Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh
Warih Pambudi
NIM 5114990007
Pambudi, Warih. 2005. Pengaruh Penambahan Serat ijuk dan Pengurangan Pasir
terhadap Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton. Skripsi. Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I.
Drs. Haryadi GBW, M.Pd. : II. Yuliarti Kusumawardaningsih ST, MT.
Kata Kunci : Serat ijuk, genteng serat, genteng beton.
Skripsi ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Hari :
Tanggal :
PANITIA UJIAN
Ketua Sekertaris
MOTTO
1. Takkan kau dapatkan ilmu, kecuali dengan enam hal, yaitu: kecerdasan, semangat
keras, rajin, ulet, biaya yang cukup, dan bersahabat dengan guru dalam waktu
yang lama. ( Imam Syafi’I).
2. Setinggi tingginya ilmu yang kita miliki, masih ada yang lebih tinggi ilmunya dari
kita
3. Ilmu tidak akan berguna jika tidak diamalkan pada yang lain.
4. Hadapi segala rintangan yang menghadang selama kita masih mampu
menghadapinya.
5. Tolong menolonglah kamu dalam segala hal kebaikan.
PERSEMBAHAN
1. Orang tua dan seluruh keluarga tercinta.
2. Rekan rekan mahasiswa teknik sipil ’99.
3. Teman seperjuanganku yang tak lain adalah Sugeng Nuryanto.
4. Teman-temanku di Ponpes Ni’matul Islam yang telah memberikan motivasi dan
ketenangan dalam menyelesaikan skripsi
5. Pembaca yang baik hati.
KATA PENGANTAR
karunia, rahmat dan pertolongan-Nya sehingga skripsi ini dapat diajukan guna
Pasir terhadap Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton” bertujuan untuk
mengetahui karakteristik serat ijuk dan kapur yang digunakan meliputi : berat jenis,
berat satuan dan kadar air, mengetahui karakteristik pasir yang digunakan meliputi :
berat jenis, berat satuan, kadar air dan gradasi pasir, mengetahui karakteristik genteng
beton yang dihasilkan meliputi beban lentur dan berat jenis serta untuk mengetahui
pengaruh penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir terhadap beban lentur dan
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
1. Prof. Dr. Soesanto, MPd, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas serta perijinan dalam menyusun
skripsi ini.
2. Drs. Lashari, MT, Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
4. Drs. Haryadi GBW, MPd, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan
5. Drs. Hery Suroso, ST, MT, Dosen Penguji yang telah memberikan arahan,
6. Drs. Supriyono, Sekertaris pada ujian skripsi, yang telah membantu suksesnya
7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan pada penulis baik
membangun dari semua pihak guna kesempurnaan penulisan skripsi. Penulis berharap
Semarang, 2005
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Tabel 2.1. Nilai Minimal Beban Lentur Genteng Beton………………………… 9
Tabel 2.2. Gradasi pasir…………………………………………………………. 18
Tabel 2.3. Kuat Tarik Serat Daun……………………………………………….. 24
Tabel 2.4. Kuat Tarik Serat Batang……………………………………………… 24
2. Tabel 2.5.a. Karakteristik Genteng Beton Serat Menurut Beberapa Peneliti…… 28
Tabel 2.5.b. Karakteristik Bahan Susun Genteng Beton Serat Menurut Beberapa
Peneliti………………..…..................................................................... 29
Tabel 2.5.c. Kebutuhan Bahan Susun Genteng Beton Serat Menurut Beberapa
Peneliti………………..…………………………................................ 29
Tabel 3.1. Jumlah Persentase Penambahan Serat dan Pengurangan Pasir, Serta
Jumlah Benda Uji Genteng Beton untuk Pengujian Beban Lentur dan
Berat Jenis. ………………….……………………….……………… 34
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Berat Jenis Genteng Beton dengan Penambahan
Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir…………...……………………….. 55
Tabel 4.4. Hubungan Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton dengan
Persentase Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir…………. 57
Tabel 4.5. Kebutuhan Berat Bahan Susun Setiap 1 M3 Adukan Mortar Genteng
Beton………………………………………………………………… 59
Halaman
Gambar 2.1. Berat Jenis Pasir dengan Daerah Pengambilan Pasir Berbeda……… 14
Gambar 2.2. Berat Satuan Pasir dengan Daerah Pengambilan Pasir Berbeda……. 15
Gambar 2.3. Gradasi Pasir……………………………………………...………… 18
Gambar 2.4. Nilai Modulus Halus Butir (Mhb) Pasir dengan Daerah
Pengambilan Pasir Berbeda…………….……..……………………. 20
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton
dengan Persentase Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir... 57
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Pengujian Berat Jenis Pasir……………………………. 64
Lampiran 2. Hasil Pengujian Berat Satuan Pasir………………………….. 65
Lampiran 3. Hasil Pengujian Kadar Air Pasir……………………………... 66
Lampiran 4. Hasil Pengujian Gradasi Pasir………………………………... 67
Lampiran 5. Hasil Pengujian Berat Jenis Kapur…………………………... 68
Lampiran 6. Hasil Pengujian Berat Satuan Kapur………………………… 69
Lampiran 7. Hasil Pengujian Kadar Air Kapur……………………………. 70
Lampiran 8. Hasil Pengujian Berat Jenis Ijuk……………………………… 71
Lampiran 9. Hasil Pengujian Berat Satuan Ijuk……………………………. 72
Lampiran 10. Hasil Pengujian Kadar Air Ijuk……………………………….. 73
Lampiran11. Hasil Pengujian Beban Lentur Genteng Beton dengan
Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir……………….. 74
Halaman
Foto 1. Pasir sebagai Bahan untuk Membuat Genteng Beton………………… 76
Foto 2. Kapur sebagai Bahan untuk Membuat Genteng Beton ………………. 76
Foto 3. Penimbangan Serat Ijuk………………………………………………. 77
Foto 4. Tahap Pengadukan Kering ……………………………….…………... 77
Foto 5. Tahap Pengadukan Basah…………………………………………….. 78
Foto 6. Pencetakan Benda Uji Genteng Beton………………………………... 78
Foto 7. Genteng Beton Hasil Pencetakan Dikeringkan Terlebih Dahulu
Sebelum Direndam…………………………………………………… 79
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dibutuhkan bahan penutup atap yang baik, yaitu penutup atap yang memenuhi
persyaratan kuat, ringan dan kedap air. Dari berbagai jenis penutup atap, genteng
beton merupakan bahan yang banyak dipakai sebagai penutup atap terutama
Usaha perbaikan beton terus dilakukan oleh para peneliti yakni dengan
baik secara kimia maupun fisika. Salah satu usaha untuk memperbaiki sifat
kurang baik beton adalah dengan menambahkan serat kedalam adukan beton. Dari
penelitian yang telah dilaksanakan (Neville dan Brooks 1987 dalam Dwiyono
memberikan keuntungan berupa perbaikan beberapa sifat beton yaitu : kuat tarik,
menambah kekuatan genteng beton yaitu beban lenturnya tinggi, serta genteng
B. Identifikasi Masalah
sifat dasar beton, sebagai bahan dasar pembuatnya memiliki sifat kurang mampu
menahan tarik, lentur, bersifat getas dan berat sendirinya besar. Usaha
peningkatan kualitas beton sampai sekarang ini masih terus dilakukan baik
peningkatan kuat tekan, tarik maupun lentur, bahkan sampai pada upaya untuk
kuat lentur, dan beton yang dihasilkan lebih ringan (Dwiyono, 2000).
