You are on page 1of 108

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA

KARYAWAN PADA BMT MITRA USAHA UMMAT


The Influince Of Leadership Toward Employees Performance at BMT
Mitra Usaha Ummat

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam
Program Studi Ekonomi Islam

Oleh:
RICCO PRASETYO
05423004

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2010

 
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : RICCO PRASETYO


NIM : 05423004
Program Studi : Ekonomi Islam
Fakultas : Ilmu Agama Islam
Judul Skripsi : Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Karyawan pada BMT Mitra Usaha Ummat.

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus
bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Islam
Indonesia.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.

Yogyakarta, 20 Maret 2010

Ricco Prasetyo

 
NOTA DINAS Yogyakarta, 25 Desember 2010
Hal : SKRIPSI

Kepada : Yth. Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam


Universitas Islam Indonesia
di Yogyakarta.

Assalamu’alaikum wr. Wb.


Berdasarkan penunjukan Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam
Indonesia dengan surat nomor: 148/Dek/70/FIAI/VII/09 tanggal 31 Juli 2009
atas tugas kami sebagai pembimbing skripsi Saudara:
Nama :
Nomor Pokok/NIMKO : 05423004 /
Mahasiswa Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia
Jurusan / Program Studi : Ekonomi Islam / Ekonomi Islam
Tahun Akademik : 2009 / 2010
Judul Skripsi : Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Karyawan pada BMT Mitra Usaha Ummat

Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, akhirnya kami
berketetapan bahwa skripsi saudara tersebut di atas memenuhi syarat untuk
diajukan ke sidang munaqasah Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam
Indonesia.
Demikian, semoga dalam waktu dekat bisa munaqasahkan, dan bersama ini
kami kirimkan 4 (empat) eksemplar skripsi dimaksud.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Dosen Pembimbing,

Drs. Yusdani, M.Ag


 

v
 
MOTTO
 
“Demi masa. Sungguh manusia pasti akan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, serta saling berwasiat untuk berpegang teguh pada kebenaran dan berwasiat untuk
berlaku sabar”
(QS. Al-‘Ashr : 1-3)

“Orang yang cerdik adalah yang selalu menjaga dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati,
sedangkan orang yang bodoh ialah yang hanya mengikuti hawa nafsunya tetapi ia
mengharapkan berbagai harapan kepada Allah.”
(HR. At-Tirmidzi)

Kadang kala kita terlalu tinggi hati untuk mengakui kebenaran orang lain, kita enggan untuk
menyetujui pendapat mereka. Bukan karena pendapat mereka yang salah, tetapi karena kita tak
mau merasa dikalahkan, dan kita sering terpesona dengan rasa picik dan tak suka jika ada orang
yang lebih baik
(kata mutiara)

Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan, karena apa
yang kita inginkan biasanya lebih besar dari apa yang kita butuhkan, sehingga tidak
akan puas dengan apa yang kita terima.
(Penulis)

Setiap manusia dilahirkan sebagai seorang pemimpin


(Penulis)

 
 
 

vi
 
 

ABSTRAKS
PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA
KARYAWAN PADA BMT MITRA USAHA UMMAT

RICCO PRASETYO

Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang bertujuan untuk


memperoleh suatu profit, dimana setiap perkembangannya cukup mempengaruhi
bagi perekonomian nasional. Namun kemajuan ataupun kemunduran suatu
perusahaan sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang ada di dalamnya, baik
itu pemimpinnya maupun karyawan. Pemimpin memiliki pengaruh lebih besar
terhadap keberhasilan organisasi dalam mengahadapi tantangan yang muncul.
Pemimpin merupakan bagian dari sistem kepemimpinan. Dimana kepemimpinan
adalah pangkal pertama dan utama penyebab dari adanya kegiatan, proses atau
kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap mental dari sekelompok orang, baik
dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
Di Indonesia sambutan masyarakat terhadap BMT cukup baik, mengingat
sasaran BMT adalah masyarakat menengah bawah. BMT adalah lembaga keuangan
mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari’ah). Namun sambutan yang
baik belum tentu menjamin perkembangan BMT. Karena pengaruh kepemimpinan
turut serta di dalam perkembangan dan kemajuaan dari BMT itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sejauh mana konsep dasar dan
penerapan kepemimpinan di BMT Mitra Usaha Ummat, serta menganalisis pengaruh
konsep dasar kepemimpinan dan penerapannya terhadap kinerja karyawan pada
BMT Mitra Usaha Ummat.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan field research),
sifat penelitian eksploratif deskriptif, dimana penelitian menggunakan analisis data
kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 23 responden karyawan, dapat
disimpulkan bahwa konsep dasar dan penerapan kepemimpinan BMT Mitra Usaha
Ummat sudah berjalan efektif. Dimana hal ini terlihat pada koefisien determinasi
diperoleh dari R Square sebesar 0,346 , yang artinya bahwa 34,6% perubahan
variabel dependent (kinerja karyawan) mampu dijelaskan oleh variabel independent
(kepemimpinan) hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan. Sisanya sebesar
65,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan. Selain itu
pengaruh konsep dasar dan penerapan kepemimpinan di BMT Mitra usaha Umat
juga cukup positif, Hal ini dapat dilihat dari nilai F-hitung sebesar 5,283 dengan
signifikansi < 5% (0,05) yaitu sebesar 0,014 dimana bahwa secara bersama-sama
variabel independen (kepemimpinan) dengan indikator hubungan manusiawi dan
pola kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (kinerja
karyawan) pada BMT Mitra Umat.

Kata kunci : Pengaruh Kepemimpinan, Kinerja Karyawan.

vii
 
 

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SERVICE QUALITY TOWARDS


CUSTOMER SATISFACTION AT BTN SHARIAH BRANCH
YOGYAKARTA
ARIKA EDY MULYANTO

BTN Shariah Branch Yogyakarta as one of finance shariah institutions in


Indonesia, always need to increase the quality of service to assure customer
satisfaction. This is crucial to maintain customer loyality, and so that it is able to
maintain the success reached all the time, and in the future it is improved
continuously because good service quality, hence customer satisfaction will grow
continuously.

this research was aimed to know is there any influences of service quality to
the customer satisfaction at BTN Shariah Branch Yogyakarta, and what most
influencing factors of service towards customer satisfaction at BTN Shariah Branch
Yogyakarta. Research methods is field research, research characteristics is
descriptive analysis, while qualitative-quantitative data are analyzed in this research.
The result of this research shows that there are 40 respondents who fulfill the
questionnaire completely out of 50 respondents. It is found that the calculation result
of mean value of service quality of the BTN Shariah Branch Yogyakarta based on
Reliability dimensions (4.03), TKI (0.90); Assurance (4.05), TKI (0.89); and
Empathy (4.16), TKI (0.90) are considered as very good while dimensions of
Tangible (3.81), TKI (0.86) and Responsiveness (3.90), TKI (0.89) is considered as
good. However, from the performance analysis, it is found out that five service
quality dimensions, clients are not satisfied shown by TKI that is smaller than 1. It
indicates that even though the service quality of the BTN Shariah Branch Yogyakarta
is categorized as good and very good, yet the performance of service is not satisfying
for the clients. Besides, regression analysis shows that the five dimensions:
Reliability (8.263), Assurance (7.992), Tangibles (9.595), Empathy (4.926), and
Responsiveness (7.865) are significantly influential as a whole towards clients’
satisfaction, and processing result shows that dimension of Tangibles has the most
significant impact. Therefore, it can be said that the changing in service quality of the
five dimensions is sensitive towards enhancing customer satisfaction especially the
changing of Tangibles dimension. It means that if the service quality is poorer,
customer satisfaction is also decreasing.

Keywords: Service Quality, Customer Satisfaction, 5 SERVQUAL dimensions


 

viii
 
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

• Allah SWT. Hamba sadar bahwa semua


ini tidak lepas dari Rahmat-Mu Ya
Rabbi.
• Bapak tercinta (alm. H. Kuat Santoso),
yang telah mendidik dan mengajarkanku
tentang arti sebuah kehidupan.
• Mama tercinta (Hj. Arminingrum) yang
selama ini selalu mendoakan setiap
langkahku dan berjuang dengan penuh
ikhlas.
• Istriku tercinta (Nikke Ariani) yang
selalu mendukung dan mendoakan serta
setia menemani disetiap langkahku.
• Anakku tersayang (Salsabila Sativa
Santoso), terima kasih nak, kamu adalah
sumber inspirasi ayah.
• Keluarga besarku di Magetan, Jogja, dan
Denpasar. Terima kasih atas doanya.
• Untuk semua yang sudah membantu
penulis.
 
 
 

ix
 
KATA PENGANTAR

‫ وﻧﻌﻮذ ﺑﺎﷲ ﻣﻦ ﺷﺮور أﻧﻔﺴﻨﺎ‬،‫اﻟﺤﻤﺪ ﷲ اﻟﺬي ﻧﺤﻤﺪﻩ وﻧﺴﺘﻌﻴﻨﻪ وﻧﺴﺘﻐﻔﺮﻩ‬


.‫ وﻣﻦ ﻳﻀﻠﻠﻪ ﻓﻼ هﺎدي ﻟﻪ‬،‫وﻣﻦ ﺳﻴﺌﺎت أﻋﻤﺎﻟﻨﺎ ﻣﻦ ﻳﻬﺪى اﷲ ﻓﻼ ﻣﻀﻞ ﻟﻪ‬
.‫ وأﺷﻬﺪ أن ﻣﺤﻤﺪا ﻋﺒﺪﻩ ورﺳﻮﻟﻪ‬،‫أﺷﻬﺪ أن ﻻ إﻟﻪ إﻻ اﷲ وﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ‬
.‫أﻣﺎ ﺑﻌﺪ‬
Alhamdulillahirabbil’aalamin, berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan berbagai pihak,
berkaitan dengan itu, rasa hormat, terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis
sampaikan kepada:
1. Alm. Bpk H Kuat Santoso dan Ibu Arminingrum, Bapak dan Ibu Penyusun.
Alhamdulillah Anak telah dapat menyelesaikan kewajiban Anak. Semoga semua
perjuangan dan pengorbanan Bapak dan Mama selama ini , mendapatkan balasan
yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
2. Istriku (Nikke Ariani) dan anakku (Salsabila S.S). Alhamdulillah ayah berhasil
menyelesakan pendidikan strata satu ini. Skali lagi terima kasih dukungan dan
doa dari kalian.
3. Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid. M.Ec
4. Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam, Drs. H. Fajar Hidayanto, MM.
5. Kajur Ekonomi Islam dan Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Nur Kholis,
S.Ag, M.Sh.Ec. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini
6. Dosen Pembimbing Skripsi, Drs. Yusdani, M.Ag. Terima kasih atas arahan dan
bantuannya kepada penulis. Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh staff di Fakultas Ilmu Agama Islam. Terima kasih atas bantuanya.
8. Pimpinan dan Manager BMT Mitra Usaha Ummat Bpk. Drs. H. Muhammad
Sularno. M. Ag dan Bpk Agus Sulistiyo. Terima kasih telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian. Demikian juga Seluruh staff BMT

x
 
Mitra Usaha Ummat yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan
penelitian.
9. Saudara-saudaraku KOPMA UII dan Teman-teman organisasi HMI MPO serta
FKEI, satu almamater, satu perjuangan dan satu tujuan. Berkat kalian penulis
memperoleh perubahan yang positif sampai sekarang ini. Terima kasih buat
semuanya dan sukses selalu.
10. Untuk teman-teman:
ƒ Ekis ’05 (Iqbal, Anjar, Aisyah, Edi, Gatot, Hario, Fadli, Hendri, Dhika, Shidiq,
Zaenal, Habib dan Rio), Terima kasih telah mengisi hari-hariku selama
mengemban ilmu. Semoga kita dapat bertemu kembali dipanggung yang lebih
besar.
ƒ KKN 38 sukses selalu dan semoga kita dapat berjumpa kembali.
11. Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu,
terimakasih buat semua yang sudah kalian berikan.
Semoga semua amal baik tersebut mendapatkan balasan dan ridho dari
Allah SWT dan semoga juga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan masyarakat
khususnya ekonomi Islam. Semua yang benar itu adalah dari Allah SWT dan
kekurangan itu dari diri pribadi penulis.

Yogyakarta, 20 Maret 2010

Ricco Prasetyo

xi
 
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Transliterasi adalah pengalihan tulisan dari satu bahasa ke dalam tulisan

bahasa lain. Dalam skripsi ini transliterasi yang dimaksud adalah pengalihan tulisan

bahasa ‘Arab ke bahasa latin.

Penulisan transliterasi ‘Arab-Latin di sini menggunakan transliterasi dari

keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987. Secara garis besar uraiannya adalah

sebagai berikut:

1. Konsonan tunggal

Huruf
Nama Huruf latin Keterangan
Arab

‫ا‬ alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ sa’ S es (dengan dengsn titik diatas )

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ha H ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬ Kha Kh ka dan ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Żal Ż zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ Ra R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

xii
 
‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy es dan ye

‫ص‬ Sad S es (dengan titik di bawah)

‫ض‬ Dad D de (dengan titik di bawah)

‫ط‬ Ta T te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ Za Z zet (dengan titik di bawah)

‫ع‬ ‘ain ‘
koma terbalik (di atas)

‫غ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Ki

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫ه‬ Ha H Ha

‫ء‬ hamzah ‘ Apostrof

‫ي‬ Ya Y Ye

xiii
 
2. Vokal
Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

---َ--- Fathah a a

----ِ-- Kasrah i i

---ُ--- Dammah u u

Contoh:

‫آﺘﺐ‬ kataba ‫ﻳﺬهﺐ‬ yadzhabu

‫ﺳﺌﻞ‬ su’ila ‫ذآﺮ‬ dzukira

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan

antara harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫ى‬--َ--- Fathah dan ya ai a dan i


‫و‬--َ--- Fathah dan wawu au a dan u
Contoh:

‫آﻴﻒ‬ kaifa ‫هﻮل‬ haula

xiv
 
3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang berupa harakat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda:

A. Fathah + huruf alif, ditulis = a dengan garis di atas, seperti

‫رﺟﺎل‬ rijālun

B. Fathah + huruf alif layyinah, ditulis = a dengan garis di atas, seperti

‫ﻣﻮﺳﻰ‬ mūsā

C. Kasrah + huruf ya' mati, ditulis = i dengan garis di atas, seperti

‫ﻣﺠﻴﺐ‬ mujībun

D. Dammah + huruf wawu mati, ditulis = u dengan garis di atas, seperti:

‫ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ‬ qulūbuhum

4. Ta’ Marbutah

Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua:

a. Ta’ Marbutah hidup

Ta’ Marbutah yang hidup atau yang mendapat harakah fathah, kasrah dan

dammah, transliterasinya adalah “t”.

b. Ta’ Marbutah mati

Ta’ marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah

“h”

Contoh: ‫– ﻃﻠﺤﺔ‬ Talhah

c. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang “al” serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta’

marbutah itu ditransliterasikan dengan “h”.

xv
 
Contoh: ‫روﺿﺔ اﻟﺠﻨﺔ‬ - Raudah al-jannah

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut

dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah

itu.

Contoh: ‫ﺑّﻨﺎ‬ ‫–ر‬ rabbana

‫ ﻧﻌﻢ‬- na’ima

6. Penulisan Huruf Alif Lam

A. Jika bertemu dengan huruf qamariyah,maupun qomariyah ditulis dengan

metode yang sama yaitu tetapi ditulis al-, seperti :

‫اﻟﻜﺮﻳﻢ اﻟﻜﺒﻴﺮ‬ al-karīm al-kabīr

‫اﻟﺮّﺳﻮل اﻟﻨّﺴﺎء‬ al-rasūl al-nisa’

B. Berada di awal kalimat, ditulis dengan huruf capital, seperti :

‫اﻟﻌﺰﻳﺰ اﻟﺤﻜﻴﻢ‬ al-Azīz al-hakīm

C. Berada di tengah kalimat, ditulis dengan huruf kecil, seperti :

‫ﺐ اﻟﻤﺤﺴﻨﻴﻦ‬
ّ ‫ﻳﺤ‬ Yuhib al-Muhsinīn

7. Hamzah

Sebagaimana dinyatakan di depan, hamzah ditransliterasikan dengan

apostrof. Namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di

akhir kata. Bila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan, karena dalam

tulisan Arab berupa alif.

xvi
 
Contoh:

‫ﺷﺊ‬ syai’un ‫أﻣﺮت‬ umirtu

8. Penulisan Kata atau Kalimat

Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il (kata kerja), isim atau huruf, ditulis terpisah.
Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim
dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf Arab atau harakat yang
dihilangkan. Dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut ditulis dengan kata
sekata.

