You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Salah satu tuntutan reformasi yang digulirkan sejak tahun 1998 adalah
dibangunnya suatu sistem ketatanegaraan Indonesia yang berbasis secara murni
dan konsekuen pada paham kedaulatan rakyat yang mampu membawa rakyat
Indonesia mencapai tujuan bernegara yang dicita-citakan, maka perubahan atau
amandemen UUD 1945 merupakan langkah strategis yang harus dilakukan
dengan seksama oleh Bangsa Indonesia.Dapat kita ketahui bahwa Pancasila
dalam konteks ketatanegaraan RI beberapa tahun ini mengalami perubahan yang
sangat mendasar mengenai system ketatanegaraan. Perubahan mendasar setelah
empat kali amandemen UUD 1945 ialah komposisi dari UUD tersebut, yang
semula terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh dan penjelasannya, berubah
menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Penjelasan UUD 1945,
yang semula ada dan kedudukannya mengandung kontroversi karena tidak turut
disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dihapuskan. Materi yang
dikandungnyasebagian dimasukkan, diubah dan ada pula yang dirumuskan
kembali ke dalam pasal-pasal amandemen. Perubahan mendasar UUD 1945
setelah empat kali amandemen, juga berkaitan dengan pelaksana kedaulatan
rakyat, dan penjelmaannya ke dalam lembaga-lembaga negara.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan negara?
2. Bagaimanakah sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945?
3. Bagaimanakah sistem ketatanegaraan Republik Indonesia sebelum
amandemen?
4. Bagaimanakah sistem ketatanegaraan Republik Indonesia setelah
amandemen?
5. Bagaimanakah pembagian kekuasaan di negara Indonesia?

1
BAB II

PEMBAHASAN

SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

A. NEGARA

Sebelum kita membahas tentang sistem ketatanegaraan, terlebih dahulu kita


harus tahu apa itu negara. Menurut Max Weber, negara merupakan masyarakat yang
terintegrasi dan memiliki wewenang memaksa pada individu atau kelompok yang
merupakan bagian dari masyarakat. Sedangkan menurut Logemann, negara
merupakan organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan kekuasaannya
mengatur/mengurus satu masyarakat tertentu. Dan menurut International
Encyclopaedia, negara merupakan sekumpulan rakyat (bangsa) yang mendiami suatu
wilayah tertentu dan diorganisir dibawah satu pemerintahan yang biasanya berdaulat
kedalam dan keluar.

1. Sifat / karakteristik negara


1. Sifat memaksa
 Negara menetapkan peraturan yang bersifat memaksa mengenai tingkah laku
orang yang berada dalam wilayah kekuasaannya dan harus dipatuhi.
 Negara mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan agar orang tunduk pada
peraturan negara, apabila perlu dengan paksaan fisik.
 Hak negara ini bersifat legal. agar tercipta tata tertib dan menghindari
tindakan anarki.
 Paksaan fisik dapat pula berlaku terhadap hak milik (penyitaan, pemusnahan).
2. Sifat monopoli
 Negara menetapkan tujuan bersama dari masyarakat.

2
 Dalam batas tertentu dan berdasarkan aturan tertentu, negara dapat
menyatakan suatu aliran kepercayaan / aliran politik dilarang karena
bertentangan dengan pandangan hidup bangsa.
 Negara mengatasi paham perseorangan dan paham golongan.
 Negara menetapkan mata uang, penetapan pajak, kewarganegaraan, dan
sebagainya.
3. Sifat mencakup semua
 Kekuasaan mengatur yang dimiliki negara berlaku untuk semua orang / warga
negara, sehingga tidak ada yang mendapatkan perlakuan khusus atau
istimewa.

