You are on page 1of 19

KASUS BOM BUNUH DIRI DI

INDONESIA :
ANTARA JIHAD DAN TERORISME
TIM PENYUSUN

FAJAR FATHURRACHMAN (18081845)

MOH. FIRMANSYAH (18081792)

SEPTIAN (18081800)

DHANU ANDRI (18081774)

MOHAMMAD ADJIE SUTISNA (18081816)

EMILIO HARIS (18081794)

MUHAMMAD RIJAL (18081843)

ANTON (18081785)
Pendahuluan

Agama dewasa ini tampil dengan sosok yang menakutkan, aksi-aksi


kekerasan kerap kali terjadi atas nama agama. Juergensmeyer menyatakan agama
berperan besar memberikan motivasi dan justifikasi terhadap aksi-aksi kekerasan
yang selama ini terjadi.1 Misalnya saja, konflik abadi antar agama, apa yang kita
sebut dengan neverending-conflict, antara Israel dan Palestina, serangkaian bom
bunuh diri di Israel yang juga tak jarang menewaskan warga sipil biasa, teror gas
beracun Aum Shinrikyo pimpinan Asahara Shoko di Jepang (1990-an), kekerasan
rezim Taliban di Afghanistan atas nama ketaatan terhadap syari'at Islam sebagai
hukum negara, kekerasan kelompok ektremis Yahudi Israel, pimpinan Rabi Mei
Kahape atas warga Arab Palestina, bunuh diri masal pada Peoples Temple
pimpinan Jim Jones di Guyana (1970-an), dan pada gerakan David Koresh di
Texas (1990-an). Puncaknya adalah serangan terorisme ke WTC 11 September di
Amerika Serikat yang menewaskan ribuan manusia yang tak tahu apa-apa; bom
Bali yang mewaskan lebih dari 180 orang; ledakan bom di Hotel JW Marriot,
Jakarta dan tempat-tempat lainnya.

Namun, Sejak serangan 11 September 2001, opini dunia memberikan


kesan bahwa konotasi teroris itu adalah Islam fundamentalis,2 opini dunia
didominasi oleh Amerika Serikat. Pemberian nama (labelling) teroris kepada
kelompok Islam tertentu semakin kuat dan meluas sehubungan dengan tuduhan
kepada jaringan al-Qaeda adalah jaringan teroris internasional yang terdapat di

1
Mark Juergensmeyer, Terror in The Mind of God: The Global Rise of Religious Violence (Terj.),
(Yogyakarta: Trawang Press, 2003), hlm. 6. buku ini membahas tentang kekerasan dan fenomena
kebangkitan agama yang selama ini terjadi, tentu saja buku ini perlu diberi catatan kritik, karena
teror bisa mengatasnamakan apa saja, bukan hanya faktor agama, tapi ada faktor-faktor yang lain,
seperti ekonomi, politik, ketimpangan budaya, derasnya arus globalisasi, dll. yang satupun tidak
pernah disinggung dalam buku ini.

2
Istilah “Islam fundamentalis” awalnya dicetuskan sebagai signifier bagi gerakan Salafiyyah
Jamaluddin al-Afghani. Istilah ini dicetuskan karena bahasa Eropa tidak punya istilah padanan
yang tepat untuk menerjemahkan istilah Salafiyah. Hasan Hanafi mengatakan bahwa term “Islam
Fundamentalis” adalah istilah untuk menunjuk gerakan kebangkitan Islam, revivalisme Islam dan
gerakan Islam kontemporer yang sering digunakan peneliti Barat lalu sering digunakan oleh
banyak pemikir.
seluruh dunia, khususnya di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Dengan ini
tampak jelas apa yang dikatakan oleh Samuel Huntington dengan istilah the clash
of civilization, istilah ini bukan saja membangkitkan semangat perang salib baru
antara Islam dan Barat, akan tetapi juga menimbulkan kebingungan, siapa
sebenarnya yang disebut teroris?

Tuduhan pada kelompok Islam ini menjadikan cap yang tidak baik bagi
umat Islam. Seakan penggunaan kekerasan dengan cara menakut-nakuti orang
dalam rangka mencapai tujuan tertentu merupakan suatu hal yang lekat dengan
Islam. Terhadap tuduhan ini setidaknya ada tiga kalangan yang
menanggapinya; Pertama,membenarkan dan memahami tuduhan itu mengingat
perangai sebagian umat Islam yang tidak amat toleran dengan produk pemikiran,
wacana dan kebudayaan yang tidak bersumber pada teks suci Islam secara
tekstual.Kedua, menolak keras tuduhan itu, mengingat tuduhan itu belum disertai
dengan bukti yang kuat dan dianggap hanya upaya memojokkan umat
Islam. Ketiga, meminta kepada Amerika agar tidak mengeneralisasi bahwa Islam
tidak identik dengan teroris, karena banyak sekali umat Islam yang memiliki
faham moderat.3

