Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
dapat dididik dan dapat mendidik. Para ahli didik memandang manusia
binatang yang dapat dididik. Manusia diciptakan sebagai makhluk mulia hal
atau tidak berharga seperti binatang, benda mati, atau makhluk lainnya.
terletak pada hati atau akal budinya dalam memahami, mengetahui dan
berfikir. Manusia juga diberi sarana atau potensi-potensi panca indera yang
diberi oleh Allah yang diberikan berupa mata untuk melihat, telinga untuk
mendengar dan hati untuk memahami, jelas kesemunya itu harus dipelihara
mestinya. Hal yang demikian ditegaskan oleh Allah dalam Q.S. Al-A’raaf
menjadikan untuk neraka jahanam yaitu kebanyakan dari golongan jin dan
manusia. Apabila mereka tidak memanfaatkan dari anggota badan yang telah
Allah SWT berikan yang lazimnya menjadi alat untuk mendapat hidayah.
Siapa saja yang diberi taufik oleh Allah, hingga ia mau menempuh
jalan yang benar, karena dia mau menggunakan akal dan inderanya dengan
semestinya, sesuai dengan fitrah dan bimbingan agama, maka dialah orang
Dan siapa saja yang dihinakan Allah dan tidak diberi taufik, lalu dia
mengikuti jejak setan dan hawa nafsunya, dan tidak menggunakan akal dan
anugrah illahi tersebut. Yang dengan itu semestinya dia bisa menjadi manusia
bahwa di dalam segala bahasa terdapat perkataan hati, dan perkataan hati ini,
baik dalam bahasa arab bahasa Al-Qur'an, atau dalam bahasa kita sendiri
mempunyai dua arti. Pertama, hati sebagai bagian badan manusia yang
terletak didalam kurungan dadanya. Itulah hati sebagai bagian benda atau
bagian tubuh. Kedua, hati yang berarti akalt perasaan yang halus, disebut juga
"rasa hati" atau "hati kecil" atau "hati sanubari" atau "hati nurani".
badannya, orang berpendapat bahwa kegiatan berfikir ialah dan otak, bukan
dari hati. Tetapi bahasa yang dipakai telah menentukan bahwa kalimat yang
Ayat ini menyatakan bahwa dua mahluk Allah yang utama. pertama
jin dan kedua manusia, telah diberi hati oleh Allah. Maka boleh juga kita
artikan bahwa mereka telah diberi otak oleh Allah buat berfikir, tetapi mereka
telah disediakan buat menjadi isi neraka jahanam, kalau hati itu tidak mereka
ahli bahasa, orang yang berfikir atau berfaham ialah orang yang dapat
melihat yang tersirat di belakang yang tersurat. Pada ayat ini di dahulukan
menyebut hati dari ada mata dan telinga. Sebab mata dan telinga adalah dua
panca indera yang menjadi alat bagi hati untuk berhubungan keluar diri. Apa
yang dilihat oleh mata dan di dengar oleh telinga dibawa kedalam hati dan di
pertimbangkan.
Ayat ini menerangkan bahwa semua makhluk insan atau jin itu di beri
hati (fikiran), mata dan telinga oleh Allah. Hati tidak di bawa buat mengerti,
mata buat melihat dan telinga buat mendengar. Artinya. tidak mereka berfikir
untuk mencari hakikat yang sejati, yaitu kebenaran dan keesaan Allah
kehinaan.
padanya hanya semata-mata hati sebagai bagian tubuh. Apa yang mereka lihat
tidak jadi perhatian dan apa yang mereka dengarpun tidak menjadi perhatian.
Yang ada padanya hanyalah naluri. Tetapi manusia yang tidak memakai
Orang itu menjadi lalai, dan kelalaian itu yang menyebabkan tidak
dunia dan di akherat. Mereka lalai, sebab itu tidak ingat arti dirinya sebagai
manusia. Mereka lalai, sehingga mereka ingat hanyalah soal perut berisi.
Mereka lalai, sehingga tidak ada hubungannya jiwa dengan alam sekeliling,
padahal alam sekeliling adalah saksi atas adanya yang maha kuasa. Mereka
lalai, sehingga berfikir hanya sekitar diri, tidak peduli masyarakat, tidak
peduli cita-cita bertanah air dan bangsa. Mereka hanya melihat kulit, sehingga
isi kehidupan menjadi kosong. Sebab itu datangnya kedunia tidak membawa
faedah bagi sesama manusia, dan kembali masuk kuburpun tidak membawa
kerugian bagi orang lain, dan tempatnya di hari nanti ialah di dalam neraka
jahanam.