Panjang serat yang ditambahkan dalam adukan genteng beton serat harus
serat dengan diameter serat. Aspek rasio yang ideal yaitu 50 sampai 100
(Sudarmoko 1987 dalam Dwiyono 2000). Serat yang terlalu pendek akan mudah
tercabut dan serat yang terlalu panjang akan mengakibatkan kesulitan dalam
pengerjaan yaitu akan terjadi penggumpalan. Jumlah serat yang sedikit belum
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan beban lentur genteng beton dengan penambahan serat
2. Berapakah besar beban lentur dan berat jenis genteng beton akibat
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik serat ijuk dan kapur mill yang digunakan, meliputi:
1. Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu rujukan
sehingga suatu saat ada perusaahaan genteng beton di wilayah Semarang yang
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi atau referensi untuk
F. Batasan Masalah
1. Serat ijuk yang dipakai dalam penelitian ini dalam kondisi jenuh kering muka
atau SSD (Saturated Surface Dry) dan dipotong-potong dengan panjang ± 1-2
cm dengan persentase 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, 2% dan 2,5% terhadap berat pasir
yang digunakan. Serat ijuk ini diperoleh dari desa Subah, kecamatan Subah,
kabupaten Batang.
2. Semen yang digunakan dalam penelitian ini merk Nusantara dengan kemasan
isi 40 kg, tertutup rapat dan butirannya halus tidak menggumpal, dan semua
3. Pasir yang digunakan dalam penelitian adalah pasir Muntilan. Butiran yang
4. Kapur yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari toko bangunan “Bintang
Jaya” yang terletak di Jalan Raya Mranggen No. 68 Semarang. Kapur mill
5. Air yang digunakan dalam pembuatan genteng beton ini adalah air sumur
6. Beban lentur dan berat jenis genteng beton diteliti pada umur 28 hari dengan
8. Menggunakan nilai faktor air semen (fas) yang cocok untuk pembuatan
KAJIAN PUSTAKA
A. Genteng Beton
semen adalah unsur bangunan yang dipergunakan untuk atap yang dibuat dari
beton dan dibentuk sedemikian rupa serta berukuran tertentu. Menurut SNI 0447-
81 (Dwiyono, 2000) genteng beton dibuat dengan cara mencampur pasir dan
semen ditambah air, kemudian diaduk sampai homogen lalu dicetak. Selain
semen dan pasir, sebagai bahan susun gentang beton dapat juga ditambahkan
kapur.
Menurut PUBI 1982 genteng beton ialah unsur bahan bangunan yang
dibuat dari campuran bahan semen portland, agregat halus, air, kapur (trass), dan
pembentuknya yaitu :
(1) Genteng beton biasa yaitu genteng beton yang terbuat dari campuran bahan
semen portland, agregat halus, air dan kapur tanpa tambahan bahan lainnya.
(2) Genteng beton khusus yaitu genteng beton yang terbuat dari campuran bahan
semen portland, agregat halus, air dan kapur ditambah bahan lain yang
mungkin berupa bahan kimia, serat ataupun bahan lainnya. Untuk selanjutnya
genteng beton yang terbuat dari campuran bahan semen portland, agregat
halus, air dan kapur ditambah serat disebut genteng beton serat.
digunakan sebagai bahan pembuat bahan bangunan yang bersifat non struktural.
bangunan yang bersifat non struktural adalah adanya keuntungan yang didapatkan
dengan penambahan serat yaitu berupa perbaikan beberapa sifat beton diantaranya
dilakukan dengan 2 cara sederhana yaitu secara manual (tanpa dipres) dan secara
mekanik (dipres). Pembuatan genteng secara mekanik tentu saja hasilnya akan
Tahap ini meliputi persiapan dan penimbangan bahan susun yang akan
Pencampuran bahan susun genteng beton akan memberikan hasil yang baik
apabila dilakukan dalam 2 tahap yaitu pencampuran bahan secara kering (air
dengan mesin cetak tekan hidrolis dan alat cetak manual. Proses pengepresan
beton serat dalam cetakan, kemudian permukaannya setelah dipres disipat rata
4. Pengeringan
5. Pemeliharaan
direndam dalam air selama minimum 14 hari) atau cara cepat (dengan
sempurna.
6. Pengujian
Untuk mengetahui beban lentur dan berat jenisnya maka genteng beton harus
sesuai peraturan SNI 0447-81 (Dwiyono, 2000). Menurut SNI 0447-81 syarat
genteng beton yang baik adalah mampu menahan beban lentur minimal
beton yang digunakan sebagai salah satu alternatif bahan pembuat bahan
bangunan non struktural. Oleh sebab itu persyaratan bahan-bahan yang digunakan
untuk pembuatan genteng beton juga merujuk dari persyaratan bahan untuk
Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Semen portland jika diaduk dengan air akan terbentuk
menjadi pasta semen, sedangkan jika dicampur dengan pasir kemudian diaduk
dengan air menjadi mortar semen, dan jika ditambah lagi dengan kerikil atau batu
terjadi suatu massa yang kompak dan padat, selain itu juga untuk mengisi rongga-
berikut :
jenis-jenis lain.
hidrasi rendah
Semen Portland di pasaran umumnya memiliki berat jenis 3,15 dan berat
pengikat dalam bahan susun genteng beton akan sangat menentukan kualitas
genteng beton yang dibuat. Pada umumnya orang mengetahui bahwa kekuatan
banyak pemakaian semen tentu ikatan antar butir agregatnya akan semakin kuat,
karena bahan susun genteng beton akan terikat kuat oleh semen yang jumlahnya
mencukupi. Sehingga genteng beton yang dihasilkan kualitasnya akan baik, tetapi
mencukupi) maka ikatan antar butir agregatnya akan lemah sehingga genteng
C. Pasir
Pasir adalah butiran halus yang terdiri dari butiran berukuran 0,15-5 mm
yang didapat dari hasil desintregrasi batuan alam atau juga dari pecahan batuan
(Tjokrodimuljo 1996) :
(1). Pasir galian yaitu pasir yang diperoleh langsung dari permukaan tanah atau
dengan menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya berbutir tajam, bersudut,
(2). Pasir sungai yaitu pasir yang diperoleh langsung dari dasar sungai yang pada
sebagai bahan susun beton daya lekat antar butirannya agak kurang, tetapi
karena butirannya yang bulat maka cukup baik untuk memplester tembok.
