Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan selalu saja timbul persoalan, baik itu persoalan pribadi,
organisasi, perusahaan, dan sebagainya. Dalam setiap persoalan tersebut pasti ada jalan
keluarnya, namun apakah jalan keluarnya tersebut memperbaiki persoalan tersebut atau
malah sebaliknya. Jalan keluar tersebut berupa keputusan tindakan yang akan
menyelesaikan persoalan tersebut. Dari satu persoalan dapat menghasilkan beberapa
alternatif keputusan yang dihasilkan. Dari beberapa alternatif itulah, kita memilih
keputusan yang paling baik untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Dalam suatu persoalan, lebih baik jika kita mencoba untuk menguraikan
persoalan tersebut menjadi beberapa entitas. Hal ini dapat membantu dalam melakukan
pemecahan permasalahan menjadi lebih sederhana. Penyederhanaan ini dilakukan agar
persoalan tersebut menjadi lebih terstruktur dan terintegrasi. Selain itu, penyederhanaan
ini akan mempermudah dalam memecahkan persoalan yang sedang dihadapi.
Agar persoalan tersebut dapat menjadi lebih sederhana, pertama kita tentukan
dahulu tujuan dari pemecahan persoalan tersebut. Kemudian, kita tentukan pembatas-
pembatas dari persoalan tersebut agar persoalan tidak menjadi lebih besar. Dalam
pemecahan persoalan kita juga memerlukan kriteria-kriteria dalam persoalan tersebut.
Setelah itu kita tentukan alternatif-alternatif yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang
telah kita tentukan.
Dalam penyusunan keputusan atas pemecahan persoalan yang kita hadapi, kita
memerlukan beberapa hal penting, yaitu perspektif yang merupakan cara pandang kita
dalam melihat suatu persoalan. Hirarki, dimana persoalan tersebut dipecah menjadi
beberapa elemen-elemen yang disusun dari satu tingkat ke tingkat yang lain. Tujuan,
maksudnya adalah suatu persoalan memiliki tujuan untuk mengetahui apa yang menjadi
inti dalam persoalan tersebut. Model mental yang ada dalam pemikiran kita yang
mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati, dan bertindak. Serta rasionalitas, dimana
kita dihadapkan pada konsekuensi logis dari cara kita melihat, mengamati, dan bertindak
dalam menghadapi persoalan tersebut.
1.1.2 Latar Belakang Outbound Logistics : Warehouse Selection Process
BAB II
LANDASAN TEORI
Seperti kita ketahui bahwa dunia ini penuh dengan persoalan yang terus
berkembang dan dinamis sejalan dengan perkembangan peradaban manusia di dunia.
Manusia secara harfiah selalu dihadapkan kepada persoalan-persoalan dalam hidupnya,
dan pada akhirnya akan berakhir dengan sebuah keputusan. Hal ini menjadi sangat
lumrah mengingat dalam mengarungi hidup ini yang menjadi inti kehidupan adalah
bagaimana kita dapat memilih, karena hidup adalah proses dalam memilih suatu pilihan
(life it’s matter of choices).
Dalam menghadapi suatu permasalahan, alangkah baiknya jika kita mencoba
untuk mengurai persoalan-persoalan tersebut menjadi beberapa entitas-entitas dalam
persoalan tersebut. Hal ini akan sangat membantu kita dalam melakukan pemecahan
permasalahan menjadi lebih sederhana dan mudah untuk dibaca dan dipahami oleh kita.
Dengan tetap mempertahankan konteks dari permasalahan tersebut, kita dapat melakukan
penyederhanaan (simplified) bukan membuat sederhana (make it simple). Kedua
persoalan tersebut sangat berbeda, sebab dengan melakukan penyederhanaan bukan
berarti kita membuat persoalan menjadi sederhana dengan menghilangkan konteks dari
persoalan yang ada.
Proses penyederhanaan adalah mencoba untuk menguraikan suatu persoalan
menjadi lebih terstruktur dan terintegrasi. Hal ini akan sangat mempermudah dalam
melakukan pemecahan terhadap persoalan yang kita hadapi. Banyak cara untuk
menyusun dan membuat sebuah struktur suatu permasalahan. Adapun yang menjadi
pokok persoalan adalah bagaimana kita mencoba membuat persoalan yang sangat rumit
dan kompleks menjadi lebih sederhana dengan jalan menguraikan persoalan dengan
konteks yang lebih kecil (breakdown).
