Professional Documents
Culture Documents
KOMPOSISI PENDUDUK
Ciri utama demografi adalah umur dan jenis kelamin. Ciri ini
juga sekaligus mengganbarkan perkembangan penduduk
dimasa mendatang melelui proses kelahiran dan kematian.
Namun demikian, dimugkinkan pula pengelompokan penduduk
menurut distribusi umur. Selain distribusi umur penduduk,
dalam analisis demografi dikenal pula struktur umur penduduk
yang dbedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
1. penduduk usia muda, yaitu penduduk dibawah usia 15 tahun
atau kelompok umur 0 – 14 tahun.
Pengantar
Rumah tangga
Sekelompok orang yang biasanya tinggal dan makan bersama. Orang-orang ini
mungkin atau mungkin tidak biologis berkaitan dengan masing-masing
kelompok keluarga.
dan membuat ketentuan umum untuk makanan dan kebutuhan lainnya untuk
hidup.
Kepala Rumah Tangga
Hal ini mengacu pada orang yang membuat-hari hari keputusan tentang
menjalankan rumah tangga dan juga dianggap tanggung jawab bersama dalam
suatu keluarga.
seperti itulah yang dilakukan oleh semua anggota rumah tangga.
Komposisi Penduduk
Bagian ini menyediakan beberapa informasi mengenai komposisi penduduk
dalam hal usia, jenis kelamin, usia
ketergantungan, rumah tangga kepemimpinan, status perkawinan, etnis,
kewarganegaraan dan karakteristik ekonomi.
Komposisi Umur dan Jenis Kelamin
Analisis fenomena penduduk yang paling sulit dipahami tanpa
memperhatikan usia dan
seks struktur dari masyarakat tertentu. Umumnya, 'tabulasi pada usia dan jenis
kelamin sangat penting dalam perhitungan dasar
langkah-langkah berkaitan dengan faktor perubahan populasi dan dalam studi
ketergantungan ekonomi.
penting untuk identifikasi dan pemeriksaan berbagai kelompok populasi
fungsional, seperti bayi, anak-anak,
pemuda, orang tua, ibu dan perempuan di usia melahirkan anak, serta untuk
analisis demografis dan aktuaria lain.
(PBB: 1995:1). Selanjutnya, struktur umur penduduk adalah penting mengingat
bahwa hubungan sosial dalam
masyarakat sangat dipengaruhi oleh jumlah relatif pada usia masing-masing.
Dan jenis kelamin struktur umur penduduk diilustrasikan secara proporsional
dengan cara piramida penduduk tahun 1990
dan 2000 pada Gambar 3.3a dan 3.3b Penduduk piramida yang berguna dalam
menggambarkan populasi berdasarkan usia dan jenis kelamin
pictorially. Fitur penting lainnya piramida populasi kekuatan mereka dalam
menggambarkan apakah suatu populasi
'Muda' atau 'Old'. Populasi terus disebut sebagai Young mengingat bahwa terus
menanggung tinggi
proporsi orang di bawah usia 15 tahun. Dasar yang luas dari piramida adalah
ilustrasi dari fitur ini. Dalam
istilah perbandingan, piramida penduduk tahun 2000 memiliki gambaran
smoothened sepanjang usia 10-14 dan
pertengahan tahun 20-an, yang dinyatakan memiliki penampilan bergelombang
pada tahun 1990. Sebagai perbandingan, ini menandakan populasi
kesenjangan dari usia 8 sampai 23. Kesenjangan ini populasi dapat dikaitkan
dengan kematian meningkat, mengingat
melanda dampak HIV / AIDS digabungkan dengan kemungkinan situasi
ekonomi menurun dalam negeri,
khususnya dalam dekade terakhir. Mendukung kemungkinan peristiwa ini juga
adalah bukti bahwa kesuburan telah di sama
periode menurun (bab lihat di Fertilitas).
Kepemimpinan Rumah Tangga
Rumah Tangga kepemimpinan dengan berbagai karakteristik menunjukkan
bahwa pada tingkat nasional, salah satu
di lima rumah tangga yang dikepalai perempuan. Dengan jumlah penduduk
pedesaan dominan di, tidak mengherankan bahwa ada
hampir dua kali lebih banyak kepala rumah tangga di pedesaan (1.241.534)
dibandingkan daerah perkotaan (643.207). Perbedaan
kepala rumah tangga berdasarkan jenis kelamin sangat penting karena sering
dikaitkan dengan aspek kesejahteraan rumah tangga. Misalnya,
-Rumah tangga yang dikepalai perempuan biasanya lebih miskin dari kepala
rumah tangga laki-laki (CSO, 1998).
Kedudukan perkawinan
Pengelompokan status perkawinan pada 2000 Sensus termasuk menikah,
berpisah, bercerai, janda, tidak pernah menikah
dan co-habiting yang tidak tersedia pada tahun 1990 Sensus. Usia
muda kelompok umur 15-19 tahun tidak pernah menikah. Namun, seperempat
dari perempuan (24,9 persen) dibandingkan dengan 3
persen laki-laki sudah menikah.
Karakteristik Ekonomi
Data karakteristik ekonomi dari jumlah penduduk dikumpulkan selama
2000 Sensus. Ekonomi
karakteristik status yang berkaitan dengan partisipasi angkatan kerja, kerja dan
pengangguran kerja,,
pekerjaan, industri dan pencapaian pendidikan yang dibahas secara rinci dalam
Bab Enam laporan ini. Bagian ini terutama
menyajikan ringkasan karakteristik ekonomi .
Interpretasi
Gambar piramida penduduk Indonesia tahun 2000
sebagaimana tertera di atas menunjukkan bahwa jumlah
penduduk yang berada pada kelompok umur dibawah 9 tahun
sudah mulai berkurang karena penurunan jumlah kelahiran
selama 10 tahun yang lalu. Kecuali usia 10-14 tahun, jumlah
penduduk diatas 9 tahun menunjukkan jumlah yang
membengkak pada badan priamida penduduk. Ini menunjukkan
besarnya penduduk yang mencapai usia kerja.
Konsep
Kegunaan
Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan
dalam tiap kelompok umur pada piramida tersebut, dapat
diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan
penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk
masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini
merupakan hasil kelahiran, kematian dan migrasi masa lalu.
Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan
perkembangan penduduk di masa yang akan datang.
Fertilitas
Faktor fertilitas tercermin pada jumlah kelahiran, jika
jumlah kelahiran meningkat, maka dasar piramida penduduk
meningkat menjadi lebih lebar dibandingkan dasar piramida
tahun-tahun sebelumnya.Sdebaliknya, akan terjadi dasar
piramida yang lebih pendek jika jumlah kelahiuran menurun.
Mortalitas
• Exspensif
• Constriktive
• Stationary
DISTRIBUSI PENDUDUK
a. Suatu angka (rate) menunjukkan ukuran untuk suatu jangka waktu. Angaka fertilitas
menunjukkan dua pilihan jangka waktu. Pertama untuk jangka waktu pendek,
biasanya 1 tahun. Sendangkan pilihan kedua adalah jumlah kelahiran selama masa
reproduksi
b. Suatu kelahiran melibatkan kedua orang tuanya, sehingga memungkinkan timbulnya
keinginan untuk mengatur fertilitas berdasarkan sifat-sifat itu ayah atau kedua orang
tuanya. Namun informasi yang dikumpulkan , biasanya hanya yang berhubungan
dengan si ibu, sehingga dengan sendirinya pengukuran fertilitas hanya berdasarkan
sifat-sifat ibu saja. Walaupun demikian cara yang dipakai untuk pengukuran fertilitas
terhadap wanita seperti yang telah disebutkan, sebenarnya dapat juga dipakai untuk
mengukur fertilitas dari pria.
c. Penentuan penduduk yang exposed to risk didalam pengukuran fertilitas sangat sukar.
Tidak setiap orang mempunya resiko melahirkan, walaupun yang masih kanak-kanak
dan yang tua bisa dengan udah dipisahkan, akan tetapi tidak semua wanita yang
berumur diantara kedua kelompok tersebut menanggung resiko melahirkan.
d. Sangat sukar membedakan live birth (lahir hidup) dan still birth ( lahir mati)
e. Melahirkan lebih dari 1 kali adalah hal yang bisa terjadi pada seorang istri. Ada unsur
pilihan antara melahirkan lagi atau tidak. Pilihan ini tergantung pada beberapa hal
seperti pendidikan, jumlah anak yang telah mereka miliki dan lain-lain.
D. Ukuran Dasar
Ada dua macam pendekatan:
a) Yearly Performance
b) Reproduktiv History
Ad. 1. Yearly Performance (Current Fertility)
Mencerminkan fertilitas dari suau kelompok penduduk sebagai kelompok penduduk
untuk jangka waktu satu tahun . ini yang disebut current fertility.
a. Crude Birth Rate ( CBR) atau anggka kelahiran kasar
Rumus: CBRBP.k
Dimana :
B = Jumlah kelahiran sama dengan satu tahun
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K = Bilangan Konstan, Biasanya 1.000
Misal :
Banyaknya kelahiran di jakarta pada tahun 1970 adalah 182.880 bayi
Banyaknya penduduk pada pertengahan tahun 1970 sebesar 4.546.942 orang.
