You are on page 1of 63

UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktikum

1.1.1 Latar Belakang Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki

Dalam kehidupan selalu saja timbul persoalan, baik itu persoalan pribadi,
organisasi, perusahaan, dan sebagainya. Dalam setiap persoalan tersebut pasti ada jalan
keluarnya, namun apakah jalan keluarnya tersebut memperbaiki persoalan tersebut atau
malah sebaliknya. Jalan keluar tersebut berupa keputusan tindakan yang akan
menyelesaikan persoalan tersebut. Dari satu persoalan dapat menghasilkan beberapa
alternatif keputusan yang dihasilkan. Dari beberapa alternatif itulah, kita memilih
keputusan yang paling baik untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Dalam suatu persoalan, lebih baik jika kita mencoba untuk menguraikan
persoalan tersebut menjadi beberapa entitas. Hal ini dapat membantu dalam melakukan
pemecahan permasalahan menjadi lebih sederhana. Penyederhanaan ini dilakukan agar
persoalan tersebut menjadi lebih terstruktur dan terintegrasi. Selain itu, penyederhanaan
ini akan mempermudah dalam memecahkan persoalan yang sedang dihadapi.
Agar persoalan tersebut dapat menjadi lebih sederhana, pertama kita tentukan
dahulu tujuan dari pemecahan persoalan tersebut. Kemudian, kita tentukan pembatas-
pembatas dari persoalan tersebut agar persoalan tidak menjadi lebih besar. Dalam
pemecahan persoalan kita juga memerlukan kriteria-kriteria dalam persoalan tersebut.
Setelah itu kita tentukan alternatif-alternatif yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang
telah kita tentukan.
Dalam penyusunan keputusan atas pemecahan persoalan yang kita hadapi, kita
memerlukan beberapa hal penting, yaitu perspektif yang merupakan cara pandang kita
dalam melihat suatu persoalan. Hirarki, dimana persoalan tersebut dipecah menjadi
beberapa elemen-elemen yang disusun dari satu tingkat ke tingkat yang lain. Tujuan,
maksudnya adalah suatu persoalan memiliki tujuan untuk mengetahui apa yang menjadi
inti dalam persoalan tersebut. Model mental yang ada dalam pemikiran kita yang
mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati, dan bertindak. Serta rasionalitas, dimana
kita dihadapkan pada konsekuensi logis dari cara kita melihat, mengamati, dan bertindak
dalam menghadapi persoalan tersebut.
1.1.2 Latar Belakang Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

Decision Support System 1


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Dunia merupakan suatu sistem yang kompleks dimana elemen-elemen di


dalamnya saling berinteraksi. Dalam sistem dunia yang kompleks ini tentunya banyak
persoalan yang harus kita tanggulangi. Untuk menangani persoalan sosial, ekonomi, dan
politik yang tidak terstruktur kita perlu menyusun tahapan-tahapan dalam menyelesaikan
persoalan tersebut dan perlu menetapkan tujuan kita dalam menyelesaikan persoalan
tersebut.
Begitu pula dalam organisasi atau perusahaan. Setiap organisasi atau perusahaan,
mereka memiliki persoalan-persoalan. Dalam membantu pengambilan keputusan yang
harus diambil untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi di perusahaan, kita dapat
menggunakan proses hirarki analitis. Proses hirarki analitis ini memungkinkan kita untuk
mengambil keputusan yang efektif atas persoalan yang kompleks dengan jalan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan yang kita alami.
Proses hirarki analitis ini adalah memecah-mecah suatu situasi yang kompleks,
tak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponenya, menata bagian atau variabel ke
dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada setiap variabelnya untuk
menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi. Keharusan memberi
nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu para pengambil keputusan untuk
mempertahankan pola-pola pikir untuk mencapai kesimpulan.
Dalam proses hirarki analitis untuk mendapatkan nilai prioritas sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cara menghitung matriks-
matriks. Adapun langkah-langkah dalam penghitungan matriks ini adalah kita
menghitung matriks pembanding, matriks normalisasi, matriks sintesis normalisasi, dan
matriks keputusan. Selain dengan perhitungan matriks, ada juga software yang
menyediakan suatu struktur efektif untuk pengambilan keputusan, yaitu sofware Expert
Choice. Dengan menggunakan software tersebut memudahkan kita dalam pengambilan
keputusan untuk menyelesaikan persoalan.

1.1.3 Latar Belakang Inbound Logistics : Supplier Selection Process

Setiap perusahaan pasti memiliki moda transportasi untuk mendistribusikan


produknya. Dalam mendistribusikan barang, moda transportasi harus melakukan
pelayanannya ke titik tujuan layanan. Titik-titik tujuan layanan adalah tempat-tempat
yang harus disinggahi oleh moda transportasi untuk dapat menyelesaikan tugasnya dalam
suatu jaringan jarak tertentu.

Decision Support System 2


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Selain perusahaan manufaktur, perusahaan supplier juga memerlukan moda


transportasi untuk mengirimkan bahan baku atau barang ke perusahaan manufaktur.
Supplier dalam mengirimkan bahan baku tidak hanya ke satu perusahaan manufaktur,
tetapi ke beberapa perusahaan yang letaknya tidak hanya di satu tempat. Untuk itulah
perlu dibuat jaringan rute perjalanan dalam mengirimkan bahan baku tersebut agar lebih
efisien dan mengurangi biaya pengiriman.
Untuk menyelesaikan masalah pengiriman bahan baku tersebut digunakan
metode yang disebut dengan Travelling Salesman Problem (TSP). TSP adalah metode
dalam menyelesaikan masalah pencarian perjalanan optimal bagi moda transportasi yang
berkeliling mengunjungi tempat-tempat yang perlu disinggahi yang direncanakan dengan
ketentuan setiap tempat hanya dikunjungi satu kali dan moda transportasi harus kembali
ke tempat semula. Rute optimal adalah rute yang memberikan jarak, waktu, dan biaya
total pengiriman terkecil.
Dalam menggunakan metode travelling salesman problem ini dibantu dengan
software Logware. Software ini dapat membantu dalam menentukan rute-rute yang harus
dilalui oleh suatu moda transportasi dalam setiap pengiriman barangnya agar jarak yang
ditempuh tidak terlalu panjang, waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama, dan biaya
pengiriman yang dikeluarkan hanya sedikit.

1.2 Tujuan Praktikum

1.2.1 Tujuan Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki

Dari praktikum ini, praktikan diharapkan mempunyai kemampuan dalam :


1. Memahami konsep pikiran dan dan berpikir sistem bertingkat.
2. Memahami konsep arsitektur kriteria-jamak, penyusunan model pengambilan
keputusan.
3. Memahami konsep penyusunan arsitektur model pengambilan keputusan dan
perencanaan pembobotan pada setiap kriteria dalam model pengambilan keputusan.
4. Memahami penerapan konsep kriteria-jamak, keputusan dan pengambilan
keputusan dalam konteks ilmu logistik.

1.2.2 Tujuan Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

Decision Support System 3


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Dari praktikum ini, praktikan diharapkan mempunyai kemampuan dalam :


1. Memahami konsep arsitektur kriteria-jamak, penyusunan model pengambilan
keputusan.
2. Melakukan perancangan, perencanan penetapan dalam pemilihan lokasi gudang
(atau fasilitas penyimpanan).
3. Memahami konsep penyusunan arsitektur model pengambilan keputusan dan
perencanaan pembobotan pada setiap kriteria dalam model pengambilan keputusan.
4. Memahami penerapan konsep kriteria-jamak, keputusan dan pengambilan
keputusan dalam konteks ilmu logistik
.
1.2.3 Tujuan Inbound Logistics : Supplier Selection Process

Dari praktikum ini, praktikan diharapkan mempunyai kemampuan dalam :


1. Memahami konsep arsitektur kriteria-jamak, penyusunan model pengambilan
keputusan.
2. Melakukan perancangan, perencanaan penetapan dalam penentuan pemasok
tunggal (single supplier policy) untuk memenuhi bahan baku atau kebutuhan lainnya.
3. Memahami konsep penyusunan arsitektur model pengambilan keputusan dan
perencanaan pembobotan pada setiap kriteria dalam model pengambilan keputusan.
4. Memahami penerapan konsep kriteria-jamak, keputusan dan pengambilan
keputusan dalam konteks ilmu logistik.

BAB II

Decision Support System 4


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

LANDASAN TEORI

2.1 Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki

2.1.1 Penyusunan Keputusan dalam Suatu Persoalan

Seperti kita ketahui bahwa dunia ini penuh dengan persoalan yang terus
berkembang dan dinamis sejalan dengan perkembangan peradaban manusia di dunia.
Manusia secara harfiah selalu dihadapkan kepada persoalan-persoalan dalam hidupnya,
dan pada akhirnya akan berakhir dengan sebuah keputusan. Hal ini menjadi sangat
lumrah mengingat dalam mengarungi hidup ini yang menjadi inti kehidupan adalah
bagaimana kita dapat memilih, karena hidup adalah proses dalam memilih suatu pilihan
(life it’s matter of choices).
Dalam menghadapi suatu permasalahan, alangkah baiknya jika kita mencoba
untuk mengurai persoalan-persoalan tersebut menjadi beberapa entitas-entitas dalam
persoalan tersebut. Hal ini akan sangat membantu kita dalam melakukan pemecahan
permasalahan menjadi lebih sederhana dan mudah untuk dibaca dan dipahami oleh kita.
Dengan tetap mempertahankan konteks dari permasalahan tersebut, kita dapat melakukan
penyederhanaan (simplified) bukan membuat sederhana (make it simple). Kedua
persoalan tersebut sangat berbeda, sebab dengan melakukan penyederhanaan bukan
berarti kita membuat persoalan menjadi sederhana dengan menghilangkan konteks dari
persoalan yang ada.
Proses penyederhanaan adalah mencoba untuk menguraikan suatu persoalan
menjadi lebih terstruktur dan terintegrasi. Hal ini akan sangat mempermudah dalam
melakukan pemecahan terhadap persoalan yang kita hadapi. Banyak cara untuk
menyusun dan membuat sebuah struktur suatu permasalahan. Adapun yang menjadi
pokok persoalan adalah bagaimana kita mencoba membuat persoalan yang sangat rumit
dan kompleks menjadi lebih sederhana dengan jalan menguraikan persoalan dengan
konteks yang lebih kecil (breakdown).
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penyususnan struktur keputusan, yaitu
sebagai berikut:
a. Tentukan Tujuan dari pemecahan persoalan yang kita alami. (Goal Setting)
b. Tentukan Pembatas dalam persoalan yang dialami.(Constraint Indentification)
c. Tentukan Kriteria dalam permasalahan yang dialami. (Criteria Empowerment)
d. Tentukan Alternatif-alternatif dalam permasalahan. (Alternatives Development)

Decision Support System 5


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Keempat landasan di atas akan menjadi landasan dalam penyusunan proses


menemukenali permasalahan yang kita hadapi. Jika kita telah selesai menyusun persoalan
yang ada, maka kita akan mendapatkan gambaran tentang persoalan yang sedang atau
akan kita hadapi. Dengan menjalani keempat langkah di atas, maka diharapkan kita dapat
menjelaskan dan memahami persoalan yang coba kita selesaikan.