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penyususnan struktur keputusan, yaitu
sebagai berikut:
a. Tentukan Tujuan dari pemecahan persoalan yang kita alami. (Goal Setting)
b. Tentukan Pembatas dalam persoalan yang dialami.(Constraint Indentification)
c. Tentukan Kriteria dalam permasalahan yang dialami. (Criteria Empowerment)
d. Tentukan Alternatif-alternatif dalam permasalahan. (Alternatives Development)
1) Perspektif
Perspektif adalah cara pandang kita dalam ”melihat” suatu persoalan. Memang,
dalam memandang suatu persoalan, kita mempunyai bverbagai macam sudut yang
berbeda, walaupun dalam persoalan yang sama. Perspektif adalah salah satu hal yang
sangat penting dalam penyusunan arsitektur keputusan, karena dengan menggunakan
perspektif kita akan lebih mudah dalam menemukenali persoalan yang ada. Perspektif
adalah kemampuan mendasar yang harus dimiliki jika kita mencoba untuk menemukenali
dan memecahkan persoalan.
2) Hirarki
Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipajami kalau kita memecahkan
menjadi beberapa elemen yang menjadi elemen-elemen pokoknya, menyusun elemen-
elemen tersebut secara hierarkis. Kemudian meyusun atau mensitesis pertimbangan kita
tentang relatif pentingnya elemen-elemen tersebut pada setiap tingkat hirarki ke dalam
seperangkat prioritas menyeluruh. Hirarki merupakan alat dasar dari pikiran manusia.
Mereka melibatkan pengidentifikasian elemen-elemen suatu persoalan, mengelompokkan
elemen-elemen itu ke dalam beberapa kumpulan yang homogen, dan menata kumpulan-
kumpulan liner, yang neik atau turun dari satu tingkat ke tingkat yang lain.
3) Tujuan
Dalam suatu persoalan, tujuan menjadi arahan dalam proses penyelesaian suatu
persoalan. Coba kita bayangkan, bagaimana suatu persoalan yang tidak mempunyai
tujuan. Jika suatu persoalan tidak mempunyai tujuan, ini akan mengakibatkan persoalan
tersebut menjadi bias dan tidak dapat terselesaikan. Persoalan yang tidak mempunyai
tujuan menyebabkan persoalan akan ”berputar” pada persoalan itu saja. Tujuan menjadi
sangat penting ketika kita mencoba untuk mengetahui apa yang menjadi inti dalam suatu
permasalahan. Oleh karena itu, tujuan dalam suatu penyelesaian permasalahan akan
menjadi panduan (guidance) kita untuk mengarahkan kita dalam penyelesaian akhir dari
suatu permasalahan.
4) Model Mental
Model mental adalah bagian dalam pemikiran kita yang telah ”tertanam”
sedemikian rupa sehingga banyak mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati, dan
bertindak. Hal ini menjadi sangat penting jika kita dihadapkan kepada persoalan yang
sangat kompleks dan terintegrasi. Model Mental sebenarnya dapat dibagi menjadi
beberapa sub bagian yang perlu diketahui :
Model Mental adalah konsistensi internal : adalah keadaaan dimana kita mempunyai
suatu ”nilai” yang akan membatasi kita dalam melihat, mengamati dan bertindak.
Model Mental adalah selalu stabil dan cenderung menolak suatu perubahan : adalah
keadaan dimana kita akan selalu berusaha untuk menolak suatu nilai baru yang coba
melakukan penetrasi terhadap pola pemikiran kita.
Model Mental adalah proses penyederhanaan dari dunia nyata : adalah keadaan dimana
kita melihat, mengamati dan bertindak untuk menanggulangi dan menghadapi dinamika
kehidupan beserta perubahan-perubahannya.
Model Mental kejadian-kejadian yang sering kita pikirkan : adalah keadaan dimana kita
mempunyai kejadian yang selalu ”menempel” dalam pikiran kita yang pada akhirnya
akan mempengaruhi kita dalam melihat, mengamati dan bertindak.
5) Rasionalitas
dunia ini. Dengan menggunakan rasionalitas, maka kita akan mencoba untuk selalu
berpikir akan akibat dari semua cara kita dapat melihat, mengamati dan bertindak.
Rasionalitas digunakan dalam penyusunan arsitektur keputusan ini adalah disaat kita
mencoba untuk mendapatkan alternatif-alternatif yang kita bangun dan harus kita pilih.
