You are on page 1of 17

ABSTRAC

The evolution of slope stability analysis in geotechnical engineering has


followed closely the developments in soil and rock mechanics as a whole. Slope
stability problems have been faced throught history when men and women or
nature has disrupted the delicate balance of natural soil slopes.
Most of the slope stability or embankment problems are the low stability of the
soils and the low bearing capacity of the underlying foundation soils. The shear
strength of the soil cannot handle an overloading condition. In other word, slope
failures are often caused by processes that increase shear stresses or decrease
shear strengths of the soil mass. The other slope stability or embankment
problems are the large and long-term settlements of the soil after a construction.
In order to have an optimal solution of the slope stability or embankment
problems, an adequate analysis of slope stability with the improvement and
reinforcement soil is required. In most application, the primary purpose of the
slope stability analysis is to contribute to the safe and economic design of a
construction.
The research analyzes a slope or an embankment over soft foundation soil
reinforcing with geotextile. In analyzing the problem, this research uses the
circular slip surface method compared to the finite element method and other
methods.
SARI

Perkembangan analisis stabilitas lereng dalam rekayasa geoteknik akan


selalu diikuti oleh perkembangan dalam bidang mekanika tanah dan mekanika
batuan secara keseluruhan. Problema stabilitas lereng umumnya terjadi bila
terdapat gangguan pada keseimbangan lereng tersebut yang mungkin diakibatkan
oleh berbagai kegiatan manusia maupun alam.

Permasalahan umum yang sering dijumpai pada stabilitas lereng atau


timbunan adalah kecilnya kestabilan tanah dan daya dukung yang rendah pada
tanah dasarnya. Kekuatan geser suatu tanah tidak mampu memikul suatu kondisi
beban kerja yang berlebihan. Dengan kata lain, keruntuhan suatu lereng sering
diakibatkan oleh meningkatnya trgangan geser suatu massa tanah atau
menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Masalah yang lain dari stabilitas
lereng atau timbunan adalah konsolidasi yang besar dan jangka waktu yang lama
setelah selesainya suatu konstruksi.

Untuk mendapatkan suatu solusi yang optimal dari permasalahan tersebut


diatas, maka dibutuhkan suatu analisis yang andal dari suatu lereng dengan
perbaikan dan perkuatan tanah. Pada umumnya tujuan utama dari suatu analisis
stabilitas lereng adalah untuk dapat memberikan sumbangan terhadap suatu
perencanaan konstruksi yang aman dan ekonomis. Riset ini menganalisa dan
mengkaji suatu lereng atau timbunan diatas tanah dasar lunak yang diperkuat
dengan bahan geotextile. Dalam melakukan penelitian, digunakan analisis metoda
busur lingkaran yang kemudian dibandingkan dengan metoda elemen hingga dan
metoda-metoda lain.
KESTABILAN LERENG

Kestabilan lereng merupakan salah satu bagian penting yang harus mendapat
perhatian lebih dalam perencanaan di bidang geoteknik karena kestabilan lereng
ini sangat berhubungan dengan keamanan, potensi dan kendala dari suatu wilayah.
Kestabilan lereng mempunyai hubungan yang erat dengan metode RMR ( Rock
Mass Rating ) dan SMR ( Slope Mass Rating ). Dimana perhitungan kestabilan
lereng bergantung pada metoda RMR dan SMR yang didukung data RQD batuan
sekitar wilayah penelitian.
Keadaan stabilitas suatu lereng di suatu wilayahdapat dilihat dari hasil
pemetaan diskontinuitas struktur geologi pada batuan di suatu wilayah. Data
diskontinuitas struktur geologi ini juga didukung oleh data deskripsi batuan, data
hidrologi, kekerasan batuan dan perhitungan sudut-sudut lereng.
Metode RMR digunakan untuk mengevaluasi ketahanan massa batuan sebagai
salah satu cara untuk menentukan kemiringan lereng maksimum yang bisa
diaplikasikan dalam hal pembuatan terowongan. Penentuan RMR bukanlah suatu
pekerjaan yang bisa dianggap enteng karena dalam penentuan ini kita
memperhitungkan beberapa faktor yang mempengaruhi nilai RMR tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. UCS ( MPa )
Unconfined Compressive Strength.
Tabel 1. Ratings of range of unconfined compressive strength (MPa).
UCS (MPa) Rating

