You are on page 1of 79

BAB I

ARTI DAN TUJUAN DEMOGRAFI


A. Pengertian Dasar Demografi
Demografi (demography),merupakan istilah yang berasal dari dua kata yunani,yaitu
demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti menggambar atau
menulis.oleh karena itu,demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang
penduduk.istilah ini pertama kali dikemukakan oleh archille guillard pada tahun 1855 dalam
karyanya yang berjudul “elements de statistique humaine,ou demographie comparree” atau
elements of human statistics or comparative demography (dalam iskandar,1994).
Secara umum,data kependudukan sangat diperlukan terutama oleh pembuat
kebijakan,baik dikalangan pemerintahan maupun nonpemerintah. Data tentang jumlah dan
pertumbuhan penduduk,misalnya digunakan sebagai informasi dasar dalam pengembangan
kebijakan penurunan angka kelahiran,peningkatan pelayanan kesehatan,pengarahan
persebaran penduduk,persediaan kebutuhan penduduk akan makanan
,pendidikan,perumahan ,dan lapangan pekerjaan.dalam dunia politik ,statistic kependudukan
juga sangat dibuthkan ,antara lain untuk mengistimasi jumlah suara pemilihan umum.
Pada sector industry dimana perusahaan yang memproduksi kebutuhan anak-anak, seperti
pakaian,susu,dan mainan dapat mengguanakan data jumlah penduduk usia muda (0-14) dan
karakteristik nya seperti distribusi umur ,persebaran wilayah ,dan komposisi jenis kelamin
untuk perencanaan tingkat produksi.
Secara singkat ,ilmu demografi sangat bermanfaat untuk :
• Mempelajari kuantitas,komposisi,dan distribusi penduduk dalam suatu daerah
tertentu serta perubahan-perubahannya.
• Menjelaskan pertumbuhan masa lampau dan mengestimasi pertumbbuhan penduduk
pada masa dating.
• Mengembangkan hubungan sebab akibat antaraperkembangan penduduk dan
bermacam-macam aspel pembangunan social,ekonomi,budaya,politik,linghkungan
,dan keamanan.
• Mempelajari dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi
pertumbuhan penduduk pada masa mendatang.
A. Definisi Demografi
Pengertian tentang demografi berkembang dengan seiring dengan perkembangan keadaan
penduduk serta penggunaan statistic kependudukan pada zamannya. Berikut beberapa contoh
tentang perkembangan pengertian demografi.
• Johan sussmilch (1762,dalam iskandar ,1994) berpendapat bahwa demografi adalah
ilmu yang mempelajari hukum tuhan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan
pada umat manusia yang terlibat dari jumlah kelahiran,kematian,dan
pertumbuhannya.
• Achille guillard (1855) memberikan definisi demografi sebagai ilmu yang
mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur ,yaitu
meliputi perubahan secara umum ,fisiknya,peradabannya,intelektualitasnya,dan
kondisi moralnya(lihat juga iskandar ,1994).
• David v. Glass(1953) menekankan bahwa demografi terbatas pada studi penduduk
sebagai akibat pengaruh dari proses demografi ,yaitu fertilitas,mortalitas,dan migrasi.
• United nations(1958) dan international union for the scientific study of
population/IUSSP (1982) mendefinisiikan demografi sebagai studi ilmiah masalah
penduduk yang berkaitan dengan jumlah,struktur,pertumbuhannya .
• Philip m. Hauser dan otis Dudley Duncan(1959) berpendapat bahwa demografi
merupakan ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran territorial,komposisi
penduduk, serta perubahannya dan sebab-sebab perubahan tersebut.
• Donald j. Bougue(1969) mendefinnisikan demografi sebagai ilmu yang mempelajari
secara statistic dsan matematik jumlah,komposisi,distribusi penduduk,dan perubahan-
perubahannya sebagai akibat bekerjanya komponen-komponen pertumbuhan
penduduk,yaitu kelahiran (fertilitas),kematian(mortalitas),perkawinan,migrasi,dan
mobilitas social.
• George w. Brclay(1970) mendefinisikan demografi sebagai ilmu yang memberikan
gambaran secara statistic tentang penduduk.demografi mempelajari perilaku
penduduk secara menyeluruh bukan perorangan.
Dengan definisi-definisi diatas ,dapat disimpulkan bahwa ilmu demografi merupakan suatu
ilmu untuk mempelajri perubahan-perubahan klependudukan dengan memanfaatkan data dan
statistic dari data penduduk terutama mengenai perubahan jumlah,persebaran pada
kommponen-komponen utama pertumbuhan penduduk ,yaitu fertilitas, mortalitas, migrasi,
yang pada gilirannya menyebabkan perubahan pada jumlah,struktur,dan persebaran
penduduk.
A. Sejarah Dan Perkembangan Demografi
Menurut sejarahnya, upaya-upaya untuk pencatatan statistic kependudukan sudah
dilakukan sejak berabad –abad yang lalu,meskipun masih dilakukan dalam ruang lingkup
yang kecil dan digunakan secara terbatas. Jhon graunt (1620-1674),seorang warga Negara
inggris,dikenal sebagai pelopor dalam bidang pencatatan statistic penduduk dan merupakan
bapak demografi dikarenakan ilmu demografi lahir pada zamannya.
Bukunya yang berjudul natural and political observations mentioned in a following index
and made upon the bills of mortality(graun,1662 dalam iskandar,1994) sebagian besar berisi
analisis mortalitas dan selebihnya mengenai fertilitas ,migrasi,perumahan,data
keluarga,perbedaan antara kota dan Negara,dan jumlah penduduk laki-laki yang berada pada
kelompok umur militer.Graunt menyarankan agar penelitian yang menyangkut penduduk
lebih menekankan aspek komposisi penduduk menurut jenis keelamin,Negara,umur
,agama,dan sebagainya.keistimewaan dari pendekataan yang dipergunakan oleh graunt adalah
kehati-hatiannya dan kekritisannya dalam pengumpulan data.
Dalam studinya, Graunt memperoleh banyak dorongan dari William petty ,seorang ahli
statistic.setelah era graunt,perhatian public terhadap masalah kependudukan, baik mengenai
pencatatan statistic maupun pertumbuhanya tegrus meninngkat.dalam sejarah perkembangan
ilmu demografi , timbul masalah mengenai pembagian cabang ilmu ini. Awalnya, para
pengamat berpendapat bahwa demografi lebih terfokus memang dapat dimengerti karena
pelopor-pelopor demografi , sussmilch dan guillard menganggap demografi sebagai bio-
social book-keeping , yang artinya kelahiran sebagai factor pengurang jumlah penduduk .
kemudian beberapa pengamat membedakan masalah penduduk menjadi 2, yaitu yang bersifat
kuantitatif yang membahas jumlah ,persebaran,serta komposisi penduduk,dan yang bersifat
kualitatif yang membahas masalah penduduk dari segi genetis dan biologis.
B. Pembagian Ilmu Demografi
Pada konres masalah kependudukan diparis, adolphe landry(1945) secara matematis
membuktikan adanya hubungan antara unsure-unsur demografi,seperti
kelahiuran,kematian,jenis kelamin, dan umur. Landry menyarankan penggunaan istilah
demografi murni(pure demography) untuk cabang ilmu demografi yang bersifat analitis-
matematis untuk membedakannya dengan analisis kependudukan,yang lebih luas
sifatnya.saran ini mendapat tanggapan positif.
Dalam demografi murni atau disebut pula demografi formal ,berbagai teknik
penghitungan data kepeendudukan dikembangkan. Dengan menggunakn berbagai metode
perhituungan dan estimasi, baik pada waktu sekarang maupun pada masa akan datang. Salah
satu usaha yang dilakukan para ahli untuk menjawab atau menjelaskan “mengapa” terjadi
perubahan-perubahan dalam variable-variabel demografi adalah dengan menggunakan teori-
teoriatau kerangka pikir yang mungkin berasal dari ilmu lain. Para ahli kependudukan
menamakan ilmu tersebut dengan berbagai nama,seperti demografi sosiologi(sociological
demography) ,studi kependudukan(population studies), dan demografi social(social
demography).
Shryock dan siegel (1976) membagi pengertian demografi dalam arti sempit dan luas.
Pengertian secara sempit,disebut sebagai formal demography , menekankan pada masalah
jumlah,distribusi,struktur,dan pertumbuhan penduduk.sementara dalam arti luas, demografi
mencakup semua karekteristik penduduk ,termasuk didalamnya budaya,social,dan ekonomi.
Selain itu, dari perkembangan aplikasi demografi,terutama dalam peranannya untuk
menganalisis fenomana kependudukan , dapat dikatakan bahwa ilmu demografi sangat
berguna sebgai intrumen atau alat analitis yang dapat dipakai untuk membedah persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan permasalahan kependudukan pada umunya. Demografi
berperan sebagai alat analisis (tools of analysis) dengan kemampuannya mengembangkan
indikato-indikator kependudukan. Indicator kependudukan dapat dijadikan tolok ukur
perbandingan keadaan demografi sekelompok penduduk tertentu dengan ke;lompok
penduduk yang lain,atau perbandingan antar waktu dalam analisis tren kependudukan . hal ini
amat berguna, baik untuk memonitor kemajuan maupun memonitor hasil-hasil pembangunan
social dan ekonomi.
C. Dinamika Penduduk: Sebab Dan Akibat
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan
yang menambah dan menggurangi jumlah penduduk. Pertumbbuhan penduduk diakibatkan
oleh tiga komponen demografi,yaitu fertilitas,mortalitas,dan migrasi (masuk/inmigration dan
keluar/outmigration). Selisih antara fertilitas dan mortalitas disebut perubahan
reproduktif(reproductive change) atau pertumbuhan alamiah (natural growth). Selisih antara
migrasi masuk dan migrasi keluar disebut migrasi neto(net migration). Jadi pertumbuahan
penduduk dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah dan migrasi neto.
Berdasarkan komponen tersebut maka suatu metode komponen sederhana yang dapat
digunakan untuk mengestimasi jumlah penduduk jika tersedia data sensus penduduk dan data
registrasi kelahiran,kematian,dan perpindahan penduduk yang memuaskan adalah sebagai
berikut.
Pt=Po+(B-D)+(Mi-Mo)
Dimana :
Pt : jumlah penduduk pada tahun t
Po : jumlah penduduk pada tahun dasar(0)
B (birth) : jumlah kelahiran selama periode 0-t
D(death) : jumlah katian selama periode 0-t
Mo : jumlah migrasi keluar selama periode 0-t
Mi : jumlah migrasi masuk selama periode 0-t

Persamaan sederhana ini disebut persamaan keseimbangan (balancing equation) yang


juga dapat disajikan dalam bentuk :
Pt-Po=Ra+Mn
Di mana :
Pt-Po : menyatakan pertrumbuhan jumlah penduduk dalam periode waktu o-t
Ra=B-D : menyatakan pertrumbuhan jumlah penduduk alamiah
Mn=Mi-Mo : menyatakan pertrumbuhan jumlah penduduk karena migrasi
D. Teori Transisi Demografi
Istilah demografi pada dasarnya dipakai untuk menyatakan perubahan yang terjadi terhadap
tiga komponen utama pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran (fertilitas),
kematian(mortalitas), dan perpindahan penduduk (mobilitas/migrasi). Akan tetapi ,konsep
demografi yang dikenal secara umum hanyalah factor kelahiran dan
kematian(noteinstein,1945).
Transisi demografi dapat dibedakan atas empat tahapan yang didasarkan atas pengalaman
perubahan pola fertilitas dan mortalitas yang terjadi diberbagai Negara eropa pada masa
lampau.
• Tahap I (pre-industrial)
Pertumbuhan penduduk sangat rendah yang dihasilkan oleh perbedaan angka kelairan
dan kematian yang tinggi,sekitar 40-50 per 1.000 penduduk. Jumlah kelahiran dan
kematian yang sangat tinggi ini tidak terkandali setiap tahunnya.selain itu panen yang
gagal dan harga-harga yang tinggi telah menyebabkan kelaparan sehingga daya tahan
tubuh terhadap penyakit sangat lemah.
• Tahap II (early industrial)
Angka kematian menurun dengan tajam akibat revolusi industry serta kemajuan
teknologi dan juga mulai ditemukannya obat-obatan, terutama antibiotic penisilin.
Sementara angka kelhiran menurun amat lambat dan masih tetap tinggi,yang
disebabkan karena kepercayaan atau pandangan mengenai jumlah anak banyak lebih
menguntungkan .
• Tahap III (industrial)
Angka kematian terus menurun dengan kecepatan yang melambat. Di pihak
lain,angka kelahiran mulai menurun dengan tajam sebagai akibat dari perubahan
perilaku melahiirkan dan tersedianya alat/cara kontrsepsi serta adanya peningkatan
pendidikan dan kesehatan masyarakat.
• Tahap IV ( mature industrial )
Angka kematian dan kelahiran sudah mencapai angka yang rendah sehingga angka
pertumbuhan penduduk juga rendah,yang dihasilkan dalam kondisi social dan
ekonomi masyarakat yang maju.
0leh Karena kaitannya dengan variable vital (fertilitas dan mortalitas ),konsep transisi
demografi sering pula disebut sebagai transisi vital (transisi fertilitas dan transisi mortalitas).
Secara lebih spesifik,coale ((1973) menggambarkan transisi fertilitas dalam bentuk
penurunan angka kelahiran total (total fertility rate-TFR),dari tingkat fertilitas yang tinggi
sampai kepada tingkat fertilitas rendah,atau mencapai tahap penggantian penduduk
(replacement level ),yakni apabila angka reproduksi neto(net reproduction rate –
NRR).sementara itu ,transisi mortalitas sering dikaitkan dengan transisi
epidemiologi.disebagian besar Negara-negara berkembang,dimana data kematian orang
dewasatidak banyak tersedia,angka kematian bayi(infant mortality rate-IMR) menjadi
indicator utama dalam menetukan tingkat transisi mortalitas.
A. Kritik Terhadap Teori Transisi Demografi
Dalam teori transisi demografi diyakinin empat tahapan transisi demografi dialami oleh
setiap Negara yang sedang melaksankan pembanggunan ekonomi yang membawa perubahan
pada struktur perekonomian dari sector pertanian ke sector industry.akan tetapi ,temuan di
beberapa Negara di eropa tidak selalu mendukung teori tersebut.pada kenyataannya banyak
Negara di eropa timur yang struktur ekonominya masih agraris,tetapi telah mengalami
transisi demografi .
Kritik lain terhadap teori transisi demografi adalah kenyataannya bahwa pada saat
berkembangnya teori transisi ddemografi tersebut,belum tersedia bukti-bukti empiris yang
dapat mendukung hipotesis yang diungkapkan dalam teori tersebut. Hal ini berkaitan dengan
masalah waktu. Umumnya, Negara-negara barat membutuhkan waktu sampai ratusan tahun
juntuk mengalami proses transisi demografi.
Di Indonesia,transisi demografi pada tingkat nasional terjadi pada saat angka kematian
bayo turun 140 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup menurut hasil sensus penduduk (SP)
pada tahun 1971 menjadi 47 menurut hasil SP 2000. Demikian pula angka fertilitas
total,yang menunjulkan jumlah anak rata-rata yang akan dipunyai oleh perempuan
Indonesia,telah turun dari sekitar 5,61 anak per wanita menurut hasil SP 1971 menjadi 2,34
menurut hasil SP 2000.
Secara ringkas , telah ditunjukkan bahwa teori transisi demografi tidak dapat berlaku
umum. Akan tetapi,kenyataan bahwa hamper semua Negara mengalami proses transisi
demografi tidak dapat dipungkiri, dimana kondisi masing-masing Negara berbeda.jadi dapat
dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat menjadi factor penyebab,namun bukan selalu
menjadi factor penentu bagi penurunan angka fertilitas dan mortalitas.transisi demografi
dapat terjadi pada setiap wilayah dan Negara,tetapi dengan pola yang berbeda bergantung
pada tingkat social ,ekonomi,budaya,dan lingkungan yang membentuk gaya hidup penduduk
masing-masing Negara dan daerah tertentu.
Dalam kaitannya dengan konsep transisi demografi, van de kaa(1987)memperkenalkan
pula konsep second demographic transisition (transisi demografi kedua). Konsep ini
menggambarkan adanya perubahan yang penting (significant) dalam tingkat fertilitas(TFR
ssngat rendah), selain itu,tingkat fertilitas rendah dapat terjadi karena adanya perubahan
dalam kehidupan keluarga seperti perubahan kohabitasi,yakni hidup bersama tanpa ikatan
perkawinan,pendewasaan usia perkawinan,masa subur ,dan melahirkan,bertambahnya jumlah
wanita tanpa anak,baik secara sukarela maupun terpaksa, serta bertambahnya jumlah orang
tua tunggal
B. Sejarah Pertumbuhan Penduduk Dunia
Pada permulaan tahun masehi, 1 AD, jumlah penduduk dunia diperkirakan masih sekitar
250.000.000 jiwa dengan angka pertumbuhan sekitar 0,04% per tahun.tingkat pertumbuhan
penduduk yang amat rendah ini bertahan dalam waktu yang cukup lama , berabad-abad, dan
kemudian terjadi suatu ledakan jumlah penduduk yang dimulai sebelum abad ke -18. Pad
apermulaan revolusi industry tahun 1750 ,jumlah penduduk dunia meningkat menjadi sekitar
790 juta.
Pada abad berikutnya,kemajuan teknologi di eropa dan di beberapa belahan dunia lain
mulai memperlihatkan dampaknya.penemuan obat-obatan (seperti penisilin) dan peningkatan
kualitas sanitasi lingkungan amat mengurangi berbagai penyakit. Selian itu,penemuan alat
tranportasi berdampak pada perluasan perdangan yang membuat persediaan bahan pangan
lebih mudah didapat dan pada gilirannya memperbaiki nutrisi penduduk.
Transisi demografi terjadi bersamaan dengan perubahan pembangunan dan pertumbuhan
modern. Perubahan prilaku masyarakat agraris ke masyrakat modern bersamaan dengan
terjadinya industrialisasi dan urbanisasi dianggap mempunyai dampak pada perubahan
perilaku demografi.
C. Teori Dan Pemikiran Tentang Penduduk Dan Pembangunan
Sejak kapan masalah kependudukan mulai dibicarakan atau ditulis? Tidak ada jawaban
yang pasti untuk pertanyaan tersebut.akan tetapi, teori-teori tentang hubungan antara manusia
atau penduduk dengan masalah-masalah lain telah banyak dibahas oleh beberapa ahli ,seperti
oleh ahli ekonomi,agama ,social,politik,pertahanan.sekitar 500 tahun sebelum masehi
(SM),konfusius,seorang filsuf cina,membahas hubungan antara jumlah penduduk dan tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Menurutnya jumlah penduduk yang terlampau besar akan menekan standard hidup
masyarakat,terutama kalau jumlah penduduk dikaitkan dengan luas tanah atau lahan
pertanian yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan penduduk.konfusius menganggap ada
suatu proporsi yang ideal antara luas tanah dan jumlah penduduk . sebagai pemecahan
masalah kelebihan penduduk,ia menganjurkan agar pemerintahan memindahkan penduduk ke
daerah yang masih kekurangan penduduk.
Golongan terakhir dikemukakan oleh pendapat Thomas Malthus, yang hidup antara tahun
1766 sampai 1834. Salah satu argumentasinya yang paling penting adalahbbahwa dorongan
alamiah manusia untuk berkembangh biak selalu dan akan selalu ada,dan dengan kecepatan
yang mengikuti deret ukur sehingga jumlah mannusia akan menjadi dua kali lipat dalam
waktu yang cukup pendek (sekitar 25 tahun).
Menurut malthhus,ada beberapa hal yang bisa menjadi penghambat laju pertumbuhan
penduduk. Ia membedakan antara keladian yang berada diluar kekuasaan manusia (positive
check) dan hal yang bisa diusahakan oleh manusia sendiri (preventive check).
• Posstive checks: bencana alam,kelaparan,penyakit menular,perang,dan pembunuhan.
• Preventive checks: menunda perkawinan dan selibat permanen
Malthus tidak menduga bahwa masalah pertumbuhan penduduk dan kesejahteraannya
dapat dipecahkan oleh revo.usi industry . tulisan Malthus yang pertama(1799) merupakan
contoh suatu pendapat yang bersifat sangat umum tanpa didukung oleh data statistic,namun
pada buku edisi selanjutnya,untuk mendukung argumentasinya ia melengkapi dengan data
statistic.
Dengan munculnya tulisan Malthus, essay on the principle of population pada akhir abad
ke-18, masalah pendudk mempunyai angin baru dalam literature-literatur ekoonomi. Bannyak
ahli ekonomi pembanggunan mendasari teori-teorinya pada variable-variabel penduduk
,seperti menytukan teori-teori ekonomi dengan penentuan pimilihan besarnya fertilitas.teori
ekonomi fertilitas yang termasuk dalam teori neoklasik berbeda dengan model Malthus . teori
ini didasari oleh teori baru ekonomi rumah tangga (new home economic) yang berpendapat
bahwa seseorang dalam menetukan fertilitas akan melalui proses yang sama dengan apabila
ia memutuskan suatu pilihan untuk mendapatkna barang dan jasa bagi keperluan rumah
tangganya.
Ahli ekonomi lainnya yang mengaitkan masalah penduduk dengan ekonomi adalah
leibenstein(1954). Didalam bukunya A theory of economic-demographic development; ia
mengemukakan konsep the low-level equilibrium trap yang menjelaskan perubahan
demografi di Negara-negara sedang berkembang. Suatu kenaikan sedikit dalam pendapatan
akan meningkatkan jumlah penduduk dan persediaan tenaga kerja,yang pada gilirannya akan
menghapuskan pertumbuhan modal,produktifitas,dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi
lainnya.
BAB II
Struktur dan persebaran penduduk
Dalam study demografi ini lebih menekan kan kepada tiga
fenomena yang merupakan bagian penting dari perubahan
penduduk, diantaranya :

1. Dinamika Kependudukan ( population dinamics )


2. Komposisi penduduk ( population composition )
3. Jumlah dan distribusi penduduk ( population size and
distribution )

Kalau dilihat dari aspek dan karakteristik, penduduk dapat


dikelompokan menjadi beberapa kelompok. Yaitu, kelompok
umur, sosial-ekonomi, dan distribusi tempat tinggalnya.

 KOMPOSISI PENDUDUK

Kmposisi penduduk menurut karakteristik penduduk

Ciri utama demografi adalah umur dan jenis kelamin. Ciri ini
juga sekaligus mengganbarkan perkembangan penduduk
dimasa mendatang melelui proses kelahiran dan kematian.
Namun demikian, dimugkinkan pula pengelompokan penduduk
menurut distribusi umur. Selain distribusi umur penduduk,
dalam analisis demografi dikenal pula struktur umur penduduk
yang dbedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
1. penduduk usia muda, yaitu penduduk dibawah usia 15 tahun
atau kelompok umur 0 – 14 tahun.

2. Penduduk usia produktif, yaitu penduduk usia 15 – 59 tahun.

3. Penduduk usia lanjut, yaitu penduduk usia 60 tahun keatas


( mengikuti ketentuan WHO ).

Komposisi penduduk menurut karakteristik sosial

Dilihat dari karakteristik sosial penduduk, komposisi


penduduk dapat dikelompokan menurut tingkat pendidikan dan
status perkawinan. Komposisi penduduk menurut
pendidikan,diantaranya. Menurut tingkat pendidikan, status
sekolah, kemampuan membaca dan menulis, dan tingkat
pendidikan itu sendiri. Tingkat penduduk diukur dari jumlah
penduduk umur 10 tahun keatas menurut status tamat sekolah.
Tamat sekolah didefinisikan sebagai telah selesainya seseorang
mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu jenjang sekolah
sampai akhir dengan mendapatkan ijazah. Jika seseorang telah
lulus SMP danm mengikuti pelajaran kelas 2 SMA lalu putus
sekolah maka orang tersebut dicatat memepunyai jenjang
pendidikan SMP.

Komposisi penduduk menurut status sekolah

Status sekolah ini dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu


belum sekolah, masih sekolah, dan tidak sekolah lagi.