Selagi ilustrasi dapat kita lihat contoh berikut ini: seandainya anda adalah
seorang manajer suatu perusahaan yang bergerak di bidang transportasi. Anda
dihadapkan suatu persoalan untuk menentukan jenis dari moda atau alat transportasi yang
harus dipilih untuk mendistribusikan produk anda ke beberapa lokasi tertentu. Berikut ini
adalah proses dalam penyusunan arsitektur keputusan:
1. Tentukan Tujuan dari pemecahan persoalan yang kita alami. (Goal Setting):
Penerapan Metoda Transportasi
2. Tentukan Pembatasan dalam persoalan yang dialami (constaints identification):
Jenis dari Moda Transportasi yang akan dipilih yaitu:
a. Pesawat Udara
b. Kapal Laut
c. Truk
d. Kereta Api
3. Tentukan Kriteria dalam permasalahan yang dialami (criteria empowerment):
faktor-faktor yang mempengaruhi jenis dari moda transportasi tersebut. Untuk lebih
jelasnya dapat kita lihat seperti di bawah ini:
a. Pesawat Udara: Pesawat Rotari, Pesawat Jet dan Helikopter
b. Kapal Laut: Kapal Uap, Kapal Diesel dan Kapal Hovercraft
c. Truk: Truk Diesel dan Truk Bensin
d. Kereta Api: Kereta Api Uap, Kereta Api Diesel dan Kereta Api Listrik
4. Tentukan Alternatif-alternatif dalam permasalahan (alternatives development)
a. Pesawat Udara: Nama-nama perusahaan Penerbangan seperti Merpati
Airlines, Perkutut Airlines.
b. Kapal Laut: Nama-nama perusahaan Kapal Laut.
c. Truk: Nama perusahaan Ekspedisi Muatan Truk
d. Kereta Api: Nama-nama Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL)
Untuk lebih jelasnya kita harus membangun informasi di saat menjadi sebuah
struktur arsitektur keputusan, seperti dibawah ini:
KAPAL
ROTARI
DIESEL
Nama Perusahaan Pilihan
BENSIN
HELIKOPTER
Penentuan Moda
Transportasi
KAPAL KAPAL
KERETA API KA DIESEL
DIESEL LAUT
KAPAL
KA LISTRIK
Hovercraft
Dalam sistem dunia kita yang kompleks, kita dipaksa menanggulangi lebih
banyak masalah dibandingkan kesanggupan kita untuk menanganinya. Untuk menangani
persoalan sosial, ekonomi dan politik yang tidak terstruktur, kita perlu menyusun tingkat
prioritas, menyepakati bahwa dalam jangka pendek, sasaran yang satu lebih penting
daripada sasaran yang lainnya, dan melakukan pertimbangan/pembobotan demi
kepentingan bersama yang terbesar.
1) Menyusun Hirarki
2) Menentukan Prioritas
3) Konsistensi Logis
kuatitatif merupakan dasar untuk mengambil keputusan yang sehat dalam situasi
yang kompleks, dimana kita perlu menetapkan prioritas dan melakukan perimbangan.
Untuk menghitung prioritas, kita memerlukan suatu metode praktis untuk
menghasilkan skala bagi pengukuran.
Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan tentang proses hirarki analisis (PHA)
yaitu : suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau
kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan
cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang
dinginkan darinya.
Kebanyakan masalah timbul karena kita tidak tahu dinamika internal suatu sitem
secara cukup rinci untuk mengidentifikasi berbagai hubungan sebab-akibat. Kontribusi
yang terpenting dari Proses Hirarki Analisis (PHA) adalah bahwa proses ini
memungkinkan kita untuk menggambarkan keputusan yang praktis, atas dasar
pemahaman “pra-kausal” yaitu atas berbagai perasaan dan pertimbangan kita tentang
pengaruh relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Elemen-elemen hendaknya dibagi dalam kelompok-kelompok yang homogen,
agar dapat dibandingkan secara bermakna terdapat elemen-elemen yang berada setingkat
di atasnya. Satu-satunya pembatasan dalam menata elemen-elemen secara hirarki adalah
bahwa setiap elemen yang berada setingkat diatasnya berfungsi sebagai kriteria untuk
menaksir pengaruh relatif elemen-elemen ditingkat bawah itu.