(3). Pasir laut yaitu pasir yang diambil dari pantai, butirannya halus dan bulat
karena gesekan. Pasir ini merupakan jenis pasir yang paling jelek
dibandingkan pasir galian dan pasir sungai. Apabila dibuat beton maka harus
dicuci terlebih dahulu dengan air tawar karena pasir ini banyak mengandung
kandungan air di udara dan pasir ini selalu agak basah, juga menyebabkan
Menurut Tjokrodimuljo (1998), berat jenis pasir ialah rasio antara massa
padat pasir dan massa air dengan volume dan suhu yang sama. Berat jenis pasir
dari agregat normal adalah 2,5-2,7; berat jenis pasir dari agregat berat adalah
lebih dari 2,8 dan berat jenis pasir dari agregat ringan adalah kurang dari 2,0
(Tjokrodimuljo, 1996).
Menurut Erniawati (1998) pasir yang berasal dari Sungai Progo, Kulon
Progo memiliki rata-rata berat jenis 2,548; sehingga dapat dikategorikan sebagai
agregat normal.
Gonita (1999) memiliki rata-rata berat jenis 2,456, menurut Sulastari (1996)
memiliki rata-rata berat jenis 2,667 sedangkan menurut Suzan (1995) memiliki
Pasir dari breksi batu ringan asal desa Bawuran, kecamatan Pleret,
memiliki rata-rata berat jenis 1,2 sedangkan menurut Setiaji (2002) memiliki rata-
rata berat jenis 1,375 sehingga masih dapat dikategorikan sebagai agregat ringan.
Pada Gambar 2.1 dapat diketahui berat jenis pasir dengan daerah
pengambilan pasir yang berasal dari Sungai Progo (Kulon Progo), Sungai Krasak
Menurut Tjokrodimuljo (1998), berat satuan pasir adalah berat pasir dalam
satu satuan volume. Berat satuan dihitung berdasarkan berat pasir dalam suatu
bejana dibagi volume bejana tersebut, sehingga yang dihitung adalah volume
padat pasir (meliputi volume tertutup dan volume pori terbukanya). Berat satuan
Menurut Erniawati (1998), pasir yang berasal dari Sungai Progo, Kulon
Progo memiliki rata-rata berat satuan 1,594 gram/cm³; sehingga termasuk dalam
Gonita (1999) memiliki rata-rata berat satuan 1,677 gram/cm³, menurut Sulastari
(1996) memiliki rata-rata berat satuan 1,250 gram/cm³ sedangkan menurut Suzan
Muntilan, Jawa Tengah memiliki rata-rata berat satuan 1,594 gram/cm³; termasuk
Menurut Tjokrodimuljo (2002) pasir dari breksi batu ringan asal desa
agregat ringan.
Pada Gambar 2.2. dapat diketahui berat satuan pasir dengan daerah
pengambilan pasir yang berasal dari Sungai Progo (Kulon Progo), Sungai Krasak
Gambar 2.2. Berat Satuan Pasir dengan Daerah Pengambilan Pasir Berbeda
(Kusumawardaningsih, 2003)
3. Kadar Air Pasir
kondisi jenuh kering muka atau SSD (Saturated Surface Dry) dikurangi berat
pasir kondisi kering tungku, terhadap berat pasir kondisi kering tungku
muka (SSD) adalah pasir yang permukaannya kering, tetapi butir-butirnya berisi
air sejumlah yang dapat diserap. Dengan demikian butiran-butiran agregat pada
tahap ini tidak menyerap dan juga tidak menambah jumlah air bila dipakai dalam
campuran adukan beton (Tjokrodimuljo, 1992). Kadar air pasir dapat dihitung
dengan rumus :
W0-W4
Kadar air pasir = x 100%
W4
dengan, W0 = berat pasir SSD (gram)
4. Gradasi Pasir
butir pasir. Bila butir-butir pasir mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume
pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butirannya bervariasi akan terjadi volume
pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran
yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi lebih sedikit, dengan kata lain
kemampatannya tinggi.
Untuk menyatakan gradasi pasir, dipakai nilai persentase berat butiran
yang tertinggal atau lewat dalam susunan ayakan. Susunan ayakan pasir yang
dipakai adalah : 10; 4,80; 2,40; 1,20; 0,60; 0,30 dan 0,15 mm.
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan gradasi pasir berupa modulus halus
butir (mhb) dan tingkat kekasaran pasir. Mhb menunjukkan ukuran kehalusan
atau kekasaran butir-butir agregat yang dihitung dari jumlah persen kumulatif
tertahan dibagi 100. Makin besar nilai mhb menunjukkan semakin besar butir-
butir agregatnya. Pada umumnya nilai mhb pasir berkisar antara 1,5 -3,8
(Tjokrodimuljo, 1998).
Campuran Beton Normal, kekasaran pasir dapat dibagi menjadi empat kelompok
menurut gradasinya, yaitu pasir halus, pasir agak halus, pasir agak kasar dan pasir
Progo memiliki mhb 3,269 dan tingkat kekasaran pada Daerah II yaitu pasir agak
kasar.
Gonita (1999) memiliki mhb 2,69 dan menurut Sulastari (1996) memiliki mhb
2,32 serta memiliki tingkat kekasaran pada Daerah II yaitu pasir agak kasar.
Sedangkan menurut Suzan (1995) pasir yang berasal dari Sungai Krasak, Sleman,
Yogyakarta memiliki mhb 2,611 dan tingkat kekasaran pada Daerah I yaitu pasir
kasar.
Muntilan, Jawa Tengah memiliki mhb 3,4 dan tingkat kekasaran pada Daerah II
Menurut Setiaji (2002) pasir dari breksi batu ringan asal desa Bawuran,
2,711 dan tingkat kekasaran pada Daerah II yaitu pasir agak kasar.
Pada Gambar 2.4 dapat dilihat diagram yang menunjukkan nilai mhb pasir
dengan daerah pengambilan pasir yang berasal dari Sungai Progo (Kulon Progo),
D. Kapur
Kapur adalah bahan bangunan yang diperoleh dari batu kapur yang
dibakar sampai menjadi klinker dan digiling sehingga menjadi bubuk halus
seperti semen (PUBI, 1982). Kapur juga dapat disebut dengan semen non hidrolik
karena fungsinya hampir sama dengan semen tetapi kapur tidak dapat mengikat
dan mengeras dalam air. Kapur akan mengikat dan mengeras apabila
pengikat seperti halnya semen yang bertujuan agar genteng beton yang dihasilkan
untuk membuat beton atau mortar yang penting, namun harganya paling murah.
Air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum, memenuhi syarat pula
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas
antara butir-butir agregat supaya mortar atau beton mudah dikerjakan dan
dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen, diperlukan air sekitar 0,30 kali berat
semen, namun kenyataannya apabila dipakai nilai fas kurang dari 0,35 adukan
beton atau mortar menjadi sulit dikerjakan, sehingga umumnya berat air lebih dari
0,35 berat semen, yaitu antara 0,4 - 0,6. Adanya kelebihan air tersebut berfungsi
sebagai pelumas.