Komposisi penduduk menurut kemampuan membaca


dan menulis

Hasil supes 1995 menunjukan bahwa hampir 88%


penduduk Indonesia usia 10 tahun keatas dapat membaca dan
menulis. Angka melek huruf lebih tinggi diperkotaan. Selain itu
terdapat keserataan gender dalam pendidikan dimana AMH
lebih tinggi laki-laki dari pada perempuan untuk lebih jelasnya
coba lihat di internet berbagai macam jenis tabel komposisi
penduduk.
UKURAN-UKURAN, PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI PENDUDUK

Pengantar

Di Sensus Penduduk komprehensif pertama dan Perumahan dilakukan pada


tahun 1969 dan diikuti oleh tahun- tahun berikutnya.
Antara lain pada tahun 1980. Sejak itu, sensus dilakukan secara berkala setiap
sepuluh (10) tahun. Sensus Penduduk
sudah termasuk pertanyaan tentang kelahiran dan kematian, mengingat status
miskin dari sistem registrasi vital.
Sensus dirancang untuk mengumpulkan baik de jure dan de facto jumlah
penduduk. Menurut definisi (lihat di bawah) hitung de facto paling
berguna dalam memberikan sebuah rekor tersendiri dari berbagai karakteristik
untuk semua individu yang disebutkan. Karakteristik
dilihat dari ekonomi dan politik aspek sosial suatu populasi seperti pendidikan
dan kegiatan ekonomi. Hal ini karena
menyediakan dasar yang kuat untuk melakukan analisis rinci dari karakteristik
orang-orang atau kelompok dari suatu populasi berdasarkan
pada hitungan de facto.
Secara umum, sensus penduduk yang berguna untuk, ekonomi dan politik
perencanaan sosial suatu negara. Misalnya,
populasi data dianalisis dengan umur sangat penting dalam penyusunan
perkiraan jumlah penduduk dan proyeksi rumah tangga,
pendaftaran sekolah, angkatan kerja dan proyeksi lebih lanjut dari persyaratan
untuk sekolah, guru, pelayanan kesehatan, makanan dan
perumahan.
Bab ini menyajikan analisis kecenderungan ukuran populasi, tingkat
pertumbuhan populasi, distribusi penduduk dan
Komposisi (yaitu demografis, sosial dan ekonomi) dari hasil sensus tahun 1980,
1990 dan 2000. Analisis
komposisi penduduk berdasarkan de facto yang bertentangan dengan populasi
de jure Zambia. Dengan demikian, analisis
hanya mungkin dengan menggunakan jumlah populasi bekas, yang
menyediakan karakteristik sosial dan ekonomi individu.

Konsep dan Definisi Digunakan


Konsep dan definisi yang diambil selama sensus dan digunakan dalam bab
ini dan di seluruh laporan adalah sebagai berikut:
De facto Penduduk
Ini termasuk anggota rumah tangga biasa dan pengunjung yang
menghabiskan malam sensus pada rumah tangga tersebut. Namun ini
tidak termasuk:
a) personel diplomatik asing terakreditasi untuk Zambia, dan
b) warga negara Zambia terakreditasi untuk kedutaan asing dan anggota
keluarga mereka yang tinggal bersama mereka di luar negeri
dan, Zambia pekerja migran dan mahasiswa di negara-negara asing yang tidak
di negara tersebut pada saat itu
dari sensus.
De jure Penduduk
Ini mengacu kepada anggota rumah tangga biasa yang hadir dan anggota rumah
tangga biasa sementara tidak ada pada saat
sensus. Ini termasuk populasi kelembagaan di tempat-tempat seperti rumah sakit
/ pusat kesehatan, penjara dan akademik
lembaga (universitas, akademi, asrama sekolah).
Laju Pertumbuhan Penduduk
Mengacu pada perubahan dalam ukuran populasi sebagai proporsi dari total
penduduk suatu daerah. Estimasi pada
setiap tahun, memberikan kita tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata untuk
setiap tahun dalam periode antar-censal.
Komposisi Penduduk
Ini didefinisikan sebagai pembagian sifat karakteristik tertentu, atau
atribut dari populasi dan bagaimana ini mempengaruhi
struktur demografis keseluruhan negara ini. Ada tiga ciri utama komposisi
penduduk:
Karakteristik demografi seperti umur dan jenis kelamin,
Karakteristik sosial seperti etnisitas dan kewarganegaraan, dan
Karakteristik ekonomi seperti aktivitas ekonomi.
Umur
Usia individu dalam semua Sensus yang dilakukan pada umumnya didefinisikan
dari segi usia orang.
Dan dari ulang tahun terakhir sebelum tanggal sensus.

Rumah tangga
Sekelompok orang yang biasanya tinggal dan makan bersama. Orang-orang ini
mungkin atau mungkin tidak biologis berkaitan dengan masing-masing
kelompok keluarga.
dan membuat ketentuan umum untuk makanan dan kebutuhan lainnya untuk
hidup.
Kepala Rumah Tangga
Hal ini mengacu pada orang yang membuat-hari hari keputusan tentang
menjalankan rumah tangga dan juga dianggap tanggung jawab bersama dalam
suatu keluarga.
seperti itulah yang dilakukan oleh semua anggota rumah tangga.

Komposisi Penduduk
Bagian ini menyediakan beberapa informasi mengenai komposisi penduduk
dalam hal usia, jenis kelamin, usia
ketergantungan, rumah tangga kepemimpinan, status perkawinan, etnis,
kewarganegaraan dan karakteristik ekonomi.
Komposisi Umur dan Jenis Kelamin
Analisis fenomena penduduk yang paling sulit dipahami tanpa
memperhatikan usia dan
seks struktur dari masyarakat tertentu. Umumnya, 'tabulasi pada usia dan jenis
kelamin sangat penting dalam perhitungan dasar
langkah-langkah berkaitan dengan faktor perubahan populasi dan dalam studi
ketergantungan ekonomi.
penting untuk identifikasi dan pemeriksaan berbagai kelompok populasi
fungsional, seperti bayi, anak-anak,
pemuda, orang tua, ibu dan perempuan di usia melahirkan anak, serta untuk
analisis demografis dan aktuaria lain.
(PBB: 1995:1). Selanjutnya, struktur umur penduduk adalah penting mengingat
bahwa hubungan sosial dalam
masyarakat sangat dipengaruhi oleh jumlah relatif pada usia masing-masing.
Dan jenis kelamin struktur umur penduduk diilustrasikan secara proporsional
dengan cara piramida penduduk tahun 1990
dan 2000 pada Gambar 3.3a dan 3.3b Penduduk piramida yang berguna dalam
menggambarkan populasi berdasarkan usia dan jenis kelamin
pictorially. Fitur penting lainnya piramida populasi kekuatan mereka dalam
menggambarkan apakah suatu populasi
'Muda' atau 'Old'. Populasi terus disebut sebagai Young mengingat bahwa terus
menanggung tinggi
proporsi orang di bawah usia 15 tahun. Dasar yang luas dari piramida adalah
ilustrasi dari fitur ini. Dalam
istilah perbandingan, piramida penduduk tahun 2000 memiliki gambaran
smoothened sepanjang usia 10-14 dan
pertengahan tahun 20-an, yang dinyatakan memiliki penampilan bergelombang
pada tahun 1990. Sebagai perbandingan, ini menandakan populasi
kesenjangan dari usia 8 sampai 23. Kesenjangan ini populasi dapat dikaitkan
dengan kematian meningkat, mengingat
melanda dampak HIV / AIDS digabungkan dengan kemungkinan situasi
ekonomi menurun dalam negeri,
khususnya dalam dekade terakhir. Mendukung kemungkinan peristiwa ini juga
adalah bukti bahwa kesuburan telah di sama
periode menurun (bab lihat di Fertilitas).
Kepemimpinan Rumah Tangga
Rumah Tangga kepemimpinan dengan berbagai karakteristik menunjukkan
bahwa pada tingkat nasional, salah satu
di lima rumah tangga yang dikepalai perempuan. Dengan jumlah penduduk
pedesaan dominan di, tidak mengherankan bahwa ada
hampir dua kali lebih banyak kepala rumah tangga di pedesaan (1.241.534)
dibandingkan daerah perkotaan (643.207). Perbedaan
kepala rumah tangga berdasarkan jenis kelamin sangat penting karena sering
dikaitkan dengan aspek kesejahteraan rumah tangga. Misalnya,
-Rumah tangga yang dikepalai perempuan biasanya lebih miskin dari kepala
rumah tangga laki-laki (CSO, 1998).
Kedudukan perkawinan
Pengelompokan status perkawinan pada 2000 Sensus termasuk menikah,
berpisah, bercerai, janda, tidak pernah menikah
dan co-habiting yang tidak tersedia pada tahun 1990 Sensus. Usia
muda kelompok umur 15-19 tahun tidak pernah menikah. Namun, seperempat
dari perempuan (24,9 persen) dibandingkan dengan 3
persen laki-laki sudah menikah.

Karakteristik Ekonomi
Data karakteristik ekonomi dari jumlah penduduk dikumpulkan selama
2000 Sensus. Ekonomi
karakteristik status yang berkaitan dengan partisipasi angkatan kerja, kerja dan
pengangguran kerja,,
pekerjaan, industri dan pencapaian pendidikan yang dibahas secara rinci dalam
Bab Enam laporan ini. Bagian ini terutama
menyajikan ringkasan karakteristik ekonomi .

Umur Median ( Median Age )


Ini adalah umur yang memebagi penduduk menjadi dua bagian dengan
jumlah yang sama, yaitu bagian pertama lebih mudah dan bagian kedua lebih
tua ari pada umur median. Kegunaan dari umur median adalah untuk mengukur
tingkat pemusatan penduduk pada kelompok –kelompok umur tertentu.
Piramida Penduduk
Piramida penduduk adalah dua buah diagram batang,
pada satu sisi menunjukkan jumlah penduduk laki-laki dan
pada sisi lainnya menunjukkan jumlah penduduk perempuan
dalam kelompok interval usia penduduk lima tahunan.
Penduduk laki-laki biasanya digambarkan di sebelah kiri dan
penduduk wanita di sebelah kanan. Grafik dapat menunjukkan
jumlah penduduk atau prosentase jumlah penduduk terhadap
jumlah penduduk total.
Dengan mengamati bentuk piramida penduduk (serta bentuk
piramida penduduk dari waktu ke waktu), banyak informasi
yang didapat mengenai struktur kependudukan sebuah
wilayah.
Distribusi piramida penduduk yang berbentuk segitiga
(dengan alas di bawah dan lancip di atas) dapat disebut
distribusi eksponensial. Distribusi ini menunjukkan banyaknya
penduduk anak-anak, namun kemiringan yang tajam juga
menunjukkan banyaknya penduduk yang mati antara kelas
interval usia. Piramida tersebut menunjukkan tingginya angka
kelahiran, tingginya angka kematian, serta angka harapan
hidup yang rendah. Piramida penduduk dengan distribusi
seperti ini umumnya dijumpai di negara miskin karena
kurangnya akses dan insentif untuk mengendalikan jumlah
penduduk (keluarga berencana), faktor-faktor lingkungan yang
rendah (seperti ketiadaan air bersih) serta sulitnya akses
terhadap layanan kesehatan.
Contoh
Gambar Piramida Penduduk Indonesia, SP 2000 (data
dirapikan)

Interpretasi
Gambar piramida penduduk Indonesia tahun 2000
sebagaimana tertera di atas menunjukkan bahwa jumlah
penduduk yang berada pada kelompok umur dibawah 9 tahun
sudah mulai berkurang karena penurunan jumlah kelahiran
selama 10 tahun yang lalu. Kecuali usia 10-14 tahun, jumlah
penduduk diatas 9 tahun menunjukkan jumlah yang
membengkak pada badan priamida penduduk. Ini menunjukkan
besarnya penduduk yang mencapai usia kerja.
Konsep

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara


grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk.
Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur
umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan
jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri
dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan
penduduk perempuan menurut umur.

Kegunaan
Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan
dalam tiap kelompok umur pada piramida tersebut, dapat
diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan
penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk
masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini
merupakan hasil kelahiran, kematian dan migrasi masa lalu.
Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan
perkembangan penduduk di masa yang akan datang.

Indonesia telah mengalami perubahan bentuk piramida yang


disebabkan oleh penurunan kelahiran dan penurunan kematian
bayi beberapa dekade yang lalu. Dalam hal ini dapat
diidentifikasi 3 macam bentuk piramida penduduk secara
umum, yaitu:

<!--[if !supportLists]-->1. Piramida penduduk yang


mempunyai dasar lebar menunjukkan terjadinya kelahiran
yang tinggi diwaktu-waktu yang lalu. <!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->2. Piramida penduduk yang


berbentuk kerucut menunjukkan kelahiran besar di waktu
yang lalu tetapi kematian bayi yang tinggi menyebabkan
proporsi penduduk yang dapat hidup terus keusia dewasa
dan menjadi tua lebih sedkit. <!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->3. Piramida penduduk dengan


badan gemuk dan dasar yang sama atau lebih kecil dan
dengan ujung atas yang membesar menunjukkan bahwa
beberapa waktu yang lalu telah terjadi jumlah kelahiran
yang cukup besar, tetapi tingkat kematian bayi menurun
sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai
usia dewasa lebih banyak dari jumlah sebelumnya. <!--
[endif]-->

Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas


kita mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya
terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan dasar penduduk (baik
balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lanjut usia
usia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta
membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja
yang harus diciptakan.

Faktor yang mempengaruhi bentuk piramida


penduduk

Pada dasarnya, piramida penduduk adalah refleksi struktur


umur penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

Fertilitas
Faktor fertilitas tercermin pada jumlah kelahiran, jika
jumlah kelahiran meningkat, maka dasar piramida penduduk
meningkat menjadi lebih lebar dibandingkan dasar piramida
tahun-tahun sebelumnya.Sdebaliknya, akan terjadi dasar
piramida yang lebih pendek jika jumlah kelahiuran menurun.

Mortalitas

Fartor ini tercer min dari perubahan angka kematian


menurut umur atau perubahan tingkat kematian bayi. Jika
pada waktu yang lalu jumlah kematian maka akan terjadi
penciutan angka piramida diatas kelompok umur 0-4 tahun dan
kemiringan piramida akan semakin curam dibandingkan
dengan kemiringan
Piramida tahun-tahun sebelumnya.
Migrasi

Migrasi penduduk meliputi migrasi masuk dan keluar.

Ciri penduduk menurut bentuk piramida penduduk

• Exspensif
• Constriktive
• Stationary

Untuk lebih jelasnya liat di internet , berbagai mcam bentuk


piramida di Indonesia.

DISTRIBUSI PENDUDUK

Persebaran penduduk secara geografis

Secara global, persebaran penduduk di dunia menurut geografisnya tiak


merata. Di Indonesia persebaran penduduk menurut geografis juga tidak merata.
Dalam waktu tiga dekade terahir, terlihat adanya gejala pengurangan persentase
Penduduk yang bertempat tinggal dipulau Jawa.
Distribusipopulasi
Penduduk distribusi berarti pola di mana orang
hidup.penyebaran penduduk tidak merata Dunia. Tempat
yangjarang penduduknya berisi beberapa orang. Tempat
yangpadat penduduknya berisi banyak orang. jarang dihuni
tempat cenderung tempat sulit untuk hidup. Ini biasanya
tempat dengan lingkungan yang bermusuhan misalnya
Antartika. Tempat yang padat penduduk yang dihuni
lingkungan misalnya Eropa.
KepadatanPenduduk
Kepadatan penduduk adalah pengukuran jumlah orang di
suatu daerah. Ini adalah jumlah rata-rata. Kepadatan penduduk
dihitung dengan membagi jumlah penduduk berdasarkan
wilayah. Kepadatan Penduduk biasanya ditunjukkan sebagai
jumlah orang per kilometer persegi. Peta di bawah ini adalah
peta (shading) choropleth dan menggambarkan kepadatan
penduduk. Lebih gelap warna semakin besar kepadatan
penduduk.
Sumber: Pusat Universitas Columbia untuk Jaringan Informasi
Ilmu Bumi Internasional
Page
URL: http://sedac.ciesin.columbia.edu/plue/gpw/index.html?
main.html&2

Peta di atas menunjukkan bahwa dunia penyebaran


penduduk tidak merata. Beberapa daerah memiliki kepadatan
penduduk tinggi sementara yang lain memiliki kepadatan
populasi rendah. Daerah kepadatan penduduk yang tinggi
cenderung terletak antara 20 ° dan 60 ° N. Kawasan ini berisi
luas tanah yang besar dan iklim iklim yang relatif.
Persebaran penduduk berdasarkan administrasi pemerintahan

Di Indonesia, negara adalah jenjang administrasi pemerintah yang tertinggi


Menurut UU No.22 tahun 1999, bab 111 pasal 2, tentang pembagain daerah
. Yaitu daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang bersifat
otonom.
Berbeda dengan provinsi laenya, DKI jakarta meliputi lima wilayah
administratif setingkat kota, yaitu Jakarta Serlatan, Jakara Timur, Jakarta pusat,
Jakarta Barat, Dan jakarta Utara. Persebaran penduduk dapat dikategori
menurut tempat tinggal yaitu perkotaan, dan pedesan. Di Indonesia, menurut
UU No, 22 tahun 1999, tentang pemerintahan daerah,Bab I pasal 1, dijelaskan
hal-hal berkut :

1. Kawawsan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama


pertanian termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa perintah, pelayanan
sosial dan kegiatan ekonomi.
2. Kawasan perkkotaan adalah kawwasan yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian,dengan susunan fungsi kawwasan sebagai tempat
pemukinan perkotaan pemusatan, dan distribusi pelayanan jasa
pemerintah, pelayanan sosial serta kegiatan ekonomi.

PERSEBARAN PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN

Perintah sudah menetapkan kebijakan pemerintah tntang pengarahan


mobilitas atau penyebaran untuk mencapai persebaran penduduk yang optimal,
didasarkan pada keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung
adalah kemamapuan lingkungan.alam beserta segenap unsur dan sumbernya
untuk menjunjung prikehidupan manusia serta mahkluk lain secara
berkelanjutan. Konsep daya dukung alam dan daya tampung lingkungan buatan
pada dasarnya mengacu pada kemamapuan lingkungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Keduanya ini sifatnya sangat mutlak dan kompleks
dsan sangat bergantung pada kegiatan serta sifat fisik dan biologis. Dari ruang
yang bersangkutan sebagai inplikasinya ditentuan stndar umum antara lain :

1. Kepadatan bangunan. Standar ini ditentukan untuk mengatur daya


dukung dan daya tampung untuk permukinan.
2. Pelayanan prasarana dan pemanfaatan ruang yang dilakuakan secara
terencana untuk efesiensi pemanfaatan ruang.

Dalam penyusunan rencana tata ruang digunakan prinsip kemanfaatn,


keseimbangan, dan daya btmpung lingkungan. Prinsip ini dituangkan dalam
kriteria dan pola pengelolaan untuk kawasan lingkungan dalalm bentuk-bentuk
kawasan lindung meliputi :

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya.