karena beragamnya pandangan yang dikemukakan dalam hal ini, maka lebih
ini dan ketidak berartian kehidupan duniawi ini dan ketidak beranian
...Kenikmatan hidup di dunia ini hampir tak berarti bila dibandingkan
dengan Kehidupan di akhirat. (Depag RI, 1989:284)
Kehidupan dunia ini hanyalah jembatan untuk menuju akhirat atau
sarana untuk menguji mutu manusia. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-
Kahfi ayat 7 ;
ayat 32 :
kehidupan di dunia fana ini dari pada kehidupan di akhirat yang kekal dan
luar biasa itu. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam QS. Yunus ayat 7-8:
karunia di dunia ini dengan karunia di akhirat, tetapi mereka lebih menyukai
bagaimana seharusnya sarana atau potensi panca indera yang diberikan oleh
B. Perumusan Masalah
masalah utama yang akan dikaji pada penelitian ini adalah " Bagaimana
C. Tujuan penelitian
D. Kerangka Berfikir
maupun rohani dibanding dengan mahluk yang lain, terletak pada hati atau
akal dalam memahami, mengetahui dan berfikir. Manusia juga diberi sarana
atau potensi panca indera berupa mata dan telinga, kesemuanya itu harus di
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan
yang Maha Esa yang berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
konsisten. Dari sisi ini pula pendidikan Islam memberikan modal yang tidak
pendidikan Islam. Tanggung jawab itu tidak akan berhasil jika hanya
mengandalkan satu pola pendidikan yang tidak utuh. Oleh karena itu
pendidikan Islam sebagai salah satu alternatif dalam mengembangkan potensi
setiap individu itu mempunyai fitrah sejak lahirnya. Dari sisi ini Islam
Manusia yang di beri potensi dan sarana panca indera berupa hati,
mata dan telinga yang sangat sempurna, apabila potensi dan sarana panca
yang melebihi sejumlah mahluk yang lain adalah karena manusia memiliki
hatinya, dan bukan lewat satu anggota badan yang lain. Ini berarti hati yang
berjalan kepada-Nya, dan hati pula yang menyikap apa-apa yang di sisi-Nya.
Sebab secara hakiki, hati yang taat kepada Allah dalam arti ibadah yang di
kerjakan anggota badan itu adalah penjelmaan dari hati. Dengan bersinarnya
akhirat. Dan dengan hati yang tunduk akan mengeluarkan manusia dari
lingkaran diri yang terbatas dan menjadikannya beramal ikhlas kepada Allah
SWT. Hati juga harus tetap cerdas dan bersih, sebab dengan demikian akan
satu hal yang dapat menjadikan hati itu cerdas, baik dan sehat adalah ilmu,
akal pikiran, pengetahuan, dzikir dan amal. Contohnya dengan ma'rifat, sebab
kaitan dan tidak berpaling dari-Nya kepada selain-Nya. Dan ma’rifat itu
banyak potensi. Seluruh potensi hati harus disinari cahaya Illahi, sehingga ia
cahaya Iliahi dan membentengi nyala api setan, sangat penting apabila kita
mengetahui dimensi dan potensi hati serta fungsinya, adapun salah satu dari
pada potensi hati itu adalah : Fu'ad, dan fuad ini merupakan potensi qalbu
Pengawal setia sang fu'ad ini adalah akal zikir, fikir, pendengaran,
hakikat yang bersifat gaib, tidak nyata, tidak tampak dalam penglihatan
berbunyi:
Tuhan, yang dapat membawa mereka beriman kepada Allah SWT. Serta taat
kejadian alam semesta ini agar manusia terhindar dari kehancuran. Manusia
diingatkan pula bahwa kehancuran masyarakat atau azab yang akan menimpa
manusia. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai edukatif yang terkandung pada ayat
kebesaran Tuhan-Nya.
pendidikan yang dapat digali dari Al-Qur'an surat Al-A’raaf ayat 179,
179 dapat terungkap secara baik dan teratur tentang nilai-nilai pendidikan dari
E. Langkah-Langkah Penelitian
nilai-nilai edukatif dari QS. AL-Alraaf ayat 179, maka diperlukan langkah-
Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tema ini dapat diteliti
atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut, upaya yang dilakukan adalah
Islam tentang nilai-nilai edukatif dari QS. Al-A’raaf ayat 179 . Adapun
pendidikan.
Setelah didapat data tentang nilai-nilai edukatif dari QS. Al-Araaf ayat
penelitian ini.
7. Menarik Kesimpulan
kesimpulan dari pembahasan dan penelitian tentang " Kajian Ilmu Pendidikan
Islam tentang Nilai-nilai edukatif dari QS, Al-A’raaf Ayat 179 ", sehingga
layak diperoleh hasil penelitian sebagai jawaban dari permasalahan yang akan
secara terpisah mulai dari pengertian Ilmu, Pendidikan, Islam, dan Pendidikan
Islam.
metode tertentu.