<  1 0
1 - 5 1
5 - 25 2
25  - 50 4
50  - 100 7
100  - 200 12
> 200 15

2. RQD ( % )
Tabel 2. Ratings of range of RQD (%)

RQD (%) Rating


--------------------------- --------------------------
25 3
25-50 8
50-75 13
75-90 17
90-100 20

3. Joint Spacing ( M/joint atau CM/joint )


Tabel 3. Ratings of range of joint spacing (m/joint)

Joint Spacing Rating


--------------------------- --------------------------
<6 5
6-20 8
20-60 13
60-200 15
> 200 20

4. Joint condition
Tabel 4. Ratings of range of joint condition
Condition Rating
• Soft gouge 5 mm, separated 5 mm, continuous 0
• Slickensided surface, gouge 5 mm, 10
separation 1 - 5 mm
• Slighty rough surface separation 1 mm, highly 20
weathered walls
• Slighty rough surface separation 1 mm, slighlty 25
weathered walls
• Very rough surfaces, not continuous, no separation, 30
unweathered walls

5. Ground Water Condition


Tabel 5. Ratings of groundwater condition

Groundwater Condition Rating

• Flowing 0
• Dripping 4
• Wet 7
• Damp 10
• Completely dry 15

6. Joint Condition Relating to the Slope of the Pit


Tabel 6. Ratings of joint condition relating to slope of pit

Very Unfavor-able Very


CASE Favorable Favorable Fair unfavor-able
PLANAR >30O 30O – 20O 20O – 10O 10O – 15O <10O
TOPPLING
P/T 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00
PLANAR <20O 20 – 30O
O
30 – 35O
O
35 – 45O
O
>45O
TOPPLING 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00
P/T 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
PLANAR >10O 10O – 0O 0O 0 - (-10O)
O
< –10O
TOPPLING <110O 110O -120O >120O
P/T 0.40 -6 -25 -50 -60

7. Method of Excavation
Tabel 7. Rating of adjustment factor for method of excavation

Method of Excavation Adjustment


Factor

• Natural Slope F4 = + 15
• Presplitting F4 = + 10
• Smooth Blasting F4 = + 8
• Normal Blasting F4 = 0
• Deficient Blasting F4 = - 8
• Mechanical Excavation F4 = 0

8. Total Rating to Determine the Class Itself


Tabel 8. Rock mass description based on RMR value

CLASS NO. V IV III II I

RMR 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100


Description Very bad Bad Normal Good Very good

Stabillity Fully Instable Partially Stable Fully stable


Instable stable
Failures Big planar or Planar or big Some joint Some block None
soil – like wedges or many
wedges
Support Re- Important Systematic Occasional None
excavation correction

Selain metode RMR juga digunakan metode SMR untuk penentuan nilai
kemiringan lereng, SMR adalah nilai sudut kemiringan lereng maksimum massa
batuan yang berada dalam kondisi stabil dan nilainya ditentukan dari nilai RMR-
nya. Prosedur perhitungan SMR dengan berdasarkan RMR dengan menggunakan
beberapa rumus berikut :
1. Laubscher ( 1975 )
Dengan tabel pengklasifikasian:

RMR SMR (o)