F. Serat
beton serat dan aplikasinya dalam pembuatan genteng beton serat. Macam-macam
alam. Serat ini mempunyai diameter minimum 0,001 m. Ditinjau dari segi
kekuatannya cukup baik, tetapi serat ini jarang tersedia dipasaran umum
sehingga menjadikan kurang banyak digunakan sebagai bahan tambah
beton.
8SiO2.H2O. Serat ini mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi sekitar 3500
MPa dan cukup banyak terdapat di Kanada, Afrika Selatan dan Rusia.
Serat ini mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi, sehingga penambahan serat
kaca pada beton akan meningkatkan kuat lentur beton. Tetapi permukaan serat
kaca yang licin mengakibatkan daya lekat terhadap bahan ikatnya menjadi
lemah dan serat ini kurang tahan terhadap sifat alkali semen sehingga dalam
jangka waktu lama serat akan rusak. Disamping itu serat kaca ini jarang sekali
ditemukan dipasaran Indonesia sehingga serat ini hampir tidak pernah dipakai
dan modulus elastisitas yang cukup tinggi, tidak mengalami perubahan bentuk
akibat pengaruh sifat alkali semen. Penambahan serat baja pada beton akan
menaikkan kuat tarik, kuat lentur dan kuat impak beton. Kelemahan serat baja
adalah : apabila serat baja tidak terlindung dalam beton akan mudah terjadi
karat (korosi), adanya kecenderungan serat baja tidak menyebar secara merata
dalam adukan dan serat baja hasil produksi pabrik harganya cukup mahal.
lingkungan agresif, stabil pada suhu yang tinggi, tahan terhadap abrasi, relatif
kaku dan lebih tahan lama. Tetapi penyebaran serat karbon dalam adukan
mampu digunakan pada suhu lebih dari 100°C untuk jangka waktu pendek.
plastik. Serat polyethylene ini hampir sama dengan serat polypropylene hanya
Ada bermacam-macam serat alami antara lain : abaca, sisal, jute, ramie, ijuk,
serat serabut kelapa dan lain-lain. Kuat tarik beberapa serat serat tersebut
serat ijuk. Serat ijuk yaitu serabut berwarna hitam dan liat, yang terdapat pada
bagian pangkal dan pelepah daun pohon aren (Soeseno, 1992 dalam Jatmiko,
1999). Pohon aren menghasilkan ijuk pada 4-5 tahun terakhir. Serat ijuk yang
memuaskan diperoleh dari pohon yang sudah tua, tetapi sebelum tandan (bakal)
buah muncul (sekitar umur 4 tahun), karena saat tandan (bakal) buah muncul ijuk
menjadi kecil-kecil dan jelek. Ijuk yang dihasilkan pohon aren mempunyai sifat
fisik diantaranya : berupa helaian benang (serat) berwarna hitam, berdiameter
kurang dari 0,5 mm, bersifat kaku dan ulet (tidak mudah putus).
G. Mortar
Menurut Tjokrodimuljo (1996), mortar sering disebut mortel atau spesi
yaitu adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekat dan air. Bahan perekat dapat
berupa tanah liat, kapur maupun semen. Bila tanah liat yang dipakai sebagai
bahan perekat disebut mortar lumpur, bila dari kapur disebut mortar kapur, begitu
juga bila semen portland yang dipakai sebagai bahan perekat maka disebut mortar
semen. Bila mortar dibuat dengan cara menambahkan bahan khusus seperti fiber
pada mortar semen atau mortar kapur, maka disebut mortar khusus.
Rosadhan (2000) melakukan penelitian mengenai genteng beton dengan
bahan tambahan serat serabut kelapa yang berasal dari daerah Wonokerto Kasihan
Bantul Yogyakarta, menggunakan pasir dari sungai Bebeng Muntilan, semen
portland yang dipakai merk Nusantara, sedangkan kapur yang digunakan merk
Mustika Jaya dari Gunung Kidul. Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan
serat serabut kelapa pada bahan susun genteng beton, dengan variasi berat serabut
kelapa 100; 200; 300; 400 dan 500 gram panjang @1-2 cm, kadar air 4,153 %
dengan berat jenis 0,456 dan berat satuan serat serabut kelapa 0,2632 gram/cm3;
pada perbandingan bahan susun semen portland : kapur : pasir = 1 : 2 : 3, dengan
fas 0,42, nilai rata-rata sebaran mortarnya 20,8 cm; menghasilkan kuat lentur
masing-masing sebesar 144,243; 158,705; 165,777; 138,868 dan 121,474 kg/cm².
Berat benda uji genteng beton akibat penambahan serat serabut kelapa dengan
variasi berat serabut kelapa 100; 200; 300; 400 dan 500 gram adalah 4501; 4440;
4377; 4285 dan 4141 gram dan daya serap airnya masing-masing 5,47%; 5,98%;
6,32%; 6,85% dan 7,76%. Dari hasil pengujian daya rembes genteng beton tiap
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pada semua penambahan serat serabut
kelapa dengan variasi persentase kelapa 100; 200; 300; 400 dan 500 gram,
genteng beton tidak rembes kecuali pada penambahan 500 gram; selain itu pada
pandangan luar genteng beton menunjukkan permukaan genteng beton tidak
mengalami retak dan tidak mudah repih, serta halus kecuali pada variasi
penambahan 400 dan 500 gram permukaannya agak kasar.
Dwiyono (2000) melakukan penelitian mengenai mutu genteng beton
dengan bahan tambahan serat serabut kelapa. yang berasal dari daerah Tambakan
Jogonalan Klaten, menggunakan pasir dari sungai Boyong Sleman, semen
portland pozolan yang dipakai bermerk Nusantara, sedangkan kapur yang
digunakan bermerk Mustika Jaya dari Gunung Kidul. Penelitian ini menunjukkan
bahwa penambahan serat serabut kelapa pada bahan susun genteng beton, dengan
variasi persentase tambahan berat serabut kelapa 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2% dan
2,5% dari volume pasir, panjang serat @1-2 cm, kadar air 4,235 % dengan berat
jenis 0,453 dan berat satuan serat serabut kelapa 0,2641 gram/cm3, fas 0,43, nilai
rata-rata sebaran mortarnya 19,8 cm; pada perbandingan bahan susun semen
portland : kapur : pasir = 1 : 3 : 3 menghasilkan kuat lentur masing-masing
sebesar 137,8573 ; 124,8034 ; 124,7776 ; 114,8407 ; 135,2855 dan 144,7225
kg/cm². Berat benda uji genteng beton akibat penambahan serat serabut kelapa
dengan variasi berat serabut kelapa 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2% dan 2,5% dari
volume pasir adalah 4828,0; 4723,7; 4692,6; 4605,2; 4676,2 dan 4680,6 gram.