2.1.2 Penyusunan Arsitektur Keputusan

Dalam menyelesaikan suatu persoalan, kita diharuskan untuk mengetahui


bagaimana mengenal dan mendalami suatu persoalan agar lebih jelas. Penyusunan suatu
persoalan akan dihadapkan pada suatu hasil keputusan yang jelas dan terarah.
Pembangunan arsitektur keputusan ini berdasarkan kepada keempat langkah dalam
penyusunan struktur keputusan seperti di atas. Dalam penyusunan arsitektur keputusan,
kita harus memperthatikan beberapa hal penting sebagai berikut :

1) Perspektif

Perspektif adalah cara pandang kita dalam ”melihat” suatu persoalan. Memang,
dalam memandang suatu persoalan, kita mempunyai bverbagai macam sudut yang
berbeda, walaupun dalam persoalan yang sama. Perspektif adalah salah satu hal yang
sangat penting dalam penyusunan arsitektur keputusan, karena dengan menggunakan
perspektif kita akan lebih mudah dalam menemukenali persoalan yang ada. Perspektif
adalah kemampuan mendasar yang harus dimiliki jika kita mencoba untuk menemukenali
dan memecahkan persoalan.

2) Hirarki

Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipajami kalau kita memecahkan
menjadi beberapa elemen yang menjadi elemen-elemen pokoknya, menyusun elemen-
elemen tersebut secara hierarkis. Kemudian meyusun atau mensitesis pertimbangan kita
tentang relatif pentingnya elemen-elemen tersebut pada setiap tingkat hirarki ke dalam
seperangkat prioritas menyeluruh. Hirarki merupakan alat dasar dari pikiran manusia.
Mereka melibatkan pengidentifikasian elemen-elemen suatu persoalan, mengelompokkan
elemen-elemen itu ke dalam beberapa kumpulan yang homogen, dan menata kumpulan-
kumpulan liner, yang neik atau turun dari satu tingkat ke tingkat yang lain.

Decision Support System 6


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

3) Tujuan

Dalam suatu persoalan, tujuan menjadi arahan dalam proses penyelesaian suatu
persoalan. Coba kita bayangkan, bagaimana suatu persoalan yang tidak mempunyai
tujuan. Jika suatu persoalan tidak mempunyai tujuan, ini akan mengakibatkan persoalan
tersebut menjadi bias dan tidak dapat terselesaikan. Persoalan yang tidak mempunyai
tujuan menyebabkan persoalan akan ”berputar” pada persoalan itu saja. Tujuan menjadi
sangat penting ketika kita mencoba untuk mengetahui apa yang menjadi inti dalam suatu
permasalahan. Oleh karena itu, tujuan dalam suatu penyelesaian permasalahan akan
menjadi panduan (guidance) kita untuk mengarahkan kita dalam penyelesaian akhir dari
suatu permasalahan.

4) Model Mental

Model mental adalah bagian dalam pemikiran kita yang telah ”tertanam”
sedemikian rupa sehingga banyak mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati, dan
bertindak. Hal ini menjadi sangat penting jika kita dihadapkan kepada persoalan yang
sangat kompleks dan terintegrasi. Model Mental sebenarnya dapat dibagi menjadi
beberapa sub bagian yang perlu diketahui :
Model Mental adalah konsistensi internal : adalah keadaaan dimana kita mempunyai
suatu ”nilai” yang akan membatasi kita dalam melihat, mengamati dan bertindak.
Model Mental adalah selalu stabil dan cenderung menolak suatu perubahan : adalah
keadaan dimana kita akan selalu berusaha untuk menolak suatu nilai baru yang coba
melakukan penetrasi terhadap pola pemikiran kita.
Model Mental adalah proses penyederhanaan dari dunia nyata : adalah keadaan dimana
kita melihat, mengamati dan bertindak untuk menanggulangi dan menghadapi dinamika
kehidupan beserta perubahan-perubahannya.
Model Mental kejadian-kejadian yang sering kita pikirkan : adalah keadaan dimana kita
mempunyai kejadian yang selalu ”menempel” dalam pikiran kita yang pada akhirnya
akan mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati dan bertindak.

5) Rasionalitas

Rasionalitas adalah keadaan dimana kita dihadapkan pada suatu konsekuensi


logis dari cara kita melihat, mengamati dan bertindak dalam menghadapi permasalahan di

Decision Support System 7


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

dunia ini. Dengan menggunakan rasionalitas, maka kita akan mencoba untuk selalu
berpikir akan akibat dari semua cara kita dapat melihat, mengamati dan bertindak.
Rasionalitas digunakan dalam penyusunan arsitektur keputusan ini adalah disaat kita
mencoba untuk mendapatkan alternatif-alternatif yang kita bangun dan harus kita pilih.

2.1.3 Contoh Penggunaan Penyusunan Arsitektur Keputusan

Selagi ilustrasi dapat kita lihat contoh berikut ini: seandainya anda adalah
seorang manajer suatu perusahaan yang bergerak di bidang transportasi. Anda
dihadapkan suatu persoalan untuk menentukan jenis dari moda atau alat transportasi yang
harus dipilih untuk mendistribusikan produk anda ke beberapa lokasi tertentu. Berikut ini
adalah proses dalam penyusunan arsitektur keputusan:
1. Tentukan Tujuan dari pemecahan persoalan yang kita alami. (Goal Setting):
Penerapan Metoda Transportasi
2. Tentukan Pembatasan dalam persoalan yang dialami (constaints identification):
Jenis dari Moda Transportasi yang akan dipilih yaitu:
a. Pesawat Udara
b. Kapal Laut
c. Truk
d. Kereta Api
3. Tentukan Kriteria dalam permasalahan yang dialami (criteria empowerment):
faktor-faktor yang mempengaruhi jenis dari moda transportasi tersebut. Untuk lebih
jelasnya dapat kita lihat seperti di bawah ini:
a. Pesawat Udara: Pesawat Rotari, Pesawat Jet dan Helikopter
b. Kapal Laut: Kapal Uap, Kapal Diesel dan Kapal Hovercraft
c. Truk: Truk Diesel dan Truk Bensin
d. Kereta Api: Kereta Api Uap, Kereta Api Diesel dan Kereta Api Listrik
4. Tentukan Alternatif-alternatif dalam permasalahan (alternatives development)
a. Pesawat Udara: Nama-nama perusahaan Penerbangan seperti Merpati
Airlines, Perkutut Airlines.
b. Kapal Laut: Nama-nama perusahaan Kapal Laut.
c. Truk: Nama perusahaan Ekspedisi Muatan Truk
d. Kereta Api: Nama-nama Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL)

Decision Support System 8


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Untuk lebih jelasnya kita harus membangun informasi di saat menjadi sebuah
struktur arsitektur keputusan, seperti dibawah ini:

KAPAL
ROTARI
DIESEL
Nama Perusahaan Pilihan

Nama Perusahaan Pilihan


KAPAL
TRUK KAPAL JET
UDARA

BENSIN
HELIKOPTER

Penentuan Moda
Transportasi

KAPAL UAP KA UAP

KAPAL KAPAL
KERETA API KA DIESEL
DIESEL LAUT

KAPAL
KA LISTRIK
Hovercraft

Gambar 2. 1 Gambar Arsitektur Keputusan

Sebenarnya terdapat perangkat lunak yang dapat digunakan untuk melakukan


proses penyusunan arsitektur keputusan ini yaitu dengan MindMap®, yang dapat anda
gunakan pada komputer masing-masing di laboratorium.

2.2 Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

2.2.1 Pengambilan Keputusan dalam Dunia yang Kompleks

Kompleksitas dan Penanggulangannya


Seperti kita ketahui dunia merupakan suatu sistem yang kompleks dari berbagai
elemen yang berinteraksi. Ekonomi, misalnya bergantung pada energi dan sumber daya
yang lain, ketersediaan energi bergantung pada geografi dan politik, polotik bergantung
pada kekuatan militer, kekuatan militer bergantung pada teknologi, teknologi bergantung
pada ide (gagasan) dan sumberdaya, gagasan bergantung pada politik untuk penerimaan
dan dukungannya, dan seterusnya. Dalam jaringan yang sangat rumit dengan banyak
faktor demikian, sebab-sebab awal dan efek-efek akhir tak dapat identifikasi dengan
mudah.

Decision Support System 9


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Dalam sistem dunia kita yang kompleks, kita dipaksa menanggulangi lebih
banyak masalah dibandingkan kesanggupan kita untuk menanganinya. Untuk menangani
persoalan sosial, ekonomi dan politik yang tidak terstruktur, kita perlu menyusun tingkat
prioritas, menyepakati bahwa dalam jangka pendek, sasaran yang satu lebih penting
daripada sasaran yang lainnya, dan melakukan pertimbangan/pembobotan demi
kepentingan bersama yang terbesar.

2.2.2 Proses Hirarki Analitis

Proses Hirarki Analitis (Analytical Hierarchy Process/AHP) akan memberikan


kerangka dalam mengambil keputusan. Kerangka ini memungkinkan kita dalam
mengambil keputusan yang efektif atas persoalan yang kompleks dengan jalan
menyederhanakan dan mempercepat pengambilan keputusan yang kita alami. Pada
dasarnya, metoda PHA ini adalah dengan memecah-memecah suatu situasi yang
kompleks, tak terstruktur, kedalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau
variabel ini dalam susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif
tentang relatif pentingnya setiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini
untuk menetapkan variabel mana memiliki prioritas lebih tinggi dan bertindak untuk
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
PHA juga menyediakan suatu struktur efektif untuk pengambilan keputusan
secara berkelompok dengan memaksakan disiplin dalam proses pemikiran kelompok itu.
Keharusan memberi nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu para
pengambil keputusan untuk mempertahankan pola-pola pikiran yang kohesif dan mencari
kesimpulan. Selain itu, adanya konsensus dalam pengambilan kelompok memperbaiki
konsistensi pertimbangan dan meningkatkan keandalan PHA sebagai alat pengambilan
keputusan.
Dalam memecahkan persoalan yang kompleks dengan analisi logis eksplisit, ada
tiga prinsip utama yaitu:
1. Prinsip Menyusun Hirarki
2. Prinsip Menetapkan Prioritas
3. Prinsip Konsistensi Logis

1) Menyusun Hirarki

Decision Support System 10


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Manusia mempunyai kemampuan untuk mempersiapkan benda dan gagasan,


mengidentifikasinya dan mengkomunikasikan apa yang mereka amati. Untuk
memperoleh pengetahuan terinci, pikiran kita menyusun realitas yang kompleks ke dalam
bagian-bagiannya lagi, seterusnya secara hirarki.

