You are on page 1of 18

2.

Populasi dan jenis ternak ruminansia (ST) yang ada pada masing-masing kecamatan di

kabupaten Lima Puluh Kota

3 Ketersediaan pakan berdasarkan proporsi lahan pertanian tanaman pangan, perkebunan,

dan limbah basil pertanian yang dihasilkan dari luas panen (ton Bahan kering/Ha/Th).

4. Ketersediaan tenaga kerja berdasarkan Rumah Tangga Peternak (RTP) usaha sapi potong

dan kemampuan untuk memelihara sapi potong (TKSP/Th).

Sam TKSP (tenaga kerja setara pria) : satu orang tenaga kerja pria dewasa yang bekerja 8

(delapan) jam per hari. satu orang tenaga kerja wanita dewasa sama dengan 0,8 TKSP

dan satu orang tenaga kerja anak-anak sama dengan 0,5 TKSP.

33.1bAnalisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam Tabel, Gambar dan

Grafik. Beberapa analisis yang digunakan meliputi :

1.Analisis Location Quation (LQ)

Analisis LQ digunakan untuk mengetahui wilayah Basis atau non Basis sapi potong di

kabupaten Lima Puluh Kota. Metode LQ dirumuskan sebagai berikut : LQ = Si / Ni

Keterangan :

Si : Rasio antara populasi ternak sapi potong (ST) wilayah tertentu dengan jumlah

penduduk diwilayah yang sama

Ni : Ratio antara populasi ternak sapi di kabupaten Lima Puluh kota dengan jumlah

penduduk di kabupaten yang sama

LQ > I merupakan daerah basis peternakan sapi potong

LQ < 1 merupakan daerah non basis petemakan sapi potong


2.Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR)

Perhitungan KPPTR, merujuk pada metode Nell dan Rollinson (1974). Persa¬mdan yang

digunakan adalah :

1. PSML = a LG + b PR + c R

dimana,

PSML Potensi maksimum (dalam satuan ternak = ST) berdasarkan sumberdaya

iahan.

LG Lahan garapan tanaman pangan (Ha) yaitu hasil penjumlahan dari luas

lahan sawah (sawah basah dan kering), tanah tegalan dan ladang.

a :Koefisien antara populasi ternak mminansia (ST) dengan leas lahan garapan

(Ha).

PR : Luas padang rumput (Ha)

b : Koefisien kapasitas tampung padang rumput

R : Luas Rawa (Ha)

c : Koefsien kapasitas tampung rawa (ST/Ha)

2. PMKK = d KK dimana,

PMKK : Potensi maksimum (ST) berdasarkan kepala keluarga petani KK : Kepala

keluarga petani termasuk buruh tani

d : Koefisien satuan ternak (ST) yang dapat dipelihara oleh satu keluarga

3.KPPTR (SL) = PMSL - POPRIL dimana,

KPPTR (SL) : Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (ST) berdasar¬kan

sumberdaya lahan.
POPRIL : Populasi riil ternak ruminansia (ST) pada tahun tertentu

4.KPPTRP (KK) : PMKK - POPRIL dimana,

KPPTR (KK) : Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (ST) berda¬sarkan

kepala keluarga petani

5.KPPTR Efektif : KPPTR (SL), jika KPPTR (SL) < KPPTR (KK)

6.KPPTR Efektif : KPPTR (KK), jika KPPTR (KK) < KPPTR (SL)

KPPTR Efektif ditetapkan sebagai kapasitas peningkatan populasi temak ru¬minansia

disuatu wilayah kecamatan tertentu, yaitu KPPTR (SL) atau KPPTR (KK) yang

mempunyai nilai lebth kecil atau dengan kata lain KPPTR yang berlaku sebagai kendala

efektif (binding constraint).

KPPTR untuk Kabupaten dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut : - n

7.KPPTR Ef, = KPPTR Efi

i = 1, 2, 3……………..n

KPPTR Ef : KPPTRP Efektif untuk kabupaten

KPPTR Efi : KPPTRP Efektif untuk kecamatan

33.2 Tahap Dua ; Analisis Program Pengembangan Usaha Sapi Potng di Kecamatan

Limbur lubuk Mengkuang dan Kecamatan Jujuhan

Tujuan Penelitian tahap dua, untuk mrnanalisi dan merndapatakan informasi

detail program pengembangan usaha yang telah atau sedang dilakukan di

beberapawilayah pengembangan sapi potong.