Islam dan terorisme jelas tidak ada kaitannya, menurut Azyumardi Azra, ia
mengatakan bahwa terorisme sebagai kekerasan politik sepenuhnya bertentangan
dengan etos kemanusiaan agama Islam. Islam mengajarkan etos kemanusiaan
yang sangat menekankan etos kemanusiaan universal, Islam mengajarkan
umatnya untuk berjuang mewujudkan perdamaian, keadilan dan kehormatan, akan
tetapi perjuangan itu haruslah tidak dengan cara-cara kekerasan atau
terorisme.4 Setiap perjuangan untuk keadilan harus dimulai dengan premis bahwa
keadilan adalah konsep universal yang harus diperjuangkan dan dibela setiap
manusia. Islam memang mengajarkan dan menjustifikasi kepada muslim untuk
berperang (harb) dan menggunakan kekerasan (qital) terhadap para penindas dan
3
Nusron Wahid, Islam, Demokrasi dan Terorisme, Kompas 28 Juni 2003

4
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, dari Fundamentalisme, Moderinisme hingga Post-
Modernisme (Jakarta: Paramadina. 1996), hlm. 146.
musuh-musuh Islam, dan pihak luar yang menunjukkan sikap permusuhan atau
tidak mao berdampingan secara damai dengan Islam dan kaum muslimin.5

Hemat penulis, istilah teror dan terorisme lebih punya kaitan erat dengan
kegiatan intelijen. Lembaga-lembaga intelijen termashur seperti Mossad (Israel),
CIA (AS), MI-6 (Inggris), dan dulu KGB (Uni Sovyet), punya taktik dan strategi
menciptakan gerakan-gerakan intelejen dan kontra-intelijen dalam berbagai cara.
Termasuk teror dan kontrateror. Aksi-aksi terorisme yang selama ini terjadi,
diasosiasikan dengan jihad dalam Islam, Jihad sering disamakan dengan holy
war (perang suci) dalam konteks kristen Eropa; perang melawan orang kafir, yang
lebih parah lagi adalah pengkaburan makna jihad yang banyak dan beragam itu,
jihad selalu diartikan sebuah konfrontasi fisik. Tentu saja, secara politis
ada political interest untuk mendiskreditkan kelompok agama tertentu.

Di Indonesia, istilah teror dan terorisme dikaitkan dengan produk


pendidikan pesantren,6 jihad fi sabilillah dalam artian melawan kezaliman dan
kejahatan penjajah.7 Maka, terlalu riskan menyebutkan pesantren sebagai lembaga
pendididkan dalam menciptakan teror dan terorisme di Indonesia, sebab tidak ada
kitab-kitab pesantren yang mengajarkan cara merakit bom, cara menggalang
pasukan, cara melatih diri (i'dad) menghadapi jihadul qitaal. Dan jika ada alumni
pesantren terkait dengan tindakan terorisme, itu jelas di luar pesantren. Sehingga
tak dapat mengait-ngaitkan pesantren yang pernah dijadikan tempat belajar
seseorang tersangka pelaku teror. tentu saja tuduhan itu ditolak oleh kalangan
5
Abdul Wahid, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM, dan Hukum (Bandung: PT Refika
Aditama, 2004), hlm. 42.

6
Pesantren yang dicap sebagai sarang teroris diantaranya adalah pesantren PP al-Mukmin Ngruki
Solo, karena keterlibatan alumni pesantren ini dengan aksi-aksi terorisme di Indonesia, selain itu,
karena pesantren ini diasuh oleh seorang Amir jama’ah Islamiyah di Asia Tenggara yang
merupakan tangan kanan jaringan organisasi teroris internasional al-Qaeda.

7
Nama-nama Pangeran Diponegoro bersama Kiai Maja dan Sentot Alibasyah, adalah perpaduan
trio birokrat nasionalis, figur ulama, dan panglima perang, yang mengobarkan Perang Diponegoro
(1825-1830). Perang terbesar dan terberat bagi Belanda di Pulau Jawa. Begitu pula, Imam
Bonjol pada Perang Padridi Sumatra Barat, Teuku Umar pada Perang Aceh, Kiai Hasan
pada peristiwa Cimareme, Garut, Kiai Haji Zaenal Mustopa pada peristiwa melawan Jepang di
Singaparna, Tasikmalaya.
masyarakat pesantren. Pesantren memang memiliki sejarah kuat dan panjang
dalam angkat senjata melawan kolonialis-imperialis Belanda (juga Jepang), sejak
awal abad 16 hingga penghujung abad 19. Santri dan kiai mengganti kitab dengan
senjata. Mereka menggemakan

Aksi-aksi terorisme yang dilakukan kawanan teroris Dr. Azhari dalam


lima tahun terakhir ini, selalu berakar pada konsep ”jihad” dalam Islam. Dimulai
dari Bom Bali jilid I 12 Oktober 2002 yang menewaskan ratusan nyawa; ledakan
bom di Hotel JW Marriot, Jakarta dan tempat-tempat lainnya, sampai yang baru-
baru ini terjadi yaitu kasus bom bunuh diri (suicide bombing) dalam Bom Bali
jilid II, sekaligus deretan pemboman lain, kasus-kasus penyerangan, kekerasan,
bahkan permusuhan terhadap pihak lain (the others) kerap kali terjadi.Inilah
problem ketika agama dijadikan legetimasi sebuah kepentingan kelompok agama
tertentu, dan ketika jihad dimaknai sebagai sikap ofensif dengan dalih
mendapatkan balasan sorga, maka sesungguhnya yang terjadi adalah krisis
wacana keagamaan, bahkan krisis nurani kemanusiaan.