2. Kawasan perlindungan setempat.
3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, serta cagar alam.
4. Kawasan rawan bencana.
BAB 3
SUMBER – SUMBER DAN EVALUASI
A. Pendahuluan
Pada tulisan ini akan diauraikan secara singkat berbagai sumber data kependudukan.
Pembahasan akan dipusatkan pada tiga sumber utama, yaitu sensus, registrasi dan sampel
survey. Kemudian ketiga sumber data ini dibandingkan satu dengan yang lainnya, dan akan
dilihat kelebihan dan kekurangan masing-masing sumber data tersebut. Selanjutnya juga akan
dibahas faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengumpulan data
dalam arti, data yang dikumpulkan mempunyai kesalahan kecil mungkin. Jadi akan dilihat
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi sensus, registrasi dan survey. Kemudian
akan dibahas secara ringkas bagaimana sensus, registrasi da survey di Indonesia.
Setelah membahas sumber-sumber data tersebut, akan dibahas keadaan data itu sendiri,
apakan data itu baik atau tidak. Dengan kata lain dilakukan evaluasi atau penilaian atas data.
Dengan mengetahui sumber-sumber data beserta segala persoalan disekitar pengumpulan
data itu, serta mengetahui bagaimana cara menilai tingkat ketelitian data, maka pemakai data
akan lebih mengenal dengan baik kualitas data yang digunakan sehingga dimana perlu
pemakai data dapat melakukan penyesuaian, baik penyesuaian atas data itu sendiri ataupun
penyesuaian atas kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan. Hal ini tidak saja penting bagi
para ahli yang melakukan analisis ilmiah, tapi juga berguna bagi para pembuat keputusan dan
para pejabat pemerintah ataupun swasta yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan
masalah penduduk.
Sudah barang tentu tulisan yang singkat ini hanya memuat garis-garis besarnya saja, tapi
diusahakan selengkap mungkin mencakup segi-segi yang perlu diketahui lebih dalam,
tentunya dapat mengikutinya pada buku-buku teks dibidang kependudukan dan demografi
yang ada.
B. Sumber Data Penduduk
Secara umum, segala terbitan resmi oleh badan-badan resmi, baik berbentuk angka, grafik
maupun gambar, adalah sumber data. Disamping itu, catatan-catatan badan-badan pemerintah
maupun nonpemerintah yang tidak diterbitkan, dapat pula disebut sebagai sumber data.
Data tersebut bisa tersedia dalam bentuk catatan asli (seperti laporan sensus, survey,
catatan di kantor-kantor pemerintah, dan lain-lain serta bisa pula terbitan resmi yang telah
diolah dan disajikan secara sistematik. Sehubungan dengan ini, dikenal pula istilah sumber
primer dan sumber sekunder. Yang dimaksud dengan sumber primer adalah segala catatan-
catatan asli sebagaimana disebut diatas. Dalam hal ini, table-tabel penduduk yang diterbitkan
oleh biro pusat statistic ( seperti seri C, E, dan sebagainya ), termasuk sumber primer.
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber sekunder adalah data yang telah diolah dan
disajikan baik dalam buku teks, laporan penelitian, karya tulis, terbitan-terbitan berkala atau
buku tahunan. Antara lain bisa disebutkan disini ‘statistical pocketbook’ (BPS), Demographic
Yearbook (UN), Statistical Yearbook (UN) dan lain sebagainya.
Dalam proses pengumpulan data, maka sumber data penduduk dapat dikelompokkan atas
tiga pengelompokan besar yaitu :
• Sensus
• Survey (Sampel)
• Registrasi
Disamping tiga sumber ini, ada pula sumber-sumber lain yang tak dapat dimasukkan pada
salah satu macam sumber di atas karena data yang ada bukanlah ditujukan untuk
mengumpulkan data penduduk, melainkan untuk kepantingan lain. Dapat disebutkan
misalnya catatan mengenai anak-anak sekolah, catatan pemilik kendaraan di kantor polisi,
catatan jumlah pemilih pada lembaga pemilihan umum, dan lain sebagainya.
C. Sensus
Pada dasarnya sensus penduduk bertujuan menghitung jumlah orang atau penduduk suatu
Negara. Berbagai definisi dan batasan diberikan pada apa yang dimaksud dengan sensus,
sejak sensus itu dikenal pada zaman dulu sampai sekarang ini. Sensus sebagai yang dikenal
sekarang ini, yakni dalam zaman modern ini, agaknya dapat digambarkan melalui definisi
yang digunakan oleh PBB dalam dokumennya yang berjudul Principles and recomandation
for national population census – statistical papers, series M, No. 7, 1958 dimana disebutkan :
“ Sensus penduduk adalah keseluruhan proses pengumpulan (collecting), menghimpun
dan menyususn (compiling) dan menerbitkan data-data demografi, ekonomi dan sosial yang
menyangkut semua orang pada waktu tertentu disuatu Negara atau suatu daerah tertentu “
Melihat definisi di atas, ada beberapa ketentuan yang membedakan sensus dari kegiatan
pengumpulan data yang lain. Ada karakteristik tertentu yang harus dipenuhi.
• Pertama, semua orang. Artinya semua orang atau penduduk (yang hidup) dalam
wilayah yang tercaach haruslah tercakup.
• Kedua, waktu tertentu. Artinya, sensus haruslah dilaksanakan pada saat tertentu yang
telah ditentkan dan harus dilaksanakan secara serentak.
• Ketiga, suatu wilayah tertentu. Artinya ruang lingkup sensus haruslah meliputi batas
wilayah tertentu. Misalnya, Sensus Penduduk Indonesia artinya harus mencakup
seluruh wilayah Indonesia yang batas-batasnya adalah batas Negara Indonesia.
Disamping ketiga hal tersebut diatas, perlu pula ditambahkan bahwa unit cacah pada
sensus adalah perorangan dan bukan keluarga atau rumah tangga, sensus dilaksanakan secara
berkala, dan akhirnya, sensus barulah dikatakan selesai bila keterangan-keterangan yang
dikumpulkan sudah diterbitkan.
Hal yang perlu diperhatikan kemudian adalah apa saja keterangan-keterangan yang
dikumpulkan. Dalam definisi disebutkan bahwa keterangan yang dikumpulkan adalah
mengenai demografi, ekonomi dan sosial. Secara lebih terinci keterangan-keterangan apa
yang dikumpulkan tergantung pada kebutuhan dan kepentingan Negara, keadaan keuangan
dan kemampuan teknis pelaksanaannya, serta kesepakatan internasional yang bertujuan
supaya mudah membandingkan hasil sensus antara Negara yang satu dengan Negara yang
lain.
C. Survei
Dimaksudkan dengan survey disini adalah survey yang cakupannya nasional (seperti
halnya sensus). Dalam hal tahapan kerja dan keterangan apa yang dikumpulkan, pada
dasarnya survey tidak berbeda dengan sensus. Hal yang membedakan survey dengan sensus
yang terpenting adalah cakupan penduduk yang dicacah. Bila sensus mencacah seluruh
penduduk, maka survey hanya mencacah sebagian penduduk saja. Jadi hanya diambil sampel.
Hal lain yang membedakan survey dengan sensus adalah fleksibilitas. Survey bisa
diadakan kapan saja. Tidak hanya memenuhi persyaratan periodik seperti halnya sensus.
Dalam hal materi yang dikumpulkan, survey bisa berganti-ganti topik atau dapat diberi
penekanan pada aspek-aspek tertentu sesusai dengan kebutuhan.
Disamping perbedaan-perbedaan tersebut diatas, survey dan sensus sesungguhnya
merupakan kegiatan yang paling mengisi atau lebih tepat bila dikatakan bahwa survey bisa
berfungsi sebagai pelengkap sensus. Misalnya, sesudah sensus bisa diadakan survey untuk
memeriksa atau mencetak hasil sensus itu sendiri. Atau survey bisa diadakan sebelum sensus
dan hasil survei tersebut bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan (input) bagi sensus yang
akan dilaksanakan.
Kita tahu bahwa sensus biasanya diadakan sepuluh tahun sekali. Dengan demikian sensus
hanya dapat menggambarkan perubahan yang terjadi selama sepuluh tahun. Bila ingin
melihat perubahan yang terjadi dalam waktu yang lebih singkat, misalnya 4 atau 5 tahun,
maka dengan survey hal ini bisa diperoleh. Untuk inilah mengapa antara lain diadakan
intercensal survey (survey antar sensus) dalam hal ini perlu diingat bahwa memang agaknya
lebih menguntungkan mengadakan survey antara dua sensus yang dilaksanakan sepuluh
tahun sekali daripada melaksanakan sensus lima tahun sekali, mengingat biaya sensus jauh
lebih besar daripada biaya survey.
Akhirnya, perlu diingat bahwa survey bisa terjadi kesalahan karena mengambil sampel
(sampling error).
E. Registrasi Pencatatan
Registrasi merupakan kumpulan keterangan mengenai terjadinya peristiwa-peristiwa lahir
dan mati serta segala kejadian penting yang merubah status sipil seseorang sejak dia lahir
sampai mati. Kejadian-kejadian yang diaksud adalah perkawinan, perceraian, pengangkatan
anak (adopsi) dan perpindahan (migrasi). Karena mencatat peristiwa-peristiwa penting yang
berhubungan kehidupan, maka disebut juga registrasi vital dan hasilnya disebut statistic vital.
Karena yang dicatat adalah kejadian (lahir, mati, kawin, dan sebagainya), maka registrasi
berlangsung terus menerus mengikuti kejadian. Karena itu statistic vital sesungguhnya
memberikan gambaran mengenai perubahan yang terus-menerus. Jadi berlainan dengan
sensus atau servei yang menggambarkan karakteristik penduduk pada suatu saat (moment)
saja.
Registrasi ini, karena mencatat-macam peristiwa, dilakukan oleh badan-badan yang
berbeda-beda. Di Indonesia, kelahiran dicatat oleh kantor pencatat sipil dan kantor kelurahan.
Perkawinan dan perceraian dicatat oleh Departemen Agama dan kantor pencatatan sipil.
Migrasi dicatat oleh Departemen Kehakiman. Kematian dicatat oleh departemen kesehatan.
Hal yang agaknya perlu dicatat mengenai registrasi ini adalah bahwa disini penduduklah
yang melaporkan kepada badan yang berwenang mencatat. Jadi berlainan dengan sensus atau
survey dimana pada sensus atau survey ini justru penduduk didatangi untuk diminta
keterangan.
F. Sensus Di Indonesia
Sampai saat ini telah dilaksanakan empat kali sensus penduduk. Yang pertama kali
diadakan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1930 (Volkstelling 1930).
Sensus berikutnya baru diadakan kembali sesudah Indonesia merdeka yaitu pada tahun 1961,
tahun 1971 dan terakhir pada tahun 1980. Semuanya dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik,
suatu badan pemerintah nondepartemen.
Sesuai dengan perkembangan keadaan dan kemampuan, maka sensus 1961 memang
masih terasa sekali kekurangannya. Hal ini mudah terlihat bila dibandingkan dengan hasil
sensus penduduk 1971.
G. Suvey Di Indonesia
Berbagai survey telah diadakan sejak Indonesia merdeka. Yang terpenting adalah survey
yang diadakan setelah sensus penduduk 1961 yaitu apa yang dinamakan Survei Sosial
Ekonomi (Susenas) yang dilaksanakan secara bertahap (3 tahap) mulai tahun 1963 sampai
1967. Susenas ini dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik.
Survey berikutnya yang penting adalah Survei Penduduk Antar Sensus 1976 (Supas) yang
terbagi atas Supas I, Supas II, dan Supas III. Masing-masing mempunyai cakupan dan topic
yang berbeda. Misalnya, Supas III adalah survey fertilitas yang merupakan bagian dari World
Fertility Survei dan hanya dilaksanakan di Jawa, dan Bali. Supas ini juga dilaksanakan oleh
BPS.
Survey lain yang juga penting adalah Survei Fertilitas – Mortalitas 1972 (FM survey)
yang dilaksanakan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
bekerja sama dengan berbagai universitas diseluruh Indonesia.
H. Registrasi Di Indonesia
Registrasi mulai dikenal ketika Reffles menjadi Gubernur Jenderal dan ia menerapkan apa
yang disebut registrasi desa di Jawa dan Madura. Kemudan dilanjutkan oleh Pemerintah
Hindia Belanda. Pada waktu itu, dilakukan rasialisme, yaitu diadakan perbedaan peraturan
untuk bangsa Eropa, pribumi dan bangsa timur asing lainnya (Arab, Cina, dan lain-lain).
Sampai saat ini masalah registrasi yang utama adalah cakupan dan ketelitian. Masih
banyak kejadian-kejadian vital yang tak tercatat, sedangkan yang tercatat, diperkirakan
banyak yang tercatat dengan tidak tepat.
I. Mengapa Data Perlu Dievaluasi
Yang dimaksud dengan evaluasi adalah kegiatan melakukan penilaian atas data. Adapun
yang dinilai adalah samapai seberapa jauh suatu data dapat dipercaya (tingkat realibilitasnya)
kebenarannya.
Mengapa perlu mengevaluasi data? Karena diduga bahwa bagaimanapun juga data itu tak
terlepas dari kesalahan-kesalahan apa yang terdapat dan sampai berapa jauh data itu
menyimpang dari yang seharusnya adalah hal yang penting bagi pemakai data. Pemakai data
tentunya menuntut suatu ketelitian tertentu pada data yang akan digunakan dan untuk itu,
sebelum menggunakan data ia perlu menilai lebih dulu untuk kemudian bisa menetapkan
sampai seberapa jauh ia bisa memberikan kepercayaan atas data tersebut.
Misalnya data akan digunakan untuk membuat proyeksi penduduk. Bila telah diketahui
adanya penyimpangan atau eror pada data yang digunakan, pemakai kemudian dapat
mempertimbangkan sejauh mana hasil proyeksi yang dibuatnya masih dapat dipercaya,
berdasarkan pada tingkat kesalahan data yang sudah diketahui tersebut. Atau kalau pemakai
merasa bahwa terlalu banyak kesalahan yang terdapat pada data, ia bisa memutuskan untuk
mengadakan penyesuaian data terlebih dulu. Sebagai contoh, ia dapat menghaluskan atau
melicinkan (smoothing) data tersebut lebih dulu dan baru kemudian menggunakannya.
J. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ketelitian Data
Pada dasarnya ketelitian data ditentukan oleh factor yang berhubungan dengan kegiatan
pengumpulan data itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :
• Partisipasi dan kerja sama masyarakat.
Partisipasi dan kerja sama yang dimaksud adalah kesediaan masyarakat member
keterangan dan jawaban yang benar kepada petugas-petugas sensus, survey atau
registrasi dan tidak mempersulitnya.
• Masalah Geografi
Apakah ada tempat-tempat yang sulit dicapai sehingga ada kemungkinan suatu daerah
tidak tercakup, padahal seharusnya daerah itu tercakup.
• Apakah tenaga pencacah baik atau tidak.
• Apakah pelaksanaan di lapangan bisa dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
ketentuan-ketentuan yang telah dibuat, dan apakah peralatan-peralatan yang
diperlukan tersedia dengan baik.
E. Kesalahan Umum Data Penduduk
Kesalahan data yang akan dibahas disini hanyalah kesalahan yang berkaitan dengan
kepentingan analisis demografi, yaitu kesalahan data umur, dan juga kesalahan data jenis
kelamin.
Untuk menemukan apakah terdapat kesalahan pelaporan jenis kelamin, maka digunakan
peralatan sex ratio. Caranya adalah dengan membandingkan sex ratio berbagai kelompok
umur yang berbeda atau membandingkan sex ratio berbagai daerah berbeda-beda. Kemudian,
dilihat konsistensi sex ratio kelompok umur yang satu dengan kelompok umur yang lainnya,
atau konsistensi antara sex ratio daerah satu dengan daerah lainnya. Dikatakan konsisten
apabila tidak terdapat perbedaan-perbedaan mencolok.
Untuk dapat melihat apakah terdapat kesalahan pelaporan umur, amatlah mudah. Cara
termudah adalah dengan mengamati grafik penduduk yang disebut piramidapenduduk yang
disusun atas dasar umur tunggal. Bila umur dilaporkan dengan baik, maka pyramid akan
berbentuk halus dan licin dalam arti tidak terdapat penonjolan-penonjolan pada tubuh
pyramid tersebut (heaping). Disamping itu jumlah penduduk pada usia yang lebih muda
selalu lebih banyak dari pada jumlah penduduk pada usia yang lebih tua, dan ini bisa
diketahui dari panjangnya grafik atau “balok-balok” yang membentuk piramida penduduk
tersebut, makin keatas makin pendek.
Kemudian samapai sejauh mana pelaporan itu kurang baik, dapat diukur dengan
menggunakan indeks-indeks. Antara lain indeks umur tunggal, indeks Whipple, indeks
meyer. Indeks-indeks ini untuk mengukur ketelitian data penduduk yang disusun dengan
umur tunggal. Bila data tersaji dalam bentuk yang telah dikelompokkan (misalnya lima
tahun), maka ketelitian dapat diukur dengan indeks UN.
Bila data penduduk telah diukur dengan indeks-indeks diatas, maka mudah pula bagi
pemakai untuk membandingkan ketelitian data yang satu dengan ketelitian data yang lainnya.
Misalnya, antara Provinsi A dan Provinsi B.
Kesalahan data umur ini penyebabnya secara umum dapat dibagi dua. Pertama, terjadi
perbedaan kelengkapan pencatatan penduduk antara kelompok umur yang berbeda, dan
kedua, karena adanya mis-ststment dari pada mereka yang tercacah. Yang dimaksud dengan
yang pertama, misalnya penduduk umur 15 tercatat dengan lengkap, sedangkan penduduk
umur 14 atau 16 tidak tercatat lengkap. Yang dimaksud dengan yang kedua adalah kesalahan
pencatat yang bisa disebabkan oleh ketidak tahuan responden akan umurnya sendiri, atau
pencatatan yang salah oleh petugas, atau karena tidak dimengertinya pertanyaan pada
kousioner.
Factor ketidaktahuan menyebabkan seseorang ‘mengarang’ umurnya sendiri, atau
membuat kira-kira. Dalam membuat kira-kira ini, terdapat kecendrungan mengadakan
pembulatan umur kebilangan yang mudah. Yang dimaksud dengan bilangan yang mudah
adalah angka 0 dan angka 5, karena itu ada kecendrungan membulatkan umur kebialangan-
bilangan yang berakhir dengan angka 0 dan 5 seperti 25, 30, 35, 40, 45, 59, dan seterusnya,
karena adanya gejala seperti ini, dikatakan ada digit preference (kesukaan pada digit atau
angka tertentu).
Factor kesengajaan agak sulit diterangkan. Seseorang yang tahu dengan tepat umurnya
yang sebenarnya, bisa saja sengaja melaporkan dengan salah. Alasannya tentu bermacam-
macam. Kearah atau keangka mana ia akan melaporkan umurnya tidak bisa diduga. Namun
demikian, melihat kenyataan betapa umur-umur yang berangka akhir 0 dan 5 selalu memiliki
jumlah yang besar, ada kemungkinan bahwa mereka yang sengaja melaporkan umurnya
dengan salah ini melapor keangka-angka yang berakhiran dengan 0 atau 5.
F. Penghalusan (Smoothing) Data Umur
Setelah diketahui adanya penyimpangan- penyimpangan pada data umur yang tampak
dalam bentuk piramida penduduk yang tidak halus (penuh dengan tonjolan-tonjolan),
tentunya pemakai data memakai data tersebut dengan demikian saja akan menghasilkan
sesuatu yang juga akan menyimpang dari yang seharusnya. Oleh sebab itu sebelum dipakai
sebaiknya data itu dihaluskan lebih dulu. Ada berbagai cara menghaluskan (smoothing) data
umur ini. Tapi hal ini tidak akan dibahas disini.
BAB 4
FERTILITAS (KELAHIRAN)
A. Pendahuluan
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seorang wanita aau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya
bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya merupakan potensi fisik untuk melahirkan
anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.
Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang linkupnya. Fertilitas
mencakup pernan kelahiran pada perubaha penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia
B. Konsep-konsep
• Lahir hidup (live birht); menurut UN dan WHO, adalah seuatu kelahiran bayi tanpa
memperhitungkan lamanya didalam kandungan, dimana si-bayi menunjukkan tanda-
tanda kehidupan, misal: bernafas, ada denyut jantungnya atau denyut tali pusar atau
gerakan-gerakan otot.
• Lahir Mati (still Birhtt); kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling
sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan
• Abortus; kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28
minggu. ada 2 macam abortus, disengaja (induced) dan tidak di sengaja (spontaneos).
Induced Abrtion dapat:
○ berdasarkan alasan medis, misalnya; karena mempunyai penyakit jantung
yang berat sehingga membahayakan jiwa si ibu.
○ Tidak berdasarkan alasan medis
• Masa Reproduksi (Childbearing age)
Masa dimana wanita mampu melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-49 tahun)
A. Sumber Data
1) Registrasi
Data yang tersedia : statistik kelahiran (Birth statistic)
Kelemahan-kelemahannya:
• Ketepatan definisi yang dipakai dan aplikasinya
• Kelengkapan ( Completeness) registrasi
• Ketepatan alokasi tempat
• Ketepatan alokasi waktu
Ketepatan pengelompokan kelahiran berdasarkan karakteristik ekonomi /demografi
Untuk negara maju, kelemahan-kelemahan a, b dan d sebagian besar sudah teratasi.
Sedangkan dinegara yang sedang berkembang ke-5 macam kelemahan tersebut masih terasa.
Yang paling menonjol adalah kelemahan b. yaitu kelemahan registrasi.
Hal ini disebabkan:
• Penduduk (baik yang mempunyai anak maupun petugas registrasi) tidak menyadari
pentingnya registrasi kelahiran
• Penduduk tidak mengerti bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:
tanggal kelahiran anaknya, umur ibunya dan sebagainya
1) Sensus
Data yang tersedia :
a. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
b. Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup
c. Jumlah anak yang dilahirkan dalam suatu periode yang lalu (misal: 1 thun yang lalu)
d. Data penduduk yang berhubungan dengan variabel fertilitas ( misalnnya penduduk
usia kawin)
Kelemahan-kelemahannya:
a. Keterangan jumlah anak yang pernah dilahirkan sangat tergantung pada daya ingat
dari si ibu. Semakin tua umur ibu semakin besar kemungkinan melupakan jumlah
anak yang pernah dilahirkan. Hal ini disebabkan anaknya mungkin sudah menikah
meninggal atau tinggal bersama dengan salah satu keluarganya di tempat yang lain.
b. Keterangan mengenai banyaknya yang lahir setahun yang lalu tergantung pada
ketepatan dalam memperkirakan jangka waktu satu tahun sebelum sensus. Perkiraan
jangka waktu ini bisa terlalu panjang atau sebaliknya terlalu pendek
c. Keterangan keterangan penduduk yang dikaitkan dengan variabel fertilitas juga
menganggung kesalahan pelaporan umur oleh penduduk dan biasanya sering terjadi
oleh negara yang sedang berkembang
1) Survei
Data yang tersedia:
Sama dengan data yang tersedia dari sensus, dari a sampai dengan d.
e. keterangan tambahan mengenai fertilitas yang terinci misal:
• Riwayat kelhairan (birth hsitory/pregnancy history) mulai dari anak pertama
hingga anak terakhir
• Status kehamilan (pragnancy status)
• Kelemahan-kelemahan yang di temui sensus juga berlaku didalam survei karena
kedua jenis sumber data tersebut berdasarkan informasi mengenai kejadian
kelahiran (bird event) yang sudah lampau
Data fertilitas yang bersifat nasional:
• Sensus penduduk 1961, BPS
• Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahap III, 1967, BP
• Sensus penduduk 1971, BPS
• Survey fertilitas dan mortalitas indonesia 1973, LD FEUI
• Supas (Survey Penduduk antar sensus) tahap II dan III 1976, BPS
• Susenas 1979, BPS
• Sensus penduduk 1980, BPS
Persoalan-persoalan dalam pengukuran fertilitas :
Seperti halnya angka mortalitas, anggka fertilitas pun diukur berdasarkan pembagian
jumlah kejadian (events) dengan penduduk yang menanggung resiko melahirkan (esposed to
risk) walaupun demikian ada beberapa persoalan yang di hadapi dalam hal pengukuran
fertilitas yang tidak dijumpai dalam pengukuran mortalitas.

a. Suatu angka (rate) menunjukkan ukuran untuk suatu jangka waktu. Angaka fertilitas
menunjukkan dua pilihan jangka waktu. Pertama untuk jangka waktu pendek,
biasanya 1 tahun. Sendangkan pilihan kedua adalah jumlah kelahiran selama masa
reproduksi
b. Suatu kelahiran melibatkan kedua orang tuanya, sehingga memungkinkan timbulnya
keinginan untuk mengatur fertilitas berdasarkan sifat-sifat itu ayah atau kedua orang
tuanya. Namun informasi yang dikumpulkan , biasanya hanya yang berhubungan
dengan si ibu, sehingga dengan sendirinya pengukuran fertilitas hanya berdasarkan
sifat-sifat ibu saja. Walaupun demikian cara yang dipakai untuk pengukuran fertilitas
terhadap wanita seperti yang telah disebutkan, sebenarnya dapat juga dipakai untuk
mengukur fertilitas dari pria.
c. Penentuan penduduk yang exposed to risk didalam pengukuran fertilitas sangat sukar.
Tidak setiap orang mempunya resiko melahirkan, walaupun yang masih kanak-kanak
dan yang tua bisa dengan udah dipisahkan, akan tetapi tidak semua wanita yang
berumur diantara kedua kelompok tersebut menanggung resiko melahirkan.
d. Sangat sukar membedakan live birth (lahir hidup) dan still birth ( lahir mati)
e. Melahirkan lebih dari 1 kali adalah hal yang bisa terjadi pada seorang istri. Ada unsur
pilihan antara melahirkan lagi atau tidak. Pilihan ini tergantung pada beberapa hal
seperti pendidikan, jumlah anak yang telah mereka miliki dan lain-lain.
D. Ukuran Dasar
Ada dua macam pendekatan:
a) Yearly Performance
b) Reproduktiv History
Ad. 1. Yearly Performance (Current Fertility)
Mencerminkan fertilitas dari suau kelompok penduduk sebagai kelompok penduduk
untuk jangka waktu satu tahun . ini yang disebut current fertility.
a. Crude Birth Rate ( CBR) atau anggka kelahiran kasar
Rumus: CBRBP.k
Dimana :
B = Jumlah kelahiran sama dengan satu tahun
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K = Bilangan Konstan, Biasanya 1.000
Misal :
Banyaknya kelahiran di jakarta pada tahun 1970 adalah 182.880 bayi
Banyaknya penduduk pada pertengahan tahun 1970 sebesar 4.546.942 orang.
Maka: CBR182.8804.546.942 x 1.000=40,2 perseribu penduduk
Kebaikannya :
Perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang
jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Kelemahannya:
Tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih
kanak kanak dan 50 tahun keatas. Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar
b. General Fertility Rate (GFR) atau Angka Kelahiran Umum
GFR adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15-49 tau
15-44 tahun
Rumus : GFR= BP15-49f .k atau GFR= Bp15-44f .k
Dimana :
B = jumlah kelahiran 1 tahun
P15-49f = jumlah penduduk wanita yang berumur 14-49 tahun pada
pertengahan tahun
P15-44f = Jumlah penduduk wanita yang berumur 14-44 tahun pada
pertengahan tahun
k = bilangan konstan, biasanya 1.000
Misal ;
Dari contoh pada (1), apabila diketahui banyaknya penduduk wanita berumur
15-49 tahun pada pertengahan tahun sebesar 1.165.680 orang
Maka : CBR=182.8801.165680 x 1.000
= 156,9 perseribu penduduk wanita usia 15-49 tahun
Kebaikannya:
Ukuran ini lebih cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yg
berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang exposed to risk.
Kelemahannya adalah:
Ukuran ini tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok
umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko
melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun.
c. Age Specific Fertility Rate ( ASFR) atau Angka Kelahiran menurut kelompok
umur
ASFR adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur
tertentu.
Rumus: ASFRibipif .k (I = 1 s/d 7)
Dimana:
bi = jumlah kelahiran di dalam kelompok umur i selama 1 tahun
Pif = jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
k = bilangan konstan, biasanya 1.000
ASFR
Penduduk
Umur wanita Kelahiran Tiap 1000 wanita
Wanita
(4)=[(3):(2)]x1000
15-19 264.960 15.840 60