Daya serap airnya masing-masing adalah 5,487%; 4,599%; 5,569%; 8,183%;
6,504% dan 6,648%. Dari hasil pengujian daya rembes genteng beton tiap
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pada semua penambahan serat serabut
kelapa dengan variasi persentase 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2% dan 2,5% dari volume
pasir genteng tidak rembes, selain itu pada pandangan luar genteng beton
menunjukkan permukaan genteng beton tidak mengalami retak, halus dan tidak
mudah repih (sudut-sudut genteng beton tidak mudah patah).
Wiyadi (1999) melakukan penelitian mengenai genteng beton dengan
tambahan serat serabut ijuk yang diambil dari daerah Sayung Demak,
menggunakan pasir Muntilan, semen portland yang dipakai merk Nusantara.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan serat ijuk dengan variasi berat
serat ijuk 0%; 1%; 2%; 3%; 4% dan 5% dengan panjang @1,5-2 cm, kadar air
3,922% dengan berat jenis 0,834 dan berat satuan serat ijuk 0,243 gram/cm3,
pada perbandingan bahan susun semen portland : pasir 1 : 2,5; menggunakan fas
0,35, nilai rata-rata sebaran mortarnya 21,2 cm; menghasilkan kuat lentur
genteng masing-masing 124.850; 124,944; 126,670; 129,724, 131,442 dan
127,556 kg/cm². Berat benda uji genteng beton akibat penambahan serat ijuk
dengan variasi berat ijuk 0%; 1%; 2%; 3%; 4% dan 5% adalah 4936; 4727;
4696; 4625; 4563 dan 4554 gram dan daya serap airnya masing-masing 4,74%;
4,97%; 5,12%; 5,35%; 5,52%; dan 5,78%. Dari hasil pengujian daya rembes
genteng beton tiap kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pada semua
penambahan serat ijuk dengan variasi persentase 0%; 1%; 2%; 3%; 4% dan 5%
genteng beton tidak rembes, selain itu pada pandangan luar genteng beton
menunjukkan permukaan genteng beton tidak mengalami retak dan tidak mudah
repih, serta halus kecuali pada variasi penambahan 5% permukaannya agak
kasar.
Dari penelitian-penelitian tentang genteng beton serat yang telah
diuraikan di atas, maka dapat kita lihat hasilnya dalam Tabel 2.5.a, Tabel 2.5.b
dan Tabel 2.5.c.
Tabel 2.5.c. Kebutuhan Bahan Susun Genteng Beton Serat Menurut Beberapa Peneliti
No Peneliti Kebutuhan bahan susun per 10 genteng beton (gram/cm3) Volume genteng beton
(tahun) Air Semen Kapur Pasir Serat (cm3)
Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai sifat getas dan kurang
karena tidak cukup ikatan yang terjadi antara bahan pengikat dengan serat
yang ada didalamnya, sebaliknya penambahan serat yang terlalu panjang juga
kurang efektif karena akan terjadi penggumpalan dan penyebaran serat tidak
terhadap beban lentur genteng beton yang dihasilkan. Pada genteng beton
tanpa serat, beban lentur yang bekerja ditahan oleh ikatan antara semen, pasir,
dan kapur. Sedangkan pada genteng beton serat, beban lentur yang bekerja
ditahan oleh ikatan antara semen, pasir, dan kapur ditambah oleh serat,
sehingga genteng beton serat akan lebih mampu menahan tegangan lentur.
jenis genteng beton yang dihasilkan. Pada genteng beton serat, berat jenisnya
Genteng Beton
mutu genteng beton yang dihasilkan yaitu beban lenturnya bertambah dan
berat jenisnya makin kecil (Dwiyono, 2000). Ikatan antara bahan penyusun
(1) Genteng beton serat yang dihasilkan tidak mudah retak, sehingga memiliki
(2) Genteng beton yang dihasilkan lebih mampu menahan tegangan lentur.
METODE PENELITIAN
1. Bahan
a. Air
Air yang digunakan untuk pembuatan genteng beton ini, berasal dari air
b. Semen
Semen yang dipakai adalah semen portland merk Nusantara jenis I dengan
kemasan 40 kg.
c. Pasir
Pasir yang dipakai adalah pasir Muntilan. Kondisi pasir yang digunakan
dalam penelitian ini butirannya lolos ayakan 5 mm dan dalam keadaan jenuh
d. Kapur
Kapur yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari toko bangunan
Kapur mill yang digunakan semua butirannya lolos ayakan 0,09 mm.
e. Serat ijuk
Serat ijuk yang dipakai dalam penelitian ini berdiameter ± 0,3 mm dalam
kondisi jenuh kering muka atau SSD (Saturated Surface Dry) dan dipotong-
potong dengan panjang ± 1-2 cm dengan persentase 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, 2%
dan 2,5% terhadap berat pasir yang digunakan. Serat ijuk ini diperoleh dari
2. Benda Uji
Pada penelitian ini dibuat 1 macam bentuk benda uji genteng beton
(lihat Gambar 3.1.) dengan jumlah benda uji untuk setiap pengujian masing-
masing 3 buah. Jumlah benda uji pada setiap variabel dan jenis pengujian dapat
Penambahan serat dan pengurangan pasir Jumlah benda uji untuk pengujian
(%) Beban lentur Berat jenis
0 3 3
0,5 3 3
1 3 3
1,5 3 3
2 3 3
2,5 3 3
Jumlah 18 18
B. Peralatan
0,60mm; 0,30mm dan 0,15mm serta dilengkapi dengan tutup dan pan (lihat
Gambar 3.2).
Gambar 3.2. Ayakan dan Mesin Penggetar
sebar adukan mortar sebelum dicetak. Meja sebar yang digunakan bermerk
a. Alas meja. Terbuat dari kuningan, tebal 20 mm dan berdiameter 300 mm.
Pada alas meja terdapat empat garis yang bersudut masing-masing 45°
yang berguna untuk pembacaan nilai sebar adukan mortar yang diuji.
b. Kerucut kuningan. Memiliki diameter atas 69,8 mm, diameter bawah 102
Selain itu, meja sebar juga dilengkapi dengan jangka sorong (menyerupai
3. Jangka sorong
4. Timbangan
6. Oven
8. Ayakan diameter 5 mm
genteng beton.
9. Ayakan diameter 0,09 mm
Digunakan untuk mengaduk bahan susun genteng beton (lihat Gambar 3.6).
11. Cetakan
14. Cetok
15. Sekop
minimal 24 hari.
