Professional Documents
Culture Documents
INDONESIA :
ANTARA JIHAD DAN TERORISME
TIM PENYUSUN
SEPTIAN (18081800)
ANTON (18081785)
Pendahuluan
1
Mark Juergensmeyer, Terror in The Mind of God: The Global Rise of Religious Violence (Terj.),
(Yogyakarta: Trawang Press, 2003), hlm. 6. buku ini membahas tentang kekerasan dan fenomena
kebangkitan agama yang selama ini terjadi, tentu saja buku ini perlu diberi catatan kritik, karena
teror bisa mengatasnamakan apa saja, bukan hanya faktor agama, tapi ada faktor-faktor yang lain,
seperti ekonomi, politik, ketimpangan budaya, derasnya arus globalisasi, dll. yang satupun tidak
pernah disinggung dalam buku ini.
2
Istilah “Islam fundamentalis” awalnya dicetuskan sebagai signifier bagi gerakan Salafiyyah
Jamaluddin al-Afghani. Istilah ini dicetuskan karena bahasa Eropa tidak punya istilah padanan
yang tepat untuk menerjemahkan istilah Salafiyah. Hasan Hanafi mengatakan bahwa term “Islam
Fundamentalis” adalah istilah untuk menunjuk gerakan kebangkitan Islam, revivalisme Islam dan
gerakan Islam kontemporer yang sering digunakan peneliti Barat lalu sering digunakan oleh
banyak pemikir.
seluruh dunia, khususnya di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Dengan ini
tampak jelas apa yang dikatakan oleh Samuel Huntington dengan istilah the clash
of civilization, istilah ini bukan saja membangkitkan semangat perang salib baru
antara Islam dan Barat, akan tetapi juga menimbulkan kebingungan, siapa
sebenarnya yang disebut teroris?
Tuduhan pada kelompok Islam ini menjadikan cap yang tidak baik bagi
umat Islam. Seakan penggunaan kekerasan dengan cara menakut-nakuti orang
dalam rangka mencapai tujuan tertentu merupakan suatu hal yang lekat dengan
Islam. Terhadap tuduhan ini setidaknya ada tiga kalangan yang
menanggapinya; Pertama,membenarkan dan memahami tuduhan itu mengingat
perangai sebagian umat Islam yang tidak amat toleran dengan produk pemikiran,
wacana dan kebudayaan yang tidak bersumber pada teks suci Islam secara
tekstual.Kedua, menolak keras tuduhan itu, mengingat tuduhan itu belum disertai
dengan bukti yang kuat dan dianggap hanya upaya memojokkan umat
Islam. Ketiga, meminta kepada Amerika agar tidak mengeneralisasi bahwa Islam
tidak identik dengan teroris, karena banyak sekali umat Islam yang memiliki
faham moderat.3
Islam dan terorisme jelas tidak ada kaitannya, menurut Azyumardi Azra, ia
mengatakan bahwa terorisme sebagai kekerasan politik sepenuhnya bertentangan
dengan etos kemanusiaan agama Islam. Islam mengajarkan etos kemanusiaan
yang sangat menekankan etos kemanusiaan universal, Islam mengajarkan
umatnya untuk berjuang mewujudkan perdamaian, keadilan dan kehormatan, akan
tetapi perjuangan itu haruslah tidak dengan cara-cara kekerasan atau
terorisme.4 Setiap perjuangan untuk keadilan harus dimulai dengan premis bahwa
keadilan adalah konsep universal yang harus diperjuangkan dan dibela setiap
manusia. Islam memang mengajarkan dan menjustifikasi kepada muslim untuk
berperang (harb) dan menggunakan kekerasan (qital) terhadap para penindas dan
3
Nusron Wahid, Islam, Demokrasi dan Terorisme, Kompas 28 Juni 2003
4
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, dari Fundamentalisme, Moderinisme hingga Post-
Modernisme (Jakarta: Paramadina. 1996), hlm. 146.
musuh-musuh Islam, dan pihak luar yang menunjukkan sikap permusuhan atau
tidak mao berdampingan secara damai dengan Islam dan kaum muslimin.5
Hemat penulis, istilah teror dan terorisme lebih punya kaitan erat dengan
kegiatan intelijen. Lembaga-lembaga intelijen termashur seperti Mossad (Israel),
CIA (AS), MI-6 (Inggris), dan dulu KGB (Uni Sovyet), punya taktik dan strategi
menciptakan gerakan-gerakan intelejen dan kontra-intelijen dalam berbagai cara.
Termasuk teror dan kontrateror. Aksi-aksi terorisme yang selama ini terjadi,
diasosiasikan dengan jihad dalam Islam, Jihad sering disamakan dengan holy
war (perang suci) dalam konteks kristen Eropa; perang melawan orang kafir, yang
lebih parah lagi adalah pengkaburan makna jihad yang banyak dan beragam itu,
jihad selalu diartikan sebuah konfrontasi fisik. Tentu saja, secara politis
ada political interest untuk mendiskreditkan kelompok agama tertentu.