Berdasarkan hasil penelitian tahap satu ditetapkan lokasi sampel pengembangan

sapi potong untuk digunakan secara Purpusive berdasarkan beberapa pertimbangan

antara lain :
a. Hasil penenlitian tahap satu , Di Kecamatan Limbur Lubuk Mrngkuang didapat 3

desa yakni Tuo Lubuk Mengkuang, Pauk AgungDesa Baru Lubuk Mengkuang,

dan di Kecamatan Jujuhan.

b. Rencana tata ruang Wilayah (RT/RW) Kecamatan Limur Lubuk Mengkuang Dn

Kecamatan Jujuhan

c. Kebijakan dan penyebaran / pengembangan ternak sapi potong yang dilakukan

oleh pemda

3.3.2 a . Responden Penelitian

Dari Dua Kecamatan yang dipilih SD petani sebagai responden yang statusnya

anggota kelompok tani, dan masing- msaing 25 responden dari kecamatan Limbur Lubuk

Mengkuang dan 25 responden dari Kecamatan Jujuhan.

3.3.2.b Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati meliputi :

1.Karakteristik peternak program pengembangan. Karakteristik peternak ,terdiri

atas : umur, tingkat pendidikan, pekerjaan utama, jumlah anggota keluarga, jumlah ternak

sapi yang dipelihara, pengalaman beternak. Perilaku peternak (pengetahuan, sikap dan

keterampilan) dan motivasi usaha (tujuan dan alasan mengikuti program pengembangan,

ada tidaknya dukungan dan keinginan mengembangkan usaha).

2.Kelembagaan : Kelompok peternak (peran kelompok dalam mencapai tujuan program),

lembaga penyuluhan (peran penyuluh dalam mencapai tujuan program), lembaga

keuangan, dan lembaga pemerintah (peran lembaga petne¬rintah dalam hal pencapaian

tujuan program). Sarana dan prasarana : Keterse¬diaan fasilitas untuk pengembangan


usaha sapi potong, seperti Pos Keswan, Pos IB (petugas dan semen beku), petugas

penyuluh, sarana transportasi, pasar temak, RPH.

3.Teknologi budidaya; penerapan teknologi dalam pembibitan/reproduksi, pa¬kan,

tatalaksana pemeliharaan, dan pengendalian penyakit.

4.Tatalaksana pemeliharaan sapi potong (Bibit/reproduksi, pakan, tatalaksana

pemeliharaan, pencegahan/pengobatan penyakit).

S. Produktivitas ternak sapi potong (struktur populasi temak didaerah peneli

nan, tingkat kelahiran, tingkat kematian anak, afkir induk/pejantan/dara)

6.Karakteristik usahatani (lua.s tanam, pola tanam, tenaga kerja, modal, sarana produksi

yang digunakan, basil yang diperoleh)

7.Sistem pemasaran usahatani-temak]

3.3.2 c. Analisis Data

Data yang diperoleb di analisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran tang

karakteristik peternak yang tercet-dalam program pengembangan, implementasi program,

identifikasi kendala-kendala yang dihadapi dan solusi alternatif. Atuk mengetahui

gambaran tentang motivasi, dan penguasa i teknologi budidaya

gunakan uji Mann-Whitney dan Kruskal Wallis (Siegel 1 97).

Motivasi beternak sapi potong dinilai berdasarkan skor dari jawaban respon terhadap 25

pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner (Lampiran 5). Kisaran skor antara 25 sampai

50 (masing-masing jawaban mempunyai nilai 2 untuk


jawaban ya, dan 1 untuk jawaban tidak). Total skor antara 41-50 menunjukkan -ntivasi

yang kuat, 31-40 menunjukkan motivasi cukup, kurang atau sama dengan 30

inenunjukkan motivasi kurangdalam pengembangan usaha sapi potong.

Perilaku peternak yang diamati, terdiri dari pengetahuan, sikap dan keteram¬pilan

beternak sapi sapi potong. Perilaku memiliki total skor antara 20 sampai 100 yang

diperoleh dari 20 pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner (Lampiran 5). masing-

masing jawaban memiliki skor antara 1 hingga 5 (skor 5 sangat setuju, 4 setuju, 3 ragu-

ragu, 2 tidak setuju, 1 sangat tidak setuju). Total skor 81-100 menun¬jukkan perilaku

baik, 61-80 menunjukkan perilaku cukup, 41-60 menunjukkan peri¬laku kurang, dan

kecil atau sama dengan 40 menunjukkan perilaku sangat kurang.