C. Pelaksanaan Penelitian
Mekanika Tanah dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
UNNES dan di tempat pembuatan benda uji genteng beton di Laboratorium Loka
berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan pasir yang akan digunakan, yaitu mengayak pasir sehingga pasir
jenuh kering muka atau SSD (Saturated Surface Dry). Pasir tersebut
c. Persiapan kapur yang akan digunakan, semua butirannya lolos ayakan 0,09
mm.
d. Persiapan serat ijuk yang akan digunakan, yaitu dengan memilih serat ijuk
yang terdiri atas semen, kapur, pasir dan serat ijuk, campuran diaduk sampai
berwarna sama dan rata. Penambahan serat ijuk di sini sesuai dengan besarnya
persentase serat yang dipakai terhadap berat pasir. Setelah itu dicoba
ditambahkan air sedikit demi sedikit (volume air yang ditambahkan selalu
dicatat) secara merata sambil tetap diaduk, sampai didapatkan adukan mortar
yang homogen dan dirasakan sudah memiliki nilai fas yang cocok untuk
adukan mortar segar kedalam kerucut kuningan diatas meja sebar, selanjutnya
kerucut kuningan diangkat dan meja sebar dijatuhkan 25 kali (25 ketukan)
selama 15 detik. Diameter sebaran mortar diukur dalam 4 arah atau garis yang
terdapat pada meja sebar. Nilai sebaran adalah penjumlahan keempat nilai
perbandingan volume dengan berat satuan semen portland, kapur dan pasir; hal
kebutuhan serat ijuk yang digunakan untuk membuat genteng beton serat setiap
perlakuan adalah 0%; 0,5%; 1,5%; 2% dan 2,5% dari berat pasir yang
diperlukan.
coba-coba pada penambahan persentase serat ijuk dan pengurangan pasir yang
paling besar yaitu sebesar 2,5%. Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan
itu, diperoleh nilai fas yang cocok sebesar 0,56; sehingga pembuatan benda uji
sejumlah benda uji genteng beton dapat dihitung dan diperkirakan untuk membuat
tahap, yaitu :
kapur, pasir, serat dan air sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan. Pasir
yang akan ditimbang harus sudah dicuci dengan air bersih dan disimpan dalam
keadaan SSD.
kerucut diangkat. Bila pasir runtuh dan membentuk kerucut lancip, berarti pasir
tersebut SSD.
Bahan susun genteng beton serat (semen, kapur, pasir, dan serat) setelah
ditimbang kemudian dimasukkan kedalam talam baja (atau ember) dan dicampur
homogen, yaitu jika warnanya sudah sama. Selanjutnya tambahkan air ± 75% dari
jumlah air yang diperlukan, kemudian adukan diratakan dan sisa air yang
homogen.
pemadat diatas cetakan yang berisi adukan. Lalu ditekan dan digosok-gosok
sampai halus (Wiyadi 1999), setelah itu genteng beton yang sudah jadi diangkat
ulang hingga jumlah genteng beton mencapai jumlah yang diinginkan untuk diuji.
Setelah proses pencetakan benda uji selesai, benda uji genteng beton yang
sudah dicetak, disimpan dalam ruangan yang lembab selama 24 jam. Kemudian
benda uji direndam dalam air bersih selama minimal 14 hari (dalam penelitian ini
selama 24 hari), setelah itu genteng beton diangkat dari tempat perendaman dan
lenturnya. Alat penguji terdiri dari sebuah alat uji lentur yang dapat
memberikan beban secara teratur dan merata dengan ketelitian 0,1 kg.
Penumpu dan landasan terbuat dari besi, di bawah penumpu diberi tatakan
yang terbuat dari kayu dengan tebal tidak kurang dari 20 mm yang salah
satu sisinya dibuat lekukan sesuai dengan bentuk genteng beton dan
dilekatkan pada genteng beton dengan perekat aduk semen portland atau
gips. Jarak plat landasan sama dengan jarak reng dari genteng beton yang
yang diletakkan di tengah antara dua plat landasan sampai genteng patah.
Kekuatan lentur dinyatakan sebagai beban lentur dengan satuan kg. Alat uji
Keterangan :
1. Alat untuk mendeteksi
kekuatan lentur.
2. Hendle untuk menaikkan/
menurunkan landasan.
3. Penumpu dari besi.
4. Tatakan penumpu dari kayu.
5. Benda uji genteng beton.
6. Plat landasan dari besi
genteng kering dengan berat genteng beton yang ditimbang dalam air.
D. Analisis Hasil
W3 + W0 – W5
dengan, ρpsr atau ρsrt = berat jenis pasir / serat
W0 = berat pasir / serat dalam keadaan jenuh kering
muka (gram)
W3 = berat piknometer berisi air (gram)
W5 = berat piknometer berisi pasir / serat + air (gram)
W4 = berat pasir / serat kering tungku (gram)
Nilai beban lentur genteng beton diperoleh dari beban maksimal yang
A. Karakteristik Pasir
meliputi; pemeriksaan gradasi, berat jenis, berat satuan dan kadar air seperti yang
1. Berat Jenis
Dari hasil pemeriksaan berat jenis pasir diperoleh berat jenis pasir 2,379 (lihat
Lampiran 1). Menurut Tjokrodimuljo (1996) berat jenis pasir 2,3 masih
2. Berat Satuan
Hasil pemeriksaan berat satuan pasir dapat dilihat pada Lampiran 2, yaitu
agregat normal adalah 1,2-1,6 gram/cm3. Karena berat satuan pasir yang
3. Kadar Air
Hasil pemeriksaan kadar air pasir dapat dilihat pada Lampiran 3, yaitu
diperoleh 4,204%.
4. Gradasi Pasir
Dari hasil pemeriksaan distribusi ukuran butir (gradasi) pasir, diperoleh nilai
modulus halus butir (mhb) pasir sekitar 2,902 (lihat Lampiran 4); nilai mhb
ini memenuhi persyaratan pasir sebagai agregat halus yaitu antara 1,50-3,80.
B. Karakteristik Kapur
meliputi; pemeriksaan berat jenis, berat satuan dan kadar air seperti yang
Dari pemeriksaan berat jenis kapur yang digunakan dalam penelitian ini (lihat
Hasil pemeriksaan berat satuan kapur dapat dilihat pada Lampiran 6, yaitu
Hasil pemeriksaan kadar air kapur yang digunakan dalam penelitian ini dapat
meliputi; pemeriksaan berat jenis, berat satuan dan kadar air seperti yang
Dari pemeriksaan berat jenis serat ijuk yang digunakan dalam penelitian ini
Dari hasil pemeriksaan berat satuan serat ijuk yang digunakan dalam
penelitian ini (lihat Lampiran 9) diperoleh berat satuan serat ijuk 0,210
gram/cm3.
