You are on page 1of 23

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Panas telah dianggap sebagai salah satu bentuk pencemar udara yang perlu
mendapatkan perhatian yang serius. Panas dapat merugikan manusia, baik dari segi
kesehatan fisik maupun mental. Kondisi udara kota yang panas dan lembab menyebabkan
keringat tidak dapat berevaporasi, kulit tubuh tetap basah, dan panas tubuh meningkat.
Kondisi seperti ini dirasakan sebagai bentuk ketidaknyamanan (discomfort). Tanda-tanda
ketidaknyamanan terjadi secara bertahap, seperti tubuh akan merasa gerah karena kulit
basah oleh keringat, terjadi stress, tubuh lesu, penurunan gairah kerja, dan timbulnya
perasaan jengkel.

Intensitas suhu yang tinggi bukan saja mengganggu ketenangan manusia, melainkan
juga dapat mengganggu kerja organ tubuh manusia. Sengatan panas dari suhu udara yang
tinggi dapat menimbulkan kelainan kulit yang timbul karena gangguan fungsi kelenjar
keringat (miliaria), sengatan panas (heat stress) dengan gejala kelelahan dan muntah-
muntah, serta gejala kejang-kejang pada otot tubuh dan perut sakit (heat cramps) akibat
banyaknya keringat yang keluar sehingga tubuh banyak kehilangan garam natrium. Selain
itu pada kondisi tertentu penderita dapat pingsan (heat exhaustion), dan kejang-kejang
(heat stroke) karena suhu yang terlalu tinggi.

Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat
metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut yaitu sistem termoregulasi.
Keseimbangan tubuh diatur oleh thermoregulator melalui peningkatan atau penurunan
sirkulasi darah dan pembukaan atau penutupan kelenjar keringat. Perubahan suhu tubuh
dideteksi oleh dua jenis termoreseptor yaitu pada kulit (peripheral thermoreceptors) dan
hipotalamus (central thermoreceptor), tubuh manusia harus tetap terjaga pada suhu 37 oC.
Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu tubuh yaitu the mercury-in-glass
thermometer, the electrical digital reading thermometer, a radiometer attached to an
auriscope-like head (untuk pengukuran suhu timfani)

Jika total jumlah panas yang dilepas dan tambahan panas yang diterima oleh tubuh
melampaui keseimbangan, maka thermoregulator akan bereaksi, yang ditandai dengan
keluarnya keringat.

Penderita heat stroke tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk
menurunkan suhu tubuhnya, biasanya dapat mencapai lebih dari 410C. Heat stroke
menyebabkan gejala kulit menjadi panas, kering, dan memerah. Selain itu detak jantung
cepat, kepala terasa pusing, nafas cepat dan pendek, serta dapat tidak sadarkan diri bahkan
bisa sampai koma.

1.2 TUJUAN PENULISAN

1) Mengetahui peran sistem termoregulasi terhadap tubuh manusia


2) Mengetahui efek terganggunya sistem termoregulasi terhadap penderita heat stroke

1.3 MANFAAT PENULISAN

1) Agar kita bisa mengetahui efek terganggunya sistem termoregulasi terhadap tubuh
2) Menambah pengetahuan pada mahasiswa lain

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Termoregulasi

2.1.1 Pengertian sistem termoregulasi

Pengertian sistem termoregulasi adalah sistem yang mengatur metabolisme suhu


dalam tubuh agar mencapai keseimbangan dengan suhu lingkungan. Pemakaian energi oleh
tubuh menghasilkan panas yang penting dalam pengaturan suhu tubuh. Manusia biasanya
tinggal di lingkungan yang bersuhu lebih rendah dari pada suhu tubuh mereka sehingga
manusia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan
suhu tubuh mereka. Manusia juga harus memiliki mekanisme untuk menurunkan suhu
tubuh apabila tubuh memperoleh terlalu banyak panas dari aktifitas otot rangka atau dari
lingkungan eksternal yang panas. Suhu tubuh harus diatur karena kecepatan reaksi kimia sel
bergantung pada suhu tubuh dan panas yang berlebihan dapat merusak protein sel
( Sherwood, 1996 ).
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat diterima oleh tubuh. (Campbell, 2004).
Berdasarkan Tobin (2005), suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme.
Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi
karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara
molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula (Chang, 1996). Akan tetapi, kenaikan
aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas
tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah
satunya) yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh
meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan
fungsinya.
Suhu tubuh dapat dibagi menjadi tiga yaitu suhu inti tubuh (core temperature)

3
menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan
mendekati 370C. Suhu kulit (shell temperature) menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan
subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Serta suhu
tubuh rata-rata (mean body temperature) merupakan suhu rata-rata gabungan suhu inti dan
suhu kulit.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
1. Variasi suhu tubuh (diurnal)
Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia yang tidur pada
malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan tertinggi pada awal
malam.
2. Kerja jasmani/ aktivitas fisik
Setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja yang
dilakukan oleh otot rangka. Setelah latihan berat, suhu tubuh dapat mencapai 400C.
3. Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Suhu
tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari
saat bangun meningkat 0,3-0,50C.
4. Lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh. Udara lingkungan yang
lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena menyebabkan hambatan penguapan
keringat, sehingga panas tertahan di dalam tubuh