Dengan latar belakang realita diatas, tulisan ini akan menganalisis kasus
Bom Bunuh Diri yang merupakan era baru terorisme di Indonesia, apakah hal
tersebut merupakan jihad atau terorisme?, bagaimana sebenarnya konsep jihad
dalam Islam, dan bagaimana pandangan Islam terhadap terorisme, apakah
terorisme sama dengan jihad? Untuk membahas labih lanjut penulis menggunakan
pendekatan teologis-sosiologis, yakni bagaimana doktrin agama tentang jihad,
serta bagaimana aspek-aspek sosiologis praktek kekerasan yang sering kali
mengatasnamakan agama, yang dalam bahasa Barat merupakan aksi terorisme.

Bom Bunuh Diri: Era Baru Terorisme di Indonesia

Peledakan bom di hotel JW Marriot dan hotel Ritz Carlton


Kuningan, Jakarta (2009), semakin mempertegas kenyataan bahwa era bom bunuh
diri benar-benar tidak hanya lahir, tetapi ada dan hidup di Indonesia. Dani Dwi
Permana dan Nana Ikhwan Maulana adalah pelaku peledakan bom bunuh
diri. Ada yang berpendapat bahwa sebenarnya era bom bunuh diri
di Indonesia dimulai dengan peledakan bom di Kuta, Bali (2002). Tetapi, hal itu
masih samar-samar atau terkesan ”diingkari” untuk diakui karena berbagai alasan.

Bunuh diri (bahasa Inggrisnya suicide yang berasal dari bahasa Latin sui
caedere, yang juga berarti bunuh diri) adalah sebuah tindakan mengakhiri hidup
dirinya sendiri. Agama apa pun memandang tindakan itu adalah sebuah dosa dan
bila dilihat dari kacamata hukum adalah sebuah kejahatan. Akan tetapi, beberapa
budaya memandang tindakan itu sebagai cara terhormat untuk keluar dari situasi
yang tanpa pengharapan atau memalukan.

Kematian menjadi komponen dan tujuan utama dari tindakan bunuh diri
dan bukannya hanya merupakan konsekuensi yang hampir pasti. Karena itu,
peledakan bom bunuh diri lebih dipandang sebagai peledakan bom ketimbang
bunuh diri. Itulah sebabnya, ada yang menganggap dan bahkan berkeyakinan
bahwa aksi peledakan bom bunuh diri adalah sebuah pengorbanan diri, sebuah
kematian suci.

Masuk kategori apa peledakan bom bunuh diri di Indonesia? Apakah


mereka memperjuangkan lahirnya sebuah negara baru, seperti di Palestina atau Sri
Lanka? Negara apa yang mereka perjuangkan? Bukankah sudah ada Negara
Kesatuan Republik Indonesia?! Apakah aksi itu perwujudan balas dendam? Balas
dendam kepada siapa? Apakah bagian dari permainan politik? Kepentingan
politik siapa dan ditujukan kepada siapa? Apakah aksi itu bermisikan kepentingan
agama? Yang dapat dikategorikan sebagai jihad?.

Isu Terorisme: Sebuah Hegemoni Politik Amerika

Istilah teror dan terorisme merupakan dua istilah yang berbeda, tetapi
sebenarnya berasal dari Yunani yang sama yaitu terror dan terrere yang artinya
ketakutan mendalam. Namun jika dilihat dari motode kekerasan, kedua istilah
tersebut dibedakan pengertiannya. Aksi teror merupakan aktifitas bercorak
spontan dan tidak terorganisir rapi dan cendrung bersifat perorangan. Sebaliknya
terorisme bersifat sistematis, terorganisir rapi dilakukan oleh sebuah organisasi
atau kelompok sebagai pelaku dari aktifitas teror tersebut. Tidak semua bentuk
teror dapat disebut sebagai terorisme. Menurut Richard Bagun, terorisme adalah
puncak aksi kekerasan (terrorism is the apex violence). Menurut Ensyclopaedia of
Crime and Justice, terorisme adalah ancaman atau penggunaan kekerasan untuk
tujuan-tujuan politik oleh perorangan atau kelompok, dimana tindakan itu
menentang terhadap kekuasaan pemerintah, ditujukan untuk menimbulkan
intimidasi ketimbang menimbulkan korban dengan segera. Sedangkan Dam Smith
mengatakan, terorisme adalah penggunaan kekerasan yang melawan hukum atau
ancaman kekerasan yang melawan hukum, dengan tujuan untuk memaksa dan
mengintimidasi pemerintah atau kelompok sosial tertentu dalam rangka mencapai
tujuan yang umumnya adalah tujuan politik, agama, atau ideologi.