Hasil pemeriksaan kadar air serat ijuk yang digunakan dalam penelitian ini
Hasil pemeriksaan nilai sebar dalam penelitian ini dapat dilihat pada
volume semen portland : kapur : pasir = 1 : 0,997 : 2,990 dengan tambahan serat
ijuk dan pengurangan pasir 2,5% serta nilai fas 0.56 diketahui diameter
penyebaran adukan rata-rata dari 4 arah pengukuran adalah 17,625 cm, sehingga
rata-rata nilai sebar mortar sebesar 70,5%. Hasil pengujian yang dilakukan ini
2002) yang menetapkan nilai sebar adukan mortar sebesar 70-115%, hal ini
Dari hasil pemeriksaan nilai sebar mortar diatas maka fas 0,56
genteng beton.
umur 28 hari dengan jumlah benda uji 3 buah untuk masing-masing variabel
penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2%; dan
2,5%. Data hasil pengujian beban lentur genteng beton dapat dilihat pada
ru 80
tn 67.84 70.43 73.97 75.32
60 62.25 63.75
e )g
L 40
na K
(
be 20
B 0
0% 0.5 1% 1.5 2% 2.5
Persentase Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir…
semakin besar persentase penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir yang
62,25 kg, sedangkan pada penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir 0,5%
beban lentur rata-ratanya sebesar 63,75 kg. Pada penambahan serat ijuk dan
penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir 1,5% beban lentur rata-ratanya
70,43 kg. Pada penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir 2% beban lentur
rata-ratanya 73,97 kg, dan untuk penambahan serat ijuk dan pengurangan
penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir pada persentase 0,5%; 1%;
1,5%; 2%; dan 2,5% akan menghasilkan genteng beton yang memiliki beban
lentur yang lebih tinggi dibandingkan dengan genteng beton tanpa tambahan
serat ijuk. Dari hasil beban lentur genteng beton yang diperoleh, genteng
beton ini tidak memenuhi persyaratan SNI 0447-81 dalam golongan mutu II
yang harus mampu menahan beban lentur sebesar 80 kg (lihat Tabel 2.1
Halaman 9).
Pengujian berat jenis benda uji genteng beton dilakukan pada umur
penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2%; dan
2,5%. Data hasil pengujian berat jenis genteng beton dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Berat Jenis Genteng Beton dengan Penambahan
Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir
2,101
1 0% 2,103 2,106
2,114
2,095
2 0,5% 2,097 2,094
2,090
2,005
3 1% 2,025 2,017
2,023
1,923
4 1,5% 1,934 1,930
1,932
1,908
5 2% 1,932 1,929
1,947
1,896
6 2,5% 1,900 1,902
1,911
2.5
2.106 2.094 2.017 1.93 1.929 1.902
si 2
en
tJa 1.5
re
B 1
0.5
0
pada persentase penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir yang semakin
Berat jenis rata-rata genteng beton tanpa penambahan serat ijuk dan
genteng beton dengan penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir 0,5%
adalah sebesar 2,094. Genteng beton dengan penambahan serat ijuk dan
penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir 1,5% berat jenis rata-rata
genteng betonnya sebesar 1,930. Berat jenis rata-rata genteng beton dengan
sedangkan berat jenis rata-rata genteng beton dengan penambahan serat ijuk
penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir pada persentase 0,5%; 1%;
1,5%; 2%; dan 2,5% akan menghasilkan genteng beton yang memiliki berat
jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan genteng beton tanpa tambahan
serat ijuk.
Hasil yang diperoleh dari pengujian beban lentur dan berat jenis
genteng beton secara terpisah masing-masing telah diuraikan pada sub bab
yang lain. Hubungan antara beban lentur dan berat jenis genteng beton dalam
penelitian ini adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.4. Hubungan Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton dengan
Persentase Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan Pasir
2,150
2.106 2.094
2,100
2,050
s 2.017
i
n
2,000
e 1.930 1.929
J
1,950
t 1.902
a
r1,900
e
B
1,850
1,800
62.25 63.75 67.84 70.43 73.97 75.32
69,38 71,40 75,97 78,88 82,84 84,36
Beban Lentur
(kg)
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Beban Lentur dan Berat Jenis Genteng Beton
dengan Persentase Penambahan Serat Ijuk dan Pengurangan
Pasir
Dari hubungan antara beban lentur dan berat jenis genteng beton
pada penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir dengan persentase 0%;
0,5%; 1%; 1,5%; 2%; dan 2,5%, dapat disimpulkan bahwa semakin besar
beban lentur genteng beton yang dihasilkan, berat jenis genteng betonnya
semakin kecil.
F. Kebutuhan Bahan Susun
genteng beton dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa
pada perbandingan berat yang sama, kebutuhan bahan untuk 1 m3 adukan mortar
genteng beton adalah berbeda. Hal ini disebabkan karena berat jenis mortar
genteng beton yang dihasilkan berbeda akibat variasi penambahan serat ijuk dan
pengurangan pasir yang berbeda. Untuk pemberian variasi penambahan serat ijuk
dan pengurangan pasir 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2%; dan 2,5% berat jenis genteng
mortar genteng beton dapat pula dihitung volume bahan susum untuk setiap 1 m3
adukan moratar genteng beton seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.5. Kebutuhan Berat Bahan Susun Untuk Setiap 1 M3 Adukan Mortar Genteng Beton
Penambahan Berat jenis Perbandingan berat Kebutuhan bahan tiap 1 m3 adukan (kg)
persentase genteng
Air Semen Kapur Pasir Serat Air Semen Kapur Pasir Serat Jumlah
serat beton
(a) (b) (c) (d)
0% 2,106 0,56 1 0,866 3,562 0 196,95 351,70 304,57 1252,77 0 2106
0,5% 2,094 0,56 1 0,866 3,544 0,018 195,83 349,70 302,84 1239,33 6,30 2094
1% 2,017 0,56 1 0,866 3,527 0,035 188,63 336,84 291,70 1188,04 11,79 2017
1,5% 1,930 0,56 1 0,866 3,509 0,053 180,49 322,31 279,12 1130,99 17,08 1930
2% 1,929 0,56 1 0,866 3,491 0,071 180,40 322,14 278,98 1124,60 22,87 1929
2,5% 1,902 0,56 1 0,866 3,473 0,089 177,88 317,63 275,07 1103,15 28,27 1902
Keterangan : Digunakan perbandingan volume = semen : kapur : pasir = 1 : 0,997 : 2,990
Berat satuan semen = 1,250 gram/cm3
Berat satuan kapur = 1,086 gram/cm3
Berat satuan pasir = 1,489 gram/cm3
Tabel 4.6. Kebutuhan Volume Bahan Susun Untuk Setiap 1 M3 Adukan Mortar Genteng Beton
Penambahan Kebutuhan bahan tiap 1 m3 adukan (kg) Volume bahan susun (dm3)
persentase serat Air Semen Kapur Pasir Serat ijuk Air Semen Kapur Pasir Serat ijuk
0% 196,95 351,70 304,57 1252,77 0 196,95 111,65 169,68 526,59 0
0,5% 195,83 349,70 302,84 1239,33 6,30 195,83 111,02 168,71 520,95 7,65
1% 188,63 336,84 291,70 1188,04 11,79 188,63 106,93 162,51 499,39 14,33
1,5% 180,49 322,31 279,12 1130,99 17,08 180,49 102,32 155,50 475,41 20,75
2% 180,40 322,14 278,98 1124,60 22,87 180,40 102,27 155,42 472,72 27,79
2,5% 177,88 317,63 275,07 1103,15 28,27 177,88 100,83 153,24 463,70 34,35
Keterangan : Digunakan perbandingan volume = semen : kapur: pasir = 1 : 0,997 : 2,990
Berat jenis air = 1 kg/dm3
Berat jenis semen = 3,150 kg/dm3
Berat jenis kapur = 1,795 kg/dm3
Berat jenis pasir = 2,379 kg/dm3
Berat jenis serat ijuk = 0,823 kg/dm3
M
Volume bahan susun = V = ρ
ρ= M
V
BAB V
A. Kesimpulan
1. Serat ijuk yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari desa Subah,
kecamatan Subah, kabupaten Batang. Serat ijuk ini mempunyai berat jenis =
0,823; berat satuan = 0,210 gram/cm3 dan kadar air sebesar 5,250%.