4
2.1.3 Mekanisme Sistem Termoregulasi

Gambar mekanisme sistem termoregulasi

Perubahan suhu tubuh dideteksi oleh dua jenis termoreseptor, yaitu terdapat di kulit
(peripheral thermoreceptors) dan hipotalamus serta medula spinalis (central
thermoreceptors). Termoreseptor central mengatur suhu inti tubuh, dan termoreseptor
perifer mengatur suhu kulit. Termoreseptor sentral memberi umpan balik yang penting
dalam mempertahankan suhu inti tubuh ketika termoreseptor perifer memberi informasi.
Pusat integrasi termoregulasi berada di hipotalamus, yang mempengaruhi adaptasi perilaku

5
tubuh untuk melakukan kontrol produksi panas atau pengurangan panas. Hipotalamus
mempertahankan suhu tubuh pada suhu lingkungan antara 27,80-300C, kisaran suhu
lingkungan ini disebut thermoneutral zone.
Hipotalamus mengintegrasikan refleks dan mengirimnya melalui saraf simpatis ke
kelenjar keringat, arteriola kulit, dan medula adrenal serta melalui saraf motorik ke otot
rangka. Hipotalamus melalui neuromotorik merangsang otot rangka untuk menggigil atau
tonus otot untuk melakukan kontrol terhadap produksi panas. Kontrol pengurangan panas
melalui susunan syaraf simpatis menuju pembuluh darah untuk melakukan vasokonstriksi
dan vasodilatasi kulit. Selain itu susunan syaraf simpatis merangsang kelenjar keringat
untuk mengeluarkan keringat untuk memberi kontrol pengurangan panas tubuh. Perubahan
awal berkeringat, volume dan komposisi keringat menentukan adaptasi terhadap suhu yang
tinggi. Kehilangan natrium melalui keringat diturunkan dengan meningkatkan reabsorpsi
natrium oleh sekresi aldosteron.
Susunan syaraf simpatis juga melakukan termogenesis tak menggigil (non-shivering
thermogenesis), hal ini terjadi pada bayi baru lahir. Sumber energi pembentukan panas ini
adalah brown fat. Pada bayi baru lahir, brown fat ditemukan pada skapula, aksila, dan area
ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih
banyak mitokondria, banyak dipersyarafi syaraf simpatis, dan kaya dengan suplai darah.
Stimulasi saraf simpatis oleh suhu dingin akan meningkatkan konsentrasi cAMP di sel
brown fat, yang kemudian akan mengativasi fosforilasi oksidatif di mitokondria melalui
lipolisis. Hasil dari fosforilasi oksidatif ialah terbentuknya panas yang kemudian akan
dibawa dengan cepat oleh vena yang juga banyak terdapat di sel brown fat. Brown fat ini
merupakan sumber utama diet-induced thermogenesis. Pengeluaran panas (heat loss) dari
tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat
kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi. (lihat Gambar 17-4, sumber: Sherwood, 1993)

6
Gambar 3. Keseimbangan panas (Silverthorn, 2004)

Tubuh juga dapat memperoleh panas dari lingkungan melalui beberapa mekanisme
yang melibatkan disipasi panas meliputi konduksi, konveksi, konveksi, dan radiasi.
Mekanisme ini terjadi pada kulit dan melibatkan fungsi permukaan kulit, kelenjar keringat,
dan sistem syaraf otonom, tapi mekanisme ini juga tergantung dengan respon masing-
masing individu. Konduksi adalah perambatan panas di antara dua permukaan dengan suhu
berbeda yang berada di dalam kontak langsung. Sedangkan konveksi adalah perambatan
panas di antara permukaan tubuh dan satu gas atau cairan dengan suhu berbeda. Radiasi
adalah perambatan panas dari bentuk gelombang elektromagnet di antara tubuh dan
lingkungan sekelilingnya. Besarnya radiasi tergantung dari panas matahari, musim, keadaan
awan, serta faktor lain seperti selama musim panas panas yang dipancarkan matahari dapat
mencapai 150 kcal/h.

Pada kondisi fisiologis normal, panas yang diserap sebanding dengan panas yang

7
dilepas. Mekanisme ini diatur oleh hipotalamus, yang berfungsi sebagai alat pengatur panas,
menyeimbangkan suhu tubuh melalui mekanisme dari produksi panas atau disipasi panas,
dengan demikian memelihara suhu tubuh adalah suatu mekanisme fisiologis dari tubuh.
Berdasarkan penelitian, thermosensors yang berada pada kulit, otot, dan medulla spinalis
mengirimkan sinyal yang berhubungan dengan suhu tubuh ke hypothalamus anterior
tempat sinyal diproses dan mekanisme fisiologis menyesuaikan sinyal yang ditransmisikan
dan dihasilkan respon dari sinyal tersebut. Respon fisiologis panas seperti meningkatkan
aliran darah ke kulit sekitar 8 L/min, berupa dilatasi pembuluh darah dan rangsangan
kelenjar keringat untuk lebih banyak menghasilkan keringat.

Sebagai organ utama untuk pelepasan panas, kulit dapat mengeluarkan panas ke
lingkungan melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Radiasi adalah mekanisme
paling penting dari transfer panas pada saat istirahat pada iklim sedang, yang mengeluarkan
panas tubuh sekitar 65 kcl. Pada suhu yang tinggi, konduksi merupakan mekanisme paling
penting dari empat mekanisme tersebut, sementara evaporasi yang merubah panas berupa
perubahan dari zat cair ke zat gas.