80 –100 75

60 – 80 65

40 – 60 55

20 – 40 45

00 - 20 35

2. Romano ( 1980 )
Dengan formula yang berlaku yaitu:
SMR = RMR – (F1 x F2 x F3) + F4 ;F4 = 0

3. Hall ( 1985 )
Dengan formula yang digunakan yaitu:
SMR = 0.65 RMR + 25

4. Orr ( 1992 )
Dengan formula:
SMR = 35 ln RMR - 71

Gangguan kestabilan lereng dikontrol oleh kondisi morfologi (terutama


kemiringan lereng), kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng dan kondisi
hidrologi atau tata air pada lereng. Meskipun suatu lereng rentan atau berpotensi
untuk longsor, karena kondisi kemiringan lereng, batuan/tanah dan tata airnya,
namun lereng tersebut belum akan longsor atau terganggu kestabilannya tanpa
dipicu oleh proses pemicu. Proses pemicu longsoran dapat berupa :
 Peningkatan kandungan air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air
yang merenggangkan ikatan antar butir tanah dan akhirnya mendorong
butir-butir tanah untuk longsor. Peningkatan kandungan air ini sering
disebabkan oleh meresapnya air hujan, air kolam/selokan yang bocor atau
air sawah kedalam lereng.
 Getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian,
getaran alat/kendaraan. Gempa bumi pada tanah pasir dengan kandungan
air sering mengakibatkan liquefaction (tanah kehilangan kekuatan geser
dan daya dukung, yang diiringi dengan penggenangan tanah oleh air dari
bawah tanah).
 Peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah atau kuat geser
tanah. Beban yang berlebihan ini dapat berupa beban bangunan ataupun
pohon-pohon yang terlalu rimbun dan rapat yang ditanam pada lereng
lebih curam dari 40 derajat.
 Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng
kehilangan gaya penyangga.
ANALISIS KESTABILAN LERENG METODE TAYLOR

Metode kestabilan Taylor ( 1937, 1948) diterbitkan melalui analisis tegasan


keseluruhan dan menggunakan kaedah bulatan geseran. Melalui kaedah ini,
bulatan gelinciran genting bagi sesuatu cerun ditentukan olah dua faktor yaitu
kedalaman lapisan kukuh dan jarak daripada kaki cerun yang mungkin berlaku
gelinciran. Bila terdapat lapisan kukuh di bawah cerun, satah gelincirannya
dihadkan disini dan faktor keselamtannya juga meningkat. Penggunaan metode
Taylor lebih sesuai bagi masalah–masalah yang melibatkan tanah lempung tepu
tak bersalir (yaitu bagi ö=0) atau bagi kes-kes yang kurang biasa dimana tekanan
air liang adalah sifar.
Metode Kestabilan Taylor (1937)
Kaedah bulatan geseran yang dipertimbangkan oleh Taylor (1937) dalam
analisisnya adalah sebagaimana yang ditunjukan pada gambar. (a) Jejari bulatan
kegagalan diberikan sebagai R dan jejari bulatan geseran diberi oleh R sin
ö.Sebarang garis tangen kepada bulatan geseran senantiasa menyilang salah satu
bulatan kegagalan pada sudut ö. Oleh itu sebarang daya luar yang bertindak
menerusi sudut ö kepada unsur di satah bulan kegagalan semestinya menjadi garis
tangen kepada bulatan kegeseran.
Konsep tegasan keseluruhan digunakan dalam analisis Taylor dan menganggap
koefisien kohesif, C sebagai malar dengan kedalaman. Bagi sesuatu nilai ö yang
tertentu, tinggi genting cerun berkadar terus kepada koefisien kohesif dan
berkadar songsang kepada berat unit tanah menurut persamaan:
Ns.C
HC = ……………………………………………………………..(1)
ã
atau ã. H C
HS =
C
Hc = Tinggi genting
C = koefisien kohesif tanah
ã = berat unit tanah
NS = faktor kestabilan
Semantara factor keselamatan, FS pula diberikan sebagai :
FS : tan∂ C
tan∂
: HC …………………………………………....(2)
H
Nombor kestabilan, NS hanya bergantung kepada sudut cerun, â dan sudut
geseran dalam, ö.Dalam metode ini nilai â berubah daripada 0° hingga 90°
manakala nilai ö.berubah daripada 0° hingga 25°.Dalam metode ini, nilai D
berubah daripada 1.0 hingga 0° dengan â berubah daripada 0° hingga 90°.