Contoh:

‫ن اﷲ ﻟﻬﻮ ﺧﻴﺮ اﻟﺮّازﻗﻴﻦ‬


ّ ‫وا‬ Wa innallāha lahuwa khairu al-Rāziqīn
‫ﻓﺄوﻓﻮا اﻟﻜﻴﻞ و اﻟﻤﻴﺰان‬ Fa ‘aufū al-Kaila wa al- Mīzān

9. Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti

yang berlaku dalam EYD, seperti huruf kapital yang digunakan untuk menuliskan

huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh

kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap harus awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh:
‫وﻣﺎ ﻣﺤﻤّﺪ ا ّﻻ رﺳﻮل‬ wamā Muhammadun illā Rasūl

10. Kata yang sudah bahasa Arab yang sudah masuk bahasa Indonesia maka kata
tersebut ditulis sebagaimana yang biasa ditulis dalam bahasa Indonesia. Seperti
kata: al-Qur'an, hadis, ruh, dan kata-kata yang lain. Selama kata-kata tersebut
tidak untuk menulis kata bahasa Arab dalam huruf Latin.

xvii
 
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

NOTA DINAS ................................................................................................. iv

MOTTO ........................................................................................................... v

xviii
 
ABSTRAK ....................................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA................................... xi

DAFTAR ISI.................................................................................................... xvii

DAFTAR TABEL............................................................................................ xx

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xxi

BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

E. Telaah Pustaka ......................................................................... 7

F. Sistematika Pembahasan .......................................................... 8

BAB II : LANDASAN TEORI .................................................................. 10

A. Pengertian Kepemimpinan ...................................................... 10

1. Kepemimpinan dalam Islam ................................................ 13

2. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW ............................. 14

3. Idealitas Pemimpin .............................................................. 20

4. Sifat Ideal Pemimpin ........................................................... 21

5. Fungsi Kemimpinan ............................................................ 24

6. Hubungan Manusiawi.......................................................... 26

7. Pola Kepemimpinan ............................................................ 30

B. Pengertian Kinerja .................................................................... 36

xix
 
C. Hubungan antara Kinerja dan Kepemimpinan ......................... 39

BAB III : METODE PENELITIAN ........................................................... 39

A. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 41

1. Jenis dan Lokasi Penelitian ................................................ 41

2. Tipe Penelitian .................................................................... 41

3. Sifat Penelitian .................................................................... 41

4. Pendekatan Penelitian ......................................................... 41

5. Subyek Penelitian................................................................ 42

6. Metode Pengumpulan data .................................................. 42

7. Sumber Data........................................................................ 42

8. Variabel Penelitian .............................................................. 43

9. Teknik Pengukuran Instrumen ............................................ 43

B. Metode Analisis Data ............................................................. 44

1. Analisis Deskriptif .............................................................. 44

2. Analisis Kuantitatif ............................................................. 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 49

A. Analisis Deskriptif ................................................................... 49

1. Karakterisitk Responden ..................................................... 49

B. Analisis Kuantitatif .................................................................. 50

1. Pengujian Reabilitas ............................................................ 50

2. Pegujian Validitas ................................................................ 51

3. Uji Regresi ........................................................................... 53

C. Pembahasan .............................................................................. 60

BAB V : Penutup ........................................................................................ 64

xx
 
A. Kesimpulan ............................................................................. 64

B. Saran ........................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 66

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Deskripsi Umur Responden ....................................................... 46

Tabel 4.2 Deskripsi Jenis Kelamin Responden .......................................... 46

Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden .................................. 47

Tabel 4.4 Uji Reabilitas .............................................................................. 48

Tabel 4.5 Uji Validitas................................................................................ 48

xxi
 
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ......................................................................... 51

Tabel 4.7 Uji Regresi Linear Berganda ...................................................... 54

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Normal Probability Plots.............................................................. 50

Gambar 4.2 Uji Autokorelasi ........................................................................... 51

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas................................................................. 53

 
 

xxii
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

xxiii
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang bertujuan


untuk memperoleh suatu profit, dimana setiap perkembangannya cukup
mempengaruhi bagi perekonomian nasional. Namun kemajuan ataupun
kemunduran suatu perusahaan sangat ditentukan oleh komponen-komponen
yang ada didalamnya, baik itu pemimpinnya maupun karyawan. Schein,
Kouzer dan Posner menyatakan bahwa pemimpin memiliki pengaruh lebih
besar terhadap keberhasilan organisasi dalam mengahadapi tantangan yang
muncul.1
Pemimpin dengan manager sesungguhnya memiliki suatu perbedaan,
dimana bahwa seorang manager hanya berurusan dengan benda-benda,
struktur, sistem dan efisiensi yang semuanya bersifat prosedural dan teknis.
Sedangkan seorang Pemimpin berurusan dengan efektivitas, orang,
memberdayakan dan menyalurkan potensi yang dimiliki oleh orang lain serta
memiliki pandangan jauh kedepan.2
Pemimpin merupakan bagian dari proses pengembangan Sumber
Daya Manusia, dimana SDM merupakan asset dari sebuah organisasi atau
perusahaan yang apabila dikelola secara tepat maka akan memberikan nilai
tambah bagi perusahaannya. Selain itu pemimpin juga memegang peran
kunci dalam memformasikan strategi organisasi, sehingga peranannya akan
mempengaruhi keberhasilan organisasi. Dalam Islam kepemimipinan atau
yang lebih dikenal dengan istilah khalifah berarti “wakil Tuhan”. Dimana
bahwa khalifah haruslah mempergunakan amanat yang diembannya untuk
kemaslahatan umat dan setiap hal yang dilakukan oleh seorang pemimpin itu
akan dipertangggungjawabkan di hadapan Allah, serta tidak bertentangan
dengan Al-Quran dan Hadis. Allah memberikan amanat kepada pemimpin

1
www.emeraldinsight.com. Diakses pada 15 Oktober 2009.
2
www.eljabars.wordpress.com. Diakses pada 10 februari 2010.
untuk mengatur urusan orang yang dipimpinnya, mengarahkan perjalanan
sekelompok manusia yang dipimpinnya guna mencapai tujuan bersama dan
juga untuk menjaga serta melindungi kepentingan yang dipimpinnya.3 Hal ini
tidak terkecuali pengaruh kepemimpinan pada Baitul Maal Wat Tamwil atau
yang lebih dikenal dengan sebutan BMT. Dimana sama halnya dengan
perusahaan pada umumnya di dalam BMT sendiri pengaruh kepemimpinan
sangatlah menentukan didalam arah perkembangan perusahaan.
Di Indonesia sambutan masyarakat terhadap BMT cukup baik,
mengingat sasaran BMT adalah masyarakat menengah bawah. Sejarah BMT
sendiri muncul setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Hal ini
dikarenakan operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat
kecil menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga
keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk
mengatasi hambatan operasionalissi di daerah.4 BMT adalah lembaga
keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari’ah).
Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi : Baitul Tamwil (Bait = Rumah,
at Tamwil = Pengembangan Harta) - melakukan kegiatan pengembangan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi
pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung
dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul Maal (Bait =
Rumah, Maal = Harta) – menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah
serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.5
Perkembangan BMT sendiri meski di awalnya mendapat sambutan
yang cukup baik dari masyarakat, namun seperjalanannya tidak selalu mulus,
bahkan ada BMT yang pada akhirnya gulung tikar. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal sendiri
yang menjadi permasalahan antara lain sumber daya manusia (SDM),
permodalan dan sumber pendanaan, inovasi di bidang pemasaran, serta
teknologi informasi. Kemudian faktor eksternal adalah persaingan, tingkat

3
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 11.
4
Heri Sudarsono,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta : EKONISIA,2003), hal 97.
5
http://kiamifsifeui.wordpress.com, Diakses pada 20 Oktober 2009.

2
kepercayaan nasabah, jaringan, kebijaksanaan pemerintah, serta pengawasan
dan pembinaan. Maka kompleksitas persoalan tersebut menimbulkan
hambatan bagi BMT secara umum.6
Dewasa ini mulai timbul permasalahan terhadap pengkikisan aqidah,
yang penyebabnya tidak hanya dipengaruhi oleh aspek syiar Islam, melainkan
juga karena faktor lemahanya ekonomi masyarakat. Rasulullah SAW
bersabda, “kefakiran itu mendekati kekufuran”. sehingga diharapkan
keberadaan BMT mampu mengatasi permasalahan tersebut melalui
pemenuhan-pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat.7 Namun harapan
dan tujuan mulia dari BMT belum dapat menjamin perkembangan serta
kemajuan dari BMT. Karena seperti yang disampaikan sebelumnya, bahwa
kualitas Sumber Daya Manusia turut menjadi penentu didalam perkembangan
bagi BMT kedepannya.
Melihat hal ini maka sangat diperlukan adanya sinergisitas dalam
kepemimpinan dengan karyawan guna memajukan perusahaan atau lembaga
keuangan yang dipimpinnya. Karena dalam suatu perusahaan tidak hanya
produk ataupun jaminan fatwa saja yang menentukan, melainkan juga dari
kualitas pelayanan, profesionalitas dan kinerja dari karyawan perusahaan
tersebut. Kinerja tentunya tidak akan dapat terbentuk apabila tidak adanya
semangat didalam suatu tugas dan pekerjaan. Untuk itu pengaruh dari
kepemimpinan sangat penting didalam memberikan semangat dan motivasi
terhadap karyawan, karena akibat dari kepemimpinan yang buruk adalah
penurunan kinerja karyawan yang akan membawa dampak pada penurunan
kinerja total karyawan.
Kemimpinan seseorang tidak hanya dituntut untuk tegas dan sigap
dalam menghadapi setiap persoalan yang ada, melainkan juga harus mengerti
akan keinginan ataupun kebutuhan dari setiap karyawannya. Hal ini
dikarenakan pemimpin merupakan salah seorang anggota kelompok yang
paling berpengaruh terhadap aktifitas kelompoknya dan yang memainkan
peranan penting dalam merumuskan ataupun mencapai tujuan-tujuan

6
http://gampito.blogspot.com, Diakses pada 14 April 2010.
7
Heri Sudarsono,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta : EKONISIA,2003), hal 97.

3
kelompoknya.8 Kepemimpinan adalah hubungan dimana didalamnya antara
orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau kerjasama berbagi tugas
untuk mencapai keinginan sang pemimpin.9 Kepemimpinan juga merupakan
pangkal pertama dan utama penyebab dari adanya kegiatan, proses atau
kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap mental dari sekelompok
orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.10 Maka
untuk memaksimalkan motivasi setiap karyawan, pemimpin harus memahami
dan menanggapi keanekaragaman kebutuhan dan keinginan serta perbedaan
kepribadian karyawan tersebut.
Disamping itu kepemimpinan juga harus memiliki pengaruh yang
cukup kuat terhadap bawahannya guna tercapainya tujuan dari perusahaan
tersebut. Karena kepemimpinan yang berpengaruh adalah kepemimpinan
yang memiliki aura atau talenta dimana dengan hal tersebut orang yang
dipimpinnya senantiasa melaksanakan tugasnya dengan baik dan penuh
tanggung jawab. Menurut Chester L. Bernard, seorang pemimpin haruslah
memiliki 2 keunggulan, yaitu keunggulan dalam bidang tehnik
kepemimpinan (fisik, kemahiran, pengetahuan, ingatan) dan juga dalam hal
tekad (ketegasan, keuletan, ketahanan, keberanian).11 Dengan adanya 2 hal
tersebut, seorang pemimpin pastinya akan lebih mampu mempengaruhi orang
yang dipimpinnya untuk mencapai apa yang diharapkannya guna keefektifan
kepemimpinannya.
Kepemimpinan dan kepengikutan merupakan dua hal yang berbeda,
namun kedua hal tersebut sama-sama penting dalam suatu perusahaan.
Kepengikutan atau followership berarti seseorang yang menjadi pengikut.
Kepengikutan atau Followership dapat didefinisikan sebagai kesediaan
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, memperlihatkan kemampuan
bekerjasama dalam kelompok dan membangun suasana saling mendukung
dalam kelompok.12 Bahkan ada yang mengatakan bahwa pada hakikatnya

8
Cahyono, Psikologi Kepemimpinan, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1984), hal. 7.
9
Aunur Rohim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta : UII Press,2001), hal. 3.
10
Aden Widjan dkk, Studi Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta: Pusat Studi Islam UII, 2004), hal.3.
11
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hlm 43.
12
www.hariansumutpos.com. Diakses pada 14 april 2010.

4
kepemimpinan adalah kepengikutan (leadership is follower). Istilah ini
adakalanya diberi makna luas, bahwa pemimpin yang baik dihasilkan dari
pengikut yang baik. Manusia pengikut di sini tidak dapat dipersepsi sebagai
robot, melainkan mereka adalah manusia biasa yang memiliki perasaan,
kebutuhan, harapan, dan aspek manusiawi lainnya. Tanpa pemahaman
terhadap aspek-aspek manusiawi yang dipimpin, kepemimpinan akan gagal.
Untuk itu perlu adanya keseimbangan diantara kepemimpinan dan
kepengikutan.13
Alasan yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah bahwa sumber
daya manusia menduduki peran yang cukup penting di dalam suatu
perusahaan. Untuk itu peneliti memilih judul pengaruh kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan. Dimana dalam suatu perusahaan sumber daya
manusia yang terdiri dari pemimpin dan karyawan merupakan suatu
permasalahan dan penentu yang cukup penting bagi perusahaan. Selain itu
pemimpin melalui penerapan kepemimpinannya memiliki pengaruh yang
sangat besar bagi perusahaan yang dipimpinnya dan setiap kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkannya akan mempengaruhi kualitas kinerja yang
dihasilkan oleh karyawannya. Terkadang seorang pemimpin lupa akan
komponen yang ada di sekitarnya, sehingga yang tercipta rasa tidak nyaman
di dalam komponen perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak pada
perusahaannya, karena suatu perusahaan dapat berkembang semakin maju
juga disebabkan dengan adanya sinergisitas yang baik dalam perusahaan itu
sendiri
Dari uraian yang disampaikan diatas, dapat dilihat bahwa
kepemimpinan merupakan penentu atas keberhasilan dan kemunduran dari
perusahaan yang dipimpinnya. Mengingat hal tersebut maka penelitian ini
memilih BMT Mitra Usaha Ummat, dimana lembaga keuangan syariah
tersebut dirasa telah cukup sukses berkembang seperti saat ini yang semua
tidak lepas dari sumber daya manusia di dalamnya, terlebih kepemimpinan
yang dilakukan pemimpinnya. BMT Mitra Usaha Ummat sendiri berdiri pada

13
www.managementfile.com. Diakses pada14 April 2010.

5
tanggal 15 Desember 1995 oleh pemuda dan pemuka masyarakat yang
difasilitasi oleh LPM UII Yogyakarta dengan diresmikan oleh Rektor UII
Prof H. Zaini Dahlan MA yang menjabat pada saat itu. Kemudian barulah
pada tanggal 12 Oktober 1998 memperoleh pengesahan koperasi serba usaha
syariah dari pemerintah. Perkembangan dari BMT Mitra Usaha Ummat juga
mengalami pertumbuhan yang cukup baik, meski usianya masih tergolong
muda. Hal tersebut terlihat dari kondisi keuangannya yang telah memiliki
asset lebih dari 5 milliar rupiah serta empat kantor cabang yang tersebar di
daerah Sleman.14
Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai: ”PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP
KINERJA KARYAWAN pada BAITUL MAAL WATTAMWIL
MITRA USAHA UMMAT”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat


dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar dan penerapan kepemimpinan di BMT Mitra
Usaha Ummat?

2. Bagaimana pengaruh konsep dasar kepemimpinan dan penerapannya


terhadap kinerja karyawan BMT Mitra Usaha Ummat?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan konsep dasar dan penerapan kepemimpinan di


BMT Mitra Usaha Ummat.
2. Untuk menganalisis pengaruh konsep dasar kepemimpinan dan
penerapannya terhadap kinerja karyawan BMT Mitra Usaha Ummat.

14
Data BMT Mitra Usaha Ummat.

6
D. Manfaat Penelitian

1. Secara akademisi diharapkan penelitian ini dapat sebagai bahan


referensi penelitian berikutnya tentang kepemimpinan yang ideal dan
sesuai Syariah, serta memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu
ekonomi Islam.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu
pertimbangan dan evaluasi bagi komponen yang ada di dalam BMT
Mitra Usaha Ummat guna peningkatan prestasi kerja karyawan.

E. Telaah Pustaka

Pada bagian ini diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang


berhubungan dengan penelitian ini.
Ahmad Fadli (2004), melakukan penelitian kepemimpinan berupa:
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada
PT.Kawasan industri Medan.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan PT.
Kawasan lndustri Medan. Hasilnya adalah Gaya kepemimpinan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan, dimana pengaruh yang signifikan ini
menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh nyata (berarti)
terhadap kinerja karyawan, dengan kata lain dengan gaya kepemimpinan baik
maka kinerja karyawan tinggi.15
Widya Sistha Prima (2007), melakukan penelitian dengan judul
”Analisis Kepemimpinan Terhadap Kinerja Rumah Sakit pada Rumah Sakit
Jiwa Dokter Soeroyo Magelang Tahun 2006”. Dimana penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan direktur Rumah Sakit Jiwa
Dokter Soeroyo Magelang dan peranan kepemimpinan tersebut terhadap
kinerja Rumah Sakit Jiwa Dokter Soeroyo Magelang. Hasil dari penelitian ini
bahwa kepemimpinan demokratis memiliki pengaruh terhadap kinerja Rumah

15
Ahmad Fadli, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan pada PT.Kawasan
industri Medan”, Skripsi Universitas Sumatera Utara tahun 2004.

7
Sakit Jiwa , dimana terlihat dari peningkatan pendapatan dan loyalitas serta
kesadaran yang tinggi pada bawahannya dengan penuh tanggung jawab. 16
Mardin Idris (2003), melakukan suatu penelitian yang berjudul
”Hubungan Pemahaman Kepemimpinan Islam Terhadap Disiplin Kerja
Pegawai Perguruan Tinggi Islam Yogyakarta”. Tujuan penelitiannya adalah
untuk mengetahui konsep kepemimpinan Islam dan pengaruhnya terhadap
etos kerja bagi pegawai administrasi Perguruan Tinggi Islam Swasta di
Yogyakarta. Berdasarkan pada penelitian tersebut dapat diterangkan bahwa
pengetahuan kepemimpinan Islam ternyata ada hubungan atau pengaruh
terhadap disiplin kerja pegawai.17
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya terletak bahwa penelitian ini mengamati pengaruh
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Dimana melalui konsep dasar dan
penerapan kepemimpinannya sudah berjalan efektif atau tidak dan terjadi
pengaruh yang positif di dalamnya atau tidak. Adapun pengaruh yang diteliti
di dalamnya berdasarkan dua indikator yaitu hubungan manusiawi dan pola
kepemimpinan. Sedangkan dalam sepengetahuan peneliti, belum ditemukan
adanya penelitian yang berdasarkan indikator hubungan manusiawi di
dalamnya untuk mengukur pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan. Harapannya hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran bagi komponen yang ada di dalam BMT mengenai kepemimpinan
yang efektif guna kemajuan BMT maupun perusahaan.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan


penelitian ini adalah dengan menggunakan lima bab utama, diantaranya
adalah:

16
Widya Sistha Prima, ”Analisis Kepemimpinan Terhadap Kinerja Rumah Sakit pada Rumah Sakit
Jiwa Dokter Soeroyo Magelang Tahun 2006”, Skripsi Universitas Islam Indonesia tahun 2007.
17
Mardin Idris, ”Hubungan Pemahaman Kepemimpinan Islam Terhadap Disiplin Kerja. Pegawai
Perguruan Tinggi Islam Yogyakrta”, Jurnal fenomena, Vol. 14 (2003) No 2.