Keberhasilan dari proses evaporasi sebagai mekanisme pelepasan panas tergantung


pada kondisi kulit dan kelenjar keringat, fungsi paru-paru, suhu, kelembaban, arah angin,
dan kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap temperatur yang tinggi. Sebagai
contoh, evaporasi tidak terjadi ketika kelembaban melebihi 75%, keadaan tidak cocok
dengan individu yang tidak dapat beradaptasi pada keadaan ini. Individu Nonacclimated
hanya dapat menghasilkan 1 liter/h, yang hanya mengeluarkan panas 580 kcal per jam,
sedangkan individu yang dapat beradaptasi pada keadaan ini menghasilkan 2 – 3 liter
keringat per jam dan dapat melepaskan panas sebanyak 1740 kcal per jam melalui
evaporasi. Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang panas biasanya terjadi selama 7 - 10
hari dan memberi kesempatan individu untuk dapat meningkatkan kelenjar keringat untuk
menyerap sodium dan mineral lainnya yang dapat meningkatkan efisiensi dari disipasi.

2.1.4 Organ Yang Berperan Dalam Sistem Termoregulasi

8
Hipotalamus adalah pusat integrasi utama untuk memelihara keseimbangan energi
dan suhu tubuh. Hipotalamus berfungsi sebagai termostat tubuh yang terletak di bawah otak.
Hipotalamus memantau suhu dalam sebuah ruangan dan memicu mekanisme pemanas dan
mekanisme pendingin sesuai dengan keperluan untuk mempertahankan suhu ruangan seperti
yang diinginkan. Hipotalamus juga sebagai pusat integrasi termoregulasi tubuh, menerima
informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian, yaitu
penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan dan
pengurangan suhu sesuai dengan keperluan untuk memantau setiap penyimpangan suhu inti
tubuh dari keadaan normal. Hipotalamus sangat peka, karena hipotalamus mampu merespon
perubahan suhu darah sekecil 0.01ºC. Tingkat respon hipotalamus terhadap penyimpangan
suhu tubuh disesuaikan secara cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan
sangan sesuai dengan kebutuhan untu memulihkan suhu ke keadaan normal ( Sherwood,
1996 )
Untuk membuat penyesuaian hingga terjadi keseimbangan antara mekanisme
pengurangan panas dan mekanisme penambahan panas serta konservasi panas, hipotalamus
harus terus menerus mendapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti melalui reseptor,
yaitu reseptor khusus yang peka terhadap suhu yang disebut termoreseptor. Termoreseptor
perifer memantau suhu kulit diseluruh tubuh dan menyalurkan informasi mengenai
perubahan suhu permukaan ke hipotalamus. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral
yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di susunan syaraf pusat dan organ abdomen
(Sherwood, 1996
Hipotalamus memiliki dua regio sebagai pusat pengaturan suhu tubuh, yaitu regio
anterior dan regio posterior. Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian
memicu refleks sebagai perantara produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior yang
diaktifkan oleh rasa hangat memicu refleks yang menyebabkan pengurangan panas.

2.1.5 Respon sistem termoregulasi terhadap tubuh


Suhu tubuh merupakan pencerminan panas tubuh. Sebagaimana energi tubuh yang
mengikuti hukum termodinamika, panas tubuh sebagai salah satu bentuk energi juga
mengikuti hukum tersebut. Suhu tubuh merupakan hasil imbangan antara pembentukan

9
panas dengan kehilangan panas.

Gambar 1. Respons homeostatik terhadap suhu lingkungan yang ekstrem (Silverthorn,


2004)

2.1.5.1 Pengaturan suhu tubuh pada keadaan dingin


Ada dua mekanisme tubuh untuk keadaan dingin yaitu:
1. Secara fisik yaitu pengaturan suatu reaksi yang terdiri dari perubahan sirkulasi dan
tegaknya bulu kuduk (piloerection erector villi)
2. Secara kimia yaitu terdiri dari penambahan panas metabolisme
2.1.5.1.1 Pengaturan secara fisik dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Vasokonstriksi pembuluh darah (Cutaneus vasoconstriction)
Pada saat keadaan dingin, aliran darah pada pembuluh darah biasanya berkurang
sekitar 1% daripada dalam keadaan panas. Sehingga dengan mekanisme
vasokontriksi maka panas yang keluar dikurangi atau penambahan isolator.
2. Perubahan aliran darah (Limit blood flow slufts)
Pada prinsipnya yaitu panas tubuh akan lebih dihemat atau dipertahankan bila

10
seluruh anggota tubuh didinginkan.

2.1.5.1.2 Pengaturan secara kimia


Pada keadaan dingin, penambahan panas dengan metabolisme akan terjadi baik
secara sengaja dengan melakukan kegiatan otot-otot ataupun dengan cara menggigil.
Menggigil adalah kontraksi otot secara kuat dan lalu lemah bergantian, secara synkron
terjadi kontraksi pada group-group kecil motor unit alau seluruh otot. Pada menggigil
kadang terjadi kontraksi secara simultan sehingga seluruh badan kaku dan terjadi spasme.
Menggigil efektif untuk pembentukan panas, dengan menggigil pada suhu 5 derajat Celcius
selama 60 menit produksi panas meningkat dua kali dari biasanyaa, dengan batas maksimal
5 kali.