2. Unsur dari sebuah negara


a) Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang pada suatu waktu bertempat tinggal
mendiami (menetap dalam) wilayah negara tertentu.

b) Wilayah
Wilayah adalah daerah teritorial tertentu sebagai tempat kedudukan suatu
negara, dalam mana kekuasaan negara berlaku atas seluruh penduduk yang
bertempat tinggal menetap didalam daerah teritorial tersebut.

c) Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang mengatur, menyelenggarakan dan
melaksanakan kekuasaan negara.

Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan dilihat dari segi susunannya


yaitu negara yang bersusun tunggal, baik dilihat dari segi penduduknya, wilayahnya,
maupun pemerintahan dan kekuasaannya.Sedangkan berdasarkan
penunjukkan/pengangkatan kepala negaranya, Indonesia merupakan Negara

3
Republik yaitu negara yang Kepala Negaranya ditunjuk dan atau diangkat
berdasarkan pemilihan.

3. Tujuan Negara:
 Melaksanakan ketertiban (law and order)
 Menegakkan keadilan
 Menyelenggarakan pertahanan
 Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

4. Tujuan Negara Indonesia:


 Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
 Memajukan kesejahteraan umum.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
 Atau terciptanya masyarakat yang adil, makmur, merata materiil spritual.

5. Fungsi Negara:
 Konsitutif yaitu menyelenggarakan kedaulatan rakyat, menetapkan UUD dan
GBHN (dilaksanakan MPR).
 Eksekutif yaitu menyelenggarkan kekuasaan negara (dilaksanakan Presiden)
 Legislatif yaitu membentuk undang-undang (dilaksanakan Presiden dengan
persetujuan DPR )
 Kontrol yaitu mengawasi tindakan Presiden (dilaksanakan DPR)
 Yudikatif yaitu menyelenggarakan kekuasaan Kehakiman (dilaksanakan MA)
 Auditif / inspektif yaitu menyelenggarakan pemeriksaan atas tanggungjawab
keuangan negara (dilaksanakan BPR)
 Konsultatif yaitu memberi jawaban atas pertanyaan Presiden dan mengajukan
saran / pertimbangan kepada pemerintah (dilaksanakan DPA).

4
B. Sistem ketatanegaraan berdasarkan PancasiladanUndang-Undang Dasar
1945
1. BerdasarkanPancasila
Kata pancasila berasal dari bahasa India, yakni bahasa sansakerta Pancasila
mempunyai 2 arti: Panca yang berartu lima, dan Sila yang berarati sandi, alas, atau
dasar atau bisa juga berarti peraturan, tingkah laku yang penting,baik, dan senonoh.
Dengan kata lain, Pancasila adalah lima nilai luhur yang ada dan berkembang
bersama bangsa Indonesia sekaligus penggerak perjuangan bangsa pada masa
kolonialisme. Hal ini sekaligus menjadi warna dan sikap pandangan hidup bangsa
Indonesia hingga secara formal pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan menjadi
Dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila merupakan jiwa seluruh rakyat
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, dasar Negara dan sebagai sistem filsafat.
Disamping itu, pancasila merupakan tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila juga
merupakan pandangan hidup, kesadaran, cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan
watak yang berberurat akar didalam kebudayaan bangsa Indonesia. Pancasila sudah
merupakan pandangan hidup dan sebagai dasar Negara yang berakar dalam
kepribadian bangsa maka dia diterima sebagai dasar Negara yang mengatur
ketatanegaraan. Hal ini tampak pada sejarah meskipun dituangkan dalam rumusan
yang agak berbeda, namun dalm tiga buah UUD yang pernah kita miliki Pancasila
selalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional. Pancasila selalu menjadi
pegangan bersama pada saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman eksistensi
bangsa kita yang merupakan sejarah bahwa pancasila memang selalu dikehendaki
oleh bangsa Indonesia.