Secara etimologi Pendidikan terdiri dari dua kata, kata "didik" yang
mendapat awalan "pe" dan akhiran "an", yang mengandung arti memberi
Arab:
a. Ta'Iim yang kata kerjanya artinya mengajarkan seperti dalam QS. Al-
b. Tarbiyah yang kata kerjanya berarti mendidik seperti dalam QS. Al-Isra’
c. Ta’dib yang kata kerjanya seperti dalam hadits Rasululloh SAW yang
berbunyi :
)ا ّدبنى ربّى فاحسن تاديبى (رواهالبخاريمسلم
“Tuhanku telah mendidikku, dan dengan demikian menjadikan
pendidikanku yang terbaik (HR. Bukhori Muslim, Naquid Al-Attas,
1994:60)
tetapi Naquid Al-Attas (1994:60) berpendapat bahwa istilah yang tepat untuk
pengertian ini ialah : kata ta’dib, sebab tidak terlalu sempit hanya pengajaran
dan kata tarbiyah. Kata ta’dib erat hubungannya dengan kondisi Ilmu dalam
Pendidikan, diantaranya:
jasmani dan rohani anak didik untuk menuju terbentuknya kepribadian yang
utama”.
“usaha untuk meningkatkan diri dalam segala aspek, baik jasmani atau
rohani, sehingga dapat merubah prilaku siterdidik, dari tidak bisa menjadi
bimbingan, tuntunan, arahan secara sadar, teratur dan sistematis olen pendidik
(1980:2) menyatakan bahwa : kata Islam berasal dari bahasa Arab yaitu
“Aslama, Yuslimu, Islaman “yang berarti berserah diri, patuh dan tunduk.
Dan kata Aslama tersebut pada mulanya berasal dari salima, yang berarti
selamat, sentosa, dan darnai. Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 83 Allah
SWT berfirman :
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dan agama Allah,
padahal ke-padanyalah berserah diri segala apa yang ada dilangit dan
di bumi, baik dengan suka maupun (terpaksa dan hanva kepada Allah
lah mereka kembali “ (Depag. RI, 1989:89)
yang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Ali
di antaranya:
ukuran-ukuran Islam”.
pokok Pendidikan Islam dan kegiatan mendidik anak untuk ditujukan ke arah
diinginkan, arah atau pedoman yang harus ditempuh. Tahapan sasaran serta
sifat dan mutu kegiatan yang dilakukan. Karena itu kegiatan yang tanpa
pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
a. Mengakhiri usaha
b. Mengarahkan usaha
c. Menuntut manusia agar bertingkah laku susila, berbudi luhur dan mau
ajaran Islam.
yaitu: “menjadikan muslim yang sempurna, muslim yang taqwa dan manusia
bahwa tujuan pokok dan utama dari Ilmu Pendidikan Islam adalah :
b. Tujuan sementara
yaitu : Sasaran sementara yang harus dicapai urnat Islam yang
inelaksanakan pendidikan Islam. Tujuan sementara disini yaitu
tercapainya berbagai kemarnpuan seperti kecakapan jasmaniah,
pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu masyarakat,
kesusikian, keagamaan, kedewasaan jasmani rohani.
b. Tujuan akhir
Yaitu terwujudnya kepribadian muslim, kepribadian muslim di sini
maksudnya kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan
atau mencerminkan ajaran Islam. Kemudian aspek-aspek kepribadian
itu dapat di golongkan kedalam tiga hal yaitu :
1. Aspek-aspek kejasmaniahan
2. Aspek-aspek kejiwaan,
3. Aspek-aspek kerohaniahan yang luhur.
pakar adalah :
mulia.
Islam adalah:
menjadi manusia yang cerdas, kreatif, produktif dan berperan dimasa yang
akan datang serta tetap komitmen terhadap nilai kemanusiaan dan nilai ke
Allah SWT, maka Ilmu Pendidikan Islam merupakan kebutuhan mutlak dan
diri untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar menjadi muslim dan
Secara hakiki Ilmu Pendidikan Islam adalah upaya orang dewasa yang
a. Al-Qur’an
b. As-Sunah
a. Al Quran
b. As-Sunah
c. Ijtihad
d. Ijma
e. Qoul ‘Ulama
a. Al-Qur’an
b. As-Sunah
c. Kata Sahabat
d. Kemaslahatan Sosial
Islam adalah:
1. Al-Qur’an
yang berbahasa arab dan dengan artinya yang benar, agar jadi hujah bagi
Rosul bahwa dia itu Rosullulah, agar jadi undang-undang bagi manusia
Al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca dan secara terminologi berarti
kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa
c. Sejarah atau kisah-kisah masa lalu seperti kisah para nabi dan rosul
menjadi sumber kajian Pendidikan Islam yang pertama yang patut menjadi
dan utama.
2. As-Sunnah
Dalam bahsa arab sunnah berarti jalan yang lurus dan prilaku yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW untuk merinci hal-hal yang masih
mujmal (garis besar) yang terdapat dalam AI-Qur’an dan berbagai hukum”.
peninggalan, sifat, ikrar, larangan, apa yang disukai dan tidak disukai, bela
Dan pengertian diatas telah jelas dan tegas bahwa salah satu fungsi
dari As-sunnah itu adalah merupakan “Bayan” atau penjelas atas nash-nash
akhlaq rosululloh.
3. Ijtihad
mempunyai akar kata yang sama, yaitu jahada yang berarti mengerahkan
Al-Qur'an sunnah yang diolah oleh akal sehat para ahli pendidikan Islam, dan
4. Ijma
setelah wafatnya pada suatu waktu tertentu dan mengenai suatu masalah
tertentu pula.