Hirarki tidak perlu dibuat terlalu atau selalu lengkap, artinya suatu elemen di satu
tingkat tertentu tidak terlalu berfungsi sebagai kriteria bagi semua elemen ditingkat
bawah. Jadi, suatu hirarki dapat dibagi menjadi beberapa sub-hirarki dengan hanya satu
elemen yang sama, yaitu apa yang berada di tingkat tertinggi.
Persoalan memilih mobil, baik yang baru maupun lama, disusun dalam bentuk
hirarki tiga tingkat. Ditingkat dua, berbagai faktor biaya maupun manfaat yang maksuk
dalam pertimbangan pengambilan keputusan dibuat prioritasnya. Kemudian, berbagai
alternatif yang spesifik saling dibandingkan berkenaan dengan setiap faktor di tingkat
T i n g k2a: t
H a rg a M o b i l B i a y a P e m e l i h a ra a n K e h em atan B a h an B ak a r K en yam anan Statu s So sial
Fa k to r
T i n g k3a: t
T o y o ta A ltis H o n d a C i ty Z S u zu k i N ew B a len o
A lt e rn a t i f
Intensitas
Definisi Penjelasan
Pentingnya
Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama
1
besar pada kriteria yang ada
Elemen yang satu sedekit lebih Pengalaman dan pertimbangan sedikit
Satu elemen jelas lebih penting Satu elemen dengan kuat disokong dan
Satu elemen mutlak lebih penting Bukti yang menyokong elemen yang
Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hirarki paling bawah. Jika
hasilnya ada beberapa buah, boleh diambil rata-rata aritmetiknya.
8. Evaluasi konsisten untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks dengan
konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.
Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi
acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama
setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang
bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki itu harus 10 persen
atau kurang. Jika tidak, mutu informasi itu harus diperbaiki, berangkai dengan
memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika membuat pembandingan
berpasang. Jika tindakan ini gagal memperbaiki konsistensi, ada kemungkinan
persoalan dikelompokkan di bawah suatu kriteria yang bermakna. Maka kita perlu
balik ke langkah 2, meskipun mungkin hanya bagian-bagian persoalan dari hirarki itu
yang perlu diperbaiki.
Kita dapat melihat contoh dalam pemilihan mobil di atas. Untuk lebih jelasnya
dapat kita lihat contoh di bawah ini:
Tingkat1 :
Fo kus M emilih M obil
Tingkat2 :
Fak tor H arga M obil K enyamanan
Tingkat3 :
A lternatif Toyota A ltis Honda City Z Suzuki N ew Baleno
Jumlah 4 1 1/3
Tabel 2. 4 Tabel Matriks Pembanding Kenyamanan
Priorita Prioritas
Kenyamanan Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis
s (desimal)
Suzuki Baleno 1/9 1/10 2/17 8/73 0.11
Priorita Prioritas
Harga Mobil Suzuki Baleno Honda City Toyota Altis
s (desimal)
Suzuki Baleno 1/7 1/13 5/29 3/23 0.13
Honda City 2/7 2/13 4/29 5/26 0.19
Toyota Altis 4/7 10/13 20/29 67/99 0.68
Jumlah 1 1 1
Setelah mendapatkan tabel di atas, maka kita akan mengalihkan antara prioritas
kenyaman dengan masing-masing kolomnya, sehingga didapatkan hasil tabel di bawah
ini:
Kemudian jumlahkan setiap baris pada tabel di atas, yang kemudian kita sebut
sebagai prioritas pilihan akhir kita. Berdasarkan tabel di atas, maka kita mendapatkan
bahwa prioritas tertinggi adalah jatuh pada Toyota Altis dengan nilai prioritas sebesar
0.61.
Pada modul praktikum sebelumnya, kita sudah mengenal tentang rute terpendek
yang harus ditempuh oleh suatu moda transportasi. Sekarang yang kita bahas adalah
tentang bagaimana suatu moda transportasi harus melakukan pelayanan dalam artian
”mengunjungi” beberapa titik tujuan layanan.
Adapun yang dimaksud dengan titik tujuan layanan di sini adalah tujuan-tujuan
yang harus disinggahi oleh suatu moda transportasi untuk dapat menyelesaikan tugasnya
dalam suatu jaringan jarak tertentu. Misalnya, seorang salesman yang ingin mengunjungi
beberapa kota untuk menawarkan barang atau jasa dagangannya. Salesman tersebut harus
melalui semua kota yang akan dikunjungi dengan catatan tidak boleh melalui titik yang
sama lebih dari satu kali. Dengan kata lain, setiap node dalam jaringan harus dikunjungi
(jika memang harus disinggahi) satu kali saja. Perlu diperhatikan bahwa salesman
tersebut harus kembali ke titik awalnya dari pertama kali dia berangkat.