2. BerdasarkanUndang-UndangDasar

a. Pengertian, kedudukan. sifat dan fungsi UUD 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau UUD


45 adalah konstitusi negara Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai

5
Undang-Undang Dasar Negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak
tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17
Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali
memberlakukan UUD 1945, denagn dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada
tanggal 22 Juli 1959. Pada kurun waktu tahun 1999-2002. UUD 1945 mengalami 4
kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam
sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Sebelum dilakukan perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang


tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat(16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari
1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal
Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta penjelasan. Setelah dilakukan
4 kali perubahan, UUD 1945 memilki 20 bab, 73 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan
Peralihan, dan 2 pasalAturanTambahan.

Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan


sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16
Oktober1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR
dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November1945 dibentuk Kabinet Semi-
Presidensiel (Semi-Parlementer) yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan
perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan


menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun
pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang
murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt dijadikan
beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan
pada pihak swasta untuk menghancurkan hutan dan sumber alam kita.

6
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat
"sakral", diantara melalui sejumlah peraturan:

 Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR


berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan
melakukan perubahan terhadapnya

 Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain


menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih
dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.

 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan


pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

 Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober1999 → Perubahan Pertama


UUD 1945

 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus2000 → Perubahan Kedua


UUD 1945

 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November2001 → Perubahan Ketiga


UUD 1945

 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus2002 → Perubahan


Keempat UUD 1945.

Pasal-pasal UUD 1945 yang diamandemen:

PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT


7
(19-10-1999) (18-08-2000) (10-11-2001) (10-08-2002)
Pasal 5 ayat 1 Pasal 18 Pasal 1 ayat 2 dan 3 Pasal 2 ayat 1
Pasal 7 Pasal 18 A Pasal 3 ayat 1,3,4 Pasal 8 ayat 3
Pasal 9 Pasal 18 B Pasal 6 ayat 1 dan 2 Pasal 23 B
Pasal 13 ayat Pasal 19 Pasal 6 ayat 1,2,3 Pasal 23 D
2,3 dan 5
Pasal 14 Pasal 20 ayat 5 Pasal 7A Pasal 24 ayat 3
Pasal 15 Pasal 20 A Pasal 7B ayat Pasal 31 ayat 1, 2,
1,2,3,4,5,6, dan 7 3, 4, dan 5
Pasal 17 ayat 2 Pasal 22 A Pasal 7 C Pasal 32 ayat 1
dan 2
Pasal 17 ayat 3 Pasal 22 B Pasal 8 ayat 1, 2 Pasal 33 ayat 4
dan 5
Pasal 20 Bab IX A Pasal 25E Pasal 11 ayat 2, 3 Pasal 34 ayat 1, 2,
3, dan 4
Pasal 21 Pasal 26 ayat 2 dan 3 Pasal 17 ayat 4 Pasal 37 ayat 1, 2,
3, 4, dan 5
Pasal 27 ayat 3 Bab IV A pasal 22C Aturan peralihan
ayat 1,2,3, dan 4 pasal I. II. III
Bab X a pasal 28 A, Pasal 22 D ayat 1,2, Aturan Tambahan
28 B, 28 C, 28 D, 28 dan 3 pasal I dan II
F, 28 G, 28 H, 28 I, 28
J
Bab XII Pasal 30 Pasal 23 A
Bab XV Pasal 36 A Pasal 23 C
Bab XV Pasal 36 B, Bab VII A pasal 23
26 C B ayat 1,2, dan 3
Pasal 23 F ayat 1, 2
Pasal 23 G ayat 1, 2
Pasal 24 ayat 1, 2
Pasal 24 ayat 1, 2,
3, 4, dan 5
Pasal 24 B ayat 1, 2,
3, dan 4
Pasal 24 B ayat 1, 2,

8
3, 4, 5, dan 6

b. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

Apabila UUD merupakan sumber hukum tertinggi yang berlaku di Indonesia,


maka pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi
perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan
cita moral yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam
hubungan bangsa-bangsa di Dunia. Pembukaan yang telah dirumuskan secara
khidmat dalam (4) alenia itu, setiap alenia dan kata-katanya mengandung arti dan
makna yang sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari.
Universal karena mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa
yang berada dimuka bumi. Lestari, karena mengandung dinamika masyarakat dan
akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan Negara selama bangsa Indonesia
tetap setia terhadap Negara proklamasi 17 Agustus 1945.