6
Pesantren yang dicap sebagai sarang teroris diantaranya adalah pesantren PP al-Mukmin Ngruki
Solo, karena keterlibatan alumni pesantren ini dengan aksi-aksi terorisme di Indonesia, selain itu,
karena pesantren ini diasuh oleh seorang Amir jama’ah Islamiyah di Asia Tenggara yang
merupakan tangan kanan jaringan organisasi teroris internasional al-Qaeda.
7
Nama-nama Pangeran Diponegoro bersama Kiai Maja dan Sentot Alibasyah, adalah perpaduan
trio birokrat nasionalis, figur ulama, dan panglima perang, yang mengobarkan Perang Diponegoro
(1825-1830). Perang terbesar dan terberat bagi Belanda di Pulau Jawa. Begitu pula, Imam
Bonjol pada Perang Padridi Sumatra Barat, Teuku Umar pada Perang Aceh, Kiai Hasan
pada peristiwa Cimareme, Garut, Kiai Haji Zaenal Mustopa pada peristiwa melawan Jepang di
Singaparna, Tasikmalaya.
masyarakat pesantren. Pesantren memang memiliki sejarah kuat dan panjang
dalam angkat senjata melawan kolonialis-imperialis Belanda (juga Jepang), sejak
awal abad 16 hingga penghujung abad 19. Santri dan kiai mengganti kitab dengan
senjata. Mereka menggemakan
Dengan latar belakang realita diatas, tulisan ini akan menganalisis kasus
Bom Bunuh Diri yang merupakan era baru terorisme di Indonesia, apakah hal
tersebut merupakan jihad atau terorisme?, bagaimana sebenarnya konsep jihad
dalam Islam, dan bagaimana pandangan Islam terhadap terorisme, apakah
terorisme sama dengan jihad? Untuk membahas labih lanjut penulis menggunakan
pendekatan teologis-sosiologis, yakni bagaimana doktrin agama tentang jihad,
serta bagaimana aspek-aspek sosiologis praktek kekerasan yang sering kali
mengatasnamakan agama, yang dalam bahasa Barat merupakan aksi terorisme.
Bunuh diri (bahasa Inggrisnya suicide yang berasal dari bahasa Latin sui
caedere, yang juga berarti bunuh diri) adalah sebuah tindakan mengakhiri hidup
dirinya sendiri. Agama apa pun memandang tindakan itu adalah sebuah dosa dan
bila dilihat dari kacamata hukum adalah sebuah kejahatan. Akan tetapi, beberapa
budaya memandang tindakan itu sebagai cara terhormat untuk keluar dari situasi
yang tanpa pengharapan atau memalukan.
Kematian menjadi komponen dan tujuan utama dari tindakan bunuh diri
dan bukannya hanya merupakan konsekuensi yang hampir pasti. Karena itu,
peledakan bom bunuh diri lebih dipandang sebagai peledakan bom ketimbang
bunuh diri. Itulah sebabnya, ada yang menganggap dan bahkan berkeyakinan
bahwa aksi peledakan bom bunuh diri adalah sebuah pengorbanan diri, sebuah
kematian suci.
Istilah teror dan terorisme merupakan dua istilah yang berbeda, tetapi
sebenarnya berasal dari Yunani yang sama yaitu terror dan terrere yang artinya
ketakutan mendalam. Namun jika dilihat dari motode kekerasan, kedua istilah
tersebut dibedakan pengertiannya. Aksi teror merupakan aktifitas bercorak
spontan dan tidak terorganisir rapi dan cendrung bersifat perorangan. Sebaliknya
terorisme bersifat sistematis, terorganisir rapi dilakukan oleh sebuah organisasi
atau kelompok sebagai pelaku dari aktifitas teror tersebut. Tidak semua bentuk
teror dapat disebut sebagai terorisme. Menurut Richard Bagun, terorisme adalah
puncak aksi kekerasan (terrorism is the apex violence). Menurut Ensyclopaedia of
Crime and Justice, terorisme adalah ancaman atau penggunaan kekerasan untuk
tujuan-tujuan politik oleh perorangan atau kelompok, dimana tindakan itu
menentang terhadap kekuasaan pemerintah, ditujukan untuk menimbulkan
intimidasi ketimbang menimbulkan korban dengan segera. Sedangkan Dam Smith
mengatakan, terorisme adalah penggunaan kekerasan yang melawan hukum atau
ancaman kekerasan yang melawan hukum, dengan tujuan untuk memaksa dan
mengintimidasi pemerintah atau kelompok sosial tertentu dalam rangka mencapai
tujuan yang umumnya adalah tujuan politik, agama, atau ideologi.