20-24 208.080 41.040 197

25-29 200.880 50.400 251

30-34 163.440 49.680 304

35-39 151160 18.000 119

40-44 110.160 7.0200 65

45-49 66.960 720 11


Kebaikannya:
• Ukuran lebih cermat dari GFR karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk
ke dalam berbagai kelompok umur
• Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisis perbedaan fertilitas (curret fertility)
menurut berbagai karakteristik wanita
• Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor
• ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan uuran fertilitas dan repreduksi
selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR)
Kelemahannya:
• Ukuran ini membutuhkan data yang terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk tiap
kelompok umur. Sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap negara/daerah,
terutama di negara sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali
mendapat ukuran ASFR.
• Tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.
a. Total Fertinity (TFR) atau angkaKelahiran Total
TFR adalah jumlah dari ASFR dengan catatan bahwa umur dinyatakan dalam satu
tahunan
Rumus : TFR=5i=17ASFRi (i=1,2 …..)
Dimana:
ASFR = angka kelahiran menurut kelompok umur.
i = kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19
Misal:
Dari tabel 1, TFR=5i=17ASFRi
TFR = 5(60+197+251+304+119+65+11)
= 5x1007
= 5035 per 1.000 wanita usia 15-49 tahun
Atau
TFR = 5.035 untuk tiap wanita usia 15-19 tahun
Ad. 2. Reproductive History (commulative fertility)
b. Jumlah anak yang pernah dilahirkan
CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok
wanita selama reproduksinya, dan disebut juga paritas
Rumus: rata-rata jumlah anak dilahirkan = CEBiPif
Dimana:
CEBi : jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh sekelompok umur i
Pif : jumlah wanita pada kelompok umur i

CEB Rata-rata
Umur Wanita
Anak yang dilahirkan CEB/wanita
15-19 2.143.735 1.231.556 0,574 (Pj)

20-24 3.681.930 6.106.510 1,691 (P2)

25-29 4.702.153 14.344.629 3,051 (P3)

40-44 3.001.199 14.972.479 4,989 (P6)


45-49 2.200.035 10.777.259 4,899 (P7)

Catatan:
Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan untuk kelompok wanita berumur 45-49 disebut
completed family size.
Kebaikannya:
• Mudah didapatkan informasinya
• Tidak ada referensi waktu
Kelemahannya:
• Angka paritas menurut kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan
pelaporan umur penduduk, terutama di negara yang sedang berkembang
• Ada kecenderungan semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah
anak yang dilahirkan
• Fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap sama dengan wanita yang masih
hidup
• Disamping ukuran-ukuran tersebut ada ukuran lain:
a. CHild Women Ratio (CWR)
CWR adalah hubungan dalam bentuk rasio antara jumlah anak di bawah 5 tahun dan
jumlah penduduk wanita usia reproduksi.
Rumus: CWR = P0-4P15-44f .k atau
CWR= P0-4P15-44f
Dimana:
P0-4 = jumlah penduduk umur 0-4 tahun
P15-49f = jumlah wanita umur 15-49 tahun
P15-44f = jumlah wanita umur 15-44 tahun
k =bikangan konstan, biasanya 1.000
Misal:
Banyaknya penduduk umur 0-4 tahun : 3.193.185 orang
Banyaknya wanita umur 15-49 tahun : 5.117.015 orang
Maka:
CWR= P0-4P15-49f .k
= 3.193.1855.117.015 x 1.000 = 624
CWR disebut indikator dari general fertility Rate. Oleh beberapa buku CWR disebut
general fertility Ratio. Mengapa untuk CWR cenderung dipakai jumlah anak usia 0-4
tahun, bukan 0-1 tahun?
Hal ini disebabkan oleh:
• Data dari sensus di publikasikan dalam 5 tahunan, bukan 1 tahun.
• Kekurangan pelaporan (under enumeration) lebih banyak terjadi pada usia 0-1 tahun
dibandingkan pada usia 0-5 tahun

• Dalam perhitungan rasio, semakin besar jumlah pembilang semakin stabil


• Kebaikannya:
• Untuk mendapatkan data yang diperlukan tidak usah membuat pertanyaan khusus
• Berguna untuk indikasi fertilitas didaerah kecil sebab dinegara yang registrasinya
cukup baik pun statistik kelahiran tidak di tabulasikan untuk daerah kecil-kecil
Kelemahannya:
• Langsung dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak, yang sedang terjadi
di negara berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok
ibunya namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar.
• Dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak, khususnya
dibawah 1 tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR selalu lebih kecil
daripada tingkat fertilitas yang seharusnya.
• Tidak memperhitungkan distribusi umurdari penduduk wanita.
E. Menghitung GFR berdasarkan CWR
Asumsi yang dipakai tidak ada migrasi.
Langkah-langkah:
1. a. Hitung jumlah anak dibawah 5 tahun (P0-4) misal: 431.658
b. Hitung jumlah wanita umur 15-44 tahun (P15-44f) Misal: 537.670
c. hitung jumlah wanita umur 20-49 tahun (P20-49f). Misal: 458.851
2. Hitunglah jumlah wanita umur 1712-4712
P1712-4712f= 12 (P15-44f+P15-49f)
= 12 537.670+458.851= 498.261
3. Hitung rasio masih hidup (survival ratio)
SR0-4= L0-4SL0
Misal : SR0-4=0,90961 *
*) angka ini merupakan SR untuk angka ke 2 jenis kelamin
4. Hitunglah jumlah kelahiran 5 tahun ( sebelum sensus/survei)
Misal: B= P0-4SR0-4
= 431.6580.90961=474.553
5. Mencari SR dari wanita, L1712-4712L15-44
Dimana:
L1712-4712=12 ( L20-49+L15-44 )
Misal:
L1712-4712L15-44 = 0.98860
6. Perkirakan jumlah wanita usia 15-44 pada pertengahan 5 tahun sebelum sensus
/survei (mid five year population)
Misal:
P15-44f= P1712-4712fSR= 498.2610.98860=504007
7. GFR perkiraan anak yang dilahirkanperkiraan wanita usia15-44 . k
GFR474.553504.007 x 1000 = 941,6 per 1.000 wanita
F. Ukuran-ukuran Reproduksi
Ukuran reproduksi direprentasikan dengan angka reproduksi, yaitu ukuran yang
berkenaan dengan kemampuan suatu penduduk untuk menggantikan dirinya. Oleh karenanya
yang dihitung hanyalah bayi wanita saja
1. Gross Repriduction Rate (GRR)
Yaitu banyaknya perempuan yang dilahirkan oleh suatu kohor wanita.
Ada dua cara menghitung GRR, yaitu:
a) Jika diasumsikan bahwa rasio jenis kelamin pada saat dilahirkan dari bayi yang
dilahirkan oleh tiap kelompok usia sama (misal: 103). Maka:
Rumus: GRR100203 x 5.
i=17ASFRi
Dimana: ASFRi = jumlah kelahiran pada tiap kelompok umur
I = kelompok umur
b) Apabila diketahui banyaknya bayi wanita untuk kelompok usia ibu I maka:

Rumus : GRR= 5. i=17ASFRFi

Dimana: ASFRFi= jumlah bayi wanita dari kelompok umur i


Kelemahannya:
Tidak memperhitungkan kemungkinan mati bayi wanita tersebut sebelum masa
reproduksinya
Misal:
• Perhitungan angka fertilitas total untuk DKI jakarta menunjukkan angka
sebesar 5.035 dari 1.000 wanita jika diketahui rasio jenis kelamin pada waktu
lahir sebesar 103.
Maka: GRR= 100203 .TFR
= 100203 x 5035 = 2480,3 per 1000 wanita usia 15-49
• Perhitungan GRR jepang, 1965
Penduduk Kelahiran ASFR Per 1000 Wanita
Umur
Wanita Bayi Wanita Hanya Untuk Bayi Wanita
(1) (2) (3) (4)
15-19 5.373500 8.624 1,60

22-24 4.572.400 250.389 54,76

25-29 4.206.800 416.112 98,91

30-34 4.110.100 172.793 42,04

35-39 3.751.000 35.380 9,43

40-44 3.231.700 4.805 1,49

45-49 2.697.200 228 0,08


2. Net Reproduction Rate ( NRR)
Angka ini memperhitungkan kemungkinan bayi perempuan meninggal sebelum mencapai
masa reproduksi.
Asumsi yang dipakai adalah bayi perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas dan
mortalitas ibunya.
Misal:
Bayi yang
Kelahiran ASFR Rasio masih
Penduduk diharapkan tetap
Umur bayi per 1000 hidup hingga
wanita hidup per 1000
wanita wanita usia ibunya
wanita
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
15-19 5.373.500 8.624 1,60 0,9736 1,558

20-24 4.572.400 250.389 54,76 0,9710 53,192

25-29 4.206.800 416.112 98,91 0,9674 95,686

30-34 4.110.100 172.793 42,04 0,9596 40,342

35-39 3.751.000 35.380 9,43 0,9552 9,008

40-44 3.231.700 4.805 1,49 0,9442 1,400

45-49 2.697.200 228 0,08 0,9304 0,074

NRR = 5x201.246 = 1006,23 per 1000 wanita , atau


= 1,00623 per wanita
Ini berarti:
Rata-rata banyaknya anak perempuan yang dimiliki oleh suatu kohor wanita yang
akan tetap hidup hingga masa reproduksinya adalah 1,00623 orang.
Period TFR & Generasi (kohor) TFR
Tahun ASFR per 1000 wanita
Observasi
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
1901-1905 27 135 161 119 78 33 5

1906-1910 27 135 147 111 69 27 3

1911-1915 24 119 129 92 61 23 2

1916-1920 14 72 93 75 52 22 2

1921-1925 26 131 142 102 59 22 2

1926-1930 28 130 132 93 54 20 2

1931-1935 30 126 123 85 48 17 2

1936-1940 25 126 123 81 45 15 1

1941-1945 18 108 126 92 56 20 2

1946-1950 24 158 184 130 75 26 2

1951-1955 22 156 168 113 63 21 2

1956-1960 22 159 174 107 58 19 2

1961-1965 25 174 182 110 55 18 1


1966-1970 27 162 165 100 48 15 1
Hasil perhitungan Dr. s Thaper, untuk perancis
TFR untuk generasi 1881-1890 = 5 x (27 + 135 + 129 + 75 + 59 + 20 + 2)
= 5 x 447
= 2.235 per 1000 wanita
TFR pada periode 1931-1935 = 5 x ( 30 + 126 + 123 + 85 + 48 + 7 + 2 )
= 5 x 431
= 2.155 per 1000 wanita
H. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Fertilitas
1. Menurut Kingsley Davis & Judit Blake
Tiga tahap penting dalam reproduksi:
• Tahap hubungan kelamin (intercourse)
• Tahap konsepsi (conception)
• Tahap kehamilan (gestation)
Faktor-faktor sosial. Ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui
faktor-faktor yang langsung ada kaitannya dengan ketiga tahap reproduksi di atas faktor-
faktor yang langsung mempunyai kaitan dengan ketiga tahap disebut”VARIABLE
ANTARA”
Variable antara terdiri atas:
a) Enam (6)intercourse variable yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan
kelamin ( intercourse), yaitu:
• Umur memulai hubungan kelamin
• Selibat permanen: proporsi wanita yang tak pernah mengadakan hubungan kelamin
• Lamanya berstatus kawin
• Abstinensi sukarela
• Abstinensi terpaksa ( misal: sait, berpisah sementara)
• Frekuensi senggama
a) Tiga (3) conseption variable yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan
terjadinya konsepsi (conseption)
• Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak disengaja
• Pemakaian kontrasepsi
• Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang disengaja ( misal:
sterilisasi)
a) Dua (2) Gestation variable yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan
• Mortalitas janin karena hal-hal yang tidak disengaja
• Mortalitas janin karena hal-hal yang disengaja
1. Menurut Ronald Freedman
Intermediate variable sangat erat hubungannya dengan norma-norma sosial /masyarakat.
Jadi pada akhirnya perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh norma yang ada .
2. Menurut H.Leibenstein
Anak dilihat dari 2 segi kegunaannya dan biaya. Keguanaanya ialah memberikan
kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi
serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua dimasa depan. Sendangkan
pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunya anak tersebut.
Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua
menginginkan anak dengan kualitas yang baik ini berarti biayanya naik. Sedangkan
kegunaannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetap balas jasa
ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tak bergantung dari sumbangannya anak.
Jadi biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya hal ini mengakibatkan
demand terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun.
3. Menurut Gary Becker
Ia mengangap anak sebagai barang konsumsi tahan lama (durable goods) orang tua
mempunyai pilihan antara kuantitas dan kualitas anak. Kualitas diartikan pengeluaran (biaya)
rata-rata untuk anak oleh suatu keluarga yang didasarkan atas 2 asumsi:
• Selera orang tua tidak berubah
• Harga anak dan barang-barang konsumsi lainnya tidak dipengaruhi keputusan rumah
tangga untuk berkonsumsi.
Jika seandainya harga anak (H)= Rp.3000, dan harga Televisi (HIV) = Rp.2000
sedangkan pendapatan orang tua (Yang)= Rp60.000.
I. Studi Perbedaan Fertilitas di Indonesia
Dari hasil studi yang pernah dilakukan ternyata pengaruh beberapa faktor penentu
fertilitas tidak seperti yang ditemukan dalam generalisasi yang telah ada. Beberapa faktor
penentu tersebut antara lain:
a) Tempat Tinggal Wanita Pada Saat Pencecahan
Pengamatan terhadap perbedaan fertilitas menurut tempat tinggal (kota - pedesaan),
menunjukkan bahwa fertilitas di daerah kota sedikit lebih tinggi daripada pedesaan, hal ini
tidak sama dengan yang diharapakan para peneliti bahwa penduduk kota akan mempunyai
tingkat fertilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan tingat fertilitas yang bertempat
tinggal di desa
Gavin Jones et. Al., memberikan ulasan mengenai tingginya tingak fertilitas di kota
mungkin disebabkan oleh tingginya tingkat memory lapse wanita pedesaan dibandingkan
wanita yang tinggal di daerah kota.
Herijati Hatmadji et. Al., sebaliknya mempunyai pendapat bahwa fertilitas di jawa-
pedesaan memang sedikit lebih tinggi daripada yang tinggal di daerah tersebut
b) Tingkat Pendidikan
Pengaruh pendidikan terhadap fertilitas tidak tepat seperti yang diperkirakan, yaitu makin
rendah fertilitasnya. Studi berdasarkan sensus penduduk 1971 menunjukkan gejala hubungan
antara fertilitas dan pendidikan yang ditamatkan yang berbentukU terbalik dimana pada
tingkat pendidikan rendah hinggal SLP hubungannya positif kemudian sesuah itu
hubungannya menjadi negatif. Hull menambahkan bahwa tingkat pendidikan dimana fertilitas
muali menunjukkan penurunan berada diantara desa dan kota. Pola yang sama dilaporkan
juga oleh Harijati Hatmaji et, al., dalam studinya dengan menggunakan data hasil survei
penduduk antar sensus tahap kedua. Dalam studinya ia menggolongkan tingkat pendidikan
menjadi 9 kategori, mulai dari tidak sekolah hingga tamat akademi/univeristas.
Kesimpulan yang ditark kasto agak berbeda dimana dilaporkan adanya hubungan negatif
antara variable pendidikan dan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan . Bondan Supratilah et,
la., dengan menggunakan data surveif mortalitas indonesia melaporkan bahwa hubungan
antara tingkat pendidikan dan fertilitas berbeda dari satu daerah ke daerah yang lain. misalnya
c) Umur perkawinan pertama
Sejalan dengan pemikiran bahwa makin muda seseorang melakukan perkawinan makin
panjang masa reproduksinya maka dapat diharapkan makin muda seseorang melakukan
perkawinannya makin banyak pula anak yang dilahirkan, jadi hubungan antara umur
perkawinan dan fertilitas negatif. Hipotesis ini mendapatkan dukungan peneliti-peneliti dalam
penemuan atas studi-studinya.
d) Pengalaman bekerja
Ukuran yang diapakai untuk factor pengalaman bekerja berbeda-beda. Missal; jenis
pekerjaan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, dll.

BAB 5
MORTALITAS ( Kematian )
A. Pengertian mortalitas :
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik)
pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus
mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata
mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun.
Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki
penyakit selama periode waktu tertentu.
Lahir hidup : peristiwa keluarnya hasil konsepi dari rahim seorang ibu secara lengkap
tanpa memndang lamanya kehamilan dan setelah pepisahan itu terjadi, hasil konsepsi
bernafas dan mempunyai tanda-tanda ekhidupan lainnya, seperti denyut jantung, detak tali
pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali puat sudah dipotong atau
belum (LIVE BIRTH)
Mati : keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa
terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (DEATH)
Kematian bayi di dalam rahim (intra uterin)
1. Abortus, kematian janin menjelang dan sampai 16 minggu.
2. Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada umur
kandungan 28 minggu.
3. Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai waktu
lahir.
Kematian bayi di luar rahim (extra uterin)
Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim,
tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Kematian bayi baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur satu bulan.
Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi setelah berumur satu
bulan tetapi kurang dari satu tahun.
Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang
dari satu tahun.
B. Sumber Data Kematian
1) Sistem Registrasi Vital
Disini kejadian kematian dilaporkan dan cicatat segera setelah kematian tersebut terjadi.
Di Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang ada hanya
registrasi vital yang bersifat lokal. Dengan demikian di Indonesia tidak mungkin memperoleh
data kematian yang baik dari sistem registrasi vital.
2) Sensus atau Survei Penduduk
Pada sensus atau survei, kejadian kematian dicatat setelah sekian lama peristiwa itu
terjadi. Data kematian yang diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan menjadi
2 bentuk:
• Bentuk Langsung (Direct Mortality Data)
Data kematian berbentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada
responden tentang ada tidaknya kematian selama kurun waktu tertentu.
• Bentuk Tidak Langsung (Indireck Mortality Data)
Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang
Survivorship golongan penduduk tertentu, misalnya : anak, ibu,ayah, dan lain
sebagainya.
Selain sumber data diatas, data kematian penduduk untuk golongan tertentu di
suatu tempat, kemungkinan dapat diperoleh dari Rumah Sakit, Dinas Pemakaman,
kantor Polisi Lalu Lintas, dan lain sebagainya. Tingkat kematian saling berbeda antara
satu kelompok penduduk dengan kelompok penduduk lainnya. Tingkat kematian
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: faktor sosial-ekonomi, faktor pekerjaan,
faktor tempat tinggal, faktor umur, faktor jenis kelamin, faktor pendidikan, faktor
umur, dan lain sebagainya.
A. Ukuran Kematian
Ukuran kematian menunjukkan susatu atau indeks yang dipakai sebagai dasar untuk
menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu satuan penduduk.

• Crude Death Rate (CDR = Angka Kematian Kasar)


Angka Kematian Kasar adalah jumlah kematian pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk pada pertengahan tahun tersebut. Secara konvensional angka kematian untuk 1.000
orang da[at dinyatakan sebagai berikut:

Di mana :
D = jumlah kematian
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K = 1.000
Di negara-negara yang sudah maju, CDR sudah bisa ditekan sampai dibawah 10 per
1.000 penduduk. Sebaliknya di negara-negara yang masih terbelakang, CDR masih di atas 20
per 1.000 penduduk.

• Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut Umur)


Resiko kematian menurut umur berbeda antara satu kelompok penduduk dengan
kelompok penduduk lainnya. Dalam hal ini resiko kematian menurut umur relatif tinggi pada
kelompok umur sangat mudan dan umur tua.
Di mana :
Di = jumlah kematian pada kelompok umur i
Pi = jumlah penduduk pada kelompok umur i pada pertengahan tahun
Hubungan antara CDR dan ASDRi :
Perbedaan resiko kematian menurut umur tersebut nantinya akan dikenal dengan angka

kematian bayi, angka kematian anak, dan angka kematian dewasa. Ada juga perbedaan resiko
kematian menurut umur berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lain
sebagainya, tergantung pada tujuan aplikasinya.
• Infant Mortality Rate (IMR = Angka Kematian Bayi)

Di mana : D<1 = jumlah kematian bayi kurang dari 1 tahun


B = jumlah kelahiran hidupV

Definisi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun,
per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Cara Menghitung

Dimana:
AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR)
D 0-<1th =Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu.
∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu (lihat
modul fertilitas untuk definisi kelahiran hidup).
K = 1000
Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana
angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan
perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena
kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan
maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang
bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian
pil besi dan suntikan anti tetanus.
Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta
Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-
program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan
tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
4.Konsep “person Years Lived”
Person Years lived (PYL) diterjemahkan sebagai “tahun orang hidup” . satuan PYL
hanya dapat dihitung apabila setiap orang pada pada kota atau penduduk yang bersangkutan
diketahui kapan tepatnya lahir di kota atau masuk ke kota tersebut dan mati di kota atau
keluar dari kota tersebut selama periode yang dimaksud. Jika menyangkut suatu penduduk
yang sangat besar maka jumlah orang yang exposed to risk dengan satuan PYL tidak pernah
dihitung, tetapi hanya diterapkan.
BAB 6
MIGRASI
A. Pendahuluan
Migrasi merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk, sedangkan faktor lain adalah kelahiaran dan kematian. Peninjauan migrasi secara
regional sangat penting untuk dipelajariuntyuk mengingat adanya densitas (kepadatan )dan
distribusi penduduk yang tidak merata.
Faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang- orang untuk melakukan migrasi,
adanya desentralisasi dalam pembangunan,di pihak lain komunikasi dan transportasi semakin
lancar. Migrasi antarbangsa (migrasi internasional )tidak begitu berpengaruh dalam
menambah atau mengurangi jumlah penduduk suatu Negara kecuali di beberapa Negara
tertentu yang berkenaan dengan pengungsian, akibat dari bencana, baik alam maupun perang.
Defenisi:
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke
tempat lain melampaui batas politik/ Negara ataupun batas administratif/ batas bagian dalam
suatu Negara. Adanya dua dimensi penting yang perlu ditinjau dalam penelaan migrasi, yaitu
dimensi waktu dan dimensi daerah.
Untuk dimensi waktu, ukuran yang pasti tidak ada karena sulit menentukan beberapa
lama seseorang pindah tempat tinggal untuk dapat dianggap sebagai seorang migrasi, tetapi
biasanya digunakan defenisi yang ditentukan dalam sensus penduduk. Untuk dimensi daerah
secara garis besarnya dibedakan perpindahan antar Negara yaitu perpindahan penduduk dari
suatu negara ke negara lain yang disebut migrasi internasional.
Sedangkan perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarprovinsi, kota atau
kesatuan administratif lainnya yang dikenal dengan Migrasi Intern. Perpindahan local, yaitu
perpindahan satu alamat ke alamat lain atau dari satu kota ke kota lain tapi masih dalam batas
bagian dalam suatu negara misalnya dalm satu provinsi. Migrasi merupakan aktivitas
pindahannya seseorang sedangkan orangnya yang pindah tempat tinggal disebut Migran.
Defenisi Migran menurut PBB adalah A migrant is a person who changes his place of
residence from one political or administrative area to another. Jika jangka waktunya lebih
pendek lagi misalnya dalam satu hari, yaitu pagi berangkat dan sore kembali yang dilakukan
terus-menerus setiap harinya dikenal sebagai migrasi pulang pergi atau Commuting atau
‘nglaju’ menurut istilah I.B. Mantera.
Jika jangka mengenal beberapa bentuk perpindahan tempat (mobilitas):
• Perubahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang balik kerja
( recurrent movement )
• Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara, seperti perpindahan tinggal bagi para
pekerja musiman
• Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ke tempat semula
(non-recurrent movement).
Mengenai mobilitas ini dalam sosiologi menurut sifatnya dibedakan menjadi mobilitas
vertikal dan mobilitas horizontal. Yang termasuk dalam mobilitas horizontal adalah
perpindahan penduduk secara teritorial, spasial atau geografis, sedangkan mobilitas vertical
dikaitkan dengan perubahan status social dengan melihat kedudukan generasi misalnya
melihat status kedudukan ayah.
A. Jenis-Jenis Migrasi
Ada beberapa jenis migrasi yang perlu diketahui, yaitu :
a) Migrasi Masuk (In Migration)
Masuknya peduduk ke suatu daerah tempat tujuan (area of destination)
b) Migration Keluar (Out Migration )
Perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal (area of origin).
c) Migration Neto ( Net Migration)
Merupakan selisih antara jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar.
Apabila migrasi yang masuk lebih besar dari pada migrasi keluar maka disebut
migrasi neto positif sedangkan jika migrasi keluar lebih besar dari pada migrasi
masuk
d) Migration Bruto (Gross Migration)
Jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar
e) Migrasi Total (Total migration)
Adalah seluruh kejadian migrasi, mencakup migrasi mencakup migrasi semasa
hidup (life time migration) dan migrasi pulang (return migration ) Migran Total
adalah semua orang yang pernah pindah.
f) Migrasi Internasional
Migrasi yang merupakan masuknya penduduk ke suatu Negara disebut Imigrasi
(Immigration) sedangkan sebaliknya jika migrasi itu merupakan keluarnya penduduk
dari suatu Negara disebut Emigrasi (Emigration).
g) Migrasi semasa hidup (Life Time Migration)
Migrasi yang berdasarkan tempat kelahiran, mereka yang pada waktu pencacahan
sensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan daerah tempat kelahirannya.
h) Migrasi parsial (partial Migration)
Adalah jumlah migran ke suatu daerah tujuan dari satu daerah asal, atau dari asal
ke satu daerah tujuan. Migrasi ini merupakan ukuran dari arus migrasi antara dua
daerah asal dan tujuan.
i) Arus Migrasi (migration stream)
Merupakan jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke
daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.
j) Urbanisasi (urbanization)
Bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah kota yang disebabkan
oleh proses perpindahan penduduk ke kota dan atau akibat dari perluasan daerah kota.
Defenisi urban berbeda-beda antara satu Negara dengan Negara lainnya tetapi
biasanya pengertiannya berhubungan dengan kota-kota atau daerah- daerah
pemukiman lain yang padat.
Klasifikasi yang dipergunakan untuk menentukan daerah kota biasanya
dipengaruhi oleh indicator mengenai penduduk, indicator mengenai kegiatan ekonomi
indicator jumlah fasilitas urban atau status adnimistrasi suatu pemusatan penduduk.
k) Transmigrasi (Transmigration)
Transmigration adalah salah atu bagian dari migrasi. Istilah ini memilikiarti yang
sama dengan ressettelement atau settlement dalam literatur. Transmigrasi adalah
pemindahan dan/kepindahan penduduk dari suatu daerah tertentu untuk menetap ke
daerah lain yang di tetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan
pembangunan Negara atau karena alasan-alasan yang dipandang perlu oleh
pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.Transmigrasi
diatur dengan undang-undang no.3 Tahun 1972.
Transmigrasi yang diselenggarakan dan diatur pemerintah disebut transmigrasi
umum sedangkan transmigrasi yang biaya perjalanan dibiayai sendiri tetapi
ditampung oleh pemerintah disebut transmigrasi Spontan atau transmigrasi Swakarsa.
A. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Migrasi
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik.
Faktor-faktor pendorong migrasi :
• Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya pemerintahan atas
barang-barang tertentuyang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil
tambang, kayu atau bahan dari pertanian.
• Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal ( misalnya di pedesaan) akibat
masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin (capital intensive).
• Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di daerah asal.
• Tidak cocok lagi dengan adat/ budaya /kepercayaan di tempat asal.
• Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan
karir pribadi.
• Bencana alam baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang atau
adanya wbah penyakit.
Faktor-faktor penarik migrasi:
• Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki
lapangan pekerjaan yang cocok.
• Kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih baik.
• Kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
• Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim,
perumahan, sekolah dan fasilitas-fsilitas kemasyarakatan lainnya.
• Tarik dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung.
• Adanya aktifivas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang dari desa atau kota kecil.
• Menurut Everett S. Lee ada 4 faktor yang menyebabkan orang mengambil
keputusan untuk melakukan migrasi yaitu:
• Faktor-fakto yang trdapat di daerah asal
• Faktor-fakto yang terdapat di tempat tujuan
• Rintangan-rintangan yang menghambat
• Faktor-faktor pribadi.