2) Menentukan Prioritas

Manusia juga mempunyai kemampuan untuk mempersiapkan hubungan antara


hal-hal yang mereka amati, membandingkan membandingkan sepasang benda atau hal
yang serupa berdasarkan kriteria tertentu, dan membedakan kedua anggota pasangan itu
dengan menimbang intensitas preferensi mereka terhadap hal yang satu dibaningkan
dengan yang lainnya. Lalu mereka mensintesis penilaian mereka melalui imajinasi,
memperoleh pengertian yang lebih baik tentang keseluruhan sistem.

3) Konsistensi Logis

Prinsip ke tiga dari pemikiran analitik adalah konsistensi logis. Manusia


mempunyai kemampuan untuk menetapkan relasi antar-objek atau antar-pemikiran
sedemikian sehingga koheren, yaitu objek-objek atau pemikiran itu saling terkait dengan
baik dan kaitan mereka menunjukan konsistensi berarti dua hal.
1. Aspek Kuantitatif : bahwa pemikiran atau objek yang serupa di
kelompokan menurut homogen dan relevansinya. Misalnya, anggur dan kelereng
dapat dikelompokan dalam satu set homogen jika kriteria relevannya adalah
kebulatan, tetapi tidak bila kriterianya adalah rasa. Arti konsistensi yang kedua adalah
bahwa intensitas relasi antara gagasan atau antar objek yang didsar pada suatu kriteria
tertentu, saling membenarkan secara logis. Jadi, jika kemanisan merupakan kriteria
dan madu dinilai lima kali lebih manis gula pasir, sementara gula pasir dua kali lebih
manis dari pada molasa, maka madu harus dianggap sepuluh kali lebih manis dari
pada molasa. Jika madu dinilai lebih manis dari pada molasa maka penilaian menjadi
tidak konsisten dan proses itu barang kali perlu diulang jika ingin diperoleh penilaian
yang lebih akurat.
2. Aspek Kualitatif : untuk mendefinisikan persoalan dan hirarkinya,
dan aspek kuantitatif untuk mengekpresikan penilaian dan preferensi secara ringkas
da padat. Proses itu sendiri dirancang untuk mengintegrasika dua sifat ini. Proses ini
dengan jelas menunjukan bahwa demi pengambilan keputusan yang lebih baik, segi

Decision Support System 11


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

kuatitatif merupakan dasar untuk mengambil keputusan yang sehat dalam situasi
yang kompleks, dimana kita perlu menetapkan prioritas dan melakukan perimbangan.
Untuk menghitung prioritas, kita memerlukan suatu metode praktis untuk
menghasilkan skala bagi pengukuran.

Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan tentang proses hirarki analisis (PHA)
yaitu : suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau
kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan
cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang
dinginkan darinya.

2.2.3 Perancangan Arsitektur Hirarki

Kebanyakan masalah timbul karena kita tidak tahu dinamika internal suatu sitem
secara cukup rinci untuk mengidentifikasi berbagai hubungan sebab-akibat. Kontribusi
yang terpenting dari Proses Hirarki Analisis (PHA) adalah bahwa proses ini
memungkinkan kita untuk menggambarkan keputusan yang praktis, atas dasar
pemahaman “pra-kausal” yaitu atas berbagai perasaan dan pertimbangan kita tentang
pengaruh relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Elemen-elemen hendaknya dibagi dalam kelompok-kelompok yang homogen,
agar dapat dibandingkan secara bermakna terdapat elemen-elemen yang berada setingkat
di atasnya. Satu-satunya pembatasan dalam menata elemen-elemen secara hirarki adalah
bahwa setiap elemen yang berada setingkat diatasnya berfungsi sebagai kriteria untuk
menaksir pengaruh relatif elemen-elemen ditingkat bawah itu.
Hirarki tidak perlu dibuat terlalu atau selalu lengkap, artinya suatu elemen di satu
tingkat tertentu tidak terlalu berfungsi sebagai kriteria bagi semua elemen ditingkat
bawah. Jadi, suatu hirarki dapat dibagi menjadi beberapa sub-hirarki dengan hanya satu
elemen yang sama, yaitu apa yang berada di tingkat tertinggi.

2.2.4 Contoh Perancangan Arsitektur Hirarki

Persoalan memilih mobil, baik yang baru maupun lama, disusun dalam bentuk
hirarki tiga tingkat. Ditingkat dua, berbagai faktor biaya maupun manfaat yang maksuk
dalam pertimbangan pengambilan keputusan dibuat prioritasnya. Kemudian, berbagai
alternatif yang spesifik saling dibandingkan berkenaan dengan setiap faktor di tingkat

Decision Support System 12


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

dua. Prioritas menyeluruh setiap alternatif menunjukan peringkat serta kekuatan


preferensinya menurut pandangan pembeli. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat contoh di
bawah ini :
T i n g k1a: t
M e m i li h M o b i l
Fokus

T i n g k2a: t
H a rg a M o b i l B i a y a P e m e l i h a ra a n K e h em atan B a h an B ak a r K en yam anan Statu s So sial
Fa k to r

T i n g k3a: t
T o y o ta A ltis H o n d a C i ty Z S u zu k i N ew B a len o
A lt e rn a t i f

Gambar 2. 2 Gambar Proses Hirarki Analisis Pemilihan Mobil

2.2.5 Penetapan Rencana Prioritas

Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu


persoalan keputusan adalah dengan membuat pembandingan berpasangan, yaitu elemen-
elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Untuk
pembandingan berpasangan ini, matriks merupakan bentuk yang lebih disukai. Matriks
menguji konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan jalan membuat segala
pembandingan yang mungkin, dan menganalisi kepekaan prioritas menyeluruh terhadap
perubahan dalam pertimbangan.
Untuk memulai proses perbandingan berpasangan ini, mulailah pada puncak
hirarki untuk memilih kriteria C, atau sifat yang akan digunakan untuk melakukan
pembandingan yang pertama. Lalu, dari tingkat tepat dibawahnya, ambil elemen-elemen
yang akan dibandingkan : A1, A2, A3 dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya dapat kita
lihat matriks dibawah ini :
Tabel 2. 1 Tabel Contoh Matriks Penetapan Prioritas

Decision Support System 13


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Dalam matriks di atas, bandingkan elemen A1 dalam kolom di sebelah kiri


dengan elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat pada baris atas berkenaan
dengan sifat C disudut kiri atas. Lalu ulangi untuk elemen kolom A2 dan seterusnya.
Untuk mengisi matriks banding berpasangan itu, kita menggunakan bilangan
untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen di atas yang lainnya, yang sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Tabel berikut ini memuat skala banding
berpasangan. Skala itu mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 yang ditetapkan
bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis disetiap tingkat
hirarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat di atasnya. Untuk lebih jelanya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. 2 Tabel Pertimbangan dalam Membandingkan Pasangan Elemen Sejenis

Intensitas
Definisi Penjelasan
Pentingnya
Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama
1
besar pada kriteria yang ada
Elemen yang satu sedekit lebih Pengalaman dan pertimbangan sedikit

3 penting ketimbang yang lainnya menyokong satu elemen atas yang


lainnya
Elemen yang satu esensial atau Pengalaman dan pertimbangan dengan
sangat penting ketimbang elemen kuat menyokong satu elemen atas
5
yang lainnya elemen yang lainnya

Satu elemen jelas lebih penting Satu elemen dengan kuat disokong dan

7 dari elemen yang lainnya didominasinya telah terlihat dalam


praktek

Satu elemen mutlak lebih penting Bukti yang menyokong elemen yang

9 ketimbang elemen yang lainnya lainnya memiliki tingkat penegasan


tertinggi yang mungkin menguatkan
Nilai-nilai antara diantara dua Kompromi diperlukan antara dua
2,4,6,8
pertimbangan yang berdekatan pertimbangan

Decision Support System 14


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

2.2.6 Langkah-langkah Proses Hirarki Analisis

Untuk dapat melaksanakan proses analisis dengan menggunakan hirarki, ada


beberapa langkah yang harus ditempuh, yaitu sebagai berikut :
1. Definisikan persoalan dan rinci pemecahan yang diinginkan
2. Struktur hirarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh (dari tingkat puncak
sampai tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan
itu).
3. Buatlah matriks banding berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap
elemen yang relevan atau setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di
atasnya. Dalam matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan
dengan suatu kriteria di tingkat lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen,
kebanyakan orang lebih suka memberi suatu pertimbangan yang menunjukan
dominasi sebagai suatu bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk
memasukkan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya. Jadi
jika satu elemen tak berkontribusi lebih dari elemen lainnya, elemen yang lainnya ini
pasti berkontribusi lebih dari elemen itu. Bilangan ini dimasukkan dalam tempat yang
semestinya dalam matriks itu dan nilai kebalikannya dalam tempat yang lain itu.
Menurut perjanjian, suatu elemen yang disebelah kiri diperiksa perihal dominasinya
atas suatu elemen di puncak matriks.
4. Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan
perangkat matriks di langkah 3. Jika ada banyak orang yang ikut serta, tugas setiap
orang dapat dibuat sederhana dengan mengalokasikan upaya secara tepat, yang akan
kita jabarkan di bab belakang. Pertimbangan ganda dapat disenitesis dengan memakai
rata-rata geometrik.
5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasang itu dan memasukkan
nilai-nilai kebalikkannya beserta entri bilangan 1 sepanjang diagonal utama, prioritas
dicari dan konsistensi diuji.
6. Laksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki
itu.
7. Gunakan komposisi hirarki (sintesis) untuk membobotkan vektor-vektor prioritas
itu dengan bobot kriteria, dan jumlahkan semua entri prioritas terbobot yang
bersangkutan dengan entri prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya.

