You are on page 1of 9

Kontrak Kerjasama Migas di Indonesia (1), “sejarah

dan perkembangan”
September 25, 2009
tags: indonesia, KKS migas, konsesi, kontrak karya, Kontrak kerja sama migas, PSC
by Muhammad Zuhdan

Seiring perkembangannya di indonesia, bentuk kontrak kerjasama migas di indonesia telah


memalui tiga model, yaitu sistem konsesi, kontrak karya, dan bagi hasil.

1. Sistem Konsesi, lebih dikenal dengan nama “Kontrak 5a”

Sistem ini dibuat pada zaman kolonial dengan mengacu pada Indische mijnwet 1899 yang
menatur tentang pengusahan pertambanagn di indonesia. Konsesi adalahsuatu perjanjian yang
dibuat oleh negara pemilik atau pemegang kuasa pertambangan dengan kontraktor untuk
melakukan eksplorasi dan, jika berhasil, produksi serta memasarkan hasilnya tanpa
melibatkan negara pemberi konsesi dalam manajemen operasi.1
Ketentuan yang berlaku pada konsesi migas antara lain,

 Kontraktor bertindak selaku operator sekaligus bertanggug jawab atas manajemen


operasi.
 Kepemilikan minyak dan gas bumi berada di tangan kontraktor.
 Kepemilikan aset berada di tangan kontraktor dengan batasan tertentu.
 Negara mendapat pembagian pembayaran royalti dihitung dari tingkat produksi
tertentu.
 Pajak penghasilan dikenakan kepada kontraktor dari keuntungan bersih. (pajak
penghasilan dan pajak tanah).

2. Kontrak Karya, berlaku sejak tahun 1960 sampai 1963


Sistem kontrak ini dikembangkan dari UU no. 37 Psp/1960 tentang pertambangan. Perjanjian
kontrak karya memuat lima ketentuan pokok, antara lain:

 Setiap perusahaan melepas hak konsesi yang diperoleh pada masa kolonial dan
sebagai gantinya setuju menjadi kontraktor salah satu dari tiga perusahaan negara
(Pertamin, Permina, dan Permigan).
 Perusahaan diberi kontrak berjangka waktu 20 tahun untuk melanjutkan eksploitasi ke
daerah2 konsesi lama.
 Fasilitas pemasaran dan distribusi diserahkan kepada perusahaan negara yang
mengntrak dalam waktu lima tahun dengan harga yang telah disetujui bersama.
 Fasilitas kilang akan diberikan kepada INdonesia dalam waktu 10-15 tahun dengan
nilai yang telah disetujui bersama.
 Keuntungan operasi perusahaan asing dibagi 60:40 dengan pemerintah.

3. Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract)


Model ini diperkenalkan oleh Ibnu Sutowo pada 1960. Model ini diadopsi oleh banyak
negara di dunia termasuk Malaysia dengan Petronasnya. Sistem PSC ini baru diterapkan di
Indonesia sejak tahun 1964 dan telah melalui beberapa perubahan dan generasi hingga
sekarang. Pada model kontrak ini, kontraktor hanya diberi hak ekonomis atas kuasa
pertambangan yang dikuasai Perusahaan Negara melalui pola pembagian hasil (Production
Sharing), bukan keuntungan dalam bentuk uang (profit sharing).

Sumber: M. Kholid Syeirazi, Di Bawah Bendera Asing, Liberalisasi Industri Migas di


Indonesia, LP3ES, 2009

http://joudane.wordpress.com/

Cadangan Migas Indonesia (1)


September 17, 2009

tags: cadangan minyak, gas bumi, indonesia, natural gas

by Muhammad Zuhdan

Sampai akhir 2006, jumlah cekungan hidrokarbon di indonesia sebesar 60 cekungan dengan
rincian: (sumber: bpmigas)

 16 cekungan sudah berproduksi,


 8 cekungan terbukti mengandung hidrokarbon tapi belum berproduksi,
 14 cekungan sudah dibor tapi belum ditemukan hidrokarbon, dan
 22 cekungan sisanya belum dilakukan pemboran eksplorasi.

Indonesia mempunyai cadangan minyak bumi dan gas alam terbesar di Asia Tenggara.
Cadangan adalah jumlah volumetrik minyak bumi dan gas alam di dalam reservoir
berdasarkan data geologi dan penggalian, sifat fisik batuan serta fluide reservoir, serta kondisi
reservoir.

Cadangan dapat diklasifikasi menjadi 2, yaitu cadangan terbukti dan cadangan potensial.