Teknologi budidaya yang dinilai adalah dalam hal pembibitan, pakan, tatalaksana

pemeliharaan, dan pengendalian penyakit. Penguasaan teknologi budidaya memiliki total

skor antara 20 sampai 100 dari 20 pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner (Lampiran

5). Total skor antara 81-100 menunjukkan bahwa responden menguasai teknologi

budidaya, total skor 61-80 responden cukup menguasai tekno¬ogi budidaya, total skor

41-60 kurang menguasai, dan total skor sama atau kurang dan 40 tidak menguasai

teknologi budidaya.

Untuk menghitung tingkat Penggunaan sumberdaya yang ada ditingkat petani

digunakan Program Linier (Linier Programming), model umum perencanaan inner

dalam penelitian ini sebagai berikut :


n
Maksimal Z =  Cj,
j i
untuk J = 1, 2 3, .........n

Dimana :

Z = Pendapatan total usaha

Cj = Keuntungan yang diperoleh dari ejis tanaman ke J (Rp/ha)

Xj = Luas optimal dari tanaman ke j

Dengan syarat atau kendala :

m n

Luas Lahan :  ijxj


i l j l
≤ Ai

m n

Tenaga Kerja :  bijxj


i l j l
≤ Bi

m n

Modal :  cijxj
i l j l
≤ Ci Dan xj ≥ 0 untuk j = 1,2,3,....n

Dimana:

Ai : Luas lahan yang tersedia tiap keluarga (ha) pada musim tanam ke-i

Bi : Jumlah tenaga kerja tersedia pada bulan ke-i (HKP/blni Cj : Jumlah modal yang

tersedia dalam satu musim/tahun

a ij :Koefisien input output luas lahan yang diusahakan

b ij : Kebutuhan tenaga kerja pada bulan ke 1 tanaman ke j (HKP/bIn/ha)

C ij : Kebutuhan biaya pada bulan ke-i tanaman ke-j (Rp)

n :Banyaknya tanaman yang diusahakan


m :Banyaknya sumberdaya yang tersedia dan dibutuhkan

Dalam penelitian ini matrik dasar perencanaan linter secara garis besarnya terdiri atas 3

komponen utama, yaitu :

( 1 ) Vektor bans biaya produksi

(2) Vektor kolom aktivitas

-aktivitas produksi pola tanam tanaman pangan

-aktivitas produksi memelihara sapi potong aktivitas menyewa tenaga kerja

-aktivitas pembelian bibit dan sarana produksi

-aktivitas menjual hasil produksitanaman dan temak

(3) Vektor lajur kendala cumber daya

-lahan dan sapi

- tenaga kerja

- modal

Besamya pendapatan petemak dianalisis dan dihitung berdasarkan luas emilikan

lahan dalam kurun waktu satu tahun mehputi ; usahatani tanaman, usaha ternak, dan

kegiatan diluar usa at -ternak. Dalam perhitungan digunakan formula sebagai berikut

(Soekartawi 1995) : Pendapatan peternak diperoleh dan Total Penerimaan (Total Revenue

=TR) dikurangi Total Biaya (Total Cost = TC). Total penerimaan usahatani adalah

perkalian antara total produksi dengan harga jual

n
TR =  yijxPji
i l
Keterangan :

TR : Total Revenue

Yi : Produksi komponen usahatani

Pyi : Harga produksi komponen usahatani 1: 1, 2,3,....n

n : Jumlah komponen usaha tani

Total biaya usahatani adalah seluruh pengeluaran dalam usahatani, yaitu total Bari

biaya tetap (Fixed Cost = FC) dan biaya variabel (Variable Cost = VC). Biaya tetap

adalah pengeluaran usahatani yang tidak tergantung pada besarnya produksi. , Biaya

varabel adalah pengeluaran usahatani yang jumlahnya berubah sesuai dengan besamya

produksi (misalnya bibit, pakan, obat-obatan).

Keterangan :

n
VC :  XiPxi
i l

VC : Variable Cost

Xi : Input yang membentuk variable cost

Pxi : Harga input

i : 1, 2, 3, .....n

n : macam input dari variable cost

Masing-masing komponen usahatani dihitung pendapatannya, kemudian dihitung

kontribusi pendapatan usaha sapi potong dari total pendapatan usaha tani ternak

3.3.3Tahap Tiga, Merumuskan Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong

di kabupaten Lima Pulub Kota


Berdasarkan hasil penelitian Tahap Satu, E diskusi dengan ber¬bagai pihak

terkait, seluruh data dianalisis untuk perumusan stiategi pengembangan usaha sapi potong

di Kabupaten Lima Puluh Kota.

