You are on page 1of 5

Versi file lengkapnya dalam Ms.

Wordnya Bisa Di Ambil Di:


https://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

LEGENDA SIMARDAN

Berbagai kisah dan cerita tentang legenda anak durhaka. Di antaranya, Malin Kundang di
Sumatera Barat yang disumpah menjadi batu, Sampuraga di Mandailing Natal Sumatera Utara
yang konon katanya, berubah menjadi sebuah sumur berisi air panas.
Di Kota Tanjungbalai, akibat durhaka terhadap ibunya, seorang pemuda dikutuk menjadi sebuah
daratan yang dikelilingi perairan, yakni Pulau Simardan.

Berbagai cerita masyarakat Kota Tanjungbalai, Simardan adalah anak wanita miskin dan yatim.
Pada suatu hari, dia pergi merantau ke negeri seberang, guna mencari peruntungan.

Setelah beberapa tahun merantau dan tidak diketahui kabarnya, suatu hari ibunya yang tua renta,
mendengar kabar dari masyarakat tentang berlabuhnya sebuah kapal layar dari Malaysia.
Menurut keterangan masyarakat kepadanya, pemilik kapal itu bernama Simardan yang tidak lain
adalah anaknya yang bertahun-tahun tidak bertemu.
Bahagia anaknya telah kembali, ibu Simardan lalu pergi ke pelabuhan. Di pelabuhan, wanita tua
itu menemukan Simardan berjalan bersama wanita cantik dan kaya raya. Dia lalu memeluk erat
tubuh anaknya Simardan, dan mengatakan, Simardan adalah anaknya. Tidak diduga, pelukan
kasih dan sayang seorang ibu, ditepis Simardan. Bahkan, tanpa belas kasihan Simardan menolak
tubuh ibunya hingga terjatuh.

Walaupun istrinya meminta Simardan untuk mengakui wanita tua itu sebagai ibunya, namun
pendiriannya tetap tidak berubah. Selain itu, Simardan juga mengusir ibunya dan mengatakannya
sebagai pengemis.

Sebelum terjadinya peristiwa tersebut, Pulau Simardan masih sebuah perairan tempat kapal
berlabuh. Lokasi berlabuhnya kapal tersebut, di Jalan Sentosa Kelurahan Pulau Simardan
Lingkungan IV Kota Tanjungbalai, kata tokoh masyarakat di P. Simardan, H.Daem, 80, warga
Jalan Mesjid P. Simardan Kota Tanjungbalai.
Tanjungbalai, terletak di 20,58 LU (Lintang Utara) dan 0,3 meter dari permukaan laut.
Sedangkan luasnya sekitar 6.052,90 ha dengan jumlah penduduk kurang lebih 144.979 jiwa
(sensus 2003-red).
Walaupun peristiwa tersebut terjadi di daerah Tanjungbalai, Daem mengatakan, Simardan
sebenarnya berasal dari hulu Tanjungbalai atau sekitar daerah Tapanuli.
Hal itu juga dikatakan tokoh masyarakat lainnya, Abdul Hamid Marpaung, 75, warga Jalan
Binjai Semula Jadi Kota Tanjungbalai. “Daerah asal Simardan bukan Tanjungbalai, melainkan di
hulu Tanjungbalai, yaitu daerah Porsea Tapanuli,” jelasnya.

Dari berbagai cerita atau kisah tentang legenda anak durhaka, biasanya anak pergi merantau
untuk mencari pekerjaan, dengan tujuan merubah nasib keluarga.
Berbeda dengan Simardan, dia merantau ke Malaysia untuk menjual harta karun yang
ditemukannya di sekitar rumahnya, kata Marpaung.

“Simardan bermimpi lokasi harta karun. Esoknya, dia pergi ke tempat yang tergambar dalam
mimpinya, dan memukan berbagai macam perhiasan yang banyak,” tutur Marpaung. Kemudian,
Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di:
https://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

Simardan berencana menjual harta karun yang ditemukannya itu, dan Tanjungbalai merupakan
daerah yang ditujunya. Karena, jelas Marpaung, berdiri kerajaan besar dan kaya di Tanjungbalai.
Tapi setibanya di Tanjungbalai, tidak satupun kerajaan yang mampu membayar harta karun
temuan Simardan, sehingga dia terpaksa pergi ke Malaysia. “Salah satu kerajaan di Pulau Penang
Malaysialah yang membeli harta karun tersebut. Bahkan, Simardan juga mempersunting putri
kerajaan itu,” ungkapnya.