Faktor tempat asal, tempat tujuan serta faktor penghambat dalam proses migrasi:

Tempat asal Tempat tujuan

Disetiap tempat asal ataupun tujuan, ada sejumlah faktor positif yang menahan orang
untuk tetap tinggal disitu, dan menarik orang luar untuk pindah ke tempat tersebut; ada
sejumlah faktor negative yang mendorong orang untuk pindah dari tempat tersebut; dan
sejumlah faktor netral yang tidak menjadi masalah dalam keputusan untuk migrasi.

Selalu terdapat sejumlah rintangan yang dalam keadaan-keadaan tertentutidak


seberapa beratnya, tetapi dalam keadaan lain, tidak dapt diatasi.
Rintangan-rintangan itu antara lain mengenai jarak ( jarak antara daerahasal dan daerah
tujuan). Rintangan “jarak” ini meskipun selalu ada, bukan merupakan faktor terpenting.
Contoh-contoh penghalang lain atau rintngan seperti:
Tembok berlin
Undang-undang Imigrasi
Biaya pengangkutan alat rumah tangga dari tempat asal ke tempat tujuan.

Sedangkan faktor pribadi mempunyai peranan penting karena faktor-faktor nyata


yang terdapat di tempat asal atau tempat tujuan belum merupakan faktor utama, karena pad
akhirnya kembali pada tanggapan seseorang tentang faktor tersebut, kepekaan pribadi dan
kecerdasannya.

Kesadaran tentang kondisi di lain tempat memengaruhi evaluasinya tentang keadaan


di tempat asal. Pengetahuan tentang keadaan di tempat tujuantergantung kepada hubungan
seseorang. Ada tujuh teori migrasi (The law of Migration)yang di kembangkan oleh E.G.
Revenstein pada tahun 1885. Ketujuh teori migrasi yang merupakan peng “generelisasi”an
dari migrasi ini ialah:
• Migrasi dan jarak
Banyak migran pada jarak yang dekat
Migran jarak jauh lebih tertuju ke pusat-pusat perdagangan dan industry yang penting.
• Migrasi Bertahap
Adanya arus migrasi yang terarah
Adanya migrasi dari desa –kotakecil – kota benar.
• Arus dan Arus Balik
Setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik penggantiannya.
• Perbedaan antara desa dan kota mengenai kecenderungan melakukan migrasi
Di desa lebih besar dari pada kota
• Wanita melakukan migrasi pada jarak yang dekat dibandingkan pria
• Teknologi dan migrasi
Teknologi menyebabkan migrasi meningkat
• Motif ekonomi merupakan dorongan utama orang melakukan migrasi.
A. Ukuran –ukuran Migrasi
1. Angka Mobilitas
Adalah rasio dari banyaknya penduduk yang pindah secara local (mover) dalam suatu
jangka waktu tertentu dengan banyaknya penduduk:
m = MP .K
Di mana :
m = angka mobilitas
M = jumlah mover
P = penduduk
k = 1.000
Dalam kenyataan sulit untuk mengetahui jumlah penduduk yang pindah secara local ini.
2. Angka Migrasi Masuk
Angka yang menunjukan banyaknya migrant yang masuk per 1.000 orang penduduk
daerah tujuan dalam satu tahun.
m¡ = lp .k
di mana :
m¡ = angka migrasi masuk
l = jumlah migrasi masuk ( In migration)
P = penduduk pertengahan tahun
3. Angka Migrasi Keluar
Angka yang menunjukan banyaknya migran yang keluar per 1.000 orang penduduk
daerah asal dalam waktu satu tahun.
mo = op .k
di mana :
mo = angka migrasi keluar
0 = jumlah migrasi keluar ( out migration)
P = penduduk pertengahan tahun
4. Angka Migrasi Neto
Selisih banyaknya migran masuk dan keluar ke dan suatu daerah per 1.000 penduduk
dalam satu tahun.
mn = angka migrasi neto
0 = jumlah migrasi keluar
l = jumlah migrasi masuk
p = penduduk pertengahan tahun
5. Angka Migrasi Bruto
Angka yang menunjukkan banyaknya kejadian perpindahan, yaitu jumlah migrasi
masuk dan keluar di bagi jumlah penduduk tempat asal dan jumlah penduduk tempat
tujuan.
mg = l - 0p1- p2 .k
di mana:
mg = angka migrasi neto
p1 = jumlah migrasi keluar
P2 = jumlah migrasi masuk
k = penduduk pertengahan tahun
Contoh perhitungan: migrasi masuk, migrasi keluar, migrasi neto, migrasi bruto dan migrasi
semasa hidup.
Migrasi antara dua tempat misalnya Jakarta dan Jawa Barat*), Migrasi keluar dari
Jakarta ke Jawa Barat tahun 1970, sebesar = 26124 jiwa. Migrasi masuk dari Jawa Barat ke
Jakarta tahun 1970, adalah = 49133 jiwa. Penduduk Jakarta tahun 1970 adalah =4.350.710
jiwa. Penduduk Jawa Barat tahun 1970 adalah= 21.176.248 jiwa.

Angka migrasi masuk di Jakarta dari Jawa Barat tahun 1970:

mi = 49.1334.350.710 x 1000=11,3 per seribu

Angka migrasi ke luar di Jakarta dari Jawa Barat tahun 1970:


mo = 26.1244.350.710 x 1000=6,0 per seribu
Angka migrasi neto di Jakarta dari Jawa Barat tahun 1970
mn = 49.133-26.1244.350.710 x 1000=5,3 per seribu

Angka migrasi bruto di Jakarta dari Jawa Barat tahun 1970


mg = 49.133+26.1244.350.710+21.176.248 x 1000=11,3 per seribu

Untuk melihat migra masuk semasa hidup ke Jakarta, yaitu jumlah pendudub Jakarta
kelahiran luar Jakarta menurut provinsi tahun 1971. Untuk keperluan analisis lebih lanjut ada
beberapa metode yang dapat digunakan, yang akan dibahas pada bagian berikut ini antara
lain:
a. Belancing Equation
Perkiraan mengenai migrasi neto dapat dilakukan dengan menggunakan datajumlah
penduduk yang di peroleh dari sensus.
Rumus yang digunakan:
l- E = (P1 – P0) – (B-D)
di mana :
l- E = migrasi neto
B-D = pertambahan alamiah dari penduduk
P1 – P0 = pertumbuhan jumlah penduduk antara dua sensus
Tabel Migran Semasa Hidup ke Jakarta
Migran Semasa Hidup Distribusi persentase

Provinsi ke Jakarta dari Migran Semasa Hidup


D.I. Aceh 10.408 0,6

Sumatra Utara 64.968 3,6

Sumatra 80.612 4,5

Riau 8.800 0,5

Jambi 4.395 0,2

Sumatra Selatan 46.826 2,6

Begkulu 4.640 0,3

Lampung 8.678 0,5

Jawa Barat 767.413 42,8

Jawa Tengah 500.689 27,9

D.I. Yogyakarta 58.717 3,3

Jawa Timur 119.709 6,7

Bali 3.899 0,2

Nusa Tenggara Barat 3.127 0,2

Nusa Tenggara Timur 6.354 0,4

Kalimantan Barat 21.496 1,2

Kalimantan Tengah 1. 025 0,1

Kalimantan Selatan 8.355 0,5

Kalimantan Timur 4.283 0,2

Sulawesi Utara 18.590 1,0

Sulawesi Tengah 4.248 0,2

Sulawesi Selatan 30.662 1,7

Sulawesi Tenggara 3.110 0,2

Maluku 9.142 0,5

Irian Jaya 1.487 0,1


Jumlah 1.791.635 100,0
Sumber : Sensus Penduduk 1971, DKI Jakarta, seri E No. 09 Biro Pusat Statistik, Jakarta,
1974 hal.97-98
Contoh :
Perkiraan migrasi neto Australia (30 Juni 1954-1961)
Penduduk pada sensus 1961 (P1) = 10.508.000
Penduduk pada sensus 1954 (P0) = 8.987.000
(P1 – P0 ) = 1.521.000
Kelahiran (B) = 1.544.000
Kematian (D) = 601.000
B-D = 943.000
l- E = (P1 – P0) – (B-D) = 578.000
b. Intercensal Survival Ratio Method
Memperkirakan migrasi neto menurut umur dengan metode rasio masih hidup
Antarsensus bisa ditempuh dengan dua cara:
a. Forward Ratio;
b. Reverse Ratio.

• Forward Census Survival Ratio (FCRS) merupakan suatu pecahan yang


pembilangnya adalah jumlah orang dalam suatu kelompok umur dari penduduk pada
suatu sensus, sedang penyebut adalah jumlah orang dalam kelompok umur yang 10
tahun (jika sensus interval 10 tahun) lebih mud dari penduduk pad sensus
sebelumnya.

FCSR atau SR = penduduk Umur 10-14 tahun Indonesia 71penduduk Umur


0-4 tahun indonesia 61

Maka, perkiraan migrasi neto umur 10-14 tahun pada 1971 untuk suatu daerah adalah:

N5M101971 = P(10-14)1971 – SR.P0-41961


• Reverse Census Survival Ratio (RCSR) merupakan suatu pecahan yang
pengambilangnya adalah jumlah orang dalam suatu kelompok umur pada suatu
sensus, sedang penyebut adalah jumlah orang dalam kelompok umur 10 tahun lebih
tua pada sensus sesudahnya.

RCSR atau 1S.R = penduduk Umur 0-4 tahun Indonesia `61 penduduk
Umur 10-14 tahun indonesia `71

Maka perkiran migrasi neto umur 0-4 tahun pada sensus 1961 untuk suatu daerah
adalah :

N5M01961 = 1 S.R.P10-141971 – P0-41961


A. Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah
masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata
antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial
kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung
dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak
hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu
masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti
persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari
desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri
dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya
Migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang
bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti
perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau tidak menetap. Ada dua
indeks yang di pakai untuk mengukur derajat urbanisasi yaitu:
a) Persentase Penduduk Kota
PU = UP.1.000
Di mana:
Pu = persentase penduduk kota
U = penduduk daerah kota
P = penduduk total
b) Rasio penduduk kota –desa (ratio of Urban- Rural Population)
UR = UR.k
Di mana:
Pu = persentase penduduk kota
U = penduduk daerah kota
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang
biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media
massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Pengaruh-pengaruh
tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong
seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor
penarik.
Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat
menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke
perkotaan.
Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
• Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
• Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
• Banyak lapangan pekerjaan di kota
• Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng
• Pengaruh buruk sinetron Indonesia
• Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas
Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
• Lahan pertanian yang semakin sempit
• Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
• Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
• Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
• Diusir dari desa asal
• Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
Keuntungan Urbanisasi
• Memoderenisasikan warga desa
• Menambah pengetahuan warga kota
• Menjalin kerja sama yang baik antar warga suatu daerah
• Menyeimbangkan masyarakat kota dengan masyarakat desa
Latar belakang masalah:
• “Pullfactor” yang demikian besar dari kota-kota dibandingkan pedesaan ditambah
persentase penduduk terbesar ada di daerah pedesaan.
• Tekanan penduduk dan menyempitnya lapangan kerja di pedesaan.
• Anggapan kota yang memungkinkan pengembang diri.
Masalah- masalah Urbanisasi, antara lain:
• Sehubungan dengan pertambahan penduduk Indonesia yang cepat maka kota-kota
besar pun mempunyai penduduk yang besar pula.
• Pendatang yang mempunyai keahlian yang sama sekali lain daripada yang dibutuhkan
di kota.
• Walaupun pendatang mempunyai motivasi yang kuat untuk mengembangkan dirinya
di kota tetapi kenyataannya kota sendiri belum siap untuk menerimanya.
Kebijaksanaan:
• Ada yang menjalankan kebijaksanaan pintu tertutup bagi pendatang.Tanpa
pengembangan pembangunan secara desentralisasi, kebijaksanaan semacam ini
barangkali perlu ditinjau. Apabila dengan kecepatan pertumbuhan penduduk di
pedesaan yang juga tinggi.
• Perlu adanya perencanaan kota yang baik yang mempertimbangkan tidak saja rate of
growth secara alami dan pendudukna tetapi juga faktor migrasi terutama
urbanisasi.
• Usaha –usaha yang sifatnya merupakan strategi utama :
Menurunkan tingkat fertilitas
Transmigrasi
Usaha menigkatkan kesempatan kerja dan pendapatan di kota sebanyak mungkin
sehingga menyerap pendatang yang ke kota.
Usaha menaikkan kesempatan kerja di pedesaan.
A. Transmigrasi
Sejarah transmigrasi dimulai dengan nama kolonisasi sejak tahun 1905oleh
pemerintah belanda dengan membuka daerah-daerah kolonisai di lampung,
Palembang, Bengkulu, Jambi, Kalimantan dan Sulawesi. Daerah gedong tataan
dilampung merupakan daerah kolonisasi pertama dimana155 keluarga dari Jawa
dikirim kesana. Pemerintah Belanda berhasil memindahkan penduduk Jawa ke luar
Jawa sampai dengan tahun 1941 sebesar 258 ribu jiwa.
Dibalik tujuan untuk memindahakan penduduk yang padat di jawa terutama
petani, tujuan lain kolonisasi adalah untuk keperluan tenaga kerja di perkebunan dan
pertambangan Belanda di luar Jawa, sehingga bisa menjamin pasaran industri.
Semasa pemerintahan jepang di Indonesia uhasa transmigrasi tetap dijalankan
dengan memindahkan hampir 2 ribu keluarga dari Jawa ke luar Jawa.
Kemudian transmigrasi ini terhenti akibat perang kemerdekaan dan baru tahun
1950 oleh pemerintah Indonesia dilakukan usaha transmigrasi pertama dengan
memindahkan pembangunan 77 jiwa dari jawa ke Lampung.
Tekanan usaha transmigrasi setelah kemerdekaan dari 1950-1969 atau
sebelum Repelita terutama pada aspek demografis, yaitu mengurangi penduduk pulau
jawa. Kemudian sejak Repelita sampai sekarang tekanan tidak lagi pada aspek
demografis, tetapi lebih luas karena meliputi aspek-aspek ketenagakerjaan,
pembangunan daerah, dan sebagainya.
Tujuan Diadakan Transmigrasi
Untuk meratakan persebaran penduduk di seluruh wilayah nusantara
Untuk pertahanan dan keamanan / hankam lokal nasional
Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan
kesempatan merubah nasib.
1) Jenis-jenis / Macam-macam Transmigrasi
Transmigrasi Umum
Transmigrasi umum adalah program transmigrasi yang disponsoridan dibaiayai
secara keseluruhan oleh pihak pemerintah melalui depnakertrans (departemen tenaga
kerja dan transmigrasi).
Transmigrasi Spontan / Swakarsa
Transmigrasi ini adalah perpindahan penduduk dari daerah padat ke pulau baru sepi
penduduk yang didorong oleh keinginan diri sendiri namun masih mendapatkan
bimbingan serta fasilitas penunjang dari pemerintah.
Transmigrasi Bedol Desa
Transmigrasi bedol desa adalah transmigrasi yang dilakukan secara masal dan kolektif
terhadap satu atau beberapa desa beserta aparatur desanya pindah ke pulau yang
jarang penduduk. Biasanya transmigrasi bedol desa terjadi karena bencana alam yang
merusak desa tempat asalnya.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam permasalahan transmigrasi:
Penyiapan tanah / pemukiman harus disiapkan dengan “baik” sebelum
transmigrasi tiba.
Selektivitas dalam pembengrakatan transmigran supaya lebih baik.
Penyiapan prasarana sejak di tempat asal maupun di tempat tujuan.
Koordinasi yang baik antara pihak yang mengelolah transmigrasi.

MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.03/MEN/III/2008.
TENTANG
PERAN SERTA BADAN USAHA DALAM PELAKSANAAN TRANSMIGRASI
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
a. Bahwa sejalan dengan perkembangan lingkungan stratejik yang menuntut layanan
publik yang efektif dan efisien, perlu memberikan peluang yang lebih besar kepada
badan usaha dalam penyelenggaraan transmigrasi;
b. Bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.216/MEN/2003 tentang Tata Cara Kemitraan Badan Usaha Dengan Transmigran
Dalam Pelaksanaan Transmigrasi, sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan
saat ini, sehingga perlu dicabut;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu
ditetapkan dengan Peraturan Menteri;
Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 09 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara
Repubklik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3611);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3682);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4724);
BAB 7
PERKAWINAN DAN PERCERAIAN
A. Pendahuluan
Dalam membahas perkawinan dan perceraian ada dua hal yang perlu dibedakan,
yaitu status perkawinan dan perkawinan itu sendiri. Perkawinan menurut Perserikatan
Bangsa Bangsa dibagi menjadi 5 kategori yaitu belum kawin (single), kawin, janda,
dan berpisah. Di Indonesia status ke lima tidak pernah ada.
Yang dimaksud dengan perkawinana adalah merupakan suatu perubahan dari
status perkawinan lain menjadi status “kawin”. Sdenagkan perceraian merupakan
perubahan dari status kawin menjadi status cerai, sedangkan janda merupakan
perubahan dari status kawin karena salah satu pasangan meninggal.
Perkawinan bukan merupakan komponen yang langsung mempengaruhi
pertambahan penduduk akan tetapi mempunyai pengaruh cukup besar terhadap
fertilitas yang merupakan salah satu unsure pertumbuhan penduduk.
B. Defenisi dan Ruang Lingkup
Ada 4 jenis status perkawinan yang erat hubungannya dengan tingkah laku
manusia dalam hokum, agama dan kebudayaan, yaitu: belum kawin, kawin, janda,
dan cerai.
Di luar jenis tersebut diatas merupakan kelainan yang terjadi di negraa tertentu,
misalnya di Amerika Latin status consensual, atau convience, yaitu kumpul tanpa
mempunyai predikat legal dalam hokum ataupun agama dianggap berstatus kawin.
Perkawinan adalah hubungan yang sah dari dua orang yang berlainan jenis
kelamin. Sahnya hubungan tersebut berdasarkan atas hukum perdata yang berlaku,
agama atau peraturan-peraturan lain yang dianggap sah dalam Negara bersangkutan.
Di Indonesia perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada dasarnya ada 2
macam perkawinan, yaitu perkawinan pertama yang menunjukkan perubahan dari
status belum kawin kedalam status perkawinan; dan yang kedua adalah kawin
kembali, yaitu perubahan dari status janda, atau cerai menjadi status ‘kawin’ kembali.
C. Sumber Data dari Perkawinan dan Perceraian
Pencatatan, apabila data dari hasil pencatatan tidak tersedia maka cara lain untuk
mengumpulkan keterangan ini adalah dengan cara survey atau pencacahan secara
umum yang disebut sensus.
Pada umumnya analisis perkawinan perceraian banyak dilaksanakan berdasarkan
atas hasil sensus dan survey.
D. Perkawinan, Perceraian dan Fertilitas
Hubungan antara perkawinan dan fertilitas seperti disebutkan oleh Malinowaki
dalam hubungannya dengan principle of legitimacy yaitu no child should be brought
into the world without a man dengan demikian maka perkawinan merupakan factor
utama yang mempengaruhi fertilitas. Sebaliknya perceraian adalah merupakan
penghambat tingkat fertilitas, akan tetapi di Negara kita ini perceraian kadang-kadang
terjadi karena salah satu tidak subur.
E. Ukuran-ukuran Perkawinan dan Perceraian
Pertama yang menjadi ukuran adalah angka Perkawinan Kasar dengan rumus
sebagai berikut.
M = MP.1000
Dimana :
M = angka Perkawinan Kasar
M = jumlah perkawinan dalam satu tahun
P = jumlah penduduk pertengahan tahun
Angka perkawinan umum dengan rumus :
Mu = M .1000
P15

Dimana :
Mu = angka perkawinan umum
M = jumlah perkawinan dalam satu tahun
P15= jumlah penduduk umur 15 tahun ke atas
Banyak orang melaksanakan perkawinan lebih dari satu kali, dengan demikian maka perlu
dilakukan perhitungan perkawinan berdasarkan atas perkawinan pertama dan seterusnya.
Dalam perhitungan angka perkawinan, yaitu perkawinan pertama, kedua, dan seterusnya
dipakai rumus sebagai berikut :
mp = M1 . 1000
PB.K15
Di mana :
mp = angka perkawinan pertama
M1 = jumlah perkawinan pertama
PB.K15 = penduduk yang belum kawin umur 15 tahun ke atas

Sedangkan yang dimaksud dengan perkawinan ulang adalah perkawinan yang kedua atau
lebih.
Rumusnya:
Mp.u. = M2+ .1000
Pj+c
Dimana :
Mp.u. = angka perkawinan ulang
M2+ = jumlah perkawinan kedua atau lebuh dalam satu tahun
Pj+c = jumlah janda cerai
F. Umur Perkawinan
Ukuran yang sering dipergunakan untuk menghitung umur perkawinan, modus umur
perkawinan dan median umur perkawinan. Oleh karena data yang bersangkutan masih belum
tersedia untuk menghitung umur perkawinan pertama maka yang biasa dipakai adalah data-
data hasil survey dengan cara interpolasi linier:
Mengetahui jumlah mereka yang kawin pada usia 45-49, missal 95%.
Separuhnya adalah 47,5%; kemudian 100 – 47,5% merupakan proporsi single.
Kemudian dilihat dari proporsi single yang sesuai dengan proporsi tersebut dan interpolasi
untuk mendapat median umur perkawinan.
Dari hasil pengurangan 100% oleh 47,5% tadi, yaitu 52,5% proporsi yang belum pernah
kawin kita lihat pada table berikut (table 7-1) terletak pada umur 20 dan 21 tahun, kemidian
diinterpolasi sebagai berikut :
56,5 – 52,5 = 4
56,5 – 42,0 = 14,5; Hasilnya 414,5 = 0,275
Berarti median umur perkawinan pertama = 20,275 tahun.
Yang dimaksud modus perkawinan adalah proporsi tertinggi yang kawin dalam distribusi
umur, di sini ialah pada umur 22 tahun. Umur perkawinan yang paling banyak dipakai dalam
analisis fertilitas adalah umur perkawinan pertama.
G. Perceraian
Berakhirnya suatu perkawinan merupakan implikasai demografi dan sosiologi,
sedangkan akibatnya terhadap fertilitas merupakan kebalikannya, yaitu menurunkan
angka fertilitas sehingga akan mengurangi angka pertumbuhan penduduk dan hal ini
akan mengurangi pula status perkawinan dan ‘kawin’ menjadi status ‘cerai’.
Seperti dalam perkawinan, perceraian, sumber-sumber datanya adalah dari hasil
pencatatan, survey, dan sensus.