Sebagian umat Islam memandang salah satu cara yang strategis untuk
melumpuhkan Hegemoni Amerika dan Barat adalah dengan cara melakukan
tindakan terorisme. Kegagalan sistem global ini akibat permainan negara kapitalis
yang secara struktur dan sitem memiskinkan dunia ketiga termasuk dunia Islam.
Lagi pula secara nyata dapat dilihat bagaimana permainan licik Amerika dan
Barat dalam melakukan neo imperialisme dan konolialisme. Perbaikan sistem
pada wilayah periferal tidak akan berhasil. Karena kebangkrutan dan
ketidakadilan yang dialami hanya sebagai imbas permainan global. Maka langkah
stretegis sdalah mengacaukan sumber sekenariator global dalam hal ini Amerika
melalui simbol ekonomi dan kebesarannya. Dengan Alasan ini apakah tidak boleh
melakukan kekerasan dalam mencapai kemakmuran dan keadilan. Korban
terorisme tidak sebanding dengan korban kemiskinan, ketertidasan dan ketidak
adilan dalam jangka yang panjang.
9
Ibid., hlm. 67.
mempunyai makna bersungguh-sungguh. Selain itu term الجهدberarti الطاقةdan
المشههقةyang bermakna kekuatan, kemampuan dan kesulitan, kepayahan
disebabkan setiap orang yang berjihad harus melawan musuh dengan
mengerahkan kekuatan untuk mempertahankan dan membela diri.
Kata jihad dalam al-Qur'an disebutkan sebanyak 43 kali, antara lain: QS.
Al-Baqarah: 198, 190, 191, 192, 218, 273. QS. Ali 'Imran: 142, 156. QS. An-
Nisa': 74, 95, 96. QS. Al-Maidah: 35, 54. QS. Al-Anfal: 61, 65, 72, 74, 75. QS.
At-Taubah: 19, 20, 24, 41, 44, 81, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93. QS. An-Nahl:
110, QS. Al-Hajj: 78. QS. Al-Furqan: 52. QS. Al-Qashash: 6. QS. Al-Hujurat: 15.
QS. Al-Mumtahanah: 1. QS. Al-Shaf: 11. Kata jihad dalam al-Qur'an diartikan
secara beragam sebagaimana terdapat dalam ayat-ayat diatas, dengan ini
menunjukkan kata jihad tidak bisa hanya hanya diartikan dengan satu pengertian
saja.
11
Terdapat perbedaan antara sifat wajibnya jihad, apakah fardu 'ain atau fadu kifayah. Hal ini
tergantung pemaknaan tentang jihad itu sendiri, jika jihad diartikan sebagai perang fisik maka
hukumnya fardu kifayah, akan tetapi jika diartikan dalam pengertian yang umum yaitu
mengerahkan segenap kemampuan untuk mengharap ridla Allah maka hukumnya fardu
'ain. Karena hal ini siapa saja bisa melakukannya.
sebab dikhawatirkan apabila tidak mengikuti aturan dalam al-Qur'an, umat Islam
akan melampaui batas, inilah kemudian yang menjadi persolan antara jihad dan
aksi terorisme di zaman modern sekarang ini, adapun fase-fase berjihad antara
lain:
Fase ketiga, fase ini Allah swt. Memerintahkan memerangi orang kafir
dan melakukan penyerangan terhadap mereka. Sebagaimana perintah yang
terdapat dalam QS. At-Taubah: 29. karena kezaliman yang terus dilakukan oleh
orang kafir, serta sikap mereka yang masih mempertahankan sikap kekafirannya.
Ketika berbicara terorisme maka yang yang ada dibenak kita adalah
sekelompok orang berjenggot, berpakaian jubah putih, kemana-mana membawa
pedang, yang siap mati syahid dengan balasan sorga, dan selalu dikaitkan dengan
kelompok Islam fundamentalis, radikal, ekstrimis, dll. Ironisnya jihad pada zaman
modern ini sering dihubungkan dengan terorisme, apa sebenarnya hubungan jihad
dengan terorisme? Apakah jihad sebagai jus ad bellum, perang keadilan, bisa
diterima dalam prinsip-prinsip jus in bello, hukum-hukum humaniter perang, atau
batas-batas perang yang boleh dilakukan di masa kontemporer?13
12
Al-A’raf (7) : 116, 154, Al-Anfal (8) : 60, Al-Baqoroh (2) : 40, An-Nahl (16) : 51, Al-Qashash
(28) : 32, Al-Hasyr (29) : 13, Al-Anbiya’ (21) : 90, Al-Hudud (57) : 27, Al-Ma’idah (5) : 82, At-
Taubah (9) : 31, At-Taubah (9) : 34.
