You are on page 1of 20

Disusun Oleh:

ANAK AGUNG D.A (01)


ANGGA DINDA PRADANA (04)
ERMA NUR FADILAH (22)
ERNA AGUSTINA (24)
NELY INDAH RAHMAWATI (47)
RETNO AYU. K (55)
SIGMA WARISTAMA (60)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
tepat waktu dengan judul “GLAUKOMA KRONIK DAN GLAUKOMA AKUT” guna
pemenuhan tugas mata kuliah Sistem Persepsi Sensori.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu
terselesainya penulisan makalah ini. Terima kasih penulis ucapkan :
• Joko Sutrisno, S.Kep.Ns.M. Kes
• Nuryeni,S.Kep.Ns
• Teman-teman IKP Reguler IIIB yang tanpa henti memberi semangat
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Penulis
memohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan penulisan baik disengaja maupun tidak.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
makalah ini.

Kediri, 06 Januari 2011

Tim Penulis
Scenario Kasus 5 (glaukoma)

‘Seorang Perempuan ,50 Tahun, dirawat inap di klinik mata


Griya Husada ,pasien mengeluh pegel-pegel dan mengeluh
lapang pandang sempit dari observasi dan pengamatan perawat
di dapatkan mata tenang,pupil saraf optic atrofi ,skotoma,TIO
lebih dari 21 mmHg,visus naik turun kadang kabur kadang tidak

PEMBAHASAN KASUS 5
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Ini adalah jenis glaukoma dimana tekanan mata naik sangat lambat karena aliran
cairan diblokir berair dan cairan tidak dapat mengakses saluran-saluran drainase mata. Hal
ini terjadi selama bertahun-tahun. Walaupun orang tidak mengalami rasa sakit, tetapi
bidang penglihatan menjadi berkurang perlahan-lahan. The penglihatan akan tampaknya
tidak berubah, tapi perlahan-lahan visi akan rusak.

Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif
cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan
lapang pandang. Berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan tahun 1993-1996 yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia didapatkan bahwa glaukoma
merupakan penyebab kebutaan nomer 2 sesudah katarak (prevalensi 0,16%). Katarak
1,02%, Glaukoma 0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina 0,09%. Akibat dari kebutaan itu
akan mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama pada usia produktif, sehingga akan
berpengaruh juga terhadap sumberdaya manusia pada umumnya dan khususnya Indonesia.

Jadi usaha pencegahan kebutaan pada glaukoma bersifat prevensi/pencegahan


kebutaan dengan jalan menemukan dan mengobati/ menangani penderita sedini mungkin.
Sayangnya tidak mudah untuk menemukan glaukoma dalam stadium awal karena sebagian
besar kasus glaukoma awal tidak memberikan gejala yang berarti bahkan asimptomatik,
kalaupun ada gejala biasanya hanya berupa rasa tidak enak di mata, pegal-pegal di mata
atau sakit kepala separoh yang ringan. Gejala-gejala tersebut tidak menyebabkan penderita
memeriksakan ke dokter atau paramedis. Disamping ketidaktahuan penderita tentang
penyakitnya maka peranan tenaga medis dalam mendiagnosis glaukoma awal juga perlu
mendapat perhatian, sehingga dapat menemukan glaukoma dalam stadium dini.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari glukoma kronik?

2. Apakah etiologi dari glukoma kronik?

3. Apakah klasifikasi dari glukoma kronik i?

4. Apakah manifestasi glukoma kronik?

5. Apakah patofisiologi glukoma kronik?

6. Bagaimana penatalaksanaan glukoma kronik ?

III. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mengetahui definisi glukoma kronik

2. Mengetahui etiologi glukoma kronik

3. Mengetahui klasifikasi glukoma kronik

4. Mengetahui manifestasi klinis glukoma kronik

5. Mengetahui patofisiologi glukoma kronik

6. Mengetahui penatalaksanaan glukoma kronik


BAB II
ISI

1.1. Definisi Glaukoma Kronik

Glaukoma Kronik menjalar secara perlahan-lahan tanpa rasa sakit. Glaukoma Kronik
menjalar secara perlahan-lahan tanpa rasa sakit atau kabur penglihatan. Pengidap
Glaukoma tidak menyadari jika mereka mempunyai masalah Glaukoma Kronik sehingga
keadaan menjadi tambah parah tanpa perawatan.