5. Qoul Ulama
qoul ulama asal cocok dan akur dengan ajaran Allah dan Rosulnya, wajib
dihormati".
diselidiki.
lebih khusus.
pinus, terletak disisi kiri tubuh manusia (jantung). Tapi kadang-kadang yang
perasaan suka cita terhadap yang menyakitkan, Al-qalb menurut arti kedua ini
munafik tidak mencapai "al-Fiqh" ini, karena mereka tidak mencapai hakekat
yang menjadi tujuan ilmu, akibat kehilangan kepahaman yang mendalam, jadi
hatinya.
dari dua golongan itu, sebagaimana firmannya dalam QS. Hud ayat 105 :
Kemudian diterangkan pula oleh Allah apa sebab mereka mejadi calon
kesana.
seperti tauhid yang dapat menghindarkan jiwa dari khurofat dan dongeng-
dongeng yang tak masuk akal, dan menjauhkan dari kehinaan dan kenistaan,
kebaikan itulah pangkal kebahagiaan dunia dan akherat, dan untuk mencapai
itu, tak ada jalan lain kecuali dengan pendidikan jiwa raga yang benar.
tanda kebesaran Allah yang ada pada makhluk-Nya yang mereka lihat, atau
dengar, dan mata supaya dipergunakan untuk mengambil manfaat dan setiap
yang dilihat. Semua itu hanya bisa dilakukan dengan mengarahkan kemauan
semestinya.
ummat paling masa bodoh (apatis) dengan penggunaan telinga, mata dan akal
fikiran untuk memperhatikan tanda-tanda kebesaran Illahi pada din atau alam
kekuasaan illahi yang terdapat pada panca indera manusia, perasaan hati
bagaikan binatang ternak, unta, lembu atau kambing. Karena akal yang ada
pada mereka tak ada gunanya selain dipergunakan untuk hal-hal yang
berkaitan dengan penghidupan dunia belaka, atau bahkan lebih sesat lagi dari
binatang ternak.
lagi itulah orang-orang yang lalai terhadap apa yang memberi kebahagian
b. AI-Thabary
ini; dan tentang ayat ini dikatakan dzara'a Allahu khalqahu yadzra'u hum
dzar'an dan pernyataan-pernyataan ahli takwil seperti yang kami katakan. al-
berkata padaku, dari Ali dari Ibnu Abbas (wu laqad dzara na iljahannama )
sehingga dapat meyakini kesahihan apa yang diserukan para rasul kepada
mereka. Mereka menetapi kerusakan yang selama ini dilakukan yang berupa
syirik kepada Allah dan pendustaan atas rasul Allah. Allah menyebutkan
'una biha yakni ayat-ayat kitab Allah, agar mereka mengambil pelajaran dan
umyun fahum la ya'qiluun. Bangsa arab mengatakan itu kepada orang yang
bangsa Arab dalam bahasa dan syair-syair mereka. Demikian pula para ahli
takwil.
hewan bahkan lebih buruk dari hewan dengan "balhun adlall" baru
binatang yang tidak memahami apa yang dikatakan kepadanya serta tidak
memahami kebaikan apa yang dilihatnya dan tidak berfikir dengar kalbunya
karena itulah Allah menyerupakan mereka dengan hewan saat mereka tidak
teringatkan oleh hujjah-hujjah dari apa yang mereka lihat. Merekapun tidak
memikirkan apa yang didengar dari ayat-ayat kitab Allah. Kemudian Allah
berfirman "bal hum adlall" : mereka, orang-orang kafir ini yang Allah
menetapi jalan kebatilan lebih rusak dari binatang; karena binatang tidak
Binatang itu ditundukan namun mereka bisa menghindari bahaya dan mencari
memahami dan akal yang mampu membedakan antara maslahat dan madarat
Mereka tinggalkan kemaslahatan dunia dan akhirat, malah mencari
lebih sesat, seperti yang disebutkan Allah. Firman-Nya "ula'ika hum al-
karakteristiknya ini sebagai kaum yang lalai. Yaitu lupa terhadap ayat-ayat
untuk mereka.
c. Quraisyihab
mendapat petunjuk dan mengapa pula yang lain disesatkan Allah. Ayat ini
sebagian dari yang kami jadikan untuk isi neraka dan demi keagungan dan
kemuliaan kami sungguh kami telah ciptakan untuk isi neraka jahannam
banyak sekali dari jenis jin dan jenis manusia karena kesesatan mereka;
ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak mereka gunakan
bahkan mereka lebih sesat lagi dari pada binatang. Mereka itulah benar-benar
apa yang dia dengar dan lihat dengan sesuatu yang lain. Binatang tidak
Allah lebih buruk. Sebab binatang dengan instingnya akan selalu mencari
menolak kebaikan dan kebenaran dan mengarah kepada bahaya yang tiada
taranya. Setelah kematian, mereka kekal dia api neraka, berbeda dengan
dikecam bila tidak mencapai apa yang dapat dicapai manusia. Manusia pantas
dikecam bila sama dengan binatang dan dikecam lebih banyak lagi jika ia
lebih buruk dari pada binatang, karena potensi manusia dapat mengantarnya
bagaikan orang yang tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa mereka
memiliki potensi atau alat untuk meraih kebahagiaan. Inilah kelailaian yang
tiada taranya.