Contoh penggunaan metode Taylor (1937)


Satu potongan akan dibuat dalam tanah yang mempunyai koefisien
kohesif,C=11.48 kN/m2; berat unit tanah, 'ã = 18.84 kN/m3 dan sudut geseran
dalam, ö= 10°. Sudut cerun, ditentukan pada 60°. Kedalaman maksimum
potongan yang boleh dibuat ingin ditentukan dengan mengekalkan faktor
keselamatan 1.5. Penyelesaiannya didapati dengan menggunakan Gambar 2.1.(b)
di mana bagi ö=10° dan â=60°' nilai NS = 7.15. Seterusnya dengan menggunakan
persamaan (2.1.) dan (2.2.), tinggi potongan yang selamat , H didapati sebagai 2.9
m. Katakan satu potongan lagi akan dibuat dalam lempung lembut sedalam 9.14
m. Tanah mempunyai berat unit, 'ã = 18.18 kN/m3 dan koefisien kohesif, C = 28.7
kN/m2. Dasar kukuh terletak di bawah lapisan lembut pada kedalaman 13.72 dari
permukaan tanah. Dalam kes inis atu sudut cerun, â dan tempat kegagalan yang
mungkin berlaku ingin ditentukan. Penyelesaian kepada masalah di atas boleh
didapati melalui Gambr 2. dengan anggapan bahwa nilai ö adalah sifar dalam
tanah lempung lembut. Faktor kedalaman, D didapati sebagai DH/H = 1.50. Jika
kegagalan mungkin berlaku, tinggi genting, Hc adalah 9.14 m dan nilai faktor
kestabilan, NS yang sepadan adalah = 6.0, didapat â = 32°.
DISKUSI
Kestabilan lereng merupakan salah satu bagian penting yang harus mendapat
perhatian lebih dalam perencanaan di bidang geoteknik karena kestabilan lereng
ini sangat berhubungan dengan keamanan, potensi dan kendala dari suatu wilayah.
Kestabilan lereng mempunyai hubungan yang erat dengan metode RMR ( Rock
Mass Rating ) dan SMR ( Slope Mass Rating ). Dimana perhitungan kestabilan
lereng bergantung pada metoda RMR dan SMR yang didukung data RQD batuan
sekitar wilayah penelitian.
Keadaan stabilitas suatu lereng di suatu wilayahdapat dilihat dari hasil
pemetaan diskontinuitas struktur geologi pada batuan di suatu wilayah. Data
diskontinuitas struktur geologi ini juga didukung oleh data deskripsi batuan, data
hidrologi, kekerasan batuan dan perhitungan sudut-sudut lereng.
Metode RMR digunakan untuk mengevaluasi ketahanan massa batuan sebagai
salah satu cara untuk menentukan kemiringan lereng maksimum yang bisa
diaplikasikan dalam hal pembuatan terowongan. Penentuan RMR bukanlah suatu
pekerjaan yang bisa dianggap enteng karena dalam penentuan ini kita
memperhitungkan beberapa faktor yang mempengaruhi nilai RMR tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. UCS ( MPa )
2. RQD ( % )
3. Joint Spacing ( M/joint atau CM/joint )
4. Joint condition
5. Ground Water Condition
6. Joint Condition Relating to the Slope of the Pit
7. Method of Excavation
8. Total Rating to Determine the Class Itself