2. Kapur yang digunakan dalam penelitian ini dibeli dari toko bangunan “Bintang
Jaya” yang terletak di Jalan Raya Mranggen No. 68 Semarang. Kapur ini
mempunyai berat jenis = 1,795; berat satuan = 1,086 gram/cm3 dan kadar air
sebesar = 3,209%.
3. Pasir yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sungai Bebeng,
Muntilan, Jawa Tengah. Pasir ini mempunyai berat jenis = 2,379; berat satuan
= 1,489 gram/cm3; kadar air = 4,204% dan gradasi pasir yang termasuk dalam
4. Beban lentur genteng beton tanpa serat (dengan penambahan serat ijuk dan
pengurangan pasir 0%) beban lentur rata-ratanya = 62,25 kg, beban lentur
genteng beton tertinggi terjadi pada penambahan serat ijuk dan pengurangan
pasir 2,5% yaitu = 75,32 kg, sedangkan beban lentur genteng beton terendah
terjadi pada penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir 0,5% yaitu = 63,75
kg.
5. Berat jenis genteng beton tanpa serat (dengan penambahan serat ijuk dan
pengurangan pasir 0%) berat jenis rata-ratanya = 2,106, berat jenis genteng
beton terendah terjadi pada penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir
2,5% yaitu = 1,902, sedangkan berat jenis genteng beton tertinggi terjadi pada
penambahan serat ijuk dan pengurangan pasir, semakin rendah berat jenis
7. Genteng beton yang dihasilkan dengan penambahn serat ijuk dan pengurangan
pasir pada penelitian ini, cocok untuk bangunan rumah tinggal sederhana yang
tidak mempersyaratkan mutu genteng karena semua genteng beton yang diuji
tidak memenuhi beban lentur minimalnya dari persyaratan SNI 0447-81 untuk
B. Saran - saran
ijuk yang lebih tinggi atau bervariasi tetapi campurannya tetap supaya
dan sifat-sifat genteng beton yang lain dengan penambahan serat ijuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1980, Mutu dan Cara Uji Kapur Bangunan (SNI.0024-80). Jakarta :
Departemen Perindustrian.
Anonim, 1980, Mutu dan Cara Uji Genteng Beton (SNI.0024-80). Jakarta :
Departemen Perindustrian.
Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).
Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan
Penelitian dan Pengembangan.
Anonim, 1989, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F).
Bandung : Yayasan Lembaga Masalah Bangunan, Departemen
Pekerjaan Umum.
Anonim, 1993, Pengaruh Penambahan Serat pada Sifat Struktural Beton Serat.
Yogyakarta : Penelitian, Universitas Gajah Mada (UGM).
Anonim, 1999, Petunjuk Praktek Teknologi Beton. Yogyakarta : Yogyakarta :
Laboratorium Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Gajah Mada (UGM).
Ariyanto, 1998, Pengaruh Penambahan Serat Serabut Kelapa Terhadap Mutu
Genteng Beton. Semarang : Skripsi, Jurusan Pendidikan Teknik
Bangunan, Fakultas Pendidikan Teknik Kejuruan (FPTK), Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), Semarang :
Dwiyono, 2000, Perbedaan Mutu Genteng Beton yang Dihasilkan Dengan
Penambahan Serat Serabut Kelapa dan Pengurangan Pasir Sesuai
Prosentase Serat Yang Ditambahkan. Yogyakarta : Skripsi, Jurusan
Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY).
Ekowardoyo, K.B., 2002, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis dan
Disertasi. Semarang : Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Gani, M.S.J., 1997, Cement And Concrete, Chapman And Hall, London.
Haryoto, 1995, Membuat Genteng Ijuk Semen. Yogyakarta : Kanisius.
Jouche, R. dkk, 1993, Pengaruh Penambahan Serat Serabut Kelapa Pada
Pembuatan Genteng Beton. Yogyakarta : Majalah Ilmiah BIMN,
No.693/94. 8-12.
Kusumawardaningsih, Y., 2003, Pengaruh Tekanan Saat Proses Percetakan
Terhadap Karakteristik Mortar dari Agregat Ringan. Yogyakarta :
Tesis, Jurusan Ilmu-Ilmu Teknik, Program Pasca Sarjana,
Universitas Gajah Mada (UGM).
Murdock, L.J., dan Brook, K.M., 1991, Bahan dan Praktek Beton. Jakarta :
Erlangga.
Nevile, A.M., dan Brooks, J.J., 1987, Concrete Technology, Longman Scientific
& Technical, New York.
Ola, A.L., dkk, 1993, Penelitian Pemanfaatan Serat Serabut Kelapa Untuk
Plafon. Yogyakarta : Majalah Ilmiah BIMN, No 124. 1-26.
Pangat, 1991, Perbedaan Kuat Desak Mortar dengan Bahan Pengikat Kapur
Mill di Kodya Yogyakarta dan Sekitarnya. Yogyakarta : Lembaga
Penelitian Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
Yogyakarta.
Rosadhan, Y., 2000, Pengaruh Penambahan Serat Serabut Kelapa dan Serbuk
Sampah Terhadap Kuat Lentur dan Daya Serap Air. Yogyakarta :
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Gajah Mada (UGM).
Sudarmoko, 1991, Kuat Tarik Beton Serat Bendrat. Yogyakarta : Universitas
Gajah Mada (UGM).
Sujana, 1992, Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sutrisno Hadi, 1989, Statistik Jilid II. Yogyakarta : Andi Omset.
Sutrisno Hadi, 1989, Statistik Jilid III. Yogyakarta : Andi Omset.
Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton. Yogyakarta : Nafiri.
Tjokrodimuljo, K., 1998, Pengetahuan Dasar Beton Sebagai Bahan Bangunan
Alternatif, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Beton dan
Aplikasi Software Untuk Perancangan Bangunan Sipil. Yogyakarta :
Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, Universitas Gajah Mada
(UGM).
Wiyadi, 1999, Pengaruh Penambahan Serat Ijuk terhadap Mutu Genteng Beton.
Semarang : Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri
Semarang (UNNES).