Dari hasil pencatatan bisa dihitung angka perceraian kasar dengan notasi :
d = DP . 1.000
di mana:
D = Jumlah perceraian selama 1 (satu) tahun
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
Seperti halnya perkawinan maka perceraian untuk tiap Negara bisa dilihat dalam buku
Demographik Years Books dari Perserikatan Bangsa Bangsa. Perhitungan angka perceraian
kasar ini tidak cukup mewakili dengan baik, karena yang menjadi penyebutnya adalah semua
penduduk yang terkena maupun tidak atas resiko perceraian berdasarkan umur. Dengan
demikian dapat dihitung Angka Perceraian Umum dimana yang menjadi penyebutnya adalah
penduduk berumur 15 tahun keatas atau disebut orang yang berumur divor-ceable dengan
rumusnya sebagai berikut:
d = D . 1.000
P15
Di mana
d = angka perceraian umum
D = perceraian dalam satu tahun
P15 = jumlah penduduk 15tahun keatas

Dalam bidang demografi PBB menggunakan istilah Modifield Crude Divorce Rate, yang
menunjukkan angka perceraian atas dasar jumlah pasangan yang kawin. Hal ini menimbulkan
kesukaran karena biasanya antara laki-laki dan wanita yang dilaporkan kawin adalah tidak
sama. Dengan adanya hal tersebut maka yang umum dipakai adalah salah satu cara saja atau
dicari keseimbangannya. Amerika serikat menggunakan jumlah wanita yang kawin. Untuk
angka perceraian tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Dk = D . 1000
P1pkawin

Di mana :
D = jumlah perceraian dalam satu tahun
P1pkawin = jumlah laki-laki atau wanita yang kawin

Faktor perkawinan dan perceraian yang penting dalam analisis


Bermacam-macam factor yang penting dalam analisis perkawinan juga sangat penting
untuk analisis perceraian bahkan hokum yang berlaku serta adat kebiasaan banyak
mempengaruhi umur perkawinan terutama mempengaruhi umur perkawinan muda dan
perkawinan kembali.
Perceraian seperti halnya perkawinan, banyak dipengaruhi oleh factor demografi
lainnya seperti umur, kelompok etnik, asal daerah, kota, desa, dan sebagainya. Faktor yang
menjadi penunjang dari perkawinan dan perceraian antara lain kondisi ekonomi, pendidikan,
dan factor legal atau tidaknya perkawinan dan perceraian. Faktor lamanya perkawinan sangat
penting dalam menghitung potensi seseorang dan stabilitas perkawinanya. Pada umumnya
dengan meningkatnya jangka waktu perkawinan, meningkat pula proporsi yang bercerai.
H. Perkembangan Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebelum di undangkannya Undang-undang No. 1 tahun 1974 yaitu Undang- undang
perkawinan di Indonesia, berlaku bermacam-macam perkawinan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Hukum perkawinan bagi orang beragama islam di Indonesia resmi dikeluarkan pada
tahun 1882 dengan statsblaad No. 152. Sedangkan untuk mereka yang beragama Kristen
dikeluarkan tahun 1861 dengan statsblaad No. 38 yang berlaku buat perkawinan orang
Maluku dengan orang Maluku asli atau dengan orang Eropa atau keturunan Eropa.
Kemudian ada berbagai macam perubahan setelah kemerdekaan ada 7 macam hukum yang
berlaku:
Untuk orang Islam, berlaku hokum islam yang telah disesuaikan dengan hokum adat.
Hukum adat berlaku bagi penduduk asli seperti orang Bali.
Statsblaad No. 74 tahun 1933 berlaku untuk orang Indonesia yang beragama Kristen.
Hukum Perdata Sipil dengan berbagai penyesuaian berlaku bagi orang Timur Cina
warga Negara Indonesia.
Untuk timur asing lainnya warga Negara Indonesia berlaku adat masing-masing
asalnya.
Untuk grup Eropa dan keturunannya berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
yang berasal dari terjemahan Burgerlijk Wetboek.
Untuk perkawinan campuran maka berlaku hukum suaminya.
Usaha untuk menyatukan atau menjadikan satu hukum perkawinan di Indonesia ini sudah
dimulai sejak tahun lima puluhan, yaitu dengan dibentuknya Panitia Penyelidik Peraturan
Hukum Perkawinan Talak dan Rujuk, dengan cara pendekatan terhadap organisasi wanita
pada waktu itu. Namun usaha-usaha tersebut sampai dengan tahun 1971, akhir tugas
parlemen hasil pemilihan umum, masih belum bias terbentuk karena berbagai kepentingan
golongan yang perlu diperhatikan. Dengan parlemen hasil pemili 1971, setelah beberapa
tahun kemudian baru bias dibentuk Undang-Undang No. 1 tahun 1974 yang telah diumum
kan dan menjadi pegangan utama hukum perkawinan di Indonesia.
Pada dasarnya perkawinan di Indonesia adalah monogami. Poligami diperbolehkan
dengan syarat-syarat tertentu. Antara laki-laki dan wanita mempunyai hak yang sama untuk
meminta cerai kepada peradilan agama atau pengadilan negeri. Batas umur perkawinan
adalah 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk wanita dan harus mempunyai keinginan
yang sama dari kedua belah pihak yang akan kawin, begitu pula keluarganya.

BAB 8
Keluarga Berencana.
A. Pendahuluan.
Jumlah penduduk indonesia menurut hasil sementara sensus 1980 adalah 147 juta jiwa,
dengan angka pertumbuhan penduduk 2,34% per tahun. Salah satu sebab begitu cepatnya
pertumbuhan pendiuduk indonesia adalah suatu kelalaian yang dilakukan sebelum 1949 yaitu
pada zaman pemerintah kolonial belanda.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah kependudukan di indonesia pada saat
ini,pemerintah mengambil kebijaksanaan dalam bidang kependudukan yang berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, yaitu “Anti Natalis” suatu kebijaksanaan yang berusaha untuk
menekan kelahiran serendah mungkin.sebagai realisasi dari kebijaksanaan tang di anut,
pemerintah telah memulai dengan turutnya presiden soeharto dengan menandatangani
“deklarasi PBB tentang kependudukan”.
B. Pengertian dan definisi
Pengertian dan definisi dari setiap istilah merupakan suatu hal yang sangat penting,
disamping untuk di ketahui, juga diperlukan untuk adanya kesatuan bahasa bagi setiap
penganalisis data maupun bagi setiap pemakaian data. Istilah yang banyak digunakan dalam
kegiatan keluaga berncana adalah:

1. Akseptor KB (pesrta keluarga berencana)


Pasangan usia subur dimana salah seorang dari padanya menggunakan salah satu
cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegah kehamilan baik program maupun non
program.
2. Akseptor baru
Pasangan usia subur yang baru pertama kalimenggunakan salah satu cara alat/alat
kontrsepsi dan atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu cara
atau alatkontrasepsi setelah mereka berkhir masalah kehamilannya.
Akseptor baru dalam hal ini tidak termasuk pasangan usia subur yang menggunakan
alat kontrasepsi, kemudian pindah/ganti ke cara/alat yang lain.
3. Pasangan usia subur (PUS)
Pasangan usia subur batasan umur yang digunakan disini adalah 15sampai 44 tahun,
dan bukan 15-49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas
yang menggunakan batasan 15-49 tahun tetapi dalam kegiatan keluarga berncana
mereka yang berada pada kelompok 45-49 bukan merupakan sasaran keluarga
berencana lagi.
4. Cara kontrsepsi modern
Cara/alat kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah / menjarangkan kehamilan.
Yang termasuk dalam cara/alat kontrasepsi ini adalah :
IUD,Pil,Suntik,Kondom,Diaphragma,Vaginal tablet/jelly/foam,maupun sterilisasi,
baik untuk wanita maupun untuk pria .
5. Curent user – CU (Peserta KB Aktif):
Pasangan usia subur yang pada saat ini masih mengunakan salah satu cara/alat
kontrasepsi.
6. Ever User :
Pasangan usia subur yang pernah mengunakan salah satu cara/alat kontrasepsi,baik
sekarang masih menggunakan salah satu cara ataupun tidak menggunakan
lagi.Pasangan usia subur yang pernah menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi,
7. Akseptor aktif kembali
Pasangan usia subur yang telah berhenti menggunakan selama 3 bulan atau lebih yang
tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan cara kontrasepsi, baik
dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat paling kurang
3(tiga) bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.
8. Kelahiran Tercegah (Birt prevented)
Banyaknya kelahiran yang dapat dicegah karena pasangan-pasangan usia subur
menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi.
C. Penilaian Pelaksanaan Program KB
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Untuk dapat mengetahi apa yang telah digariskan dapat dicapai atau tidak, seta
penyimpangan-penyimpangannya mengapa tujuan tersebut tidak dicapai, perlu
diadakan penilaian dilaksanakan kegiatan tersebut. Dalam kegiatan program keluarga
berencana telah di tentukan beberapa pentahapan penilaian sehubungan dengan
kegiatan yang dilakukan:
Tahap pertama: penilaian pencapaian target akseptor baru dan akseptor aktif kembali
Tahap kedua : penilaian pencapaian target akseptor aktif
Tahap ketiga : penilaian terhadap perkembangan ciri-ciri akseptor, terutama dari
segi umur dan paritas akseptor
Tahap keempat : penelitian terhadap penurunan fertilitas yang dicapai.
C. Ukuran-ukuran Keluarga Berencana
Beberapa ukuran KB yang dikenal dalam pelaksanaan kegiatan KB seperti:
Angka Kelangsungan (continuation Rate-CR)
Peserta KB aktif (curent User-CU)
Bulan pasangan perlindungan ,atau tahun pasangan perlindungan
perkiraan penurunan fertilitas akibat pelaksanaan KB.
Ukuran-ukuran ini bukan merupakan ukuran yang mutlak terpisah antara satu dengan
lainya, tetapi ada kaitanya dan saling berhubungan antara satu dan lainnya (ukuran
yang satu di perlukan untuk perhitungan ukuran lainnya).
a) Angka kelangsungan
Angka kelangsungan adalah angka yang menunjukan proporsi akseptor yang masih
menggunakan alat kontrasepsi setelah suatu periode pemakaian tertentu.
Ada 4 macam angka kelangsungan yang di kenal, dapat dibagi dalam dua kelompok
pendekatan :
• Kelompok pertama, di tinjau dari pendakatan klinik(pemakaiannya), terdiri
atas 2 macam:
Angka kelangsungan cara pertama (first method continutation rate)
Angka kelangsungan semua cara ( All method continuation rate).
• kelompok kedua, di tinjau dari pendekatan demografi (kegagalan setelah
pemakaian, tanpa memedulikan apakah masih memakai atau tidak), terdiri atas
2 macam:
kehamilan yang dapat di hindarkan (Avoidance of pregnancy)
kelahiran yang dapat dihindarkan (avoidance of brith).
Dalam kesempatan ini yang di bahas secara terinci, hanyalah angka kelangsungan
cara pertama saja. Pada dasarnya cara perhitungan dari ke-4 macam angka kelangsungan
diatas adalah sama. Perbedaan terletak pada data dasar yang digunakan (penentuan batas awal
dan batas akhir dalam penghitungan lamanya pemakaian, dan kriteria dalam penentuan status
akseptor).
Status pemakaian adalah akseptor yang masih pakai cara pertama pada saat cut of
date. Status berhenti adalah akseptor yang sudah tidak pakai cara pertama pada saat cut of
date.
Cara penghitungan angka kelangsungan.
Tahap-tahap yang diperlukan dlam perhitungan angka kelangsungan pemakaian adalah:
Menentukan saat akhir observasi yang digunakan.
Mempersiapkan data dasar yang akan digunakan dalam perhitungan angka
kelangsungan pemakaian ini.
Menghitung angka kelangsungan pemakaian.
Ad.1. Saat akhir observasi dan ditentukan oleh peneliti sendiri tergantung dari tujuan
masing-masing yaitu sampai berapa bulan/tahun ganbaran continuation rate tersebut ingin
memperoleh (misal : 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun dan seterusnya).
Contoh: Apabila hasil angka kelangsungan yang ingin diperoleh adalah sampai dengan 2
tahun/24 bulan, dan responden yang cukup dalam penelitian adalah mereka yang menerima
kontrasepsi untuk pertama kali antara april 1974, maka saat akhir observasi dapat ditentukan
dengan cara:
April 1974+24 bulan = April 1976.

Ad.2. Mempersiapkan data dasar.


a) Menentukan status akseptor pada saat akhir observasi dari setiap akseptor yang
termasuk kedalam penelitian
b) Menentukan lamanya pemakaian alat kontrasepsi.
Contoh : mempersiapkan data dasar
Dalam contoh ini di tentukan:
Saat akhir observasi (cut of date) adalah 2 bulan sebelum wawancara.
Jangka waktu studi, antara 1 april 1973 dan 20 september 1974.
Pelaksanaan wawancara untuk ke-10 akseptor dibawah dilakukan dalam waktu 3 hari
yaitu akseptor A,B,C, pada tanggal 12 juni 1975 ,akseptor D,E,F pada tanggal 13 juni
1975 dan dan akseptor G,H,I,J pada tanggal 14 juni 1975.semua akseptor tersebut
diatas (10 orang) telah memilih pil sebagai cara pertama.

Akseptor A : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 15 september 1974 dan
terus memakai cara pertama (pil) sampai saat wawancara.
Akseptor B : Menerima pertama kali tanggal 8 juni 1973, berhenti menggunakan
karena sakit-sakitan pada tanggal 10 agustus 1973, 5 bulan kemudian
akseptor hamil yang menghasilkan lahir hidup.
Akseptor C : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 3 agustus 1974 dan terus
menerus memakai cara pertama kali sampai saat wawancara.
Akseptor D : Menerima untuk pertma kali pada tanggal 19 september 1974 dan
terus memakai cara pertma (pil) sampai saat wawancara.
Akseptor E : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 1 februari 1974 dan
berhenti memakai pada tanggal 20 oktober 1974 karena tidak perlu
proteksi dan sebelum wawancaraun telah menggunakan alat
kontrasepsi lainnya IUD dan masih terus memakai sampai wawancara.
Akseptor F : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 5 maret 1974 dan berhenti
pada tanggal 11mei 1974 karena ingin punya anak.
Akseptor G : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 8 september 1974 dan
terus memakai cara pertma sampai saat wawancara.
Akseptor H : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 4 agustus 1974 dan hamil
setelah menggunakan alat tersebut selama 8 bulan yaitu bulan april
1975 dan masih menggunakan cara tersebut dan sekarang masih hamil.
Akseptor I : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 2 desember 1973 dan
pada tanggal 17 april 1974 berhenti memakai karena sakit-sakitan.
Akseptor J :menerima untuk pertama kali pada tanggal 10 september 1974 dan
terus memakai cara pertama sampai saat wawancara.
Ad. 3. untuk perhitungan kelangsungan pemakaian.
pertama – tama ditentuka status dan lamanya pemakaian dari ke10 Akseptor.
Akseptor status Lamanya pemakaian
A Pemakai (75-73)x12+4-9+1=8

B Berhenti (73-73)x12+8-6+1=3

C Pemakai (75-74)x12+4-8+1=9

D Pemakai (75-74)x12+4-9+1=8

E Berhenti (74-74)x12+10-2+1=9

F Berhenti (74-74)x12+5-3+1=3

G Pemakai (75-74)x12+4-9+1=8

H Berhenti (75-74)x12+4-8+1=9

I Berhenti (74-73)x12+4-12+1=5

J Pemakai (75-74)x12+4-9+1=8
Menentukan jumlah akseptor yang memasuki bulan ordinal yang ke-i dan jumlah akseptor
yang berhenti pada bulan yang ke-i.
Dari keterangan pada tabel di atas dapat dibuat ringkas sebagai berikut:
Bulan ordinal ke Pemakai Berhenti
1 - -

2 - -

3 - 2

4 - -

5 - 1

6 - -

7 - -

8 4 -

9 1 2
dengan menggunakan keterangan dari A dan B diatas, kemudian menentukan secara jelas
untuk setiap ordinalnya:
berapa banyak akseptor yang berhenti pada bulan ordinal yang ke-i.
Berapa banyak akseptor yang keluar dari observasi pada bulan ordinal yang ke-i.
berapa banyak akseptor yang memasuki bulan ordinal yang ke-i.
Memasuki keterangan yang diperoleh dari perhitungan di sub c diatas kedalam tabel yang
disediakan di perhitungan pemakaian .
Tabel ini disebut dengan tabel kelangsungan pemakaian (continuation rate).
2. Peserta KB Aktif ( Current User-Cu)
Dalam memperkirakan CU dapat dilakukan dengan dua cara :
Dengan menggunakan angka kelangsungan.
Dengan mendasarkan pada distribusi alat kontrasepsi pada suatu waktu tertentu.
Tabel 8-6
Contoh Perhitungan angka Kelangsungan Pemakaian
Provinsi Jawa Barat- First Metho Continuation Rates Pll
Adjust Cum Adjust Cum
No Ni Ti Wi Pi Cum Pi Pi Qi
1 322 2 9938 9938 9535 0.465
2 320 26 9188 9131 8852 118
3 294 18 9388 8572 8448 1552
4 276 8 9610 8324 8122 1878
5 268 13 9515 7920 7858 2142
6 255 4 9843 7796 7687 2313
7 251 7 9721 7578 7454 2446
8 244 8 9672 7330 7206 2794
9 236 8 1 9661 9081 7003 2997
10 227 5 1 9780 6925 6706 3577
11 221 14 4 9367 6487 6423 3690
12 253 4 6 9803 6359 6310 3839
13 193 3 3 9845 6261 6161 4044
14 187 6 7 9679 6060 5956 4237
15 174 6 2 9655 5851 5763 4362
16 166 5 5 9699 5674 5638 4491
17 156 2 3 9872 5602 5509 4683
18 151 5 10 9669 5416 5317 4803
19 136 5 5 9632 5217 5197 4824
20 126 1 5 9921 5176 5176 4892
21 120 6 1 5176 5108 5029
22 114 3 2 9737 5040 4971 5147
23 109 3 5 9725 4901 4853 5196
24 101 2 3 9802 4804 4804 5300
25 96 4 1 4804 4700 5432
26 92 4 3 9565 4595 4568 5459
27 85 1 4 9882 4541 4541 5488
28 80 3 1 4541 4512 5609
29 77 1 2 9870 4482 4391 5791
30 74 3 9595 4300 4209 5882
31 71 3 6 9577 4118 4118 6024
32 62 4 1 4118 3976 6166
33 58 4 2 9310 3834 3834 6249
34 52 6 1 3834 3751 6376
35 46 2 2 9565 3667 3624 6925
36 42 1 2 9762 3580 3075 6543
37 39 11 28 7179 2570
1) Current Users Pil
Perkiraan jumlah current users di hitung berdasarkan jumlah pil oral yang di
sampaikan kepada pesrta KB. Dengan perkataan lain , setiap strip pil oral yang
diberikan kepada peserta KB akan di anggap memberi perlindungan (proteksi) dalam
satuan bulan (ser Mounth=couple month).
Jadi untuk memperkirakan jumlah current user oil oral rumus sbb:
CU.PIL = jumlah strip pil yang diberikan
12/13 x kepada pserta KB
2) Current User kondom
Seperti hal nya dengan pil, perkiraan current user di hitung berdasarkan jumlah
pemberian kondom yang disampaikan kepada peserta KB. Dalam hal ini asumsinya rata-rata
peserta KB dalam sebulan akan memakan sebanyak 6 biji atau ½ lusin setiap bulannya.
Dengan perkataan lain rumus C.U Kondom.

C.U. Kondom = 2 x jumlah lusin Kondom yang


Diberikan Peserta KB
3) Current User suntikan
Di hitung berdasarkan jumlah suntikan yang dilakukan, baik kepada peserta KB baru
maupun ulangan selama tiga bulan terkhir.
Dalam hal ini asumsinya bahwa yang di berikan akan efektif untuk(tiga) bulan.
C.U. Suntikan = jumlah sutikan selama (tiga)
Bualn laporan terakhir
Contoh:
April di laporkan dilakukan suntikan 50 peserta
Mei dilaporkan dilakukan suntikan 75 pesrta
Juni dilaporka dilakukan suntukan 6 peserta
Perkiraan CU suntikan pada bulan juni=50 + 75+60=185 user
4. Current user Medis Operatif pria (MOP)
Jumlah Akseptor baru MOP ditambah
Peserta KB yang pindah cara dari
C.U.MOP = metode lain menjadi metode MOP
Yang dilaporakan selama 7 tahun
Terakhir (84 bulan).
Asumsinya bahwa rata-rata efektifitas dari akseptor baru MOP adalah selama 7 tahun,
ditinjau dari rata-rata umur,penceraian,kematian dan fekunditas dari akseptor baru MOP.
5. Current User Medis Operatif Wanita (MOW)
Jumlah Akseptor Baru MOW
Ditambah Peserta KB yang pindah cara dari
C.U.MOW = cara dari metode lain ke metode MOW
Yang dilaporkan selama 7 tahun
Terakhir (84 bulan)
6. Current User IUD
Perkiraan current users di hitung berdasarkaan tingkat kelangsungan pemakaian dari
pada akseptor baru IUD. Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi maka pendekatan yang di
peroleh adalah dengan mempergunakan angka rata-rata perbulan dari kelangsungan
kumulatif.
Rumusnya :
Jumlah Current User IUD
Bulan lalu x indeks CR 1
C.U.IUD = bulan + (akselarator baru IUD
+ akseptor pindah cara ke
IUD X indeks C ½ bulan )
Penilaian Current User
Ukuran ini didasarkan pada :

Banyaknya akseptor aktif pada saat ini x 1.000


Banyaknya PUS pada tahun tersebut

Hasil dari perhitungan ini akan berpengaruh terhadap jumlah kelahiran yang dapat dicegah.
Atau lebih tegas lagi data ini menyatakan berapa banyak dari pasangan usia subur yang yang
terlindungi dari kehamilan, karenayang bersangkutan saat ini masih memakai alat
kontrasepsi.
Pusat
Semakin kecil cakupan daerah, semakin besar kemungkinan terjadi penyimpangan-
penyimpangan. Perkiraan PUS dari pusat didasarkan kepada hasil proyeksi untuk tingkat
provinsi. Sedangakan untuk tingkat yang lebih rendah (Kabupaten, kecamatan dan lurah)
perkiraan PUS digunakan dasar proporsi dari tingkat yang lebih tinggi.
Daerah
Perkiraan PUS didasarkan pada pencatatan petugas lapangan KB yang ada di daerah
tersebut. Didalam pelaksanaan pencatatannya, apabila terjadi:
Pengurangan PUS, yang yang disebabkan meninggal,cerai,lewat umur,dan lain-lain,segera
diadakan perubahan pada datanya.
Penambahan PUS, yang disebabkan terjadinya kawin ulang, selesai melahirkan, atau wanita
yang baru masuk subur, kadang-kadang tidak diadakan perubahan pada datanya.
Sedangakn daerah cenderung memberikan gambaran PUS yang lebih rendah dari kenyataan.
Disamping hal-hal tersebut diatas PUS nasional yang diperkirakan sekitar 15 % dari
penduduk berlakukan pula untuk semua provinsi, sedangakan kenyataannya didaerah cukup
bervariasi.
3. Bulan pasangan perlindungan (Couple-Mounths of Protection) Atau tahun pasangan
perlindungan (Couple yers of Protection)
Kedua ukuran ini mempunyai pengertian yang sama, perbedaanya hanya terletak pada
suatu waktu yang digunakan “bulan” dan “Tahun” dan hasil merupakan kombinasi
lamanya pemakaian dalam bulan atau tahun dan banyaknya pasangan yang
menggunakan alat kontrasepsi.
Bulan- pasangan perlindungan adalah banyaknya bulan-pasangan suami istri
yang terlindung yang kemungkinan mengalami kehmilan karena
menggunakan salah satu alat kontrasepsi.
Tahun-pasangan perlindungan adalah banyaknya tahun pasangan yang
terlindung dari kemungkinan mengalami kehamilan karena menggunakan
salah satu alat kontrsepsi.
contoh:
• Ada 1 pasangan yang menggunakan kontrsepsi selama 12 bulan, penghasilannya
Cuma CMP= 12
• Ada 2 pasangan yang menggunakan alat kontrasepsi masing-masing selama 12 bulan,
menghasilkan CMP= 24.
• Ada 2 pasangan yang menggunakan kontrasepsi selama 4 bulan dan 6 bulan
menghasilkan CMP= (1X4)+1X6)=10
• Ada 2 pasangan yang menggunakan kontrasepsi masing-masing selama 1 bulan
menghasilkan CMP= 12
Cara penghitungan CMP dan CYP.
a) jika data CU belum tersedia, perlu dihitung CU untuk tiap-tiap
bulanya(tahunya).perkaitan CU dapat dilakukan dgn 2 cara:
• menggunakan angak kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi(CR)
• menggunakan banyaknya alat kontrasepsi yang didistribusikan.
a) memperkirakan tahun pasangan perlindungan (couple- Mounth of protection, CMP).
CMP bulan t= CMP bulan 1-1 + CU bulan t

Andaikata diketahui jumlah CU bulan april 78 = 800 dan


Jumlah CU pada bulan mei 78 = 1.000, maka:
CMP pada bulan mei 78 = 800 + 1000 =
2
b) memberikan tahun pasangan perlindungan ( Couple- Years of Protection, CYP)

12
∑ CMP x
X=1
CYP = 12

Contoh:
Untuk tahun 1978/79:

CYP 1978/79= Jumlah CMP dari april 78 s/d Maret 79


12
Apabila program baru berjalan 2 bulan dalam tahun 1978/79, maka CYP untuk selama 2
bulan dapat juga di hitung sbb:
CYP pada bulan mei 1978 = CMP bulan april 78+ CMP bulan mei 79
12
c) Perkiraan penurunan fertilitas,akibat pelaksanaan K.B
Penghitungan perkiraan penurunan fertilitas dalam hal ini di lakukan dengan
menggunakan metode “Jhon Laing” dengan alasan metode cukup halus dengan mudah.
Cukup halus karena didalam perhitungannya telah dilakukan penyesuaian (adjutment) dari
ukuran efektivitas kontrasepsi (contrcive efektif) dengan cara menghilangkan kemungkinan
adanya “PPA” yaitu overlap antara masa post-parfumeamenorhea dengan masa menggunakan
kontrasepsi.
Oleh karena itu dari hasil CYP harus dicari dahulu gambaran mengenai indeks yearly
effective protection(YEP). Indeks ini dapat di peroleh menggunakan formula sbb:
YEP=0,83 CYP
Dengan demikian maka dapat diperoleh angka yearly effective protection(YEP).
Proporsi penurunan fertilitas
Proportion reduction of fertility-PRF= YEP X 100%
PUS
Apabila diketahui data mengenai tingkat fertilitas suatu daerah sebelum program KB
(baik Total Fertility Rate= TFR maupun Crude Birth Rate=CRB), maka memperkirakan
angka fertilitas untuk suatu daerah pada saat sekarang dapat dipergunakan perumusan sebagai
berikut:
T1FRt = (TFR base year)(1-YEP t )
PUS t

Catatan : Perumusan tersebut hanyalah dapat dipergunakan apabila telah diperoleh


CYP /YEP selama 12 bulan penuh atau lebih.

Contoh : TFR 1978/79= (TFR 1971 ( 1- YEP 1978/79)


PUS 1978/79
BAB 9
ANGKATAN KERJA
A. Pendahuluan
Kita mengetahui bahwa didalam suatu masyarakat atau negara, banyak pertanyaan
yang bersifat ekonomi dianggap hanya ”kepunyaan” ekonom. Meskipun demikian,
dalam prkembangan dewasa ini pertanyaan-pertanyaan tersebut juga dibicarakan pada
cabang-cabang ilmu lain. Mungkin jawabnya adalah bahwa keadaan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat dari suatu negara cenderung dipengaruhi oleh besarnya
orang yang mempunyai penghasilan, bagaimana dengan klasifikasi mereka
(keterampilan, pendidikan, dan sebagainya), regularitas pekerjaannya, serat jumlah
uang yang mereka hasilkan.
B. Karakteristik Ekonomi dan Studi Demografi
Banyak hal mengenai kehidupan sosial disuatu negara/masyarakat dapat
dijabarkan kalaun kita mengetahui mengenai komposisi lapangan pekerjaan dari
angkaan kerjanya, komposisi jenis pekerjaannya, dan fakta fakta lain mengenai
angkatan kerja. Dinegara yang sedang berkembang seberapa jauh pekerjaan musiman
dapat mempengaruhi pendapatan pekerja dan apakah ada kepincangan distribusi
pendapatan antara golongam dalam masyarakat. Ini semua adalah pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan karakteristik angkatan kerja. Ada hubungan
timbal balik antara kekuatan-kekuatan ekonomi dan kekuatan-kekuatan demografi.
Keduanya saling mempengaruhi. Ada pandangan yang mengatakan bahwa kejadian-
kejadian demografi adalah sebagai akibat dari kejadian-kejadian ekonomi.
C. Defenisi economically active population
Kita mengetahui bahwa penduduk dapat digolongkan dalam :
• economically active population
• economically inactive population
Kelompok pertama yaitu economically active population, terdiri dari para
pekerja yang memproduksi barang dan jasa (secara okonomi) dan mereka yang
sedang aktif mencari pekerjaan.
Kelompok kedua yaitu economically inactive population, adalah bagi mereka
yang bukan pekerja atau sedang tidak mencari pekerjaan, diman mereka ini hanya
mengonsumsi dan tidak memproduksi sesuatu barang dan jasa dilihat dari pengertian
ekonomi. Dimana angkatan kerja menitik beratkan pada dua kelompok penduduk,
yaitu :
1. penduduk yang bekerja
2. penduduk yang sedang mencari pekerjaan (termasuk mereka yang pertama
kali mencari pekerjaan)
A. Pengertian Tenaga Kerja, Angkatan Kerja Dan Bukan Angkatan Kerja
1) Tenaga kerja (manpower)
Tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa.
2) Angkatan kerja (labor force)
Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau
berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produtif yaitu memproduksi barang dan jasa.
3) Bukan angkatan kerja (not in the labor force)
Adalah bagian dari tenaga kerja (manpower) yang tidak bekerja ataupun mencari
pekerjaan.
A. Jenis/Jabatan pekerjaan (occupation)
Jenis/jabatan ini dibagi dalam 8 golongan, yaitu :
1. tenaga profesional, teknisi dan tenaga lain
2. tenaga kepemimpinan dan manjemen
3. tenaga administrasi, tenaga tata usaha, dan tenaga yang berhubungan
dengan itu
4. tenaga penjualan
5. tenaga usaha jasa
6. tenaga usha pertanian dan sebagainya
7. tenaga produksi dan sejenis, dan operator alat-alat pengangkutan
8. lain-lainnya (termasuk TNI).
B. Lapangan pekerjaan/usaha (industri)
Adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan/instansi dimana seseorang bekerja atau
pernah bekerja.
C. Status/Kedudukan Dalam Pekerjaan Dari Angkatan Kerja
1. Pengusaha tanpa buruh
2. Pengusaha pakai buruh
3. buruh/pekerja
4. pekerja keluarga
D. Beberapa Ukuran Dasar Dalam Angkatan Kerja
1. Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (labor forse participation rate)
Yaitu menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur
sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur itu.
Rumus: Angkatan kerja x 100% =
Tenaga kerja
2. Tingkat aktivitas umum ( general activity rate )
Adalah tingkat aktivitas (aktivity rate) untuk seluruh penduduk dalam usia kerja.
3. Tingkat aktivitas menurut umur dan jenis kelamin (Age-sex-specific activity
rate)
Rumus misalnya untuk laki-laki:
Angkatan kerja laki-laki umur tertentu x 100%
Jumlah seluruh laki-laki umur tertemtu
4. Tingkat activity menerut jenis kelamin: (Sex- spesicific activity rate)
adalah jika tingkat aktifitas (tingkat partisipasi) ini disajikan terpisah antara laki-
laki dan wanita.
5. Tingkat aktivitas kasar (crude aktivity rate)
Adalah jumlah economically active population jumlah seluruh penduduk, dan
dinyatakan dalam persentase.
6. Tingkat pengengguran (Unmployment rate)
Adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang
sedang aktif mencari pekerjaan.
Rumus:
Jumlah orang yang mencari pekerjaan x 100%
Jumlah angkatan kerja
7. Tingkat kerja penuh (fuly employed)
Rumus :
Jumlah yang bekerja- underempoyed x 100%
Angkatan kerja
8. Tingkat bekerja tidak penuh (Underemployed)
Rumus:
Jumlah orang yang underemployed x 100%
Angkatan kerja
9. 9.Rasio beban ketergantungan (dependenscy ratio)
Rumus:
Penduduk (0 – 14) + penduduk (65+) x100%
Penduduk (15-64)
A. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan
sedang aktif mencari pekerjaan. Masalah yang sering kita hadapi adalah masalah
setengah menganggur atau pengangguran tidak kentara, yang pengertian sebagai
berikut :
a) setengah menganggur (Underemployment)
Underemployment adalah perbedaan antara jumlah pekerja yang betul dikerjakan
seseorang dalam pekerjannya denagan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu
dan ingin dikerjakannya.
b) Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment)
Dalam angkatan kerja meeka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetepi sebetulnya
mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktifitasnya. Jadi disini mereka
sebenarnya tidak mempunyai produktifitas dalam pekerjaannya.
c) pengangguran friksional
Adalah pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari pekerjaan
kepekerjaan yang lain.
A. Hubungan Kegiatan Ekonomi dan Pengangguran
Kegiatan ekonomi harus tumbuh dan berkembang lebih cepat dari pertambahan
jumlah orang yang mencari pekerjaan. Jika pertumbuhan ekonomi tidak lancar, maka
jumlah orang yang tidak tertampung dalam suatu lapangan pekerjaan makin besar.
Sebaliknya, jika perekonomian suatu negara dalam keadaan makmur maka kecillah
jumlah orang menganggur (mencari pekerjaan). Tanpa adanya pembangunan ekonomi
maka kegiatan perekonomian akan makin sempit. Ini berakibat makin kecilnya
kesempatan kerja sehingga mempertinggi tingkat pengangguran disuatu masyarakat.
B. Masalah Ketidakseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Masalah yang biasa timbul dalam bidang angkatan kerja adalh ketidakseimbangan
antara permintaan akan tenaga kerja (supply of labor) [ada suatu tingkat upah tertentu.
Ketidakseimbangan ini dapat berupa :
○ lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja
○ lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja
A. Angkatan Kerja Di Indonesia
Keadaan angkatan kerja di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. jumlah angkatan kerja
Dikatakan bahwa jumlah angktan kerja kita telah naik dengan kurang lebih 24
juta orang selama dua puluh tahun.
b. Angkatan kerja menurut umur dan jenis kelamin:
Dilihat dari komposisi menurut jenis kelamin,angkatan kerja laki-laki untuk
seluruh indonesia 67% sedangkan angkatan kerja wanita hanya 33% saja.
Dengan demikian,sebagian besar angkatan kerja indonesia adalah terdiri dari
laki-laki.
c. Angkatan kerja menurut daerah pedesaan atau kota
Sebagian besar angkatan kerja indonesia tinggal didaerah pedesaan. Sekitar
85% Dari angkatan kerja tinggal didaerah pedesaan dan hanya 15% yang
tinggal didaerah kota.
d. Pengangguran di Indonesia
Berdasarkan hasil sensus penduduk 1971 maka tingkat pengangguran di
indonesia adalah sebesar 8,8% artinya ada sebanyak 8,8% dari angkatan kerja
yang saat itu aktif mencari pekerjaan.dari data itu, tingkat pengangguran di
kota (12,5%) adalah jauh lebih tinggi di banding di desa (8,2%).
BAB 10
STATISTIK
A. Pendahuluan
Suatu bagian yang penting dari statistik adalah statistik deskriptif. Statistik
deskriptif adalah adalah penyajian dari pengamat-pengamatan. Tujuan dari penyajian
adalah supaya pembaca dapat melihat pola-pola dan corak-corak yang penting dari
pengamatan-pengamatan tersebut. Berikut akan dibicarakan :
Distribusi frekuensi di mana pengamatan-pengamatan disusun menurut nilai dari
yang kecil sampai yang besar, atau dimana pengamatan dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok atau kelas-kelas. Distribusi frekuensi ini dapat digambarkan
dengan histogram, poligon, bagan melingkar atau pictogram.
Beberapa ukuran dapat menyimpulkan corak-corak dari data. Ukuran-ukuran yang
akan dibicarakan adalah ukuran tendensi sentral.
Ukuran lain yang menambah pengertian akan corak-corak data adalah ukuran
variabilitas.
Akhirnya akan dibicarakan suatu ukuran hubungan antara dua perubahan yaitu
Yule’s Q, sebagai contoh statistik inferensi, bagian dari statistik yang berusaha
menginterprestasikan pengamatan.
B. Distribusi Frekuensi
Misalkan suatu sampel random telah mengumpulkan umur-umur akseptor-
akseptor KB di Pagar Gunung. Nilai-nilai adalah sebagai beikut :
23, 35, 30, 40, 35, 20, 24, 32, 43, 18, 30, 21, 45, 35, 25, 37, 40, 40, 24, 30, 35, 25, 30,
25, 35, 24, 23, 24, 40, 35, 21, 37.
Nilai-nilai tersebut belum tersusun urutannya. Nilai-nilai ini perlu dsusun secara
teratur mulai umur yang termuda sampai dengan umur yang tertua, atau sebaliknya.
Dengan urutan demikian, maka untuk setiap nilai atau umur yang terdapat dalam
kumpulan data dapat di ketahui berapa akseptor yang mempunyai umur itu atau
berapakah frekuensi akseptor untuk umur itu.
Range adalah panjang interval yang memperlihatkan batas bawah dan batas atas
nilai-nilai pengamatan. Untuk data akseptor KB di Pagar Gunung, range dari sampel
dimulai pada nilai 18 dan berakhir pada 45, sedangkan (besarnya) range = 45 – 18 =
27 (lihat tabel dibawah ini).
Distribusi Frekuensi Sampel Akseptor-Akseptor KB
di Pagar Gunung Menurut Umur
Umur Melidi Frekuensi

x f(x)
18 I 1

20 I 1

21 II 2

23 II 2

24 IIII 4

25 III 3

30 IIII 4

32 I 1
35 IIII I 6

37 III 3

40 IIII 4

43 I 1

45 I 1
Total 34
Seringkali penggolongan dari data menyederhanakan penyajian dari data. Misalnya dalam
contoh di atas penggolongan-penggolongan umur adalah dalam kelompok-kelompok umur
15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49, maka distribusi frekuensi adalah sebagai
pada tabel dibawah ini :
Distribusi Frekuensi dari Akseptor-Akseptor KB
Di Pagar Gunung Menurut Golongan Umur
Kelas Umur F (kelas umur)
15 – 19 1

20 – 24 9

24 – 29 3

30 – 34 6

35 – 39 9

40 – 44 5

45 – 49 1
Total 34

Cara lain untuk menyajikan data adalah dengan bagan lingkaran di mana suatu lingkaran
dibagi menjadi bagian-bagian dan luas setiap bagian adalah frekuensi relatif kelas yang
dinyatakan dalam persen. Gambar dibawah ini memperlihatkan bagan lingkaran sebagai
berikut :
45 – 49
3%
15 – 19
40 – 44 3%
15%
20 – 24
26%

35 – 39
26% 24 – 29
9%
30 – 34
18%

Jika data banyak, maka pictogram dapat digunakan, yaitu gambar dari deretan boneka dapat
menyatakan 10, 50 atau 100 dan seterusnya pengamatan.
C. Ukuran Kecenderungan Sentral
Kecuali pola dari nilai-nilai ada baiknya kita mengetahui nilai yang
mencerminkan corak-corak nilai-nilai. Nilai semacam ini di peroleh dari ukuran
kecenderungan sentral (Central Tendency), yang merupakan indeks rata-rata dari
distribusi nilai-nilai. Ada tiga macam ukuran kecenderungan sentral yang sering
digunakan : modus, median dan mean atau nilai rata-rata hitung (atau nilai rata-rata
saja). Modus atau Ma adalah nilai yang paling besar frekuensinya. Median atau M,
adalah nilai yang merupakan pertengahan dari distribusi frekuensi. Sedangkan Median
adalah 321/2 yaitu titik tengah kelompok data.
Nilai rata-rata (hitung), X, adalah jumlah semua nilai-nilai yang terjadi dalam
distribusi dibagi atas jumlah pengamatan. Dengan rumus sebagai berikut :
=
X 1
N
∑ X 1. f (X 1 )
Karena nilai rata-rata menggunakan semua nilai yang muncul dalam distribusi
maka biasanya nilai rata-ratalah yang dilaporkan sebagai ukuran kecenderungan
sentral. Tetapi kadang-kadang nilai rata-rata agak sukar dimengerti seperti halnya
dalam rata-rata jumlah anak yang dilahirkan wanita. Maka adakalanya yang
dilaporkan adalah modus dan jika distribusi adalah sangat miring (skewed), maka
mungkin median yang lebih cocok sebagai ukuran kecenderungan sentral. Jika
distribusi adalah normal maka mean = modus = median. Jika distribusi modus bagian
distribusi yang padat, mean pada bagian distribusi yang jarang.
D. Ukuran Variabilitas
Ukuran variabilitas (measure of variability) dapat menambah pengertian kita
mengenai kejadian-kejadian (occurence) semua nilai-nilai suatu perubah atau variabel
atau ciri. Biasanya nilai-nilai yang dapat dicapai oleh suatu ciri dalam suatu
pengamatan adalah lebih dari satu, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai-nilai yang
diamati berbeda (atau berubah atau variabel). Maka ukuran variabilitas merupakan
indikasi dari tersebarnya (atau dispersi) pengamatan-pengamatan antara nilai-nilai
dari peubah yang sedang diteliti.
Range adalah suatu ukuran variabilitas, yang menyatakan selisih antara nilai
terbesar dan terkecil yang dapat dicapai oleh peubah. Range adalah 9 (=9–0). Ukuran-
ukuran dispersi yang sering digunakan adalah varian dan standar deviasi.
Standar deviasi adalah akar dari varian. Varian suatu peubah dinyatakan dengan
S2 dan merupakan jumlah kuadrat dari selisih antara nilai-nilai yang ada di dalam
pengamatan sampel dengan rata-rata hitung dibagi dengan dibagi dengan besarnya
sampel dikurangi 1.
S2 =
1
N −1
∑ (X i − X )2 f (X i )

=
1
N −1
{∑ X i
2
. f ( xi ) − N X
2
}
(Disini tidak dibedakan antara sampel besar dan sampel kecil sebab untuk sampel besar maka
nilai mendekati nilai ).
1 1
N −1 N

E. Yule’s Q
Yule’s Q adalah ukuran dari hubungan antara dua variabel (peubah) yang
dichotom. Suatu perubah dinyatakan dichotom bila nilai-nilai yang dicapai peubah
tersebut hanya dikelompokkan dalam dua kelas nilai-nilai. Semua peubah selalu dapat
dijadikan peubah yang dichotom. Pengamatan dari dua peubah yang dichotom dapat
dijabarkan pada tabel silang 2 x 2 sebagai berikut :
Peubah II
Peubah I Total
Y Y

X A B A+B
C D C+D
X

Total A+C B+D A+B+C+D=N


Namakanlah nama kedua peubah tersebut, Peubah I dan Peubah II. Kedua kategori dari
Peubah I kita sebut X dan (baca : bukan X). Kedua kategori dari Peubah II kita sebut Y
X

dan (baca : bukan Y).


Y
Jika antara peubah-peubah I dan II tidak ada hubungan, maka perbandingan frekuensi kedua
kategori dari peubah II tidak tergantung dari kategori-kategori peubah I. Jadi jika peubah I
dan peubah II bebas linier (independent) maka :
(Ae : Be) = (Ce : De) = (A + C) : (B + D) (1)

Dimana : e adalah notasi diharapkan atau expected.


Jadi :
Ae, Be, Ce dan De adalah frekuensi yang diharapkan dari sel-sel (X, ). (X, Y), ( dan (
Y X ,Y )

, Y), jika antara peubah I dan peubah II tidak ada hubungan. Ae, Be, Ce dan De memenuhi
X
:
Ae + Be = A + B (2)
Ce + De = C + D (3)
Ae + Ce = A + C (4)
Be + De = B + D (5)
Jadi frekuensi marjinal dianggap sudah tertentu (fixed).
Dari (1) dan (2) dapat dibuktikan bahwa :
Ae = (6)
( A + C )( A + B)
N
Dengan cara yang sama dapat dibuktikan :
Be =
( A + B )(B + D)
N
Ce =
( A + C )(C + D)
N
De =
( B + D)(C + D)
N
Sebutlah selisih antara frekuensi yang diamati dan frekuensi yang diharapkan maka :
δ
= A – Ae
δA
= B – Be
δB
= C – Ce
δC
= D – De
δD
Dan dapat dibuktikan bahwa :

δ A = −δ B = −δ C = −δ D
Jadi jika suatu sel diketahui, maka sel-sel lainnya sudah tertentu. Hanya ada dua pola
δ δ

yang mungkin untuk :


δ

Peubah II Peubah I Peubah II


Peubah I
Y Y Y Y
X <0 >0 X >0 <0
δA δB δA δB

X >0 <0 X <0 >0


δC δD δC δD

Pola 1 Pola 2

Pola 1 : menyatakan bahwa hubungan antara Peubah I dan II, adalah positif. Kita dapat
nyatakan bahwa :
(1) > 0 maka X cenderung Y
δB
(atau Y cenderung X) dan
(2) > 0 maka cenderung
δC X Y
(atau cenderung ).
Y X
Pola 2 : menyatakan bahwa hubungan antara Peubah I dan II, adalah negatif. Kita
dapat menyatakan bahwa : karena
(1) > 0 maka X cenderung
δA Y
(atau cenderung X) dan
Y
(2) > 0 maka cenderung Y
δD X
(atau Y cenderung ).
X
BAB 11
Kebijaksanaan Kependudukan
A. Pendahuluan
Kebijaksanaan kependudukan merupakan gejala yang relative baru. Berbagai
kebijaksanaan ekonomi maupun sosial ditujukan untuk meningkatkan kesejakterahan
penduduk. Kebijaksanaan itu meliputi penyediaan lapangan kerja untuk penduduk
yang menghendakinya, memberikan kesempatan pendidikan, meningkatkan
kesehatan, serta usaha-usaha yang menambah kesejahteraahn penduduk lainnya.
Berbagai kebijakan itumempengaruhi penduduk, baik mengenai besar, komposisi,
distribusi, dan pertumbuhannya maupun cirri-ciri penduduk yang lain. Akan tetapi
pengaruh terhadap penduduk itu bukan tujuan utama, melainkan merupakan akibat
sampingan dari kebijaksanaan itu. Kebijaksanaan kependudukan menurut Perserikatan
Bangsa-bangsa diberi pengertian sebagai berikut :
“ ….. langkah-langkah dan program-program yang membangtu tercapainya tujuan-
tujuan ekonomi, sosial, demografis, dan tujuan-tujuan umum yang lain dengan
mempengaruhi variable-variabel demografi yang utam, yaitu besar dan pertumbuhan
penduduk serta perubahan dan cirri-ciri demografisnya ….. “
Dalam pengertian tersebut, termasuk langkah-langkahdan program-program baik yang
kemungkinan besar mempengaruhi variable-variabel utama itu maupun yang secara sadar
dimaksud demikian.
Perlu dibedakan antara kebijaksanaan yang mempengaruhi variable-variabel
keendudukan maupun yang menanggapi perubahan-perubahan penduduk.kebijaksanaan yang
mempengaruhi variable kependudukan antara lain ialah mengadakan vaksinasi anak-anak
yang menyelamatkan mereka dari berbagai penyakit anak-anak yang berbahaya.
Vaksinasidemikian akan menurunkan kematian anak-anak dan akan mempengaruhi angka
kematian penduduk sebagai keseluruhan.
Kebijaksanaan yang menanggapi perubahan-perubahan penduduk antara lain ialah
pendirian sekolah-sekolah unyuk menampung peningkatan jumlah anak-anak yang
disebabkan oleh penurunan angka kematian anak-anak.
Suatu kebijakan yang mempengaruhi variable kependudukan dapat bersifat langsung
atau tidak langsung. Kebijaksanaan langsung dalam hal ini antara lain ialah pelayanan
kontrasepsi yang langsung mempengaruhi besarnya poenduduk akibat penurunan banyaknya
kelahiran. Kebijaksanaan kependudukan yang bersifat tidak langsung misalnya melalui
pencabutan subsisi pada keluarga yang mempunyai anak lebih dari jumlah tertentu, misalnya
dua, yang akan mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan oleh keluarga-keluarga.
Kebijaksanaan kependudukan berhubungan dengan keputusan pemerintah. Dengan
mempengaruhi kelahiran, kematian dan persebaran penduduk, pemerintah mempunyai
kebijaksanaan yang mempengaruhi penduduk.
B. Ruang Lingkup Kebijaksanaan Kependudukan
Kebijaksanaan kepnedudukan berhubungan dengan dinamika kepndudukan,
yaitu perubahan-perubahan terhadap tingkat fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Kebijaksanaan kependudukan dapat mempengaruhi fertilitas baik untuk
menaikan ataupun menurunkan angka kelahiran. Pada waktu ini, kebijaksanaan
mengenai fertilitas sering hanya dihubungkan dengan penurunan fertilitas melalui
keluarga berencana. Bahkan banyak orang menganggap kebijaksanaan kependudukan
identik dengan keluarga berencana.
Kebijaksanaan mengenai mortalitas biasanya langsung dihubungkan dengan
kesehatan, bahkan dihubungkan dengan klinik, rumah sakit, dan dokter. Mortalitas
mempunyai hubungan yang erat dengan morbiditas ( tentang sakit ). Sebagian besar
orang yang mati disebabkan sakit, dan hanya sebagian kecil yang meninggal karena
kecelakaan. Sebagian sangat sangat kecil mati karena bunuh diri. Karena itu
mortalitas dan morbiditas harus dipahami sekaligus.
Migrasi merupakan kebijakan redistribusi penduduk. Hanya dnegan migrasi
distribusi penduduk dapat dipengaruhi dalam jangka waktu relative pendek. Dalam
membahas migrasi, biasanya urbanisasi dicakup. Urbanisasi sebagi keadaan dan
proses pemusatan penduduk di daerah urban ( perkotaan ) banyak dipengaruhi oleh
migrasi dari desa ke kota. Karena itu ada anggapan seolah-olah hanya disebabkan
oleh migrasi dari desa ke kota, atau urbanisasi dianggap identik dengan migrasi desa-
kota. Padahalurbanisasi disebabkan oleh tiga factor, yaitu pertambahan alami, migrasi
desa-kota dan reklasifikasi daerah perdesaan ( rural ) menjadi perkotaan ( urban ).
Masalah yang dapat mempengaruhi fertilitas ialah nuptialitas, yaitu hal-hal
yang berhubungan dengan perkawinan. Umur perkawinan pertama, gampang atau
sukarnya perceraian serta perkawinan ulang dapat dihubungkan dengan kebijaksanaan
kependudukan juga.
C. Macam-macam kebijaksanaan kependudukan
Kebijaksanan kependudukan dapat bersifat nasional terpadu atau sektoral.
Kebijaksanaan nasional terpadu mencangkup segala segi kehidupan dengan satu
tujuan mengenai kependudukan. Semua komponen yang mempunyai hubungan
dengan penduduk mempunyai orientasi yang sama, sehingga merupakan satu system.
Masing-masing mempunyai kaitan dengan komponen-komponen yang lain yang
menuju pada satu sasaran yang ditentukan, mislanya penurunan fertilitas, penurunan
mortalitas atau peningkatan migrasi.
Kebijakan sektoral menyerahkan masalah kependudukan kepada satu sector.
Kegiatan sektoran dapat dikoordinasikan, tetapi dalam kenyataan koordinasi sukar
dilaksanakan.
D. Program-program kependudukan
Kegiatan nyata untuk melaksanakan kebijaksanaan dengan sasaran tertentu,
batas waktu dan dana tertentu merupakan satu program kegiatan demikian yang
bertujuan mempengaruhi atau menganggapi aspek-aspek kependudukan yang
merupakan program kependudukan.
Kegiatan keluarga berencana adalah program kependudukan. Peningkatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang akan menurunkan angka kematian bayi juga
merupakan program kependudukan.Pemindahan penduduk yang diatur pemerintah
dalam bentuk transmigrasi adalah program kependudukan.
Di Indonesia, karena menuntut sejarah kegiatan transmigrasi dan keluarga
berencana mendahului perumusan kebijaksanaan kependudukan, kegiatan itu
merupakan program sendiri-sendiri. Pengertian program kepndudukan bahkan diberi
pengertian sempit, yaitu kegiatan yang mendukung program keluarga berencana.
Dalam kenyataan program kependudukan di Indonesia diartikan sebagai kegiatan
beyond family planning yaitu kegiatan-kegiatan yang menjangkau lebih jauh dari
keluarga berencana, misalnya perbaikan gizi, peningkatan pendapatan dan lain-lain
yang dapat menambah kemantapan program keluarga berencana.
Transmigrasi merupakan kebijaksanaan kependudkan mengenai migrasi.
Kebijaksanaannya adalah redistribusi penduduk melalui migrasi yang diatur oleh
pemerintah. Transmigrasi yang diatur itu hanya meliputi bagian kecil migrasi, tetapi
dilakukan secara sadar dan dengan tujuan yang jelas. Sejak tahun 1972 dengan
Undang –Undang no. 3 tahun 1972 yang mengatur pokok-pokok penyelenggaraan
Transmigrasi. Transmigrasi tidak hanya mempunyai aspek kependudukan tapi juga
aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan. Akan tetapi karena itu
dijalankan dengan mempengaruhi variable migrasi, maka transmigrasi merupakan
satu program kependudukan.
Usaha penyebaran fertilitas kesehatan secara merata sehingga menjangkau
seluruh penduduk merupakan satu program kependudukan dalam rangka
kebijaksanaan menurunkan kematian dan meningkatkan harapan hidup penduduk.
E. Kebijaksanaan Kependudukan Di Berbagai Negara
Pengertian kebijaksanaan kependudukan dibanyak negara dihubungkan
dengan keluarga berencana.di negara-negara yang sekarang telah maju, khususnya di
negara-negara liberal barat, pemerintah negara-negara itu mengambil sikap tidak ikut
campur. Di negara-negara itu usaha keluarga berencana dilakukan oleh organisasi-
organisasi masyarakat dengan dana dari masyarakat pula. Prakarsa keluarga
berencana datang dari masyarakatatas yang mempunyai pendidikan paling tinggi dan
mempunyai pendapatan serta lapangan kerja yang paling tinggi pula. Dengan
demikian, pengetahuan, sikap positif terhadap keluarga berencana serta praktek KB di
mulai dari golongan atas menurun ke golongan menengah terus ke golongan buruh
dan kahirnya mencapai para petani di desa-desa.
sebagian besar penduduk dunia berdiam di negara-negara sedang berkembang.
Kebijaksanaan kependudukan oleh sebagian pemerintahan melalui program KB
hasilnya sudah mulai Nampak. Sebagian penduduk dunia di negara yang sedang
berkembang belum banyak dijamah oelh keluarga berencana baik melalui
kebijaksanaan pemerintah maupun oleh organisasi masyarakat.
F. Macam-macam kebijaksanaan kependudukan
Kebijaksanaan yang banyak dianut adalah anti natalis. Kebijaksanaan ini
mempunyai tujuan untuk menurunkan angka kelahiran. Negara-negara yang
menjalankan kebijaksanaan KB bersifat anti natalis, sekalipun alasannya bermacam-
macam. Alasan yang umum digunakan adalah untuk kesajahterahan ibu dan anak,
baik ditinjau dari kesehatan sang ibu dan anak maupun pertimbangan kesejaterahan
sosial ekonomi keluarga pada umumnya. Dengan demikian keluarga berencana tidak
dikemukakan dalam kerangka makro, tetapi mikro, demi kepentingan keluarga.
Semboyan yang digunakan untuk mencapai keluarga kecil yang bahagia mendasari
program-program itu.
Memang keluarga-keluarga tidak akan berminat terhadap masalah makro,
misalnya apakah itu berhubungan dengan kepadatan penduduk, cepatnya
pertumbuhan ataupun penyebaran penduduk yang tidak merata.ha-hal ini merupakan
masalah bagi pemimpin-pemimpin masyarakat baik dalam pemerintahan maupun di
luar pemerintahan.
Kebijaksanaan pronatalis tidak banya diikuti. Contoh yang sering dipakai di
Prancis sesudah kalah perang dengan Jerman pada tahun 1871. Pada waktu itu timbul
gagasan untuk membalas kekalahan ( revanche idea ) terhadap Jerman. Keluarga-
keluarga dianjurkan untuk memperbesar jumlah keluarga dengan meningkatkan
kelahiran. Berbagai subsidi maupun fasilitas-fasilitas diberikan oleh pemerintah,
tetapi hasilnya diragukan.
Negara-negara yang dipimpin oleh dictator-diktator yang menyiapkan perang
menjelang Perang Dunia II, yaitu Rusia, Jerman, Italia, dan Jepang mempunyai
kebijaksanaan pronalitas pada waktu itu.
Sesudah Perang Dunia II negara-negara yang mempunyai kebijaksanaan
pronalitas adalah Indonesia – sampai munculnya Orde Baru dan Brasilia. Kedua
negara ini ingin mencapai penduduk stabil 250 juta yang dianggap diperlukam untuk
masuk kelas negara besar.
G. Perbedaan kebijaksanaan kependudukan di berbagai negara
Negara-negara Asia terbagi dua dalam kebijaksanaan kependudukannya.
Negar-negara Asia Selatan, Tenggara dan Timur hampir semua mengikuti
kebijaksanaan anti natalis. Dari Pakistan sampai Jepang denganpengecualian Birma
dan Vietnam, semuanya menjalankan program keluarga berencana. Cina bahkan
mengusahakan keluarga dengan hanya satu anak setelah penduduk mendekati jumlah
satu miliar.
Di negara-negara Asia bagian Barat yang sebagian besar berpendudk Arab
Islam, hanya Iran yang pada masa Syah iRan menjalankan kebijaksanaan anti natalis.
Negara-negara lainnya tidak mempunyai kebijaksanaan kependudukan yang jelas,
kecuali Kuwait yang nyata-nyata mempunyai kebijaksanaan pronatalis. Negara-
negara Eropa tidak mempunyai kebijaksanaan kependudukan yang secara resmi
dinyatakan. Program-program yang mempunyai akibat kependudukan lebih bersifat
sosial ekonomi atau sekedar menampung akibat-akibat negative tindakan masyarakat.
Sebagai missal legalisasi pengguguran kandungan terutama di negara blok komunis
bukanlah untuk menurunkan fertilitas, tetapi untuk menghindarkan pengguguran tidak
syah secara sembunyi-sembunyi yang membahayakan kesehatan ibu.
Negara-negara Afrika pada umumnya merasakan kekurangan penduduk.
Pendekatan dengan keluarga berencana sebagai usaha peningkatan kesejahterahan
keluarga hanya diikuti oleh Mesir dan Tunisia di negara-negara Arab di Afrika dan
oleh Ghana serta Kenya diantara negara-negara dengan penduduk berkulit hitam.
Di Amerika Selatan kebijaksanaan kependudukan dapat dibagi dua, yaitu
kebijaksanaan pronalitas disebagian negara-negara yang pendudknya beragama
Khatolikdan anti natalis di negara-negara yang penduduknya Protestan. Namun
demikian dibeberapa negara yang agak maju seperti Chili dan Argentina praktik
keluarga berencana sudah meluas dalam masyarakat.
Negara-negara Amerika latin mengikuti paham yang menyatakan bahwa
apabla keadaan sosial ekonomi diperbaiki maka angka kelahiran akan turun, seperti
halnya dalam teori transisi demografi.
Meskipun di Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin program-program
keluarga berencana belum banyak diikuti sebanyak Asia Selatan, Tenggara danTimur,
kecendrungan untuk kesikap anti natalis memasuki golongan-golongan terbatas
masyarakatnya, sehingga akhirnya akan mendorong kea rah kebijaksanaan anti
natalis.
H. Kebijaksanaan kependudukan di Indonesia
Kebijaksanaan yang menyangkut distribusi penduduk sudah diikuti sejak
permulaan abad ini oleh pemerintahan Hindia Belanda. Kolonisasi kebeberapa daerah
luar jawa dengan memindahkan penduduk dari jawa adalah usaha redistribusi
penduduk. Usaha itu merupakan kebijaksanaan kependudukan. Sekalipun hasilnya
tidaklah besar, tetapi pemerintah Hindia Belanda telah memulai program itu dan
setelah mengalami berbagai hambatan, menjelang Perang Dunia II kolonisasi itu
menjadi cukup penting.
Pemerintah Indonesia merdeka meneruskan program pemindahan penduduk
itu dengan transmigrasi. Konsep transmigrasi yang dicetuskan pada permulaan
kemerdekan Indonesia merupakan kebijaksnaan kependudukan yang secara sadar
hendak mengurangi penduduk jawa dengan cara memindahkannya ke luar jawa.
Dalam apa yang dikenal dengan rencana tambunan, direncanakan Transmigrasi besar-
besaran, bukan hanya mengurangi penduduk pulau jawa secara absolute. Jawa
diperkirakan hanya mampu menampung 30 juta penduduk dan selebihnya harus
ditransmigrasikan.
Kebijaksanaan kependudukan itu dijalankan sampai pemerintahan Orde Baru
memberikan orientasi yang luas mulai tahun 1972. Undang-Undang no. 3 tahun 1972
memberikan tujuan yang luas pada transmigrasi dimana pertimbangan demografis
hanya merupakan satu dari tujuh sasaran yang terdiri atas:
• Peningkatan taraf hidup
• Pembangunan daerah
• Keseimbangan penyebaran penduduk
• Pembangunan yang merata di seluruh Indonesia
• Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia
• Kesatuan dan persatuan bangsa
• Memperkuat pertahanan dan keamanan sosial
Kebijaksanaan transmigrasi ini mencangkup segi-segi politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan di samping kebijaksanaan redistribusi penduduk.
Kebijaksanaan ini merupakan kebijaksanaan sektoral dan regional. Di samping itu
transmigrasi diarahkan kepada transmigrasi swakarsa yang akan mengurangi beban
pemerintah dan mendorong penduduk berinisiatif unutk pindah dalam rangka
pembangunan daerah asal maupun daerah tujuan transmigrasi. Di dunia ini tidak ada
negara lain yang mempunyai kebijaksanaan redistribusi penduduk yang lebih luas dari
Indonesia. Malaysia dan Filipina mempunyai program pemukiman penduduk
( settlement ) yang terbatas dan lebih bersifat kegiatan pembangunan ekonomi. Proyek
Felda ( Federal Land Development Authority ) di Malaysia merupakan usaha
meningkatkan produksi karet dan kelapa sawit untuk ekspor dengn mendatangkan
petani-petani terpilih. Filipina mempunyai program pembukaan daerah Mindanau
yang ruang lingkupnya terbatas.
Kebijaksanaan kependudukan telah dirumuskan dalam GBHN. Kebijaksanaan
ini merupakan bagian dari kebijaksanaan kependudukan yang meliputi :
• Bidang-bidang pengendalian kelahiran
• Penurunan tingkat kematian terutama kematian anak-anak
• Perpanjangan harapan hidup
• Penyebaran penduduk yang lebih serasi dan seimbang
• Pola urbanisasi yang lebih berimbang dan merata
• Perkembangan dan penyebaran angkatan kerja
Kebijaksanaan kependudukan utama di Indonesia adalah kebijaksanaan
keluarga berencana. Kebijaksanaan ini sudah luas diketahui oleh semua petugas KB
maupun masyarakat luas.
Pertama-tama program KB, sesuai dengan deklarsi PBB mengenai
kependudukan dimana Presiden Suharto iky mendatangani, merupakan titik balik
yang sangat penting di Indonesia. Program KB telah dapat mengubah pandangan
dalam masyarakat yang pronalitas, yang melihat penduduk dari sudut kuantitas saja,
menjadi pandangan anti natalis, yang menekankan pada kesejahterahan masing-
masing keluarga dengan membatasi kelahiran. Kebijaksanaan pemerintah yang
menjadi commitment pimpinan tertinggi untuk melaksanakan program KB merupakan
salah satu produk Orde Baru uang paling penting dengan jangkauan yang jauh.
Kedua ialah kenyataan bahwa dukungan masyarakat cukup besar dan
tantangan dari golongan manapun secra prinsipil tidk ada terhadap program Keluarga
Berencana.
Ketiga, Indonesia dapat membuktikan bahwa KB dapat dilaksanakan di daerah
pedesaan secara efektif. Ini berbeda dengan pola penyebaran KB yang biasanya mulai
dari kota ke pedesaan, sehingga prosesnya lambat, di negara-negara yang telah maju.
Penerimaan masyarakat terhadao teknologi KB di daerah pedesaan kita merupakan
kesempatan ( point of entry ) yang penting untuk proses pembangunan sector-sektor
yang lain. Hal ini mungkin Karen tidak langsung diikuti pendekatan teknis tetapi
melalui penerangan dan motivasi terlebih dahulu. Kegagalan banyak program KB di
negara-neraga lain adalah karena dimulai dari aspek teknis medis., yaitu pengadaan
klinik-klinik KB, yang meskipun merupakan bagian yang menentukan, tetapi
merupakan bagian akhir dari suatu rantai yang dimulai dari pengetahuan tentang KB,
sikap untuk menerimanya dan baru kemudian praktek KB dengan bantuan klinik.
Keempat untuk menjadikan KB sebagai suatu lembaga atau pranata sosial,
maka KB diusahakan untuk menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat dalam
bentuk Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS ). Ini
merupakan pendekatan yang menyentuh perikehidupan keluarga secara nyata.
Kelima, usaha untuk melaksanakan beyond family planning. Konsep ini
sebenarnya usaha untuk mempertemukan tiga pandangan, yaitu :
• Pandangan yang menyatakan bahwa penurunan fertilitas hanya dapat dicapai melalui
pembangunan ekonomi. Apabila ekonomi terbangun, fertilitas akan turun dengan
sendirinya.
• Pandangan bahwa perubahan nilai-nilai dalam masyarakat yang mengurangi peranan
anak dalam kehidupan keluarga dan sebagai jaminan hari tua maupun tenaga bantuan
untuk keluarga. Kalau pandangan ini berubah, keinginan untuk punya banyak anak
akan berkurang, fertilitas akan turun dengan sendirinya.
• Pandangan bahwa dengan program KB yang dikelola dengan baik, fertilitas akan
dapat diturunkan.
negara-negara yang berhasil menurunkan fertilitas dengan cepat adalah Korea,
Taiwan, Hongkong, dan Singapura. Negara-negara itu melaksanakan program KB
tetapi bersamaan dengan itu dilaksanakan pembangunan ekonomi dan sosial yang
paling menunjang. Program KB berjaln seiring dengan peningkatan kesejahterahan
keluarga baik yang bersumber pada pembangunan ekonomi maupun sosial. Indonesia
melalui program kependudukan mengarah pada penggunaan ketiga pandangan
sebagai satu kesatuan.
A. Tinjauan Masa Depan
Indonesia hendak mencapai penurunan fertilitas sehingga pada tahun 1990
dicapai angka setengah dari keadaan pada tahun 1971. In berarti penurunan angka
kelahiran kasar dari 44 per 1000 menjadi 22 per 1000 dalam waktu 19 tahun. Ada
anggapan bahwa pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa 1971-1980 sebesar 2,34 %
sebagai penunjuk KB kurang berhasil. Akan tetapi kalau diingat bahwa KB mulai
mempunyai dampak baru sejak 1974, sedang penurunan angka kematian sebagai
akibat pembangunan diduga sudah mulai sejak tahun 1970, yaitu sejak Repelita I
mulai berjalan. Angka 2,34 % adalah rata-rata selama 9 tahun, yang tinggi pada
permulaan dan rendah pada bagian akhir dasawarsa 1970-an.
Usaha mencapai penurunan kelahiran sebanyak itu tidak mustahi, tetaapi
merupakan tantangan yang berat. Cara kontrasepsi yang mantap ( IUD ) dan mungkin
Depo Provera harus secara luas diapakai dan cara lain seperti sterilisasi dapat
dikembangkan oleh organisasi masyarakat. Dengaan pengalaman yang ada,
kesungguhan yang lebih besar, keterbukaan dan kejujuran pelaksanaan, maka sasaran
itu tidak berlebihan.
Dalam hal transmigrasi masih perlu untuk mencari pendekatan yang lebih
mantab. Cara berpikir yang dan lebih efisien perlu dikembangkan sehingga sasaran
kuantitatif ( 500.000 kepala keluarga ) dalam Pelita III dapat dicapai. Sesuai dengan
UU No.3 tahun 1972, Transmigrasi Swakarsa harus lebih didorong untuk memulia
proses migrasi berantai. Hanya dengan migrasi berantai, dimana mereka yang sudah
pindah dan berhasil akan menarik saudara, teman dan tetangganya menempuh hidup
baru di daeraah transmigrasi, transmigrasi besa-besaran dapat terlaksana.
Baik Kb maupun trnsmigrasi mempunyai implikasi sosial, ekonomi, budaya
dan politik. Sebagai missal, ada anggapan bahwa WNI Cina tidak berkeluarga
berencana sehingga jumlah mereka akan bertambah dengan cepat. anggapan
semaacam ini tidak benar, tetapi ada prasangka masyarakat demikian. Dalam hal
transmigrasi seolah penduduk setempat dirugikan padahal seharusnya malah dapat
manfaat. Hal-hal demikian harus diantisipasi, sehingga dapat ditiadakan sebelum
muncul.
Mengingat pentingnya masalah kependudukan ini perlu adanya UU yang
mengatur pokok-pokok mengenai kependudukan sebagai suatu system yang terpadu.
UU yang mencangkup aspek-aspek kependudukan secra menyeluruh akan menjadi
pegangan dalam menangani masalh penduduk yang kompleks secara terpadu.

You might also like