3.3.3 aAnalisis Data

Data dianalisis menggunakan analisis SWOT terhadap faktor internal dan -?sternal yang

dilanjutkan dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk

nentukan strategi prioritasi-uutuk-pengembangan sapi potong. Untuk memperoleh _

nusan program pengembangan dilakukan metode Focus Group Discussion (FGD).

1.Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal dilakukan untuk mengidentifikasi faktor kekuatan dan elemahan

yang ditemui dalam pengembangan sapi potong. Faktor tersebut

menggunakan matriks (Internal Factor Evaluation) dengan langkah bagai berikut (David

2002) :

a. Menentukan faktor kekuatan (Streght)dan kelemahan (weaknessiss)


b. Menentukan derajat kepentingan relatif setiap faktor eksternal (bobot). Penentuan bobot

faktor internal dilakukan dengan memberikan penilaian atau pembobotan angka pada

masing-masing faktor. Penilaian angka bobot adalah : 2 jika faktor vertikal lebih penting

dart faktor horizontal, 1 jika faktor vertikal sama pentingnya dengan faktor horizontal,

dan 0 jika faktor vertikal kurang penting dart faktor horizontal.

c.Memberikan peringkat (rating) 1 sampai 4 pada peluang dan ancaman untuk

menunjukkan seberapa efektif strategi mampu merespon faktor-faktor ekstemal yang

berpengaruh tersebut. Nilai peringkat berkisar antara 1 sampai 4, nilai 4 jika jawaban

rata-rata dart responden sangat baik dan 1 jika jawaban menyatakan buruk.

d. Menentukan skor tertimbang dengan cara mengalikan bobot dengan rating

e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 menun

jukkan bahwa kondisi ekstemal sangat buruk dan nilai 4 menunjukkan

kondisi ekstemal yang sangat baik, rata-rata nilai yang dibobotkan adalah

2,5. Nilai lebih kecil dart pada 2,5 menunjukkan bahwa kondisi ekstemal

selama ini masih lemah, sedangkan nilai lebih besar dart 2,5 menunjukkan

kondisi ekstemal kuat.

2. Analisis Faktor Eksternal

Analisis faktor ekstemal digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor sebagai

berikut : (1) lingkungan. makro yang terdiri dari kebijakan pemerintah, eko¬nomi social

dan teknologi, (2) lingkungan mikro yang terdiri dan pesaing, kreditur, pelanggan,

kondisi pasar, tenaga kerja, bahan baku produksi, serta (3) lingkungan usaha berupa

hambatan usaha, kekuatan pembeli, dan adanya produk substitusi. Hasil analisis ekstemal
digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada, dan strategi untuk

mengatasi ancaman dan memanfaatkan peluang yang ada dalam Pengembangan sapi

potong Tahapan dalam mengevaluasi faktor eksternal sesual prosedur David (200 )

sebagai berikut :

a.Menentukan faktor utama yang berpengaruh penting pada kesuksesan dan kegagalan

usaha yang mencak-up peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan melibatkan

beberapa responden terbatas

b. Menentukan derajat kepentingan relatif setiap faktor eksternal (bobot). penentuan bobot

faktor internal dilakukan dengan memberikan penilaian atau pembolvtan angka pada

masing-masing faktor. Penilaian angka bobot adalah : 2 jika faktor vertikal lebih penting

dari faktor horizontal, 1 jika faktor vertikal sama pentingnya dengan faktor horizontal,

dan 0 jika faktor vertikal kurang penting dan faktor horizontal.

c. Memberikan peringkat (rating) 1 sampai 4 pada peluang dan ancaman untuk

menunjukkan seberapa efektif strategi mampu merespon faktor-faktor eksternal yang

berpengaruh tersebut. Nilai peringkat berkisar antara 1 sampai 4, nilai 4 jika jawaban

rata-rata dari responden sangat baik dan 1 jika jawaban menyatakan buruk.

d. Menentukan skor tertimbang dengan cara mengalikan bobot dengan rating

e.Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 menun¬jukkan bahwa

kondisi eksternal sangat buruk dan nilai 4 menunjukkan kondisi eksternal yang sangat

baik, rata-rata nilai yang dibobotkan adalah 2,5. Nilai lebih kecil dari pada 2,5

menunjukkan bahwa kondisi eksternal selama ini masih lemah, sedangkan nilai lebih

besar dari 2,5 menunjukkan kondisi eksternal kuat.