1. Cadangan terbukti adalah cadangan minyak dan gas bumi yang jumlahnya sudah dibuktikan
dengan derajat kepastian tinggi melalui analisis kuantitatif log sumur yang dapat dipercaya.
Cadangan terbukti terbagi dua, yaitu cadangan tebukti sudah berproduksi dan cadangan
terbukti belum berproduksi.
2. Cadangan potensial adalah cadangan minyak dan gas bumi berdasarkan data geologi dan
keteknikan yang jumlahnya masih harus dibuktikan dengan pengeboran serta pengujian
lebih lanjut. Cadangan potensial terbagi dua, cadangan mungkin dan cadangan harapan.

Sumber: M Kholid Syeirazi, Dibawah bendera asing.

http://joudane.wordpress.com/2009/09/17/cadangan-migas-indonesia-1/
Cadangan Migas Indonesia (2)
September 18, 2009

tags: minyak, indonesia, cadangan, gas, migas

by Muhammad Zuhdan

Sebagian besar cadangan minyak bumi indonesia terdapat di bagian barat indonesia terutama
di pulau jawa dan sumatera. Daerah timur indonesia belum ditemukan cadangan baru seperti
di laut dalam walaupun potensinya sangat besar. Berdasarkan data Ditjen Migas ESDM, awal
2008 jumlah cadangan terbukti minyak bumi indoensia sebesar 3.747 juta barel dan cadangan
potensial sebesar 4.471 juta barel sehingga total sebesar 8,22 miliar barel. Jumlah ini turun
dari tahun sebelumnya sebesar 8,44 miliar barel ( 3,99 miliar barel cadangan terbukti, dan 4,4
miliar barel cadangan potensial ). sumber: ditjen migas

Sedangkan untuk cadangan gas alam, per 1 januari 2008, cadangan terbukti indonesia sebesar
112,47 tscf dan cadangan potensial sebesar 57,60 tscf, sehingga totalnya sebesar 170,07 tscf.
Jumlah ini lebih besar dari cadangan tahun 2008 sebesar 164,99 tscf. Persebaran cadangan
gas alam juga mirip dengan minyak bumi dimana sebagian besar terdapat di bagian barat
indonesia. sumber: ditjen migas
Cadangan terbukti minyak bumi indonesia menyumbang 0,4% dari cadangan terbukti dunia,
sedangkan caangan terbukti gas indonesia adalah 1,7% dari seluruh cadangan terbukti gas
dunia.

http://joudane.wordpress.com/2009/09/18/cadangan-migas-indonesia-2/

Topics: Opportunity

Keywords: Barack Obama, Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia, Comprehensive Partnership,


bilateral relations

09 November 2010

U.S.-Indonesia Joint Declaration on Comprehensive Partnership


 

THE WHITE HOUSE


Office of the Press Secretary
November 9, 2010
Joint Declaration on the Comprehensive Partnership
Between the United States of America and the Republic of Indonesia

1. On the occasion of his historic state visit to Indonesia, President Barack Obama and
President Susilo Bambang Yudhoyono held talks today in Jakarta where they officially
inaugurated the Comprehensive Partnership between the Republic of Indonesia and the
United States of America.  Through this partnership, the two Presidents are opening a new
era of bilateral relations between Indonesia and the United States for the long-term, based on
mutual respect, common interests, and shared values.

2. President Yudhoyono welcomed the United States’ leadership role in promoting


multilateral diplomacy, promoting peace, addressing the threat of climate change, and
expanding engagement in Southeast Asia.  President Obama reaffirmed America’s admiration
for Indonesia’s extraordinary democratic transformation and broad-based reforms, the
success of which are critical both to the region and to the United States.  He also reiterated
the United States’ support for Indonesia’s national unity and territorial integrity, and respect
for Indonesia's independent and active foreign policy.

3. The leaders welcomed the steady improvement in bilateral relations in recent years, but
agreed it was timely and appropriate to elevate this strategic relationship to a higher level. 
The two Presidents share a vision of a relationship that must become deep, enduring, and
forward-looking, while focusing on addressing the challenges of the 21st Century.

4. The spirit behind this new partnership is a shared desire to increase consultation and
cooperation, reflecting warmer ties, significant shared interests, and a belief that partnership
is critical not only to the bilateral relationship, but to addressing key regional and global
challenges. The partnership is founded on the shared values of freedom, pluralism, tolerance,
democracy and respect for human rights.  It will be a dynamic 21st century partnership with a
forward-looking agenda to advance the cooperation of both countries on a wide-range of
issues: education, environment, security, science and technology, trade and investment,
democracy, human rights, health, energy, food, entrepreneurship, and more.

5. As leaders of the world's second and third largest democracies, President Obama and
President Yudhoyono are committed to building a democratic partnership that will promote 
peace, freedom, prosperity, rule of law, and tolerance in the region and around the world.  In
part, this will be accomplished by establishing bridges of dialogue, cooperation and mutual
understanding within the international community, and between people and cultures of
different religions and faiths.  They will also seek to build even stronger relations and
increased cooperation between the governments, civil societies, and people of the United
States and Indonesia.