c. Batang Tubuh UUD 1945

UUD 1945 yang terdiri dari 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan
tambahan, yang mengandung semangat dan merupakan perwujudan dari pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, juga merupakan
rangkaian kesatuan pasal-pasal yang bulat dan terpadu. Didalamnya berisi materi
yang dibedakan menjadi dua, yaitu:

 Pasal-pasal yang berisi materi sistem pmerintahan Negara, didalamnya


termasuk pengaturan kedudukan, tugas, wewenang dan
berkesinambungan dengan kelembagaan Negara.

 Pasal-pasal yang berisi materi hubungan Negara dengan warga Negara


dan penduduknya serta dengan dipertegas dalam pembukaan UUD 1945,

9
yang berisi konsepsi Negara diberbagai bidang: PolEkSosHanKam dan
lain-lain.

Sistem pemerintahan Negara Indonesia di jelaskan dengan terang dan sisematis


dalam penjelasan UUD 1945, didalampenjelasanitudikenal 7 buah kunci pokok:

1. Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum


(Rechtsstaan).NegaraIndonesia berdasarkan atas hukum tidak berdasarkan
atas kekuatan belaka (Machtsstaan).
2. Sistem konstitusional.Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi,tidak
bersifat absolutism.
3. Kekuasaan Negara yang tertinggi,ditangan MPR (Die
gezamtestaatgewaltlieghtelleimbeir der majelis). Kedaulatan rakyat di
pegang oleh suatu badan yang bernama MPR,sebagai penjelmaan seluruh
rakyat Indonesia. Tugas dan wewenang MPR yang menentukan jalanya
bangsa dan negara yaitu berupa :
 Menetapkan UUD
 Menetapkan GBHN
 Mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
4. Presiden adalahpenyelenggara Pemerintah Negara yang tertinggi di bawah
MPR,penjelasan UUD 1945 menyatakan dibawah MPR, Presiden ialah
penyelenggara kekuasaan tertinggi.
5. Presidentidakbertanggungjawab kepada DPR, juga dijelaskandalam UUD
1945.
6. Menteri Negara adalahpembantu presiden. Mentri Negara tidak
bertanggungjawab kepada DPR.Penjelasan UUD 1945
menyatakan :’’Presidenmengangkatdanmemberhentikanmenteri-menteri
Negara.”

10
7. KekuasaanKepala Negara tidak terbatas. Penjelasan UUD 1945
menyatakan: meskipun kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada
DPR, ia bukan diktator artinya kekuasaannya tidak terbatas.

Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami perubahan-perubahan mendasar


sejak dari perubahan pertama pada tahun 1999 sampai perubahan keempat pada
tahun 2002. Perubahan-perubahan itu juga meliputimateri yang sangat banyak,
sehingga mencakup lebih dari 3 kali lipat jumlahmateri muatan asli UUD 1945. Jika
naskah asli UUD 1945 berisi 71 butirketentuan, maka setelah empat kali mengalami
perubahan, kini jumlah materimuatan UUD 1945 seluruhnya mencakup 199 butir
ketentuan. Dengandemikian, dapat dikatakan bahwa meskipun namanya tetap
merupakan UUD1945, tetapi dari sudut isinya UUD 1945 pasca Perubahan Keempat
tahun 2002sekarang ini sudah dapat dikatakan merupakan Konstitusi baru sama
sekalidengan nama resmi “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945.”