Pengertian terorisme pada mulanya adalah tindakan kekerasan disertai


dengan sadisme yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti lawan. Akan tetapi
dalam kamus adikuasa (baca: Amerika Serikat) terorisme adalah tindakan protes
yang dilakukan oleh negara-negara atau kelompok kecil. Makanya, sulit untuk
menyetujui definisi umum terhadap bentuk kekerasan bermotivasi politik yang
secara umum dikenal dengan terorisme, karena masing-masing situasi harus
dilihat dalam konteksnya sendiri, dan juga sering dikatakan untuk memahami
terorisme harus dipahami pula apa yang terjadi, pada siapa, dimana, bagaimana,
mengapa dan dengan momentum apa serta efeknya.

Sejak aksi terorisme 11 September 2001 yang meruntuhkan dua menara


kembar, WTC dan Pentangon, dan dugaan Osama bin Laden berada dibalik aksi
itu, maka struktur politik masyarakat internasional berubah dramatis, setidaknya
ada dua gambaran yang "terbaca" dalam wacana yang berkembang di masyarakat
internasional, Pertama, radikalisme dan terorisme yang dialamatkan masyarakat
barat terhadap umat Islam. Kedua, gerakan terorisme yang diwakili masyarakat
barat terus menjadi pemicu lahirnya resistensi kaum radikalis lantaran sikap
nagara adidaya dan PBB yang tidak peduli terhadap keadilan yang terus
berlangsung.8

Perang melawan terorisme-pun kerap kali dilancarkan oleh Amerika


Serikat, terorisme sebagai isu politik, lebih dipergunakan sebagai usaha untuk
memperoleh dukungan Negara-negara Barat untuk menempatkan citra negatif
Islam.9 Amerika Serikat sekehendak hati menuduh dan menekan negara-negara
yang dianggap memiliki potensi terorisme. Pernyataan George W. Bush,”either
you are with us, or you are with terrorist” memposisikan negara berpenduduk
Muslim pada kondisi yang dilematis.

Sebagian umat Islam memandang salah satu cara yang strategis untuk
melumpuhkan Hegemoni Amerika dan Barat adalah dengan cara melakukan
tindakan terorisme. Kegagalan sistem global ini akibat permainan negara kapitalis
yang secara struktur dan sitem memiskinkan dunia ketiga termasuk dunia Islam.
Lagi pula secara nyata dapat dilihat bagaimana permainan licik Amerika dan
Barat dalam melakukan neo imperialisme dan konolialisme. Perbaikan sistem
pada wilayah periferal tidak akan berhasil. Karena kebangkrutan dan
ketidakadilan yang dialami hanya sebagai imbas permainan global. Maka langkah
stretegis sdalah mengacaukan sumber sekenariator global dalam hal ini Amerika
melalui simbol ekonomi dan kebesarannya. Dengan Alasan ini apakah tidak boleh
melakukan kekerasan dalam mencapai kemakmuran dan keadilan. Korban
terorisme tidak sebanding dengan korban kemiskinan, ketertidasan dan ketidak
adilan dalam jangka yang panjang.

Memahami Jihad dalam Islam

Kata jihad secara etemologi berasal dari kata: -‫مجاهههدة‬-‫ يجاهههد‬-‫جاهههد‬


‫وجهادا‬yaitu mengerahkan segenap tenaga dan kemampuan dalam wujud perkataan
dan tindakan. Dan juga berasal dari kata: ‫جهههدا‬-‫يجهههد‬-‫ جهههد‬atau ‫ اجتهههد‬yang
8
Jawahir Tantowi, Islam, Politik dan Hukum (Yogyakarta: Madyan Press, 2002), hlm. 64.

9
Ibid., hlm. 67.
mempunyai makna bersungguh-sungguh. Selain itu term ‫ الجهد‬berarti ‫ الطاقة‬dan
‫ المشههقة‬yang bermakna kekuatan, kemampuan dan kesulitan, kepayahan
disebabkan setiap orang yang berjihad harus melawan musuh dengan
mengerahkan kekuatan untuk mempertahankan dan membela diri.

Sedangkan jihad secara terminologi, sebagaimana dijelaskan oleh ulama’-


ulama’ mazhab fiqh, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali, antara
lain: Pertama, Mazhab Hanafi dalam Fathu al-Qadir, juz 5/187, Ibnu Hamam
mengatakan yang dimaksud dengan jihad adalah mengajak orang kafir kedalam
pelukan Islam dan memeranginya jika mereka menolak. Kedua, Mazhab Hanbali,
makna jihad diperuntukkan kepada orang-orang muslim yang memerangi orang-
orang kafir yang tidak terikat dalam perjanjian (damai) demi menegakkan ajaran
Allah SWT. Jihad juga berarti datangnya orang Islam kepada orang kafir untuk
mengajak mereka memeluk agama Allah atau masuknya orang Islam ke daerah
kafir untuk tujuan serupa. Ketiga, Mazhab Syafi’i, Syafi’i mengatakan, jihad
adalah berperang di jalan Allah. Selain itu Ibnu Hajar juga mengatakan bahwa
ditinjau dari hukum syara’ jihad berarti mengerahkan segenap kemampuan untuk
memerangi orang-orang kafir. Keempat, Mazhab Hanbali, jihad adalah
memerangi orang kafir (Lih. Mathalib uli an-Nuha, juz 2, hlm. 497).