6. As leaders of two of the world’s largest economies, President Yudhoyono and President
Obama expressed confidence in the progress of Indonesia’s economic reforms and the
economic recovery in the United States, which create a strong foundation for expanded trade
and investment in both directions.  On trade, they recognized the importance of keeping
markets open, as well as facilitation and capacity building programs to increase trade flows
including creating and realizing opportunities for small businesses and entrepreneurs.  In this
regard, the leaders welcomed the creation of the Global Entrepreneurship Program in
Indonesia.  On investment, they resolved to promote investment flows by supporting efforts
of Indonesia to improve its investment climate, and further build its infrastructure.  They
identified the recently signed Investment Support Agreement under the Overseas Private
Investment Corporation and the United States Millennium Challenge Account as concrete
vehicles to promote this goal.

7. The two leaders seek an enduring Partnership that transcends official exchanges and fully
leverages the extraordinary talents of our strongest asset, the Indonesian and American
people.  The Comprehensive Partnership will thus have at its core strong people to people
relations.- and dynamic collaboration with non-governmental groups.  In this regard, the two
leaders are pleased to welcome the formation of the U.S.–Indonesia Council for Higher
Education Partnership, which seeks to harness the energies of the non-governmental, public,
and private sectors in both countries in support of expanding bilateral programs in higher
education including to help build Indonesia’ s capacity to provide world class university
education and to double within five years the number of American and Indonesian students
who study in each other’s country.  The leaders encouraged the formation of additional
public-private partnerships to help address other complex challenges such as climate change.

8. President Yudhoyono welcomed President Obama’s decision to join the East Asia Summit,
which further integrates the United States into the evolving institutional architecture of the
Asia-Pacific region and opens a new channel for expanding multilateral cooperation.  They
agreed to energetically harness the new Partnership so that it will contribute to the continued
progress and prosperity of both countries, while also serving as an important pillar for
growing U.S.–ASEAN cooperation, and for advancing regional peace and prosperity.  They
also agreed to continue to work closely together in the Asia-Pacific Economic Cooperation
forum to strengthen and deepen regional economic integration by addressing barriers to trade
and investment.

9. The two leaders also committed to work together to strengthen the G-20 as the premier
forum for the world economy, and to work towards progress of the Doha Round.  President
Obama welcomed Indonesia’s co-chairmanship of the G20’s anti-corruption working group. 
The two leaders further pledged to support international efforts to reach the Millennium
Development Goals, attain a world free from nuclear weapons, and promote UN reforms. 
They reaffirmed their strong commitment to combat climate change, including finding
creative ways to support the new Norway - Indonesia REDD+ partnership, and agreed to
enhance overall cooperation in this area.

10. Both leaders pledged to maintain close contacts and consultation.  In this regard, the two
Presidents welcomed the establishment of the Joint Commission Meeting and a dynamic Plan
of Action under the Comprehensive Partnership, both of which will help ensure that the
partnership produces tangible results and continues to strengthen in the future.

(Distributed by the Bureau of International Information Programs, U.S. Department of State.


Web site: http://www.america.gov)

Read more: http://www.america.gov/st/texttrans-


english/2010/November/20101109102136su0.2631146.html#ixzz18fpPE2aE
Working Group on Energy
The co-chairs of the Working Group on Energy reported to Secretary Clinton and Minister
Natalegawa on the result and follow-up of the last meeting of Energy Policy Dialogue (EPD) in
Washington, D.C., on June 28-30, 2010. The EPD is the primary mechanism for bilateral cooperation
and policy discussions in the areas of mutual energy security, energy trade and investment, and the
deployment of clean and efficient energy technologies. At the June EPD meeting, both sides agreed
to identify two to three new areas in which to expand cooperative bilateral activities. Indonesia
proposed focusing on an information exchange on policies to improve the investment climate, build
capacity and promote sustainable economic development; participation in Methane to Markets; and
encouraging public-private investment partnerships in the energy sector. Both delegations pledged
to increase communication at the technical and working level and are developing a concrete work
plan.

http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2010/09/147309.htm

Indonesia dan AS perkuat kerja sama energi


Sabtu, 03 Juli 2010 | 06:14 wib ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Indonesia dan Amerika Serikat berusaha memperkuat kerja


sama di bidang energi. Pada 28-30 Juni 2010 lalu di Washington DC, Amerika Serikat, telah
dilaksanakan Pertemuan ke-3 Energy Policy Dialogue (EPD) antara Indonesia dan Amerika
Serikat.