Decision Support System 15


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hirarki paling bawah. Jika
hasilnya ada beberapa buah, boleh diambil rata-rata aritmetiknya.
8. Evaluasi konsisten untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks dengan
konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.
Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi
acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama
setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang
bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki itu harus 10 persen
atau kurang. Jika tidak, mutu informasi itu harus diperbaiki, berangkai dengan
memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika membuat pembandingan
berpasang. Jika tindakan ini gagal memperbaiki konsistensi, ada kemungkinan
persoalan dikelompokkan di bawah suatu kriteria yang bermakna. Maka kita perlu
balik ke langkah 2, meskipun mungkin hanya bagian-bagian persoalan dari hirarki itu
yang perlu diperbaiki.

2.2.7 Contoh Penggunaan Proses Hirarki Analisis

Kita dapat melihat contoh dalam pemilihan mobil di atas. Untuk lebih jelasnya
dapat kita lihat contoh di bawah ini:
Tingkat1 :
Fo kus M emilih M obil

Tingkat2 :
Fak tor H arga M obil K enyamanan

Tingkat3 :
A lternatif Toyota A ltis Honda City Z Suzuki N ew Baleno

Gambar 2. 3 Gambar Contoh Proses Hirarki Analisis Pemilihan Mobil

1. Membuat matriks perbandingan sebagai berikut :


Tabel 2. 3 Tabel Matriks Pembanding Kriteria Mobil

Kriteria Mobil Kenyamanan Harga Mobil


Kenyamanan 1 1/3
Harga Mobil 3 1

Decision Support System 16


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Jumlah 4 1 1/3
Tabel 2. 4 Tabel Matriks Pembanding Kenyamanan

Kenyamanan Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis

Suzuki Baleno 1 1/3 1/5


Honda City 3 1 1/2
Toyota Altis 5 2 1
Jumlah 9 3 1/3 1 7/10

Tabel 2. 5 Tabel Matriks Pembanding Harga Mobil

Harga Mobil Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis


Suzuki Baleno 1 1/2 1/4
Honda City 3 1 1/5
Toyota Altis 5 5 1
Jumlah 9 6 1/2 1 9/20

2. Tentukan nilai kepentingan untuk setiap masing-masing mobil berdasarkan


kenyamanan setiap mobil. Pada contoh di atas, dimana kenyamanan Toyota Altis 5
(esensial dan sangat penting/preferensi) dibandingkan dengan Suzuki Baleno, dan 3
(sedikit lebih penting/preferensi) lebih nyaman dibandingkan dengan Honda City.
Nilai 1 pada diagonal merupakan nilai identitas dari matriks.
3. Berikutnya kita ingin mensintesis berbagai pertimbangan kita untuk memperoleh
suatu taksiran menyeluruh dari prioritas relatif mobil-mobil ini dikaitkan dengan
kenyamanannya. Untuk itu, kita menjumlahkan nilai-nilai setiap kolom, lalu
membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom matriks yang
dinormalisasi. Sedangkan nilai prioritas di dapat dengan jalan merat-ratakan setiap
baris untuk setiap kriteria mobil yang ada.

Tabel 2. 6 Tabel Matriks Normalisasi Kriteria Mobil


Kriteria Harga Prioritas
Kenyamanan Prioritas
Mobil Mobil (desimal)
Kenyamanan 1 3/4 1/4 0.25
Harga Mobil 3 3/4 3/4 0.75
Jumlah 4 1
Tabel 2. 7 Tabel Matriks Normalisasi Kenyamanan

Priorita Prioritas
Kenyamanan Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis
s (desimal)
Suzuki Baleno 1/9 1/10 2/17 8/73 0.11

Decision Support System 17


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Honda City 1/3 3/10 5/17 17/55 0.31


Toyota Altis 5/9 3/5 10/17 25/43 0.58
Jumlah 1 1 1

Tabel 2. 8 Tabel Matriks Normalisasi Harga Mobil

Priorita Prioritas
Harga Mobil Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis
s (desimal)
Suzuki Baleno 1/7 1/13 5/29 3/23 0.13
Honda City 2/7 2/13 4/29 5/26 0.19
Toyota Altis 4/7 10/13 20/29 67/99 0.68
Jumlah 1 1 1

4. Terakhir, kita merata-ratakan sepanjang baris dengan menjumlahkan semua nilai


dalam setiap baris dari matriks yang dinormalisasikan itu dan membaginya dengan
banyaknya entri dari setiap baris.

Tabel 2. 9 Tabel Matriks Sintesis Normalisasi Kriteria Mobil

Kenyamanan Harga Mobil


Kriteria Mobil
(0,25) (0,75)
Suzuki Baleno 0.13 0.11
Honda City 0.19 0.31
Toyota Altis 0.68 0.58

Setelah mendapatkan tabel di atas, maka kita akan mengalihkan antara prioritas
kenyaman dengan masing-masing kolomnya, sehingga didapatkan hasil tabel di bawah
ini:

Tabel 2. 10 Tabel Matriks Keputusan Pemilihan Mobil

Kenyamanan Harga Mobil


Kriteria Mobil Prioritas Keterangan
(0,25) (0,75)
Suzuki Baleno 0.03 0.08 0.11
Honda City 0.05 0.23 0.28
Toyota Altis 0.17 0.44 0.61 Pilih ini

Kemudian jumlahkan setiap baris pada tabel di atas, yang kemudian kita sebut
sebagai prioritas pilihan akhir kita. Berdasarkan tabel di atas, maka kita mendapatkan

Decision Support System 18


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

bahwa prioritas tertinggi adalah jatuh pada Toyota Altis dengan nilai prioritas sebesar
0.61.

2.2.8 Penentuan Rute Terpendek untuk Mencapai Suatu Tujuan


Penentuan rute adalah hal yang sangat penting dalam permasalahan permindahan
barang atau jasa dari suatu titik ke titik yang lain. Seperti yang kita ketahui dimana jarak
terdekat antara dua titik adalah garis lurus. Secara konsep, pemikiran tersebut akan
menjadi landasan dalam penyusunan dan penentuan rute yang terpendek.
Adapun yang di maksud dengan rute terpendek disini adalah jarak yang harus
ditempuh oleh sebuah moda transportasi untuk mencapai suatu tujuan dari titik awal.
Jarak yang ditempuh haruslah singkat dengan kata lain terpendek. Sampai dengan saat ini
metoda yang digunakan masih berdasarkan heuristic dan mengalami stagnansi
perkembangan selanjutnya. Di dalam praktikum ini, metoda yang digunakan masih
berdasarkan heuristic, tetapi dibantu oleh perangkat-lunak LogWare.

2.3 Inbound Logistics : Supplier Selection Process

2.3.1 Penentuan Rute Optimal untuk Melayani Beberapa Lokasi (Travelling

Salesman Problem / TSP)

Pada modul praktikum sebelumnya, kita sudah mengenal tentang rute terpendek
yang harus ditempuh oleh suatu moda transportasi. Sekarang yang kita bahas adalah
tentang bagaimana suatu moda transportasi harus melakukan pelayanan dalam artian
”mengunjungi” beberapa titik tujuan layanan.
Adapun yang dimaksud dengan titik tujuan layanan di sini adalah tujuan-tujuan
yang harus disinggahi oleh suatu moda transportasi untuk dapat menyelesaikan tugasnya
dalam suatu jaringan jarak tertentu. Misalnya, seorang salesman yang ingin mengunjungi
beberapa kota untuk menawarkan barang atau jasa dagangannya. Salesman tersebut harus
melalui semua kota yang akan dikunjungi dengan catatan tidak boleh melalui titik yang
sama lebih dari satu kali. Dengan kata lain, setiap node dalam jaringan harus dikunjungi
(jika memang harus disinggahi) satu kali saja. Perlu diperhatikan bahwa salesman
tersebut harus kembali ke titik awalnya dari pertama kali dia berangkat.
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah Travelling Salesman Problem
(TSP). Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang salesman di Amerika pada

Decision Support System 19


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

tahun 1960-an. Salesman tersebut merasa dirinya rugi dalam perjalanannya jika sedang
menawarkan produknya. Maka ia mulai berpikir untuk mencari rute yang paling optimal
untuk dapat menawarkan produknya ke seluruh kota di daerahnya penjualannya dengan
tidak membuang-buang waktu dan dana jika harus melewati suatu kota dari satu kali. Hal
inilah yang melatarbelakangi perkembangan metode ini.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Flowchart Tahapan Penyelesaian Masalah

Decision Support System 20


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Start

Studi Literatur

Data penyusunan arsitektur


Penyusunan Arsitektur keputusan penentuan bisnis
Keputusan restaurant dan penentuan
pembelian motor

Data pemilihan
Proses Hirarki Analisis
lokasi gudang

Proses
Software
Perhitungan
Expert Choice
Manual

Travelling Salesman Data pemilihan


Problem pemasok

Software Software
Expert Choice Logware

Analisis

End

3.2 Uraian Flowchart Tahapan Penyelesaian Masalah

Sebelum melakukan praktikum setidaknya praktikan harus mengetahui dan


memahami apa yang akan dihadapi dalam praktikum kali ini dengan membaca buku yang
berkaitan dengan materi praktikum decision support system.
Penyusunan Arsitektur Hirarki

Decision Support System 21


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

1. Menentukan goal setting dari persoalan yang dihadapi.


2. Menentukan constraint dari persoalan yang dihadapi agar persoalan tidak
menjadi besar.
3. Menentukan criteria dari setiap constraint.
4. Menentukan sub criteria dari setiap criteria agar menjadi lebih jelas apa yang
akan dituju.
5. Menentukan alternatif-alternatif untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.

Outbound Logistics : Warehouse Selection Process


1. Membuat Proses Hirarki Analisis dari persoalan tersebut.
2. Menggunakan software Expert Choice untuk membantu menyelesaikan masalah.
3. Melakukan perhitungan manual dengan cara membuat matriks pembanding dan
memberinya nilai kepentingan atau pembobotan, membuat matriks normalisasi,
membuat matriks sintesis normalisasi, dan membuat matriks keputusan.
4. Membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil dari software Expert
Choice.

Inbound Logistics : Suuplier Selection Process


1. Membuat Proses Hirarki Analisis dari persoalan tersebut.
2. Menggunakan software Expert Choice untuk menentukan supplier yang dipilih.
3. Menggunakan software Logware untuk membantu dalam menentukan rute
optimal dalam jaringan jalan kota yang harus dilayani.