Sudut bilik depan terbuka normal, ada hambatan aliran AgH tidak secepat produksi,
bila berlagnsung secara terus menerus, maka menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel
gangglion, atropi iris dan siliare. Gejala yang timbul adalah: mata terasa berat, pening,
pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan lapang pandang , membesarnya titik
buta.
1.2. ETIOLOGI GLAUKOMA

Penyebab glaukoma ini bersifat primer, yaitu proses degeneratif pada trabecular
meshwork berupa penebalan; akibat timbunan materi ekstraseluler.
Glaukoma sudut terbuka ditandai dengan tiga kriteria utama:

1. Tekanan intraokular (IOP) meningkat (>21 mmHg, kira-kira sampai 30


mmHg) pada DUA KALI PEMERIKSAAN.
2. Lapang pandangan menyempit (visual field defect)
3. Funduskopi cup/disc ratio 0.5 atau lebih

Selain itu, keturunan dalam keluarga, diabetes mewlitus, arteriosclerosis, pemakaian


kortikosteroid jangka panjang, miopi tinggi dan progresif dan lain-lain.

1.3. KLASIFIKASI GLOUKOMA

• Galukoma sudut terbuka /simplek (kronis)


Sudut bilik depan terbuka normal, ada hambatan aliran AgH tidak secepat produksi,
bila berlagnsung secara terus menerus, maka menyebabkan degenerasi syaraf optik,
sel gangglion, atropi iris dan siliare. Gejala yang timbul adalah: mata terasa berat,
pening, pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan lapang pandang ,
membesarnya titik buta.

• Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)


Terjadi penyempitan sudut dan perubahan iris ke anterior, terjadi penekanan kornea
dan menutup sudut mata, AqH tidak bisa mengakir keluar, bilik mata depan menjadi
dangkal. Gejala yang timbul adalah: nyeri selam beberapa jam dan hilang kalau tidur
sebentar, TIO >75 mmhg, halo disekitar cahaya, headache, mual, muntah, bradikardi,
pengelihatan kabur dan berkabut serta odema pada kornea.
1.4. MANIFESTASI KLINIS

• Tidak ada keluhan mata merah,mata nyeri dan kabur oleh karena TIO meningkat
tidak mendadak.
• Stadium dini gaung papil kecil terjadi gangguan lapang pandang ringan (scotoma
kecil) yang tidak terasa oleh penderita.
• Stadium selanjutnya gaung papil mulai luas gangguan lapang pandang mulai terasa
(penderita melihat bayangan gelap di lapang pandangnya).
• Stadium lanjut gangguan papil luas terjadi lapang pandang sempit sehingga terjadi
gangguan aktifitas sehari-hari.
• Stadium akhir gangguan seluruh papil terjadi lapang pandang gelap.

1.5. PATOFISIOLOGIS GLAUKOMA

Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus
ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor
mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work
dan kanal schlem. Tekana intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmHg
tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata
depan.

Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga
dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan
kesrusakan jaringan yang dimula dari perifir menuju ke fovea sentralis. Hal ini
menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa
terakhir pada temporal
1.6. PENATALAKSANAAN

Prinsip : Mencegah progesifitas penggunaan papil dengan menurunkan TIO.


Cara :
1. Pemakaian obat-obatan sebagai pilihan utama.
2. Bila TIO masih tinggi maka pilihan kedua adalah aplikasi LASER
pada jaringan trabekula
3. Bila pilihan keduapun masih belum berhasil maka pilihan ketiga
sdslsh bedah filtrasi
Pilihan terakhir adalah menghambat badan siliar dengan aplikasi krio atau LASER.
DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.com
www.medicastro.com

http://minmalangsatu.net/detail-artikel-148/GLAUKOMA.html

http://www.sumeks.co.id
Disusun Oleh:

ANAK AGUNG D.A (01)


ANGGA DINDA PRADANA (04)
ERMA NUR FADILAH (22)
ERNA AGUSTINA (24)
NELY INDAH RAHMAWATI (47)
RETNO AYU. K (55)
SIGMA WARISTAMA (60)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2010

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
tepat waktu dengan judul “GLAUKOMA KRONIK DAN GLAUKOMA AKUT” guna
pemenuhan tugas mata kuliah Sistem Persepsi Sensori.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu
terselesainya penulisan makalah ini. Terima kasih penulis ucapkan :
• Joko Sutrisno, S.Kep.Ns.M. Kes
• Nuryeni,S.Kep.Ns
• Teman-teman IKP Reguler IIIB yang tanpa henti memberi semangat
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Penulis
memohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan penulisan baik disengaja maupun tidak.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
makalah ini.
Kediri, 06 Januari 2011