3. Analisis SWOT (SWOT analysis)


Untuk menentukan alternatif strategi pengembangan usaha sapi potong digu

nakan analisis SWOT yang merupakan lanjutan dan analisis IFE dan EFE. Perumus- Af#,

an alternatif strategi dilakukan dengan menggabungkan antara dua faktor internal

(kekuatan dan kelemahan) dengan faktor ekstemal (peluang dan ancaman), sehingga

dilaksanakan ; (a) strategi S-0 menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, )

(b).strategi W-0 mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang, (c) strategi S-T

menggunakan kekuatan dan meng,hindari ancaman, dan (d) strategi W-T mengatasi

emahan dan menghindari ancaman

4. Analitik Hierarki Proses (AHP)

Analisis ini bertujuan untuk menentukan prioritas strategi, dari beberapa ternatif strategi

yang didapat dari analisis SWOT, langkah-langkah yang dilakukan ni1P,11 sebagai

berikut

a.Mengidentifikasi dan merumuskan masalah dalam bentuk hierarki

(dekomposisimasalah).

b.Penilaian/perbandingan elemen

Membuat penilaian tentang kepentingan relatif antara elemen pada suatu tingkat tertentu

(horizontal) dan dengan tingkat di atasnya (vertikal). Dalam melakukan

penilaian/perbandingan rnenggunakan skala dari /sampai dengan 9. Jika alternatif A dan

B dianggap sama (indifferent), maka A dan B masing-masing diberi nilai 1, jika A lebih

baik/lebilt disukai dari B, maka A diberi nilai 3 dan B diberi nilai 1/3. Jika A jauh lebih

disukai dari pada B, maka A diberi nilai 7 dan B diberi nilai 1/7. Skala penilaian tersebut

disajikan
pada Tabel 4.

Skala Urutan kepentingan


I Sama pentingnya (equal importance)
3 Sedikit lebih penting (slightly more importance)
5 Jelas lebih penting (materially more importance)
7 Sangat jelas lebih penting (significantly more impor-
tance)
9 Mutlak lebih penting (absolutely more importance)
2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara 2 nilai yang berdekatan
1/(1-9) Kebalil*nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9
Sumber : Saaty (2401)

Pengolahan Horisontal. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada peng¬olahan

horizontal adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan vektor eigen (VE) dengan rumus

VEi = N II I = 1,2, ...... n i=1

VEi = Vektor eigen


n

 VBi
i l
maX  .....

VA = Vektor antara VB = Nilai eigen

 maxs = Nilai eigen maksimum

4. Perhitungan indeks konsistensi (CI) dengan mmus : X maxs - n

 chIJ (T , I  L) xVW (i  l )
T 1

Keterangan : RI adalah indeks acak (Random Indeks)

Nilai CR yang lebih kecil atau sama dengan 0,10 merupakan nilai yang mem

punyai tingkat konsistensi baik.

Pengolahan Vertikal. Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prio¬ritas setiap


elemen pada tingkat hirarki keputusan terhadap sasaran utama (ultimate goal).
Perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut

CV = E CH ij (t, i –1)x VVV t (1-1)

t=1

Untuk : = 1,

j = 1,

t = 1, 2, 3

2, 3,

2, 3 ...... p

...... r

....... s
Keterangan

CVij : Nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran
utama

CH ij (t, i-1) : Nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap elemen
ke-t pada tingkat diatasnya (i-1) yang diperoleh dari ha¬sil pengolahan horisontal

VW t (1-1) : Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-1 ) terha¬dap
sasaran utama, yang diperoleh dari basil pengolahan vertikal.

P : Jumlah tingkat hirarki keputusan

R :Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i

S : Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-1)

c.Sintesis Penilaian

Sintesis penilaian merupakan penjumlahan dari bobot yang diperoleh setiap alternatif
pada masing-masing kriteria.

n
Bop =  boij * bc1
i l

bopi = nilaifbobot untuk alternatif ke-i

Dengan membandingkan nilai yang diperoleh masing-masing alterna¬tif, prioritas


dapat disusun berdasarkan besarnya nilai tersebut. Semakin tinggi nilai suatu alternatif,
semakin tinggi prioritasnya dan sebaliknya.

Secara rinci tahapan penelitian yang dilakukan disajikan pada Gambar 4 ber

You might also like