Setelah semua data selesai diolah, maka praktikan menganalisis data tersebut.
Setelah dianalisis, praktikan membuat kesimpulan dan saran dari praktikum yang telah
dilakukan..

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Decision Support System 22


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Pengumpulan Data Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki

Pembuatan arsitektur untuk permasalahan di bawah ini :


1. Penentuan rencana dalam pembuatan sebuah restaurant.
• Petunjuk/ hints :
• Lokasi
• Tenaga kerja
• Ruangan/ room space
• Menu
• Advertising/ periklanan
2. Penentuan rencana dalam pembelian sebuah motor sebagai kendaraan untuk
mendukung mobilisasi
• Petunjuk/ hints:
• Kapasitas mesin
• Merek
• Jenis
• Kenyamanan

4.1.2 Pengumpulan Data Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

1) Pemilihan Lokasi Gudang

PT. UdaTimEx adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi


kondom dengan merek HurungWae® dan berlokasi di kota Bandung. Ternyata pada
tahun 2000 sampai dengan 2003 perusahaan mengalami permintaan yang sangat luar
biasa membludak. Hal ini menyebabkan para pemimpin perusahaan harus membuka titik
penjualan (sales-point) di beberapa kota di sekitar Bandung. Setelah dilakukan rapat
terpadu yang dilakukan pimpinan perusahaan, menetapkan 3 kota yang akan menjadi
tujuan titik penjualan. Setelah dirembuk ulang, ternyata perusahaan lebih baik menyewa
gudang sebagai titik distribusi utamanya (main distribution point). Titik distribusi ini
diharapkan dapat menjadi saluran-saluran distribusi ke daerah titik penjualan di sekitar
kota tujuan perluasannya. Adapun ketiga kota tujuan perluasan tersebut adalah sebagai
berikut:

Decision Support System 23


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

a. Kota Tasikmalaya
b. Kota Ciamis
c. Kota Cianjur
Perusahaan di Bandung harus memilih kota mana yang akan dipilih untuk
dijadikan gudang satelit dalam mendukung perluasan penjulan produknya. Mengingat
perusahaan mempunyai dana yang terbatas, saat ini perusahaan hanya mampu untuk
melakukan perluasan pada satu kota saja.
Menurut hasil penelitian pasar yang telah dilakukan oleh departemen pemasaran
perusahaan tersebut, ternyata didapat empat parameter yang akan menjadi basis dalam
penentuan prioritas penentuan prioritas penentuan lokasi gudang dikota tujuan perluasan
baru. Keempat parameter tersebut adalah sebagai berikut:
a. Jarak terhadap kota Bandung
b. Kapasitas gudang
c. Harga sewa gudang
d. Jumlah permintaan

4.1.3 Pengumpulan Data Inbound Logistics : Supplier Selection Process

1) Kasus Pertama : Pemilihan Pemasok

Pada modul praktikum sebelumnya (modul 2 : outbound logistics), kita telah


dapat menentukan lokasi mana yang akan kita gunakan sebagai perluasan penjualan kita
dengan jalan mempunyai gudang di kota yang telah ditentukan. Seandainya, lokasi telah
dapat kita tentukan, sekarang yang menjadi permasalahan di sini adalah bagaimana
menentukan pemasok untuk kota atau lokasi baru yang telah kita tentukan.
PT UdaTimEx, telah berhasil dan sepakat untuk menentukan lokasi baru untuk
gudang barunya. Sekarang yang menjadi permasalahan dimiliki oleh perusahaan adalah
memilih pemasok mana yang nantinya akan memasok produk kondomnya ke gudang di
lokasi barunya tersebut. Ternyata perusahaan mendapt proposal dari perusahaan pemasok
kondom HurungWae® sebanyak dua perusahaan. Adapun perusahaan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. PT. Selepath Selipith, perusahaan pemok yang cukup ternama dan telah berhasil
sebagai pemasok kondom terbesar di Thailand.
b. PT. Tarompah Batha, perusahaan pemasok yang cukup ternama dan telah
berhasil sebagai pemasok kondom terbesar di Filipina.

Decision Support System 24


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Bagian Pengembangan Pemasaran PT UdaTimEx telah melakukan evaluasi


terhadap proposal yang ditawarkan oleh kedua perusahaan pemasok tersebut, dan ternyata
mereka sepakat untuk menentukan kriteria pemilihan sebagai berikut :
a. Quality (kualitas) adalah kualitas dari pelayanan terhadap pemenuhan permintaan
dalam artian seberapa cepat tingkat responsifitas pemasok dalam memenuhi
permintaan.
b. Cost (harga) adalah harga dari biaya yang ditimbulkan akibat proses pengadaan
produk untuk memenuhi kebutuhan. Biaya di sini adalah besarnya ongkos yang
dibayarkan kepada pemasok oleh PT. UdaTimEx untuk dapat memenuhi kebutuhan
akan produknya.
c. Delivery (pengiriman) adalah waktu yang diperlukan untuk dapat melakukan
pengantaran produknya oleh pemasok untuk memenuhi kebutuhan lokasi di mana
gudang baru tersebut berada.
Berdasarkan parameter yang telah ditentukan di atas, bagian pengembangan
pemasaran PT. UdaTimEx mencoba untuk menentukan pemasok manakah yang akan
dipilih?
Ternyata kedua pemasok tersebut juga memasok beberapa perusahaan distributor
lainnya di beberapa kota. Hal ini mengakibatkan PT. UdaTimEx harus memikirkan rute
optimal yang sebaiknya dilalui oleh pemasok dalam melakukan pekerjaannya.
Bagaimanakah rute optimal yang sebaiknya digunakan oleh para perusahaan pemasok?

2) Kasus Kedua : Penentuan Rute Optimal untuk Melayani Beberapa Lokasi

Jaringan Jalan Kota yang Harus Dilayani

Setelah kita mendapatkan pemasok yang terbaik berdasarkan prioritas yang telah
disepakati seperti di atas. Sekarang saatnya Anda diharuskan menentukan rute pelayanan
yang harus ditempuh untuk mendistribusikan produknya ke lokasi gudang penyimpanan
yang baru.
Berikut ini adalah jaringan yang menghubungkan perusahaan pemasok dengan
kota-kota tujuan yang harus dilayaninya dalam pengiriman barang pasokannya.

Decision Support System 25


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

50

A
20 PTSelepath
40 Selepith
B
15
75
Gudang Baru 35
C

60
75
D

Gambar 4. 1 Gambar Jaringan Layanan Pemasok PT Selepath Selepith

30

80 A
50
PTTarompah
Batha
B
20

45
GudangBaru 65
C

60
30
D

Gambar 4. 2 Gambar Jaringan Layanan Pemasok PT Tarompah Batha

Berdasarkan kedua jaringan di atas, coba bantu perusahaan pemasok dalam


menentukan rute yang sebaiknya ditempuhnya untuk mengantarkan barang pasokannya
ke gudang baru yang kita miliki.
Dimana:
A adalah kota 1 yang harus dilayani perusahaan pemasok
B adalah kota 2 yang harus dilayani perusahaan pemasok
C adalah kota 3 yang harus dilayani perusahaan pemasok
D adalah kota 4 yang harus dilayani perusahaan pemasok

Decision Support System 26


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tentukanlah jalur yang optimal untuk mencapai kota gudang baru yang telah
dipilih pada penentuan lokasi sebelumnya, dimana perusahaan juga harus tetap dapat
memasok ke kota-kota lainnya. Di sini, kita ditugaskan untuk memberikan masukkan
kepada perusahaan pemasok untuk dapat memilih dan menentukan rute yang paling
optimal.

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Pengolahan Data Proses Penyusunan Arsitekture Hirarki

1) Penentuan Bisnis Restaurant

Goal Setting :
• Penentuan Bisnis Restaurant

Constraint :
• Advertising
• Lokasi
• Tenaga Kerja
• Ruangan
• Menu

Criteria :
• Media Cetak
• Media Elektronik
• Pusat Kota
• Pinggiran Kota
• Koki
• Manajer
• Pelayan
• Smoking Area
• Non-smoking Area
• Italian Food
• Seafood

Decision Support System 27


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

• Fast Food
Sub Criteria :
• Koran
• Majalah
• Televisi
• Radio
• Pusat Pertokoan
• Mall
• Tempat Wisata
• Lulusan Perhotelan
• Pria
• Lulusan S1 Manajemen
• Pekerja keras
• Lulusan SMA
• Pria/ Wanita
• Ruangan Non-AC
• Alam Terbuka
• VIP
• Ruangan ber-AC
• Pasta
• Pizza
• Cumi Saus Tiram
• Udang Asam Manis
• Burger
• Wafel

Alternatif :
• Franchise Restaurant
• Family Restaurant
• Seafood Restaurant

Decision Support System 28


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

2) Arsitektur Hirarki Proses Penentuan Bisnis Restaurant

G o a l S e t t in g P e n e n tu a n B isn is R e sta u ra n t

C o n s tr a in t A d v e rtis in g L ok asi T e n a g a K e rja R u ang an M enu

N -o n Ita lia n
M e d ia M e d ia P u sat P in g g i ra n S m o k in g F a st
C r it e r i a K o ki M a n a je rP e la y a n S m o k in g F o o d S e a fo o d
C e ta k E le k tro n ik K o ta K o ta A re a Foo d
A re a

C u mUi d a n g
P u sa t T e m p a Lt u l u s a n L u l 1u s Pa en k SeL r uj al u Ps /ra i na R u a n g A a nl a m R uan g an
S u b C r it e r i K o r Ma n a j a lTa eh l e Rv i a s di i o M a ll P ri a V IP P a s t aP i z z Sa a u sA s a mB u r g W e r a f e l
P e r t o k o a n W i s a t a P e r h o t e l a Mn a n a jK e me r eaS nsM WA a n Ni t -Aao nC T e r b u k a b -Ae r C
T i r a mM a n i s

A lt e r n a t i f F ra n c h i s e R e s ta u r a n t F a m i l y R e s t a u r a n t S e a fo o d R e s ta u ra n t

Gambar 4. 3 Gambar AHP Penentuan Bisnis Restaurant

Decision Support System 29


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

3) Penentuan Pembelian Motor

Goal Setting :
• Penentuan Pembelian Motor

Constraint :
• Kapasitas Mesin
• Merek
• Warna
• Kenyaman

Criteria :
• Besar
• Kecil
• Podusen Motor
• Kualitas
• Gelap
• Terang
• Posisi Tangki Bensin
• Jok