2.1.5.2 Pengaturan suhu tubuh dalam keadaan panas


1. Penambahan aliran darah permukaan tubuh
2. Terjadi aliran darah maksimum pada anggota badan
3. Perubahan (shift) dari venous return ke vena. Proses ini terutama efektif pada suhu
dibawah 340C.
4. Pengeluaran keringat
Pada temperatur diatas 340 C pengaturan sirkulasi panas tidak cukup dengan radiasi,
yang pada kondisi ini tubuh mendapat panas dari radiasi. mekanisme (evaporasi).
Gerakan kontraksi pada kelenjar keringat, berfungsi secara keringat memompa
tetesan cairan keringat dari lumen permukaan kulit merupakan mekanisme
pendingin yang paling efektif.

2.1.6 Jenis-jenis Heat Illness

1. Heat Cramps

Heat Cramps (kram karena panas) adalah kejang otot hebat akibat keringat
berlebihan, yang terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Heat
cramps disebabkan oleh hilangnya banyak cairan dan garam (termasuk natrium, kalium dan
magnesium) akibat keringat yang berlebihan, yang sering terjadi ketika melakukan aktivitas

11
fisik yang berat. Heat cramps sering terjadi pada pekerja manual, seperti pekerja di ruang
mesin,..pekerja..pengolah..baja..dan..pekerja..pertambangan. Heat cramps seringkali secara
tiba-tiba mulai timbul di tangan, betis atau kaki yang terasa sangat nyeri. Otot menjadi
keras, tegang dan sulit untuk dikendurkan. Heat cramps bisa dicegah atau diobati dengan
minum minuman atau memakan makanan yang mengandung garam.

2...Heat..Exhaustion
Heat Exhaustion (kelelahan karena panas) adalah suatu keadaan yang terjadi akibat
terpapar panas selama berjam-jam, sehingga banyak cairan tubuh yang hilang karena
berkeringat sehingga menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan.
Suhu yang sangat panas bisa menyebabkan hilangnya banyak cairan melalui keringat,
terutama selama melakukan kerja fisik atau olah raga berat. Bersamaan dengan cairan,
garam elektrolit juga hilang sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan fungsi otak.
Akibatnya terjadi heat exhaustion. Gejala utama adalah kelelahan, kelemahan dan
kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup karena berkeringat. Jika berdiri,
penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai,
yang melebar akibat panas. Denyut jantung menjadi lambat dan lemah, kulit menjadi dingin,
pucat dan lembab, penderita menjadi linglung. Hilangnya cairan menyebabkan
berkurangnya volume darah, menurunnya tekanan darah dan bisa menyebabkan penderita
pingsan.

3....Heat stroke

Heat stroke adalah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal, yang terjadi akibat
terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, yang menyebabkan penderita tidak dapat
mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika terjadi dehidrasi
dan dan penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk mendinginkan
tubuhnya, maka suhu tubuh bisa meningkat sampai pada tingkat yang berbahaya, sehingga
terjadi heatstroke.

4. Malignant hyperthermia

Malignant hyperpyrexia sering disebabkan oleh cacat genetik (autosomal dominan)

12
di reticulum sarcoplasmic pada otot skeletal. General anesthesiai jika halogen diganti etana
akan memicu reaksi alergi dengan proses pembukaan saluran Ca2+ dalam sel-sel otot.
Masuknya Ca2 + menyebabkan kontraksi otot dan kekakuan otot yang membebaskan energi
panas dalam jumlah sangat besar. Kondisi ini mengancam kehidupan dan sering
mengakibatkan kematian mendadak selama atau setelah anestesi.

5. Hipotermia

Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh (core temperature) di bawah 35oC. Pasien
hipotermia dapat mengalami kehilangan kesadaran ketika suhu inti tubuh turun di bawah
32oC yang berpotensi menyebabkan kematian yang disebut hipotermia berat.

2.2 Heat stroke

2.2.1 Definisi Heat stroke

Heat stroke adalah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal, yang terjadi akibat
terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, yang menyebabkan penderita tidak dapat
mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya.

Jika terjadi dehidrasi dan dan penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang
cukup untuk mendinginkan tubuhnya, maka suhu tubuh bisa meningkat sampai pada tingkat
yang berbahaya, sehingga terjadi heat stroke. Penyakit tertentu, misalnya skleroderma dan
fibrosis kistik, menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mengeluarkan keringat
sehingga menyebabkan meningkatnya resikoheat stroke.

Heat stroke bisa terjadi begitu cepat dan tidak selalu didahului oleh tanda-tanda
seperti sakitkepala, perasaan berputar (vertigo) maupun kelelahan. Pembentukan keringat
biasanya berkurang, tetapi tidak selalu. Kulit teraba panas, tampak merah dan biasanya
kering. Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-180 kali/menit (normal 60-
100 kali/menit). Laju pernafasan juga biasanya meningkat, tetapi tekanan darah jarang
berubah. Suhu tubuh meningkat sampai 40-410C yang menyebabkan perasaan seperti

13
terbakar. Penderita bisa mengalami disorientasi (bingung) dan bisa mengalami penurunan
kesadaran atau kejang.