Pada pertemuan ini, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas
Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Dirjen Migas KESDM) Evita H.
Legowo dan beranggotakan wakil-wakil dari unit-unit kerja di lingkungan KESDM, Kemlu,
Bappenas, BP Migas, BPH Migas, dan KADIN. Sementara Delegasi AS dipimpin oleh
Phyllis Yoshida, Deputy Assistant Secretary for Asia, Europe and the Americas, Department
of Energy (DoE), dan beranggotakan wakil-wakil dari DoE, Department of State, Department
of Commerce, USTDA, USAID, USTR, Environmental Protection Agency, dan Kedubes AS
di Jakarta.

Pada pertemuan ini, Wakil Menteri Energi AS Daniel Poneman menyampaikan keynote
remarks mengenai inisiatif yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan (litbang),
efisiensi energi, energi terbarukan serta investasi sebagai poin-poin dalam rangka
meningkatkan kerjasama Bilateral RI-AS dalam bidang energi sesuai komitmen kedua
Pimpinan Negara yang telah dituangkan dalam Indonesia-U. S. Comprehensive Partnership.
EPD membahas berbagai isu energi yang menjadi perhatian bersama dan mengidentifikasi
peluang dan tantangan dalam membangun kerjasama kedua negara di bidang kebijakan
energi nasional, perkembangan dan pemanfaatan sumber energi, penelitian dan
pengembangan, peningkatan kapasitas, pengembangan unconventional gas, methane to
market, pengembangan sumber daya manusia.

Sementara itu, Indonesia menyampaikan bahwa kerjasama di bidang energi masih terbuka
luas dan menegaskan pentingnya partisipasi KADIN dan pihak swasta AS dalam pertemuan
EPD ke-3 adalah untuk memudahkan dalam mengimplementasikan kebijakan energi dan
menciptakan realisasi investasi dan bentuk-bentuk kerjasama yang produktif.

Indonesia juga mengalami beberapa kemajuan dalam pelaksanaan kebijakan energi yang
berkelanjutan, diantaranya yaitu didirikannya Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan
dan Energi Konservasi di Kementerian ESDM guna mengimplementasikan program clean
energy, pengembangan kebijakan dan regulasi dalam bidang energi didasari oleh energi yang
dikelola sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan sumber pendapatan negara, serta
pengamanan penyediaan energi untuk pasar domestik dan sumber daya baku industri. Selain
itu, pengelolaan energi diharapkan dapat menghasilkan multiplier effect yang positif bagi
perekonomian nasional.

Beberapa Kesepakatan

Dialog menyepakati bahwa Indonesia dan AS sepakat untuk melakukan kerjasama dalam
bidang:

1. Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan dan teknologi energi yang efisien;


2. Penelitian dan pengembangan di bidang energi terbarukan, perubahan iklim, enhance oil
recovery (EOR), dan carbon capture and storage (CCS), gasifikasi dan pencairan batubara,
energi kelautan serta energi efisiensi;
3. Peningkatan pemanfaatan gas bumi (metana) untuk meningkatkan efektifitas biaya dan
eksploitasi dan pemanfaatan gas sebagai energi bersih;
4. Mendorong kerjasama Pemerintah dan swasta dalam investasi di sektor energi;
5. Pertukaran informasi mengenai insentif fiskal dan keuangan untuk pengembangan energi;
6. Pendidikan dan pelatihan (diklat) pada bidang panas bumi, energi efisiensi dan topik-topik
yang berkaitan dengan energi.

Tindaklanjut hasil pertemuan ke-3 EPD telah disepakati oleh kedua pihak untuk melakukan
hal-hal sebagai berikut:

1. Kedua belah pihak akan melakukan pengelompokan dari potensi-potensi kerjasama yang
telah disepakati dalam dialog menjadi beberapa working group.
2. Rencana aksi, keterlibatan pihak-pihak yang terkait secara aktif dari kedua negara di setiap
working group akan dikomunikasikan dan disepakati untuk dilaporkan kepada Pimpinan
Kementerian/Departemen Energi kedua negara pada akhir Agustus 2010.
3. Pertemuan ke-4 EPD disepakati akan diselenggarakan di Indonesia pada tahun 2012.

Sejak EPD kedua di Jakarta tahun 2008 silam, AS telah mengalami banyak perubahan dalam
kebijakan energi, terutama dalam pelaksanaan paket stimulus fiskal American Recovery and
Reinvestment Act 2009, peran U.S. Department of Energy dalam pengembangan sumber
energi baru menjadi sangat signifikan dan pentingnya kebijakan menciptakan iklim investasi
untuk mendorong penerapan teknologi baru dan mempromosikan efisiensi penggunaan energi
serta peningkatan penggunaan teknologi energi bersih. kbc9

http://www.kabarbisnis.com/energi/2812991-Indonesia_dan_AS_perkuat_kerja_sama_energi.html

You might also like