Sedangkan jihad menurut Abu al-’Ala al-Maududi, adalah salah satu


sistem kerohanian Islam yang lima, sholat, puasa, zakat, haji, dan jihad. Jihad
adalah usaha manusia muslim dengan sekuat tenaga untuk meneyebarluaskan
kalimatullah dan menjunjung tinggi, dan melaksanakannya di muka bumi dengan
menyingkirkan segala perintang, baik melalui kata-kata yang terucap (lisan),
maupun dengan kekuatan senjata, dengan tujuan agar manusia hidup dengan
penuh dedikasi dan berkorban demi jiwa dan raga.

Dari beberapa pengertian di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa jihad


mengandung dua pengertian yaitu pengertian umum dan pengertian khusus.
Pengertian umum sebagaimana disebutkan diatas ditemukan dalam perjuangan
Rosulullah priode Mekkah dan Madinah. Dalam al-Qur'an jihad seperti ini
terdapat dalam surat antara lain: Q.S. al-Furqan:52, dan Q.S. al-Hajj: 78.

Jihad dalam pengertian khusus yaitu ”perang melawan musuh”. Pengertian


khusus inilah yang dibicarakan secara luas dalam kitab-kitab fiqh dan selalu
dikaitkan dengan qitalharb (peperangan),dan ghazwah(ekspedisi). Uraian-uraian
figh tentang jihad disusun dalam rangka jus ad bellum atau jus in bello, perang
adil atau perang suci, perang defensif atau ofensif, sebagian besar merupakan
hasil dari usaha sistematisasi solusi-solusi pragmatis yang diambil pada masa
Nabi dan kemudian tumbuh menjadi kodifikasi hukum yang rapi. Titik lemahnya
terletak pada kegagalan menangkap regulasi moral yang non-
contingent10 (pertempuran), seolah-olah variabel atau kriteria yang paling krusial
dibalik jihad adalah mandat ilahi untuk melancarkan peperangan.

Kata jihad dalam al-Qur'an disebutkan sebanyak 43 kali, antara lain: QS.
Al-Baqarah: 198, 190, 191, 192, 218, 273. QS. Ali 'Imran: 142, 156. QS. An-
Nisa': 74, 95, 96. QS. Al-Maidah: 35, 54. QS. Al-Anfal: 61, 65, 72, 74, 75. QS.
At-Taubah: 19, 20, 24, 41, 44, 81, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93. QS. An-Nahl:
110, QS. Al-Hajj: 78. QS. Al-Furqan: 52. QS. Al-Qashash: 6. QS. Al-Hujurat: 15.
QS. Al-Mumtahanah: 1. QS. Al-Shaf: 11. Kata jihad dalam al-Qur'an diartikan
secara beragam sebagaimana terdapat dalam ayat-ayat diatas, dengan ini
menunjukkan kata jihad tidak bisa hanya hanya diartikan dengan satu pengertian
saja.

Jihad merupakan kewajiban bagi umat muslim.11 Namun kewajiban jihad


tersebut sudah diatur tahapan-tahapannya dalam al-Qur'an, sehingga umat Islam
dalam melaksanakan jihad harus mengikuti apa yang telah diatur dalam al-Qur'an,
10
Samsurizal Panggabean, "Makna Jihad dalam al-Qur'an", dalam JurnalIslamika, No. 4 April-
Juni 1994, hlm. 99.

11
Terdapat perbedaan antara sifat wajibnya jihad, apakah fardu 'ain atau fadu kifayah. Hal ini
tergantung pemaknaan tentang jihad itu sendiri, jika jihad diartikan sebagai perang fisik maka
hukumnya fardu kifayah, akan tetapi jika diartikan dalam pengertian yang umum yaitu
mengerahkan segenap kemampuan untuk mengharap ridla Allah maka hukumnya fardu
'ain. Karena hal ini siapa saja bisa melakukannya.
sebab dikhawatirkan apabila tidak mengikuti aturan dalam al-Qur'an, umat Islam
akan melampaui batas, inilah kemudian yang menjadi persolan antara jihad dan
aksi terorisme di zaman modern sekarang ini, adapun fase-fase berjihad antara
lain:

Fase pertama, pada masa awal kebangkitan Islam Allah swt.


memerintahkan untuk menahan diri untuk tidak melancarkan peperangan dengan
orang kafir. Pada waktu itu umat Islam hanya diperintahkan untuk mengerjakan
shalat dan membayar zakat sebagaimana dijelasakan dalam QS. An-Nisa': 77.
Fase pertama ini juga merupakan taktik dakwah Rasulullah, memberikan
kesempatan pada orang-orang musyrik Mekkah agar mereka masuk Islam tanpa
harus mengadakan peperangan.