Setelah berpuluh tahun merantau, Simardan akhirnya kembali ke Tanjungbalai bersama isterinya.
Kedatangannya ke Tanjungbalai, menurut Daem, untuk berdagang sekaligus mencari bahan-
bahan kebutuhan. Kalau menurut Marpaung, Simardan datang ke Tanjungbalai dilandasi karena
tidak memiliki keturunan. Jadi atas saran orang tua di Malaysia, pasangan suami isteri itu pergi
ke Tanjungbalai. Lebih lanjut dikatakan Marpaung, berita kedatangan Simardan di Tanjungbalai
disampaikan masyarakat kepada ibunya. Gembira anak semata wayangnya kembali ke tanah air,
sang ibu lalu mempersiapkan berbagai hidangan, berupa makanan khas keyakinan mereka yang
belum mengenal agama. “Hidangan yang disiapkan ibunya adalah makanan yang diharamkan
dalam agama Islam,” tutur Marpaung.
Dengan sukacita, ibu Simardan kemudian berangkat menuju Tanjungbalai bersama beberapa
kerabat dekatnya. Sesampainya di Tanjungbalai, ternyata sikap dan perlakuan Simardan tidak
seperti yang dibayangkannya.

Simardan membantah bahwa orang tua tersebut adalah wanita yang telah melahirkannya. Hal itu
dilakukan Simardan, jelas Marpaung, karena dia malu kepada isterinya ketika diketahui ibunya
belum mengenal agama. “Makanan yang dibawa ibunya adalah bukti bahwa keyakinan mereka
berbeda.”
Sementara menurut H. Daem, perlakuan kasar Simardan karena malu melihat ibunya yang
miskin. “Karena miskin, ibunya memakai pakaian compang-comping. Akibatnya, Simardan
tidak mengakui sebagai orangtuanya.”

Setelah diperlakukan kasar oleh Simardan, wanita tua itu lalu berdoa sembari memegang
payudaranya. “Kalau dia adalah anakku, tunjukkanlah kebesaran-Mu,” begitulah kira-kira yang
diucapkan ibu Simardan. Usai berdoa, turun angin kencang disertai ombak yang mengarah ke
kapal layar, sehingga kapal tersebut hancur berantakan. Sedangkan tubuh Simardan, menurut
cerita Marpaung dan Daem, tenggelam dan berubah menjadi sebuah pulau bernama Simardan.

Para pelayan dan isterinya berubah menjadi kera putih, kata Daem dan Marpaung. Hal ini
disebabkan para pelayan dan isterinya tidak ada kaitan dengan sikap durhaka Simardan kepada
ibunya. Mereka diberikan tempat hidup di hutan Pulau Simardan. “Sekitar empat puluh tahun
lalu, masih ditemukan kera putih yang diduga jelmaan para pelayan dan isteri Simardan,” jelas
Marpaung. Namun, akibat bertambahnya populasi manusia di Tanjungbalai khususnya di Pulau
Simardan, kera putih itu tidak pernah terlihat lagi.

Di samping itu, sekitar tahun lima puluhan masyarakat menemukan tali kapal berukuran besar di
daerah Jalan Utama Pulau Simardan. Penemuan terjadi, ketika masyarakat menggali perigi
(sumur). Selain tali kapal ditemukan juga rantai dan jangkar, yang diduga berasal dari kapal
Simardan, kata Marpaung.
Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di:
https://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

“Benar tidaknya legenda Simardan, tergantung persepsi kita. Tapi dengan ditemukannya tali,
rantai dan jangkar kapal membuktikan bahwa dulu Pulau Simardan adalah perairan.”