Sehubungan dengan itu penting disadari bahwa sistem ketatanegaraan Indonesia


setelah Perubahan Keempat UUD 1945 itu telah mengalamiperubahan-perubahan
yang sangat mendasar. Perubahan-perubahan itu jugamempengaruhi struktur dan
mekanisme struktural organ-organ negara RepublikIndonesia yang tidak dapat lagi
dijelaskan menurut cara berpikir lama. Banyakpokok-pokok pikiran baru yang
diadopsikan ke dalam kerangka UUD 1945 itu.Empat diantaranya adalah:

I. Penegasan dianutnya citademokrasi dan nomokrasi secara sekaligus dan saling


melengkapi secara komplamenter;
II. Pemisahan kekuasaan dan prinsip “checks and balances’
III. Pemurnian system Pemerintah Presidensial; dan
IV. Penguatan cita persatuan dan keragamandalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

11
C. PEMISAHAN KEKUASAAN DAN PRINSIP “CHECKS AND
BALANCES”
Prinsip kedaulatan yang berasal dari rakyat tersebut di atas selama inihanya
diwujudkan dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat yang merupakanpenjelmaan
seluruh rakyat, pelaku sepenuhnya kedaulatan rakyat, dan yangdiakui sebagai
lembaga tertinggi negara dengan kekuasaan yang tidak terbatas.Dari Majelis inilah,
kekuasaan rakyat itu dibagi-bagikan secara vertikal ke dalamlembaga-lembaga tinggi
negara yang berada dibawahnya. Karena itu, prinsipyang dianut disebut sebagai
prinsip pembagian kekuasaan (distribution ofpower). Akan tetapi, dalam Undan-
Undang dasar hasil perubahan, prinsipkedaulatan rakyat tersebut ditentukan
dibagikan secara horizontal dengan caramemisahkannya (separation of power)
menjadi kekuasaan-kekuasaan yangdinisbatkan sebagai fungsi lembaga-lembaga
negara yang sederajat dan salingmengendalikan satu sama lain berdasarkan prinsip
‘checks and balaces’. Cabang kekuasaan legislatif tetap berada di Majelis
Permusyawaratan Rakyat,tetapi majelis ini terdiri dari dua lembaga perwakilan yang
sederajat denganlembaga negara lainnya. Untuk melengkapi pelaksanaan tugas-
tugaspengawasan, disamping lembaga legislatif dibentuk pula Badan
PemeriksaKeuangan. Cabang kekuasaan eksekutif berada ditangan Presiden dan
WakilPresiden. Untuk memberikan nasehat dan saran kepada Presiden dan
WakilPresiden, dibentuk pula Dewan Pertimbangan Agung. Sedangkan
cabangkekuasaan kehakiman dipegang oleh Mahkamah Agung dan
MahkamahKonstitusi.Majelis Permusyawaratan Rakyat tetap merupakan rumah
penjelmaan seluruh rakyat yang strukturnya dikembangkan dalam dua kamar, yaitu
DewanPerwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh karena
itu,prinsip perwakilan daerah dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
harusdibedakan hakikatnya dari prinsip perwakilan rakyat dalam Dewan
PerwakilanRakyat.Maksudnya ialah agar seluruh aspirasi rakyat benar-benar

12
dapatdijelmakan ke dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat yang terdiri dari dua
pintu.

Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang terdiri dari dua lembaga