d. Hamka
bahwa didalam segala bahasa terdapat perkartaan hati dan perkataan hati ini
baik dalam bahasa arab bahasa Al-Qur'an atau dalam bahasa kita sendiri
didalam kurungan dadanya. Itulah hati sebagai bagian benda atau bagian
tubuh. Kedua, hati yang berarati akal, perasaan yang harus, disebut juga "rasa
hati" atau "hati kecil atau "hati sanubari" atau "hati nurani". Sebenarnya
menurut penyelidikan tubuh lahir bathin manusia, jiwa dan badannya, orarg
berpendapat bahwa kegiatan berfikir ialah dari otak, bukan dari hati. Tetapi
bahasa yang dipakai telah menentukan bahwa kalimat yang dipakai untuk
Ayat ini menyatakan bahwa dua mahluk Allah yang utama, pertama
jin, dan kedua manusia, telah diberi hati oleh Allah. Maka, boleh juga kita
artikan bahwa mereka telah diberi otak oleh Allah buat berfikir, tetapi mereka
telah disediakan untuk isi neraka, kalau hati itu tidak mereka pergunakan buat
bahasa, orang yang berfikir atau berfaham ialah orang yang dapat melihat
yang tersirat dari yang tersurat. Pada ayat ini di dahuiukan menyebut hati dari
pada mata dan telinga. Sebab mata dan telinga adalah dua panca indera yang
menjadi alat bagi hati untuk berhubungan keluar diri, Apa yang dilihat oleh
mata dan didengar oleh telinga di bawa kedalam hati dan dipertimbangkan.
Ayat ini menerangkan bahwa semua mahluk insan atau jin diberi hati
(fikiran), mata dan telinga oleh Allah. Hati tidak dibawa buat mengerti, mata
buat melihat dan telinga buat mendengar. Artinya tidak mereka berfikir untuk
mencari hakikat yang sejati, yaitu kebenaran dan ke-Esaan Allah, sehingga
padanya hanya semata-mata hati sebagai bagian tubuh. Apa yang mereka lihat
tidak menjadi perhatian dan apa yang mereka dengarpun tidak menjadi
perhatian. Yang ada padanya hanyalah naluri. Tetapi manusia yang tidak
dan akhirat. Mereka lalai, sebab itu mereka tidak ingat arti dirinya sebagai
manusia. Mereka lalai, sehingga mereka ingat hanyalah soal perut berisi.
Mereka lalai, sehingga tidak ada hubungannya jiwa dengan alam sekitar
padahal alam sekitar adalah saksi atas adanya yang maha kuasa. Mereka lalai,
sehingga berfikir hanya sekitar diri, tidak peduli masyarakat, tidak peduli
cita-cita bertanah air dan bangsa. Mereka hanya melihat kulit sehingga isi
kerugian bagi orang lain, dan tempatnya dihari nanti ialah didalam neraka
jahanam.
e. Ibnu Katsir.
neraka jahanam yaitu kebanyakan dari golongan jin dan manusia. Apabila
mereka tidak memanfaatkan dari seluruh anggota badannya yang telah Allah
Dan tidaklah mereka tuli, bisu, dan buta kecuali terhadap petunjuk
Allah SWT. dan allah berflrman dalam QS. Al-Hajj ayat 46 yang artinya :
"...karena sesungguhnya bukanlah mata itu ytng buta, tetapi yang buta
jalan yang benar, karena dia mau menggunakan akal dan inderanya dengan
semestinya, sesuai dengan fitrah dan bimbingan agama, maka dialah orang
Dan siapa saja yang dihinakan Allah dan tidak diberi taufik lalu dia
mengikuti jejak syetan dan hawa nafsunya, dan tidak menggunakan akal dan
Ilahi tersebut. Yang dengan semestinya dia bisa menjadi manusia yang patut
ia melakukan ibadah dan taat kepada Allah, yakni semua anggota badan
manusia seharusnya dipakai menjadi alat untuk mencapai hidayah.
A’raaf ayat 179, yakni kebanyakan penghuni isi neraka jahanam adalah dari
jenis jin dan manusia, yang apabila dari kedua golongan tersebut, yaitu (jin
yang telah diberikan oleh Allah SWT berupa hati dengan pemahaman atau
pendengarannya.