8
BAB I : Pendahuluan. Bab ini berisi tentang pendahuluan yang
menggambarkan bentuk isi yang dijabarkan dalam; latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, serta
sistematika pembahasan.
BAB II : Landasan Teori. Bab ini membahas mengenai teori-teori yang
berkaitan dengan kepemimpinan dan kinerja karyawan, serta hal-hal yang
mempengaruhinya. Masalah tersebut dibahas dengan maksud memberikan
gambaran yang lebih jelas mengenai teori dasar masalah yang menjadi
pandangan dalam penelitian ini.
BAB III : Metode Penelitian. Bab ini menguraikan tentang jenis dan lokasi,
tipe, sifat, pendekatan, subjek penelitian, dan cara pengumpulan data, dan
metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini berisi data-data yang
dihasilkan dari lapangan dianalisis sesuai dengan metode penelitian yang
telah ditentukan sebelumnya dan dilakukan pembahasan. Dalam bab ini
merupakan inti dari penelitian dengan menguraikan data-data yang telah
diolah sehingga terlihat hasil akhir dari penelitian ini.
BAB V : Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh masalah
yang telah dibahas sebagai jawaban atas pokok masalah. Yang kemudian
disertakan saran-saran yang diharapkan menjadi masukan sebagai tindak
lanjut dari penelitian ini.

9
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kepemimpinan

Kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi maupun perusahaan


ditentukan oleh kepemimpinan di dalam perusahaan tersebut. Dimana
kepemimpinan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan
organisasi dalam menghadapi suatu tantangan. sehingga kepemimpinan
merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan suatu perusahaan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kepemimpinan berasal dari kata
pimpin yang artinya dibimbing, dituntun.18 Menurut Kamus Bahasa Arab
Pemimpin (AL Qaid) artinya yang menuntun. Sedangkan secara etimologis
Pemimpin adalah orang yang berada di depan sebagai penunjuk kebaikan dan
pembimbing ke arah keselamatan bagi pengikutnya.19
Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, dimana
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan memberikan manfaat bagi umat
manusia. Kepemimpinan merupakan pangkal utama dan pertama penyebab
daripada kegiatan, proses atau kesediaan untuk merubah pandangan atau
sikap (mental, fisik) daripada kelompok orang-orang, baik dalam hubungan
organisasi formal maupun informal.20
Kepemimpinan pada dasarnya berarti kemampuan atau kecerdasan
dalam mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain, agar
bersedia berbuat sesuatu sesuai derngan keinginan pemimpin.21
Kepemimpinan adalah merupakan: “Hubungan yang erat antara seorang dan
sekelompok manusia, karena adanya kepentingan bersama; hubungan itu
ditandai dengan tingkah laku yang tertuju dan terbimbing daripada manusia
yang seorang itu; manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin
atau pemimpin, sedangkan kelompok manusia yang mengikutinya disebut

18
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hal 874.
19
www.boyhadiconsist.wordpress.com. Diakses pada 11 Februari 2010.
20
Imam Munawir, Asas-Asas Kepemimpinan Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hal 1.
21
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press,
2001), hal 32.

10
yang “dipimpin”).22 Selain itu kepemimpinan adalah hubungan dimana di
dalamnya antara orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerja
sama membagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin.23 Ada
banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh pakar menurut sudut
pandang masing-masing. Banyaknya definisi kepemimpinan hampir sama
jumlahnya dengan mereka yang mendefinisikannya, walaupun tidak dapat
dipungkiri bahwa ada kesamaan di dalam definisi tersebut.
Pengertian kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai sisi
kepemimpinan itu sendiri. Seperti kepemimpinan yang diuraikan oleh
Mumford dimana dia mengutarakan bahwa kepemimpinan sebagai
keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses
mengontrol gejala-gejala social.24 Maka dari itu jika menyimak pandangan
dari dua tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sebagai
focus proses-proses kelompok.
Definisi-definisi tersebut mengarahkan perhatian pada pentingnya
struktur kelompok dan proses kelompok dalam pembahasan mengenai
kepemimpinan. Namun pandangan dari dua pakar tersebut berbeda dengan
pandangan dari Bigham dan Bogardus. Mereka berpandangan bahwa
kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya. Seperti pandangan
dari Bigham yang mendefinisikan bahwa pemimpin sebagai seorang individu
yang memiliki sifat-sifat kepribadian dan karakter yang diinginkan (baik).
Begitu juga definisi Bogardus bahwa kepribadian yang tampil dalam kondisi
kelompok, tidak hanya kepemimpinan sebagai kepribadian dan gejala
kelompok, tetapi menyangkut juga proses sosial yang melibatkan beberapa
individu dalam kelompok mental dimana seorang individu akan lebih
dominan daripada yang lainnya.
Kemudian terdapat pandangan sedikit berbeda dari Stuart dimana
bahwa pemimpin itu sebagai kemampuan yang memberikan kesan tentang
keinginan pemimpin, sehingga dapat menumbuhkan kepatuhan, rasa hormat,

22
Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta : Yayasan Kanisius. 1973), hal 5.
23
Soehardi Sigit, Teori Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Yogyakarta: Penerbit Armurrita, 1983),
hal 15.
24
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 2-4.

11
loyalitas dan kerjasama. Sehingga dari pandangan Stuart tersebut dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain.
Begitu juga definisi yang diungkapkan oleh Bernard yang mengatakan
bahwa pemimpin dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan harapan-
harapan dari para anggota kelompok, yang pada gilirannya ia memusatkan
perhatian dan pendayagunaan energi anggota kelompok kearah yang
diinginkannya.25Lalu ada kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh,
seperti yang disampaikan oleh Bass yaitu usaha individu untuk mengubah
tingkah laku orang lain, bila orang lain benar-benar berubah maka bentuk
perubahan tersebut merupakan kepemimpinan yang berhasil.26 Kemudian ada
kepemimpinan sebagai bentuk persuasi oleh Schenk yang menyampaikan
kepemimpinan adalah pengelolaan manusia melalui persuasi dan inspirasi
daripada melalui pemaksaan langsung.27
Kepemimpinan menurut Imam Munawir mengandung dua segi, yaitu:
1. Pemimpin Formal, yaitu orang yang secara resmi diangkat dalam
jabatan kepemimpinan, teratur dalam organisasi secara hirachi,
tergambar dalam suatu bagan yang tergantung dalam tiap-tiap kantor.
Kepemimpinan formal ini lazimnya lebih dikenal dengan istilah
”kepala”.

2. Pemimpin Informal, yaitu kepemimpinan ini tidak mempunyai dasar


pengankatan resmi, tidak nyata terlihat dalam hirarchi organisasi, juga
tidak terlihat dalam gambar bagan.

Dalam kalangan Islam, maka kepemimpinan informal mendapat


tempat yang tersendiri di hati ummat, misalnya dengan banyaknya ulama,
zuama, ustadz, dan tokoh-tokoh organisasi dengan aneka ragam warna dan
coraknya. Mereka memiliki pula pengikut yang tak kalah banyaknya dengan
pemimpin formal.28

25
www.syafrizalhelmi.blogspot.com. Diakses pada 12 februari 2010.
26
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 5-6.
27
Imam Munawir, Asas-Asas Kepemimpinan Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hal 93.

12
1. Kepemimpinan dalam Islam

Dalam Al-Quran diajarkan bagaimana menjalani kehidupan ini


dengan baik sehingga akan menciptakan suasana yang aman dan tenteram.
Disamping itu juga selalu mengingatkan kepada kaum muslim untuk selalu
meningkatkan ketaqwaan serta kepedulian kepada lingkungannya dan
menjunjung tinggi persamaan derajat yang tidak hanya sesama kaum muslim
saja, tetapi juga kaum non muslim. Karena pada hakikatnya manusia itu
adalah mahluk ciptaan Allah SWT yang harus senantiasa hidup
berdampingan, begitu juga terhadap alam, hewan dan tumbuhan haruslah
tercipta keharmonisan satu sama lain.29
Namun dalam Islam sendiri di dalam sejarah mengalami pasang surut
pada sistem kepemimpinannya. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman
pemimpinnya terhadap masa depan mengenai bagaimana mengatur strategi
dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh umat dalam segala posisi
kehidupan untuk menentukan langkah sejarah. Untuk itu kepemimpinan
sangatlah mempengaruhi bagi kesejahteraan umat, apakah akan mencapai
suatu kejayaan atau bahkan suatu kemunduran. Karena bukan rahasia umum
lagi bahwa Islam pernah mencapai suatu masa kejayaan ketika abad-abad
perkembangan awal Islam. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari peran
pemimpinnya dikala itu, sehingga mampu membawa umat Islam masuk era
keemasan. Kepemimpinan dalam Islam berarti bagaimana ajaran Islam dapat
memberi corak dan arah kepada pemimpin itu, dan dengan kepemimpinannya
mampu merubah pandangan atau sikap mental yang selama ini hinggap,
menghambat dan mengidap pada sekelompok masyarakat maupun
30
perorangan.
Seorang pemimpin menurut Islam tidak hanya dilihat dari faktor fisik
semata, namun haruslah dilihat pada ahlak seorang pemimpin itu sendiri.
Karena ahlak seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi
kepemimpinannya dan orang-orang yang dipimpinnya, apakah nantinya

29
Imam Munawir, Asas-Asas Kepemimpinan Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hal 1
30
Imam Munawir, Asas-Asas Kepemimpinan Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hal 1.

13
kepemimpinan tersebut mampu membawa mereka kedalam kebahagiaan
dunia dan akhirat atau justru sebaliknya akan membawa pada kenistaan.
Sebagai contoh tepat adalah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang
juga sebagai panutan suri tauladan seluruh umat di dunia sebagai
kepemimpnan yang paling ideal serta sukses yang tidak hanya dalam dunia
dagang, tetapi juga dalam memimpin dan membawa umatnya dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.31 Allah berfirman:

©!$# (#θã_ötƒ tβ%x. ⎯yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9

∩⊄⊇∪ #ZÏVx. ©!$# tx.sŒuρ tÅzFψ$# tΠöθu‹ø9$#uρ

”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.32

2. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW terlahir dari suku bangsa Quraisy tanggal 12


rabiul awal dalam tarikh tahun gajah di Makkah. Muhammad memiliki
sebuah arti yaitu terpuji. Ayah beliau yang bernama Abdullah bin Abdul
Muthalib telah wafat ketika beliau masih di dalam kandungan sang ibu, yaitu
Aminah binti Wahib. Namun sesuai dengan kebiasaan para bangsawan Arab,
maka Muhammad kecil harus berpisah dari ibunya untuk disusui oleh
Halimah Sa’diyah selama empat tahun lamanya. Namun tidak lama beliau
bersama sang ibu, karena sepulang dari kunjungan dari tempat kerabat
ayahnya di Madinah menuju Mekkah Aminah wafat dan dikebumikan di
Abwa’, yaitu sebuah daerah antara Mekkah dan Madinah. Selepas kepergian
sang ibu, Nabi Muhammad diasuh oleh kakek beliau yaitu Abdul Muthalib.
Jiwa kepemimpinannya telah terbentuk semenjak beliau masih kecil, hal ini

31
Idem.
32
QS. Al Ahzab: 21.

14
tidak terlepas dari sosok sang kakek di dalam memimpin bangsa Quraisy.
Abdul-Muthalib merupakan sosok pemimpin yang sangat dihormati dan
disegani oleh umatnya pada saat itu.33
Namun untuk kesekian kalinya beliau kembali di tinggal oleh orang-
orang yang dikasihinya, yaitu meninggalnya Abdul Muthalib. Selanjutnya
beliau diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib, dan disinilah jiwa
kepemimpinan beliau ditempa habis-habisan oleh paman beliau. Diawali dari
belajar menggembala kambing, belajar menjalankan amanah dengan
membantu sang paman di dalam berdagang hingga beliau mencetak sejarah
yang sangat menakjubkan dalam menengahi perselisihan orang-orang
Quraisy dalam merenovasi Ka’bah. Hal ini di karenakan beliau mampu
memberikan solusi kepada seluruh suku dengan keputusannya yang dirasa
cukup tepat dan adil mengenai hak peletakan batu Al-Hajar Aswad. Lalu atas
keberhasilannya ini, beliau mendapat julukan Al-Amin.34
Beliau sangat pandai di dalam berdagang, hal ini juga dikarenakan
beliau selalu menerapkan kejujuran, sehingga karena kejujurannya tersebut
Siti Khodijah tertarik pada beliau dan menikah dengan Nabi Muhammad di
usia 40 tahun yang ketika itu Nabi berusia 25 tahun. Dari pernikahan tersebut
lahir 2 orang anak yaitu Hasan dan Husain, namun meninggal ketika masih
anak-anak.
Pada tanggal 17 Ramadhan saat Nabi berada di gua hiro di bukit Nuur
datang malaikat Jibril membawa wahyu pertama dari Allah. Peristiwa
tersebut merupakan awal kerasulan Nabi dalam membawa ajaran Islam.
Dimana Islam yang di dibawa beliau merupakan mata rantai ajaran Islam
yang dibawa rasull sebelum beliau. Allah SWT menamakan beliau sebagai
pamungkas para nabi dan memuji beliau karena kemuliaan ahlaknya. Para
nabi termasuk Nabi Muhammad SAW diangkat oleh Allah SWT untuk
memimpin umat dan menegakkan keadilan. Mereka diberikan otoritas untuk
menentukan hukum dan undang-undang, serta mereka juga harus ditaati.

33
Aunur Rohim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta : UII Press,2001), hal
23.
34
Idem.

15
Pengangkatan nabi sebagai pemimpin semata-mata karena kehendak Allah,
tanpa campur tangan kehendak selainnya. Allah memandang bahwa ketatan
kepada nabi, sama halnya ketaatan kepada-Nya dan ketaatan perintah serta
melanggar perintah nabi berarti melanggar perintah-Nya35. Hal ini sangatlah
jelas Allah sampaikan di dalam beberapa firmannya sebagai berikut:

∩⊂⊄∪ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# =Ïtä† Ÿω ©!$# ¨βÎ*sù (#öθ©9uθs? βÎ*sù ( š^θß™§9$#uρ ©!$# (#θãè‹ÏÛr& ö≅è%

”Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya”36

(#þθßϑn=¤ß ŒÎ) öΝßγ¯Ρr& öθs9uρ 4 «!$# ÂχøŒÎ*Î/ tí$sÜã‹Ï9 ωÎ) @Αθß™§‘ ⎯ÏΒ $uΖù=y™ö‘r& !$tΒuρ

$\/#§θs? ©!$# (#ρ߉y`uθs9 ãΑθß™§9$# ÞΟßγs9 txøótGó™$#uρ ©!$# (#ρãxøótGó™$$sù x8ρâ™!$y_ öΝßγ|¡àΡr&

∩∉⊆∪ $VϑŠÏm§‘

”Dan tidaklah Kami utus seorang Rasul melainkan agar ditaati dengan izin
Allah”37

4’n1öà)ø9$# “Ï%Î!uρ ÉΑθß™§=Ï9uρ ¬Tsù 3“tà)ø9$# È≅÷δr& ô⎯ÏΒ ⎯Ï&Î!θß™u‘ 4’n?tã ª!$# u™!$sùr& !$¨Β

4 öΝä3ΖÏΒ Ï™!$uŠÏΨøîF{$# t⎦÷⎫t/ P's!ρߊ tβθä3tƒ Ÿω ö’s1 È≅‹Î6¡¡9$# È⎦ø⌠$#uρ È⎦⎫Å3≈|¡yϑø9$#uρ 4’yϑ≈tGuŠø9$#uρ

35
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 91.
36
QS. Ali Imran, (3): 32.
37
QS. An-Nisa, (4): 64.

16
©!$# ¨βÎ) ( ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 (#θßγtFΡ$$sù çμ÷Ψtã öΝä39pκtΞ $tΒuρ çνρä‹ã‚sù ãΑθß™§9$# ãΝä39s?#u™ !$tΒuρ

∩∠∪ É>$s)Ïèø9$# ߉ƒÏ‰x©

”Apa yang dibawakan oleh Rasul maka ambillah dan apa yang dilarang
olehnya maka hentikanlah”38

Nabi Muhammad merupakan seorang pemimpin agama, dimana


beliau mengembangkan agama yang menjadi landasan dalam kehidupan
ummat manusia seperti fondasi dari satu bangunan. Landasan itu ialah
TAUHID, yaitu kepercayaan yang bulat dan mutlak terhadap ke-Esaan Allah
SWT dan hanya kepada Allah SWT sajalah manusia wajib berbakti dan
menyembah. Sebagai pemimpin agama, maka titik awal dan titik berat ajaran
yang dikembangkan oleh beliau ialah menanamkan Tauhid, yang dalam Al-
Quran disebutkan dengan predikat "Syaratun-thaiyibah" ; yaitu pohon yang
baik, yang memenuhi syarat-syarat untuk hidup dan memberikan kehidupan.
Apabila pohon Tauhid itu sudah tegak, kecuali dia kelihatan indah, daunnya
yang rindang dapat dijadikan tempat berteduh di panas yang terik, buahnya
bisa dinikmati kelezatannya, pun maha penting ia berdiri tegak dan mantap
(istiqamah), tidak bergoncang ditiup angin taufan sekalipun, sebab akarnya
telah tertancap jauh ke dalam bumi (iman yang kuat dan kokoh).39
Di samping merupakan sosok pemimpin dalam agama, Nabi
Muhammad SAW juga seorang pemimpin negara, yaitu setelah Rasulullah
hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tenaga inti yang sudah terlatih dan
terseleksi, yaitu kaum Muhajirin, dibantu oleh kaum Anshar, maka dalam
masa kurang lebih 10 tahun, satu masa yang relatif pendek, Rasulullah telah
berhasil membangun satu pemerintahan Islam, DAULAH ISLAMIYAH,
yang lengkap memenuhi unsur-unsur yang diperlukan dalam membangun dan
mengembangkannya. Dalam segala bidang kehidupan, Rasulullah

38
QS. Al-Hasyr : 7.
39
www.cahayamuslim.blogspot.com. Dikutip pada 10 februari 2010.

17
melaksanakan essensi dari pokok-pokok kehidupan suatu negara dan ummat,
yang dalam kehidupan demokrasi beberapa abad kemudian terkenal dengan
istilah: kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan (liberte, egalite,
fraternite). Ajaran Islam memberikan hak-hak kemerdekaan kepada
pemeluknya yang menjadi warganegara DAULAH ISLAMIYAH yang baru
dibangun pada masa itu. Kemerdekaan berpikir dan kemerdekaan melahirkan
pendapat dalam pemerintahan senantiasa dikembangkan oleh negarawan yang
bernama Muhammad.40
Di samping itu, baik melalui ketentuan-ketentuan dalam pemerintahan
maupun dalam sikap dan pergaulan sehari-hari, beliau mengembangkan ruh
dan semangat persamaan serta persaudaraan. Beliau menghapuskan
perbedaan-perbedaan karena keturunan, kekayaan, kebangsaan, perbedaan
warna, dan kulit serta lain-lain sebagainya, sehingga orang-orang asing
seperti Salman Al Farisi yang berkebangsaan Persia, diberikan kedudukan
dan memegang peranan yang penting dalam pemerintahan Islam. Dalam
pergaulan dan urusan-urusan keagamaan, seorang yang berkulit hitam dan
tadinya pernah menjadi budak seperti Bilal bin Rabah, mendapat kedudukan
sesuai dengan kemampuannya dan loyalitasnya. Walaupun kepemimpinan
Nabi Muhammad S.A.W. sebagai utusan Allah (Rasulullah) senantiasa
mendapat bimbingan dan petunjuk Ilahi, tapi mengenai pelaksanaan sesuatu
hal yang tidak ditetapkan oleh wahyu, beliau selalu bermusyawarah dengan
para pembantunya serta para sahabat pada umumnya, sesuai dengan garis-
garis yang ditetapkan oleh wahyu Ilahi.41 Allah berfirman:

∩⊇∈∇∪ tβρç|³øtéB «!$# ’n<Z} öΝçFù=ÏFè% ÷ρr& öΝšF•Β ⎦È⌡s9uρ

"Bermusyawarahlah dengan mereka dalam beberapa urusan."42

40
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press,
2001), hal. 257.
41
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press,
2001), hal. 257.
42
QS. Ali Imran (3): 159.