Sedangkan di dalam metode SMR, dipakai untuk mengukur nilai sudut


kemiringan lereng maksimum massa batuan yang berada dalam kondisi stabil dan
nilainya ditentukan dari nilai RMR-nya. Prosedur perhitungan SMR
menggunakan beberapa rumus berikut :
1. Laubscher ( 1975 )
2. Romano ( 1980 )
3. Hall ( 1985 )
4. Orr ( 1992 )
KESIMPULAN
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan beberapa kesimpulan,yaitu :
a. Perhitungan kestabilan lereng bergantung pada metoda RMR dan SMR
yang didukung data RQD batuan sekitar wilayah penelitian.
b. Keadaan stabilitas suatu lereng di suatu wilayahdapat dilihat dari hasil
pemetaan diskontinuitas struktur geologi pada batuan di suatu wilayah. Data
diskontinuitas struktur geologi ini juga didukung oleh data deskripsi batuan,
data hidrologi, kekerasan batuan dan perhitungan sudut-sudut lereng.
c. Metode RMR digunakan untuk mengevaluasi ketahanan massa batuan
sebagai salah satu cara untuk menentukan kemiringan lereng maksimum yang
bisa diaplikasikan dalam hal pembuatan terowongan.
d. SMR adalah nilai sudut kemiringan lereng maksimum massa batuan yang
berada dalam kondisi stabil dan nilainya ditentukan dari nilai RMR-nya.
e. Gangguan kestabilan lereng dikontrol oleh kondisi morfologi (terutama
kemiringan lereng), kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng dan kondisi
hidrologi atau tata air pada lereng.
f. Taylor (1937, 1948) menerbitkan metode kestabilan cerun menggunakan
konsep tegasan keseluruhan dan berdasarkan kepada bulatan geseran.
Penggunaannya lebih sesuai bagi masalah-masalah yang melibatkan tanah
lempung tepu tak bersalir (iaitu bagi φ=0) atau bagi kes-kes yang kurang biasa
di mana tekanan air liang adalah sifar. Selain daripada itu, metode Taylor
(1948) memberikan pertimbangan khusus kepada beberapa keadaan cerun
seperti kes khusus kepada beberapa keadaan cerun seperti kes penenggelaman
dan penyusutan, resipan tetap dan kesan rekahan tegangan.

DAFTAR PUSTAKA
AIKLIE, L.D. 1985. Total and partial factors of safety in geotechnical
engineering.
Canadian Gerotechnical Journal, 22: 477-482.
__________1987. Charts fot the design and evaluation of simple earth slopes
using total and partial factors of safety: A review of several available methods
Canadian Geotechnical Journal, 24: 216-231.
BISHOP, A.W. 1952. The stability of earth dams, Ph,D. Thesis, University of
London.
__________1954. the use of pore pressure coefficients in practice,
Geotechnique,4:148-152.
__________1955. The use of the slip circle in the stability analysis of slopes,
Geotechnique,5:7-17.
BISHOP, A.W. and BJERRUM, H. 1960. The relevance of the triaxial test to the
solution of stability problems, ASCE Research Conference on Shear Strength
of Cohesive Soils, Boulder (Colorado): 437-501.
BISHOP, A.W. and MORGENSTERN, N. 1960. Stability coefficient for earth
slopes. Geotechnique,101:129-150.
CASAGRANDE, A. 1950. Notes on the design of earth dams. Journal of the
Boston Society of civil Engineers, 37:405-429.
CHOWDHURY, R.N. 1977. A new approach to slope stability studies, Research
Report, Dept. of Civil Eng., University of Wolongong, Australia.
__________1978. Slope analysis. Development in geotechnical engineering,
Dept. of Civil Eng., Vol. University ofWolongong, Australia, Vol. 22.
COUSIN, B.F. 1978. Stability charts for sample earth slopes. ASCE Journal of
the Geotechnnical Engineering Division, 104 (GT2): 267-279.
DUNCAN, J.M. and BUCHIGNANI, A.L. 1975. AN engineering manual for slope
stability analysis. University of California, Berkeley, CA.
FELENIUS, W. 1936. Calculation of the stability of earth dams. Proceedings,
Second Confrence on Large Dams, Washington, DC, Vol. 4:445-463.
JANBU, N. 1954. Stability analysis of slopes with dimensionless parameter.
D.Sc thesis, Harvard University, Cambridge, MA.
ulan@unix.lib.itb.ac.id@jbptitbpp
Hadi Suntoko, Mauritz L Tobing,Pusat Pengkajian Energi Nuklir, PPEN-BATAN.

PAPER GEOTEKNIK

”Kestabilan Lereng”

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah geoteknik


Oleh:

Petrus Roy T.S D1H040045


Reza Syahputra D1H040014
Annisa Dzawilfitri D1H040017
Handra Rasfi E.N D1H040028
Mintro Simanjuntak D1H040031
Yudi Yudiansyah D1H040032
Sigit Prasetya D1H040039
Yendri P.S D1H040043

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


F A K U L T A S M A T E M A T I K A D AN I L MU P EN G E T A H U A N A L A M
U N I V E R S I T A S P A D J AD J A R A N
Jatinangor,
2007

You might also like