Professional Documents
Culture Documents
1
Bab I Pendahuluan
2
Bab II
Pembahasan
3
yang tidak terbatas pada adat kebiasaan dan sopan santun saja, tetapi juga nilai-
nilai keagamaan, keadilan, estetik dan nilai-nilai intelektual dalam bentuk-bentuk
sesuai dengan perkembangan remaja. Dengan sendirinya, mereka akan belajar
tentang moral dari orang-orang dan keadaan di sekelilingnya.
Berkembangnya kejiwaan dan intelektual membuat keyakinan moral lebih
terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul
sebagai kekuatan moral yang dominan. Penilaian moral menjadi semakin kognitif
sehingga mereka terdorong untuk berani mengambil keputusan dari bebagai
masalah yang dihadapinya dengan lebih mengesampingkan sifat egisentris yang
juga melibatkan emosi (Sunarto, 1999:171).
Menurut Furter(1965), kehidupan moral merupakan problematik yang
pokok dalam masa remaja. Maka perlu kiranya untuk meninjau perkembangan
moralitas ini mulai dari waktu anak dilahirkan, untuk dapat memahami, mengapa
justru pada masa remaja hal tersebut menduduki tempat yang sangat penting. Ada
3 tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg, yaitu:
I. Pra-konvensional
II. Konvensional
III. Post-konvensional
Tingkatan tersebut diawali dari stadium nol dimana anak menganggap baik apa
yang sesuai dengan permintaan dan keinginannya.
Tingkat I : Pra-konvensional
Pada stadium 1,anak menganggap baik dan buruk atas dasar akibat yang
ditimbulkannya berupa kepatuhan dan hukuman atas kekuasaan yang tidak bisa
diganggu gugat. Misalnya, jika anak tidak mau belajar maka dia tidak akan
diijinkan untuk bermain dengan temannya.
Pada stadium 2, anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada
di luar dirinya atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap
kejadian dapat dipandang dari berbagai sisi yaitu sisi manfaat dan kerugiannya.
Tingkat II : Konvensional
4
Pada stadium 3, anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak
memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak
baik oleh orang lain.
Pada stadium 4, anak merasakan bahwa perbuatan baik yang diperlihatkan bukan
hanya agar dapat diterima lingkungan, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut
mempertahankan aturan atau norma sosial, contohnya seorang remaja yang mulai
belajar menghormati orang yang lebih tua dengan bersikap ramah dan santun.
Tingkat III : Post-konvensional
Pada stadium 5, remaja menyadari adanya hubungan timbal balik antara dirinya
dengan lingkungan sosial melalui kata hati yang dirasakannya. Maksudnya, jika
dia menjalankan kewajibannya sebagai anggota masyarakat maka lingkungan aka
memberikan perlindungan dan rasa nyaman padanya.
Pada stadium 6 (Prinsip Universal), remaja mengadakan penginternalisasian
moral yaitu remaja melakukan tingkah laku moral yang dikemudikan oleh
tanggung jawab batin sendiri, menjadikan penilaian moral sebagai nilai-
nilaipribadi yang tercermin pada tingkah lakunya.
Perkembangan nilai, moral dan sikap dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
semuanya dimulai sejak manusia berada dalam kandungan. Janin memiliki
hubungan batin yang erat dengan orang tuanya terutama ibu sehingga merespon
persaan yang dirsakan orang tuanya. Jadi moral anak yang akan lahir dapat
dipengaruhi oleh perilaku orang tuanya selama anak tersebut berada dalam
kandungan.
Ketika anak berada dalam masa perkembangan, pembentukan moralnya
dipengaruhi oleh lingkungannya. Dimulai dari lingkungan keluarga, dimana orang
tua mengenalkan nilai-nilai sederhana seperti kesopanan terhadap ayah dan ibu.
Saat pergaulan anak tersebut makin luas pada usia remaja, dia akan mengenal
lebih banyak nilai-nilai kehidupan melalui kejadian-kejadian di sekitarnya.
Remaja terdorong untuk mengidentifikasi peristiwa yang dialaminya sehingga
dapat membedakan sikap mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk
dilakukandan akhirnya akan menentukan bagaimana moral yang dimilikinya.
Contohnya, dia dapat menimbang apakah membolos itu merupakan perbuatan
5
baik atau tidak. Dapat dikatakan bahwa lingkungan adalah faktor yang paling
penting bagi perkembangan nilai, moral dan sikap remaja yang seiring dengan
pematangan kepribadian remaja tersebut.
Pengertian moral dan nilai pada anak-anak umur sepuluh atau sebelas tahun
berbeda dengan anak-anak yang lebih tua (dewasa). Pada anak-anak terdapat
anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak untuk dipatuhi karena
diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi. Pengertian
mengenal aspek moral pada anak-anak yang lebih besar itu lebih lentur dan nisbi.
Ia bisa menawar atau minta mengubah sesuatu aturan kalau disetujui oleh semua
orang.
6
dan moral sebagai pendukung sikap dan perilakunya. Jadi mungkin terjadi
7
individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral, dan serta
tingkah laku.
Perwujudan nilai, moral, dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Tidak
semua individu mencapai pengembangan nilai-nilai hidup, perkembangan
moraldan tingkah laku seperti yang diharapkan. Adapun upaya-upaya yang dapat
dilakukan dalam mengembangkan nilai,moral dan sikap remaja adalah berikut:
8
Bab III
Penutup
Kesimpulan
1. Nilai adalah suatu ukuran atau parameter terhadap suatu obyek tertentu.
2. Moral adalah adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
3. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
4. Biasanya seseorang bersikap sesuai dengan nilai dan moral yang diyakininya,
sehingga kebenaran dan kesalahan tidak bisa dinilai secara mutlak oleh masing
- masing individu
Rekomendasi
Pembelajaran nilai, moral, dan sikap yang efektif di mulai dari lingkungan
yang paling kecil, yakni keluarga. Pada saat itu otak anak berkembang optimal
yakni usia 0 - 3 tahun, anak akan mampu merekam semua kejadian di sekitarnya
secara optimal, bahkan akan membekas sampai ia dewasa. Pembelajaran tersebut
harus dilakukan secara kontinyu yang diawali dari lingkugan keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Langkah kontinyu tersebut antara lain :
Pendekatan kepada anak
Pendampingan yang dimaksud disini adalah berasal dari lingkungan sekitar, yang
9
usianya tidak jauh berbeda, karena seseorang yang menginjak usia remaja,
biasanya lebih mendengarkan orang yang lebih tua namun bukan orang tua. Selain
itu biasanya seorang pamong, akan lebih dekat dan lebih memahami karakter dan
kepribadian orang yang diampunya. sehingga pembelajaran nilai dan
moral tersebut akan lebih efektif.
1
0