18
öΝßγ≈uΖø%y—u‘ $£ϑÏΒuρ öΝæηuΖ÷t/ 3“u‘θä© öΝèδãøΒr&uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r&uρ öΝÍκÍh5tÏ9 (#θç/$yftGó™$# t⎦⎪Ï%©!$#uρ

∩⊂∇∪ tβθà)ÏΖãƒ

"Urusan-urusan mereka haruslah (diputuskan) dengan musyawarah diantara


mereka sendiri."43.

Sesungguhnya Suksesnya kepemimpinan Nabi Muhammad saw tidak


terlepas dari tiga hal, yaitu pemimpin yang holistic, accepted, dan proven.

Kepemimpinan holistic Nabi Muhammad SAW terlihat dari strategi


pertahanan yang diterapkan dalam masyarakat maupun peperangan. Hampir
semua peperangan yang beliau pimpin selalu menang. Keamanan
masyarakatnya juga diutamakan. Warga masyarakatnya benar-benar
mendapat perlindungan tanpa melihat apakah itu muslim maupun nonmuslim.

Kemudian beliau adalah pemimpin yang accepted, yaitu seorang


pemimpin yang diterima dan diakui oleh semua masyarakatnya. Bahkan,
kepemimpinan beliau masih diterima sampai saat ini. Terlepas dari wahyu
yang disampaikan, akhlak beliau juga patut diterima dan dijadikan suri
tauladan.

Dan terakhir Nabi Muhammad saw adalah pemimpin yang proven.


Figur pemimpin yang terbukti telah membawa perubahan bagi masyarakat.
Kepemimpinan yang selalu berorientasi pada bukti riil, tidak sekadar kata-
kata persuasif dan pemimpin yang berorientasi ke depan.44

Nabi Muhammad SAW merupakan pemimpin yang mampu


mengembangkan kepemimpinan dalam berbagai bidang kehidupan dan
kepemimpinannya mampu meresap ke berbagai nuansa kehidupan melalui

43
QS. As-Syura: 38.
44
www.andaluarbiasa.com. Dikutip pada 10 februari 2010.

19
celah-celah. Beliau memulai mengembangkan kepemimpinannya berawal
dari dirinya sendiri terlebih dahulu. Selain itu semangat kepemimpinan bisnis
dan wirausaha yang ditunjukan semasa masih muda sangat menakjubkan,
dimana kegiatan bisnis yang dilakukan hampir tidak pernah mengalami
kerugian. Semua itu tidak lepas dari kepribadian beliau yang tekun, jujur dan
bersahaja.

3. Idealitas Pemimpin

Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin yang sangat ideal


untuk diikuti oleh umat manusia, khususnya umat muslim. Allah sendiri telah
berfirman dalam Al-Quran bahwa sesungguhnya Rasulullah merupakan suri
tauladan yang baik, yaitu:

tÅzFψ$# tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ötƒ tβ%x. ⎯yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9

∩⊄⊇∪ #ZÏVx. ©!$# tx.sŒuρ

”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”45

Bahkan para pemikir-pemikir Islam menyatakan bahwa model


kepemimpinan yang telah dipraktikkan oleh Nabi adalah sebuah metodelogi
yang paling efektif dan paling berhasil dalam mencapai tujuan dan target
yang ingin dicapai. Adapun perbedaan didalam memandang suatu peran
pemimpin dalam perspektif barat dan Islam terletak dimana dalam teori-teori
barat umumnya menitikberatkan pembahasannya dalam membentuk
kemampuan manajerial seorang pemimpin, dan keberhasilannya diukur dari
pencapaian yang sifatnya materi. Berbeda dengan Islam dimana

45
QS. Al-Ahzab: 21.

20
menitikberatkan keberhasilan seorang pemimpin itu pada kemampuannya
dalam mentransfer nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan dan lain-lain, yang
tentunya sifatnya immamateri dan abstrak, sehingga sebelum menjadi
pemimpin, kredibilitasnya harus bersih dari noda-noda pelanggaran dan
parameter kemampuannya justru diukur dari keinginannya dalam
menegakkan agama Allah untuk mencapai tatanan masyarakat yang bermoral
tinggi.46
Disamping itu seseorang dapat disebut pemimpin yang berhasil serta
ideal apabila dengan kepribadiaannya dapat membuat Khairu Ummah
(sebaik-baiknya ummat) yang Rahmatan lil’ alamin (menjadi rahmat seluruh
alam, dan ia dapat memprodusir dan memancarkan pengaruh terhadap ummat
atau kelompok orang-orang tertentu, sehingga mereka bersedia (willing)
untuk merubah fikiran, pandangan, sikap, kepercayaan, dan sebagainya.47

4. Sifat Ideal Pemimpin

Pemimpin ideal disamping sukses dalam mencapai tujuan atau


keinginannya tentunya juga adalah pemimpin yang dapat menciptakan suatu
kebaikan dan juga mampu membuat orang-orang yang dipimpinnya merasa
nyaman dan aman. Untuk itu seorang pemimpin haruslah memiliki suatu sifat
ideal sebagai seorang pemimpin. Pemahaman sifat ideal seorang pemimpin
tidaklah selalu sama antara pandangan barat dan dalam pandangan Islam.
Keith Davis (1972) sebagaimana yang dikutip oleh Miftah Thoha
(1999) merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai
pengaruh terhadap kepemimpinan organisasi:
1. Kecerdasan, dimana hasil penelitian ini pada umumnya membuktikan
bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dipimpin. Meskipun pemimpin juga tidak bisa
melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.

46
Aunur Rohim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta : UII Press,2001), hal
31-32.
47
Imam Munawir, Asas-Asas Kepemimpinan Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hal 15.

21
2. Kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial. Pemimpin cenderung
menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunayai
perhatian yang luas terhadap aktifitas-aktifitas sosial. Dia mempunyai
keinginan menghargai dan dihargai.
3. Motifasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif
mempunyai dorongan motifasi yang kuat untuk berprestasi.
4. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil
mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu
berpihak kepadanya.48
Menurut John D. Millet kepemimpinan cenderung untuk dikatakan
sebagai ciri kepribadian seseorang, dimana kepribadian dalam kepemimpinan
seseorang merupakan sesuatu yang sangat vital. Millet mengemukakan
delapan sifat kepemimpinan, yaitu:
1. Kesehatan yang baik, kekuatan pribadi, dan ketahanan fisik.
2. Memahami tugas pokok, komitmen pribadi, terhadap kegiatan atau tujuan
bersama antusiasme, kepercayaan diri.
3. Mempunyai perhatian terhadap orang lain, ramah tamah.
4. Inteligensi ( tidak perlu memiliki pengetahuan yang mendetail atau ahli,
tetapi memiliki ”common sense” yang baik), selalu siap, cepat dan tepat
memahami unsur-unsur yang esensial dari informasi yang diperlukan, dan
mampu menggunakan pengetahuan.
5. Intregitas, memahami kewajiban moral dan kejujuran, berkemauan untuk
ikut serta dalam pendapatan tujuan bersama, berkemampuan untuk
menetapkan standar/norma tingkah laku pribadi yang akan menghasilkan
sikap hormat dari orang lain.
6. Sikap persuasif, kemampuan mempengaruhi orang lain untuk menerima
keputusan-keputusannya.
7. Kritis, kemampuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan orang-
orang yang berkerjasama dengannya dan bagaimana memperoleh
kemanfaatan secara maksimal bagi organisasi.

48
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 41.

22
8. Kesetiaan, yaitu mempunyai perhatian penuh kepada kegiatan bersama
dan juga terhadap orang-orang yang berkerja dengannya, serta
mempunyai semangat untuk mempertahankan kelompoknya terhadap
serangan dari luar.49
Dalam Islam sendiri seorang pemimpin haruslah memiliki sifat-sifat
ideal yang tentunya tidak bertentangan dengan ajaran Islam seperti:
1. Mampu memimpin dan mengendalikan dirinya sendiri sebelum
memimpin orang lain.

2. Memiliki kemampuan manajerial yang baik karena seorang pemimpin itu


harus dipilih dari orang-orang dengan kualitas terbaik.

3. Memiliki konsep relasi yang baik karena seorang pemimpin harus mampu
menjembatani berbagai perbedaan yang ada di tengah-tengah
masyarakatnya.
4. Visinya adalah Al-Quran dan misinya adalah menegakkan kebenaran.
5. Memiliki sikap tawawadhu’ dan mawas diri dalam mengemban amanah
Allah, karena pada prinsipnya kepemimpinan itu bukan hanya saja harus
dipertanggungjawabkan di depan lembaga formal tapi yang lebih penting
dihadapan Allah SWT.
6. Memiliki sifat siddiq (benar), amanah (terpercaya), Tabligh
(menyampaikan apa adanya), fathonah (pandai), serta menyadari
sepenuhnya bahwa Allah memberikan kemampuan yang berbeda-beda
bagi setiap orang dan menerimanya dengan rasa syukur dan ikhlas.50
Dari uraian tersebut dapat terlihat dan disimpulkan perbedaan dalam
memandang ideailitas sifat pemimpin dalam perspektif Islam dan Barat yaitu
bahwa sifat ideal seorang pemimpin itu dalam Islam sebagai suatu proses
yang tidak hanya mengandung unsur-unsur materi saja, melainkan juga aspek
keyakinan atau agama. Hal ini dikarenakan bahwa kepemimpinan itu tidak
hanya suatu tanggung jawab dalam kehidupan di dunia, melainkan juga

49
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 44.
50
Aunur Rohim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, (Yogyakarta : UII Press,2001), hal
33-34.

23
amanah yang diembankan Allah SWT sehingga nantinya akan diminta
pertanggungjawabannya oleh Allah. Berbeda dengan perspektif barat, dimana
kepemimpinan itu hanyalah sebuah tanggung jawab kepada orang-orang yang
dipimpinnya saja dan parameternya cenderung hanya bersifat materi.

5. Fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat berjalan dengan baik apabila fungsinya telah


terpenuhi, oleh sebab itu seorang pemimpin haruslah dapat menggunakan
peran yang dimilikinya secara optimal sehingga akan dapat mewujudkan
fungsi kepemimpinan dengan kerja sama dari orang-orang yang dipimpinnya.
Menurut William R. Lassey dalam bukunya Dimension of Leadership,
menyebutkan dua macam fungsi kepemimpinan51, yaitu :
1. Fungsi Menjalankan Tugas, dimana fungsi ini harus dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang tergolong fungsi ini adalah :
a. Kegiatan berinisiatif, antara lain usul pemecahan masalah,
menyarankan gagasan gagasan baru, dan sebagainya.
b. Mencari informasi, antara lain mencari klasifikasi terhadap usul – usul
atau saran serta mencari tambahan informasi yang diperlukan.
c. Menyampaikan data atau informasi yang sekiranya ada kaitannya
dengan pengalamannya sendiri dalam menghadapi masalah yang
serupa.
d. Menyampaikan pendapat atau penilaian atas saran – saran yang
diterima.
e. Memeberikan penjelasan dengan contoh – contoh yang lebih dapat
mengembangkan pengertian.
f. Menunjukkan kaitan antara berbagai gagasan atau saran-saran dan
mencoba mengusulkan rangkuman gagasan atau saran menjadi satu
kesatuan.

51
www.fisipuh.blogspot.com. Diakses pada 12 februari 2010.

24
g. Merangkum gagasan-gagasan yang ada kaitannya satu sama lain
menjadi satu dan mengungkapkan kembali gagasan tersebut setelah
didiskusikan dalam kelompok.
h. Menguji apakah gagasan-gagasan tersebut dapat dilaksanakan dan
menilai keputusan-keputusan yang akan dilaksanakan.
i. Membandingkan keputusan kelompok dengan standar yang telah
ditetapkan dan mengukur pelaksanaannya dengan tujuan yangb telah
ditetapkan.
j. Menentukan sumber-sumber kesulitan, menyiapkan langkah-langkah
selanjutnya yang diperlukan, dan mengatasi rintangan yang dihadapi
untuk mencapai kemajuan yang diharapkan.
2. Fungsi Pemeliharaan, fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi
pemeliharaan dan pengembangan kelompok untuk kelangsungan
hidupnya. Yang termasuk fungsi ini antara lain :
a. Bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau dan
dapat memujiorang lain atau idenya, serta dapat menerima dan
menyetujui sumbangan fikiran orang lain.
b. Mengusahakan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota
berbicara dengan waktu yang dibatasi, sehingga anggota kelompok
lain berkesempatan untuk mendengar.
c. Menentukan penggunaan standar dalam pemilihan isi, prosedur dan
penilaian keputusan serta mengingatkan kelompok untuk meniadakan
keputusann yang bertentangan dengan pedoman kelompok.
d. Mengikuti keputusan kelompok, menerima ide orang lain, bersikap
sebagai pengikut/pendengar sewaktu kelompok sedang berdiskusi dan
mengambil keputusan.
e. Menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat dan bertindak sebagai
penengah untuk mengkompirmasikan pemecahan masalah.52
Berbeda dengan Haris yang berpendapat bahwa Seorang pemimpin
dikatakan telah melaksanakan fungsinya dengan baik apabila dia mampu.

52
www.fisipuh.blogspot.com. Diakses pada 12 februari 2010

25
a. Memenuhi pemuasan kebutuhan langsung dari para bawahan.
b. Menyusun rencana untuk pencapaian tujuan.
c. Menyingkirkan rintangan-rintangan yang menghalangi pencapaian
tujuan.
d. Modifikasi tujuan-tujuan karyawan agar dapat bermanfaat pula bagi
organisasi yang bersangkutan.53
Rustandi dalam teorinya kepemimpinan klasik disebutkan bahwa
fungsi kepemimpinan meliputi: pengorganisasian dan pengendalian. Penganut
aliran behaviourisme cenderung berpendapat bahwa fungsi dan peranan
kepemimpinan adalah:
a. Menetapkan tujuan dan menugaskan arah untuk mencapai tujuan.
b. Melengkapi sarana untuk mencapai tujuan.
c. Melengkapi dan menegaskan tatanan organisasi.
d. Memberikan fasilitas untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dan
mengadakan hubungan antar kegiatan.
e. Memberikan fasilitas kepada kelompok dalam melaksanakan
tugasnya.54

6. Hubungan Manusiawi

Manusia adalah makhluk sosial yang ingin hidup bersama-sama


dengan manusia lainnya, dan saling berhubungan satu sama lain. Hal ini tidak
terkecuali dalam organisasi, dimana dalam organisasi, terjadi hubungan
antarmanusia dikarenakan adanya usaha mempengaruhi orang lain secara
sengaja untuk melakukan apa yang diinginkan. Hubungan manusiawi
merupakan suatu kegiatan yang cukup berpengaruh dalam suatu organisasi.
Karena di dalamnya terdapat interaksi satu sama lain baik itu sesama
karyawan maupun hubungan antara kepemimpinan dengan karyawan dan
sebaliknya. Dengan terciptanya hubungan manusiawi yang baik dalam

53
Haris, Managing people at work, concept and in interpesoncel bahaviour (new york: johnwilly and
soms, inc, 1985), hal. 105
54
Rustandi, Gaya Kepemimpinan, Pendekatan Bakat Situasional, Cetakan Kedua, (Bandung: Armico,
1987) hal. 25

26
kepemimpinan dengan karyawan, maka akan berdampak pada kinerja dari
karyawan itu sendiri.55 Allah berfirman:

4 (#þθèùu‘$yètGÏ9 Ÿ≅Í←!$t7s%uρ $\/θãèä© öΝä3≈oΨù=yèy_uρ 4©s\Ρé&uρ 9x.sŒ ⎯ÏiΒ /ä3≈oΨø)n=yz $¯ΡÎ) â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ

∩⊇⊂∪ ×Î7yz îΛ⎧Î=tã ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä39s)ø?r& «!$# y‰ΨÏã ö/ä3tΒtò2r& ¨βÎ)

Hai manusia! Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan


perempuan. Lalu kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Yang teramat mulia diantaramu di sisi Allah,
ialah orang yang lebih bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha Mengetahui dan
Mengenal.56

Firman Allah SWT tersebut pada kalimat, “lalu kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”,
menjelaskan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, melainkan ditakdirkan
untuk hidup bersama dan saling berinteraksi. Di lingkungan umat Islam setiap
pemimpimpin memikul kewajiban dan tanggung jawab menciptakan dan
membina hubungan manusiawi yang efektif, tidak saja dalam kepemimpinan
bidang keagamaan, tetapi juga dalam semua bidang kehidupan. Hubungan
manusiawi dalam kepemimpinan adalah kemampuan dan cara seorang dalam
memperlakukan orang-orang yang dipimpinnya. Dimana pelakuan itu akan
menimbulkan respon yang akan berpengaruh pada usaha mewujudkan
eksistensi kelompok atau organisasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Kemampuan atau cara tersebut tidak sekedar berbentuk komunikasi lisan dan
tertulis, akan tetapi berhubungan juga dengan gaya dan sikap yang

55
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press,
2001), hal 43.
56
QS. Al-Hujarat. 13.