Sub Criteria :
• 500 cc
• 750 cc
• 110 cc
• 125 cc
• Buatan Korea
• Buatan Jepang
• Irit Bensin

Decision Support System 30


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

• Hitam
• Biru
• Merah
• Putih
• Di depan
• Di bawah jok
• Empuk
• Keras

Alternatif :
• Yamaha
• Suzuki
• Honda
• Kymco

Decision Support System 31


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

4) Arsitektur Hirarki Proses Penentuan Pembelian Motor

G o a l S e t t in g P e n e n t u a n P e m b e lia n M o t o r

C o n s t r a in t K a p a s it a s M e s in M e re k W a rna K e n ya m a n a n

P ro d u se n P o s is T a n g k i
C r it e r ia B e sa r K e c il K u a lit a s G e la p T e ran g Jok
M o to r B e n s in

Di
B u a ta n B u a t a n I r it Di
S u b C r it e r i 5 0 c0c 7 5 c0 c 1 1 c0c 1 2 c5c H it a m B ir u M e r a h P u t ih b a w a h E m p u kK e r a s
K o re a Je p a n g B e n s in depan
jo k

A lt e r n a t if Yam aha S u zu ki H onda K ym co

Gambar 4. 4 Gambar AHP Penentuan Pembelian Motor

Decision Support System 32


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

4.2.2 Pengolahan Data Oubound Logistics : Warehouse Selection Process

1) Pemilihan Lokasi Gudang

a. Proses Hirarki Analisis Pemilihan Lokasi Gudang

T i n g k1a: t P e m ilih a n L o k a s i
Fokus G udang

T i n g k2a: t J a r a k te r h a d a p H a rg a S e w a J u m la h
K a p a s ita s G u d a n g
F a k to r ko ta B a n d u n g G udang P e r m in ta a n

T i n g k3a: t
K o ta T a s ik m a la y a K o t a C ia m is K o ta C ia n ju r
A l t e rn a t i f

Gambar 4. 5 Gambar Proses Hirarki Analisis Pemilihan Lokasi Gudang

b. Pemilihan Lokasi Gudang Menggunakan Sofware Expert Choice

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk memilih lokasi gudang dengan


menggunakan sofware Expert Choice.

Decision Support System 33


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 6 Gambar Tampilan Expert Choice Pemilihan Lokasi Gudang

Gambar 4. 7 Gambar Tampilan Expert Choice Pembobotan Tiap-tiap Kriteria

Gambar 4. 8 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Jarak


terhadap Kota Bandung

Decision Support System 34


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 9 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria


Kapasitas Gudang

Gambar 4. 10 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Harga


Sewa Gudang

Gambar 4. 11 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Jumlah


Permintaan

Decision Support System 35


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 12 Gambar Tampilan Prioritas Masing-masing Kriteria

Gambar 4. 13 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Jarak terhadap Kota Bandung

Gambar 4. 14 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Kapasitas Gudang

Decision Support System 36


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 15 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Harga Sewa Gudang

Gambar 4. 16 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Jumlah Permintaan

Gambar 4. 17 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Goal Setting Pemilihan Lokasi Gudang

Berdasarkan hasil perhitungan dengan Expert Choice, maka lokasi gudang yang
dipilih adalah Kota Cianjur dengan nilai prioritas sebesar 0,464 atau 46,4%.

c. Pemilihan Lokasi Gudang dengan Perhitungan Manual

Berikut ini adalah perhitungan matriks untuk mendapatkan nilai prioritas


pemilihan lokasi gudang.

Decision Support System 37


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 1 Tabel Matriks Pembandingan Kriteria Lokasi Gudang

Tabel 4. 2 Tabel Matriks Pembandingan Jarak terhadap kota Bandung

Tabel 4. 3 Tabel Matriks Pembandingan Kapasitas Gudang

Decision Support System 38


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 4 Tabel Matriks Pembandingan Harga Sewa Gudang

Tabel 4. 5 Tabel Matriks Pembandingan Jumlah Permintaan

Tabel 4. 6 Tabel Matriks Normalisasi Kriteria Lokasi Gudang

Decision Support System 39


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 7 Tabel Matriks Normalisasi Jarak terhadap kota Bandung

Tabel 4. 8 Tabel Matriks Normalisasi Kapasitas Gudang

Tabel 4. 9 Tabel Matriks Normalisasi Harga Sewa Gudang

Decision Support System 40


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 10 Tabel Matriks Normalisasi Jumlah Permintaan

Tabel 4. 11 Tabel Matriks Sistesis Normalisasi

Tabel 4. 12 Tabel Matriks Keputusan

Berdasarkan hasil perhitungan matriks pemilihan lokasi gudang, dipilih di kota


Cianjur dengan nilai prioritas sebesar 0,449 atau 44,9 %.

4.2.3 Pengolahan Data Inbound Logistics : Supplier Selection Process

1) Kasus Pertama : Pemilihan Pemasok

Decision Support System 41


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

a. Proses Hirarki Analisis Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx

Tingkat 1 : Pemilihan
Fokus Pemasok

Tingkat 2 :
Kualitas Harga Pengiriman
Faktor

Tingkat 3 : PT Selepath PT Tarompah


Alternatif Selipith Batha

Gambar 4. 18 Gambar Proses Hirarki Analisis Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx


b. Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx Menggunakan Sofware Expert Choice

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk memilih pemasok PT UdaTimEx


dengan menggunakan sofware Expert Choice.

Gambar 4. 19 Gambar Tampilan Expert Choice Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx

Gambar 4. 20 Gambar Tampilan Expert Choice Pembobotan Tiap-tiap Kriteria Pemilihan


Pemasok

Decision Support System 42


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 21 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria


Kualitas

Gambar 4. 22 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria Harga

Gambar 4. 23 Gambar Tampilan Pembobotan Masing-masing Alternatif Terhadap Kriteria


Pengiriman

Decision Support System 43


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 24 Gambar Tampilan Prioritas Masing-masing Kriteria Pemilihan Pemasok

Gambar 4. 25 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Kualitas

Gambar 4. 26 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Harga

Decision Support System 44


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 27 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Pengiriman

Gambar 4. 28 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Goal Setting Pemilihan Pemasok

Berdasarkan hasil perhitungan dengan Expert Choice, maka pemilihan pemasok


PT UdaTimEx adalah PT Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar 0,754 atau
75,4%.

c. Pemilihan Pemasok dengan Perhitungan Manual

Berikut ini adalah perhitungan matriks untuk mendapatkan nilai prioritas


pemasok PT UdaTimEx

Tabel 4. 13 Tabel Matriks Pembandingan Kriteria Pemasok PT UdaTimEx

Decision Support System 45


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 14 Tabel Matriks Pembandingan Kualitas

Tabel 4. 15 Tabel Matriks Pembandingan Harga

Tabel 4. 16 Tabel Matriks Pembandingan Pengiriman

Tabel 4. 17 Tabel Matriks Normalisasi Kriteria Pemasok PT UdaTimEx

Decision Support System 46


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 18 Tabel Matriks Normalisasi Kualitas

Tabel 4. 19 Tabel Matriks Normalisasi Harga

Tabel 4. 20 Tabel Matriks Normalisasi Harga Pengiriman

Tabel 4. 21 Tabel Matriks Sintesis Normalisasi Pemasok PT UdaTimEx

Decision Support System 47


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Tabel 4. 22 Tabel Matriks Keputusan Pemasok PT UdaTimEx

Berdasarkan hasil perhitungan matriks, pemilihan pemasok untuk PT UdaTimEx


adalah pemasok PT Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar 0,756 atau 75,6 %.
2) Kasus : Penentuan Rute Optimal Menggunakan Software Logware

a. Penentuan Rute Optimal PT Selepath Selepith

Gambar 4. 29 Gambar Tampilan Koordinat dan Hubungan antar Node pada Jaringan Rute PT
Selepath Selepith

Decision Support System 48


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 30 Gambar Tampilan Shortest Route Methode Solution Result untuk PT Selepath
Selepith

Total Rute Cost 105

Gambar 4. 31 Gambar Peta Lokasi yang Harus Ditempuh Berdasarkan Rute Terpendek untuk PT
Selepath Selepith

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan sofware Logware,


sebaiknya pemasok PT Selepath Selepith melakukan perjalanannya dari PT Selepath
Selepith menuju kota A, lalu ke kota C, kemudian ke gudang baru. Total biaya yang
dikeluarkan hanya sebesar 105.

Decision Support System 49


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

b. Penentuan Rute Optimal PT Tarompah Batha

Gambar 4. 32 Gambar Tampilan Koordinat dan Hubungan antar Node pada Jaringan Rute PT
Tarompah Batha

Gambar 4. 33 Gambar Tampilan Shortest Route Methode Solution Result untuk PT Tarompah
Batha

Total Route Cost 90

Decision Support System 50


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Gambar 4. 34 Gambar Peta Lokasi yang Harus Ditempuh Berdasarkan Rute Terpendek untuk PT
Tarompah Batha

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan sofware Logware,


sebaiknya pemasok PT Tarompah Batha melakukan perjalanannya dari PT Tarompah
Batha menuju kota D, kemudian ke gudang baru. Total biaya yang dikeluarkan hanya
sebesar 90.