Jika tidak segera diobati, heat stroke bisa menyebabkan kerusakan yang permanen
atau kematian. Suhu 410 Celsius adalah sangat serius, jika lebih satu derajat saja seringkali
berakibat.fatal. Kerusakan permanen pada organ dalam (misalnya otak) bisa segera terjadi
dan sering berakhir dengan kematian.

2.2.2 Penyebab Heat stroke

Penyebab heat stroke adalah meningkatnya produksi panas karena faktor-faktor


seperti suhu dan kelembaban tinggi, kerusakan hipotalamus, pakaian yang bertumpuk-
tumpuk, dan penyakit jantung dan pembuluh darah. Selain itu karena faktor metabolisme
yang meningkat karena infeksi, sepsis, encephalitis, dan pemakaian obat-obatan.
Meningkatnya aktivitas otot yang disebabkan oleh tetanus, sympathomimetics, olahraga, dan
keracunan strychnine. Latihan fisik atau olahraga yang terlalu lama, convulsion, dan
epilepticus dapat menggandakan produksi panas. Obat stimulans, meliputi kokain dan
amfitamin, dapat menghasilkan jumlah panas yang berlebihan dengan meningkat aktivitas
metabolisme dan motorik akibat stimulator dari dopamine, serotonin, dan norepinephrine.
Paparan panas terhadap individu direspon dengan stimulans adalah multifaktor yang
melibatkan satu interaksi kompleks di antara dopamine dan serotonin pada hipotalamus dan
bersumber otak. Suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Jika suhu lingkungan atau
tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan
kehilangan fungsinya.
Neuroleptic agent juga meningkatkan suhu tubuh dengan meningkatkan aktivitas
otot, tapi neuroleptic agent ini mungkin menyebabkan sindrom neuroleptic (NMS). NMS
adalah satu reaksi idiosyncratic ditandai oleh hyperthermia, serta kekakuan otot, dan
ketidakstabilan autonomic.

Gangguan pengeluaran panas menyebabkan heat stroke karena terjadi kelainan


fungsi kelenjar keringat yaitu penyakit dermatologi, pengaruh obat, dan luka bakar. Heat
stroke terjadi karena penurunan respon CNS saat bertambahnya usia, bayi, peminum

14
alkohol, pemakai obat tidur dan penenang. Selain itu juga karena penurunan cadangan
cardiovasculer pada orang tua, pengaruh obat diuretik dan obat cardiovascular. Selain itu
obat-obatan yang menyebabkan heat stroke adalah anticholinergics,neuroleptics,
antihistamia.

2.2.3 Epidemiologi Heat stroke

Heat stroke biasanya terjadi selama keadaan lingkungan yang panas, terutama ketika
diikuti oleh kelembaban yang tinggi. Seseorang dengan risiko ini adalah mereka yang tidak
dapat menyesuaikan diri dengan iklim panas, risiko mengalami heat stroke makin besar
terjadi bila lansia mengidap penyakit jantung, ginjal, atau paru. Resiko terjadinya kelainan
panas meningkat pada kelembaban yang tinggi yang menyebabkan berkurangnya efek
pendinginan oleh keringat. Pemakaian tenaga yang kuat dalam waktu lama yang
menyebabkan bertambahnya panas yang dihasilkan oleh otot. Penyakit itu kerap terjadi pada
orang yang bekerja atau berada di lingkungan bersuhu panas. Obesitas, alkoholik menahun,
pemakai obat tertentu misalnya antihistamin, anti-psikosa, kokain, tranquilizer utama,
antikolinergik, diuretik, penyekat beta-adrenergik.

Kematian akibat heat stroke meningkat saat musim panas dengan disertai gelombang
panas. Dengan risiko yang sama faktor dan pada kondisi lingkungan yang sama, ras kulit
hitam memiliki risiko tiga kali lebih besar daripada kulit putih. Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin risiko terjadinya heat stroke laki-laki dua kali lebih tinggi daripada perempuan.

2.2.4 Jenis-jenis Heat stroke


2.2.4.1 Exertional heat stroke

EHS (Exertional Heat stroke) ditandai oleh hyperthermia, diaphoresis, dan altered
sensorium, yang terjadi saat suhu panas yang ekstrim. Sejumlah gejala seperti abdominal
dan kram otot, mual, diare , sakit kepala, dan, lemas biasanya didahului oleh paparan panas
yang kuat. EHS biasanya diamati saat masih muda dan pada individu yang sehat seperti
atlit, anggota pemadam api, personil militer, sementara terlibatnya aktivitas sistem
termoregulasi pada tubuh sehingga menjadi hyperthermic. Faktor risiko peningkatan itu

15
kemungkinan dari panas berhubungan penyakit meliputi satu virus infeksi karena dahulu,
dehidrasi, lelah, obesitas, kurang tidur, kemampuan fisik lemah, dan kurang penyesuaian
diri. EHS juga terjadi karena akibat peningkatan aktivitas sehubungan dengan penggunaan
kokain dan amfetamin, dan sebagai satu komplikasi epilepticus.