perwakilan itu adalah sederajat dengan Presiden dan Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi. Ketiga cabang kekuasaan legislatif, eksekutif, danyudikatif itu
sama-sama sederajat dan saling mengontrol satu sama lain sesuaidengan prinsip
“Check and balances.” Dengan adanya prinsip “Check and balances”ini, maka
kekuasaan negara dapat diatur, dibatasi dan bahkandikontrol dengan sesebaik-
baiknya, sehingga penyalahgunaan kekuasaan olehaparat penyelenggara negara
ataupun pribadi-pribadi yang kebetulan sedangmenduduki jabatan dalam lembaga-
lembaga negara yang bersangkutan dapatdicegah dan ditanggulangi dengan sebaik-
baiknya. Pasal-pasal yang dapat dianggap mencerminkan perubahan tersebutantara
lain adalah perubahan ketentuan pasal 5, terutama ayat (1) juncto pasal20 ayat (1)
sampai dengan ayat (5) yang secara jelas menentukan bahwa fungsilegislatif ada
pada Dewan Perwakilan Rakyat, sedangkan Presiden adalahkepala eksekutif.
Disamping itu, ada pula ketentuan mengenai kewenangan MPR yang tidak lagi
dijadikan tempat kemana presiden harusbertanggungjawab atau menyampaikan
pertanggung-jawaban jabatannya.Selain itu, ketentuan mengenai Mahkamah
Konstitusi yang diberi kewenanganuntuk melakukan pengujian atas Undang-Undang
terhadap Undang-UndangDasar seperti ditentukan dalam pasal 24 ayat (1) juga
mencerminkan dianutnyaasas pemisahan kekuasaan dan prinsip “check and
balances’ antara cabangkekuasaan legislatif dan yudikatif. Ketiga ketentuan itu
memastikan tafsirberkenaan dengan terjadinya pergeseran MPR dari kedudukannya
sebagailembaga tertinggi menjadi lembaga yang sederajat dengan
Presidenberdasarkan pemisahan kekuasaan dan prinsip ‘check and balances’.

13
D. SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL
Dalam sistem ini terdapat lima prinsip penting, yaitu:
(1) Presiden dan Wakil Presiden merupakan satu institusi penyelenggarakekuasaan
eksekutif negara yang tertinggi di bawah Undang-UndangDasar. Dalam sistem
ini tidak dikenal dan tidak perlu dibedakan adanyakepala negara dan kepala
pemerintahan. Keduanya adalah Presiden danWakil Presiden. Dalam
menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dantanggungjawab politik berada
ditangan Presiden (concentration of powerand responsibility upon the
President).
(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung dankarena itu
secara politik tidak bertanggungjawab kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat
atau lembaga parlemen, melainkanbertanggungjawab langsung kepada rakyat
yang memilihnya.
(3) Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat dimintakan
pertanggungjawabannyasecara hukum apabila Presiden dan/atau Wakil
Presidenmelakukan pelanggaran hukum konstitusi. Dalam hal demikian,
Presidendan/atau Wakil Presiden dapat dituntut pertanggungjawaban oleh
DewanPerwakilan Rakyat untuk disidangkan dalam Majelis
PermusyawaratanRakyat, yaitu sidang gabungan antara Dewan Perwakilan
Rakyat danDewan Perwakilan Daerah. Namun, sebelum diberhentikan, tuntutan
pemberhentian Presidendan/atau Wakil Presiden yang didasarkan atastuduhan
pelanggaran atau kesalahan, terlebih dulu harus dibuktikan secarahukum melalui
proses peradilan di Mahkamah Konstitusi. Jika tuduhanbersalah itu dapat
dibuktikan secara hukum oleh Mahkamah Konstitusi, barulah atas dasar itu MPR
bersidang dan secara resmi mengambilputusan pemberhentian.
(4) Para Menteri adalah pembantu Presiden, Menteri diangkat dandiberhentikan oleh
Presiden dan karena bertanggungjawab kepada Presiden, bukan dan tidak
bertanggungjawab kepada parlemen.Kedudukannya tidak tergantung kepada
parlemen. Disamping itu, paraMenteri itulah yang pada hakikatnya merupakan