13
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik, hlm. 146.
elemen-elemen kekerasan yang dapat dikategorisasikan sebagai terorisme.14 Pada
tanggal 16 Desember 2003 MUI mengeluarkan fatwa, yang salah satu poinnya
adalah fatwa tentang terorisme. MUI membedakan antara terorisme dengan jihad.
Untuk memperjelas perbedaan itu, MUI membedakannya dengan menjelaskan
tiga sisi penting: sifat, tujuan, dan cara. Untuk lebih mudah, lihat gambar
berikut:15
Teror Jihad
Sifat Merusak dan Anarkis (al- Perbaikan (al-ishlah) sekalipun
Ifsad wa al-fawdha’). dilakukan dengan perang.
Tujuan Menciptakan rasa takut danMenegakkan agama Allah atau
menghancurkan pihak lain. membela pihak yang dizalimi.
Cara Dilakukan tanpa aturan danDilakukan dengan mengikuti aturan
sasaran tanpa batas. syari’at dengan sasaran musuh yang
jelas.
Secara eksplisit MUI menolak kekerasan atas nama agama atau kekerasan
dengan menggunakan simbol-simbol Islam yang pada dasarnya merugikan umat
Islam itu sendiri. MUI juga membedakan antara bom bunuh diri (qatl al-
nafs/ suicide bombing) dengan syahid (istisyhadiyyah) dengan penjelasan sebagai
berikut:Pertama, dari segi tujuan, bunuh diri dilakukan untuk kepentingan dirinya
sendiri; sedangkan perbuatanistisyhad dilakukan untuk kepentingan agama dan
umatnya. Kedua, dari segi sikap, pelaku bunuh diri bersikap pesimis, sedangkan
pelaku istisyhad bersikap optimis dan cita-citanya untuk mengharapkan ridho
Allah. Ketiga,dari segi hukum, bom bunuh diri dihukumi haram,
sedangkan istisyhad adalah mubah (boleh).
15
Jaih Mubarok, “Fatwa tentang Protes Politis di Indonesia” dalam Kamaruddin Amin, dkk.
(ed.)Quo Vadis Islamic Studies in Indonesia Current Trends and Future Challenges.
Jakarta: Depag RI, 2006), hlm. 122.
dunia Islam, inilah mungkin yang disebut terorisme oleh Amerika, akan tetapi
Amerika juga dipandang sebagai teroris dengan membumi hanguskan Irak tanpa
dasar yang jelas. Perang yang dilancarkan Amerika dengan alasan perdamaian
dunia, dengan memberantas jaringan al-Qaeda yang menghancurkan Negara
Afghanistan, membumi hanguskan Irak dengan alasan memerangi senjata nuklir
yang mengakibatkan ribuan umat muslim mati, sekarang tuduhan tidak beralasan
kepada Negara Islam Iran tentang senjata nuklir. Hemat penulis, sebenarnya
terorisme di Indonesia terjadi disebabkan karena ketidak adilan Amerika terhadap
Negara-negara muslim yang kemudian muncul rasa ukhuwah islamiyahnya.
16
Istisyhadiyyah adalah mengharap dan berusaha mendapatkan mati syahid dengan cara terbunuh
di jalan Allah, sebagaimana yang disyari’atkannya.
merupakan jihad dan bukan tindakan bunuh diri yang sering diberitakan oleh
media.17
17
Luthfi Assyaukani, Politik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqh Kontemporer (Jakarta:
Pustaka Hidayah, 1998), hlm. 9-11.
18
Nawal Hail Takruri, Aksi Bunuh Diri atau Mati Syahid, Terj. Muhammad Arif Rahman dan
Muhammad Suharsono (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002), hlm. 17.
Jadi, Jihad dan aksi bombing (teror) dua kalimat yang saling kontradiksi
dan tidak akan ada titik temu antara keduanya apalagi diparalelkan. Disamping itu
aksi bunuh diri (QS:4 : 29) dalam bentuk aksi teror atau membunuh orang lain
(QS:17 :33) adalah merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah dan juga
melanggar hak azasi manusia. Dalam Islam jangankan membunuh orang,
berbuat dharar (kurusakan) terhadap diri sendiri dan orang lain juga tidak boleh
sebagai disebut dalam kaedah azas La dharara wa la dhirara yakni larangan
berbuat apa saja yang membahayakan Agama Islam. Dari apa yang diuraikan
diatas dapat disimpulkan bahwa perbuatan bom bunuh diri di Indonesia ini
bukanlah perbuatan jihad dengan balasan sorga, akan tetapi termasuk perbuatan
teror yang mati bunuh diri balasannya neraka.
Penutup
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan. Makalah ini kami beri judul “Kasus Bom Bunuh Diri di
Indonesia: Antara Jihad dan Terorisme”, suatu permasalahan yang sempat
mencengangkan dan menjadi topic pembicaraan di hamper semua lapisan
masyarakat.
Tim Penyusun