Fase kedua, memerangi orang yang berbuat zalim terhadap kaum


muslimin, jihad dalam bentuk perang semacam ini sering disebut dengan defensif,
dengan artian bahwa umat Islam dalam hal ini bukan yang memulai peperangan
terlebih dahulu, atau umat Islam bukan pihak penyerang. Karena peperangan yang
demikian merupakan sikap mempertahankan diri dari serangan musuh. Dan ini
merupakan taktik peperangan untuk mempertahankan diri agar umat Islam tidak
dibantai sewenang-wenang oleh orang kafir.

Fase ketiga, fase ini Allah swt. Memerintahkan memerangi orang kafir
dan melakukan penyerangan terhadap mereka. Sebagaimana perintah yang
terdapat dalam QS. At-Taubah: 29. karena kezaliman yang terus dilakukan oleh
orang kafir, serta sikap mereka yang masih mempertahankan sikap kekafirannya.

Terorisme dalam Pandangan Islam

Secara etemologi tindakan teror disebut dengan Irhab, orangnya


disebut Irhaby (teroris), sedangkan pahamnya disebut Irhabiyyah (terorisme).
Lafadz ‫ إرهههاب‬dan ‫ إرههابى‬/ ‫ إرههابيون‬dalam Bahasa Arab mempunyai makna
terorisme.12 Dalam al-Qur’an terdapat beberapa kata yang berakar pada kata
tersebut. Pengertian terorisme dalam konteks “islam” sebagaimana disampaikan
oleh “Lembaga Fiqh Islam” di Makkah. Terorisme (al-irhab ) adalah permusuhan
yang dilakukan oleh individu, kelompok atau negara yang dhalim terhadap
manusia. Bentuk terorisme juga mencakup ancaman, menakut-nakuti,
pembunuhan tanpa hak, hal yang berkaitan dengan hirabah, mengganggu
keamanan jalan raya dan aksi pembegalan (Qath` at-Tariq), terorisme mencakup
semua tindak kekerasan, baik terhadap individu maupun kelompok dan bertujuan
untuk mendatangkan rasa takut terhadap manusia atau menghalangi
(mengganggu) kehidupan atau kehormatan, serta rasa aman mereka, termasuk
diantaranya merusak lingkungan atau salah satu pelayanan umum atau milik
masyarakat.

Terorisme Bukanlah Jihad: Interpretasi terhadap Kasus-kasus Bom Bunuh


Diri di Indonesia

Ketika berbicara terorisme maka yang yang ada dibenak kita adalah
sekelompok orang berjenggot, berpakaian jubah putih, kemana-mana membawa
pedang, yang siap mati syahid dengan balasan sorga, dan selalu dikaitkan dengan
kelompok Islam fundamentalis, radikal, ekstrimis, dll. Ironisnya jihad pada zaman
modern ini sering dihubungkan dengan terorisme, apa sebenarnya hubungan jihad
dengan terorisme? Apakah jihad sebagai jus ad bellum, perang keadilan, bisa
diterima dalam prinsip-prinsip jus in bello, hukum-hukum humaniter perang, atau
batas-batas perang yang boleh dilakukan di masa kontemporer?13

Memang pengasosian jihad dengan terorisme di zaman sekarang ini, tidak


lain disebabkan kenyataan bahwa jihad dalam pengertian perang melibatkan

12
Al-A’raf (7) : 116, 154, Al-Anfal (8) : 60, Al-Baqoroh (2) : 40, An-Nahl (16) : 51, Al-Qashash
(28) : 32, Al-Hasyr (29) : 13, Al-Anbiya’ (21) : 90, Al-Hudud (57) : 27, Al-Ma’idah (5) : 82, At-
Taubah (9) : 31, At-Taubah (9) : 34.

13
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik, hlm. 146.
elemen-elemen kekerasan yang dapat dikategorisasikan sebagai terorisme.14 Pada
tanggal 16 Desember 2003 MUI mengeluarkan fatwa, yang salah satu poinnya
adalah fatwa tentang terorisme. MUI membedakan antara terorisme dengan jihad.
Untuk memperjelas perbedaan itu, MUI membedakannya dengan menjelaskan
tiga sisi penting: sifat, tujuan, dan cara. Untuk lebih mudah, lihat gambar
berikut:15

Teror Jihad
Sifat Merusak dan Anarkis (al- Perbaikan (al-ishlah) sekalipun
Ifsad wa al-fawdha’). dilakukan dengan perang.
Tujuan Menciptakan rasa takut danMenegakkan agama Allah atau
menghancurkan pihak lain. membela pihak yang dizalimi.
Cara Dilakukan tanpa aturan danDilakukan dengan mengikuti aturan
sasaran tanpa batas. syari’at dengan sasaran musuh yang
jelas.