2.2.4.2 Nonexertional heat stroke

NEHS (Nonexertional heat stroke) ditandai oleh hyperthermia, anhidrosis, dan


gangguan fungsi indera, peningkatan yang terjadi seiring terjadi gelombang panas, sehingga
temperatur tubuh lebih dari 41°C. Gejala CNS ada beberapa seperti sifat lekas marah,
perilaku tidak logis, halusinasi, dan pingsan. Anhidrosis terjadi karena gangguan kelenjar
keringat adalah satu efek karena suhu panas yang menyebabkan heat stroke. Gejala CNS
lain meliputi halusinasi, kelainan saraf cranial, kelainan fungsi cerebellar, dan opisthotonos.
Pasien dengan NEHS pada awalnya mungkin menunjukkan suat peredaran hyperdynamic.
Heat stroke biasanya terjadi karena adanya panas dan kelembaban yang tinggi yang
berlarut-larut. Orang-orang yang rentan terhadap penyakit ini adalah bayi yang belum
memiliki sistem termorgulasi yang sempurna, orang tua, orang yang sakit menahun, dan
orang dengan penyakit cardiovasculer yang kronis, serta orang yang memiliki gangguan
kelenjar keringat.

2.2.5 Fisiologis Heat stroke

Biasanya suhu pasien melebihi 41°C, tetapi dengan berkeringat mekanisme


0
penguapan, dan inisiasi dari cara pendinginan, temperatur normal dibawah 41 C. Denyut
nadi penderita heat stroke terjadi tachycardia yaitu 130 kali per menit. Tekanan darah
pasien biasanya adalah normotensive, dengan pembuluh darah yang berdenyut lebih lebar.
Selain itu biasanya terjadi hipotensi karena sejumlah faktor, meliputi vasodilatasi dari
pembuluh kapiler yang menyatukan darah pada sistem pembuluh darah, dan dehidrasi.
Hipotensi juga sering berhubungan dengan kerusakan myocardial. Pasien dengan kelainan
fungsi tubuh myocardial yang ada sebelumnya tidak tahan terhadap tekanan panas dalam
waktu yang lama.

16
Gejala dari kelainan fungsi tubuh CNS bersifat universal. Karena terkena panas yang
kuat sekali, gejala dari sifat lekas marah menjadi pingsan. Pingsan juga mungkin disebabkan
oleh kekurangan elektrolit, hypoglycemia, hepatic encephalopathy, uremic encephalopathy,
dan kelainan struktural yang akut, seperti intracerebral. Pasien kemungkinan juga terjadi
cerebral oedema dan herniation. Gejala dari pasien yaitu mata gelap, kebingungan, delusi,
gangguan hebat, halusinasi, ataxia, tremor, dysarthria, serta cerebellar finding, seperti
halnya kelainan saraf otak dan dystonic dari otot. Pengujian dari mata mungkin
mengungkapkan nystagmus dan sehubungan dengan cedera cerebellar, kerja pupil menjadi
salah satu pengujiaan mata.

2.2.6 Patofisiologi Heat stroke


2.2.7

Terlepas dari variasi temperatur manusia dapat memelihara temperatur tubuh mereka
agar konstan dengan menyeimbangkan pengeluaran panas tubuh, ketika mekanisme tubuh
menyebabkan naiknya suhu tubuh karena beberapa faktor hal ini menyebabkan heat illness.
Panas berlebihan mengubah sifat protein, destabilizes phospholipids dan lipoprotein, dan
cairan membran, menyebabkan gangguan cardiovasculer, kegagalan multiorgan, dan
akhirnya kematian. Suhu yang menyebabkan gangguan cardiovascular pada setiap individu
berbeda-beda karena pengaruh obat-obatan serta ketahanan tubuh masing-masing individu.
Berdasarkan hasil penelitian pasien dengan suhu melebihi 106°F atau 41,1°C memerlukan
pengobatan langsung secara intensif karena akan menyebabkan heat stroke.

Panas mungkin diperoleh dari sejumlah mekanisme berbeda. Pada saat istirahat
produksi proses metabolism menghasilkan kira-kira 100 kcal per jam atau 1 kcal / kg / h.
Reaksi ini dapat meningkatkan suhu tubuh 1.1°C / h jika mekanisme pelepasan panas tidak
berfungsi. Aktivitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan produksi panas lebih dari 10
kali lipat menjadi 1000 kcal / h. begitu juga dengan mekanisme demam, menggigil,tremors,
convulsion, thyrotoxicosis, sepsis,obat sympathomimetic dan banyak kondisi lain yang dapat
meningkat produksi panas, sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

Heat stroke terjadi pada individu yang tidak dapat beradaptasi terhadap temperatur

17
lingkungan seperti bayi, orang yang lanjut usia, serta orang yang sakit. Karena orang yang
lanjut usia dan pasien dengan gangguan cardiovasculer tidak dapat menghasilkan fisiologis
untuk menerima respon panas sehingga terjadi heat stroke. Pasien dengan penyakit kulit dan
mengkonsumsi obat-obatan yang berpengaruh terhadap pengeluaran keringat akan
meningkatkan risiko untuk terkena heat stroke karena tidak dapat melepaskan panas ke
lingkungan dengan baik. Selain itu redistribusi aliran darah ke pembuluh darah, melibatkan
pelepasan cairan dan elektrolit dalam keringat, yang akan menempatkan beban yang besar
pada pembuluh darah dan akhirnya tidak cukup untuk mengontrol banyaknya darah yang
dialirkan dari jantung yang seharusnya menuju ke seluruh tubuh.