Maka: CBR182.8804.546.942 x 1.000=40,2 perseribu penduduk
Kebaikannya :
Perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang
jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Kelemahannya:
Tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih
kanak kanak dan 50 tahun keatas. Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar
b. General Fertility Rate (GFR) atau Angka Kelahiran Umum
GFR adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15-49 tau
15-44 tahun
Rumus : GFR= BP15-49f .k atau GFR= Bp15-44f .k
Dimana :
B = jumlah kelahiran 1 tahun
P15-49f = jumlah penduduk wanita yang berumur 14-49 tahun pada
pertengahan tahun
P15-44f = Jumlah penduduk wanita yang berumur 14-44 tahun pada
pertengahan tahun
k = bilangan konstan, biasanya 1.000
Misal ;
Dari contoh pada (1), apabila diketahui banyaknya penduduk wanita berumur
15-49 tahun pada pertengahan tahun sebesar 1.165.680 orang
Maka : CBR=182.8801.165680 x 1.000
= 156,9 perseribu penduduk wanita usia 15-49 tahun
Kebaikannya:
Ukuran ini lebih cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yg
berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang exposed to risk.
Kelemahannya adalah:
Ukuran ini tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok
umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai risiko
melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun.
c. Age Specific Fertility Rate ( ASFR) atau Angka Kelahiran menurut kelompok
umur
ASFR adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur
tertentu.
Rumus: ASFRibipif .k (I = 1 s/d 7)
Dimana:
bi = jumlah kelahiran di dalam kelompok umur i selama 1 tahun
Pif = jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
k = bilangan konstan, biasanya 1.000
ASFR
Penduduk
Umur wanita Kelahiran Tiap 1000 wanita
Wanita
(4)=[(3):(2)]x1000
15-19 264.960 15.840 60
CEB Rata-rata
Umur Wanita
Anak yang dilahirkan CEB/wanita
15-19 2.143.735 1.231.556 0,574 (Pj)
Catatan:
Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan untuk kelompok wanita berumur 45-49 disebut
completed family size.
Kebaikannya:
• Mudah didapatkan informasinya
• Tidak ada referensi waktu
Kelemahannya:
• Angka paritas menurut kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan
pelaporan umur penduduk, terutama di negara yang sedang berkembang
• Ada kecenderungan semakin tua semakin besar kemungkinannya melupakan jumlah
anak yang dilahirkan
• Fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap sama dengan wanita yang masih
hidup
• Disamping ukuran-ukuran tersebut ada ukuran lain:
a. CHild Women Ratio (CWR)
CWR adalah hubungan dalam bentuk rasio antara jumlah anak di bawah 5 tahun dan
jumlah penduduk wanita usia reproduksi.
Rumus: CWR = P0-4P15-44f .k atau
CWR= P0-4P15-44f
Dimana:
P0-4 = jumlah penduduk umur 0-4 tahun
P15-49f = jumlah wanita umur 15-49 tahun
P15-44f = jumlah wanita umur 15-44 tahun
k =bikangan konstan, biasanya 1.000
Misal:
Banyaknya penduduk umur 0-4 tahun : 3.193.185 orang
Banyaknya wanita umur 15-49 tahun : 5.117.015 orang
Maka:
CWR= P0-4P15-49f .k
= 3.193.1855.117.015 x 1.000 = 624
CWR disebut indikator dari general fertility Rate. Oleh beberapa buku CWR disebut
general fertility Ratio. Mengapa untuk CWR cenderung dipakai jumlah anak usia 0-4
tahun, bukan 0-1 tahun?
Hal ini disebabkan oleh:
• Data dari sensus di publikasikan dalam 5 tahunan, bukan 1 tahun.
• Kekurangan pelaporan (under enumeration) lebih banyak terjadi pada usia 0-1 tahun
dibandingkan pada usia 0-5 tahun
1916-1920 14 72 93 75 52 22 2
BAB 5
MORTALITAS ( Kematian )
A. Pengertian mortalitas :
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik)
pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus
mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata
mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun.
Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki
penyakit selama periode waktu tertentu.
Lahir hidup : peristiwa keluarnya hasil konsepi dari rahim seorang ibu secara lengkap
tanpa memndang lamanya kehamilan dan setelah pepisahan itu terjadi, hasil konsepsi
bernafas dan mempunyai tanda-tanda ekhidupan lainnya, seperti denyut jantung, detak tali
pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali puat sudah dipotong atau
belum (LIVE BIRTH)
Mati : keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa
terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (DEATH)
Kematian bayi di dalam rahim (intra uterin)
1. Abortus, kematian janin menjelang dan sampai 16 minggu.
2. Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada umur
kandungan 28 minggu.
3. Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai waktu
lahir.
Kematian bayi di luar rahim (extra uterin)
Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari rahim,
tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Kematian bayi baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur satu bulan.
Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi setelah berumur satu
bulan tetapi kurang dari satu tahun.
Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang
dari satu tahun.
B. Sumber Data Kematian
1) Sistem Registrasi Vital
Disini kejadian kematian dilaporkan dan cicatat segera setelah kematian tersebut terjadi.
Di Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang ada hanya
registrasi vital yang bersifat lokal. Dengan demikian di Indonesia tidak mungkin memperoleh
data kematian yang baik dari sistem registrasi vital.
2) Sensus atau Survei Penduduk
Pada sensus atau survei, kejadian kematian dicatat setelah sekian lama peristiwa itu
terjadi. Data kematian yang diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan menjadi
2 bentuk:
• Bentuk Langsung (Direct Mortality Data)
Data kematian berbentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada
responden tentang ada tidaknya kematian selama kurun waktu tertentu.
• Bentuk Tidak Langsung (Indireck Mortality Data)
Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang
Survivorship golongan penduduk tertentu, misalnya : anak, ibu,ayah, dan lain
sebagainya.
Selain sumber data diatas, data kematian penduduk untuk golongan tertentu di
suatu tempat, kemungkinan dapat diperoleh dari Rumah Sakit, Dinas Pemakaman,
kantor Polisi Lalu Lintas, dan lain sebagainya. Tingkat kematian saling berbeda antara
satu kelompok penduduk dengan kelompok penduduk lainnya. Tingkat kematian
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: faktor sosial-ekonomi, faktor pekerjaan,
faktor tempat tinggal, faktor umur, faktor jenis kelamin, faktor pendidikan, faktor
umur, dan lain sebagainya.
A. Ukuran Kematian
Ukuran kematian menunjukkan susatu atau indeks yang dipakai sebagai dasar untuk
menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu satuan penduduk.
Di mana :
D = jumlah kematian
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K = 1.000
Di negara-negara yang sudah maju, CDR sudah bisa ditekan sampai dibawah 10 per
1.000 penduduk. Sebaliknya di negara-negara yang masih terbelakang, CDR masih di atas 20
per 1.000 penduduk.
kematian bayi, angka kematian anak, dan angka kematian dewasa. Ada juga perbedaan resiko
kematian menurut umur berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lain
sebagainya, tergantung pada tujuan aplikasinya.
• Infant Mortality Rate (IMR = Angka Kematian Bayi)
Definisi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun,
per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Cara Menghitung
Dimana:
AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR)
D 0-<1th =Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu.
∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu (lihat
modul fertilitas untuk definisi kelahiran hidup).
K = 1000
Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana
angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan
perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena
kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan
maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang
bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian
pil besi dan suntikan anti tetanus.
Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta
Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-
program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan
tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
4.Konsep “person Years Lived”
Person Years lived (PYL) diterjemahkan sebagai “tahun orang hidup” . satuan PYL
hanya dapat dihitung apabila setiap orang pada pada kota atau penduduk yang bersangkutan
diketahui kapan tepatnya lahir di kota atau masuk ke kota tersebut dan mati di kota atau
keluar dari kota tersebut selama periode yang dimaksud. Jika menyangkut suatu penduduk
yang sangat besar maka jumlah orang yang exposed to risk dengan satuan PYL tidak pernah
dihitung, tetapi hanya diterapkan.
BAB 6
MIGRASI
A. Pendahuluan
Migrasi merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk, sedangkan faktor lain adalah kelahiaran dan kematian. Peninjauan migrasi secara
regional sangat penting untuk dipelajariuntyuk mengingat adanya densitas (kepadatan )dan
distribusi penduduk yang tidak merata.
Faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang- orang untuk melakukan migrasi,
adanya desentralisasi dalam pembangunan,di pihak lain komunikasi dan transportasi semakin
lancar. Migrasi antarbangsa (migrasi internasional )tidak begitu berpengaruh dalam
menambah atau mengurangi jumlah penduduk suatu Negara kecuali di beberapa Negara
tertentu yang berkenaan dengan pengungsian, akibat dari bencana, baik alam maupun perang.
Defenisi:
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke
tempat lain melampaui batas politik/ Negara ataupun batas administratif/ batas bagian dalam
suatu Negara. Adanya dua dimensi penting yang perlu ditinjau dalam penelaan migrasi, yaitu
dimensi waktu dan dimensi daerah.
Untuk dimensi waktu, ukuran yang pasti tidak ada karena sulit menentukan beberapa
lama seseorang pindah tempat tinggal untuk dapat dianggap sebagai seorang migrasi, tetapi
biasanya digunakan defenisi yang ditentukan dalam sensus penduduk. Untuk dimensi daerah
secara garis besarnya dibedakan perpindahan antar Negara yaitu perpindahan penduduk dari
suatu negara ke negara lain yang disebut migrasi internasional.
Sedangkan perpindahan yang terjadi dalam satu negara misalnya antarprovinsi, kota atau
kesatuan administratif lainnya yang dikenal dengan Migrasi Intern. Perpindahan local, yaitu
perpindahan satu alamat ke alamat lain atau dari satu kota ke kota lain tapi masih dalam batas
bagian dalam suatu negara misalnya dalm satu provinsi. Migrasi merupakan aktivitas
pindahannya seseorang sedangkan orangnya yang pindah tempat tinggal disebut Migran.
Defenisi Migran menurut PBB adalah A migrant is a person who changes his place of
residence from one political or administrative area to another. Jika jangka waktunya lebih
pendek lagi misalnya dalam satu hari, yaitu pagi berangkat dan sore kembali yang dilakukan
terus-menerus setiap harinya dikenal sebagai migrasi pulang pergi atau Commuting atau
‘nglaju’ menurut istilah I.B. Mantera.
Jika jangka mengenal beberapa bentuk perpindahan tempat (mobilitas):
• Perubahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang balik kerja
( recurrent movement )
• Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara, seperti perpindahan tinggal bagi para
pekerja musiman
• Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ke tempat semula
(non-recurrent movement).
Mengenai mobilitas ini dalam sosiologi menurut sifatnya dibedakan menjadi mobilitas
vertikal dan mobilitas horizontal. Yang termasuk dalam mobilitas horizontal adalah
perpindahan penduduk secara teritorial, spasial atau geografis, sedangkan mobilitas vertical
dikaitkan dengan perubahan status social dengan melihat kedudukan generasi misalnya
melihat status kedudukan ayah.
A. Jenis-Jenis Migrasi
Ada beberapa jenis migrasi yang perlu diketahui, yaitu :
a) Migrasi Masuk (In Migration)
Masuknya peduduk ke suatu daerah tempat tujuan (area of destination)
b) Migration Keluar (Out Migration )
Perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal (area of origin).
c) Migration Neto ( Net Migration)
Merupakan selisih antara jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar.
Apabila migrasi yang masuk lebih besar dari pada migrasi keluar maka disebut
migrasi neto positif sedangkan jika migrasi keluar lebih besar dari pada migrasi
masuk
d) Migration Bruto (Gross Migration)
Jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar
e) Migrasi Total (Total migration)
Adalah seluruh kejadian migrasi, mencakup migrasi mencakup migrasi semasa
hidup (life time migration) dan migrasi pulang (return migration ) Migran Total
adalah semua orang yang pernah pindah.
f) Migrasi Internasional
Migrasi yang merupakan masuknya penduduk ke suatu Negara disebut Imigrasi
(Immigration) sedangkan sebaliknya jika migrasi itu merupakan keluarnya penduduk
dari suatu Negara disebut Emigrasi (Emigration).
g) Migrasi semasa hidup (Life Time Migration)
Migrasi yang berdasarkan tempat kelahiran, mereka yang pada waktu pencacahan
sensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan daerah tempat kelahirannya.
h) Migrasi parsial (partial Migration)
Adalah jumlah migran ke suatu daerah tujuan dari satu daerah asal, atau dari asal
ke satu daerah tujuan. Migrasi ini merupakan ukuran dari arus migrasi antara dua
daerah asal dan tujuan.
i) Arus Migrasi (migration stream)
Merupakan jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke
daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.
j) Urbanisasi (urbanization)
Bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah kota yang disebabkan
oleh proses perpindahan penduduk ke kota dan atau akibat dari perluasan daerah kota.
Defenisi urban berbeda-beda antara satu Negara dengan Negara lainnya tetapi
biasanya pengertiannya berhubungan dengan kota-kota atau daerah- daerah
pemukiman lain yang padat.
Klasifikasi yang dipergunakan untuk menentukan daerah kota biasanya
dipengaruhi oleh indicator mengenai penduduk, indicator mengenai kegiatan ekonomi
indicator jumlah fasilitas urban atau status adnimistrasi suatu pemusatan penduduk.
k) Transmigrasi (Transmigration)
Transmigration adalah salah atu bagian dari migrasi. Istilah ini memilikiarti yang
sama dengan ressettelement atau settlement dalam literatur. Transmigrasi adalah
pemindahan dan/kepindahan penduduk dari suatu daerah tertentu untuk menetap ke
daerah lain yang di tetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan
pembangunan Negara atau karena alasan-alasan yang dipandang perlu oleh
pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.Transmigrasi
diatur dengan undang-undang no.3 Tahun 1972.
Transmigrasi yang diselenggarakan dan diatur pemerintah disebut transmigrasi
umum sedangkan transmigrasi yang biaya perjalanan dibiayai sendiri tetapi
ditampung oleh pemerintah disebut transmigrasi Spontan atau transmigrasi Swakarsa.
A. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Migrasi
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik.
Faktor-faktor pendorong migrasi :
• Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya pemerintahan atas
barang-barang tertentuyang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil
tambang, kayu atau bahan dari pertanian.
• Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal ( misalnya di pedesaan) akibat
masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin (capital intensive).
• Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di daerah asal.
• Tidak cocok lagi dengan adat/ budaya /kepercayaan di tempat asal.
• Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan
karir pribadi.
• Bencana alam baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang atau
adanya wbah penyakit.
Faktor-faktor penarik migrasi:
• Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki
lapangan pekerjaan yang cocok.
• Kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih baik.
• Kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
• Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim,
perumahan, sekolah dan fasilitas-fsilitas kemasyarakatan lainnya.
• Tarik dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung.
• Adanya aktifivas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang dari desa atau kota kecil.
• Menurut Everett S. Lee ada 4 faktor yang menyebabkan orang mengambil
keputusan untuk melakukan migrasi yaitu:
• Faktor-fakto yang trdapat di daerah asal
• Faktor-fakto yang terdapat di tempat tujuan
• Rintangan-rintangan yang menghambat
• Faktor-faktor pribadi.
Faktor tempat asal, tempat tujuan serta faktor penghambat dalam proses migrasi:
Disetiap tempat asal ataupun tujuan, ada sejumlah faktor positif yang menahan orang
untuk tetap tinggal disitu, dan menarik orang luar untuk pindah ke tempat tersebut; ada
sejumlah faktor negative yang mendorong orang untuk pindah dari tempat tersebut; dan
sejumlah faktor netral yang tidak menjadi masalah dalam keputusan untuk migrasi.
Untuk melihat migra masuk semasa hidup ke Jakarta, yaitu jumlah pendudub Jakarta
kelahiran luar Jakarta menurut provinsi tahun 1971. Untuk keperluan analisis lebih lanjut ada
beberapa metode yang dapat digunakan, yang akan dibahas pada bagian berikut ini antara
lain:
a. Belancing Equation
Perkiraan mengenai migrasi neto dapat dilakukan dengan menggunakan datajumlah
penduduk yang di peroleh dari sensus.
Rumus yang digunakan:
l- E = (P1 – P0) – (B-D)
di mana :
l- E = migrasi neto
B-D = pertambahan alamiah dari penduduk
P1 – P0 = pertumbuhan jumlah penduduk antara dua sensus
Tabel Migran Semasa Hidup ke Jakarta
Migran Semasa Hidup Distribusi persentase
Maka, perkiraan migrasi neto umur 10-14 tahun pada 1971 untuk suatu daerah adalah:
RCSR atau 1S.R = penduduk Umur 0-4 tahun Indonesia `61 penduduk
Umur 10-14 tahun indonesia `71
Maka perkiran migrasi neto umur 0-4 tahun pada sensus 1961 untuk suatu daerah
adalah :
MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.03/MEN/III/2008.
TENTANG
PERAN SERTA BADAN USAHA DALAM PELAKSANAAN TRANSMIGRASI
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
a. Bahwa sejalan dengan perkembangan lingkungan stratejik yang menuntut layanan
publik yang efektif dan efisien, perlu memberikan peluang yang lebih besar kepada
badan usaha dalam penyelenggaraan transmigrasi;
b. Bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.216/MEN/2003 tentang Tata Cara Kemitraan Badan Usaha Dengan Transmigran
Dalam Pelaksanaan Transmigrasi, sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan
saat ini, sehingga perlu dicabut;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu
ditetapkan dengan Peraturan Menteri;
Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 09 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara
Repubklik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3611);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3682);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4724);
BAB 7
PERKAWINAN DAN PERCERAIAN
A. Pendahuluan
Dalam membahas perkawinan dan perceraian ada dua hal yang perlu dibedakan,
yaitu status perkawinan dan perkawinan itu sendiri. Perkawinan menurut Perserikatan
Bangsa Bangsa dibagi menjadi 5 kategori yaitu belum kawin (single), kawin, janda,
dan berpisah. Di Indonesia status ke lima tidak pernah ada.
Yang dimaksud dengan perkawinana adalah merupakan suatu perubahan dari
status perkawinan lain menjadi status “kawin”. Sdenagkan perceraian merupakan
perubahan dari status kawin menjadi status cerai, sedangkan janda merupakan
perubahan dari status kawin karena salah satu pasangan meninggal.
Perkawinan bukan merupakan komponen yang langsung mempengaruhi
pertambahan penduduk akan tetapi mempunyai pengaruh cukup besar terhadap
fertilitas yang merupakan salah satu unsure pertumbuhan penduduk.
B. Defenisi dan Ruang Lingkup
Ada 4 jenis status perkawinan yang erat hubungannya dengan tingkah laku
manusia dalam hokum, agama dan kebudayaan, yaitu: belum kawin, kawin, janda,
dan cerai.
Di luar jenis tersebut diatas merupakan kelainan yang terjadi di negraa tertentu,
misalnya di Amerika Latin status consensual, atau convience, yaitu kumpul tanpa
mempunyai predikat legal dalam hokum ataupun agama dianggap berstatus kawin.
Perkawinan adalah hubungan yang sah dari dua orang yang berlainan jenis
kelamin. Sahnya hubungan tersebut berdasarkan atas hukum perdata yang berlaku,
agama atau peraturan-peraturan lain yang dianggap sah dalam Negara bersangkutan.
Di Indonesia perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada dasarnya ada 2
macam perkawinan, yaitu perkawinan pertama yang menunjukkan perubahan dari
status belum kawin kedalam status perkawinan; dan yang kedua adalah kawin
kembali, yaitu perubahan dari status janda, atau cerai menjadi status ‘kawin’ kembali.
C. Sumber Data dari Perkawinan dan Perceraian
Pencatatan, apabila data dari hasil pencatatan tidak tersedia maka cara lain untuk
mengumpulkan keterangan ini adalah dengan cara survey atau pencacahan secara
umum yang disebut sensus.
Pada umumnya analisis perkawinan perceraian banyak dilaksanakan berdasarkan
atas hasil sensus dan survey.
D. Perkawinan, Perceraian dan Fertilitas
Hubungan antara perkawinan dan fertilitas seperti disebutkan oleh Malinowaki
dalam hubungannya dengan principle of legitimacy yaitu no child should be brought
into the world without a man dengan demikian maka perkawinan merupakan factor
utama yang mempengaruhi fertilitas. Sebaliknya perceraian adalah merupakan
penghambat tingkat fertilitas, akan tetapi di Negara kita ini perceraian kadang-kadang
terjadi karena salah satu tidak subur.
E. Ukuran-ukuran Perkawinan dan Perceraian
Pertama yang menjadi ukuran adalah angka Perkawinan Kasar dengan rumus
sebagai berikut.
M = MP.1000
Dimana :
M = angka Perkawinan Kasar
M = jumlah perkawinan dalam satu tahun
P = jumlah penduduk pertengahan tahun
Angka perkawinan umum dengan rumus :
Mu = M .1000
P15
Dimana :
Mu = angka perkawinan umum
M = jumlah perkawinan dalam satu tahun
P15= jumlah penduduk umur 15 tahun ke atas
Banyak orang melaksanakan perkawinan lebih dari satu kali, dengan demikian maka perlu
dilakukan perhitungan perkawinan berdasarkan atas perkawinan pertama dan seterusnya.
Dalam perhitungan angka perkawinan, yaitu perkawinan pertama, kedua, dan seterusnya
dipakai rumus sebagai berikut :
mp = M1 . 1000
PB.K15
Di mana :
mp = angka perkawinan pertama
M1 = jumlah perkawinan pertama
PB.K15 = penduduk yang belum kawin umur 15 tahun ke atas
Sedangkan yang dimaksud dengan perkawinan ulang adalah perkawinan yang kedua atau
lebih.
Rumusnya:
Mp.u. = M2+ .1000
Pj+c
Dimana :
Mp.u. = angka perkawinan ulang
M2+ = jumlah perkawinan kedua atau lebuh dalam satu tahun
Pj+c = jumlah janda cerai
F. Umur Perkawinan
Ukuran yang sering dipergunakan untuk menghitung umur perkawinan, modus umur
perkawinan dan median umur perkawinan. Oleh karena data yang bersangkutan masih belum
tersedia untuk menghitung umur perkawinan pertama maka yang biasa dipakai adalah data-
data hasil survey dengan cara interpolasi linier:
Mengetahui jumlah mereka yang kawin pada usia 45-49, missal 95%.
Separuhnya adalah 47,5%; kemudian 100 – 47,5% merupakan proporsi single.
Kemudian dilihat dari proporsi single yang sesuai dengan proporsi tersebut dan interpolasi
untuk mendapat median umur perkawinan.
Dari hasil pengurangan 100% oleh 47,5% tadi, yaitu 52,5% proporsi yang belum pernah
kawin kita lihat pada table berikut (table 7-1) terletak pada umur 20 dan 21 tahun, kemidian
diinterpolasi sebagai berikut :
56,5 – 52,5 = 4
56,5 – 42,0 = 14,5; Hasilnya 414,5 = 0,275
Berarti median umur perkawinan pertama = 20,275 tahun.
Yang dimaksud modus perkawinan adalah proporsi tertinggi yang kawin dalam distribusi
umur, di sini ialah pada umur 22 tahun. Umur perkawinan yang paling banyak dipakai dalam
analisis fertilitas adalah umur perkawinan pertama.
G. Perceraian
Berakhirnya suatu perkawinan merupakan implikasai demografi dan sosiologi,
sedangkan akibatnya terhadap fertilitas merupakan kebalikannya, yaitu menurunkan
angka fertilitas sehingga akan mengurangi angka pertumbuhan penduduk dan hal ini
akan mengurangi pula status perkawinan dan ‘kawin’ menjadi status ‘cerai’.
Seperti dalam perkawinan, perceraian, sumber-sumber datanya adalah dari hasil
pencatatan, survey, dan sensus.
Dari hasil pencatatan bisa dihitung angka perceraian kasar dengan notasi :
d = DP . 1.000
di mana:
D = Jumlah perceraian selama 1 (satu) tahun
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
Seperti halnya perkawinan maka perceraian untuk tiap Negara bisa dilihat dalam buku
Demographik Years Books dari Perserikatan Bangsa Bangsa. Perhitungan angka perceraian
kasar ini tidak cukup mewakili dengan baik, karena yang menjadi penyebutnya adalah semua
penduduk yang terkena maupun tidak atas resiko perceraian berdasarkan umur. Dengan
demikian dapat dihitung Angka Perceraian Umum dimana yang menjadi penyebutnya adalah
penduduk berumur 15 tahun keatas atau disebut orang yang berumur divor-ceable dengan
rumusnya sebagai berikut:
d = D . 1.000
P15
Di mana
d = angka perceraian umum
D = perceraian dalam satu tahun
P15 = jumlah penduduk 15tahun keatas
Dalam bidang demografi PBB menggunakan istilah Modifield Crude Divorce Rate, yang
menunjukkan angka perceraian atas dasar jumlah pasangan yang kawin. Hal ini menimbulkan
kesukaran karena biasanya antara laki-laki dan wanita yang dilaporkan kawin adalah tidak
sama. Dengan adanya hal tersebut maka yang umum dipakai adalah salah satu cara saja atau
dicari keseimbangannya. Amerika serikat menggunakan jumlah wanita yang kawin. Untuk
angka perceraian tersebut dirumuskan sebagai berikut:
Dk = D . 1000
P1pkawin
Di mana :
D = jumlah perceraian dalam satu tahun
P1pkawin = jumlah laki-laki atau wanita yang kawin
BAB 8
Keluarga Berencana.
A. Pendahuluan.
Jumlah penduduk indonesia menurut hasil sementara sensus 1980 adalah 147 juta jiwa,
dengan angka pertumbuhan penduduk 2,34% per tahun. Salah satu sebab begitu cepatnya
pertumbuhan pendiuduk indonesia adalah suatu kelalaian yang dilakukan sebelum 1949 yaitu
pada zaman pemerintah kolonial belanda.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah kependudukan di indonesia pada saat
ini,pemerintah mengambil kebijaksanaan dalam bidang kependudukan yang berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, yaitu “Anti Natalis” suatu kebijaksanaan yang berusaha untuk
menekan kelahiran serendah mungkin.sebagai realisasi dari kebijaksanaan tang di anut,
pemerintah telah memulai dengan turutnya presiden soeharto dengan menandatangani
“deklarasi PBB tentang kependudukan”.
B. Pengertian dan definisi
Pengertian dan definisi dari setiap istilah merupakan suatu hal yang sangat penting,
disamping untuk di ketahui, juga diperlukan untuk adanya kesatuan bahasa bagi setiap
penganalisis data maupun bagi setiap pemakaian data. Istilah yang banyak digunakan dalam
kegiatan keluaga berncana adalah:
Akseptor A : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 15 september 1974 dan
terus memakai cara pertama (pil) sampai saat wawancara.
Akseptor B : Menerima pertama kali tanggal 8 juni 1973, berhenti menggunakan
karena sakit-sakitan pada tanggal 10 agustus 1973, 5 bulan kemudian
akseptor hamil yang menghasilkan lahir hidup.
Akseptor C : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 3 agustus 1974 dan terus
menerus memakai cara pertama kali sampai saat wawancara.
Akseptor D : Menerima untuk pertma kali pada tanggal 19 september 1974 dan
terus memakai cara pertma (pil) sampai saat wawancara.
Akseptor E : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 1 februari 1974 dan
berhenti memakai pada tanggal 20 oktober 1974 karena tidak perlu
proteksi dan sebelum wawancaraun telah menggunakan alat
kontrasepsi lainnya IUD dan masih terus memakai sampai wawancara.
Akseptor F : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 5 maret 1974 dan berhenti
pada tanggal 11mei 1974 karena ingin punya anak.
Akseptor G : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 8 september 1974 dan
terus memakai cara pertma sampai saat wawancara.
Akseptor H : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 4 agustus 1974 dan hamil
setelah menggunakan alat tersebut selama 8 bulan yaitu bulan april
1975 dan masih menggunakan cara tersebut dan sekarang masih hamil.
Akseptor I : Menerima untuk pertama kali pada tanggal 2 desember 1973 dan
pada tanggal 17 april 1974 berhenti memakai karena sakit-sakitan.
Akseptor J :menerima untuk pertama kali pada tanggal 10 september 1974 dan
terus memakai cara pertama sampai saat wawancara.
Ad. 3. untuk perhitungan kelangsungan pemakaian.
pertama – tama ditentuka status dan lamanya pemakaian dari ke10 Akseptor.
Akseptor status Lamanya pemakaian
A Pemakai (75-73)x12+4-9+1=8
B Berhenti (73-73)x12+8-6+1=3
C Pemakai (75-74)x12+4-8+1=9
D Pemakai (75-74)x12+4-9+1=8
E Berhenti (74-74)x12+10-2+1=9
F Berhenti (74-74)x12+5-3+1=3
G Pemakai (75-74)x12+4-9+1=8
H Berhenti (75-74)x12+4-8+1=9
I Berhenti (74-73)x12+4-12+1=5
J Pemakai (75-74)x12+4-9+1=8
Menentukan jumlah akseptor yang memasuki bulan ordinal yang ke-i dan jumlah akseptor
yang berhenti pada bulan yang ke-i.
Dari keterangan pada tabel di atas dapat dibuat ringkas sebagai berikut:
Bulan ordinal ke Pemakai Berhenti
1 - -
2 - -
3 - 2
4 - -
5 - 1
6 - -
7 - -
8 4 -
9 1 2
dengan menggunakan keterangan dari A dan B diatas, kemudian menentukan secara jelas
untuk setiap ordinalnya:
berapa banyak akseptor yang berhenti pada bulan ordinal yang ke-i.
Berapa banyak akseptor yang keluar dari observasi pada bulan ordinal yang ke-i.
berapa banyak akseptor yang memasuki bulan ordinal yang ke-i.
Memasuki keterangan yang diperoleh dari perhitungan di sub c diatas kedalam tabel yang
disediakan di perhitungan pemakaian .
Tabel ini disebut dengan tabel kelangsungan pemakaian (continuation rate).
2. Peserta KB Aktif ( Current User-Cu)
Dalam memperkirakan CU dapat dilakukan dengan dua cara :
Dengan menggunakan angka kelangsungan.
Dengan mendasarkan pada distribusi alat kontrasepsi pada suatu waktu tertentu.
Tabel 8-6
Contoh Perhitungan angka Kelangsungan Pemakaian
Provinsi Jawa Barat- First Metho Continuation Rates Pll
Adjust Cum Adjust Cum
No Ni Ti Wi Pi Cum Pi Pi Qi
1 322 2 9938 9938 9535 0.465
2 320 26 9188 9131 8852 118
3 294 18 9388 8572 8448 1552
4 276 8 9610 8324 8122 1878
5 268 13 9515 7920 7858 2142
6 255 4 9843 7796 7687 2313
7 251 7 9721 7578 7454 2446
8 244 8 9672 7330 7206 2794
9 236 8 1 9661 9081 7003 2997
10 227 5 1 9780 6925 6706 3577
11 221 14 4 9367 6487 6423 3690
12 253 4 6 9803 6359 6310 3839
13 193 3 3 9845 6261 6161 4044
14 187 6 7 9679 6060 5956 4237
15 174 6 2 9655 5851 5763 4362
16 166 5 5 9699 5674 5638 4491
17 156 2 3 9872 5602 5509 4683
18 151 5 10 9669 5416 5317 4803
19 136 5 5 9632 5217 5197 4824
20 126 1 5 9921 5176 5176 4892
21 120 6 1 5176 5108 5029
22 114 3 2 9737 5040 4971 5147
23 109 3 5 9725 4901 4853 5196
24 101 2 3 9802 4804 4804 5300
25 96 4 1 4804 4700 5432
26 92 4 3 9565 4595 4568 5459
27 85 1 4 9882 4541 4541 5488
28 80 3 1 4541 4512 5609
29 77 1 2 9870 4482 4391 5791
30 74 3 9595 4300 4209 5882
31 71 3 6 9577 4118 4118 6024
32 62 4 1 4118 3976 6166
33 58 4 2 9310 3834 3834 6249
34 52 6 1 3834 3751 6376
35 46 2 2 9565 3667 3624 6925
36 42 1 2 9762 3580 3075 6543
37 39 11 28 7179 2570
1) Current Users Pil
Perkiraan jumlah current users di hitung berdasarkan jumlah pil oral yang di
sampaikan kepada pesrta KB. Dengan perkataan lain , setiap strip pil oral yang
diberikan kepada peserta KB akan di anggap memberi perlindungan (proteksi) dalam
satuan bulan (ser Mounth=couple month).
Jadi untuk memperkirakan jumlah current user oil oral rumus sbb:
CU.PIL = jumlah strip pil yang diberikan
12/13 x kepada pserta KB
2) Current User kondom
Seperti hal nya dengan pil, perkiraan current user di hitung berdasarkan jumlah
pemberian kondom yang disampaikan kepada peserta KB. Dalam hal ini asumsinya rata-rata
peserta KB dalam sebulan akan memakan sebanyak 6 biji atau ½ lusin setiap bulannya.
Dengan perkataan lain rumus C.U Kondom.
Hasil dari perhitungan ini akan berpengaruh terhadap jumlah kelahiran yang dapat dicegah.
Atau lebih tegas lagi data ini menyatakan berapa banyak dari pasangan usia subur yang yang
terlindungi dari kehamilan, karenayang bersangkutan saat ini masih memakai alat
kontrasepsi.
Pusat
Semakin kecil cakupan daerah, semakin besar kemungkinan terjadi penyimpangan-
penyimpangan. Perkiraan PUS dari pusat didasarkan kepada hasil proyeksi untuk tingkat
provinsi. Sedangakan untuk tingkat yang lebih rendah (Kabupaten, kecamatan dan lurah)
perkiraan PUS digunakan dasar proporsi dari tingkat yang lebih tinggi.
Daerah
Perkiraan PUS didasarkan pada pencatatan petugas lapangan KB yang ada di daerah
tersebut. Didalam pelaksanaan pencatatannya, apabila terjadi:
Pengurangan PUS, yang yang disebabkan meninggal,cerai,lewat umur,dan lain-lain,segera
diadakan perubahan pada datanya.
Penambahan PUS, yang disebabkan terjadinya kawin ulang, selesai melahirkan, atau wanita
yang baru masuk subur, kadang-kadang tidak diadakan perubahan pada datanya.
Sedangakn daerah cenderung memberikan gambaran PUS yang lebih rendah dari kenyataan.
Disamping hal-hal tersebut diatas PUS nasional yang diperkirakan sekitar 15 % dari
penduduk berlakukan pula untuk semua provinsi, sedangakan kenyataannya didaerah cukup
bervariasi.
3. Bulan pasangan perlindungan (Couple-Mounths of Protection) Atau tahun pasangan
perlindungan (Couple yers of Protection)
Kedua ukuran ini mempunyai pengertian yang sama, perbedaanya hanya terletak pada
suatu waktu yang digunakan “bulan” dan “Tahun” dan hasil merupakan kombinasi
lamanya pemakaian dalam bulan atau tahun dan banyaknya pasangan yang
menggunakan alat kontrasepsi.
Bulan- pasangan perlindungan adalah banyaknya bulan-pasangan suami istri
yang terlindung yang kemungkinan mengalami kehmilan karena
menggunakan salah satu alat kontrasepsi.
Tahun-pasangan perlindungan adalah banyaknya tahun pasangan yang
terlindung dari kemungkinan mengalami kehamilan karena menggunakan
salah satu alat kontrsepsi.
contoh:
• Ada 1 pasangan yang menggunakan kontrsepsi selama 12 bulan, penghasilannya
Cuma CMP= 12
• Ada 2 pasangan yang menggunakan alat kontrasepsi masing-masing selama 12 bulan,
menghasilkan CMP= 24.
• Ada 2 pasangan yang menggunakan kontrasepsi selama 4 bulan dan 6 bulan
menghasilkan CMP= (1X4)+1X6)=10
• Ada 2 pasangan yang menggunakan kontrasepsi masing-masing selama 1 bulan
menghasilkan CMP= 12
Cara penghitungan CMP dan CYP.
a) jika data CU belum tersedia, perlu dihitung CU untuk tiap-tiap
bulanya(tahunya).perkaitan CU dapat dilakukan dgn 2 cara:
• menggunakan angak kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi(CR)
• menggunakan banyaknya alat kontrasepsi yang didistribusikan.
a) memperkirakan tahun pasangan perlindungan (couple- Mounth of protection, CMP).
CMP bulan t= CMP bulan 1-1 + CU bulan t
12
∑ CMP x
X=1
CYP = 12
Contoh:
Untuk tahun 1978/79:
x f(x)
18 I 1
20 I 1
21 II 2
23 II 2
24 IIII 4
25 III 3
30 IIII 4
32 I 1
35 IIII I 6
37 III 3
40 IIII 4
43 I 1
45 I 1
Total 34
Seringkali penggolongan dari data menyederhanakan penyajian dari data. Misalnya dalam
contoh di atas penggolongan-penggolongan umur adalah dalam kelompok-kelompok umur
15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49, maka distribusi frekuensi adalah sebagai
pada tabel dibawah ini :
Distribusi Frekuensi dari Akseptor-Akseptor KB
Di Pagar Gunung Menurut Golongan Umur
Kelas Umur F (kelas umur)
15 – 19 1
20 – 24 9
24 – 29 3
30 – 34 6
35 – 39 9
40 – 44 5
45 – 49 1
Total 34
Cara lain untuk menyajikan data adalah dengan bagan lingkaran di mana suatu lingkaran
dibagi menjadi bagian-bagian dan luas setiap bagian adalah frekuensi relatif kelas yang
dinyatakan dalam persen. Gambar dibawah ini memperlihatkan bagan lingkaran sebagai
berikut :
45 – 49
3%
15 – 19
40 – 44 3%
15%
20 – 24
26%
35 – 39
26% 24 – 29
9%
30 – 34
18%
Jika data banyak, maka pictogram dapat digunakan, yaitu gambar dari deretan boneka dapat
menyatakan 10, 50 atau 100 dan seterusnya pengamatan.
C. Ukuran Kecenderungan Sentral
Kecuali pola dari nilai-nilai ada baiknya kita mengetahui nilai yang
mencerminkan corak-corak nilai-nilai. Nilai semacam ini di peroleh dari ukuran
kecenderungan sentral (Central Tendency), yang merupakan indeks rata-rata dari
distribusi nilai-nilai. Ada tiga macam ukuran kecenderungan sentral yang sering
digunakan : modus, median dan mean atau nilai rata-rata hitung (atau nilai rata-rata
saja). Modus atau Ma adalah nilai yang paling besar frekuensinya. Median atau M,
adalah nilai yang merupakan pertengahan dari distribusi frekuensi. Sedangkan Median
adalah 321/2 yaitu titik tengah kelompok data.
Nilai rata-rata (hitung), X, adalah jumlah semua nilai-nilai yang terjadi dalam
distribusi dibagi atas jumlah pengamatan. Dengan rumus sebagai berikut :
=
X 1
N
∑ X 1. f (X 1 )
Karena nilai rata-rata menggunakan semua nilai yang muncul dalam distribusi
maka biasanya nilai rata-ratalah yang dilaporkan sebagai ukuran kecenderungan
sentral. Tetapi kadang-kadang nilai rata-rata agak sukar dimengerti seperti halnya
dalam rata-rata jumlah anak yang dilahirkan wanita. Maka adakalanya yang
dilaporkan adalah modus dan jika distribusi adalah sangat miring (skewed), maka
mungkin median yang lebih cocok sebagai ukuran kecenderungan sentral. Jika
distribusi adalah normal maka mean = modus = median. Jika distribusi modus bagian
distribusi yang padat, mean pada bagian distribusi yang jarang.
D. Ukuran Variabilitas
Ukuran variabilitas (measure of variability) dapat menambah pengertian kita
mengenai kejadian-kejadian (occurence) semua nilai-nilai suatu perubah atau variabel
atau ciri. Biasanya nilai-nilai yang dapat dicapai oleh suatu ciri dalam suatu
pengamatan adalah lebih dari satu, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai-nilai yang
diamati berbeda (atau berubah atau variabel). Maka ukuran variabilitas merupakan
indikasi dari tersebarnya (atau dispersi) pengamatan-pengamatan antara nilai-nilai
dari peubah yang sedang diteliti.
Range adalah suatu ukuran variabilitas, yang menyatakan selisih antara nilai
terbesar dan terkecil yang dapat dicapai oleh peubah. Range adalah 9 (=9–0). Ukuran-
ukuran dispersi yang sering digunakan adalah varian dan standar deviasi.
Standar deviasi adalah akar dari varian. Varian suatu peubah dinyatakan dengan
S2 dan merupakan jumlah kuadrat dari selisih antara nilai-nilai yang ada di dalam
pengamatan sampel dengan rata-rata hitung dibagi dengan dibagi dengan besarnya
sampel dikurangi 1.
S2 =
1
N −1
∑ (X i − X )2 f (X i )
=
1
N −1
{∑ X i
2
. f ( xi ) − N X
2
}
(Disini tidak dibedakan antara sampel besar dan sampel kecil sebab untuk sampel besar maka
nilai mendekati nilai ).
1 1
N −1 N
E. Yule’s Q
Yule’s Q adalah ukuran dari hubungan antara dua variabel (peubah) yang
dichotom. Suatu perubah dinyatakan dichotom bila nilai-nilai yang dicapai peubah
tersebut hanya dikelompokkan dalam dua kelas nilai-nilai. Semua peubah selalu dapat
dijadikan peubah yang dichotom. Pengamatan dari dua peubah yang dichotom dapat
dijabarkan pada tabel silang 2 x 2 sebagai berikut :
Peubah II
Peubah I Total
Y Y
X A B A+B
C D C+D
X
, Y), jika antara peubah I dan peubah II tidak ada hubungan. Ae, Be, Ce dan De memenuhi
X
:
Ae + Be = A + B (2)
Ce + De = C + D (3)
Ae + Ce = A + C (4)
Be + De = B + D (5)
Jadi frekuensi marjinal dianggap sudah tertentu (fixed).
Dari (1) dan (2) dapat dibuktikan bahwa :
Ae = (6)
( A + C )( A + B)
N
Dengan cara yang sama dapat dibuktikan :
Be =
( A + B )(B + D)
N
Ce =
( A + C )(C + D)
N
De =
( B + D)(C + D)
N
Sebutlah selisih antara frekuensi yang diamati dan frekuensi yang diharapkan maka :
δ
= A – Ae
δA
= B – Be
δB
= C – Ce
δC
= D – De
δD
Dan dapat dibuktikan bahwa :
δ A = −δ B = −δ C = −δ D
Jadi jika suatu sel diketahui, maka sel-sel lainnya sudah tertentu. Hanya ada dua pola
δ δ
Pola 1 Pola 2
Pola 1 : menyatakan bahwa hubungan antara Peubah I dan II, adalah positif. Kita dapat
nyatakan bahwa :
(1) > 0 maka X cenderung Y
δB
(atau Y cenderung X) dan
(2) > 0 maka cenderung
δC X Y
(atau cenderung ).
Y X
Pola 2 : menyatakan bahwa hubungan antara Peubah I dan II, adalah negatif. Kita
dapat menyatakan bahwa : karena
(1) > 0 maka X cenderung
δA Y
(atau cenderung X) dan
Y
(2) > 0 maka cenderung Y
δD X
(atau Y cenderung ).
X
BAB 11
Kebijaksanaan Kependudukan
A. Pendahuluan
Kebijaksanaan kependudukan merupakan gejala yang relative baru. Berbagai
kebijaksanaan ekonomi maupun sosial ditujukan untuk meningkatkan kesejakterahan
penduduk. Kebijaksanaan itu meliputi penyediaan lapangan kerja untuk penduduk
yang menghendakinya, memberikan kesempatan pendidikan, meningkatkan
kesehatan, serta usaha-usaha yang menambah kesejahteraahn penduduk lainnya.
Berbagai kebijakan itumempengaruhi penduduk, baik mengenai besar, komposisi,
distribusi, dan pertumbuhannya maupun cirri-ciri penduduk yang lain. Akan tetapi
pengaruh terhadap penduduk itu bukan tujuan utama, melainkan merupakan akibat
sampingan dari kebijaksanaan itu. Kebijaksanaan kependudukan menurut Perserikatan
Bangsa-bangsa diberi pengertian sebagai berikut :
“ ….. langkah-langkah dan program-program yang membangtu tercapainya tujuan-
tujuan ekonomi, sosial, demografis, dan tujuan-tujuan umum yang lain dengan
mempengaruhi variable-variabel demografi yang utam, yaitu besar dan pertumbuhan
penduduk serta perubahan dan cirri-ciri demografisnya ….. “
Dalam pengertian tersebut, termasuk langkah-langkahdan program-program baik yang
kemungkinan besar mempengaruhi variable-variabel utama itu maupun yang secara sadar
dimaksud demikian.
Perlu dibedakan antara kebijaksanaan yang mempengaruhi variable-variabel
keendudukan maupun yang menanggapi perubahan-perubahan penduduk.kebijaksanaan yang
mempengaruhi variable kependudukan antara lain ialah mengadakan vaksinasi anak-anak
yang menyelamatkan mereka dari berbagai penyakit anak-anak yang berbahaya.
Vaksinasidemikian akan menurunkan kematian anak-anak dan akan mempengaruhi angka
kematian penduduk sebagai keseluruhan.
Kebijaksanaan yang menanggapi perubahan-perubahan penduduk antara lain ialah
pendirian sekolah-sekolah unyuk menampung peningkatan jumlah anak-anak yang
disebabkan oleh penurunan angka kematian anak-anak.
Suatu kebijakan yang mempengaruhi variable kependudukan dapat bersifat langsung
atau tidak langsung. Kebijaksanaan langsung dalam hal ini antara lain ialah pelayanan
kontrasepsi yang langsung mempengaruhi besarnya poenduduk akibat penurunan banyaknya
kelahiran. Kebijaksanaan kependudukan yang bersifat tidak langsung misalnya melalui
pencabutan subsisi pada keluarga yang mempunyai anak lebih dari jumlah tertentu, misalnya
dua, yang akan mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan oleh keluarga-keluarga.
Kebijaksanaan kependudukan berhubungan dengan keputusan pemerintah. Dengan
mempengaruhi kelahiran, kematian dan persebaran penduduk, pemerintah mempunyai
kebijaksanaan yang mempengaruhi penduduk.
B. Ruang Lingkup Kebijaksanaan Kependudukan
Kebijaksanaan kepnedudukan berhubungan dengan dinamika kepndudukan,
yaitu perubahan-perubahan terhadap tingkat fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Kebijaksanaan kependudukan dapat mempengaruhi fertilitas baik untuk
menaikan ataupun menurunkan angka kelahiran. Pada waktu ini, kebijaksanaan
mengenai fertilitas sering hanya dihubungkan dengan penurunan fertilitas melalui
keluarga berencana. Bahkan banyak orang menganggap kebijaksanaan kependudukan
identik dengan keluarga berencana.
Kebijaksanaan mengenai mortalitas biasanya langsung dihubungkan dengan
kesehatan, bahkan dihubungkan dengan klinik, rumah sakit, dan dokter. Mortalitas
mempunyai hubungan yang erat dengan morbiditas ( tentang sakit ). Sebagian besar
orang yang mati disebabkan sakit, dan hanya sebagian kecil yang meninggal karena
kecelakaan. Sebagian sangat sangat kecil mati karena bunuh diri. Karena itu
mortalitas dan morbiditas harus dipahami sekaligus.
Migrasi merupakan kebijakan redistribusi penduduk. Hanya dnegan migrasi
distribusi penduduk dapat dipengaruhi dalam jangka waktu relative pendek. Dalam
membahas migrasi, biasanya urbanisasi dicakup. Urbanisasi sebagi keadaan dan
proses pemusatan penduduk di daerah urban ( perkotaan ) banyak dipengaruhi oleh
migrasi dari desa ke kota. Karena itu ada anggapan seolah-olah hanya disebabkan
oleh migrasi dari desa ke kota, atau urbanisasi dianggap identik dengan migrasi desa-
kota. Padahalurbanisasi disebabkan oleh tiga factor, yaitu pertambahan alami, migrasi
desa-kota dan reklasifikasi daerah perdesaan ( rural ) menjadi perkotaan ( urban ).
Masalah yang dapat mempengaruhi fertilitas ialah nuptialitas, yaitu hal-hal
yang berhubungan dengan perkawinan. Umur perkawinan pertama, gampang atau
sukarnya perceraian serta perkawinan ulang dapat dihubungkan dengan kebijaksanaan
kependudukan juga.
C. Macam-macam kebijaksanaan kependudukan
Kebijaksanan kependudukan dapat bersifat nasional terpadu atau sektoral.
Kebijaksanaan nasional terpadu mencangkup segala segi kehidupan dengan satu
tujuan mengenai kependudukan. Semua komponen yang mempunyai hubungan
dengan penduduk mempunyai orientasi yang sama, sehingga merupakan satu system.
Masing-masing mempunyai kaitan dengan komponen-komponen yang lain yang
menuju pada satu sasaran yang ditentukan, mislanya penurunan fertilitas, penurunan
mortalitas atau peningkatan migrasi.
Kebijakan sektoral menyerahkan masalah kependudukan kepada satu sector.
Kegiatan sektoran dapat dikoordinasikan, tetapi dalam kenyataan koordinasi sukar
dilaksanakan.
D. Program-program kependudukan
Kegiatan nyata untuk melaksanakan kebijaksanaan dengan sasaran tertentu,
batas waktu dan dana tertentu merupakan satu program kegiatan demikian yang
bertujuan mempengaruhi atau menganggapi aspek-aspek kependudukan yang
merupakan program kependudukan.
Kegiatan keluarga berencana adalah program kependudukan. Peningkatan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang akan menurunkan angka kematian bayi juga
merupakan program kependudukan.Pemindahan penduduk yang diatur pemerintah
dalam bentuk transmigrasi adalah program kependudukan.
Di Indonesia, karena menuntut sejarah kegiatan transmigrasi dan keluarga
berencana mendahului perumusan kebijaksanaan kependudukan, kegiatan itu
merupakan program sendiri-sendiri. Pengertian program kepndudukan bahkan diberi
pengertian sempit, yaitu kegiatan yang mendukung program keluarga berencana.
Dalam kenyataan program kependudukan di Indonesia diartikan sebagai kegiatan
beyond family planning yaitu kegiatan-kegiatan yang menjangkau lebih jauh dari
keluarga berencana, misalnya perbaikan gizi, peningkatan pendapatan dan lain-lain
yang dapat menambah kemantapan program keluarga berencana.
Transmigrasi merupakan kebijaksanaan kependudkan mengenai migrasi.
Kebijaksanaannya adalah redistribusi penduduk melalui migrasi yang diatur oleh
pemerintah. Transmigrasi yang diatur itu hanya meliputi bagian kecil migrasi, tetapi
dilakukan secara sadar dan dengan tujuan yang jelas. Sejak tahun 1972 dengan
Undang –Undang no. 3 tahun 1972 yang mengatur pokok-pokok penyelenggaraan
Transmigrasi. Transmigrasi tidak hanya mempunyai aspek kependudukan tapi juga
aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan. Akan tetapi karena itu
dijalankan dengan mempengaruhi variable migrasi, maka transmigrasi merupakan
satu program kependudukan.
Usaha penyebaran fertilitas kesehatan secara merata sehingga menjangkau
seluruh penduduk merupakan satu program kependudukan dalam rangka
kebijaksanaan menurunkan kematian dan meningkatkan harapan hidup penduduk.
E. Kebijaksanaan Kependudukan Di Berbagai Negara
Pengertian kebijaksanaan kependudukan dibanyak negara dihubungkan
dengan keluarga berencana.di negara-negara yang sekarang telah maju, khususnya di
negara-negara liberal barat, pemerintah negara-negara itu mengambil sikap tidak ikut
campur. Di negara-negara itu usaha keluarga berencana dilakukan oleh organisasi-
organisasi masyarakat dengan dana dari masyarakat pula. Prakarsa keluarga
berencana datang dari masyarakatatas yang mempunyai pendidikan paling tinggi dan
mempunyai pendapatan serta lapangan kerja yang paling tinggi pula. Dengan
demikian, pengetahuan, sikap positif terhadap keluarga berencana serta praktek KB di
mulai dari golongan atas menurun ke golongan menengah terus ke golongan buruh
dan kahirnya mencapai para petani di desa-desa.
sebagian besar penduduk dunia berdiam di negara-negara sedang berkembang.
Kebijaksanaan kependudukan oleh sebagian pemerintahan melalui program KB
hasilnya sudah mulai Nampak. Sebagian penduduk dunia di negara yang sedang
berkembang belum banyak dijamah oelh keluarga berencana baik melalui
kebijaksanaan pemerintah maupun oleh organisasi masyarakat.
F. Macam-macam kebijaksanaan kependudukan
Kebijaksanaan yang banyak dianut adalah anti natalis. Kebijaksanaan ini
mempunyai tujuan untuk menurunkan angka kelahiran. Negara-negara yang
menjalankan kebijaksanaan KB bersifat anti natalis, sekalipun alasannya bermacam-
macam. Alasan yang umum digunakan adalah untuk kesajahterahan ibu dan anak,
baik ditinjau dari kesehatan sang ibu dan anak maupun pertimbangan kesejaterahan
sosial ekonomi keluarga pada umumnya. Dengan demikian keluarga berencana tidak
dikemukakan dalam kerangka makro, tetapi mikro, demi kepentingan keluarga.
Semboyan yang digunakan untuk mencapai keluarga kecil yang bahagia mendasari
program-program itu.
Memang keluarga-keluarga tidak akan berminat terhadap masalah makro,
misalnya apakah itu berhubungan dengan kepadatan penduduk, cepatnya
pertumbuhan ataupun penyebaran penduduk yang tidak merata.ha-hal ini merupakan
masalah bagi pemimpin-pemimpin masyarakat baik dalam pemerintahan maupun di
luar pemerintahan.
Kebijaksanaan pronatalis tidak banya diikuti. Contoh yang sering dipakai di
Prancis sesudah kalah perang dengan Jerman pada tahun 1871. Pada waktu itu timbul
gagasan untuk membalas kekalahan ( revanche idea ) terhadap Jerman. Keluarga-
keluarga dianjurkan untuk memperbesar jumlah keluarga dengan meningkatkan
kelahiran. Berbagai subsidi maupun fasilitas-fasilitas diberikan oleh pemerintah,
tetapi hasilnya diragukan.
Negara-negara yang dipimpin oleh dictator-diktator yang menyiapkan perang
menjelang Perang Dunia II, yaitu Rusia, Jerman, Italia, dan Jepang mempunyai
kebijaksanaan pronalitas pada waktu itu.
Sesudah Perang Dunia II negara-negara yang mempunyai kebijaksanaan
pronalitas adalah Indonesia – sampai munculnya Orde Baru dan Brasilia. Kedua
negara ini ingin mencapai penduduk stabil 250 juta yang dianggap diperlukam untuk
masuk kelas negara besar.
G. Perbedaan kebijaksanaan kependudukan di berbagai negara
Negara-negara Asia terbagi dua dalam kebijaksanaan kependudukannya.
Negar-negara Asia Selatan, Tenggara dan Timur hampir semua mengikuti
kebijaksanaan anti natalis. Dari Pakistan sampai Jepang denganpengecualian Birma
dan Vietnam, semuanya menjalankan program keluarga berencana. Cina bahkan
mengusahakan keluarga dengan hanya satu anak setelah penduduk mendekati jumlah
satu miliar.
Di negara-negara Asia bagian Barat yang sebagian besar berpendudk Arab
Islam, hanya Iran yang pada masa Syah iRan menjalankan kebijaksanaan anti natalis.
Negara-negara lainnya tidak mempunyai kebijaksanaan kependudukan yang jelas,
kecuali Kuwait yang nyata-nyata mempunyai kebijaksanaan pronatalis. Negara-
negara Eropa tidak mempunyai kebijaksanaan kependudukan yang secara resmi
dinyatakan. Program-program yang mempunyai akibat kependudukan lebih bersifat
sosial ekonomi atau sekedar menampung akibat-akibat negative tindakan masyarakat.
Sebagai missal legalisasi pengguguran kandungan terutama di negara blok komunis
bukanlah untuk menurunkan fertilitas, tetapi untuk menghindarkan pengguguran tidak
syah secara sembunyi-sembunyi yang membahayakan kesehatan ibu.
Negara-negara Afrika pada umumnya merasakan kekurangan penduduk.
Pendekatan dengan keluarga berencana sebagai usaha peningkatan kesejahterahan
keluarga hanya diikuti oleh Mesir dan Tunisia di negara-negara Arab di Afrika dan
oleh Ghana serta Kenya diantara negara-negara dengan penduduk berkulit hitam.
Di Amerika Selatan kebijaksanaan kependudukan dapat dibagi dua, yaitu
kebijaksanaan pronalitas disebagian negara-negara yang pendudknya beragama
Khatolikdan anti natalis di negara-negara yang penduduknya Protestan. Namun
demikian dibeberapa negara yang agak maju seperti Chili dan Argentina praktik
keluarga berencana sudah meluas dalam masyarakat.
Negara-negara Amerika latin mengikuti paham yang menyatakan bahwa
apabla keadaan sosial ekonomi diperbaiki maka angka kelahiran akan turun, seperti
halnya dalam teori transisi demografi.
Meskipun di Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin program-program
keluarga berencana belum banyak diikuti sebanyak Asia Selatan, Tenggara danTimur,
kecendrungan untuk kesikap anti natalis memasuki golongan-golongan terbatas
masyarakatnya, sehingga akhirnya akan mendorong kea rah kebijaksanaan anti
natalis.
H. Kebijaksanaan kependudukan di Indonesia
Kebijaksanaan yang menyangkut distribusi penduduk sudah diikuti sejak
permulaan abad ini oleh pemerintahan Hindia Belanda. Kolonisasi kebeberapa daerah
luar jawa dengan memindahkan penduduk dari jawa adalah usaha redistribusi
penduduk. Usaha itu merupakan kebijaksanaan kependudukan. Sekalipun hasilnya
tidaklah besar, tetapi pemerintah Hindia Belanda telah memulai program itu dan
setelah mengalami berbagai hambatan, menjelang Perang Dunia II kolonisasi itu
menjadi cukup penting.
Pemerintah Indonesia merdeka meneruskan program pemindahan penduduk
itu dengan transmigrasi. Konsep transmigrasi yang dicetuskan pada permulaan
kemerdekan Indonesia merupakan kebijaksnaan kependudukan yang secara sadar
hendak mengurangi penduduk jawa dengan cara memindahkannya ke luar jawa.
Dalam apa yang dikenal dengan rencana tambunan, direncanakan Transmigrasi besar-
besaran, bukan hanya mengurangi penduduk pulau jawa secara absolute. Jawa
diperkirakan hanya mampu menampung 30 juta penduduk dan selebihnya harus
ditransmigrasikan.
Kebijaksanaan kependudukan itu dijalankan sampai pemerintahan Orde Baru
memberikan orientasi yang luas mulai tahun 1972. Undang-Undang no. 3 tahun 1972
memberikan tujuan yang luas pada transmigrasi dimana pertimbangan demografis
hanya merupakan satu dari tujuh sasaran yang terdiri atas:
• Peningkatan taraf hidup
• Pembangunan daerah
• Keseimbangan penyebaran penduduk
• Pembangunan yang merata di seluruh Indonesia
• Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia
• Kesatuan dan persatuan bangsa
• Memperkuat pertahanan dan keamanan sosial
Kebijaksanaan transmigrasi ini mencangkup segi-segi politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan di samping kebijaksanaan redistribusi penduduk.
Kebijaksanaan ini merupakan kebijaksanaan sektoral dan regional. Di samping itu
transmigrasi diarahkan kepada transmigrasi swakarsa yang akan mengurangi beban
pemerintah dan mendorong penduduk berinisiatif unutk pindah dalam rangka
pembangunan daerah asal maupun daerah tujuan transmigrasi. Di dunia ini tidak ada
negara lain yang mempunyai kebijaksanaan redistribusi penduduk yang lebih luas dari
Indonesia. Malaysia dan Filipina mempunyai program pemukiman penduduk
( settlement ) yang terbatas dan lebih bersifat kegiatan pembangunan ekonomi. Proyek
Felda ( Federal Land Development Authority ) di Malaysia merupakan usaha
meningkatkan produksi karet dan kelapa sawit untuk ekspor dengn mendatangkan
petani-petani terpilih. Filipina mempunyai program pembukaan daerah Mindanau
yang ruang lingkupnya terbatas.
Kebijaksanaan kependudukan telah dirumuskan dalam GBHN. Kebijaksanaan
ini merupakan bagian dari kebijaksanaan kependudukan yang meliputi :
• Bidang-bidang pengendalian kelahiran
• Penurunan tingkat kematian terutama kematian anak-anak
• Perpanjangan harapan hidup
• Penyebaran penduduk yang lebih serasi dan seimbang
• Pola urbanisasi yang lebih berimbang dan merata
• Perkembangan dan penyebaran angkatan kerja
Kebijaksanaan kependudukan utama di Indonesia adalah kebijaksanaan
keluarga berencana. Kebijaksanaan ini sudah luas diketahui oleh semua petugas KB
maupun masyarakat luas.
Pertama-tama program KB, sesuai dengan deklarsi PBB mengenai
kependudukan dimana Presiden Suharto iky mendatangani, merupakan titik balik
yang sangat penting di Indonesia. Program KB telah dapat mengubah pandangan
dalam masyarakat yang pronalitas, yang melihat penduduk dari sudut kuantitas saja,
menjadi pandangan anti natalis, yang menekankan pada kesejahterahan masing-
masing keluarga dengan membatasi kelahiran. Kebijaksanaan pemerintah yang
menjadi commitment pimpinan tertinggi untuk melaksanakan program KB merupakan
salah satu produk Orde Baru uang paling penting dengan jangkauan yang jauh.
Kedua ialah kenyataan bahwa dukungan masyarakat cukup besar dan
tantangan dari golongan manapun secra prinsipil tidk ada terhadap program Keluarga
Berencana.
Ketiga, Indonesia dapat membuktikan bahwa KB dapat dilaksanakan di daerah
pedesaan secara efektif. Ini berbeda dengan pola penyebaran KB yang biasanya mulai
dari kota ke pedesaan, sehingga prosesnya lambat, di negara-negara yang telah maju.
Penerimaan masyarakat terhadao teknologi KB di daerah pedesaan kita merupakan
kesempatan ( point of entry ) yang penting untuk proses pembangunan sector-sektor
yang lain. Hal ini mungkin Karen tidak langsung diikuti pendekatan teknis tetapi
melalui penerangan dan motivasi terlebih dahulu. Kegagalan banyak program KB di
negara-neraga lain adalah karena dimulai dari aspek teknis medis., yaitu pengadaan
klinik-klinik KB, yang meskipun merupakan bagian yang menentukan, tetapi
merupakan bagian akhir dari suatu rantai yang dimulai dari pengetahuan tentang KB,
sikap untuk menerimanya dan baru kemudian praktek KB dengan bantuan klinik.
Keempat untuk menjadikan KB sebagai suatu lembaga atau pranata sosial,
maka KB diusahakan untuk menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat dalam
bentuk Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS ). Ini
merupakan pendekatan yang menyentuh perikehidupan keluarga secara nyata.
Kelima, usaha untuk melaksanakan beyond family planning. Konsep ini
sebenarnya usaha untuk mempertemukan tiga pandangan, yaitu :
• Pandangan yang menyatakan bahwa penurunan fertilitas hanya dapat dicapai melalui
pembangunan ekonomi. Apabila ekonomi terbangun, fertilitas akan turun dengan
sendirinya.
• Pandangan bahwa perubahan nilai-nilai dalam masyarakat yang mengurangi peranan
anak dalam kehidupan keluarga dan sebagai jaminan hari tua maupun tenaga bantuan
untuk keluarga. Kalau pandangan ini berubah, keinginan untuk punya banyak anak
akan berkurang, fertilitas akan turun dengan sendirinya.
• Pandangan bahwa dengan program KB yang dikelola dengan baik, fertilitas akan
dapat diturunkan.
negara-negara yang berhasil menurunkan fertilitas dengan cepat adalah Korea,
Taiwan, Hongkong, dan Singapura. Negara-negara itu melaksanakan program KB
tetapi bersamaan dengan itu dilaksanakan pembangunan ekonomi dan sosial yang
paling menunjang. Program KB berjaln seiring dengan peningkatan kesejahterahan
keluarga baik yang bersumber pada pembangunan ekonomi maupun sosial. Indonesia
melalui program kependudukan mengarah pada penggunaan ketiga pandangan
sebagai satu kesatuan.
A. Tinjauan Masa Depan
Indonesia hendak mencapai penurunan fertilitas sehingga pada tahun 1990
dicapai angka setengah dari keadaan pada tahun 1971. In berarti penurunan angka
kelahiran kasar dari 44 per 1000 menjadi 22 per 1000 dalam waktu 19 tahun. Ada
anggapan bahwa pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa 1971-1980 sebesar 2,34 %
sebagai penunjuk KB kurang berhasil. Akan tetapi kalau diingat bahwa KB mulai
mempunyai dampak baru sejak 1974, sedang penurunan angka kematian sebagai
akibat pembangunan diduga sudah mulai sejak tahun 1970, yaitu sejak Repelita I
mulai berjalan. Angka 2,34 % adalah rata-rata selama 9 tahun, yang tinggi pada
permulaan dan rendah pada bagian akhir dasawarsa 1970-an.
Usaha mencapai penurunan kelahiran sebanyak itu tidak mustahi, tetaapi
merupakan tantangan yang berat. Cara kontrasepsi yang mantap ( IUD ) dan mungkin
Depo Provera harus secara luas diapakai dan cara lain seperti sterilisasi dapat
dikembangkan oleh organisasi masyarakat. Dengaan pengalaman yang ada,
kesungguhan yang lebih besar, keterbukaan dan kejujuran pelaksanaan, maka sasaran
itu tidak berlebihan.
Dalam hal transmigrasi masih perlu untuk mencari pendekatan yang lebih
mantab. Cara berpikir yang dan lebih efisien perlu dikembangkan sehingga sasaran
kuantitatif ( 500.000 kepala keluarga ) dalam Pelita III dapat dicapai. Sesuai dengan
UU No.3 tahun 1972, Transmigrasi Swakarsa harus lebih didorong untuk memulia
proses migrasi berantai. Hanya dengan migrasi berantai, dimana mereka yang sudah
pindah dan berhasil akan menarik saudara, teman dan tetangganya menempuh hidup
baru di daeraah transmigrasi, transmigrasi besa-besaran dapat terlaksana.
Baik Kb maupun trnsmigrasi mempunyai implikasi sosial, ekonomi, budaya
dan politik. Sebagai missal, ada anggapan bahwa WNI Cina tidak berkeluarga
berencana sehingga jumlah mereka akan bertambah dengan cepat. anggapan
semaacam ini tidak benar, tetapi ada prasangka masyarakat demikian. Dalam hal
transmigrasi seolah penduduk setempat dirugikan padahal seharusnya malah dapat
manfaat. Hal-hal demikian harus diantisipasi, sehingga dapat ditiadakan sebelum
muncul.
Mengingat pentingnya masalah kependudukan ini perlu adanya UU yang
mengatur pokok-pokok mengenai kependudukan sebagai suatu system yang terpadu.
UU yang mencangkup aspek-aspek kependudukan secra menyeluruh akan menjadi
pegangan dalam menangani masalh penduduk yang kompleks secara terpadu.