27
dipergunakan seorang pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, dengan orang-
orang yang dipimpinnya.57

Kepemimpinan yang menggunakan pendekatan hubungan manusiawi


dalam memimpin karyawan, akan memperoleh hasil yang baik. Dimana
tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Selain itu
pemimpin juga akan memperoleh dukungan kuat dari karyawan, karena
mereka merasa nyaman dan senang dengan pemimpinnya. Dalam hubungan
manusiawi, fungsi komunikasi sangatlah penting. Hal ini dikarenakan
komunikasi berguna untuk memperbaiki hubungan insani, menyampaikan
gagasan dan mengalirkan pesan-pesan kepemimpinan ke seluruh bagian
organisasi, serta dapat menghindarkan konflik, terutama komunikasi
antarpribadi.

Penting juga penggunaan analisis transaksi yang berguna untuk


membuat prediksi dan mengantisipasi perilaku yang akan muncul dari
seseorang, sehingga dapat dihindari kesalahpahaman. Pemimpin merupakan
seorang komunikator, dimana pada umumnya memiliki kemampuan untuk
melakukan komunikasi atau hubungan yang efektif dalam kepemimpinannya,
sehingga sedikit banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang
yang dipimpinnya. Hubungan maupun komunikasi yang baik tentunya akan
menciptakan atmosfer yang merangsang anggotanya untuk berpartisipasi aktif
di dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakan hasil
keputusan.58

Ada dua bentuk hubungan manusiawi, yaitu:

a. Hubungan Manusiawi Efektif (positif).

Hubungan ini ditandai dengan kesediaan saling mendekat, karena


menyenangkan kedua belah pihak yang saling berinteraksi. Dalam

57
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press,
2001), hal 43.
58
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal 170.

28
kepemimpinan, hubungan ini mendorong tumbuhnya kemauan untuk
ikut berpartisipai dalam melaksanakan berbagai kegiatan organisasi.
Kebersamaan itu kemudian akanmemunculkan rasa memiliki terhadap
organisasi dan seluruh kegiatannya, yang kemudian menumbuhkan
rasa tanggung jawab terhadap organisasinya.

b. Hubungan Manusiawi tidak efektif (negatif).

Hubungan ini ditandai dengan kehendak untuk saling menjauh karena


tidak menyenangkan salah satu atau kedua belah pihak yang saling
berinteraksi. Dalam kepemimpinan, hubungan ini menciptakan
perasaan seperti orang luar yang merasa tidak ikut bertanggung jawab
terhadap organisasi. Akibatnya kepemimpinan tidak dapat berjalan
efektif, dikarenakan rasa tidak percaya dan suka terhadap pimpinan.59
Allah berfirman:

Ÿωuρ ( ÒΟøOÎ) Çd⎯©à9$# uÙ÷èt/ χÎ) Çd⎯©à9$# z⎯ÏiΒ #ZÏWx. (#θç7Ï⊥tGô_$# (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ

zΝóss9 Ÿ≅à2ù'tƒ βr& óΟà2߉tnr& =Ïtä†r& 4 $³Ò÷èt/ Νä3àÒ÷è−/ =tGøótƒ Ÿωuρ (#θÝ¡¡¡pgrB

∩⊇⊄∪ ×Λ⎧Ïm§‘ Ò>#§θs? ©!$# ¨βÎ) 4 ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 çνθßϑçF÷δÌs3sù $\GøŠtΒ ÏμŠÅzr&

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan


prasangka buruk. Sesungguhnya sebagian prasangka buruk itu
adalah dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain, dan
janganlah bergunjing antar sesamamu. Adakah seseorang
diantaramu mau memakan daging saudaranya yang sudah mati?

59
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press,
2001), hal 46.

29
Tentu hal itu menjijikan bagimu. Dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.60

Berdasarkan firman diatas menjelaskan bahwa sebagai umat muslim


tidak diperbolehkan untuk saling mencari kesalahan orang lain dan
bergunjing, karena selain perbuatan itu merupakan dosa dan juga dapat
berdampak pada buruknya hubungan manusiawi karena adanya saling tidak
suka sehingga menimbulkan hubungan manusiawi yang tidak efektif.

Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan manusiawi yang efektif


sangat besar pengaruhnya terhadap kinerja dan tanggung jawab dari
karyawan. Dimana semakin lancar proses komunikasi serta sikap saling
terbuka dan mendekatkan diri maka akan terbentuk suatu hubungan yang
positif. Untuk itu kemampuan dan sifat-sifat yang dapat menciptakan
hubungan yang dinamis perlu dimiliki dalam kepemimpinan.

7. Pola Kepemimpinan
Pola atau gaya kepemimpinan memiliki suatu pengaruh terhadap
iklim kerja perusahaan. Dimana kepemimpinan dapat berjalan dengan efektif
bila komponen yang ada di dalam perusahaan tersebut mampu merasa
nyaman dengan perusahaannya tersebut. Pada dasarnya di dalam setiap gaya
kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive
behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut
gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Gaya kepemimpinan otokrasi, pemimpin mengendalikan semua aspek


kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai
dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun
sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap
semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota
mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing

60
QS. Al-Hujarah.12.

30
memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan
pemimpin.
2. Gaya kepemimpinan pembinaan mirip dengan otokrasi. Pada gaya
kepemimpinan ini seorang pemimpin masih menunjukkan sasaran yang
ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut. Namun, pada
kepemimpinan ini anggota diajak untuk ikut memecahkan masalah yang
sedang dihadapi.
3. Gaya kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih
besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan
sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran
tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi
keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
4. Gaya kepemimpinan kendali bebas dimana pada gaya kepemimpinan ini
seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran utama yang ingin dicapai
saja. Tiap divisi atau seksi diberi kepercayaan penuh untuk menentukan
sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran, dan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, pemimpin
hanya berperan sebagai pemantau saja.61
Pendapat Gatto mengungkapkan bahwa ada empat gaya
kepemimpinan, yaitu:
1. Gaya Direktif (otoriter), dimana pemimpin yang direktif umumnya
membuat keputusan-kepeutusan penting dan banyak terlibat di dalam
pelaksanaannya. Semua kegiatan terpusat pada pemimpin, dan sedikit
kebebasan orang berkreasi dan bertindak yang diizinkan.
2. Gaya konsultatif, gaya ini dibangun atas gaya direktif, kurang otoriter dan
lebih banyak melakukan interaksi dengan para staf dan anggota
organisasi. Fungsi pemimpin lebih banyak memberikan komsultasi,
memberikan bimbingan, motivasi, memberi nasehat dalam rangka
mencapai tujuan.

61
www.arismaduta.org. Diakses pada 11 februari 2010.

31
3. Gaya partisipatif, gaya partisipatif bertolak dari gaya konsultatif yang bisa
berkembang kearah semakin percaya antara pemimpin dan bawahan.
Pemimpin cenderung memberikan kepercayaan pada kemampuan staf
untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka.
Sementara itu kontak konsultatif terus berjalan.
4. Gaya free-rein atau gaya delegasi, yaitu gaya yang mendorong
kemampuan staff untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol
yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bisa berjalan
apabila staf memperhatikan tingkat kompetensi dan keyakinan akan
mengejar tujuan dan sasaran organisasi.62
Berbeda dengan Hadari Nawawi yang mengelompokan gaya
kepemimpinan menjadi tiga tipe utama dalam kepemimpinan yang dikatakan
bersifat teoritis, karena dalam praktik atau pelaksanaannya mungkin saja
dilakukan secara murni, tetapi tidak mustahil juga berlangsung kombinasi.
Adapun ketiga tipe atau gaya kepemimpinan tersebut yaitu:
1. Tipe kepemimpinan otoriter, dimana perilaku yang mendominasi tipe ini
adalah perilaku otokrasi. Oleh karena itu kepemimpinan ini menempatkan
kekuasaan pada seseorang atau sekelompok kecil orang yang bertindak
sebagai penguasa. Disamping menjadi penguasa pemimpin juga selalu
merasa dirinya sebagai yang paling mampu dan yan paling benar,
sehingga tidak boleh dibantah intruksi atau perintah atasan tidak boleh
ditafsirkan dan harus dilaksanakan tanpa perubahan. Keputusan pimpinan
adalah yang terbaik, harus dilaksanakan tanpa komentar atau pertanyaan-
pertanyaan. Jika terjadi kesalahan selalu ditimpakan pada pelaksana,
meskipun mungkin sumbernya dari keputusan atau perintah yang tidak
baik.

Kepemimpinan bertipe otoriter dari sudut pandangan atau ajaran


Islam tidak sepenuhnya dapat diterima, karena yang berhak mewujudkan
kepemimpinan ini secara murni hanyalah Allah SWT. Sebagai contoh
kepemimpinan otoriter adalah kepemimpian Fir’aun. Dimana

62
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal. 45.

32
kepemimpinan otoriternya telah membawanya pada kedurhakaan yang
tidak akan berampun, karena telah menyatakan bahwa dirinya adalah
Tuhan. Dan pada surat AL-Qashash ayat 4 jelas Fir’aun telah berlaku
sewenang-wenang sebagai pemimpin dan membuat penduduknya
terpecah belah menjadi beberapa golongan. Allah SWT berfirman dalam
surat Al-Qashash ayat 4 sebagai berikut:

öΝåκ÷]ÏiΒ ZπxÍ←!$sÛ ß#ÏèôÒtGó¡o„ $Yèu‹Ï© $yγn=÷δr& Ÿ≅yèy_uρ ÇÚö‘F{$# ’Îû Ÿξtã šχöθtãöÏù ¨βÎ)

∩⊆∪ t⎦⎪ωšøßϑø9$# z⎯ÏΒ šχ%x. …çμ¯ΡÎ) 4 öΝèδu™!$|¡ÏΡ ⎯Ä©÷∏tGó¡o„uρ öΝèδu™!$oΨö/r& ßxÎn/x‹ãƒ

“bahwasanya Fir’aun telah berlaku sewenang-wenang di muka bumi.


Dia telah memecah belah penduduknya menjadi beberapa golongan
diantara mereka, menyembelih bayi mereka yang laki-laki, dan
membiarkan hidup bayi-bayi mereka yang perempuan. Sesungguhnya
Fir’aun terbilang orang perusak.63

2. Tipe kepemimpinan bebas, yaitu merupakan kebalikan dari tipe


kepemimpinan otoriter. Perilaku yang dominan dalam kepemimpinan ini
adalah perilaku dalam gaya kepemimpinan kompromi dan perilaku
kepemimpian pembelot. Dalam prosos kepemimpinan ini pemimpin tidak
melakukan fungsinya dalam menggerakkan orang-orang yang
dipimpinnya.

Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan kepada


semua anggota organisasi dalam menetapkan keputusan dan
melaksanakan menurut kehendaknya masing-masing. Sehingga bilamana
terjadi suatu kesalahan, pemimpin dengan mudah menuding pada anggota
yang melakukan kesalahan. Dengan kata lain pemimpin berpendapat
bukan dirinya yang perlu atau harus dimintai pertanggungan jawab.

63
QS.Al-Qashash: 4.

33
Kepemimpinan yang tidak bertanggung jawab ini terjadi dilingkungan
orang-orang kafir, meskipun baru terlihat setelah dimintai pertanggungan
jawab oleh Allah SWT di akherat.

Rasullah SAW bersabda: “hendaknya kamu berpegang pada jama’ah,


dan kamu jauhilah perpecahan(menyendiri), karena sesungguhnya setan
itu bersama orang menyendiri, dan dia menjauhkan diri dari dua orang.
Barang siapa hendak tinggal di surga, maka hendaklah ia
menetapi(mengikuti) jama’ah.”

3. Tipe kepemimpinan demokratis, yaitu kepemimpinan ini menempatkan


manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam sebuah organisasi.
Dalam kepemimpinan ini setiap individu dihargai dan dihormati
eksistensinya serta peranannya dalam memajukan dan mengembangkan
organisasi. Oleh karena itu perilaku dalam gaya kepemimpinan yang
dominan pada tipe kepemimpinan ini adalah perilaku memberi
perlindungan dan penyelamatan, perilaku memajukan dan
mengembangkan organisasi, serta perilaku eksekutif (pelaksana).

Kepemimpinan demokratis bersifat aktif, dinamis, dan terarah. Aktif


dalam menggerakkan dan memotovasi. Dinamis dalam mengembangkan
dan memajukan organisasi. Terarah pada tujuan bersama yang jelas,
melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang relevan secara efektif dan
efisien. Kepemimpinan demokratis di dalam pelaksanaannya selalu
melibatkan anggota organisasinya melalui rapat dan musyawarah.
Keputusan seperti itu akan dilaksanakan oleh semua anggota organisasi
secara serius, tanpa rasa takut. Dalam mewujudkan hubungan kerja tidak
ada rasa takut tertekan, sedang pemimpin selalu dihormati dan disegani.
Konsep seperti itu sejalan dengan ajaran Islam yang sangat
mengutamakan perilaku yang membedakan antara yang haq dan yang
batil.64 Allah SWT berfirman daslam surat Al-Baqarah ayat 42 bahwa

64
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press,
2001), hal. 161.

34
dalam Islam mengajarkan untuk tidak menyembunyikan yang Haq (suatu
kebenaran) dan yang batil (suatu kesalahan atau keburukan).

∩⊆⊄∪ tβθçΗs>÷ès? öΝçFΡr&uρ ¨,ysø9$# (#θãΚçGõ3s?uρ È≅ÏÜ≈t7ø9$$Î/  Yysø9$# (#θÝ¡Î6ù=s? Ÿωuρ

“Janganlah kamu campur adukkan antara yang haq dan yang batil, dan
janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, padahal kamu
mengetahui.”65

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan mengenai gaya


kepemimpinan yang paling ideal, dimana bahwa gaya kepemimpinan
demokratis adalah yang paling sesuai di dalam Islam yang sangat
mementingkan keterbukaan, melalui kesediaan pemimpin mendengarkan
dan memanfaatkan sesuatu yang benar dan baik dari orang-orang yang
dipimpin. Di sisi lain kepemimpinan demokratis mendukung atau
mementingkan musyawarah mufakat di dalam pelaksanaannya, yang telah
dijelaskan dalam firman Allah SWT bahwa kita di perintahkan untuk
berunding atau bermusyawarah mencari suatu kebajikan dan taqwa. Hal
ini sesuai dalam surat Al-Mujadilah ayat 9, yaitu:

Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ ÉΟøOM}$$Î/ (#öθyf≈oΨoKs? Ÿξsù ÷Λä⎢øŠyf≈uΖs? #sŒÎ) (#þθãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ

Ïμø‹s9Î) ü“Ï%©!$# ©!$# (#θà)¨?$#uρ ( 3“uθø)−G9$#uρ ÎhÉ9ø9$$Î/ (#öθyf≈uΖs?uρ ÉΑθß™§9$# ÏMuŠÅÁ÷ètΒuρ

∩®∪ tβρç|³øtéB

“Hai orang-orang beriman, jika kamu mengadakan perundingan


rahasia, janganlah kamu merundingkan hal-hal yang menyangkut dosa,
permusuhan dan menantang rasul, namun berundinglah mengenai

65
QS. Al-Baqarah: 42.

35
kebajikan dan taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu akan
dikembalikan kepadanya.”66

Selain itu dari macam-macam gaya kepemimpinan tersebut dapat


dikembalikan lagi sesuai dengan tingkat kondisi masing-masing
organisasi atau perusahaan dimana bahwa kepemimpinan demokrasi atau
partisipatif ditujukan untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi
dengan komitmen yang bervariasi di tiap-tiap anggota.
Kepemimpinan otokrasi atau otoriter lebih sesuai untuk anggota
yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi sehingga
keinginan sang pemimpin dapat berjalan sesuai dengan kehendaknya,
meskipun tidak dapat dipungkiri banyak efek negatifnya pada gaya
kepemimpinan ini. Kemudian kepemimpinan pembinaan atau konsultatif
lebih untuk anggota yang memiliki kompetensi sedang dan komitmen
rendah. Sementara itu terakhir, kepemimpinan kendali bebas delegasi
lebih tepat untuk angggota yang memiliki kompetensi dan komitmen
tinggi untuk perusahaannya.

B. Pengertian Kinerja
Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.67 Maluyu S.P. Hasibuan menyatakan bahwa kinerja adalah hasil
kerja yang dapat dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesunguhan serta waktu.68
Prawirosentono adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
kewenangannya dan tanggung jawabnya masing-masing untuk mencapai

66
QS. Al-Mujadilah: 9.
67
www.perpus.yarsi.ac.id. Diakses pada 12 februari 2010.
68
www.detiknews.com. Diakses pada 12 februari 2010.

36
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan
sesuai dengan moral maupun etika.69 Ungkapan seperti output, kinerja,
efisiensi, efektisitas sering dihubungkan dengan produktifitas. Produktifitas
merupakan rasio output terhadap input. Bahkan ada yang melihat kinerja
dengan memberikan penekanan kepada nilai efisien, yang diartikan sebagai
rasio output dan input, sedang pengukuran efisien menggantikan penentuan
outcome tersebut. Selain efisiensi, produktifitas juga dikaitkan dengan
kualitas output yang diukur berdasarkan beberapa standar yang ditentukan
sebelumnya (Bernard). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
kinerja sebagai sesuatu yang dapat dicapai, prestasi yang diperlihatkan,
kemampuan kerja.70
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah hasil kerja yang dicapai seseorang, dimana dilaksanakan atas tugas
dan tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan keahliannya untuk
bersama-sama memajukan perusahaan dan tidak melanggar ketentuan hukum
serta etika di dalam pelaksanaannya.
Di dalam situasi kerja bisa terjadi perbedaan kinerja seseorang dengan
orang lain. Menurut Maier perbedaan kinerja orang tersebut terjadi karena
perbedaan karakteristik dari seseorang seperti perbedaan kemampuan.71
Biasanya orang yang mempunyai kemampuan dan keinginan untuk
meningkatkan prestasi kerjanya akan menghasilkan kinerja yang optimal.
Sebaiknya orang yang tidak mempunyai kemampuan dan motivasi
berprestasinya rendah cenderung menghasilkan kinerja yang rendah pula. Di
samping itu orang yang sama dapat menghasilkan kinerja yang berbeda
didalam situasi dan kondisi yang berbeda. Orang bekerja di suatu tempat
dimana secara psikologis, sosial, di lingkungan fisik memungkinkan dia
melahirkan kinerja secara optimal, akan menghasilkan pekerjaan sesuai
dengan tuntutan kerjanya.

69
Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hal.2.
70
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hal. 570.
71
Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hal.5.