Faktor yang mempengaruhi disipasi panas adalah karena volume intravascular yang
tidak cukup, kelainan fungsi cardiovasculer, dan kulit yang abnormal. Selain itu, suhu
lingkungan yang tinggi, kelembaban tinggi, dan banyak obat-obatan yang mempengaruhi
disipasi panas, yang akan mengakibatkan heat illness yang paling utama. Selain itu,
kelainan fungsi hipotalamus akan mengubah pengaturan suhu dan akan meningkatkan
predisposisi heat illness seiring bertambahnya temperatur.

Banyak teori dan hipotesa yang telah diteliti oleh ilmuwan pada tingkat sel. Secara
umum, panas secara langsung mempengaruhi tubuh pada tingkat sel dengan melibatkan
proses sel seiring dengan mengubah sifat membran protein dan sel. Pada inflammatory
cytokines dan heat shock proteins (HSPs), (HSP - 70 khususnya, terdapat sel yang dapat
menahan panas dari lingkungan). Jika penekanan dalam waktu lama, maka sel akan kalah
yang disebut dengan apoptosis yang akan menyebabkan kematian sel. Faktor yang
mempengaruhi adalah umur dan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri.
Peningkatan terjadinya heat stroke karena kegagalan sistem termoregulasi. Kemajuan ke
kena panas terlampau kuat mungkin terjadi melalui kegagalan system termoregulasi dan
perubahan ekspresi dari HSPs.

2.2.6 Efek Heat stroke

Heat stroke dapat menyebabkan efek terhadap organ lain seperti paru-paru yaitu

18
pasien dengan heat stroke biasanya terkena tachypnea dan hyperventilation yang
disebabkan oleh rangsangan CNS yang bersifat langsung, acidosis, atau hypoxia. Hypoxia
dan cyanosis sehubungan dengan sejumlah proses, meliputi atelectasis, pulmonary
infarction, pneumonia, dan pulmonary edema. Selain itu pengaruh pada hepar yaitu pada
pasien heat stroke terjadi cedera hepatic, meliputi penyakit kuning. Fulminant hepatic
terjadi biasanya disertai dengan encephalopathy, hypoglycemia, dan penyumbatan
intravascular (DIC).

Gagal ginjal akut (ARF) adalah satu komplikasi dari heat stroke dan berhubungan
dengan hypovolemia, denyut jantung rendah dan myoglobinuria sehubungan dengan
rhabdomyolysis. Pada pasien sering terjadi oliguria dan terjadi perubahan warna dari air
seni. Rhabdomyolysis adalah satu komplikasi dari EHS dan otot bisa menjadi kaku dan
pincang, selain itu gastrointestinal hemorrhage sering terjadi pada pasien heat stroke.

2.2.7 Pengobatan Heat stroke

……Pengobatan yang utama adalah menggantikan cairan yaitu rehidrasi untuk


menggantikan garam yang hilang. Cairan dan garam yang hilang melalui keringat bisa
digantikan dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang agak asin, misalnya jus
tomat yang diberi garam atau kaldu daging yang dingin. Minuman yang diperjualbelikan
juga ada yang mengandung ekstra..garam (gatorade). Jika memang harus melakukan
kegiatan di dalam lingkungan yang panas, sebaiknya minum banyak cairan dan dinginkan
kulit dengan membasahinya dengan air dingin. Jika korban sadar, berikan sedikit-sedikit
minuman bergaram (dibuat dengan menambahkan 1 sendok teh garam ke dalam 0,9 L air).
Berikan setengah cangkir setiap 15 menit. Jika tidak ada minuman bergaram, bisa
diberikan..air..putih..saja atau.cairan..diberikan..melalui..infus.

……Akan lebih baik bila korban dipindahkan ke ruangan yang dingin dan dibaringkan
mendatar atau..dengan..posisi..kepala..yang..lebih..rendah. Membasahi kulit korban dengan
pakaian basah atau langsung dengan air dan gunakan kipas angin untuk menurunkan suhu
tubuhnya. Jangan menggunakan obat gosok yang mengandung alkohol. Berikan kompres

19
dingin pada leher.dan..ketiak..korban.

…..Untuk kram otot (heat cramp) diberikan minuman bergaram dan pijat-pijat otot yang
terkena secara lembut dan..perlahan..sampai..mengendur. Setelah rehidrasi, korban
seringkali segera pulih total. Jika setelah pengobatan tekanan darah tetap rendah dan
denyut..nadi..tetap..lambat..selama..lebih..dari..satu..jam,.maka..perlu..dicurigai..adanya..kel
ainan..yang..lain.
…...Heat stroke merupakan suatu keadaan gawat darurat dan harus segera dilakuan
tindakan penyelamatan. Jika penderita tidak dapat segera dibawa ke rumah sakit, sebaiknya
dibungkus dengan seprei atau pakaian dingin, rendam atau siram dengan air dingin atau
dinginkan dengan es..batu. Di rumah sakit, suhu tubuh dipantau terus menerus untuk
menghindari pendinginan yang berlebihan. Penderita mungkin perlu mendapatkan obat-
obatan..untuk..mengatasi..kejang. Setelah mengalami heat stroke, dianjurkan untuk
menjalani istirahat selama beberapa hari. Suhu tubuh mungkin akan turun naik secara
abnormal selama beberapa minggu.

