Professional Documents
Culture Documents
----------------------------------
Bagaimana melakukannya?
Berikut beberapa tips bagi para pemimpin dunia usaha
dalam menerapkan pendekatan kepemimpinan
transformatif sebagaimana dikemukakan Kevin
Kalloway dan Julian Barling (2001). Tips ini pun dapat
diimplementasikan dalam organisasi lainnya.
Pada hakikatnya, komunitas HMI adalah sebuah miniatur dari komunitas-komunitas yang
lebih besar seperti bangsa (Indonesia) atau bahkan komunitas internasional. Sebagai
sebuah miniatur masyarakat, HMI mempunyai karakter-karakter permasalahan yang tidak
berbeda jauh dengan organisasi lebih besar lainnya. Permasalahan-permasalahan tersebut
bisa berasal dari anggota masyarakat itu sendiri (dalam hal ini non-struktural HMI) dan
atau bias juga berasal dari pimpinan HMI, yang mewakili unsur sturktural HMI.
Untuk selanjutnya saya ingin membagi masyarakat HMI, secara garis besar, dalam dua
bagian: masyarakat HMI dan pimpinan HMI. Mengapa dalam tulisan ini saya membagi
masyarakat HMI hanya dalam dua kategori? Jawabannya adalah untuk semata
memudahkan kita memetakan persoalan yang akan saya bahas dalam tulisan ini.
Pertama, “masyarakat sipil” HMI adalah entitas yang terdiri dari para anggota HMI,
pegiat media di HMI, dan dalam beberapa hal juga pengurus HMI ditingkat cabang dan
komisariat (mengingat dalam tradisi HMI, justru pengurus cabang dan komisariatlah
yang terkena kebijakan PB HMI. Meminjam kategorisasi masyarakatnya Gramsci (1891-
1937), bagian masyarakat HMI ini bisa kita kategorikan sebagai “civil society”-nya HMI.
Merekalah yang secara langsung terkena imbas dari apapun kebijakan yang digulirkan
oleh PB HMI.
Dalam asumsi saya, berhubung semua anggota HMI adalah manusia terdidik (baca:
mahasiswa) maka “civil society” HMI sebenarnya sudah sangat berdaya. Cuma
persoalannya adalah sebagian besar masyarakat HMI masih apatis dengan PB HMI. Oleh
karena itu, dibutuhkan beberapa elemen masyarakat sipil HMI lainnya untuk selalu aktif
menggelitiki para anggota HMI untuk selalu peduli pada HMI. Dalam hal ini, barangkali
hminews adalah contoh institusi internal HMI yang selalu aktif memberikan
‘gelitikannya’ pada anggota HMI agar selalu peduli pada HMI. Kepedulian ini penting
bagi HMI untuk menjaga dinamika HMI dan juga menstimulasi pengurus HMI agar tetap
aktif mengkreasi kegiatan dan wacana.
Keberdayaan masyarakat sipil HMI (yang terdidik) ini penting karena menjadi jaminan
atas munculnya tatanan sosial yang menurut Weber (1864-1920) disebut sebagai “law
bureucracy”. Ciri utama kondisi masyarakat ini adalah masyarakat rasional yang
didalamnya terbentuk semangat “understanding”, di mana setiap elemen tahu apa yang
perlu dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan. Masyarakat “law society” tidak lagi
terlalu bergantung pada satu figure pimpinan saja, akan tetapi pada sebuah kerja sama tim
dalam leadership. Masyarakat model ini yang sudah terbebas dari tahap tradisional dan
tahap kharisma.
Elemen kedua dalam masyarakat HMI adalah pengurus HMI, dalam konteks ini saya
fokuskan pada pengurus PB HMI, yang dalam analogi Gramscian mewakili “state”-nya
HMI. Akan tetapi saya tidak mau terlibat jauh dalam pembahasan analisa sosial model
Gramsci; saya lebih tertarik untuk membahas PB HMI dalam konteks kedudukan
kepemimpinannya dalam sebuah masyarakat yang sudah sangat berdaya tersebut.
Kepemimpinan transformastif