37
Heider yang dikutip Moh. As’ad menyatakan bahwa kinerja itu adalah
hasil interaksi antara motivasi dengan kemampuan yang dikenal dengan teori
harapan (expectancy theory) yang dirumuskan dengan P = M x A (P adalah
Performance, M = Motivation, dan A = Ability). Dengan demikian orang
yang tinggi motivasinya tetapi mempunyai kemampuan yang rendah akan
menghasilkan kinerja yang rendah. Begitu juga orang yang kemampuannya
tinggi mempunyai motovasi yang rendah akan menghasilakn kinerja yang
rendah. Untuk menghasilkan kinerja yang tinggi seseorang harus mempunyai
motivasi dan kemampuan yang tinggi, sebaliknya apabila seseorang
mempunyai kemampuan dan motivasi yang rendah maka kinerja yang
dihasilkan rendah pula.72
Tujuan organisasi hanya dapat dicapai bilamana organisasi tersebut
didukung kinerja karyawan yang bersangkutan. Oleh karena itu kinerja
organisasi dinilai dengan cara menilai kinerja para pelaku atau karyawan
dalam organisasi bersangkutan, yakni meliputi:
1. Menilai Kinerja Karyawan Pada Pemasaran atau Marketing.
Dalam suatu organisasi perusahaan, bagian pemasaran merupakan
ujung tombak keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan
berhubungan langsung dengan anggota masyarakat yang memerlukan jasa
pelayanan dari perusahaan. Tugas pokok dari karyawan pemasaran adalah
upaya penjualan atau penawaran produk dan memberikan pelayanan kepada
nasabah atau konsumen sebaik-baiknya. Kegagalan dalam menentukan
strategi pemasaran maka akan ikut mempengaruhi kelangsungan hidup suatu
organisasi.
2. Menilai Kinerja Karyawan pada Keuangan dan Akuntansi
Transaksi-transaksi yang telah diadministasikan oleh akunting,
disajikan dalam laporan keuangan. Berdasarkan laporan tersebut seorang
pemimpin perusahaan dapat mengetahui tingkat likuiditas dan rentabilitas
perusahaan. Dengan perkataan lain, pimpinan perusahaan dapat mengetahui
posisi dan keadaan keuangan berdasarkan hasil kinerja bagian akuntansi dan

72
Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hal.3

38
keuangan. Hal ini penting untuk diketahui, sebab tidak sedikit keputusan
pimpinan perusahaan harus berlandaskan informasi tentang posisi likuiditas
dan kemampuan keuntungan yang dapat diraih. Adapun karyawan dibagian
keuangan atau akuntansi selain akunting adalah:
Kasir:
− kinerja seorang kasir diukur dengan kejujuran dan keandalannya
menjaga likuiditas kas, agar pengeluaran harian untuk menunjang
operasi perusahaan berjalan lancar.

− Kinerja kasir dinilai dari keramahannya, kecepatan dan ketepatan


memproses pengeluaran dan pemasukan uang sehari-hari.

− Kinerja kasir dinilai dari kesigapannya dan ketelitiannya


menyiapkan dokumen pendukung atas kas-kredit dan kas-debet.

− Kinerja kasir dinilai dari ketelitiaannya melakukan pembayaran


melalui cek. Ketelitian tersebut berkaitan dengan pengecekan
saldo pada rekening bank perusahaan. Bila saldonya
memungkinkan, kasir akan membuat dan mengamati segala
dokumen pendukung untuk selanjutnya menyiapkan cek untuk
ditandatangani oleh atasan yang berwenang.

Tugas karyawan keuangan dan akuntansi adalah menyiapkan


informasi-onformasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dan
kebijakan perusahaan selanjutnya. Bila informasi tersebut tidak tepat dan
cepat berarti kinerja karyawan tersebut dianggap jelek. Selain itu karyawan
keuangan dan akuntansi bertugas mencatat seluruh transaksi yang terjadi
diperusahaan sehingga menghasilkan berbagai laporan keuangan.73

C. Hubungan Antara Kinerja dan Kepemimpinan


Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun
berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada

73
Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hal.246.

39
mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan.
Siagian (1999) berpendapat bahwa kiranya dapat dikatakan mutu
kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan
yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam
menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para
pegawainya.74
Dikutip dari Gede Muninjaya (2004) bahwa terdapat faktor lain yang
diperkirakan akan mempengaruhi aktifitas staf melaksanakan tugas adalah
motivasi dan kemauan, kemampuan atau kecakapan mereka. Faktor ini
disebut faktor kesiapan atau kedewasaan staf dalam melaksanakan tugas-
tugasnya. Selain itu rasa tanggung jawab juga berperan bagi kemajuan suatu
perusahaan, dimana tanggung jawab berkaitan dengan disiplin dan semakin
baik disiplin karyawan, maka diharapkan kinerja untuk mencapai tujuan
perusahaan tersebut semakin baik pula. Terlebih apabila kedisiplinan tersebut
disertai dengan inisiatif dan motifasi yang merupakan pencerminan kreatifitas
ide yang bernuansa daya dorong dalam mencapai suatu tujuan perusahaan
agar semakin lebih baik. Namun hal ini tentunya akan tercipta apabila terjadi
ketepatan di dalam pembagian tanggung jawab dan wewenang yang jelas dari
pemimpinnya.75

74
www.pdfqueen.com. Diakses pada 14 februari 2010.
75
Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hal.32.

40
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian lapangan (field research)76.
Objek yang menjadi sasaran penelitian adalah BMT Mitra Usaha Ummat.
Penelitian ini berlokasi di Jl. Jangkang Widodomartani Ngemplak Sleman
Yogyakarta.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang dilakukan menggunakan tipe eksploratif. Penelitian
eksploratif dapat digunakan untuk mengamati gejala yang sedang atau telah
terjadi di masa lalu. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian eksploratif,
dapat dikembangkan berbagai penelitian lain, seperti penelitian historis,
deskriptif, korelasional dan eksprimen. Oleh karena itu, eksploratif sering disebut
penelitian pendahuluan.77
3. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang dilakukan menggunakan eksploratif deskriptif. Yaitu
data yang diperoleh dari penelitian dikembangkan untuk memberikan penjelasan
mengenai karakteristik suatu populasi atau fenomena tertentu.78 Karena sifatnya
yang eksploratif, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi penelitian selanjutnya.
4. Pendekatan Penelitian79
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif. Dapat dilihat dari tujuannya termasuk penelitian lapangan.
Pentingnya penelitian ini dilakukan adalah selain untuk mendeskripsikan gejala,

76
Jenis penelitian ini dapat juga disebut sebagai penelitian empiris, yaitu penelitian yang data dan
informasinya diperoleh dari kegiatan di kancah (lapangan) kerja penelitian. Lihat Supardi, 2005,
Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UII Press, hal. 34.
77
Mastahu, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 27.
78
Rosady Ruslan, Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2003), hal. 296.
79
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke
Arah Penguasaan Model Aplikasi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hal. 4.

41
Penelitian ini juga bertujuan untuk memecahkan masalah tentang pengaruh
pemimpin terhadap kinerja karyawan yang dilakukan di BMT Mitra Usaha
Ummat.
5. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah Pimpinan dan karyawan BMT Mitra Usaha
Ummat. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui apakah kepemimpinan di
BMT Mitra Usaha Ummat berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
a. Populasi Penelitian.80
Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah dan waktu
serta dengan kualitas tertentu yang diamati. Penelitian ini populasinya adalah
karyawan BMT Mitra Usaha Ummat.
6. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara.81
Penelitian ini menggunakan metode wawancara berstruktur yaitu peneliti
mempersiapkan daftar pertanyaan. Pada wawancara kali ini peneliti
melakukan wawancara pada pimpinan BMT Mitra Usaha Ummat.
b. Kuesioner.82
Kuesioner yaitu metode yang digunakan dengan memberikan lembar
pertanyaan kepada responden. Proses ini ditujukan kepada para karyawan
BMT Mitra Usaha Ummat. Dengan kuesioner ini diperoleh data tentang
pandangan karyawan terhadap kepemimpinannya di BMT Mitra Usaha
Ummat.
7. Sumber Data
Sumber data diperoleh dengan mengumpulkan langsung dari responden
melalui teknik pengumpulan data seperti yang dijelaskan diatas (kuesioner atau
wawancara). Dimana yang menjadi populasi penelitian ini adalah pimpinan dan
karyawan BMT Mitra Usaha Ummat.

80
Supardi, Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UII Press, 2005) hal. 101.
81
Soehadi, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial Bisnis Manajemen, (Yogyakarta: Lukman
Offset, 1999), hal. 59.
82
Muhammad. Hariwijaya dan Triton, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, cet. 4
(Yogyakarta: Oryza, 2008), hal. 61.

42
8. Variabel Penelitian
Variabel yang diungkapkan dalam penelitian ini pengaruh kepemimpinan
merupakan variabel independent dengan dua dimensi yaitu hubungan manusiawi
dan pola kepemimpinan. Kemudian kinerja karyawan adalah variabel dependent.
a. Pengaruh kepemimpinan (X) yaitu dilihat dari hubungan manusiawi serta
pola kepemimpinan.
− Hubungan manusiawi, yaitu suatu alat dalam mewujudkan proses
kepemimpinan dimana adanya kegiatan saling berbagi makna
dengan memngirimkan dan menerima isyarat simbolik.

− Pola kepemimpinan yaitu suatu bentuk atau cara di dalam


memimpin suatu perusahaan.

b. Kinerja Karyawan (Y) yaitu dilihat dari ketelitian, ketepatan, kerapian


dan kebersihan kerja dari karyawan yang dibandingkan dengan standar
yang ditetapkan oleh perusahaan.
− kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang, dimana
dilaksanakan atas tugas dan tanggung jawabnya masing-masing
sesuai dengan keahliannya untuk bersama-sama memajukan
perusahaan dan tidak melanggar ketentuan hukum serta etika di
dalam pelaksanaannya.

9. Teknik Pengukuran Instrumen


Teknik pengukuran variabel-veriabel penelitian ini menggunakan dengan
memberikan nilai pada setiap jawaban yang diberikan oleh responden sesuai
dengan format R.S.Likert (model skala likert).83 Adapun skalanya adalah:
1) Sangat tidak setuju (STS) bobot nilai: 1
2) Tidak setuju (TS) bobot nilai: 2
3) Netral (N) bobot nilai: 3
4) Setuju (S) bobot nilai: 4
5) Sangat setuju (SS) bobot nilai: 5

83
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta, hal. 144-146.

43
B. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini bersifat uraian penjelasan tentang karakteristik responden
yang meliputi usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir responden.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis dengan mengolah data dari hasil yang telah dinyatakan dalam
satuan angka untuk dianalisis dengan perhitungan statistik terhadap variabel
obyek yang diteliti.
1) Pengujian reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu
variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas
dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir
pertanyaan. Uji reliabilitas diolah dengan menggunakan SPSS
dimana jika nilai alpa > 0,60 maka reliabel.84
2) Pengujian validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana
instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji
validitas ini digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir
dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu
varibel.85 Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu
kelompok variabel tertentu. Uji validitas sebaiknya dilakukan
pada setiap butir pertanyaan. Adapun jenis validitas yang
digunakan adalah validitas konstruksi, yaitu validitas yang
berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur
pengertian suatu konsep yang diukurnya, dimana kuisioner yang
baik harus dapat mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian

84
V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, (Yogyakarta: Global Media
Informasi, 2007) hal. 187
85
Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta:
Andi, 2006) hal. 247.

44
yang dilakukan.86 Hasilnya kita bandingkan dengan r tabel dimana
df=n-2 dengan 5%. Jika r hitung > r tabel maka valid.87
3) Pengujian regresi.
Penulis menggunakan metode analisis kuantitatif yang
merupakan analisis yang didasarkan pada angka-angka dan
perhitungan metode statistik. Dalam hal ini penulis juga
mengunakan alat analisis Regresi Linier Berganda yaitu regresi
yang memiliki satu varibel dependent dan lebih dari satu variabel
independent.88 Namun demikian, sebelum dilakukan uji regresi
linier berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.

a. Uji asumsi klasik


Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data
sekunder yang menggunakan alat analisis regresi. Model regresi
akan signifikan jika dipenuhi beberapa asumsi yang disebut
dengan asumsi klasik, dimana asumsi tersebut dapat dipenuhi
apabila tidak terdapat autokorelasi, multikolinearitas, dan
heterokedastisitas diantara variabel-variabel bebas tersebut.

1.) Normalitas.
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi tersebut variabel dependen,
variabel independen, atau keduanya berdistribusi normal atau
tidak digunakan normal probability plots dan Kolmogorov-
Smirnov. Normalitas adalah pengujian tentang kenormalan
distribusi data.89 Dalam pengujian ini dilakukan menggunakan
SPSS, maka uji statistik dengan uji beda untuk
mengindikasikan ada beda atau tidak dilihat dari
86
Purbayu. B. S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, (Yogyakarta: Andi,
2005) hal. 247.
87
V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, (Yogyakarta: Global Media
Informasi, 2007) hal. 187.
88
Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi,
2006) hal. 144.
89
Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi,
2006) hal. 231.

45
signifikansinya. Data dikatakan berdistribusi normal jika
signifikansinya lebih besar dari 5% atau 0,05.

2.) Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara data yang satu
dengan data yang lainnya dalam satu variabel dan variabel
dependent tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksudnya
yaitu variabel dependent tidak berhubungan denagan nilai
variabel itu sendiri. Autokorelasi ini dapat terjadi pada variabel
dependen maupun variabel independen. Teknik pengujian
autokorelasi adalah durbin Watson test. Batasan dalam durbin
Watson test untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi adalah
sebagai berikut:

Tidak ada autokorelasi

dL dU 4-dU 4-dL

Autokorelasi positif Grey area autokorelasi negatif


d 4-

Besar nilai dL dan dU dilihat dari tabel durbin-watson


test dengan mempertimbangkan jumlah variable independen
(k), alpha atau tingkat kesalahan (α) dan jumlah data (n). Data

46
dikatakan berdistribusi normal jika terletak diantara dU dan 4-
dU. 90

3.) Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya antar variabel independen
yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna
atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas yaitu dengan cara melihat nilai variance
inflation factors (VIF) yaitu faktor pertambahan ragam. Data
memenuhi syarat jika batas tolerance value lebih besar dari
0,10 dan variance inflatio factors (VIF) lebih kecil dari 10.

4.) Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah ketidaksamaan varian
residual dari suatu model regresi. Uji heterokedastisitas ini
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian residual dari satu observasi dengan yang
lain. Heterokedastisitas ini dapat diuji dengan menggunakan
cara yakni:

a) Kolom Plots. Jika pola grafiknya tidak jelas atau titik-titik


menyebar keatas dan di bawah nol pada sumbu Y maka
tidak ada heterokedastis, tetapi jika ada pola tertentu
seperti gelombang, melebar lalu menyempit maka model
regresi tersebut heterokedastisitas. 91
b) Uji Regresi Linier Berganda

Model Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut :

90
Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi,
2006) hal. 240.
91
Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi,
2006) hal. 243.

47
Y = α + β1 HM + β2 PK

Dimana :

Y = Risiko sistematik, yang ditunjukan dengan beta.

α = Konstanta

β1 β2 = Koefisien regresi variabel independen.

HM = Hubungan manusiawi

PK = Pola kepemimpinan

48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif
1. Karakteristik Responden

Kuesioner berjumlah 23 dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.


Identitas responden dalam kuesioner, yaitu : umur, jenis kelamin, dan
pendidikan. Adapun gambaran tentang identitas responden dapat dilihat mulai
dari tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1
Deskripsi Umur Responden
Umur Jumlah responden Persentase
< 22 tahun 3 13,04%
23-30 tahun 9 39,14%
31-40 tahun 6 26,08%
> 40 tahun 5 21,74%
Jumlah 23 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2010)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden
adalah berumur antara 23-30 tahun yaitu 9 responden (39,14%), dan yang paling
sedikit adalah responden yang berusia < 22 tahun yaitu 3 responden (13,04%).

Tabel 4.2
Deskripsi jenis kelamin responden
Jenis kelamin Jumlah responden Persentase
Laki-laki 14 60,86%
Perempuan 9 39,14%
Jumlah 23 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2010)

49
Tabel 4.2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden adalah laki-laki
yaitu 14 responden (60,86%) dan responden perempuan sebanyak 9 responden
(39,14%).

Tabel 4.3
Deskripsi tingkat pendidikan responden
Tingkat pendidikan Jumlah responden Persentase
SD 0 0%
SMP 0 0%
SMA 9 39,14%
Akademi 8 34,78%
Strata 1 6 26,08%
Strata 2 0 0%
Jumlah 23 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2010)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah SMA
yaitu sebanyak 9 responden (39,14%), kemudian akademi sebanyak 8 responden
(34,78) dan terakhir strata 1 yaitu sebanyak (26,08). Untuk SD, SMP, dan Strata
2 tidak ada.

B. Analisis Kuantitatif
1. Pengujian Reliabilitas

Merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam


menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang
merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk
kuisioner.92 Penelitian ini diujikan pada 23 responden. Uji reliabilitas diolah
dengan menggunakan SPSS dimana perhitungan nilai koefisien reliabilitas

92
V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, (Yogyakarta: Global Media
Informasi, 2007) hal. 187.

50
untuk instrument penelitian yang digunakan diperoleh hasilnya sebagai
berikut :

Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Koefisien alpha Keterangan

Hubungan manusiawi (X1) 0,713 Reliabel

Pola kepemimpinan (X2) 0,764 Reliabel

Kinerja karyawan (Y) 0,859 Reliabel

Sumber : Data Primer Diolah (2010)


Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian reliabilitas instrument
penelitian, karena diperoleh nilai koefisien reliabilitas > 0.60 maka dapat
disimpulkan bahwa instrument penelitian tersebut dinyatakan reliabel.

2. pengujian validitas

Merupakan ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur


mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas ini digunakan untuk
mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam
mendefinisikan suatu varibel.93 Adapun jenis validitas yang digunakan adalah
validitas konstruksi, yaitu validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu
alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya, dimana
kuisioner yang baik harus dapat mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian
yang dilakukan.94 Diujikan pada 23 responden dengan perhitungan nilai
correlation untuk instrument penelitian yang digunakan hasilnya sebagai berikut:

93
Purbayu Budi S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta:
Andi, 2006) hal. 247.
94
Purbayu. B. S dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, (Yogyakarta: Andi,
2005) hal. 247.

