You are on page 1of 8

Penyakit Pada Kucing

Selain anjing, kucing menjadi pilihan banyak orang sebagai hewan kesayangan. Selain
penampilan yang lucu dan menggemaskan kucing juga tidak membutuhkan pemeliharaan yang
merepotkan. Kucing dapat dilatih untuk menjadi hewan peliharaan yang baik dan pintar, sebagai
teman di rumah maupun saat-saat bepergian.

Sama dengan kucing, perawatannya harus bersih dan disertai asupan gizi yang baik untuk
mendapatkan kucing yang selalu bersih dan sehat. Perawatan kesehatan sangat penting artinya
untuk menjaga kucing agar terhindar dari segala penyakit. Berikut beberapa penyakit yang sering
menginfeksi kucing.

1. PENYAKIT RESPIRASI KOMPLEKS PADA KUCING

Penyakit ini dikatakan kompleks karena dalam satu hewan yang menderita mungkin ditemukan
campuran keadaan konjungtivitis, lakrimasi, salivasi dan ulserasi oral.
Penyebab yang paling sering menyebabkan masalah seperti di atas adalah feline viral
rhinotracheitis (FVR), feline calicivirus infection (FCV), feline pneumonitis (Chlamydia psittaci)
dan Mycoplasma.

Etiologi
Infeksi saluran respirasi atas sekitar 40-45 % disebabkan oleh FVR dan FCV dan sisanya
disebabkan oleh Chlamydia psittaci, Mycoplasma dan reovirus.

Cara Penularan
Penularan penyakit umumnya melalui aerosol droplet, muntahan, pemeliharaan yang tercemar
hewan sakit kemudian secara tidak langsung menularkan ke kucing sehat.

Masa inkubasi infeksi FVR dan FCV berkisar 2-6 hari, sedangkan pneumonitis 5-10 hari.
Adanya stress yang terjadi pada hewan penderita kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya
infeksi ikutan.

Gejala Klinis
Infeksi FVR ditandai dengan demam sampai 40,5°C, kucing sering bersin. Konjungtivitis dan
rhinitis yang timbul didahului oleh leleran serous, kemudian berubah menjadi mukopurulen.
Kucing tampak depresi dan anoreksia.

Pada kucing yang sakitnya parah ditemui ulseratif stomatitis yang berlangsung 5-10 hari dan bisa
bertahan sampai 6 minggu.
Infeksi calicivirus memunculkan gejala yang sangat beragam. Galur virus calici yang
predileksinya pada rongga mulut dan jaringan subepitel jaringan paru-paru terjadi ulserasi pada
lidah, langit-langit menjadi keras dan nostril menimbulkan ulserasi, sedangkan infeksi pada paru-
paru dapat menimbulkan oedema pulmonum atau pneumonia interstisialis.

Galur virus calici lainnya dapat menimbulkan “limping syndrome” yaitu menimbulkan gejala
pincang, demam ringan, dan rasa nyeri pada sendi. Kucing yang diserang biasanya yang berumur
8-12 minggu. Galur lainnya menimbulkan lymphocytic-plasmacytic gingivitis yang disertai
dengan stomatitis, terjadinya demam, nafsu makan turun dan depresi.
Infeksi Chlamydia psittaci menimbulkan gejala yang menonjol berupa konjungtivitis, leleran
mata serous atau mukopurulen.
Infeksi Mycoplasma bisa menyerang mata dan saluran respirasi bagian atas, dan biasanya
dicirikan dengan oedema yang parah pada konjungtiva dan rhinitis yang terjadi sifatnya kurang
parah.
Kejadian penyakit respirasi kompleks pada kucing jarang ditemukan kejadiannya pada hewan tua
atau hewan yang telah diimunisasi dengan baik.

Diagnosa
Diagnosa penyakit berdasarkan tanda-tanda berupa bersin, konjungtivitis, rhinitis, lakrimasi,
salivasi, ulkus mulut dan dispnoea. Pada FVR cenderung menimbulkan gangguan pada
konjungtiva dan saluran hidung, virus calici menyebabkan gangguan pada mukosa mulut dan
saluran respirasi bagian bawah. Chlamydia menimbulkan konjungtivitis ringan yang kronis.
Diagnosa yang tepat terhadap penyakit ini dengan melakukan isolasi dan identifikasi agen.

