You are on page 1of 10

Tugas Mata Kuliah Analisa Kestabilan Lereng, semester ganjil (2010/2011)

Rifki Asrul Sani


140710070075

Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual, cara komputasi dan cara grafik (Pangular,
1985) sebagai berikut :
1) Cara pengamatan visual adalah cara dengan mengamati langsung di lapangan dengan
membandingkan kondisi lereng yang bergerak atau diperkirakan bergerak dan yang yang tidak,
cara ini memperkirakan lereng labil maupun stabil dengan memanfaatkan pengalaman di
lapangan (Pangular, 1985). Cara ini kurang teliti, tergantung dari pengalaman seseorang. Cara
ini dipakai bila tidak ada resiko longsor terjadi saat pengamatan. Cara ini mirip dengan
memetakan indikasi gerakan tanah dalam suatu peta lereng.
2) Cara komputasi adalah dengan melakukan hitungan berdasarkan rumus (Fellenius, Bishop,
Janbu, Sarma, Bishop modified dan lain-lain). Cara Fellenius dan Bishop menghitung Faktor
Keamanan lereng dan dianalisis kekuatannya. Menurut Bowles (1989), pada dasarnya kunci
utama gerakan tanah adalah kuat geser tanah yang dapat terjadi : (a) tak terdrainase, (b) efektif
untuk beberapa kasus pembebanan, (c) meningkat sejalan peningkatan konsolidasi (sejalan
dengan waktu) atau dengan kedalaman, (d) berkurang dengan meningkatnya kejenuhan air
(sejalan dengan waktu) atau terbentuknya tekanan pori yang berlebih atau terjadi peningkatan
air tanah.
Dalam menghitung besar faktor keamanan lereng dalam analisis lereng tanah melalui metoda
sayatan, hanya longsoran yang mempunyai bidang gelincir saya yang dapat dihitung.
3) Cara grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor, Hoek & Bray, Janbu,
Cousins dan Morganstren). Cara ini dilakukan untuk material homogen dengan struktur
sederhana. Material yang heterogen (terdiri atas berbagai lapisan) dapat didekati dengan
penggunaan rumus (cara komputasi). Stereonet, misalnya diagram jaring Schmidt (Schmidt Net
Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran atau runtuhan batuan dengan cara mengukur
strike/dip kekar-kekar (joints) dan strike/dip lapisan batuan.

1. Metode Fellenius
Ada beberapa metode untuk menganalisis kestabilan lereng, yang paling umum digunakan
ialah metode irisan yang dicetuskan oleh Fellenius (1939). Metode ini banyak digunakan untuk
menganalisis kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah, dan bidang gelincirnya berbentuk busur
(arc-failure).
Menurut Sowers (1975), tipe longsorang terbagi kedalam 3 bagian berdasarkan kepada
posisi bidang gelincirnya, yaitu longsorang kaki lereng (toe failure), longsorang muka lereng (face
failure), dan longsoran dasar lereng (base failure). Longsoran kaki lereng umumnya terjadi pada
lereng yang relatif agak curam (>450) dan tanah penyusunnya relatif mempunyai nilai sudut geser
dalam yang besar (>300). Longsoran muka lereng biasa terjadi pada lereng yang mempunyai
lapisan keras (hard layer), dimana ketinggian lapisan keras ini melebihi ketinggian kaki lerengnya,
sehingga lapisan lunak yang berada diatas lapisan keras berbahaya untuk longsor. Longsoran dasar
lereng biasa terjadi pada lereng yang tersusun oleh tanah lempung, atau bisa juga terjadi pada
lereng yang tersusun oleh beberapa lapisan lunak (soft seams).
Perhitungan lereng dengan metode Fellenius dilakukan dengan membagi massa longsoran
menjadi segmen-segmen seperti pada contoh gambar 1, untuk bidang longsor circular adalah:

Gambar 1. Gaya yang bekerja


pada longsoran lingkaran
Metode Fellenius dapat digunakan pada lereng-lereng dengan kondisi isotropis, non
isotropis dan berlapis-lapis. Massa tanah yang bergerak diandaikan terdiri dari atas beberapa
elemen vertikal. Lebar elemen dapat diambil tidak sama dan sedemikian sehingga lengkung busur
di dasar elemen dapat dianggap garis lurus.
Berat total tanah/batuan pada suatu elemen (W,) termasuk beban Iuar yang bekerja pada
permukaan lereng (gambar 2) Wt, diuraikan dalam komponen tegak lurus dan tangensial pada
dasar elemen. Dengan cara ini, pengaruh gaya T dan E yang bekerja disamping elemen diabaikan.
Faktor keamanan adalah perbandingan momen penahan longsor dengan penyebab Iongsor. Pada
gambar 2 momen tahanan geser pada bidang Iongsor adalah :
Mpenahan = R. r
Dimana : R = gaya geser
r = jari-jari bidang longsor
Tahanan geser pada dasar tiap elemen adalah :

Momen penahan yang ada sebesar :

Komponen tangensial Wt, bekerja sebagai penyebab Iongsoran yang menimbulkan momen
penyebab sebesar:

Faktor keamanan dari lereng menjadi :

Jika lereng terendam air atau jika muka air tanah diatas kaki lereng, maka tekanan air pori
akan bekerja pada dasar elemen yang ada dibawah air tersebut. Dalam hal ini tahanan geser harus
diperhitungkan yang efektif sedangkan gaya penyebabnya tetap diperhitungkan secara total,
sehingga rumus menjadi :
Dimana : u = tegangan air pori didasar bidang longsoran.
Persamaan diatas dapat dijelaskan dalam gambar 2

Gambar 2. Sistem Gaya pada Metode Fellenius

2. Metode Bishop
a. Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan memperhitungkan
gaya-gaya antar irisan yang ada. Metode Bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk
busur lingkaran
b. Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur
lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan
c. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan letak rekahan pada
longsoran busur dipergunakan grafik
Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode sangat populer dalam analisis
kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana, cepat dan memberikan hasil
perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan metode ini apabila dibandingkan
dengan metode lainnya yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan seperti Metode Spencer
atau Metode Kesetimbangan Batas Umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok
digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk busur
lingkaran untuk mencari faktor keamanan minimum.
Metode Bishop sendiri memperhitungkan komponen gaya-gaya (horizontal dan vertikal)
dengan memperhatikan keseimbangan momen dari masing-masing potongan, seperti pada
gambar 2. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisa tegangan efektif.

Gambar 3. Stabilitas lereng


dengan metode Bishop

Cara analisa yang dibuat oleh A.W. Bishop (1955) menggunakan cara elemen dimana gaya
yang bekerja pada tiap elemen ditunjukkan pada seperti pada gambar 4. Persyaratan
keseimbangan diterapkan pada elemen yang membentuk lereng tersebut.
Faktor keamanan terhadap longsoran didefinisikan sebagai perbandingan kekuatan geser
maksimum yang dimiliki tanah di bidang longsor (S tersedia) dengan tahanan geser yang diperlukan
untuk keseimbangan (Sperlu).
Gambar 4. Sistem gaya pada suatu elemen menurut Bishop

Harga m.a dapat ditentukan dari gambar 5. Cara penyelesaian merupakan coba ulang (trial
and errors) harga faktor keamanan FK di ruas kiri persamaan faktor keamanan diatas, dengan
menggunakan gambar 5. untuk mempercepat perhitungan. Faktor keamanan menurut cara ini
menjadi tidak sesuai dengan kenyataan, terlalu besar, bila sudut negatif ( - ) di lereng paling bawah
mendekati 30 °. Kondisi ini bisa timbul bila lingkaran longsor sangat dalam atau pusat rotasi yang
diandalkan berada dekat puncak lereng. Faktor keamanan yang didapat dari cara Bishop ini lebih
besar dari yang didapat dengan cara Fellenius.

Gambar 5. Harga m.a untuk persamaan Bishop

3. Metode Janbu
a. Metode ini digunakan untuk menganalisis lereng yang bidang longsornya tidak berbentuk
busur lingkaran.
b. Bidang longsor pada analisa metode janbu ditentukan berdasarkan zona lemah yang
terdapat pada massa batuan atau tanah.
c. Cara lain yaitu dengan mengasumsikan suatu faktor keamanan tertentu yang tidak terlalu
rendah. Kemudian melakukan perhitungan beberapa kali untuk mendapatkan bidang longsor
yang memiliki faktor keamanan terendah.
Gambar 6. Aplikasi
Metode janbu

Metode Janbu, untuk tanah berbutir kasar :


Qp = Ap (c · Nc’+ q’· Nq’)
Dimana :
c = Kohesi tanah (kN/m2)
Nc’, Nq’ = Faktor daya dukung ujung tiang berdasarkan tabel Janbu

Gambar 7. Faktor Daya


Dukung Ijin Dengan Sudut
Geser Dalam
Janbu (1954) mengembangkan suatu cara analisa kemantapan lereng yang dapat
diterapkan untuk semua bentuk bidang longsor (gambar 8).

Gambar 8. Analisa Kemantapan Lereng Janbu

Gambar 9. Sistem Gaya pada Suatu Elemen menurut cara Janbu

Keadaan keseimbangan untuk setiap elemen dan seluruh massa yang longsor mengikuti
persamaan dibawah ini :
Referensi :
- Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan Longsoran, Direktorat Jenderal Bina Marga
Direktorat Bina Teknik.

- Erni. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang dalam Berbagai Bentuk Tiang pada Gedung Rumah Sakit
Mitra keluarga Depok. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Tekik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Gunadarma.

- Nyoman, I G. Santiawan, I Gusti N. Wardana dan I Wayan Redana. Penggunaan vegetasi


(rumput gajah) dalam menjaga kestabilan tanah terhadap kelongsoran. Jurnal Ilmiah Teknik
Sipil Vol. 11, No. 1, Januari 2007.

- Zakaria, Zufialdi. 2009. Analisa Kestabilan Lereng, seri mata kuliah Geoteknik. Laboratorium
Geologi Teknik Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran. Tidak diterbitkan.

You might also like