Secara eksplisit MUI menolak kekerasan atas nama agama atau kekerasan
dengan menggunakan simbol-simbol Islam yang pada dasarnya merugikan umat
Islam itu sendiri. MUI juga membedakan antara bom bunuh diri (qatl al-
nafs/ suicide bombing) dengan syahid (istisyhadiyyah) dengan penjelasan sebagai
berikut:Pertama, dari segi tujuan, bunuh diri dilakukan untuk kepentingan dirinya
sendiri; sedangkan perbuatanistisyhad dilakukan untuk kepentingan agama dan
umatnya. Kedua, dari segi sikap, pelaku bunuh diri bersikap pesimis, sedangkan
pelaku istisyhad bersikap optimis dan cita-citanya untuk mengharapkan ridho
Allah. Ketiga,dari segi hukum, bom bunuh diri dihukumi haram,
sedangkan istisyhad adalah mubah (boleh).

Isu terorisme yang dikumandangkan oleh Amerika serikat, adalah isu


politis demi menguatkan ideologi kapitalisme ekonomi Amerika Serikat.
Konfrontasi Amerika terhadap dunia Islam sehingga melahirkan spirit jihad di
14
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik, hlm. 146.

15
Jaih Mubarok, “Fatwa tentang Protes Politis di Indonesia” dalam Kamaruddin Amin, dkk.
(ed.)Quo Vadis Islamic Studies in Indonesia Current Trends and Future Challenges.
Jakarta: Depag RI, 2006), hlm. 122.
dunia Islam, inilah mungkin yang disebut terorisme oleh Amerika, akan tetapi
Amerika juga dipandang sebagai teroris dengan membumi hanguskan Irak tanpa
dasar yang jelas. Perang yang dilancarkan Amerika dengan alasan perdamaian
dunia, dengan memberantas jaringan al-Qaeda yang menghancurkan Negara
Afghanistan, membumi hanguskan Irak dengan alasan memerangi senjata nuklir
yang mengakibatkan ribuan umat muslim mati, sekarang tuduhan tidak beralasan
kepada Negara Islam Iran tentang senjata nuklir. Hemat penulis, sebenarnya
terorisme di Indonesia terjadi disebabkan karena ketidak adilan Amerika terhadap
Negara-negara muslim yang kemudian muncul rasa ukhuwah islamiyahnya.

Kekecewaan yang paling mendalam bagi sebagian umat muslim Indonesia


adalah ketika terjadi pembantaian terhadap umat Islam di Poso, tidak
mendapatkan penanganan yang serius dari pemerintah Indonesia, sehingga
menimbulkan balas dendam untuk dapat membunuh non muslim yang melahirkan
aksiIstisyhadiyyah16. Aksi Istisyhadiyah di zaman modern ini biasanya dilakukan
dengan cara bom mubil, bom bunuh diri (suicide bombing), menabrakkan kapal
ke gedung bertingkat, dll.

Aksi semacam ini menimbulkan kontrovesial dikalangan ulama’, ada yang


mengatakan aksi itu merupakan jihad melawan orang kafir dan ada juga yang
mengatakan aksi bunuh diri merupakan dosa besar dan tidak dapat dibenarkan
dalam ajaran Islam. Dianatara ulama’ yang paling vokal menanggapi
aksiistishadiyyah adalah ulama’ dan sarjana Islam Yordania, sekitar 27 orang
menandatangani keputusan masalah ini. Nama-nama ulama’ tersebut diantaranya:
Muhammad Abu Faris mantan anggota parlemen Yordanaia dari partai Ikhwanul
Muslimin, Hammam Said pakar hadis yang juga anggota parlemen Yordania,
Ahmad Naufal da’i kondang dan ahli tafsir, Salah al-Khalidi pakar ilmu al-Qur’an
yang beberapa karyanya telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, dan
Yusuf Qardawi, menjelaskan status aksi istisyhadiyyah yang dilakukan HAMAS

16
Istisyhadiyyah adalah mengharap dan berusaha mendapatkan mati syahid dengan cara terbunuh
di jalan Allah, sebagaimana yang disyari’atkannya.
merupakan jihad dan bukan tindakan bunuh diri yang sering diberitakan oleh
media.17

Bolehnya aksi istishadiyah karena berdasarkan argumen mereka yang


mengatakan bahwa aksi tersebut sudah dikenal sejak masa kenabian, terrefleksi
pada keberanian menghadapi musuh dengan tujuan menghancurkan mereka dan
memperoleh syahid fi sabilillah. Salah satunya adalah hadis nabi yang
menjelaskan peristiwa pada perang Yamamah, ketika orang-orang bani Hanifah
bertahan di benteng di kebun Musailamah yang dikenal dengan kebun ar-Rahman
atau kebun kematian. Al-Barra bin Malik berkata kepada sahabat-sahabatnya,
”letakkan aku ditempat pelemparan biasanya memakai batu untuk diarahkan ke
musuh dan lemparkan aku menuju sasaran, kemudian mereka melemparkannya,
lalu ia menyerang musuh hingga terbuka pintu benteng tersebut untuk kaum
muslimin.18

