuk dan bersahaja dari
seorang ulama muda, K.H. Abdullah Gymnastiar.
Aa’ Gym, panggilan akrabnya selalu mengajak khalayak merenungi diri:
sudah sejauh mana menjaga kebersihan qolbu dalam setiap langkah sehari-hari.
Ayah enam anak ini memang sangat menguasai seni berda’wah. Masa lalunya
yang warna-warni membuatnya mudah diterima beragam lingkungan. Sentilan-
sentilan ringannya terkadang menjadi renungan panjang. Isak tangis dan penyesalan
senantiasa terdengar di antara hadirin setiap kali ia menyampaikan taushiahnya.
“Hal-hal sepele pun kalau Aa’ yang menyampaikan, bisa membuat orang
meneteskan air mata,” kata Muhammad Rajab, mahasiswa sebuah perguruan tinggi
negeri di Bandung. “Terasa seperti sedang memutar rekaman film tentang tingkah
laku kita sendiri,” kata seorang eksekutif muda yang baru pertama kali menghadiri
pengajiannya kepada Sahid di Jakarta.
Ternyata tidak ada resep khusus. “Saya menyampaikan tidak usah yang rumit-
rumit, yang gampang saja, “katanya kepada Sahid. Sesuatu yang disampaikan dengan
hati yang tulus maka akan menyentuh relung hati pendengar yang paling dalam.
Lelaki yang pernah menjadi komandan resimen Mahasiswa Universitas
Jenderal Ahmad Yani, Bandung, ini dikenal oleh banyak orang dengan konsep
Manajemen Qolbunya. Menurutnya, tubuh kita ibarat sebuah kerajaan. Sekujur tubuh
ini adalah bala tentaranya dan rajanya adalah hati. “Kalau rajanya sakit maka
seluruhnya sakit,” ujarnya.
Karena keahliannya dalam hal mereparasi qolbu sampai ada yang menjuluki
pria kelahiran Bandung, 29 Januari 1962 ini sebagai Stephen Covey dari pesantren.
Stephen Covey adalh guru manajemen yang terkenal dengan buku dan pelatihannya
Seven Habits for Effective People.
Rekaman ceramahnya sudah banyak beredar dalam bentuk kaset dan VCD.
Buku-bukunya yang membahas masalah hati dan kiat menjadi SDM unggul laris
manis, seperti Menuju Generasi Ahli Dzikir, Fikir, dan Ikhtiar, Tanda-tanda Ikhlas,
Syukur Pengundang Nikmat, Manajemen Waktu, dan Seni Menata Hati dalam
Bergaul.
Di setiap akhir ceramahnya, mantan vokalis dan penyanyi ini sering mengajak
jamaahnya beristighfar dan berdo’a atau melantunkan serangkaian bait-bait nasyid
dengan suara yang merdu.
4. Jika kita mempunyai ilmu hendaknya diamalkan kepada orang lain. Begitu pula
yang dilakukan Aa’Gym ketika ia menyampaikan dakwahnya.
Pedoman Penilaian
• Tiap nomor bernilai 10 skor. Nilai akhir membaca intensif teks profil tokoh
Masuknya Adi dalam 12 besar AFI 2 bukan hal yang aneh buat bungsu dari
tiga bersaudara pasangan bapak Abdullah Syukur dan Ibu Indrawati (alm.) ini. Sebab,
sebelum ikut AFl, Adi pernah masuk lima besar ajang Popstar. Di ajang pencari bakat
ini juga Adi berkenalan dengan Mawar, Akademia AFI 1. Berbagai lomba tingkat
daerah pun pernah Adi ikuti. Dalam setiap lomba, Adi pasti membawa pulang piala.
Wajar kalau koleksi piala di rumah ada sekitar 50 buah.
Kepiawaian Adi bukan hanya di tarik suara. Didukung, postur tubuh yang
tinggi dan senyum yang manis, nampaknya melengkapi kesuksesan Adi dalam dunia
model. Cowok yang bercita-cita menjadi entertain ini pernah menjadi juara I Mbak
dan Mas (seperti Abang dan None Jakarta), juara Putra-Putri Idola. Pada 2002 lalu,
dia juga berhasil memboyong juara Putra Pariwisata dan memperoleh piala dari
Walikota Jogjakarta. Pada tahun yang sama, Adi juga memperoleh juara I, Mbak dan
Mas tingkat Jawa Tengah. Masih banyak prestasi Adi yang lainnya.