BAB V

ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

5.1 Analisis Proses Penyusunan Arsitektur Hirarki

Dalam setiap pekerjaan kita selalu menemui persoalan dan persoalan-persoalan


tersebut harus segera diselesaikan. Untuk membantu dalam memecahkan persoalan
tersebut dapat digunakan penyusunan arsitektur keputusan. Penyusunan arsitektur
keputusan ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu menentukan tujuan dari pemecahan
persoalan yang sedang dihadapi, menentukan pembatas persoalan agar tidak semakin luas
persoalannya, menentukan kriteria dan sub kriteria, dan terakhir menantukan alternatif-
alternatif dalam memecahkan persoalan tersebut.
Penyusunan suatu persoalan akan menghasilkan suatu keputusan yang jelas dan
terarah jika kita memperhatikan beberapa hal penting, seperti cara pandang kitadalam

Decision Support System 51


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

melihat suatu persoalan, menyusun pertimbangan-pertimbangan kita secara hirarki,


menetapkan tujuan dari pemecahan persoalannya, dan berpikir secara rasionalitas.
Untuk praktikum kali ini kita dihadapkan pada dua persoalan, yaitu menentukan
bisnis restaurant dan menentukan pembelian motor. Untuk menentukan bisnis restaurant,
pembatasan dari persoalan ini adalah advertising/periklanan, lokasi, tenaga kerja,
ruangan, dan menu. Dari pembatasan masalah periklanan yang menjadi kriterianya antara
lain, media cetak dan media elektronik. Dari pembatasan masalah lokasi yang menjadi
kriterianya antara lain, pusat kota dan pinggiran kota. Dari pembatasan masalah tenaga
kerja yang menjadi kriterianya antara lain, koki, manajer, dan pelayan. Dari pembatasan
masalah ruangan yang menjadi kriterianya antara lain, smooking area dan non-smooking
area. Dari pembatasan masalah menu yang menjadi kriterianya antara lain, italian food,
seafood, dan fastfood.
Agar kriteria-kriteria tersebut lebih jelas, maka kita perjelas dengan sub-sub
kriteria dari setiap kriteria yang ada. Dari kriteria media cetak agar lebih jelas lagi, maka
yang dimaksud dari media cetak tersebut seperti koran dan majalah, sedangkan yang
dimaksud dengan media elektronik yaitu radio dan televisi. Dari kriteria pusat kota
diperjelas lagi seperti membuka restaurant di mall atau di pusat pertokoan, sedangkan
untuk pinngiran kotanya kita dapat membuka restaurant di tempat wisata karena tempat
wisata banyak dikunjungi orang, sehingga kemungkinan orang yang akan datang ke
restaurant yang akan kita buka juga makin banyak. Dari masalah tenaga kerja kita pecah
menjadi tiga bagian, yaitu koki, manajer, dan pelayan. Seorang koki harus memiliki
persyaratan seperti lulusan perhotelan dan seorang pria. Untuk posisi manajer harus
memiliki persyaratan lulusan Sarjana Manajemen dan pekerja keras agar bisnis
restaurant yang akan dibuka laku dan banyak pengunjungnya. Untuk posisi pelayan,
persyaratan yang harus dimiliki antara lain, minimal lulusan SMA dan seorang pria atau
wanita.
Tata letak ruangan restaurant juga merupakan hal penting yang harus dipikirkan
dalam perencanaan bisnis restaurant. Untuk smooking area, kita buat ruangan yang tidak
ber-AC dan bisa juga bertemakan alam terbuka, sedangkan untuk ruangan yang non-
smooking area, kita buat ruangan yang ber-AC agar pengunjung lebih nyaman dalam
menikmati hidangannya atau ruangan VIP bagi orang yang menginginkan privasinya.
Dalam menentukan perencanaan bisnis restaurant tidak lepas dari masalah menu
yang akan disajikan untuk para pengunjung. Untuk menu yang berbau italian food dapat
kita sajian seperti aneka pasta dan pizza. Untuk menu yang berbau seafood dapat kita

Decision Support System 52


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

sajikan cumi saus tiram atau udang asam manis. Untuk menu fastfood kita dapat
menyajikan berbagai macam burger dan wafel.
Setelah kita tentukan pembatas, kriteria, dan sub kriteria, maka semakin jelas
arah pemecahan masalah. Untuk alternatif bisnis restaurant kita bisa membuat bisnis
family restaurant, fastfood restaurant, atau seafood restaurant.
Satu lagi persoalan yang sedang dihadapi adalah penentuan pembelian motor
yang akan dibeli. Apalagi saat ini banyak sekali motor-motor yang ditawarkan. Untuk itu
kita menyusun arsitektur keputusan untuk membantu dalam memecahkan persoalan
pembelian motor.
Untuk menentukan pembelian motor, kita membatasi apa saja yang perlu
dipertimbangkan dalam membeli mobil. Pembatasan pembelian motor antara lain,
kapasitas mesin, merek, warna, dan kenyamanan. Dari masing-masing pembatasan
masalah ini kita tentukan kriteria-kriterianya. Untuk kapasitas mesin, yang menjadi
kriterianya adalah motor dengan kapasitas mesin yang besar atau kecil. Untuk merek,
yang menjadi kriterianya yaitu berdasarkan produsen motor dan kualitas motornya. Dari
segi warna, yang menjadi kriterianya yaitu warna gelap atau terang. Dari segi
kenyamanan, yang menjadi kriterianya antara lain posisi tangki bensin dan jok motor.
Agar kriteria-kriteria tersebut lebih jelas dan terarah, maka diperjelas lagi
menjadi sub-sub kriteria. Yang dimaksud dengan kapasitas mesin yang besar yaitu motor
dengan kapasitas 500 cc dan 750 cc, sedangkan motor yang berkapasitas kecil yaitu 110
cc dan 125 cc. Untuk produsen motor, apakah merek motor dengan buatan Korea atau
buatan Jepang. Untuk kualitas motor dilihat dari apakah motor tersebut irit bensin atau
tidak. Motor tentu saja banyak warnanya, untuk warna yang gelap sub kriterianya adalah
warna hitam dan biru, sedangkan warna yang terang misalnya saja warna merah dan
putih. Posisi tangki bensin juga menentukan motor itu nyaman atau tidak, ada yang posisi
tangkinya di depan dan ada juga yang posisi tangkinya di bawah jok, sehingga ketika
mengisi bensin, pengendara harus turun dari motor dan mengangkat jok motornya. Ketika
pengendara motor menaiki motornya, jok juga merupakan hal yang penting, apakah
menginginkan jok yang empuk atau keras.
Setelah kita tentukan pembatas, kriteria, dan sub kriteria, maka semakin jelas
arah pemecahan masalah pembelian motor. Untuk alternatif pembelian motornya kita bisa
memilih motor dari merek Yamaha, Suzuki, Honda, atau Kymco.

5.2 Analisis Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

Decision Support System 53


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Persoalan dalam perusahaan manufaktur maupun perusahaan logistik sangat


banyak. Salah satunya adalah masalah pergudangan terutama masalah lokasi gudang agar
biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak, sehingga dapat mengurangi biaya produksi
suatu produk.
PT UdaTimEx adalah sebuah perusahaan yang berlokasi di kota Bandung dan
perusahaan ini akan mengadakan perluasan usahanya. Untuk perluasan usahanya ini,
perusahaan perlu menyewa gudang baru untuk sistem distribusi utamanya. Yang menjadi
permasalahn PT UdaTimEx ini adalah pemilihan lokasi untuk gudang barunya. Untuk
lokasi gudang barunya tersebut, PT UdaTimEx mempertimbangkan beberapa faktor,
yaitu jarak gudang terhadap kota Bandung dimana perusahaan ini berada, kapasitas
gudangnya, harga sewa gudangnya agar tidak mengeluarkan biaya yang besar, dan
jumlah permintaan. Dari beberapa faktor tersebut, maka ada beberapa alternatif lokasi
gudang baru ini antara lain, kota Tasikmalaya, Ciamis, dan Cianjur.
Untuk membantu dalam menentukan pemilihan lokasi gudang tersebut, dibantu
dengan menggunakan software Expert Choice dan perhitungan manual. Berikut ini adalah
perbandingan hasil pemilihan lokasi gudang dengan menggunakan software Expert
Choice dan perhitungan manual.
Tabel 5. 1 Tabel Perbandingan Nilai Prioritas antara Expert Choice dengan Perhitungan Manual

Dari tabel di atas kita bisa lihat bahwa ada perbedaan nilai antara
perhitungan menggunakan software Expert Choice dengan perhitungan manual.
Dalam perhitungan Expert Choice, prioritas untuk jarak terhadap kota Bandung
adalah 0.083, sedangkan dengan perhitungan manual nilainya 0.084. Begitu pula
untuk prioritas kapasitas gudang, dalam Expert Choice nilainya 0.192, sedangkan
perhitungan manualnya lebih besar, yaitu 0.196. untuk nilai prioritas harga sewa
gudang yang menggunakan Expert Choice nilainya 0.153, sedangkan dengan

Decision Support System 54


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

perhitungan manual nilainya 0.155. Dan nilai prioritas jumlah permintaan dengan
Expert Choice bilainya 0.571, sedangkan dengan perhitungan manual nilainya
lebih kecil, yaitu 0.565. Perbedaan nilai prioritas ini dapat terjadi karena
pembulatan niali yang dilakukan Expert Choice dan perhitungan manual yang
tidak sama, sehingga nilainya pun berbeda.
Selain nilai prioritas, perbedaan nilai juga terlihat dalam matriks keputusan
antara Expert Choice dengan perhitungan manualnya. Berikut ini adalah
perbandingan nilai keputusan antara menggunakan Expert Choice dengan
perhitungan manual.
Tabel 5. 2 Tabel Perbandingan Hasil Keputusan Pemilihan Lokasi Gudang

Tabel di atas memperlihatkan perbedaan nilai keputusan antara


perhitungan dengan Expert Choice dan perhitungan manual. Dari hasil
perhitungan Expert Choice, kota Tasikmalaya memiliki nilai prioritas sebesar
0.359, sedangkan dengan perhitungan manualnya lebih besar, yaitu sebesar 0.364.
Kota Ciamis memiliki nilai prioritas 0.177 dengan menggunakan Expert Choice,
tetapi dengan perhitungan manualnya 0.187. Dan kota Cianjur dengan Expert
Choice memiliki nilai prioritas 0.464, sedangkan dengan perhitungan manual
nilainya 0.449.
Meskipun nilainya berbeda, namun keputusan pemilihan lokasi gudang
baru untuk PT UdaTimEx jatuh pada kota Cianjur, yaitu sebesar 46.4 % dengan
menggunakan software Expert Choice dan 44.9% dengan perhitungan manual.

5.3 Analisis Inbound Logistics : Supplier Selection Process

Perusahaan manufaktur maupun perusahaan logistik pasti memiliki kerja sama


dengan perusahaan lain yang menyediakan bahan-bahan baku untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan tersebut yang disebut sebagai supplier.