Pencegahan dan Pengobatan


Pengobatan terutama ditekankan untuk memperbaiki kondisi tubuh (terapi suportif). Pengobatan
dengan antibiotika berspektrum luas misalnya pemberian tetrasiklin dapat melawan infeksi
ikutan terhadap Chlamydia. Untuk menghilangkan sekresi yang liat (tenacious) dapat dilakukan
nebulisasi, atau pemberian tetes hidung ephedrine sulfat dalam larutan 0,25 % yang
dikombinasikan dengan antibiotika mampu menurunkan leleran hidung.

Salep mata yang mengandung antibiotik (tetrasiklin) diberikan 5-6 kali sehari untuk mencegah
iritasi kornea dari eksudat yang mongering. Hewan yang menderita dispnoea perlu diberikan
terapi oksigen dan apabila terjadi dehidrasi diberikan terapi cairan.
Esofagotomi dan pencucian lambung pada kucing yang sakitnya parah dapat dilakukan untuk
meringankan penyakit. Antihistamin chlorpheniramine dapat diberikan per oral dengan dosis 8
mg untuk kucing dewasa dan 4 mg untuk kucing anak pada awal kejadian penyakit.

Pencegahan dilakukan dengan melaksanakan vaksinasi dengan vaksin FVR-FCV parenteral:


1. pada anak divaksin saat umur 3-4 minggu dan diulang 3-4 minggu kemudian sampai di atas 2
minggu.
2. Sedangkan kucing di atas 9 minggu dilakukan imunisasi langsung dan diulang 3 minggu
kemudian. Ulangan selanjutnya dilakukan setiap tahun.
3. Vaksin tetes FVR-FCV, diteteskan langsung ke dalam kantung konjuntiva dan lubang hidung.
- Imunisasi di bawah umur 12 minggu biasanya menimbulkan bersin-bersin setelah 4-7 hari
imunisasi.
- Imunisasi diulang saat kucing berusia 12 minggu dan imunisasi selanjutnya dilakukan setiap
tahun.
4. Vaksin lain yang sering digunakan yaitu kombinasi FVR-FCV dengan feline Panleukopenia,
yang tersedia berbentuk aktif dan inaktif dan diberikan secara parenteral. Vaksin lain juga
tersedia yaitu kombinasi vaksin Chlamydia-FVR-FCV-dan feline Panleukopenia.

1. Panlekopeni Pada Kucing

Penyakit ini disebut juga Enteritis Pseudo-membranosa Feline Infectious Enteritis, Feline
Distemper.
Panlekopeni kucing adalah penyakit yang sangat menular terutama pada kucing-kucing muda
dan secara klinis ditandai dengan lekopeni, muntah dan diare. Infeksi kuman-kuman sekunder
menyebabkan penyakit bersifat lebih parah. Angka kematian penyakit ini sangat tinggi.

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus dari golongan parvovirus. Virus ini erat hubungannya dengan
virus yang menyebabkan enteritis pada mink.

Epizootiologi
Bila induk kucing imun menyusui anaknya maka anak kucing itu memperoleh kekebalan melalui
air susu induknya. Selama 3-12 minggu anak kucing itu secara pasif kebal. Sesudah itu hingga
umur kira-kira 6 bulan anak kucing lambat laun aktif tanpa memperlihatkan gejala penyakit
secara klinis.

Umumnya infeksi terjadi melalui pernafasan dan alat digesti. Secara eksperimen kucing dapat
ditulari melalui bermacam-macam cara. Virus terutama bereplikasi dalam sel-sel yang sedang
mensintesa DNA secara aktif. Replikasi virus sebagian besar terjadi dalam kelenjar imfe, limpa,
sumsum tulang dan timus. Invasi virus dalam bagian tubuh ini menyebabkan limfo dan lekopeni.
Sesudah replikasi virus memasuki dinding usus. Hal ini mengakibatkan degenerasi dan nekrosa
epitel usus.

Pada anak kucing yang ditulari in utero atau hari-hari pertama sesudah lahir maka terutama sel-
sel lapisan butir dan sel-sel lapisan purkinya pada serebelum diserang (hipoplasi serebelum).
Kucing yang tertular menyebarkan virus melalui feses, urin, air liur pada stadium inkubasi dan
klinis. Kucing yang sembuh juga mengeluarkan virus selama beberapa hari. karena virus itu
resisten maka sirkulasi virus menjadi mudah.