Kecintaan cowok yang lahir pada 1 Januari 1980 ini pada tarik suara sudah
terlihat sejak kecil. Saat berusia dua tahun, mata Adi tidak mau lepas dari televisi.
begitu ada program menyanyi atau menari. Adi memperhatikan dengan seksama.
Setelah acara selesai, giliran Adi menirukan gerak artis di televisi. Hebatnya semua
gerak artis itu bisa persis. Saking pintarnya menirukan gerakan, saat TK Adi sudah
diminta mengajari teman-temannya menari. Melihat perkembangan putra bungsunya
yang cenderung ke seni, ibunya, Indrawati, terus mendorong. Misalnya dengan
membuat pernak-pernik untuk pentas. Soalnya, saat Adi kecil sudah mulai ikut lomba
menyanyi. Melihat bakat seni yang sangat tinggi pada Adi, sang ayah kemudian
mengirim Adi belajar nyanyi pada salah seorang guru vokal yang terkenal di Kudus.
Bakat menyanyi Adi mengalir dari kedua orang tuanya. Ibunya adalah
penyanyi keroncong, sedangkan sang ayah, meski mengajar IPA di SMU I Kudus,
tetapi menjadi pembina seni musik di sekolah favorit di kota penghasil rokok itu. Adi
pun pernah membuat grup band dengan sang kakak. Meski anak bungsu, Adi bukan
tipe anak manja. Sejak kecil sudah diajarkan mandiri. Saat masih kuliah di
Universitas Negeri Jogjakarta, Adi bekerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan.
Maklum, uang kiriman orang tua tidak begitu besar. Jadi, untuk kebutuhan selama
kos di Jogjakarta, dia mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak SD. Atau mengajar
bule-bule yang ingin belajar bahasa Indonesia. Dari hasil membuat les ini, kadang
Adi mengirim sebagian penghasilannya kepada orang tuanya. Adi juga sering
mendapat hadiah uang dari lomba yang dimenanginya. Kalau mendapat hadiah,
uangnya pasti diberikan kepada ibunya. Katanya, untuk belanja. Dari dulu, Adi
memang memiliki perhatian kepada keluarga. Anaknya sopan, ramah, cerdas, dan
patuh pada orang tua. Dia tidak pernah membantah. Kalau diminta menyapu halaman
rumah oleh orang tuanya, ya, menyapu. Adi juga bisa bergaul dengan siapa saja,”
kata Ibu Erna, tante Adi.
Adi tergolong cerdas. Sejak kecil, dia selalu mendapat peringkat di kelasnya.
Dia juga serba bisa dan mau belajar. Suatu kali, Adi tidak bisa mengoperasikan
komputer, dia belajar komputer sendiri. Beberapa minggu berikutnya, dia sudah bisa
mengutak-ngutik program komputer, bahkan bermain internet. Bahasa Inggris yang
dikuasainya pun berkat kemauan keras Adi belajar. Padahal dia tidak pernah ikut kursus
bahasa Inggris.
Sebagai anak bungsu, wajar kalau Adi dekat dengan orang tuanya, terutama
ibunya. Karena itu, dia sangat terpukul saat ibunda tersayang meninggal karena stroke.
“Waktu itu, Adi masih kuliah di Jogja. Saat ibunya sakit keras, Adi diminta pulang,
sepertinya sang ibu menunggu Adi pulang. Sebab, saat Adi tiba di rumah sang ibu
meninggal dunia. lbunya sempat berbicara kepada saya. la ingin melihat Adi sukses dan
tampil di televisi. Sayangnya, ibunya tidak bisa melihat Adi sekarang,” kata Ibu Erna,
adik kandung ibu Adi. Kepergian ibu tersayang membuat Adi terpukul. Sebab, selama ini
sang ibulah yang paling mendukung dan tempat Adi berkeluh kesah. Sekarang, sang
ayahlah tempat curhat Adi.
“Tidak tahu kenapa, sekarang saya lihat Adi terlihat sensitif. Mungkin, ya, itu
tadi, kangen dengan ibunya. Dari dulu, Adi memang ingin menyenangkan orang tuanya.
