You are on page 1of 11

MAKALAH

TAFSIR SURAT ALMU’MINUN AYAT 1-11

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah : Tafsir I

Dosen Pengampu : Dra. Anisah Indrati, Msi.

Disusun Oleh :

Agustiana Merdekasari

( 09210016)

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERITAS NEGERI ISLAM
JOGJAKARTA
2010
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmad dan nikmatnya sehingnga Proposal ini bisa terselesaikan,

Makalah “ Tafsir Surat Al-Mukminun 1-11” saya buat guna memenuhi matakuliah Tafsir
yang diampu oleh Dra. Anisah Indrati, Msi. Selain itu, penulis juga berharap penulisan Makalah ini
bisa mendorong rekan-rekan kami di KPI ( Komunikasi Penyiaran Islam ) untuk bisa menulis dengan
lebih baik lagi.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini, semoga bisa bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat penilis di jurusan
KPI ( Komunikasi Penyiaran Islam, proposal ini merupakan kerangka berfikir yang akan penulis
kembangkan dalam Makalah dengan Judul yang sama.

Akhirnya, Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi perbaikan
makalah yang akan datang.
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………… … 1

Kata Pengantar ………………………………………………………………… 2

Daftar Isi ………………………………………………………………………. 3

BAB 1 Pendahuluan …………………………………………………………. 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka …………………………………………………….. . 5

BAB 3 Pembahasan …………………………………………………………... 9

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 13


BAB I

PENDAHULUAN

Surat Al-mukminun adalah surat yang berisi tentang :

1. Perjuangan dan kemenangan ( Ayat Pertama ) itu menunjukkan bahwa orang iman itu
mencapai kemenangan setelah menemui banyak kesulitan, Rintangan dari kebodohan,
rintangan dari nafsu-nafsu jahat yang ada dalam diri sendiri, yang mungkin membawa
derajat kemanusiaan jadi jatuh, sehingga kembali ke tempat kebimbangan rintangan dari
setan yang selalu merayu dan memperdayakan, semuanya pasti bertemu dalam hidup.
Hati nurani manusia ingin kejayaan,. kemuliaan dan kedudukan yang lebih tinggi. Tetapi
hawanafsunya mengajaknya atau menariknya supaya jatuh ke bawah. Kalau kiranya
"pegangan hidup" tidak ada, diri itu pasti kalah dan tidak tercapai apa yang dimaksud,
yaitu kemenangan hidup.
2. Sembahyang yang khusyuk (Ayat 2) , Khusyu` artinya ialah hati yang patuh dengan
sikap badan yang tunduk. Sholat yang khusyu`, Jiwa tegak terus naik ke atas, lepas dari
ikatan alam, langsung menuju Tuhan. Dengan sholat barulah kita merasai nilai
kepercayaan (Iman) yang tadinya telah tumbuh dalam hati. Orang yang beriman pasti
sholat, tetapi sholat tidak ada artinya kalau hanya semata gerak badan berdiri, duduk,
ruku` dan sujud. Sholat mesti berisi dengan khusyu`. Sholat dengan khusyu` adalah
laksana tubuh dengan nyawa. Tuhan memberi ukuran waktu paling sedikit (minimum)
untuk mengerjakan sholat itu 5 waktu. Tetapi sholat lima waktu yang khusyu`
menyebabkan Mu'min ingin lagi membuat hubungan lebih baik dengan Tuhan, lalu si
Mu'min mengerjakan shalat yang nawafil dalam waktu-waktu yang tertentu. Dengan itu
semua jiwanya menjadi lebih kuat berjuang dalam hidup. Sebab......

"Dialah yang menjadikan untuk kamu apa yang ada di bumi semaunya." (al-Baqarah 29)

3. Pembentengan diri dari "AI-Laghwi" dari kata "Laghoo", artinya perbuatan atau kata-kata
yang tidak ada faedahnya, tidak ada nilainya. Baik senda-gurau atau main-main yang tak
ada ujung pangkalnya.

Kalau perbuatan atau tingkah laku atau perkataan sudah banyak yang percuma dan sia-sia
maka pribadinya akan dianggap remeh dan tidak ada wibawa.