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah Travelling Salesman Problem
(TSP). Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang salesman di Amerika pada
tahun 1960-an. Salesman tersebut merasa dirinya rugi dalam perjalanannya jika sedang
menawarkan produknya. Maka ia mulai berpikir untuk mencari rute yang paling optimal
untuk dapat menawarkan produknya ke seluruh kota di daerahnya penjualannya dengan
tidak membuang-buang waktu dan dana jika harus melewati suatu kota dari satu kali. Hal
inilah yang melatarbelakangi perkembangan metode ini.
BAB III
METODOLOGI
Start
Studi Literatur
Data pemilihan
Proses Hirarki Analisis
lokasi gudang
Proses
Software
Perhitungan
Expert Choice
Manual
Software Software
Expert Choice Logware
Analisis
End
Setelah semua data selesai diolah, maka praktikan menganalisis data tersebut.
Setelah dianalisis, praktikan membuat kesimpulan dan saran dari praktikum yang telah
dilakukan..
BAB IV
a. Kota Tasikmalaya
b. Kota Ciamis
c. Kota Cianjur
Perusahaan di Bandung harus memilih kota mana yang akan dipilih untuk
dijadikan gudang satelit dalam mendukung perluasan penjulan produknya. Mengingat
perusahaan mempunyai dana yang terbatas, saat ini perusahaan hanya mampu untuk
melakukan perluasan pada satu kota saja.
Menurut hasil penelitian pasar yang telah dilakukan oleh departemen pemasaran
perusahaan tersebut, ternyata didapat empat parameter yang akan menjadi basis dalam
penentuan prioritas penentuan prioritas penentuan lokasi gudang dikota tujuan perluasan
baru. Keempat parameter tersebut adalah sebagai berikut:
a. Jarak terhadap kota Bandung
b. Kapasitas gudang
c. Harga sewa gudang
d. Jumlah permintaan
Setelah kita mendapatkan pemasok yang terbaik berdasarkan prioritas yang telah
disepakati seperti di atas. Sekarang saatnya Anda diharuskan menentukan rute pelayanan
yang harus ditempuh untuk mendistribusikan produknya ke lokasi gudang penyimpanan
yang baru.
Berikut ini adalah jaringan yang menghubungkan perusahaan pemasok dengan
kota-kota tujuan yang harus dilayaninya dalam pengiriman barang pasokannya.
50
A
20 PTSelepath
40 Selepith
B
15
75
Gudang Baru 35
C
60
75
D
30
80 A
50
PTTarompah
Batha
B
20
45
GudangBaru 65
C
60
30
D
Tentukanlah jalur yang optimal untuk mencapai kota gudang baru yang telah
dipilih pada penentuan lokasi sebelumnya, dimana perusahaan juga harus tetap dapat
memasok ke kota-kota lainnya. Di sini, kita ditugaskan untuk memberikan masukkan
kepada perusahaan pemasok untuk dapat memilih dan menentukan rute yang paling
optimal.