Gejala Klinis
Kucing-kucing dewasa biasanya mempunyai kekebalan terhadap penyakit ini walaupun sewaktu
muda tidak menderita penyakit. Biasanya panlekopeni ini menyerang kucing yang berumur
kurang dari satu tahun yang tidak divaksinasi. Waktu inkubasi penyakit adalah 2-10 hari dengan
rata-rata 6 hari. Dalam taraf penyakit ini terjadi lekopeni dan yang berkurang adalah jumlah
limfosit.

Selama 24 jam sesudah gejala klinis timbul, maka kucing menderita demam, muntah-muntah,
hilang nafsu makan dan bersifat sangat letargis (indolen). Kucing yang sakit biasanya berbaring
di tempat dingin dekat air (selokan), bulu kering dan kusam, turgor kulit berkurang. Sesudah 24-
48 jam pertama maka suhu badan turun, kebanyakan infeksi kuman-kuman sekunder
menyebabkan suhu badan tinggal tinggi atau bersifat intermittens.
Sesudah beberapa hari maka terlihatlah diare yang mengotori bagian belakang kucing. Mata
surut dalam rongganya dan membrana niktitans yang pucat menutup sebagian mata. Palpasi
abdomen menyebabkan rasa nyeri. Biasanya kucing mati sesudah sakit 3-4 hari. bila kucing
sembuh dan hal ini jarang sekali terjadi, maka lambat laun suhunya menjadi normal lagi.

Pada anak kucing yang masih menyusu menyebabkan terjadinya hipoplasia serebral dan kucing
berjalan ataktis, kucing mati secara akut tanpa memperlihatkan gejala klinis.

Diagnosa
Diagnosa terhadap penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, akan tetapi pada
infeksi yang bersifat komplikasi dan mati tanpa memperlihatkan gejala klinis yang jelas maka
diagnosa menjadi sulit. Yang penting menjadi pegangan adalah lekopeni.

Diagnosa Banding
Sebagai diagnosa banding dari penyakit ini yang penting adalah memperhatikan enteritis oleh
berbagai sebab baik keracunan, benda asing dan sepsis. Toksoplasmosis akut dapat disamakan
dengan panlekopeni.

Pencegahan dan pengobatan


Pencegahan dari penyakit ini adalah melalui vaksinasi kucing secara teratur. Pada anak kucing
dapat dilakukan vaksinasi dengan vaksin inaktif sebanyak 2 kali yaitu pada umur 10-12 minggu
dan diulang pada umur 16-20 minggu. Vaksin hidup biasanya diberikan satu kali pada umur 3
bulan.

Sedangkan vaksin hidup tidak boleh digunakan pada kucing bunting atau anak kucing (sangat
muda). Injeksi vaksin hidup dianjurkan tiap-tiap 2 tahun.
Hewan yang sakit diberikan terapi simptomatis. Larutan garam faali dan pemberian antibiotika
menjadi pilihan utama. Serum imun dapat diberikan dalam keadaan darurat.

2. Feline Leukemia (Feline Lymphosarcoma atau Lekosis)


Yang dimaksud lekosis kucing adalah proliferasi ganas sistem hemopoietis pada kucing.
Penyakit ini mungkin sekali tersebar di seluruh dunia, dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan
terbatas. Lekosis kucing dan yang menginfeksi lembu sangat berguna sebagai model untuk
mempelajari gerak sebab leukemia pada manusia.

Etiologi
Penyakit leukemia kucing disebabkan oleh retrovirus atau dikenal sebagai feline lekosis virus
(FeLV) yang tergolong dalam keluarga (subfamily) retroviridae. Pada kucing ditemukan dua
kelompok retrovirus. Satu dari dua kelompok itu dapat menyebabkan lekosis. Kelompok kedua
terdiri dari satu atau lebih retrovirus yang bersifat endogen (hidup laten dalam sel) dan xenotroop
(dapat bereplikasi dalam sel biakan spesies lain dan tidak menimbulkan lekosis pada kucing.

Cara Penularan
Virus FeL tersebar melalui kontak. Kucing terinfeksi mengeluarkan virus melalui air liur. Kucing
yang pada pemeriksaan darah dengan tes imunoflouresensi nyata membawa antigen virus
hendaknya dimusnahkan.
Lekosis kucing dapat dipindahkan pada kucing muda melalui infeksi hewan mati atau material
yang telah disaring.

Gejala Klinis
Lekosis pada kucing ditemukan pada kucing semua umur, tetapi yang paling banyak ditemukan
pada kucing berumur muda atau di bawah 5 tahun.

Inkubasi penyakit ini sangat panjang yaitu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Umumnya
gejala klinis tidak ditemukan atau kurang khas. Kucing sakit menderita demam dan anemia yang
bersifat progresif. Pada palpasi abdomen limpa dan hati yang bengkak.

FeLV juga dapat menimbulkan bermacam-macam gambaran penyakit seperti limfosarkoma,


leukemi disertai anemia progresif dan terjadi atrofi timus pada anak kucing dengan gejala yang
menyerupai panlekopenia pada kucing muda.
Jangka waktu penyakit bervariasi antara 2-6 bulan. Lekosis pada kucing dianggap sebagai tumor
yang terbanyak ditemukan pada kucing.

Diagnosa
Diagnosa ditetapkan berdasarkan gejala klinis dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium,
memeriksa material hewan atau biakan sel kucing terinfeksi. Tes imunoflouresensi dapat
digunakan untuk memeriksa sediaan ulas darah dan sumsum tulang. Kucing yang pada
pemeriksaan positif mempunyai prognosa jelek walaupun masih sehat pada waktu pemeriksaan.

Diagnosa Banding
Demam, anemia, bengkak limpa dan kalenjar dapat ditemukan pada anemia menular (disebabkan
oleh Haemobartonella felis), toxoplasmosis, peritonitis menular, infeksi bakterial menahun dan
tumor ganas dapat menimbulkan gejala yang sama.

Pemberantasan
Kucing yang positif terinfeksi virus ini sebaiknya dimusnahkan meskipun kelihatannya sehat
untuk menghindari penularan lebih lanjut terhadap kucing-kucing lain yang sehat.

3. Rhinotracheitis

Rhinotracheitis dikenal juga sebagai penyakit bersin atau Feline Viral Rhinotracheitis (FVR)
adalah penyakit akut pada bagian muka jalan respirasi kucing. Penyakit ini ditemukan di seluruh
dunia di mana ada kucing dipelihara.

Etiologi
Penyakit bersin kucing ini disebabkan oleh Herpesvirus golongan A. Virus ini termasuk virus
DNA beruntai ganda, bersimetri ikosahedral dan mempunyai selubung protein.

Cara Penularan
Feline Viral Rhinotracheitis (FVR) baru dikenal sebagai penyakit sendiri sewaktu banyak kucing
dipelihara bersama. Infeksi diduga terjadi per inhalasi. Virus bereplikasi dalam epitel jalan hawa
muka, konjunktivita dan mengakibatkan nekrosa lokal. Pengeluaran virus terjadi antara lain
melalui sekret hidung, konjunktivita dan urin.
Penularan dapat berjangkit dalam satu koloni kucing secara laten. Hewan yang sembuh masih
dapat peka lagi terhadap infeksi virus ini. Perubahan lingkungan diduga dapat mengaktifkan
infeksi. Kucing dapat ditulari lewat berbagai jalan antara lain intranasal dan per vaginam.

Gejala Klinis
Masa inkubasi berlangsung antara 2-5 hari. Semua umur kucing peka terhadap infeksi virus ini
dan kucing berumur muda biasanya berjalan lebih parah.

Pada sebagian kasus penyakit khususnya kucing yang lebih tua lebih ringan. Gejala klinis
pertama ialah bersin dan hipersalivasi, kemudian terlihat produksi air mata berlebihan. Terjadi
laryngitis, faryngitis dan tracheitis yang menyebabkan kucing batuk-batuk. Selaput lender hidung
dan kerongkongan kelihatan terlalu merah diikuti membengkaknya tonsil.

Sekali-kali terlihat oedema menyolok pada membrana niktitans. Demam dapat mencapai suhu di
atas 40 °C, kucing memperlihatkan depresi dan tidak mau makan dan minum.
Pada kucing muda yang sesudah lahir langsung diinfeksi (secara intrauterine) maka infeksi dapat
bergeneralisasi dan kucing mati dalam beberapa hari. adanya infeksi sekunder seperti
Pasteurellosis dapat mempercepat kematian.
Diagnosa
Diagnosa didasarkan atas pemeriksaan klinis, pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan
laboratorium. FVR tidak dapat dibedakan dari keadaan menular pada jalan pernafasan yang
disebabkan oleh calicivirus. Keduanya berlangsung dengan bersin, batuk-batuk, dan pengeluaran
eksudat.

Diagnosa Banding
Infeksi Calicivirus dan Panlekopenia merupakan dua penyakit yang dapat dijadikan diagnosa
banding. Pada Panlekopenia gejala yang terlihat adalah gejala-gejala dari traktus digestivus,
muntah-muntah dan diare. Pada Panlekopenia ditemukan lekopeni yang parah sedangkan pada
FVR sekali-kali ditemukan lekositosis.
Pada infeksi Calicivirus maka rhinitis biasanya bersifat mucus dan jarang berubah menjadi
purulen. Diferensiasi secara virologist dapat dilakukan.

Pencegahan
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi terhadap kucing. Vaksinasi dilakukan
secara intranasal atau intramuskuler pada umur 9-12 minggu. Vaksin FVR dapat dikombinasikan
dengan pemberian vaksin untuk melawan infeksi Calicivirus.

4. Peritonitis Menular

Peritonitis menular atau Feline Infectious Peritonitis (FIP) dalam bentuk klasik adalah penyakit
yang berjalan progresif dan umumnya fatal pada kucing. Umumnya pada kucing ditandai dengan
peritonitis yang bersifat sero-fibrinosa atau dalam rongga perut tertimbun cairan yang banyaknya
bervariasi dan mengandung banyak fibrin.

Penyakit ini baru dikenal dalam tahun 1960-an dan pertama kali di temukan di Amerika Serikat.
Dalam tahun-tahun berikutnya penyakit ini ditemukan di banyak negara Eropa.

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang tergolong dalam family Coronaviridae. Virus ini
berbentuk pleomorfik dan berdiameter 100 nm. Virus FIP erat hubungannya dengan coronavirus
anjing dan coronavirus 229E pada manusia.

Cara penularan
Infeksi virus FIP hanya ditemukan pada kucing dan umumnya ditemukan secara sporadik.
Mengenai cara infeksi terjadi sesungguhnya belum jelas. Virus ditemukan dalam darah dan
eksudat kucing sakit. Sebagian besar infeksi berlangsung secara subklinis.

Pada kucing yang terinfeksi ditemukan antibodi spesifik dengan titer tinggi, disamping itu
kucing memperlihatkan hipergammaglobulinemia. Pada penyakit ini mungkin kompleks antigen-
antibodi dan komplemen memegang peranan.

Gejala Klinis
Mungkin sekali waktu inkubasi pada infeksi alami berlangsung beberapa bulan. Sesudah infeksi
secara eksperimental waktu inkubasi biasanya lebih pendek. Penyakit mulai dengan gejala-gejala
tidak khas, kehilangan nafsu makan, lesu, suhu tinggi dan kemudian terjadi asites.

Palpasi abdomen tidak menimbulkan gejala nyeri walaupun peritonitis telah berkembang. Sekali-
kali terjadi pleuritis dengan pembentukan cairan dalam toraks sehingga kucing sesak nafas.
Gejala saraf biasanya terlihat seperti paresis, ataksis, gangguan koordinasi, hiperestesi dan
kekejangan. Biasanya kucing mati dalam 1-8 minggu sesudah terlihat gejala-gejala jelas.

Diagnosa
Diagnosa ditetapkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan histopatologis dan pemeriksaan
laboratorium. Pada kasus-kasus klasik, diagnosa tidak sulit. Bila kucing di punksi maka dari
ruang abdomen keluar cairan berlendir dan sebagian akan membeku bila kena udara luar. Secara
histopatologi ditemukan lesi berbentuk granuloma dan biasanya nekrosa ditemukan pada serosa
dan alat-alat tubuh.

Pemeriksaan laboratorium dengan tes imunoflouresensi indirek dilakukan untuk membuktikan


adanya antibodi. Pada kucing yang secara klinis kelihatan sehat dapat ditemukan badan-badan
penangkis. Titer yang sangat tinggi hanya terlihat pada kucing yang klinis menderita FIP.

Diagnos Banding
Penggumpalan cairan dalam rongga perut dan dada menimbulkan dugaan mengenai adanya
gangguan jantung, tumor, piometra, sobek kandung kencing dan peritonitis oleh infeksi bakteri
dan jamur.

Kelainan-kelainan pada mata selain pada FIP juga ditemukan pada toksoplasmosis dan leksosis.
Gejala saraf ditemukan pada toksoplasmosis, infeksi mikotis, dan ensefalopati bacterial.

Pencegahan dan Pengobatan


Bila diagnosa FIP sudah ditentukan maka prognosanya sulit. Untuk pencegahan, vaksinasi belum
ada. Kucing yang terinfeksi sebaiknya disingkirkan/musnahkan.

You might also like