14
para pemimpinpemerintahan dalam bidang masing-masing. Karena itu,
kedudukannyasangat penting dalam menjalankan roda pemerintahan.
(5) Untuk membatasi kekuasaan Presiden yang kedudukannya dalam system
Presidensialsangat kuat sesuai dengan kebutuhan untuk menjamin
stabilitaspemerintahan, ditentukan pula bahwa masa jabatan Presiden lima
tahunan tidak boleh dijabat oleh orang yang sama lebih dari dua masa jabatan.
Di samping itu, beberapa badan atau lembaga negara dalam lingkungancabang
kekuasaan eksekutif ditentukan pula independensinya dalam menjalankan tugas
utamanya. Lembaga-lembaga eksekutif yang dimaksud adalah Bank Indonesia
sebagai bank sentral, Kepolisian Negara dan Kejaksaan Agung sebagai aparatur
penegakan hukum, dan TentaraNasional Indonesia sebagai aparatur pertahanan
negara. Meskipunkeempat lembaga tersebut berada dalam ranah eksekutif, tetapi
dalammenjalankan tugas utamanya tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan
politik pribadi Presiden. Untuk menjamin hal itu, maka pengangkatan
danpemberhentian Gubernur dan Wakil Gubernur Bank Indonesia,
KepalaKepolisian Negara, Jaksa Agung, danPanglimaTentaraNasionalndonesia
hanyadapatdilakukan oleh Presiden setelah mendapatpersetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat. Pemberhentian para pejabattinggi pemerintahan tersebut
tanpa didahului dengan persetujuan DewanPerwakilan Rakyat hanya dapat
dilakukan oleh Presiden apabila yangbersangkutan terbukti bersalah dan karena
itu dihukum berdasarkan vonispengadilan yang bersifat tetap karena melakukan
tindak pidana menuruttata cara yang diaturdenganUndang-Undang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Negara pada hakikatnya adalah suatu sistem, yang terdiri dariberbagai sub sistem
yang merupakan prasyarat bagi keberfungsian dan keberlangsungan negara. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa konsepnegara adalah sistem yang statis (dalam

15
pengertian tidak berubah-ubahatau tidak akan dirubah) ; sementara sub sistem dalam
negara tersebutkonsep yang dinamis, berkembang dan berubah-ubah.Mengingat hal
tersebut, maka keberadaan pemerintah (organisasimaupun produk hukum yang
dihasilkan), harus selalu disempurnakan sesuaidengan perkembangan masyarakat
(dalam dan luar negeri). Sebab, sistem pemerintahan dan ketatanegaraan yang statis
akan membawa dampakkepada kesejahteraan masyarakat dan sistem
lainnya.Sehubungan dengan hal tersebut, maka uraian mengenai
SistemKetatanegaraa RI seharusnya dapat dianalisa dengan baik sehingga dapat
diterima dan sekaligus mencerminkan kepentingan masyarakatseluruhnya.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar pengetahuan kita tentang sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia dapat bertambah. Dan apabila terjadi perubahan
pada manajemen reformasi, penegakkan hukum serta yang menyakut masyarakat
luas sebaiknya dpikirkan dan dipersiapkan secara matang agar tidak terjadi sesuatu
yang tidak diharapkan oleh rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

Kusnardi, Moh, SH dan Hamaily Ibrahim. SH. Hukum Tata Negara Indonesia,Cet.
ke-7: CV Sinar Bakti, Jakarta. 1988.

http://Cwebasket’s Blog.htm

16
Utomo, Tri Widodo W, SH. Sistem Ketatanegaraan RI, Jawa Barat. 1998.

http://panmohamadfaiz.com/2007/03/18/sistem-ketatanegaraan-indonesia-pasca-
amandemen/

http://panmohamadfaiz.blogspot.com

http://wisnu wardhana ac.id/th

KATA PENGANTAR

17
Puji dan syukur kita haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA” ini.
Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia adalah suatu susunan pemerintahan
yang disusun berdasarkan persetujuan bersama atas nama rakyat Indonesia. Sistem
ini mengalami beberapa perubahan berkaitan dengan adanya amandemen UUD 1945.
Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita untuk lebih
mengetahui tentang Sistem Ketatanegaraan Repiblik Indonesia.

Kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terimakasih.

Makassar, Desember 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

18
KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2


A. Negara................................................................................................. 2
B. Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945....................................................... 5
C. Pemisahan Kekuasaan dan Prinsip “CHECKS AND BALANCES”. 12
D. System Pemerintahan Presidensil ..................................................... 19
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 20
A. Kesimpulan........................................................................................... 20
B. Saran .................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 21

ii

19

You might also like