"Barangsiapa yang banyak main-main, dipandang orang ringanlah nilai dirinya. "
4. Pembersihan Jiwa : Kalau akhlak telah terbangun dan diberi benteng jangan runtuh
kembali, sudahlah masanya kita menceburkan diri ke tengah pergaulan manusia.
Kekuatan pribadi bukanlah maksudnya untuk menyisihkan diri dari orang banyak. Akhlak
yang baik bisa diketahui adalah setelah berada di tengah-tengah masyarakat. Barang yang
telah bercampur dengan banyak orang ialah barang yang kemungkinan telah tercemar,
dan dia selalu wajib dibersihkan, digosok terus dan diberi cahaya terus. Laksana lampu
neon, listriknya mesti selalu dialirkan agar tetap menyala.
5. Kehidupan Rumahtangga : Hubungan suami-isteri dalam rumahtangga tegak atas
"Mawaddah wa rohmah". Di waktu badan masih sama-sama kuat dan muda, mawaddah
(kasih cinta)lah yang terlihat. Dan kalau sudah sama-sama berumur, rahmah lah (belas
kasihan) yang ada.
6. Orang-orang yang mampu menjalani ciri-ciri diatas akan mendapatkan surge firdaus.
Syurga Firdaus, Jannatun Na'im, itulah tujuan di balik hidup sekarang ini. Hidupnya
seorang Mu'min adalah mencari kebahagiaan "Hari Esok". Kita menyelesaikan dunia
untuk menentukan nasib di akhirat. Bagi Mu'min, negara itu bukanlah semata negara
duniawi, atau sekuler. Bagi Mu'min amal usaha, derma dan bakti di dalam hidup adalah
bekal untuk akhirat. Kadang-kadang tidaklah tercapai seluruhnya cita yang besar. Hidup
kalau tidak ada pengharapan lanjut, adalah kebuntuan belaka. Kadang-kadang kita telah
berjuang dengan ikhlas, untuk masyarakat, untuk rumahtangga dan untuk negara.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TAFSIR SURAT AL-MUKMINUN BERDASARKAN TAFSIR AL-MARAGHY

   

Artinya : Sungguh telah mendapatkan kemenangan

Yang mendapat kemenangan adalah orang orang dengan sifat sifat surat yang ada di bawahnya.

     

Artinya : Yaitu orang orang yang khusyuk sembahyangnya

Yakni mereka yang temang anggota-anggotanya dan khusyuk jiwanya dalam bersembahyang

Tanda tanda Khusyuk :

1. Tidak berpaling ke kiri dan ke kanan


2. Tidak menguap
3. Tidak memainkan janggut
4. Tidak mengerjakan hal hal yang makruh

Perlunya Khusyuk dalam sembahyang :

a. Memahami apa yang dibaca


b. Mengenang Allah dan menumbuhkan perasaan takut akan ancamannya
c. Untuk mewujudkan munajat yang sebenar-benarnya
     

Artinya : Dan mereka semua yang memalingkan dirinya dari hal hal yang sia sia

Yakni : Semua orang yang berpaling dari segala hal yang tidak memberi manfaat dari pembicaraan
tersebut, seperti berdusta, memaki, dan kata-kata yang sia-sia.

    

Artinya : Dan orang orang yang mengeluarkan zakat

Menurut turunnya ayat ini, yang dimaksud dengan zakat adalah infaq dalam sabilillah, bukan zakat
yang diwajibkan nisobnya oleh Allah, Zakat yang semacam itu baru diwajibkan pada tahun 2 H,

( padahal surat ini adalah surat Makiyyah)

               

Artinya : Dan yang menjaga kemaluannya , terkecuali kepada istri-istri mereka dan budak-budak
yang dimiliki oleh tangan kanan mereka, maka bahwasanya mereka tidaklah tercela karenanya

Yakni mereka yang menjaga kemaluan mereka dari yang haram, tidak menjerumuskan diri kedalam
larangan Allah, tiada mau mendekati selain istri-istri mereka yang dihalalkan oleh budak-budak
mereka yang tertawan dalam peperangan.

       

Artinya : maka barang siapa mencari lebih dari yang ditentukan maka merekalah orang orang yang
melampaui batas

Yakni barang siapa yang menuju kepada selain istri-istrinya dan budak yang dihalalkan baginya
maka orang-orang itu melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Allah.
     

Artinya : Dan mereka memelihara amanah-amanah mereka dan janji-janji mereka

Yakni semua mereka apabila dipercayakan kepadanya suatu amanah maka daat menyampaikan
amanah yang diberikan kepadanya dan jika membuat janji dapat menunaikan janji itu.

     

Artinya : dan semua mereka yang dapat menjaga sembahyang-sembahyang mereka

Yakni semua mereka yang kekal mengerjakan sembahyang menunaikannya pada waktu-waktunya
dengan memelihara syarat, adab, dan rukunnya

          

Artinya : Dan semua mereka yang mewarisi, mereka yang mewarisi firdaus, mereka kekal
didalamnya

Inilah sifat-sifat yang membentuk kepribadian manusia iman yang seutuhnya.


BAB III

PEMBAHASAN

Tanda-Tanda Pewaris Surga (Inti sari Surat Al Mu’minun ayat 1-11)

1. Orang yang Beriman.

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman” (QS. Al Mu’minun : 1)

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa
bagi mereka disediakan Surga-Surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi
rezki buah-buahan dalam Surga-Surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada
isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya” (Al Baqarah (Sapi betina) : 25)

Siapa yang tidak mau, jika beriman balasannya adalah surga? Setiap muslim itu pasti
menginginkan derajat yang lebih tinggi dan surga bagi kehidupannya kelak di akhirat. Tapi satu
pertanyaan untuk kita, apakah sudah kita beriman kepada Allah dengan sebenar-benar iman yang kita
punya? Iman di hati, mulut, dan perbuatan kita?

2. Orang yang Khusyuk dalam Bersembahyang

“(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya” (QS. Al Mu’minun : 2)

Seorang muslim itu harus tahu apa sebenarnya esensi yang terkandung dalam setiap gerakan
shalat. Sering kita merasa lega setelah kita usai melaksanakan aktivitas shalat. Tapi apakah kita
pernah berpikir, sudah benarkah shalat kita? Mungkin banyak dari kita yang ketika shalat masih
memikirkan hal-hal lain yang bersifat keduniawian. Lalu, khusyuk-kah shalat kita? Mari kita
bersama-sama meluruskan niat kita dalam melaksanakan shalat.

3. Orang yang Jauh dari Perkara yang Tiada Guna

“dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” (QS. Al
Mu’minun : 3)

Orang yang hidupnya selalu dipenuhi dengan aktivitas ukhrawi akan rindu sekali dengan
akhirat. Dia senantiasa melakukan hal-hal yang dapat memberikan manfaat bagi dirinya maupun
orang lain. Sudahkah kita menyadari aktivitas seperti apa yang sudah kita jalani sebagai rutinitas kita
sehari-hari? Apakah rutinitas yang membawa keberkahan bagi kita atau justru mengandung
kemudharatan bagi hidup kita?

“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka
menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (Qs. Al Kahfi : 104).

Banyak dari kita menyangka bahwa kegiatan yang sudah kita lakukan setiap harinya adalah
baik, tapi belum tentu bagi Allah. Maka dari itu, sebelum kita melakukan segala aktivitas,
renungkanlah hal tersebut. Agar kita tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi.

4. Orang yang Menunaikan Zakat

“dan orang-orang yang menunaikan zakat” (QS. Al Mu’minun : 4)

Orang yang mampu dalam segi ekonomi kehidupannya, wajib membantu dan menyisihkan
sebagian hartanya bagi mereka yang kurang mampu. Salah satunya adalah zakat. Zakat wajib
hukumnya bagi orang-orang yang dilebihkan hartanya oleh Allah.

“….Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya. (yaitu) orang-orang


yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat” (QS. Fushshilat : 6-
7)

Zakat itu kedudukannya adalah kedua setelah shalat. Banyak dari ayat Al-Qur’an yang
menyebutkan zakat setelah kata shalat. Bisa diartikan bahwa shalat dan zakat itu saling mengisi satu
sama lain dan tidak dapat dipisahkan.

5. Orang yang Menjaga Kemaluannya

“dan orang-orang yang menjaga kemaluannya” (QS. Al Mu’minun : 5)

Banyak wanita yang beralasan, karena faktor ekonomi-lah mereka akhirnya menjadi wanita
penghibur. Dan tak sedikit pula para lelaki yang karena alasan bosan dengan sang istri akhirnya
mencari wanita lain. Sungguh amat disayangkan apabila mereka beralasan seperti itu. Seharusnya
mereka sadar bahwa segala sesuatunya itu datang dari Allah. Maka sepatutnya-lah mereka takut pada
Allah apabila melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan perintah-Nya.
6. Orang yang Penuhi Janjinya

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya” (QS. Al
Mu’minun :

Janganlah pernah berjanji kalau dirasa kita tidak bisa memenuhi janji itu. Ucapkanlah Insya
Allah dengan penuh keyakinan bahwa segala sesuatunya itu datangnya hanya dari Allah. Kalau Allah
mengizinkan, maka kita akan bisa memenuhi janji itu. Tapi jika Allah belum berkehendak, maka kita
tidak bisa berbuat apa-apa.

7. Orang yang Memelihara Sembahyangnya

“dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya” (QS. Al Mu’minun : 9)

Shalat memang rukun Islam yang kedua, tapi kita juga harus tahu dasar-dasar apa yang
mengaharuskan kita shalat. Apakah hanya untuk menggugurkan kewajiban saja? Jawabannya pasti
tidak. Kita harus tanamkan dalam hati bahwa kita butuh shalat sebagai salah satu cara kita
berkomunikasi dengan Allah. Shalat adalah tiang agama. Tanpa shalat, seseorang belum bisa
dikatakan mukmin. Bukankah shalat adalah amalan yang dihisab pertama kali di akhirat nanti? Dan
bukankah shalat juga yang membedakan antara orang mukmin dengan orang nasrani?

Di ayat selanjutnya, Allah swt menerangkan,

“Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus.
Mereka kekal di dalamnya” (QS. Al Mu’minun : 10-11)

Semoga Allah menjadikan kita pribadi yang selalu mau terus belajar dan memperbaiki diri.
Dan semoga kita menjadi insan yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya agar kelak bisa meraih
syurga Firdaus-Nya dan kekal di dalamnya.

Mudah-mudahan ketujuh tanda-tanda itu ada dalam diri kita masing-masing sehingga kita
menjadi golongan yang dirindu syurga. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an dan Tafsirnya- Tafsir Al-Maraghy

2. Abu Hudzaifah, Menundukkan Pandangan

3. Syekh Mustafa Mahmud, Berjumpa dengan Allah lewat Sholat

4. Al-Qur’an dan Tafsirnya, Universitas Islam Indonesia

You might also like