Goal Setting :
• Penentuan Bisnis Restaurant
Constraint :
• Advertising
• Lokasi
• Tenaga Kerja
• Ruangan
• Menu
Criteria :
• Media Cetak
• Media Elektronik
• Pusat Kota
• Pinggiran Kota
• Koki
• Manajer
• Pelayan
• Smoking Area
• Non-smoking Area
• Italian Food
• Seafood
• Fast Food
Sub Criteria :
• Koran
• Majalah
• Televisi
• Radio
• Pusat Pertokoan
• Mall
• Tempat Wisata
• Lulusan Perhotelan
• Pria
• Lulusan S1 Manajemen
• Pekerja keras
• Lulusan SMA
• Pria/ Wanita
• Ruangan Non-AC
• Alam Terbuka
• VIP
• Ruangan ber-AC
• Pasta
• Pizza
• Cumi Saus Tiram
• Udang Asam Manis
• Burger
• Wafel
Alternatif :
• Franchise Restaurant
• Family Restaurant
• Seafood Restaurant
G o a l S e t t in g P e n e n tu a n B isn is R e sta u ra n t
N -o n Ita lia n
M e d ia M e d ia P u sat P in g g i ra n S m o k in g F a st
C r it e r i a K o ki M a n a je rP e la y a n S m o k in g F o o d S e a fo o d
C e ta k E le k tro n ik K o ta K o ta A re a Foo d
A re a
C u mUi d a n g
P u sa t T e m p a Lt u l u s a n L u l 1u s Pa en k SeL r uj al u Ps /ra i na R u a n g A a nl a m R uan g an
S u b C r it e r i K o r Ma n a j a lTa eh l e Rv i a s di i o M a ll P ri a V IP P a s t aP i z z Sa a u sA s a mB u r g W e r a f e l
P e r t o k o a n W i s a t a P e r h o t e l a Mn a n a jK e me r eaS nsM WA a n Ni t -Aao nC T e r b u k a b -Ae r C
T i r a mM a n i s
A lt e r n a t i f F ra n c h i s e R e s ta u r a n t F a m i l y R e s t a u r a n t S e a fo o d R e s ta u ra n t
Goal Setting :
• Penentuan Pembelian Motor
Constraint :
• Kapasitas Mesin
• Merek
• Warna
• Kenyaman
Criteria :
• Besar
• Kecil
• Podusen Motor
• Kualitas
• Gelap
• Terang
• Posisi Tangki Bensin
• Jok
Sub Criteria :
• 500 cc
• 750 cc
• 110 cc
• 125 cc
• Buatan Korea
• Buatan Jepang
• Irit Bensin
• Hitam
• Biru
• Merah
• Putih
• Di depan
• Di bawah jok
• Empuk
• Keras
Alternatif :
• Yamaha
• Suzuki
• Honda
• Kymco
G o a l S e t t in g P e n e n t u a n P e m b e lia n M o t o r
C o n s t r a in t K a p a s it a s M e s in M e re k W a rna K e n ya m a n a n
P ro d u se n P o s is T a n g k i
C r it e r ia B e sa r K e c il K u a lit a s G e la p T e ran g Jok
M o to r B e n s in
Di
B u a ta n B u a t a n I r it Di
S u b C r it e r i 5 0 c0c 7 5 c0 c 1 1 c0c 1 2 c5c H it a m B ir u M e r a h P u t ih b a w a h E m p u kK e r a s
K o re a Je p a n g B e n s in depan
jo k
T i n g k1a: t P e m ilih a n L o k a s i
Fokus G udang
T i n g k2a: t J a r a k te r h a d a p H a rg a S e w a J u m la h
K a p a s ita s G u d a n g
F a k to r ko ta B a n d u n g G udang P e r m in ta a n
T i n g k3a: t
K o ta T a s ik m a la y a K o t a C ia m is K o ta C ia n ju r
A l t e rn a t i f
Gambar 4. 13 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Kriteria Jarak terhadap Kota Bandung
Gambar 4. 17 Gambar Tampilan Sintesis terhadap Goal Setting Pemilihan Lokasi Gudang
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Expert Choice, maka lokasi gudang yang
dipilih adalah Kota Cianjur dengan nilai prioritas sebesar 0,464 atau 46,4%.
Tingkat 1 : Pemilihan
Fokus Pemasok
Tingkat 2 :
Kualitas Harga Pengiriman
Faktor
Gambar 4. 29 Gambar Tampilan Koordinat dan Hubungan antar Node pada Jaringan Rute PT
Selepath Selepith
Gambar 4. 30 Gambar Tampilan Shortest Route Methode Solution Result untuk PT Selepath
Selepith
Gambar 4. 31 Gambar Peta Lokasi yang Harus Ditempuh Berdasarkan Rute Terpendek untuk PT
Selepath Selepith
Gambar 4. 32 Gambar Tampilan Koordinat dan Hubungan antar Node pada Jaringan Rute PT
Tarompah Batha
Gambar 4. 33 Gambar Tampilan Shortest Route Methode Solution Result untuk PT Tarompah
Batha
Gambar 4. 34 Gambar Peta Lokasi yang Harus Ditempuh Berdasarkan Rute Terpendek untuk PT
Tarompah Batha
BAB V
sajikan cumi saus tiram atau udang asam manis. Untuk menu fastfood kita dapat
menyajikan berbagai macam burger dan wafel.
Setelah kita tentukan pembatas, kriteria, dan sub kriteria, maka semakin jelas
arah pemecahan masalah. Untuk alternatif bisnis restaurant kita bisa membuat bisnis
family restaurant, fastfood restaurant, atau seafood restaurant.