untuk memfungsikan ketiga alat indera tersebut sebagai saran atau alat untuk
kehidupan mereka. Yang pertama yaitu indera hati (akal dan perasaan) di
pergunakan untuk memahami ke-Esaan dan kebesaran Allah SWT. dengan itu
ayat Allah SWT dan dijadikan petunjuk untuk kehidupan mercka (jin dan
Oleh sebab itu mereka yang tidak dapat memanfaatkan hati, mata, dan
ciptaan Allah SWT, yang diberi kesempurnaan jasmani dan rohani di banding
dengan makhluk yang lain, terletak pada hati atau akal dalam memahami,
mengetahui, dan berfikir. Manusia juga diberi sarana atau potensi panca
yang begitu erst dengan pendidikan Islam Pertama meliputi: kecerdasan hati,
kejelian mata serta kepekaan telingga. Oleh karena itu penulis akan
1. Kecerdasan Hati
itu sekalipun punya hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami cara-cara
khuropat sekalipun punya hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami cara-
cara mensucikan jiwa, seperti tauhid yang dapat menghindarkan jiwa dari
dari kehinaan dan kenistaan. Karena orang yang menyembah kepada Allah
semata-mata, maka dengan mengenal Allah itu, dia akan meningkat jiwanya.
kepada kebahagiaan abadi. Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ruum ayat 7
yang artinya:
kebaikan itulah pangkal kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan untuk mencapai
itu, tak ada jalan lain kecuali dengan pendidikan jiwa raga yang benar.
adalah hati yang senantiasa digunakan untuk berma'rifat kepada Allah, hati
akherat kelak.
2. Kejelian Mata
mempunyai mata, tapi mata mereka tidak dipakai untuk melihat dalil-dalil
kekuasaan Allah, dan Allah senantiasa melihat. Artinya adalah bahwa banyak
manusia yang diberi panca indera yaitu berupa penglihatan (mata) tetapi
penglihatannya itu tidak dipakai untuk melihat ayat-ayat Allah yang bersifat
alam (tidak di pakai untuk melihat ayat-ayat kauniyah) dan ayat-ayat berupa
kepada mereka terhadap apa yang ada di dalam ayat Allah tersebut. Untuk
kebahagiaan mereka.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan mata yang jeh disini adalah mereka
dan kebenaran Allah SWT yang bersifat alam dan memikirkan atau
merenungkan apa yang dilihatnya serta dipakai melihat ayat-ayat berupa Al-
3. Kepekaan Telinga
makna "lahum adzanun la yasmauna biha" ialah bahwa manusia yang diberi
mendengar ayat-ayat Allah yang di turunkan kepada para Nabi Allah dan
nasehat yang didengar supaya dihayati dan ditadaburi. Dan mereka juga tidak
mendengar berita tentang sejarah dan umat-umat yang lalu. Kita perhatikan
firman Allah Ta'ala (Dan apakah tidak menjadi petunjuk bagi mereka, berapa
Jadi dengan demikian telinga atau pendengaran yang peka itu adalah
BAB IV
KAJIAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM TENTANG
NILAI-NILAI EDUKATIF QS. AL-ARAAF : 179
A. Kecerdasan Hati
1. Penyajian Data
cerita-cerita yang tak irasional (takhayul) dan bahkan kesucian jiwa yang
dapat menjauhkan dirinya dari kehinaan dan kenistaan. Karena orang yang
menyembah kepada Allah semata-mata, maka dengan mengenal Allah itu, dia
kebahagiaan dunia dan akhira. Dan untuk mencapai itu, tak ada jalan lain
pada manusia.
kesempurnaan potensi panca indera yang salah satunya adalah hati yang
membedakannya dari mahluk yang lain. Manusia sebagai mahluk yang diberi
kesempurnaan lebih oleh Allah yaitu berupa hati harus bisa memelihara,
pembinaanya, jelas tidak terlepas dari manusia itu sendiri (sebagai objek)
diakherat kelak.
hatinya dan bukan lewat satu anggota badan yang lain. Ini berarti hati yang
berjalan kepada-Nya, dan hati pula yang menyikapi apa-apa yang ada disisi-
Nya. Sebab secara hakiki, hati yang taat kepada Allah dalam arti ibadah-
ibadah yang dikerjakan oleh anggota badan itu adalah penjelmaan dari hati,
Untuk itu, maka hati manusia harus senantiasa dibawa tunduk, niat
yang tulus sebab dengan begitu akan mempertemukan kebahagiaan dunia dan
akherat. Dan dengan hati yang tunduk akan mengeluarkan manusia dari
lingkaran jin yang terbatas dan menjadikannya beramal ikhlas kepada Allah
SWT, adapun hati yang tunduk dan sifat-sifat luhur lainnya, begitu juga
(ruhani).
Said Hawwa (1997:113) menyatakan bahwa salah satu hal yang dapat
menjadikan hati itu baik dan sehat adalah, ilmu, akal flkiran. pengetahuan,
dzikir dan amal. Contohnya dengan ma'rifat, sebab hakikat ma'riful adalah
ketenangan hati kepada Allah SWT tanpa kaitan dan tidak berpaling dari-Nya
kepada selain-Nya. Dan ma'rifat itu adalah kedekatan (Qurb) yaitu menguasai
(Ahmad Frenk, 2002:85), istilah ini memiliki dua makna; pertama, sebuah
jenis (benda) yang sangat halus yang bersemayam dalam rongga hati jasmani
mengetahui dan mengerti tentang sesuatu. la juga sebagai pihak yang di ajak
bicara yang dikenakan sanksi, cercaan dan objek yang akan dimintai
Allah SWT :
"Katakanlah wahai Muhammad, bahwa ruh itu adalah urusan Tuhan-
ku (DepagRI, 1989:437)
dorongan untuk berbuat dan bertindak kreatif dan dinamis yang dapat
Ke-empat al-aql (akal) dengan akal ini manusia mampu berfikir guna
berhubungan dengan keimanan terhadap Allah. Dan fungsi akan sebagai alat
menyelidiki apa itu yang baik dan buruk. Jadi kesimpulannya adalah, dengan
terhadap Allah. Dan fungsi hati ini sebagai alat penimbang dan potensi
intelegensi serta filter yang secara nalar menyelidiki apa itu yang baik dan
buruk.
menyatakan jika sekiranya engkau bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan
Allah SWT.
B. Kejelian Mata
1. Penyajian Data
mempunyai mata, tapi mata mereka tidak dipakai untuk melihat dalil-dalil
kekuasaan Allah, dan Allah senantiasa melihat. Artinya adalah bahwa banyak
manusia yang diberi panca indera yaitu berupa penglihalan (mata) tetapi
penglihatannya itu tidak dipakai untuk melihat ayat-ayat Allah yang bersifat
alam (tidak di pakai untuk melihat ayat-ayat kauniyah) dan ayat-ayat berupa
Al-Qur'an (tidak dipakai untuk melihat ayat-ayat kauliyah) yang ditujukan
kepada mereka terhadap apa yang ada di dalam ayat Allah tersebut. Untuk
kebahagiaan mereka.
2. Analisis Data
mufasir bahwa yang dimaksud dengan mata yang jeli adalah mereka yang
kekuasaan dan kebenaran Allah SWT yang bersifat alam dan memikirkan
SWT berfirman:
memperhatikan alam raya, dengan firman-Nya Apakah mereka buta dan tidak
melihat dengan pandangan I'tibar apa yang terbentang pada kerajaan langit
dan bumi dan apa pun yang diciptakan Allah Yang Maha Agung dari segala
sesuatu yang telah tercipta selain dari kerajaan langit dan bumi itu dan apakah
kekuasaan yang tidak dapat dialihkan atau dicabut oleh pihak lain.
Siapa yang dapat melihat dengan pandangan I'tibar malakut as-
Samawat maka ia akan menyadari bahwa seluruh wujud bcrsumber dari Allah
SWT dan dalam genggaman tangan-Nya., dan dia akan yakin tcntang
mereka tidak melihat pada kerajaan langit dan bumi. Hal itu dimaksudkan
melihat, serta untuk mengarahkan yang diperintah agar memandang apa yang
terhampar disana termasuk sistem dan cara kerjanya serta fenomena yang
ditangkap darinya.
Firma-Nya wama khalaqa Allah min syai'in/ dan apa yang diciptakan Allah
dari segala sesuatu dipahami Thahir bin Asyur sebagai bagian kedua yang
hams dilihat, Melihat pada kerajaan langit dan bumi mengantar kepada
hanya Dia tidak ada selain-Nya yang wajar dituhankan, sedang melihat apa
Allah dalam konteks keagungan ciptaan atau ketelitiannya tidak juga pada
kudrat-Nya tetapi dalam konteks wujudnya, yakni bahwa ciptaan itu tidak
(2000:315)
C. Kepekaan Telinga
1. Penyajian Data
makna "lahum adzanun la yasmanna biha" ialah bahwa manusia yang diberi
mendengar ayat-ayat Allah yang di turunkan kepada para Nabi Allah dan
nasehat yang didengar supaya dihayati dan ditadaburi. Dan mereka juga tidak
mendengar berita tentang sejarah dan ummat-ummat yang lalu, Kita
perhatikan firman Allah Ta'ala (Dan apakah tidak menjadi petunjuk bagi
2. Analisis Data
mufasir bahwa yang dimaksud dengan telinga atau pendengaran yang peka itu
Allah swt yang diturunkan kepada para Nabi dan rasul Allah, serta
umat yang terdahulu sehingga mereka mendapat petunjuk dari apa yang
didengarnya.
selalu menentang dan mengingkari seruan Nabi dan Rasul Allah. Adapun
peringatan itu sampaikan sebagai berikut. Apakah belum jelas bagi orang-
orang kafir jalan yang benar yang telah ditunjukan kepada mereka. Apakah
mereka lupa dan tidak ada akibat yang diterima umat-umat terdahulu yang
mendustakan para rasul yang diutus kepada mereka. Maka apakah mereka
tidak mendengarkan yakni dengan seksama apa yang mereka saksikan itu.
bahwa terjadinya hal tersebut dari saat ke saat. Dalam arti mereka ;
pemilihan kata. yasma 'un /mendengar yang ditekankan di sini berita tentang
generasi lebih banyak yang mereka dengarkan dan lebih banyak yang dari
terdapat nilai-nilai edukatif dalam Qur'an surat Al-A’raaf ayat 179 yang
sangat signiflkan.