Decision Support System 55


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Untuk kasus pertama PT UdaTimEx adalah perusahaan tersebut memiliki


permasalahan dalam menentukan pemasok untuk produknya ke gudang barunya tersebut.
Jadi fokus pada persoalan kali ini adalah pemilihan pemasok untuk PT UdaTimEx. Untuk
pemilihan pemasok ini ada beberapa faktor sebagai bahan pertimbangan diantaranya
adalah kualitas, harga, dan pengiriman. Kualitas di sini adalah kualitas dari pelayanan
terhadap pemenuhan permintaan dalam artian seberapa cepat tingkat responsifitas
pemasok dalam memenuhi permintaan. Faktor harga merupakan harga dari biaya yang
ditimbulkan akibat proses pengadaan produk untuk memenuhi kebutuhan. Biaya di sini
adalah besarnya ongkos yang dibayarkan kepada pemasok oleh PT UdaTimEx untuk
dapat memenuhi kebutuhan akan produknya. Faktor pengiriman merupakan waktu yang
diperlukan untuk dapat melakukan pengantaran produknya oleh pemasok untuk
memenuhi kebutuhan ke lokasi di mana gudang baru tersebut berada.
Dari beberapa faktor sebagai bahan pertimbangan, alternatif pemasok yang akan
dipilih adalah antara PT Selepath Selepith dan PT Tarompah Batha. Untuk membantu
dalam memecahkan masalah pemilihan pemasok ini dibantu dengan menggunakan
software Expert Choice, namun dihitung juga secara manual untuk bahan perbandingan.
Berikut ini adalah perbandingan nilai prioritas antar faktor dalam perhitungan
Expert Choice maupun perhitungan manual.
Tabel 5. 3 Tabel Perbandingan Prioritas Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara nilai prioritas
perhitungan Expert Choice dengan perhitungan manual. Untuk nilai prioritas kualitas,
perhitungan Expert Choice memiliki nilai prioritas 0.474, sedangkan perhitungan
manualnya hanya 0.472. Untuk nilai prioritas harga dengan Expert Choice nilainya 0.149,
sedangkan perhitungan manualnya lebih besar, yaitu sebesar 0.151. Nilai prioritas
pengiriman dengan Expert Choice nilainya sebesar 0.376, sedangkan perhitungan
manualnya sebesar 0.377. Dilihat dari besarnya nilai prioritas, yang menjadi faktor paling
penting dari pemasok untuk PT UdaTimEx adalah faktor kualitas.

Decision Support System 56


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Selain nilai prioritas pada setiap faktor ada perbedaan, nilai prioritas untuk
keputusan juga ada sedikit perbedaan. Berikut ini adalah perbandingan nilai prioritas
keputusan antara menggunakan Expert Choice dengan perhitungan manual.
Tabel 5. 4 Tabel Perbandingan Hasil Keputusan Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx

Tabel di atas terlihat adanya perbedaan nilai prioritas keputusan antara hasil
Expert Choice dengan perhitungan manual. Dalam Expert Choice, nilai prioritas untuk
PT Selepath Selepith sebesar 0.246, sdangkan pehitungan manualnya hanya sebesar
0.244. Begitu pula untuk PT Tarompah Batha, dengan Expert Choice nilai prioritas
keputusannya 0.754, sedangkan dengan perhitungan manualnya 0.756. Ada perbedaan
nilai prioritas keputusannya, hal ini dapat terjadi karena masalah pembulatan antara
Expert Choice dengan perhitungan manual tidak sama, sehingga hasil akhirnya juga ada
perbedaan.
Meskipun ada perbedaan nilai, namun hasil akhir pemilihan pemasok jatuh pada
PT Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar 75.4% berdasarkan perhitungan Expert
Choice dan nilai prioritas sebesar 75.6% berdasarkan perhitungan manual.
Untuk kasus kedua yang dimiliki PT UdaTimex adalah masalah rute dari kedua
pemasok ke gudang baru milik PT UdaTimEx. Untuk kasus ini dalam memecahkan
persoalannya dibantu dengan bantuan sofware Logware. Software ini dapat membantu
dalam menentukan rute terpendek dalam jaringan jalan kota yang harud dilayani.
Ada beberapa alternatif rute yang digunakan oleh PT Selepath Selepith dalam
pelayanannya untuk sampai ke gudang baru milik PT UdaTimEx. Berikut ini adalah
beberapa alternatif rute yang harus dilalui PT Selepath Selepith beserta dengan biaya
yang harus dikeluarkannya.
Alternatif 1 : PT Selepath Selepith → kota A → kota C → Gudang Baru
Total Cost = 105
Alternatif 2 : PT Selepath Selepith → kota A → kota C → kota B → Gudang baru
Total Cost = 125
Alternatif 3 : PT Selepath Selepith → kota C → kota B → Gudang Baru
Total Cost = 130
Alternatif 4 : PT Selepath Selepith → kota C → Gudang Baru

Decision Support System 57


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

Total Cost = 110


Alternatif 5 : PT Selepath Selepith → kota D → Gudang Baru
Total Cost = 135
Dari kelima alternatif di atas yang memiliki biaya total yang paling kecil adalah
alternatif yang pertama. Jadi jika ingin biaya yang lebih kecil, sebaiknya PT Selepath
Selepith melakukan perjalannnya ke kota A, kemudian ke kota C, baru ke gudang baru
PT UdaTimEx dengan total biaya sebesar 105.
Untuk rute yang digunakan PT Tarompah Batha tentunya berbeda dengan PT
Selepath Selepith. PT Tarompah Batha juga memiliki beberapa alternatif rute perjalanan
dalam melayani pelanngannya. Berikut ini adalah beberapa alternatif rute yang digunakan
PT Tarompah Batha untuk sampai ke gudang baru.
Alternatif 1 : PT Tarompah Batha → kota A → Gudang Baru
Total Cost = 110
Alternatif 2 : PT Tarompah Batha → kota B → kota C → Gudang Baru
Total Cost = 135
Alternatif 3 : PT Tarompah Batha → kota C → Gudang Baru
Total Cost = 110
Alternatif 4 : PT Tarompah Batha → kota D → Gudang Baru
Total Cost = 90
Dari keempat alternatif di atas yang memiliki biaya total yang paling kecil adalah
alternatif yang keempat. Jadi jika ingin biaya yang lebih kecil, sebaiknya PT Tarompah
Batha melakukan perjalannnya ke kota D, kemudian ke gudang baru PT UdaTimEx
dengan total biaya sebesar 90.

Decision Support System 58


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Kesimpulan Penyusunan Arsitektur Hirarki

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum penyusunan arsitektur hirarki ini
antara lain:
• Dalam penyusunan arsitektur hirarki kita perlu menentukan tujuan dari
pemecahan masalah, pembatasan masalah, kriteria dalam permasalahan, dan
alternatif-alternatif dalam permasalahan.
• Dalam penyusunan arsitektur hirarki juga dapat ditambahkan sub kriteria untuk
lebih memperjelas kriteria yang telah ditentukan, sehingga permasalahan lebih jelas
dan terarah.
• Penyusunan arsitektur hirarki perlu memperhatikan cara pandang kita dalam
melihat sebuah persoalan, menyusun elemen-elemen secara hirarki, menentukan

Decision Support System 59


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

tujuan sebagai arahan dalam proses penyelesaian suatu persaoalan, menggunakan


rasionalitas dalam cara kita melihat, mengamati, dan bertindak dalam menghadapi
suatu persoalan.
• Dari hasil proses analisis hirarki, alternatif penentuan bisnis restaurant antara
lain, family restaurant, fastfood restaurant, atau seafood restaurant.
• Dari hasil proses analisis hirarki, alternatif penentuan pembelian motor antara
lain, merek Yamaha, Suzuki, Honda, atau Kymco.

6.1.2 Kesimpulan Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum outbound logistics : warehouse


selection process ini antara lain:
• Proses Hirarki Analitis dapat memberikan kerangka dalam pengambilan
keputusan, sehingga memungkinkan kita untuk mengambil keputusan yang efektif.
• Penetapan rencana prioritas membantu dalam pengambilan keputusan yang akan
diambil.
• Pengambilan suatu keputusan dapat dibantu dengan menggunakan software
Expert Choice dan penggunaannya sangat mudah dan sangat membantu.
• Dari hasil Expert Choice maupun perhitungan manual, pemilihan lokasi gudang
baru jatuh pada kota Cianjur dengan nilai prioritas sebesar 46.4 % dengan
menggunakan software Expert Choice dan 44.9% dengan perhitungan manual.

6.1.3 Kesimpulan Inbound Logistics : Supplier Selection Process

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum inbound logistics : supplier


selection process ini antara lain:
• Untuk kasus pertama PT UdaTimEx dalam memilih pemasok jatuh pada PT
Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar sebesar 75.4% berdasarkan
perhitungan Expert Choice dan nilai prioritas sebesar 75.6% berdasarkan perhitungan
manual.
• Pemilihan rute terpendek dalam suatu jaringan perjalanan dapat dibantu dengan
menggunakan software Logware.

Decision Support System 60


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

• Pemilihan rute terpendek dapat membantu dalam mengurangi total biaya


produksi.
• Untuk kasus kedua dalam penentuan rute terpendek, PT Selepath Selepith
melakukan perjalannnya ke kota A, kemudian ke kota C, baru ke gudang baru PT
UdaTimEx dengan total biaya sebesar 105.
• Untuk penentuan rute terpendek PT Tarompah Batha melakukan perjalannnya ke
kota D, kemudian ke gudang baru PT UdaTimEx dengan total biaya sebesar 90.

6.2 Saran

6.2.1 Saran Penyusunan Arsitektur Hirarki

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum penyusunan arsitektur hirarki ini

antara lain :

• Sebaiknya dalam penyusunan arsitektur hirarki ditambahkan sub kriteria agar

permasalahan menjadi semakin jelas dan terarah.

• Sebaiknya pada saat praktikum penyusunan arsitektur hirarki, dilakukan praktek

pembuatan brainstrorming dengan menggunakan software MindMap agar praktikan

mengerti cara menggunakan software tersebut.

6.2.2 Saran Outbound Logistics : Warehouse Selection Process

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum outbound logistics : warehouse

selection process ini antara lain :

• Pemberian pembobotan nilai harus dilakukan dengan rasional dalam artian tidak

sembarang dalam memberikan pembobotan nilai.

6.2.3 Saran Inbound Logistics : Supplier Selection Process

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum inbound logistics : supplier

selection process ini antara lain :

Decision Support System 61


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

• Sebaiknya dalam software Logware tidak hanya aplikasi Route saja yang

dipelajari, tetapi aplikasi lainnya yang terdapat dalam software Logware tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Prambudia, Yudha dan Didi Teguh Pribadi. 2004. Modul Praktikum Teknik
Industri-3 : Decision Support System. Bandung : Universitas Widyatama
Balle, Michael. 1994. Managing with System Thinking. London : McGraw Hill
Book Company
Saaty, Thomas L. 1994. Analytical Hierarchy Process: Pengambilan Keputusan
untuk Para Pemimpin. Jakarta : PPM
Taha, hamdy. 1985. Operational Research. Edisi 2. New York: Prentice Hall

Decision Support System 62


UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI –III

LAMPIRAN

LEMBAR ASISTENSI

Decision Support System 63

You might also like