Tim Penulis

Scenario Kasus 6 (glaukoma


akut/tertutup)
“Seorang laki-laki ,65 Tahun datang ke
Poliklinik Mata mengeluh mata pegal sampai
sakit kepala,mual muntah ,visus turun sampai
mata merah dari anamnesa palpebra spasme

,konjungtiva hiperemi,kornea oedem,lensa


terdapat bercak putih,TIO 40 mmHg
PEMBAHASAN KASUS 6

BAB I
PENDAHULUAN

IV. LATAR BELAKANG MASALAH

Glaukoma merupakan gangguan penglihatan yang rentan dialami orang usia 40


tahun ke atas. Biasanya ditandai dengan kian menyempitnya lapang pandang akibat
tingginya tekanan cairan dalam bola mata.

Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata


relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan
kelainan lapang pandang. Berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan tahun 1993-
1996 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia didapatkan bahwa
glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomer 2 sesudah katarak (prevalensi 0,16%).
Katarak 1,02%, Glaukoma 0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina 0,09%. Akibat dari
kebutaan itu akan mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama pada usia produktif,
sehingga akan berpengaruh juga terhadap sumberdaya manusia pada umumnya dan
khususnya Indonesia.

Kebutaan akibat glaukoma bersifat irreversibel/menetap tidak seperti kebutaan


karena katarak yang dapat diatasi setelah dilakukan operasi pengambilan lensa katarak.
Jadi usaha pencegahan kebutaan pada glaukoma bersifat prevensi/pencegahan kebutaan
dengan jalan menemukan dan mengobati/ menangani penderita sedini mungkin.
Sayangnya tidak mudah untuk menemukan glaukoma dalam stadium awal karena
sebagian besar kasus glaukoma awal tidak memberikan gejala yang berarti bahkan
asimptomatik, kalaupun ada gejala biasanya hanya berupa rasa tidak enak di mata, pegal-
pegal di mata atau sakit kepala separoh yang ringan. Gejala-gejala tersebut tidak
menyebabkan penderita memeriksakan ke dokter atau paramedis. Disamping
ketidaktahuan penderita tentang penyakitnya maka peranan tenaga medis dalam
mendiagnosis glaukoma awal juga perlu mendapat perhatian, sehingga dapat menemukan
glaukoma dalam stadium dini.
Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif
cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan
lapang pandang. Berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan tahun 1993-1996 yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia didapatkan bahwa glaukoma
merupakan penyebab kebutaan nomer 2 sesudah katarak (prevalensi 0,16%). Katarak
1,02%, Glaukoma 0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina 0,09%. Akibat dari kebutaan itu
akan mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama pada usia produktif, sehingga akan
berpengaruh juga terhadap sumberdaya manusia pada umumnya dan khususnya
Indonesia.

Kebutaan akibat glaukoma bersifat irreversibel/menetap tidak seperti kebutaan


karena katarak yang dapat diatasi setelah dilakukan operasi pengambilan lensa katarak.
Jadi usaha pencegahan kebutaan pada glaukoma bersifat prevensi/pencegahan kebutaan
dengan jalan menemukan dan mengobati/ menangani penderita sedini mungkin.
Sayangnya tidak mudah untuk menemukan glaukoma dalam stadium awal karena
sebagian besar kasus glaukoma awal tidak memberikan gejala yang berarti bahkan
asimptomatik, kalaupun ada gejala biasanya hanya berupa rasa tidak enak di mata, pegal-
pegal di mata atau sakit kepala separoh yang ringan. Gejala-gejala tersebut tidak
menyebabkan penderita memeriksakan ke dokter atau paramedis. Disamping
ketidaktahuan penderita tentang penyakitnya maka peranan tenaga medis dalam
mendiagnosis glaukoma awal juga perlu mendapat perhatian, sehingga dapat menemukan
glaukoma dalam stadium dini.

V. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari glukoma akut?