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Sistem termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk


mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat diterima oleh tubuh.
Hipotalamus berperan mengatur sistem termoregulasi tubuh dan merupakan pusat integrasi

20
utama untuk memelihara keseimbangan energi dan suhu tubuh. Suhu berpengaruh kepada
tingkat metabolism. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis,
enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya. Jika suhu tubuh
meningkat sampai 40-410C yang menyebabkan perasaan seperti terbakar. Penderita bisa
mengalami disorientasi (bingung) dan bisa mengalami penurunan kesadaran atau kejang.
Gangguan sistem termoregulasi tubuh akibat terjadinya ketidakseimbangan antara panas
yang diserap dan dikeluarkan tubuh yang akan menyebabkan heat illness, salah satunya
adalah heat stroke.
Heat stroke adalah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal, yang terjadi akibat
terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, yang menyebabkan penderita tidak dapat
mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Hal ini merupakan
gangguan sistem termoregulasi pada tubuh manusia karena tidak terdapat keseimbangan
antara penyerapan dan pelepasan dan pelepasan panas. Jika terjadi dehidrasi dan dan
penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk mendinginkan tubuhnya,
maka suhu tubuh bisa meningkat sampai pada tingkat yang berbahaya, sehingga terjadi
heatstroke. Jadi peningkatan terjadinya heat stroke akibat dari kegagalan sistem
termoregulasi

3.2 SARAN

Dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA, yang perlu kita lakukan adalah


memperkuat keimanan, memilih lingkungan pergaulan yang sehat. Komunikasi keluarga

21
yang baik juga diperlukan dengan mengenal baik ciri-ciri anak yang mempunyai risiko
tinggi akan menggunakan zat, termasuk mereka yang telah berada dalam masa pubertas
yang emosinya sangat labil. Orang tua juga harus segera memberikan dukungan moril jika
anak mengalami atau menghadapi masa krisis dalam hidupnya serta melarang anak mereka
untuk merokok, karena rokok adalah pintu masuk NAPZA.
Guru atau pembimbing juga sangat berperan untuk membimbing mereka sejak dini
dalam rangka pengembangan kepribadian, pendewasaan pribadi, meningkatkan kemampuan
dalam mengambil keputusan yang bijak, mengatasi tekanan mental secara efektif,
meningkatkan kepercayaan diri, dan meningkatkan komunikasi interpersonal. Salah satu
caranya adalah dengan program latihan ketrampilan psikososial. Selain itu orang tua dan
pembimbing mengajarkan suatu ketrampilan untuk menghadapi problema hidup umum
termasuk merokok dan menyalahgunakan zat kepada remaja. Ketrampilan itu akan
menumbuhkan kemampuan mereka untuk menolak suatu ajakan (say "no to drug") serta
mengembangkan keberanian dan ketrampilan untuk mengekspresikan pendapat sehingga ia
terbebas dari bujukan atau tekanan kelompoknya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budi Riyanto. 2002. Pengaruh Narkotika terhadap Susunan Saraf Pusat. Cermin

22
Dunia Kedokteran. 135. hal: 14-16
2. Sardjono, Santoso dan Hadi Rosmiati D. Farmakologi dan Terapi, bagian
farmakologi FK-UI, Jakarta, 1995. hal: 189-206.
3. Martini FH. Fundamental of Anatomy and Phisiology. 2001. 5th ed. New Jersey:
Prentice Hall.pp. 178-180.
4. Wynsenberghe. 1995. Human Anatomi and Physiologi. 3th ed. Philadelphia, Mc.
Graw Hill. pp. 416-417.
5. Br. J. clin. 1991. Mechanism of Diuretic Action of Spiradoline (U-62066E) a Kappa
Opioid Receptor Agonist in the Human. Pharmacy. 32: pp. 611-615.
6. Kane, Brian et all. Molecular Recognition of Opioid Receptor Ligands. The AAPS
Journal. 2006. 8 (1): pp. 126
7. James JIKA, Chavkin C, Goldstein J. Selectivity of Dynorphin for Kappa Opioid
Receptors. Life Sci. 1982. 31 (12/13):pp. 1331-4.
8. Yordania BA, LA Devi . 1999. G-Protein Receptor and Heterodimerization
Modulates Receptor Function. Nature .399 (6737): pp. 697-700.
9. Jonathan P. Britt1 and Daniel S. McGehee. Presynaptic Opioid and Nicotinic
Receptor Modulation of Dopamine Overflow in the Nucleus Accumbens. The J of
Neurosci. 2008. 28 (7): pp. 1672–1681.

10. Metcalf MD, Coop A.  Kappa Opioid Antagonist: Past Successes and Future
Prospects. AAPS Journal. 2005; 7(3): pp. E704-E722. 
11. Latief, Suryadi, dan Dachlan, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi II, Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UI, Jakarta, Juni, 2001, hal ; 77-83, 161.
12. MJ Neal. At a Glance Farmakologi Medis. 5th ed. Jakarta: Erlangga Medical
Series.2000: pp. 62-69
13. Moris A, MD, and Stephanie Glass. Buthorpanol A Study in Problem of current
drug information and control. Neurology. 1997. 48: pp.1156-1160.

23

You might also like