A. Kesimpulan
Ilmu Pendidikan Islam tentang Nilai-nilai Edukatif QS. Al-A’raaf ayat 179,
1) Kata-kata sahabat
2) Kemaslahatan Sosial
bersifat konkrit.
a. Kecerdasan Hati
b. Kejelian Mata
c. Kepekaan Telinga
didengarnya.
a. Kecerdasan Hati
Yang dimaksud kecerdasan hati menurut analisis llmu
b. KejelianMata
dilihatnya.
c. Kepekaan Telinga
B. Saran
panca indera yaitu berupa hati, mala dan telinga, maka potcnsi-potensi
dan akhirat.
2. Unsur ruhani serta potensi panca indera yang telah Allah SWT
dalan ajaran islam agar terhindar dari mala petaka yang akan menimpa
kita.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Limit Pendidikan Islam Persefektif Islam, Bandung, Remaja Rosda Karya,
1990.
A.D. Marimba, Pengantar Filsapat Pendidikan Islam, Bandung, PT. Ma’arif, 1989.
Abu Ja’far Muhammad Bin Jarir Althobari, TafsirxAt-Thobari Juz 9-11, Albabi Alhalabi,
1954.
Al-Ustadz Dr. Wall bah Al-Juhaeli, Tafsir Al-Munir Juz 9-10, Darul Filo-I Beiru, 1991
A.M. Al-Maraghi, Jilid IV Tafsir (Terjemah), Semarang, CV. Toha Putra, 1994.
Dedi Suardi, Mahluk Berdasi Mencari Tuhan,. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1991.
Murtada Mutahari, Perspektif Al-Qur’an tentang manusia dan agama, Bandung, Mizan,
Bandung, 1997.
Sayyid Qutb, Tafsir Fii Dzilalil Qur’an (Terjemah), Jakarta, Gema Insani Press, 2003.
UU RI No. 2 Th. 1989, Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, Sinar
Grafika, 1993.
Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 1994.
KAJIAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
TENTANG NILAI-NILAI EDUKATIF Q.S AL-A’RAAF : 179
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam Pada Program Study Pendidikan Agama Islam
Oleh :
ACUM
NIM: 0607110119
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
YAPATA AL-JAWAMI BANDUNG
1432 H/2010 M
IKHTISAR
Acum. Kajian Ilmu Pendidikan Islam tentang Nilai-nilai Edukatif Q.S. Al-
A’raaf : 179.
PERSETUJUAN
Oleh :
ACUM
NPM/NIMKO : 0607110119
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
PENGESAHAN
Oleh :
ACUM
NPM/NIMKO : 0607110119
Hari : ...........................................................................
Tanggal : ...........................................................................
Ketua Sekretaris
Merangkap Anggota, Merangkap Anggota,
Tim Penguji :
Penguji I Penguji II
............................................... ................................................
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Lembur Kaler Desa Harumanasari
Penulis mulai masuk jenjang pendidikan di Sekolah Dasar SDN Lemahsirna Desa
Harumansari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut lulus tahun 1999. Pada tahun 2003
lulus dari Sekolah Lanjutan Pertama, yaitu MTs Al-Ma’arif 2 Kadungora-Garut. Pada tahun
Yapata Al-Jawami Bandung pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Agama Islam (PAI).
dilingkungan masyarakat penulis aktif, menjadi pengurus inti yaitu sekretaris Yayasan
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan Syukur kehadirat Illahi Rabbi, Tuhan Yang
Maha Sempurna, Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan
kepada penulis dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini. Adapun judul
6. Kepada kedua orang tuaku Ayahanda Engkon (Alm) dan Ibunda Rendah
7. Calon istriku tercinta Sri Anggraeni atas dorongan dan kasih sayangnya,
8. Calon mertuaku Bapak Wowon dan Ibu Cucu tercinta yang selalu
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
IKHTISAR............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
Masalah .............................................................
B. Perumusan 8
Masalah ....................................................................
C. Tujuan 9
Penelitian ........................................................................
D. Kerangka 9
Pemikiran ...................................................................
E. Langkah-langkah 15
Penelitian ......................................................
BAB II DESKRIPSI TENTANG ILMU PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian ....................................................................... 18
...........
B. Tujuan Ilmu 23
Pendidikan ..............................................................
C. Fungsi Ilmu 25
Pendidikan ..............................................................
D. Sumber Ilmu 26
Pendidikan ............................................................
E. Metode Analisis Metode Pendidikan 31
Islam ................................
BAB III KONSEPSI KAJIAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
TENTANG NILAI-NILAI EDUKATIF QS. AL-A’RAAF : 179
A. Tafsir Ayat Q.S Al-A’raaf Ayat 33
179 ..........................................
B. Nilai-nilai Edukatif dari Q.S Al-Araaf Ayat 46
179 ........................
BAB IV NILAI-NILAI EDUKATIF QS. AL-A’RAAF : 179
A. Kecerdasan 51
Hati ..........................................................................
B. Kejelian 56
Mata ..............................................................................
C. Kepekaan 59
Telinga ......................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................... 63
............
B. Saran ............................................................................... 66
............