51
Tabel 4.5
Hasil uji validitas
Item Item-total R tabel Keterangan
correlation
Hubungan Manusiawi (X1)
Hubungan Manusiawi 1 0,356 0,352 Valid
Hubungan Manusiawi 2 0,464 0,352 Valid
Hubungan Manusiawi 3 0,658 0,352 Valid
Hubungan Manusiawi 4 0,499 0,352 Valid
Hubungan Manusiawi 5 0,410 0,352 Valid
Pola Kepemimpinan (X2)
Pola Kepemimpinan 1 0,504 0,352 Valid
Pola Kepemimpinan 2 0,398 0,352 Valid
Pola Kepemimpinan 3 0,367 0,352 Valid
Pola Kepemimpinan 4 0,408 0,352 Valid
Pola Kepemimpinan 5 0,409 0,352 Valid
Pola Kepemimpinan 6 0,418 0,352 Valid
Pola Kepemimpinan 7 0,508 0,352 Valid
Pola Kepemimpinan 8 0,524 0,352 Valid
Pola Kepemimpinan 9 0,375 0,352 Valid
Pola Kepemimpinan 10 0,379 0,352 Valid
Kinerja karyawan (Y)
Kinerja karyawan 1 0,561 0,352 Valid
Kinerja karyawan 2 0,412 0,352 Valid
Kinerja karyawan 3 0,509 0,352 Valid
Kinerja karyawan 4 0,483 0,352 Valid
Kinerja karyawan 5 0,666 0,352 Valid
Kinerja karyawan 6 0,706 0,352 Valid
Kinerja karyawan 7 0,473 0,352 Valid
Kinerja karyawan 8 0,763 0,352 Valid
Kinerja karyawan 9 0,820 0,352 Valid

52
Kinerja karyawan 10 0,469 0,352 Valid
Sumber : Data Primer Diolah (2010)

Suatu data dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dari r table
dimana df=n-2 dengan sig 5%. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh
item pertanyaan dalam kuesioner mempunyai item-total correlation (r hitung) >
0,352 maka disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan dalam kuesioner valid.
Adapun perolehan 0,352 diperoleh dari df=23-2. Dan berdasarkan tabel r pada sig
5% jika df=1 maka r tabel adalah 0,352.

3. Uji Regresi

Uji regresi dilakukan untuk mengetahui pengaruh hubungan manusiawi


dan pola kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Karena alat analisis yang
dipakai untuk melakukan uji pengaruh adalah regresi linier berganda, peneliti
melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Uji ini dilakukan untuk memastikan
bahwa asumsi klasik yang mendasari persamaan regresi linier berganda telah
terpenuhi sehingga hasil regresi tidak bias.

a. Uji Asumsi Klasik


Model regresi yang digunakan harus memenuhi asumsi-asumsi klasik
untuk memastikan bahwa persamaan atau model penelitian adalah valid.
Asumsi-asumsi klasik tersebut adalah data terdistribusi normal.

1) Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan normal
probability plots. Hasil dari pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel
4.6 dan plots dibawah ini :

53
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Y

1.0

0.8

Expected Cum Prob


0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Gambar 4.1 (Normal Probability Plots)

Dari hasil pengujian normal probability plots terlihat bahwa titik-


titik residual berada dan mengikuti garis diagonal. Dimana kesamaan
antara nilai probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan ditunjukkan
dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan antara garis
probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Sehingga dapat
disimpulkan data berdistribusi normal karena titik-titik residual berada
disekitar garis diagonal..

2) Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji durbin-
watson sebagaimana terlihat pada tabel 4.7 di bawah ini

Table 4.6

Model Durbin Watson

1 1,680

Sumber : Data Primer Diolah (2010)

54
Hasil uji durbin-watson pada tabel 4.7 menunjukkan nilai sebesar
1,680. Sedangkan nilai dL dan dU dari tabel durbin Watson dengan
α=5%, n = 23 dan k = 2 menunjukkan nilai dL= 1,17 dan dU= 1,54.
Sehingga nilai 4-dL= 2,83 dan nilai 4-dU= 2,46. Sehingga dapat
digambar sebagai berikut :

1,680

1,17 1,54 2,46 2,83

Aturan pengujian:
dU 4-dU

Gambar 4.2

Adapun aturan pengujiannya sebagai berikut:

• d < dL yaitu terjadi masalah autokorelasi yang positif, yang perlu


perbaikan.

• dL < d < du yaitu terjadi masalah autokorelasi positif tetapi lemah,


dimana perbaikan akan lebih baik.

• du < d < 4-du yaitu tidak ada masalah autokorelasi.

• 4-du < d < 4-dL yaitu masalah autokorelasi lemah, dimana dengan
perbaikan akan lebih baik.

• 4-dl < d yaitu masalah autokorelasi serius.

Dari aturan pengujian tersebut karena nilai durbin-watson test


sebesar 1,680(d) terletak antara 1,54(du) dan 2,46(4-du) maka dapat
disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
3) Uji multikolinearitas

55
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan
cara melihat nilai variance inflation factors (VIF) yaitu faktor
pertambahan ragam. Data memenuhi syarat jika batas tolerance value
lebih besar dari 0,10 dan variance inflatio factors (VIF) lebih kecil dari
10. Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh nilai VIF sebesar
2,312 sehingga tidak terjadi multikolinearitas karena nilai 2,312 berada
dantara 0,10 dan 10.

4) Uji heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah ketidaksamaan varian residual dari suatu
model regresi. Uji heterokedastisitas ini untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari satu observasi
dengan yang lain.95 Heterokedastisitas ini dapat diuji dengan
menggunakan cara yakni:

a. Kolom Plots. Jika pola grafiknya tidak jelas atau titik-titik


menyebar keatas dan di bawah nol pada sumbu Y maka tidak ada
heterokedastis, tetapi jika ada pola tertentu seperti gelombang,
melebar lalu menyempit maka model regresi tersebut
heterokedastisitas.

95
V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, (Yogyakarta: Global Media
Informasi, 2007) hlm. 180.

56
Scatterplot

Dependent Variable: Y

2
Regression Studentized Residual

-1

-2

-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value

Gambar 4.3 (Kolom Plots)

Dari grafik terlihat bahwa residual plot tidak menggambarkan pola


tertentu, bergelombang, melebar kemudian menyempit, tetapi bersifat
acak, maka model regresi tersebut bebas dari heterokedastis.

b. Uji Regresi Linier Berganda


Hasil uji regresi linier berganda secara keseluruhan dapat dilihat di
lampiran. Dari hasil uji regresi linier berganda tersebut, diperoleh
ringkasan hasil seperti tampak pada tabel 4.7.

57
Tabel 4.7

Variabel Beta t value p value VIF

Constant 2,245 2,127 0,046

Hubungan manusiawi 0,923 2,787 0,011 2,312

Pola kepemimpinana -0,383 -0,999 0,330 2,312

R 0,346

Adj. Rsquare 0,280

F test 5,283

Sig.(2-tailed) 0,014

Durbin watson 1,680

Sumber : Data Primer Diolah (2010)

1) Hipotesis:

Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima dan jika Sig < 0,05 maka Ho
ditolak.
2) Kesimpulan:
Berdasarkan pada table 4.7 diatas, nilai F-hitung sebesar 5,283 dengan
signifikansi < 5% (0,05) yaitu sebesar 0,014. Artinya hubungan manusiawi
dan pola kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
karena Ho ditolak.

Berkaitan dengan hipotesis penelitian, dari tabel 4.7 dapat


disimpulkan pengambilan keputusan dengan hipotesis sebagai berikut :

Hasil uji t-hitung yang dilakukan terhadap hubungan manusiawi


menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2,787 dengan signifikansi < 5%

58
yaitu 0,011. Jadi hubungan manusiawi berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja karyawan.

Hasil uji t-hitung yang dilakukan terhadap pola kepemimpinan


menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar -0,999 dengan signifikansi > 5%
yaitu 0,330 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial pola
kepemimpinan tidak berpengaruh secara terhadap kinerja karyawan.

Masih mengacu pada tabel 4.7, tampak bahwa koefisien determinasi


diperoleh dari R Square sebesar 0,346. Artinya 34,6% perubahan variabel
dependent (kinerja karyawan) mampu dijelaskan oleh variabel independent
hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan. Sisanya sebesar 65,4%
dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.

Persamaan regresi linier berganda dari tabel 4.7 adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2

Y = 2,245 + 0,923 HM – 0,383 PK

Keterangan:
Y = kinerja karyawan
α = konstanta
β = koefisien regresi
sX1 = hubungan manusiawi
sX2 = pola kepemimpinan

Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut, masing-masing


variabel dapat di interpretasikan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan
sebagai berikut :

59
1. Konstanta sebesar 2,245 menyatakan bahwa jika tidak ada hubungan
manusiawi dan pola kepemimpinan, maka kinerja karyawan adalah
sebesar 2,245.
2. Koefisien regresi sebesar 0,923 menyatakan bahwa setiap
penambahan hubungan manusiawi sebesar 1 (satu) satuan, maka
kinerja karyawan juga akan naik sebesar 0,923.
3. Koefisien regresi sebesar -0,383 menyatakan bahwa setiap
penambahan pola kepemimpinan sebesar 1 (satu) satuan, maka
kinerja karyawan juga akan naik sebesar -0,383.

C. Pembahasan
Kinerja karyawan dalam suatu perusahaan akan tercipta bilamana
adanya hubungan yang positif antara pemimpin dan karyawan. Kemampuan
atau cara tersebut tidak sekedar berbentuk komunikasi lisan dan tertulis, akan
tetapi berhubungan juga dengan gaya dan sikap yang dipergunakan seorang
pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, dengan orang-orang yang
96
dipimpinnya. Hubungan manusiawi maupun komunikasi yang baik tentunya
akan menciptakan atmosfer yang merangsang anggotanya untuk
berpartisipasi aktif di dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakan hasil keputusan.97
Hasil dari penelitian tentang pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan pada BMT Mitra Usaha Ummat dilihat dari dua dimensi, yaitu
hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan dengan berdasarkan konsep
dasar dan penerapan kepemimpinan di BMT Mitra Usaha Ummat adalah
kepemimpinan demokratis. Adapun hasilnya ditunjukkan bahwa berdasarkan
uji regresi yang telah dilakukan dan terlihat pada table 4.8 diatas dapat
dijelaskan bahwa nilai F-hitung sebesar 5,283 dengan signifikansi < 5%
(0,05) yaitu sebesar 0,014 sehingga dapat disimpulkan sbahwa secara
bersama-sama hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan berpengaruh

96
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press,
2001), hal. 43.
97
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press,2002), hal. 170.

60
signifikan terhadap kinerja karyawan..98 Dimana sesuai dengan makna dari
pemimpin itu sendiri yang merupakan salah seorang anggota kelompok yang
paling berpengaruh terhadap aktifitas kelompoknya dan yang memainkan
peranan penting dalam merumuskan ataupun mencapai tujuan-tujuan
kelompoknya.99
Selain itu berkaitan dengan hipotesis penelitian, dari tabel 4.7 dapat
disimpulkan pengambilan keputusan berkaitan dengan hipotesis sebagai
berikut :

• Hasil uji t-hitung yang dilakukan terhadap hubungan manusiawi


menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2,787 dengan signifikansi
< 5% yaitu 0,011 sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan
manusiawi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

• Hasil uji t-hitung yang dilakukan terhadap pola kepemimpinan


menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar -0,999 dengan signifikansi
> 5% yaitu 0,330 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial
pola kepemimpinan tidak berpengaruh secara terhadap kinerja
karyawan.

Berdasarkan hasil pengujian SPSS yang telah dilakukan


mengahasilkan persamaan regresi linier berganda, masing-masing variabel
dapat di interpretasikan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan sebagai
berikut :

1. Konstanta sebesar 2,245 menyatakan bahwa jika tidak ada


hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan, maka kinerja
karyawan adalah sebesar 2,245. Ini berarti 2,245 merupakan besar
kinerja karyawan secara murni tanpa dipengaruhi faktor
pemimpin.

98
V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, (Yogyakarta: Global Media
Informasi, 2007) hal. 137-141.
99
Cahyono, Psikologi Kepemimpinan, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1984), hal. 7.

61
2. Koefisien regresi sebesar 0,923 menyatakan bahwa setiap
penambahan hubungan manusiawi sebesar 1 (satu) satuan, maka
kinerja karyawan juga akan naik sebesar 0,923.
3. Koefisien regresi sebesar -0,383 menyatakan bahwa setiap
penambahan pola kepemimpinan sebesar 1 (satu) satuan, maka
kinerja karyawan juga akan naik sebesar -0,383.

Disamping itu terdapat koefisien determinasi dengan pengujian SPSS


juga. Koefisien determinasi adalah suatu nilai yang menggambarkan seberapa
besar perubahan dari variabel dependent bisa dijelaskan oleh variabel
independent. Variabel dependent disini yang dimaksud adalah kinerja
karyawan dan variabel independent adalah hubungan manusiawi dan pola
kepemimpinan. Pada koefisien determinasi diperoleh R Square sebesar 0,346.
Dimana ini berarti bahwa 34,6% perubahan variabel dependent (kinerja
karyawan) mampu dijelaskan oleh variabel independent hubungan manusiawi
dan pola kepemimpinan. Sisanya sebesar 65,4% dijelaskan oleh variabel lain
di luar variabel yang digunakan.
Dalam penelitian ini guna mengukur keefektifan suatu kepemimpinan,
peneliti memasukkan beberapa referensi unsur-unsur Islam seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Adapun referensi yang digunakan adalah hal-hal yang
berkaitan dengan kepemimpinan dalam Islam, seperti Kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW. Dimana seperti diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW
merupakan sosok pemimpin yang sukses tidak hanya dalam dunia dagang
saja, tetapi juga dalam memimpin dan membawa umatnya dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Allah berfirman:

tÅzFψ$# tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ötƒ tβ%x. ⎯yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9

∩⊄⊇∪ #ZÏVx. ©!$# tx.sŒuρ

62
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) orang-orang yang mengaharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.100

Dari Firman Allah SWT tersebut jelas mengatakan bahwa


kepemimpinan Nabi Muhammad adalah kepemimpinan yang paling ideal dan
merupakan contoh yang patut untuk diikuti. Disamping itu penelitian ini juga
memasukkan firman Allah SWT (ayat-ayat Al-Quran) dan Sabda Rasull (Al-
Hadits) sebagai pedoman di dalam penelitian.

100
QS. Al Ahzab: 21.

63
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dibahas pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 23 responden karyawan, dapat


disimpulkan bahwa konsep dasar dan penerapan kepemimpinan BMT Mitra
Usaha Ummat sudah berjalan efektif. Dimana hal ini terlihat pada koefisien
determinasi diperoleh dari R Square sebesar 0,346 , yang artinya bahwa
34,6% perubahan variabel dependent (kinerja karyawan) mampu dijelaskan
oleh variabel independent (kepemimpinan) hubungan manusiawi dan pola
kepemimpinan. Sisanya sebesar 65,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar
variabel yang digunakan.
2. Pengaruh konsep dasar dan penerapan kepemimpinan di BMT Mitra usaha
Umat cukup positif, Hal ini dapat dilihat dari nilai F-hitung sebesar 5,283
dengan signifikansi < 5% (0,05) yaitu sebesar 0,014 dimana bahwa secara
bersama-sama variabel independen (kepemimpinan) dengan indikator
hubungan manusiawi dan pola kepemimpinan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (kinerja karyawan) pada BMT Mitra Umat.

64
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas, maka penulis mencoba
untuk memberi saran terhadap BMT Mitra Usaha Ummat sebagai berikut:
1. Perlu adanya suatu peningkatan hubungan yang baik didalam
komponen BMT Mitra Usaha Ummat, baik secara komunikasi
maupun dalam hal kerjasama. Sehingga nantinya akan tercipta kinerja
yang maksimal khususnya bagi karyawan.
2. Perlu adanya pendekatan pemimpin kepada karyawan yang lebih
intensif, baik itu melalui acara pengajian maupun sekedar acara
silahturahmi. Diharapkan dengan ini lebih tercipta keharmonisan
antara pemimpin dan karyawan.  

65
Daftar Pustaka

Aden, Widjan dkk, 2004, Studi Kepemimpinan Islam, Yogyakarta: Pusat Studi
Islam UII.
Ahmad Fadli, 2002, “Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan
pada PT Kawasan industri” Medan, diakses dari http://library.usu.ac.id.
As'ad, 1982, Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty Press.
Aunur, Rohim F dan Iip Wijayanto, 2001, Kepemimpinan Islam, Yogyakarta :
UII Press.
Burhan Bungin, 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis
dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi), Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Cahyono, 1984, Psikologi Kepemimpinan, Surabaya: Usaha Nasional.
Fiedler, 1967, A Teory of Leadershif Effectiveness, New York: McGrow-Hill
Book Company.
Haris, 1985, Managing people at work, concept and in interpesoncel bahaviour,
New york: johnwilly and soms, inc.
Heri Sudarsono, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta :
EKONISIA.
Imam Moedjiono, 2002, Kepemimpinan dan Keorganisasian, Yogyakarta: UII
Press.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, 2001, Jakarta: Balai Pustaka.
Mardin Idris, 2003, ”Hubungan Pemahaman Kepemimpinan Islam Terhadap
Disiplin Kerja. Pegawai Perguruan Tinggi Islam Yogyakrta”, Jurnal
fenomena, Vol. 14 No 2.
Mastahu, 2005, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Muhammad., Hariwijaya dan Triton, 2008, Pedoman Penulisan Proposal dan
Skripsi, cet. 4, Yogyakarta: Oryza.
Purbayu Budi S dan Ashari, 2006, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan
SPSS, Yogyakarta: Andi.
Rustandi, 1987, Gaya Kepemimpinan, Pendekatan Bakat Situasional, Cetakan
Kedua, Bandung: Armico.
Rosady, Ruslan, 2003, Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Soehadi, 1999, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial Bisnis Manajemen,
Yogyakarta: Lukman Offset.
Supardi, 2005, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UII
Press.
Suyadi Prawirosentono, 2008, Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta: BPFE.
Toto Tasmara, 2002, Membudayakan Etos Kerja Islami, cet, 1, Jakarta: Gema
Insani.
Veitzhal Rivai, 2008. kepemimpinan dan perilaku organisasi. Rajagravindo
Persada
V. Wiratna Sujarweni, 2007, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian, Yogyakarta:
Global Media Informasi.

66
Widya Sistha Prima, 2007, ”Analisis Kepemimpinan Terhadap Kinerja Rumah
Sakit pada Rumah Sakit Jiwa Dokter Soeroyo Magelang Tahun 2006”,
Skripsi Universitas Islam Indonesia.
Winardi, 1979, Pimpinan dan Kepemimpinan dalam Manajemen, Bandung:
Alumni.