2. Apakah etiologi dari glukoma akut?

3. Apakah klasifikasi dari glukoma akut i?

4. Apakah manifestasi glukoma akut?

5. Apakah patofisiologi glukoma akut?

6. Bagaimana penatalaksanaan glukoma akut ?

VI. TUJUAN PEMBELAJARAN

7. Mengetahui definisi glukoma akut

8. Mengetahui etiologi glukoma akut

9. Mengetahui klasifikasi glukoma akut

10. Mengetahui manifestasi klinis glukoma akut

11. Mengetahui patofisiologi glukoma akut

12. Mengetahui penatalaksanaan glukoma akut


BAB II
ISI

1.7. Definisi Glaukoma Akut

Merupakan glaucoma yang sering terjadi ( 90 % ), biasanya terjadi pada


kedua mata dan salah satu mata lebih berat. Pada tahap awal tidak ditemukan
gejala pada glaukoma bentuk ini. Lapang pandang akan menurun pelan – pelan tetapi
tidak terdeteksi. Pada glaukoma sudut terbuka terjadi hambatan aliran aquos humor
yangb tidak secepat produksinya.

Terjadi penyempitan sudut dan perubahan iris ke anterior, terjadi penekanan


kornea dan menutup sudut mata, AqH tidak bisa mengakir keluar, bilik mata depan
menjadi dangkal. Gejala yang timbul adalah: nyeri selam beberapa jam dan hilang
kalau tidur sebentar, TIO >75 mmhg, halo disekitar cahaya, headache, mual, muntah,
bradikardi, pengelihatan kabur dan berkabut serta odema pada kornea.
.
1.8. ETIOLOGI GLAUKOMA

Glaukoma akut terjadi ketika sistem pengaliran cairan internal (humuor aquous) di
mata tiba-tiba terhambat, yaitu hambatan sistem trabekula oleh iris. Hal ini terjadi
akibat peninggian yang tiba-tiba dari tekanan bola mata sampai pada tingkat yang
berbahaya. Mata menjadi sangat sakit dan penglihatan sangat kabur. Mata menjadi
merah dan gejala mungkin sangat berat sampai menyebabkan mual dan muntah.
Keadaan ini dapat membuat kerusakan permanen pada penglihatan apabila tidak
diobati.

1.9. KLASIFIKASI GLOUKOMA

• Galukoma sudut terbuka /simplek (kronis)


Sudut bilik depan terbuka normal, ada hambatan aliran AgH tidak secepat produksi,
bila berlagnsung secara terus menerus, maka menyebabkan degenerasi syaraf optik,
sel gangglion, atropi iris dan siliare. Gejala yang timbul adalah: mata terasa berat,
pening, pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan lapang pandang ,
membesarnya titik buta.

• Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)


Terjadi penyempitan sudut dan perubahan iris ke anterior, terjadi penekanan kornea
dan menutup sudut mata, AqH tidak bisa mengakir keluar, bilik mata depan menjadi
dangkal. Gejala yang timbul adalah: nyeri selam beberapa jam dan hilang kalau tidur
sebentar, TIO >75 mmhg, halo disekitar cahaya, headache, mual, muntah, bradikardi,
pengelihatan kabur dan berkabut serta odema pada kornea.
1.10. MANIFESTASI KLINIS

- Tiba – tiba nyeri hebat pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, dan
telinga ).
- Mata sangat kabur dan melihat warna seperti pelangi (halo) disekitar lampu.
- Mual, muntah, berkeringat
- Mata merah, hyperemia konjungtiva dan siliar
- Visus sangat menurun
- Edema kornea
- Bilik mata depan sangat dangkal
- Pupil lebar lonjong dan tidak ada refleks terhadap cahaya.
- TIO sangat tinggi
- Sudut bilik mata tertutup

1.11. PATOFISIOLOGIS RABUN JAUH (MIOPI)


Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus
ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor
mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh
work dan kanal schlem. Tekana intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21
mmhg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik
mata depan.

Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga
dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya
menyebabkan kesrusakan jaringan yang dimula dari perifir menuju ke fovea sentralis.
Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan
sisa terakhir pada temporal

Produksi homur aqueus Corpus Ciliaris

Bilik Mata Belakang

Pupi

Bilik Mata Depan

Sudut BMD

Trab. Schlem

Sistem Vena Sklera

1.12.PENATALAKSANAAN

Prinsip :
• Menurunkan TIO
• Membuka sudut yang tertutup
• Memberi suportif
• Mencegah sudut tertutup ulang
• Mencegah sudut tertutup pada mata jiran

DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.com
www.medicastro.com
http://lanugojaya.blogspot.com/2010/07/glaukoma-kronik.html
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.2001.Media Ausculapius: Jakarta

You might also like