Dia sekarang mudah menangis. Padahal, dulu tidak. Kalau ada Akademia yang sakit atau
tereliminasi, dia pasti menangis. Adi memang mudah peduli,” lanjut Ibu Erna.Saat ikut
AFI, Adi melakukan semuanya sendiri. Dari mulai mendaftar sampai proses audisi. Adi
tidak segan-segan mendatangi sekolah-sekolah dan kantor untuk minta dukungan. “Adi
terus mendatangi sekolah dengan naik sepeda motor. Di sana dia menyanyi. Dia juga
mendatangi kantor-kantor. Maklum, dia tidak mempunyai biaya untuk minta dukungan.
Karena itu, dia mendatangi sekolah atau kantor. Kerena terlalu bersemangat dalam
meminta dukungan, Adi sampai terjatuh dari sepeda motor. Sangat beruntung dia tidak
cedera. Pak lurah, Bapak Nurul, tempat Adi tinggal juga mendukung. Kebetulan, Pak
lurah masih muda dan hobi menyanyi. Suatu kali, pernah Pak lurah dan Adi boncengan
naik motor mendatangi sekolah di Kudus. Pak lurah juga ikut membuat spanduk dan
membagikan brosur mendukung Adi,” tandas Ibu Erna.
Pak Abdullah pun ikut mencari dukungan buat Adi. Pak Abdullah mendatangi
SMUN 1 tempat dulu mengajar untuk minta dukungan buat Adi. Kepada beberapa teman
guru yang tidak punya handphone, Pak Abdullah memberikan kartu perdana seharga 50
ribu rupiah. Pak Abdullah berharap Pak Bupati ikut mendukung.
Kunci Jawaban
1. Adi adalah anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan bapak Abdullah Syukur dan
Ibu Indrawati (alm.) ini. Sebelum ikut AFl, Adi pernah masuk lima besar ajang
Popstar. Di ajang pencari bakat ini juga Adi berkenalan dengan Mawar, Akademia
AFI 1. Berbagai lomba tingkat daerah pun pernah Adi ikuti. Wajar kalau koleksi
piala di rumah ada sekitar 50 buah. Kecintaan cowok yang lahir pada 1 Januari
1980 ini pada tarik suara sudah terlihat sejak kecil. Bakat menyanyi Adi mengalir
dari kedua orang tuanya. Ibunya adalah penyanyi keroncong, sedangkan sang ayah,
meski mengajar IPA di SMU I Kudus, tetapi menjadi pembina seni musik di
sekolah favorit di kota penghasil rokok itu. Meski anak bungsu, Adi bukan tipe
anak manja. Sejak kecil sudah diajarkan mandiri. Saat masih kuliah di Universitas
Negeri Jogjakarta, Adi bekerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan. Anaknya
sopan, ramah, cerdas, dan patuh pada orang tua. Dia tidak pernah membantah. Adi
tergolong cerdas. Sejak kecil, dia selalu mendapat peringkat di kelasnya. Dia juga
serba bisa dan mau belajar.
2. Keistimewaan Adi adalah ia mempunyai suara yang indah dan segudang prestasi.
Walaupun anak bungsu ia tidak pernah manja karena sejak kecil sudah diajarkan untuk
mandiri. Ia tergolong anak yang cerdas dan patuh kepada orang tua.
3. Hal-hal yang bermanfaat bagi siswa dari teks tersebut adalah sebagai berikut.
1. Walaupun anak bungsu, ia tidak pernah manja.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Adi tidak pernah manja
walaupun anak bungsu. Sikap itu patut kita contoh karena jika sejak kecil kita
sudah terbiasa mandiri maka ketika dewasa pun kita akan mengalami kemudahan
dalam menghadapi segala masalah yang kita hadapi.
2. Anaknya sopan, ramah, cerdas, dan patuh pada orang tua. Dia tidak pernah
membantah.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Adi merupakan anak yang
tidak pernah membantah. Sikap Adi itu patutu kita teladani karena anak yang
patuh dan taat kepada orang tualah yang dapat sukses dalam hidup.
3. Adi sering mengikuti lomba-lomba baik dari segi tarik suara maupun model.
Jika kita ingin mempunyai pengalaman kita harus berani mencoba mengikuti
berbagai pertandingan maupun lomba walaupun terkadang kita harus kalah, karena
pengalamn merupakan ilmu yang tiada taranya.
4. Dalam hidup kita harus pantang menyerah dan berusaha keras jika kita ingin
berhasil. Seperti halnya yang dilakukan Adi. Untuk memperoleh suara dalam AFI,
ia rela mengunjungi kantor-kantor maupun sekolah-sekolah. Bahkan sampai ia
terjatuh dari sepeda motor, ia tetap berusaha dan pantang menyerah.