LEGEND SIMARDAN

Tales and stories about the legend of the prodigal son. Among other things, Malin Kundang in
West Sumatra who was sworn into stone, Sampuraga in Mandailing Natal North Sumatra who
reputedly said, turned into a well full of hot water.
In the City Council, due to rebellious against her mother, a young man condemned to be a land
surrounded by waters, the island Simardan.
Network City society stories, Simardan are poor women and orphaned children. One day, she
went migrated to the country side, in order to seek his fortune.
After several years of wandering and unknown, reportedly, one day his mother the old and weak,
hear from the public about berlabuhnya a sailing ship from Malaysia. According to her
community, the owner of the ship was named Simardan is none other than the son who for years
was not met.
Happy his son has returned, the mother Simardan then went to the harbor. In the harbor, the old
lady walking with a woman finds Simardan beautiful and rich. He then hugged his son's body
Simardan, and said, Simardan is his son. Not surprisingly, embrace love and affection of a
mother, ignored Simardan. In fact, without mercy Simardan reject his mother's body until the
fall.
Although his wife asked Simardan to admit the old woman as his mother, but the stance remains
unchanged. In addition, Simardan also drove his mother and say it as a beggar.
Before the incident, is still a Simardan Island waters where the ship docked. Location
berlabuhnya ship, on Village Road Sentosa Island City Simardan IV Environmental Network,
said community leaders in P. Simardan, H. Daem, 80, a resident of Jalan Masjid P. Simardan
Cities Network.
Network, located at 20.58 latitude (north latitude) and 0.3 meters above sea level. While the
extent of about 6052.90 hectares with a population of approximately 144,979 inhabitants (census
2003-ed).
Although the incident occurred in the area Network, Daem said, actually comes from upstream
Simardan Network or around the area Tapanuli.
It also said another community leader, Abdul Hamid Marpaung, 75, a resident of Jalan Binjai
Originally So the City Council. "Regional Network of origin Simardan not, but in the upstream
Network, namely Porsea Tapanuli area," he explained.
Of the various stories or stories about the legendary rebellious child, the child usually go
wandering to look for work, with the aim of changing the fate of the family.
Unlike Simardan, he traveled to Malaysia to sell the treasures he found around his home, said
Marpaung.
"Simardan dream location of buried treasure. The next day, he went to a place which is reflected
in his dream, and memukan various kinds of jewelry that much, "said Marpaung. Then,
Simardan plans to sell the treasures he found it, and the Network is its target area. Because,
obviously Marpaung, stood a large and rich kingdom in the Network. But upon arrival at the
Network, none of the kingdom who can afford Simardan finding treasure, so he was forced to go
to Malaysia. "One of the kingdom on the island of Penang Malaysialah who buy these treasures.
Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di:
https://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

In fact, Simardan also gain royal princess, "he said.


After decades of wandering, Simardan eventually return to the Network with his wife. His arrival
to the Network, according Daem, to trade at the same time looking for supplies. If according
Marpaung, Simardan come into Network is based because it has no descendants. So on the
advice of parents in Malaysia, the couple had gone to the Council. Furthermore Marpaung said,
the news coming in Network Simardan community submitted to his mother. Delighted children
alone wayangnya return to the homeland, the mother then prepare a variety of dishes, food
typical of their faith who do not know religion. "Dish is her mother prepared the food that is
forbidden in Islam," said Marpaung.
With joy, mother Simardan then go out to Network with some of his close relatives. Arriving at
the Network, was the attitude and treatment Simardan not like he had imagined.
Simardan argue that the old man is a woman who has given birth. This was done Simardan, clear
Marpaung, because he embarrassed his wife when it was revealed his mother did not know
religion. "Food brought her mother is proof that their beliefs are different."
Meanwhile, according to H. Daem, Simardan harsh treatment because of embarrassment to see
her mother who are poor. "Because of the poor, his mother wore ragged clothes-comping. As a
result, Simardan not recognize as her parents. "
After treated harshly by Simardan, the old woman and prayed while holding her breasts. "If he
were my son, show me Thy glory," so about the spoken mother Simardan. After praying, down
strong winds accompanied the waves that lead to a sailing ship, so that the ship was falling apart.
While Simardan body, according to a story Marpaung and Daem, drowned and turned into an
island called Simardan.
The waiters and white wives turned into apes, and Marpaung Daem said. This is due to the
servants and his wife have no link with Simardan rebellious attitude to his mother. They are
given a place to live in the woods Simardan Island. "About forty years ago, still found the white
monkey who allegedly incarnation Simardan servants and wives," said Marpaung. However, due
to increasing human population in the Network, especially on the island Simardan, the white
monkey was never seen again.
In addition, about the fifties people found the rope large ships in the area of Main Street
Simardan Island. The discovery occurred when people dig pit (wells). In addition to the ship
ropes and anchor chains are also found, which probably derived from the ship Simardan,
Marpaung said.
"True or not the legend Simardan, depending on our perceptions. But with the discovery of rope,
chain and anchor the ship to prove that the first is Simardan Island waters. "
Versi file lengkapnya dalam Ms. Wordnya Bisa Di Ambil Di:
https://bisnisbook.wordpress.com
http://ebookloe.wordpress.com

GENERIC STRUCTURE

OREINTATION
In the City Council, due to rebellious against her mother, a young man condemned to be a land
surrounded by waters, the island Simardan.

COMPLICATION
one day his mother the old and weak, hear from the public about berlabuhnya a sailing ship from
Malaysia. According to her community, the owner of the ship was named Simardan is none other
than the son who for years was not met.

RESOLUTION
In addition, about the fifties people found the rope large ships in the area of Main Street
Simardan Island. The discovery occurred when people dig pit (wells). In addition to the ship
ropes and anchor chains are also found, which probably derived from the ship Simardan,
Marpaung said.

RE ORIENTATION
Our heaven lies under our mum step so you must get her ridho so you can enter Alloh heavens.

You might also like