67
INTERNET:
www.arismaduta.org. Diakses pada 11 februari 2010
www.andaluarbiasa.com. Dikutip pada 10 februari 2010
www.boyhadiconsist.wordpress.com. Diakses pada 11 Februari 2010
www.cahayamuslim.blogspot.com. Dikutip pada 10 februari 2010
www.detiknews.com. Diakses pada 12 februari 2010
www.diah_aryati.staff.gunadarma.ac.id. Diakses pada 18 Oktober 2009.
www.eljabars.wordpress.com. Diakses pada 10 februari 2010
www.emeraldinsight.com. Diakses pada 15 Oktober 2009
www.fisipuh.blogspot.com. Diakses pada 12 februari 2010
www.kiamifsifeui.wordpress.com, Diakses pada 20 Oktober 2009.
www.perpus.yarsi.ac.id. Diakses pada 12 februari 2010
www.pdfqueen.com. Diakses pada 14 februari 2010
www.syafrizalhelmi.blogspot.com. Diakses pada 12 februari 2010

68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
HASIL PENGUJIAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

usia responden

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent
Valid <22 tahun 3 13.0 13.0 13.0
23-30
9 39.1 39.1 52.2
tahun
31-40
6 26.1 26.1 78.3
tahun
40 tahun 5 21.7 21.7 100.0
Total 23 100.0 100.0

jenis kelamin

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent
Valid pria 14 60.9 60.9 60.9
wanit
9 39.1 39.1 100.0
a
Total 23 100.0 100.0

pendidikan terakhir

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent
Valid sma 9 39.1 39.1 39.1
akadem
8 34.8 34.8 73.9
i
strata 1 6 26.1 26.1 100.0
Total 23 100.0 100.0
HASIL UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS

Reliability Statistics

Cronbach'
s Alpha N of Items
.713 5

Reliability Statistics

Cronbach'
s Alpha N of Items
.764 10

Reliability Statistics

Cronbach'
s Alpha N of Items
.859 10

Item-Total Statistics

Scale Scale Corrected Cronbach'


Mean if Variance if Item-Total s Alpha if
Item Item Correlatio Item
Deleted Deleted n Deleted
x11 16.13 3.119 .356 .706
x12 16.26 2.565 .464 .670
x13 16.48 1.988 .658 .575
x14 16.30 2.767 .499 .657
x15 16.39 2.885 .410 .689
Item-Total Statistics

Scale Scale Corrected Cronbach'


Mean if Variance if Item-Total s Alpha if
Item Item Correlatio Item
Deleted Deleted n Deleted
x21 36.74 8.747 .504 .735
x22 37.26 9.020 .398 .748
x23 37.00 9.182 .367 .752
x24 37.09 8.719 .504 .747
x25 36.91 8.901 .409 .746
x26 37.04 8.589 .418 .746
x27 37.13 7.755 .508 .733
x28 37.39 8.340 .524 .730
x29 37.13 8.937 .375 .751
x210 36.87 9.209 .379 .750

Item-Total Statistics

Scale Scale Corrected Cronbach'


Mean if Variance if Item-Total s Alpha if
Item Item Correlatio Item
Deleted Deleted n Deleted
y1 39.91 17.083 .561 .847
y2 40.17 17.696 .412 .859
y3 40.13 16.846 .509 .852
y4 40.22 16.723 .483 .855
y5 40.00 16.455 .666 .838
y6 40.04 16.680 .706 .836
y7 40.48 16.352 .473 .859
y8 40.22 15.996 .763 .830
y9 40.04 16.771 .820 .832
y10 40.26 17.474 .469 .854
HASIL PENGUJIAN REGRESI

ANOVA(b)

Mod Sum of Mean


el Squares df Square F Sig.
1 Regressi
1.554 2 .777 5.283 .014(a)
on
Residual 2.941 20 .147
Total 4.495 22
a Predictors: (Constant), X2, X1
b Dependent Variable: Y

Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta Tolerance VIF B Std. Error


1 (Constant) 2.245 1.055 2.127 .046
X1 .923 .331 .766 2.787 .011 .433 2.312
X2 -.383 .383 -.275 -.999 .330 .433 2.312
a Dependent Variable: Y

Model Summary(b)

Adjusted Std. Error


Mod R R of the Durbin-
el R Square Square Estimate Watson
1 .588(a) .346 .280 .38348 1.680
a Predictors: (Constant), X2, X1
b Dependent Variable: Y
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Y

1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Scatterplot

Dependent Variable: Y

2
Regression Studentized Residual

-1

-2

-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Predicted Value
Profil BMT Mitra Usaha Ummat

1. Latar Belakang Berdirinya BMT Mitra Usaha Ummat


BMT Mitra Usaha Ummat berdiri pada tanggal 15 Desember 1995. Dimana
didirikan oleh pemuda dan pemuka masyarakat yang difasilitasi oleh LPM UII
Yogyakarta. Peresmian BMT Mitra Usaha Ummat dilakukan oleh Rektor UII Prof H.
Zaini Dahlan MA yang menjabat pada saat itu.
BMT Mitra Usaha Ummat memperoleh pengesahan koperasi serba usaha syariah
dari pemerintah pada Tanggal 12 Oktober 1998. Perkembangan dari BMT Mitra Usaha
Ummat juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik, meski usianya masih tergolong
muda. Hal tersebut terlihat dari kondisi keuangannya yang telah memiliki asset lebih dari
5 milliar rupiah serta empat kantor cabang yang tersebar di daerah Sleman.1

2. Visi dan Misi BMT Mitra Usaha Ummat


Visi dari BMT Mitra usaha Ummat yaitu:

• Mensosialisasikan sistem lembaga keuangan syariah secara komprehensif,


dengan menawarkan produk-produk yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat.
• Secara sistematis dan berkesinambungan melakukan penyempurnaan
dalam pengelolaan produk untuk pencapaian pelayanan yang berkualitas
dan bernilai syariah.
• Mengembangkan sumber daya insani yang berkualitas dengan motivasi
kerja dan integritas tinggi, disiplin, dinamis, didukung penguasaan
teknologi informasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Melaksanakan bisnis dengan pendampingan dan pemberdayaan usaha
kecil dan menengah yang berbasis komunitas untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas usaha.
• Melaksanakan sosialisasi akan pentingnya zakat, infaq, sodaqoh dan
wakaf, sekaligus menjadi pengelolanya.

1
Data “BMT Mitra Usaha Ummat”
Misi dari BMT Mitra Usaha Ummat yaitu:
Memberikan pelayanan keuangan dengan pola syariah, serta pelayanan
pengelolaan ziswaf kepada masyarakat, sehingga berperan dalam peningkatan
kualitas usaha kecil dan menengah dengan profesional , berdasarkan prinsip
keadilan dan saling menguntungkan.
BMT Mitra Usaha Ummat melakukan operasi berdasarkan badan hukum
koperasi dimana menjunjung tinggi kepercayaan masyarakat yang beroperasi di
Yogyakarta dan sekitarnya.

3. Legalitas
Adapun legalitas BMT Mitra Usaha Ummat sebgai berikut:

− Badan Hukum no. 13/BH/DK/X/1998


− Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)
no. 173/1202/TDUP/XII/1998
− NPWP: 01.852.410.8-42.000
− Anggota Asosiasi BMT Seluruh Indonesia (ABSINDO)
− Anggota Puskopsyah Formes (Sleman)
− Anggota Puskopsyah Mitra Nugraha (DIY)
− Anggota Dekopin

4. Struktur Organisasi
:
Gambar 4.1

Rapat
Anggota Tahunan

Pengurus
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Manajer

Marketing Akunting/Pembukuan Teller/CSO

Sumber: Data dari BMT Mitra Usaha Ummat.

5. Produk-Produk BMT Mitra Usaha Ummat


Dalam memgembangkan produk-produk yang ditawarkan kepada nasabah BMT
Mitra Usaha Ummat mengeluarkan beberapa produk sebagai berikut:

a. Produk Simpanan.
Sebagai lembaga keuangan yang mempunyai tujuan mengangkat
perekonomian usaha kecil dan memberikan alternatif simpanan bebas riba,
maka BMT Mitra Usaha Ummat produk-produk sebgai berikut:

− Simpanan Al-Wadiah, merupakan penitipan barang atau uang dimana


BMT berwenang untuk mengelola dana tersebut. Penyetoran dan
penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu dan mendapatkan bonus
keuntungan sesuai kebijakan BMT.
− Simpanan Mudharabah, merupakan simpanan yang setoran dan
penarikannya bisa dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mendapatkan bagi hasil setiap bulannya. Adapun produk-produk
Simpanan Mudharabah yaitu:
1. Simpanan Mudharabah Harian (SIMUDA), adalah simpanan yang
yang penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-
waktu.
2. Simpanan Masa Depan (SIMADE), adalah simpanan yang
penyetorannya dilakukan secara periode dan berkelanjutan dengan
penarikan dana sesuai perjanjian. Jenis kegunaannya untuk biaya
pendidikan, lebaran, qurban, pensiunan, haji, dsb.
3. Simpanan Mudharabah berjangka (SIJAKA), adalah simpanan ini
bertujuan agar pihak BMT dalam mengelola dana dari masyarakat
akan lebih mudah karena model penarikannya lebih teratur yaitu 3
bulan, 6 bulan dan 12 bulan dengan jumlah setoran minimal Rp.
500.000,-.
4. Simpanan Penyertaan Tidak Tetap, adalah simpanan dengan
jangka waktu penarikan minimal 18 bulan dan jumlah setoran
minimal Rp. 500.000,-.
b. Produk Pembiayaan.
Produk Pembiayaan yaitu fasilitas penyediaan/talangan dana dari BMT untuk
memenuhi kebutuhan ummat baik yang bersifat produktif (modal kerja atau
investasi) maupun konsumtif (membeli barang perlengakapan/kebutuhan).
Adapun jenis produk pembiayaan:

− Jual Beli atau Murabahah, yaitu kontrak jual beli dengan ketentuan
dimana penjualan barang oleh BMT kepada nasabah dengan jenis
barang yang sesuai kebutuhan anggota. Nantinya pembyaran dilakukan
dengancara mengangsur/tangguh/jatuh tempo dan pihak BMT
mendapat keuntungan dengan menaikkan harga.
− Ijaroh, dimana BMT menyediakan barang yang akan disewa untuk
kepentingan anggota akan membayar sewa sesuai yang disepakati
(pokok sewa ditambah profit BMT) dengan jangka waktu yang
disepakati pula.
− Muyarokah, yaitu kerjasama usaha antara anggota dan BMT dengan
sistem bagi hasil dimana permodalan dari BMT dan anggota. Adapun
nisbah bagi hasil nantinya sesuai kesepakatan serta sistem dan jangka
waktu pembayaran sesuai kesepakatan.
− Mudharabah (bagi hasil), yaitu kerjasama usaha antara anggota dan
BMT dengan sistem bagi hasil, dimana permodalan seluruhnya dari
BMT dan nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan. Adapun sistem dan
jangka waktu pembayaran sesuai kesepakatan.
6. Syarat dan Prosedur Produk-Produk BMT Mitra Usaha Ummat
a. Produk Simpanan:
− Mengisi formulir menjadi anggota.
− Mengisi formulir simpanan.
− Menyerahkan foto copy KTP/SIM.
− Tidak ada beban atau potongan biaya.
b. Produk Pembiayaan:
− Mengisi formulir permohonan pembiayaan.
− Menyerahkan foto copy KTP dan kartu keluarga (rangkap 2)
− Menyerahkan foto copy jaminan (setifikat/BPKB dan STNK) rangkap 2.
− Slip gaji terakhir (karyawan negeri/swasta)
− Persyaratan lainnya yang masih diperlikan akan di informasikan
kemudian.
7. Perkembangan perusahaan
Perkembangan BMT Mitra Usaha Ummat tergolong cukup baik, dimana di
usianya yang tergolong muda disamping memiliki kantor pusat juga memiliki
beberapa kantor cabang. Adapun lokasi kantor pusat dan kantor cabang BMT
Mitra Usaha Ummat yaitu:

− Sekretariat Pusat: JL. Kaliurang km 15 Ruko Pasar Degolan.


− Kantor Cabang :
1. Jangkang Widodomartani Ngemplak Sleman Yogyakarta.
2. JL. Kaliurang km 15 Ruko Pasar Degolan Ngemplak Sleman
Yogyakarta.
3. Jambon Sindumartani Ngemplak Sleman Yogyakarta.
4. JL. Perum Pertamina No. 12 Bromonilan.
Daftar Pertanyaan Panduan

Pimpinan BMT Mitra Usaha Ummat

Judul: ”Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan pada BMT Mitra Usaha Umat”

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Maksud diadakannya penelitian ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan
dalam jurusan Ekonomi Islam pada Fakultas Ilmu Agama Islam. Demi tercapainya tujuan penelitian ini,
saya berharap Bapak berkenan untuk mengisi beberapa pertanyaan di bawah ini. Saya mengucapkan
terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas kesediaan Bapak yang telah meluangkan waktunya untuk
mengisi pertanyaan ini dan saya mohon maaf apabila terdapat pertanyaan yang kurang berkenan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

1. Langkah apa yang bapak telah ambil dalam kepemimpinan anda yang membuat BMT Mitra

Usaha Umat dapat sesukses sekarang pak?

2. Dalam mengambil keputusan apakah bapak melakukannya seorang diri atau melibatkan

karyawan juga?

3. Bagaimana bapak melakukan pendekatan terhadap karyawan?

4. Apa bapak setuju bahwa pemimpin sangat berpengaruh di dalam kinerja karyawan?alasannya?

5. Apa yang bapak lakukan dalam meningkatkan kinerja dari karyawan?

6. Bagaimana menumbuhkan rasa memiliki terhadap perusahaan bagi karyawan pak?

7. Bilamana terjadi konflik diantara karyawan, tindakan apa yang akan bapak lakukan untuk

mengatasinya?

8. Apakah selama 3 tahun terakhir ini BMT Mitra Usaha Umat mengalami peningkatan di tiap

tahunnya pak?baik dari sisi manajemen,kinerja karyawannya, maupun sisi keuangannya?

9. Menurut bapak mengapa dalam suatu kepemimpinan diperlukan adanya keseimbangan antara

aspek realigi dan pekerjaan?


10. Bagaimanakah sosok pemimpin yang ideal menurut bapak?

11. Bagaimana menciptakan suatu sinergisitas / kerjasama yang baik di dalam hubungan antara bapak

dengan karyawan?

*****Terima Kasih*****
KUESIONER PENELITIAN

”Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan pada BMT Mitra Usaha Umat”

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Maksud diadakannya penelitian ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam jurusan
Ekonomi Islam di Fakultas Ilmu Agama Islam. Demi tercapainya tujuan penelitian ini, peneliti berharap Bapak/Ibu
mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jujur, identitas dan jawaban Bapak/Ibu dijamin kerahasiaannya dan
semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya atas kesediaan Bapak/Ibu yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini
dan tidak lupa peneliti mohon maaf apabila terdapat pertanyaan yang kurang berkenan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Identitas Responden

1. Umur :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*

3. Pendidikan :

Keterangan : * Coret yang tidak perlu

Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban pertanyaan yang sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu.

Daftar Pertannyaan untuk Karyawan:

Pengaruh Kepemimpinan ( X )
Hubungan Manusiawi
1. Diperlukan hubungan yang baik antara pemimpin dengan para karyawan?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

2. Pemimpin selama ini sangat mendekatkan diri dengan karyawan


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju
3. Bila terjadi konflik antara karyawan, pemimpin mendiskusikan penyelesaiannya dengan karyawan yang
terlibat konflik.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

4. Komunikasi antara pemimpin dengan karyawan selama ini berjalan dengan baik.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

5. Pemimnpin selalu menciptakan hubungan manusiawi yang efektif dengan karyawannya.


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

Pola Kepemimpinan
1. Proses pengambilan keputusan yang menyangkut BMT sepenuhnya dilakukan oleh pimpinan dengan
mendengarkan masukan dari karyawan sebelumnya?
f. Sangat setuju
g. Setuju
h. Netral
i. Kurang setuju
j. Tidak setuju

2. Pola kepemimpinan BMT Mitra Usaha Umat, telah sesuai dengan idealitas dalam kepemimpinan Islam?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

3. Pemimpin disamping suka memberikan perintah juga mengarahkan?


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju
4. Pemimpin menerima setiap saran atau masukan dari karyawan tetapi keputusan sepenuhnya ditentukan
pemimpin.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

5. Pemimpin memberikan bonus pada karyawan berprestasi guna peningkatan kinerja karyawan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

6. Kebijakan yang dilakukan oleh pemimpin selama ini mampu memberikan kemajuan bagi BMT Mitra
Usaha Umat
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

7. Pemimpin mendiskusikan dengan bijaksana penyelesaian permasalahan yang terjadi dan mencari solusinya
bila ada penurunan ninerja karyawan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

8. Di dalam melaksanakan tugas pekerjaan pemimpin memberikan tanggung jawab pekerjaan kepada
karyawan tetapi dalam pengawawsan pemimpin
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

9. Pemimpin selalu mengedepankan ketepatan waktu di dalam bekerja


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju
10. Kinerja dan semangat dari karyawan sangatlah ditentukan dari kualitas pemimpinnya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

Kinerja Karyawan ( Y )
1. Hasil kerja Bapak/Ibu memiliki ketepatan dalam menjalankan tugas sesuai dengan pekerjaan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

2. Hasil kerja Bapak/Ibu memiliki ketelitian dalam menjalankan tugas sesuai dengan pekerjaan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

3. Setiap pekerjaan yang telah diselesaikan, diteliti kembali sebelum pekerjaan tersebut diperiksa pemimpin?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

4. Hasil kerja yang dilakukan selalu menghasilkan kerapaian?


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

5. Setiap hasil kerja yang telah diselesaikan selalu mengahasilkan pekerjaan yang bersih?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

6. Hasil pekerjaan yang telah anda selesaikan selalu memberikan kepuasan bagi pemimpin.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju
7. Sehari-hari anda dapat menyelesaikan tugas dengan cepat dan baik?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

8. Besar persentase jumlah pekerjaan yang dapat anda selesaikan dalam sehari lebih dari 90%
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

9. Besar persentase anda dalam menunda pekerjaaan kurang dari 10%


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

10. Setujukah bahwa anda selalu melaksanakan tugas pekerjaan yang diberikan oleh pemimpin dengan tepat
waktu?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

*****Terima Kasih*****

You might also like