Satu lagi persoalan yang sedang dihadapi adalah penentuan pembelian motor
yang akan dibeli. Apalagi saat ini banyak sekali motor-motor yang ditawarkan. Untuk itu
kita menyusun arsitektur keputusan untuk membantu dalam memecahkan persoalan
pembelian motor.
Untuk menentukan pembelian motor, kita membatasi apa saja yang perlu
dipertimbangkan dalam membeli mobil. Pembatasan pembelian motor antara lain,
kapasitas mesin, merek, warna, dan kenyamanan. Dari masing-masing pembatasan
masalah ini kita tentukan kriteria-kriterianya. Untuk kapasitas mesin, yang menjadi
kriterianya adalah motor dengan kapasitas mesin yang besar atau kecil. Untuk merek,
yang menjadi kriterianya yaitu berdasarkan produsen motor dan kualitas motornya. Dari
segi warna, yang menjadi kriterianya yaitu warna gelap atau terang. Dari segi
kenyamanan, yang menjadi kriterianya antara lain posisi tangki bensin dan jok motor.
Agar kriteria-kriteria tersebut lebih jelas dan terarah, maka diperjelas lagi
menjadi sub-sub kriteria. Yang dimaksud dengan kapasitas mesin yang besar yaitu motor
dengan kapasitas 500 cc dan 750 cc, sedangkan motor yang berkapasitas kecil yaitu 110
cc dan 125 cc. Untuk produsen motor, apakah merek motor dengan buatan Korea atau
buatan Jepang. Untuk kualitas motor dilihat dari apakah motor tersebut irit bensin atau
tidak. Motor tentu saja banyak warnanya, untuk warna yang gelap sub kriterianya adalah
warna hitam dan biru, sedangkan warna yang terang misalnya saja warna merah dan
putih. Posisi tangki bensin juga menentukan motor itu nyaman atau tidak, ada yang posisi
tangkinya di depan dan ada juga yang posisi tangkinya di bawah jok, sehingga ketika
mengisi bensin, pengendara harus turun dari motor dan mengangkat jok motornya. Ketika
pengendara motor menaiki motornya, jok juga merupakan hal yang penting, apakah
menginginkan jok yang empuk atau keras.
Setelah kita tentukan pembatas, kriteria, dan sub kriteria, maka semakin jelas
arah pemecahan masalah pembelian motor. Untuk alternatif pembelian motornya kita bisa
memilih motor dari merek Yamaha, Suzuki, Honda, atau Kymco.
Dari tabel di atas kita bisa lihat bahwa ada perbedaan nilai antara
perhitungan menggunakan software Expert Choice dengan perhitungan manual.
Dalam perhitungan Expert Choice, prioritas untuk jarak terhadap kota Bandung
adalah 0.083, sedangkan dengan perhitungan manual nilainya 0.084. Begitu pula
untuk prioritas kapasitas gudang, dalam Expert Choice nilainya 0.192, sedangkan
perhitungan manualnya lebih besar, yaitu 0.196. untuk nilai prioritas harga sewa
gudang yang menggunakan Expert Choice nilainya 0.153, sedangkan dengan
perhitungan manual nilainya 0.155. Dan nilai prioritas jumlah permintaan dengan
Expert Choice bilainya 0.571, sedangkan dengan perhitungan manual nilainya
lebih kecil, yaitu 0.565. Perbedaan nilai prioritas ini dapat terjadi karena
pembulatan niali yang dilakukan Expert Choice dan perhitungan manual yang
tidak sama, sehingga nilainya pun berbeda.
Selain nilai prioritas, perbedaan nilai juga terlihat dalam matriks keputusan
antara Expert Choice dengan perhitungan manualnya. Berikut ini adalah
perbandingan nilai keputusan antara menggunakan Expert Choice dengan
perhitungan manual.
Tabel 5. 2 Tabel Perbandingan Hasil Keputusan Pemilihan Lokasi Gudang
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara nilai prioritas
perhitungan Expert Choice dengan perhitungan manual. Untuk nilai prioritas kualitas,
perhitungan Expert Choice memiliki nilai prioritas 0.474, sedangkan perhitungan
manualnya hanya 0.472. Untuk nilai prioritas harga dengan Expert Choice nilainya 0.149,
sedangkan perhitungan manualnya lebih besar, yaitu sebesar 0.151. Nilai prioritas
pengiriman dengan Expert Choice nilainya sebesar 0.376, sedangkan perhitungan
manualnya sebesar 0.377. Dilihat dari besarnya nilai prioritas, yang menjadi faktor paling
penting dari pemasok untuk PT UdaTimEx adalah faktor kualitas.
