Professional Documents
Culture Documents
(REVISI)
Oleh:
Retno Anggraeni (07205244041)
Dhidhik Setiabudi (07205244042)
Rengga Mustikaningsih (07205244045)
Anggun Dwi Cahyani (07205244047)
Akhmad Syahid (07205244055)
2009
BAB I
PENDAHULUAN
Tindak komunikasi merupakan aktivitas yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari
dari manusia sebagai makhluk social. Setiap saat manusia melakukan komunikasi dengan
orang lain melalui berbagai cara. Dalam bergaul dan berinteraksi manusia mengalami
proses komunikasi yang tidak selalu dilakukan secara sadar. Oleh karena itu, kemampuan
berkomunikasi harus senantiasa dilatih agar manusia dapat merasakan manfaat dari hasil
komunikasi itu sendiri.
Keterampilan berbahasa disekolah dilakukan sesuai dengan hakikat bahasa sebagai suatu
sistem yang kebermaknaannya dalam berkomunikasi bersifat menyeluruh sehingga
kegiatan belajar mengajar akan sesuai fungsi dan konteks serta dapat mengkondisikan
siswa agar menggunakan bahasa untuk belajar.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa Jawa diarahkan untuk meningkatkan peserta didik untuk berkomunikasi dalam
bahasa Jawa dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan manusia Jawa.
Siswa akan mampu berkomunikasi dengan baik jika mempunyai kemampuan berbahasa
yang baik. Ada 4 keterampilan yang diajarkan pada mata pelajaran bahasa Jawa, yaitu:
keterampilan mendengarkan atau menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara bersifat
produktif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis bersifat reseptif. Dalam
pelaksanaannya keterampilan berbicara termasuk sulit diajarkan karena menuntut
kesiapan, mental, dan keberanian siswa untuk tampil didepan orang lain.
Seiring dengan semakin seringnya digunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
sekolah, sekarang ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA kelas X sekarang
mengalami penurunan. Oleh karena itu ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA
kelas X harus segera ditingkatkan kembali agar bahasa Jawa tetap bisa dan tetap
digunakan sebagai bahasa ibu di kalangan para siswa itu sendiri.
Salah satu media yang dapa dipilih untuk meningkakan kemampuan berbicara bahasa
jawa adalah dengan cara mengadakan diskusi. Media diskusi pada dasarnya suatu bentuk
tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun dalam
kelompok besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan
keputusan bersama mengenai suatu masalah. Dalam arti luas diskusi berarti memberikan
jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif. Dalam
proses ini orang mengemukakan titik tolak.
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jawa
melalui metode diskusi siswa kelas X SMA Negeri I Kutowinangun.
F. Manfaat Penelitian
Mengingat pentingnya penelitian ini dalam berbgai faktor, maka manfaat penelitian iini
ditijau dari dua segi, yaitu
Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan khususnya
tentang penggunaan metode diskusi sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa kelas X SMA.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori pembelajaran bahasa Jawa
kelas X SMA guna meningkatkan berbicara siswa di SMA.
Secara Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan metode bagi guru guna
mengembangkan pembelajaran berbicara kelas X SMA melalui metode diskusi,
kemudian dapat menjadi alternative cara belajar berbicara yang efektif dan tepat bagi
siswa, serta dapat menjadi sumbangan ide untuk memperbaiki sistem pembelajaran
berbicara yang lebih baik bagi sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Berbicara
Untuk berkomunikasi dengan sesamanya manusia lebih sering menggunakan bahasa lisan
dari pada bahasa tulis. Bahasa lisan dapat mewakili sifat dan perasaan yang sedang
dirasakannya. Oleh karena itu bicara menjadi salah satu hal terpenting dalam kehidupan
manusia.
B. Pengertian Diskusi
Diskusi berasal dari bahasa latin yaitu discuties atau discution yang artinya bertukar
pikiran. Diskusi pada dasarnya suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik
dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar, dengan tujuan untuk mendapatkan
suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah (Tarigan,
1997:7,13). Sejalan dengan hal itu Hendrikus (1991:96) mengemukakan bahwa diskusi
berasal dari bahasa latin discutere yang berarti membeberkan masalah. Dalam arti luas
diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang
suatu masalah objektif.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa diskusi mempunyai tujuan untuk
memecahkan masalah yang melibatkan orang banyak yang pada akhir diskusi pendengar
diharapkan mempunyai pandangan dan hasil pemikiran bersama tentang sebuah masalah
yang menjadi pokok diskusi tersebut.
Seiring dengan semakin seringnya digunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
sekolah, sekarang ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA kelas X sekarang
mengalami penurunan. Oleh karena itu ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA
kelas X harus segera ditingkatkan kembali agar bahasa Jawa tetap bisa dan tetap
digunakan sebagai bahasa ibu di kalangan para siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran
bahasa Jawa metode diskusi dapat dijadikan pilihan, khususnya untuk pembelajaran
ketrampilan berbicara.
Dalam pembelajaran bahasa Jawa dengan metode diskusi dapat dimulai dengan memilih
topik yang dapat memuat banyak pembicaraan yang mencakup banyak kosa kata bahasa
Jawa. Guru mempersiapkan tema diskusi yang sedang banyak dibicarakan oleh siswa.
Kemudian Siswa dibagi kedalam kelompok kemudian dipersiapkan untuk berdiskusi
menggunakan bahasa Jawa. Metode ini dimaksudkan agar siswa dapat menambah
pengetahuan kosa kata bahasa Jawa yang dimilikinya, sehingga akan meningkat pula
kemamuan berbicara bahasa Jawanya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
adalah penelitian untuk, dan oleh kelas sasaran dengan memanfaatkan interaksi,
kolaborasi antara peneliti dengan kelas sasarandalam hal ini siswa. Penelitian tindakan
kelas dilaksanakan demi perbaikan dan atau peningkatan praktek pembelajaran secara
berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi professional
pendidikan yang dinamakan guru. Oleh karena itu pendekatan tindakan kelas merupakan
salah satu cara strategis memperbaiki meningkatkan layanan pendidikan yang harus
diselenggarakan dalam konteks dan atau dalam peningkatan kualitas program sekolah
secara keseluruhan dalam masyarakat yang dapat berubah. Desain penelitian tindakakn
kelas terdiri dai (1) komponen perencanaan, (2) tindakan dan pengamatan dan (3) refleksi
(Depdikbud, 1992:1)
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Kutowinangun dengan
jumlah 40 siswa.
1.Pengamatan
Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Hal tersebut untuk mengawasi peningkatan
kemampuan berbicara bahasa jawa selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam
melakukan pengamata dibantu oleh kolaborator, dalam hal ini guru bahasa Jawa dan guru
pengampu matapelajaran bahasa jawa.
2.Test
Menurut suharsini (1996:138), test merupakan serentetan perntayaan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Test tersebut berupa test praktek sesorah menggunakan bahasa jawa dilakukan dengan
cara setiap siswa maju ke depan kelas untuk membaca sesorah. Test tersebut berupa pre
tes dan post test. Pre test dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Pre test digunakan
untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsini (1996:150), instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah.
Ada aspek pokok yang dijadikan criteria penilaian, yaitu pemilihan kata, intonasi,
pelafalan, unggah-ungguh, dan kelancaran.
2.
3.
4.
5. Pilihan kata
Intonasi
Pelafalan
Unggah-Ungguh
Kelancaran 3
1 3
3 2
2 1
1
Jumlah 10