Dengan ini aksi istishadiyyah di Indonesia tidak bisa disamakan dengan


aksi-aksi yang terjadi di Palestina umumnya di daerah Timur Tengah. Aksi disana
lebih kepada ingin terlepas dari kezaliman dan ketidak adilan yang dilancarkan
orang kafir, memperjuangkan hak-hak mereka agar tetap surviev dalam
menegakkan syri’at Islam di daerah itu. Aksi-aksi bom yang dilakukan oleh
kelompok Dr. Azhari tidak dapat dikatakan aksi Istishadiyyah, karena mereka
melakukan aksi tersebut dalam kondisi damai, yang jadi sasaran bom mereka
bukan tempat atau markas musuh melainkan tempat-tempat umum, hotel, kantor-
kantor dan yang jadi korban adalah orang-orang yang tidak berdosa, seperti
Satpam, anak kecil, ibu-ibu dan orang-orang yang tdak bersalah lainnya. Oleh
karena itu aksi bom tersebut tidak tersebut mati syahid, sekalipun pelakunya
mengklaim hal itu jihad.

17
Luthfi Assyaukani, Politik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqh Kontemporer (Jakarta:
Pustaka Hidayah, 1998), hlm. 9-11.

18
Nawal Hail Takruri, Aksi Bunuh Diri atau Mati Syahid, Terj. Muhammad Arif Rahman dan
Muhammad Suharsono (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002), hlm. 17.
Jadi, Jihad dan aksi bombing (teror) dua kalimat yang saling kontradiksi
dan tidak akan ada titik temu antara keduanya apalagi diparalelkan. Disamping itu
aksi bunuh diri (QS:4 : 29) dalam bentuk aksi teror atau membunuh orang lain
(QS:17 :33) adalah merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah dan juga
melanggar hak azasi manusia. Dalam Islam jangankan membunuh orang,
berbuat dharar (kurusakan) terhadap diri sendiri dan orang lain juga tidak boleh
sebagai disebut dalam kaedah azas La dharara wa la dhirara yakni larangan
berbuat apa saja yang membahayakan Agama Islam. Dari apa yang diuraikan
diatas dapat disimpulkan bahwa perbuatan bom bunuh diri di Indonesia ini
bukanlah perbuatan jihad dengan balasan sorga, akan tetapi termasuk perbuatan
teror yang mati bunuh diri balasannya neraka.

Penutup

Terorisme yang berjalan selama ini sering di identifikasikan sebagai


implementasi perjuangan nilai keagamaan yang disebut dengan jihad. Jihad
adalah sebuah prilaku yang sangat dianjurkan dalam agama. Perjuangan melawan
kemungkaran dalam bentuk apapun harus diperjuangkan. Bentuk
perjuangan jihad bisa dalam bentuk kekerasan sebagaimana yang terjadi dalam
sejarah Islam. Pengeboman wilayah tertentu yang menjadi simbol berkuasanya
“mungkarat” merupakan salah satu kekerasan dalam jihad.

Namun yang menjadi Problem adalah, bagaimana kekerasan yang


dilakukan bukan berdasarkan etika kemanusiaan. Kekerasan jihad yang berjalan
dalam sejarah kenabian didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang
mempertimbangkan kemanusiaan, semisal larangahn membunuh anak, perempuan
dan orang tua. Sementara terorisme yang berjalan selama ini berjalan dalam
konteks kekerasan diluar nilai etis dalam jihad. Pengeboman, ancaman dan
perusakan lainnya tidak melakukan pembunuhan dan perusakan musuh yang
secara nyata. Terkadang berefek pada pembunuhan pada manusia yang sebagian
justru haram dibunuhnya. Seperti anak-anak, sesama muslim, orang tua dan
wanita yang tidak berdosa. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
melakukan kekerasan dengan bentuk aksi terorisme yang selama ini berjalan,
tidak dibenarkan dalam Islam. Untuk mencapai sebuah kemaslahatan haruslah
digunakan cara-cara yang mengedepankan nilai keadilan dan kemanusiaan. Tafsir
sempit atas teks Agama sebagai alat pembenaran pada sebuah gerakan teroris,
akan mereduksi makna Islam itu sendiri. Revisi tafsir lebih mengedepankan
amalan agama yang bersifat Humanistik. Sehingga Islam bukan sebagai
penghambat kedamaian tetapi sebagai instrumen dan pendorong semangat
keadilan dan kedamaian sebagaiman tujuan global Islam yang rahmatan lil
alamin.
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan. Makalah ini kami beri judul “Kasus Bom Bunuh Diri di
Indonesia: Antara Jihad dan Terorisme”, suatu permasalahan yang sempat
mencengangkan dan menjadi topic pembicaraan di hamper semua lapisan
masyarakat.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah Jihad


yang sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam akan arti dari Jihad itu sendiri dan sekaligus melakukan apa yang
menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Pendidikan Agama
Islam”

Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan koreksi


dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan
terhadap kawan-kawan yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah
ini.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,

Ciputat, 02 Desember 2010

Tim Penyusun

You might also like