Selain nilai prioritas pada setiap faktor ada perbedaan, nilai prioritas untuk
keputusan juga ada sedikit perbedaan. Berikut ini adalah perbandingan nilai prioritas
keputusan antara menggunakan Expert Choice dengan perhitungan manual.
Tabel 5. 4 Tabel Perbandingan Hasil Keputusan Pemilihan Pemasok PT UdaTimEx
Tabel di atas terlihat adanya perbedaan nilai prioritas keputusan antara hasil
Expert Choice dengan perhitungan manual. Dalam Expert Choice, nilai prioritas untuk
PT Selepath Selepith sebesar 0.246, sdangkan pehitungan manualnya hanya sebesar
0.244. Begitu pula untuk PT Tarompah Batha, dengan Expert Choice nilai prioritas
keputusannya 0.754, sedangkan dengan perhitungan manualnya 0.756. Ada perbedaan
nilai prioritas keputusannya, hal ini dapat terjadi karena masalah pembulatan antara
Expert Choice dengan perhitungan manual tidak sama, sehingga hasil akhirnya juga ada
perbedaan.
Meskipun ada perbedaan nilai, namun hasil akhir pemilihan pemasok jatuh pada
PT Tarompah Batha dengan nilai prioritas sebesar 75.4% berdasarkan perhitungan Expert
Choice dan nilai prioritas sebesar 75.6% berdasarkan perhitungan manual.
Untuk kasus kedua yang dimiliki PT UdaTimex adalah masalah rute dari kedua
pemasok ke gudang baru milik PT UdaTimEx. Untuk kasus ini dalam memecahkan
persoalannya dibantu dengan bantuan sofware Logware. Software ini dapat membantu
dalam menentukan rute terpendek dalam jaringan jalan kota yang harud dilayani.
Ada beberapa alternatif rute yang digunakan oleh PT Selepath Selepith dalam
pelayanannya untuk sampai ke gudang baru milik PT UdaTimEx. Berikut ini adalah
beberapa alternatif rute yang harus dilalui PT Selepath Selepith beserta dengan biaya
yang harus dikeluarkannya.
Alternatif 1 : PT Selepath Selepith → kota A → kota C → Gudang Baru
Total Cost = 105
Alternatif 2 : PT Selepath Selepith → kota A → kota C → kota B → Gudang baru
Total Cost = 125
Alternatif 3 : PT Selepath Selepith → kota C → kota B → Gudang Baru
Total Cost = 130
Alternatif 4 : PT Selepath Selepith → kota C → Gudang Baru
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum penyusunan arsitektur hirarki ini
antara lain:
• Dalam penyusunan arsitektur hirarki kita perlu menentukan tujuan dari
pemecahan masalah, pembatasan masalah, kriteria dalam permasalahan, dan
alternatif-alternatif dalam permasalahan.
• Dalam penyusunan arsitektur hirarki juga dapat ditambahkan sub kriteria untuk
lebih memperjelas kriteria yang telah ditentukan, sehingga permasalahan lebih jelas
dan terarah.
• Penyusunan arsitektur hirarki perlu memperhatikan cara pandang kita dalam
melihat sebuah persoalan, menyusun elemen-elemen secara hirarki, menentukan
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum penyusunan arsitektur hirarki ini
antara lain :
• Pemberian pembobotan nilai harus dilakukan dengan rasional dalam artian tidak
• Sebaiknya dalam software Logware tidak hanya aplikasi Route saja yang
dipelajari, tetapi aplikasi lainnya yang terdapat dalam software Logware tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Prambudia, Yudha dan Didi Teguh Pribadi. 2004. Modul Praktikum Teknik
Industri-3 : Decision Support System. Bandung : Universitas Widyatama
Balle, Michael. 1994. Managing with System Thinking. London : McGraw Hill
Book Company
Saaty, Thomas L. 1994. Analytical Hierarchy Process: Pengambilan Keputusan
untuk Para Pemimpin. Jakarta : PPM
Taha, hamdy. 1985. Operational Research. Edisi 2. New York: Prentice Hall
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI