You are on page 1of 12

Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta

Didik bag 1
Posted on April 25, 2008 by Pakde sofa

Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik


Bag 1

Dengan mempelajari perkembangan peserta didik kita akan inemperoleh beberapa


keuntungan. Pertama, kita akan mempunyai ekspektasi yang nyata tentang anak
dan remaja. Dari psikologi perkembangan akan diketahui pada umur berapa anak
mulai berbicara dan mulai mampu berpikif abstrak. Hal-hal itu merupakan
gamharan umum yang terjadi pada kebanyakan anak, di samping itu akan
diketahui pula pada umur berapa anak tertcntu akan memperoleh keterampilan
perilaku dan emosi khusus. Kedoa, pengetahuun tentang psikologi perkembangan
anak membantu kita untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku
tertentu dari seorang anak. Bila seorang anak dari Taman Kanak-kanak tidak man
sekolah lagi karena diganggu temannya, apa yang harus dilakukan oleh guru dan
orang tuanya? Dila anak selalu ingin merebut mainan temannya apakah dibiarkan
saja? Psikologi perkembangan akan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan
itu dan menunjukk’an sumber-sumber jawaban serta pola-pola anak mengenai
pikiran, perasaan dan perilakunya. Ketiga, pengetahuan tentang perkembangan
anak akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang
normal. Bila anak umur dua tahun belum berceloteh (banyak bicara) apakah
dokter dan guru harus mengkhawatirkannya? .Bagaimana bila hal itu terjadi pada
anak umur tiga atau empat tahun? Apa yang perlu dilakukan bila remaja umur
lima belas tahun tidak mau lagi sekolah karena keinginannya yang berlebihan yaitu
ingin melakukan sesualu yang menunjukkan sikap “jagoan”? Jawaban akan lebih
mudah diperoleh apabila kita mengetahui apa yang biasanya terjadi pada anak
atau remaja. Keempat, terakhir, dengan mempelajari perkembangan anak akan
membantu memahami diri sendiri. Psikologi perkembangan akan secara terbuka
mengungkap proses pertumbuhan psikologi, proses-proses yang akan dialami pada
kehldupan sehari-hari. Yang lebih penting lagi, pengetahuan ini akan membantu
kita memahami apa yang kita alami sendiri, misalnya mengapa masa puber kita
lebih awal atau lebih lambat dibandingkan dengan teman- teman lain. Berikut ini
adalah beterapa hal yang mendasari pentingnya mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik.
1. Masa Perkembangan Yang Cepat
Pada anak terjadi pertumbuhan-pertvimbuhan yang cepat dibandingkan dengan
perubahan-perubahati yang dialami species lain. Perubahan flsik, misalnya pada
tahun pertama lebih cepat dari pada talvm-tahun berikutnya. Hal yang sama
terjadi juga pada perubalian yang menyangkut interaksi sosial, perolehan dan
penggunaan, bahasa,. kemampuan mengingat serta berbagai
fungsi lainnya.
2. Pengaruh yang lama
Alasan lainnya mengapa mempelajari anak ialah bahwa peristiwa- peristiwa dan
pengalaman-pengalaman pada tahun-tahun awal menunjukkan pengaruh yang
lama dan kuat terhadap perkembangan individu pada masa- masa berikjtn/a.
Kebanyakan ahli teoii psikologi berpsndapat bahwa apa yang terjadi hari-ini
sangat’banyak ditentukan oleh perkembangan kita sebagai anak.
3. Proses yang kompleks
Sebagai peneliti yang mencoba memalnmi perilaku orang dewasa yang kompleks,
berpendapat bahwa mengkaji tentang bagaimana perilaku itu pada saat masih
sederhana akan sangat berguna. Misalnya ialah bahwa kebanyakan orang dapat
membuat kalimat yang panjang dan dapat mengerti oleh orang lain. Manusia
mampu berkomunikasi dari cara yang sederhana sampai yang kompleks karena
bahasa yang dipergimakan mengikuti aturan-aturan tertentu. Tetapi menentukan
apa aturan itu dan bagaimana menggunakan adalah sulit. Suatii pendekatan
terhadap masalah ini adalnh dengan mempelajari proses kemampuan ‘berbahasa.
Anak membentuk kalimat yang hanya terdiri atas saiu atau dua kata, kalimat itu
muncul dengan mengikuti aturan yang diajarkan orang dewasa. Dengan mengkaji
kalimat pertama”tersebut para peneliti bahasa bertambah wawasannya tentarg
mekanisme cara berbicara orang dewasa yang lebih kompleks.
4. . Nilai yang ditempatkan
Kebanyakan ahli psikologi perkembangan melakukan penelitiannya dalam
laboratorium dan sering kali mengkaji pertanyaan-perianyaan teoritis berdasarkan
hasil penelitiannya. Produk penelitian ini kadang-kadang dapat diterapkan di dunia
nyata. Misalnya penelitian tentang tahap awal perkembangan sosial yang secara
relevan berkaitnn dengan orang tua tentang peranannya dalam kehidupannya
sehari-hari, percobaan tentang strategi pemecahan masalah pada anak akan
memberikan informasi berharga mengenai metode mengajar yang baik. Hasil dari
penelitian atau pengkajian teoritis dapat secara langsung atau tidak dapat
mempengaruhi pbla pendidikan atau pengajaran.
5. Masalah yang menarik
Anak merupakan makhluk yang mengagumkan dan penuh teka-teki serta menarik
untuk dikaji. Kemudahan anak umur dua talnin untuk mempelajari bahasa ibunya
dan kreativitas anak untuk bermain dengan temannya merupakan dua hal dari
karakterstik atiak yang sedang berkembang. Misalnya banyak lagi hal-hal yang
berka’itan dengan perkembangan anak yang merupakan mister! dan menarik.
Dalari hal ini ilmu pengetahuan Iebih banyak menjumpai pertanyaan-pertanyaan
da”i pada jawabannya. .
A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Sejak- awal tahun 1980-an semakin diakuinya pengaruh keturunan (genetik)
terhadap perbedaan individu. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian
perilaku genetik yang mendukung, pentingnya pengaruh keturunan menunjukkan
tentang pentingnya pengaruh lingkungan. Perilaku yang kompleks yang menarik
minat para ahli psikologi (misalnya temperamen, kecerdasan dan kepribadian)
mendapat pengaruh yang sama kuatnya baik dari faktor-faktor lingkungan
maupun keturunan (genetik).
Aspek apa sajakah yang mempengaruhi faktor genetik? Menurut Santrok (1992),
banyak aspek yang dipengaruhi laktor genetik. Para ahli genetik menaruh minat
yang sangat besar untuk mengetahui dengan pasti tentang variasi karakteristik
yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Kecerdasan dan temperamen
merupakan aspek-aspek-yang paling banyak ditelaah yang dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan.

1. Kecerdasan
. Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwal kecerdasan itu
diwariskan (ditururikan). la juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya
hanya mempunyai peranan minimal dalam kecerdasan. Dia telah melakukan
beberapa penelitian tentang kecerdasan, di antaranya ada yang membandingkan
tentang anak kembar yang berasal dari satu telur (identical twins) dan yang dari
dua telur (fraternal twins). Identical hvins memiliki genetik yang identik, karena itu
kecerdasan (IQ) s^harusnya sama. Fraternel twins pada anak sekandung
genetiknya tidak sama karena itu IQ-nya pun tidak sama. Menurut Jensen bila
pengaruh lingkungan lebih penting pada identical ftiv’m yang dibesarkan pada aua
lingkungan yang berbeda, seharusnya menunjukkan IQ yang berbeda pula. Kajian
terhadap hasil penelitian menunjukkan bahwa identical t\vins yang dibesarkan
pada dua lingkungan yang berbeda korelasi rata-rata IQ-nya. 82. Dua saudara
sekandung yang dipelihara pada dua lingkungan yang berbeaa korelasi rata-rata
IQ-nya, 50.
Banyak ahli-ahli yang mengkritik Jensen. Salah seorang di antaranya mengkritik
tentang definisi kecerdasan itu sendiri. Menurut Jensen IQ yang diukur dengan tes
kecerdasan yang baku merupakan indikator kecerdasan yang baik. Kritik dari ahli
lain ialah bahwa tes IQ hanya menyentuh sebagian kecil saja dari kecerdasan. Cara
individu niemecahkan masalah sehari-hari. penycsuaian dirinya terhadap
lingkungan kerja dan lingkungan sosial, merupakan aspek-aspek kecerdasan yang
penting dan tidak terukur oleh tes kecerdasan baku yang digunakan oleh Jensen.
Kritik kedua menyatakan bahwa kebanynkan .penelitian tentang keturunan dan
lingkungan tidak mencakup lingkungan-lingkungan yang berbeda secara radikal.
Karena itu tidaklah mengherankan bahwa studi tentang genetik menunjukkan
bahwa lingkungan mempunyai pengaruh yang lemah terhadap kecerdasan.
Menurut Jensen pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80 person.
Kecerdasan memang dipengaruhi oleh keturunan tetapi kebanyakan ahli
perkembangan menyatakan bahwa penganih itu berkisar sekitar 50 persen.
2. Temperamen
Temperamen adalah gaya-perilaku karakteristik individu dalam merespons. Ahli-
ahli perkembangan sangat tertarik mengenai temperamen bayi. Sebagian bayi
sangat aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki dan mulutnya dengan keras,
sebagian lagi lebih tenang, sebagian anak menjelajahi lingkungannya dengan giat
parta vvaktu yang lama dan sebagian lagi tidak demikian. Slebagian bayi
merejpons orang Iain dengan hangat, sebagai lagi pasif dart acuh tidak acuh.
.Gaya-gaya perilaku tersebut di atas menunjukkan temperamen seseorang.
Menurut Thomas & Chess (1991) ada tiga tipe dasar temperamen yaitu mudah,
sulit, dan lambat untuk dibangkitkr>n:
a. Anak yang mudah umumnya mempunyai suasana hati yang positif dan dapat
dengan cepat membentuk kebiasaan yang teratur, serta dengan mudah pula
menyesuaikan diri dengan pengalaman baru.
b. Anak yang sulit cenderung untuk bereaksi secara negatif serta sering menangis
dan lambat untuk menerima pengalaman-pengalaman baru.
c. Anak yang lambat untuk dibangkitkan mempunyai tingkat kegiatan yang
rendah, kadang-kadang negatif, dan penyesuaian diri yang rendah dengan
lingkungan atau pengalaman baru.
Beberapa ahli perkembangan, termasuk Chess dan Thomas, Berpendapat bahvva
temperamen adalah karakteristik bayi yang baru lahir dan akan dibentuk dan
dimodifikasi oleh pengalaman-pengalaman anak pada masa-masa berikutnya. Para
peneliti menemukan bahwa indeks pengaruh lingkungan terhadap temperamen
sebesar .50 sampai .60 menunjukkan lemahnya pengaruh tersebut. Kekuatan
pengaruh ini biasanya menurun saat anak itu tumbuh menjadi- lebih besar.
Menetap atau konsisten tidaknya temperamen bergantung kepada “kesesuaian”
hubtingan antara anak dengan orang tuanya. Orang tua mempengaruhi anak,
tetapi anak pun mempengartihi orang tua. Orang tua dapat menjauh dari anaknya
yang sulit, atau mereka dapat menegur dan menghukumnya, hal ini akan
menjadikan anak yang sulit menjadi lebih sulit lagi. Orang tua yang luwes dapat
inemberi pengaruh yang menen’angkan terhadap anak yang sulit atau akan tetap
menunjukkan kasih sayang walau anak menjauh atau berkeras kepala.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa keturunan mempengaruhi temperamen.
Tingkat pengaruh ini bergantung pada respons orang tua terhadap anak-anaknya
dengan pengalaman-pengalaman masa kecil yang ditemui dalani lingkungan.

3. Interaksi keturunan lingkungan dan perkembangan

Keturunan dnn lingkungan berjalan bersama atau bekerja sama dan menghasilkan
individu dengan kecerdasan, temperamen tinggi dan berat badan, minat yang khas.
Bila seorang gadis cantik dan cerdas terpilih menjadi ketua OSIS, apakah k:ta akan
berkesimpulan bahwa keberhasilannya itu hanya karena lingkungan atau lainnya
karena keturunannya? tentu saja karena keduanya. Karena pengaruii lingkungan
bergantung kepada karakteristik genetik, maka dapat dikatakan bahwa antara
keduanya. terdapat interaksi.
Pengaruh genetik terhadap kecerdasan terjadi pada awal perkembangan anak dan
berlanjut terus sr.mpai dewasa. Kita ketahui pula bahwa dengan dibesarkan pada
kelur.rga yang sama dapat terjadi perbedaan kecerdasan secara individual dengan
varjasi yang kecil pada kepribadian dan minat. . Salah satu alasan terjadinya hal
itu ialah mungkin karena keluarga mempunyai penekanan yang sama kepada anak-
anaknya berkenaan dengan perkembangan kecerdasan yaitu dengan mendorong
anak mencapai tingkal tertinggi. Mereka tidak mengarahkan anak ke arah minat
dan kepribadian yang sama. Kebanyakan orang tua menghendaki anaknya untuk
mencapai tingkat kecerdasan di atas rata-rata.
Apakah yang .perlu diketahui tentang interaksi antara keturunan dengan
lingkungan dalam perkembangan? Kita perlu mengetahui lebih banyak tentang
interaksi tersebut dalam perkembangan yang berlangsung normal. Misalnya,
apakah arti perbedaan IQ antara dua orang sebesar 95 dan 1257 Untuk dapat
menjawabnya diperlukan informasi tentang pengaruh-pengaruh budaya dan
genetik. Kita pun perlu mengetahui pengaruh keturunan terhadap seluruh siklus
kehidupan. Contoh lain pubertas dan menopause bukanlah semata-mata hasil
lingkungan, walaupun pubertas dan menopause dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor lingkungan seperti nutrisi, berat, obat-obatan dan kesehalan, evolusi dasar
dan program genetik. Pengaruh keturunan pada pubertas dan menopause tidak
dapat diabaikan.
B FASE-FASE PERKEMBANGAN
Setiap orang berkembang dengan karakteristik tersendiri. Hampir sepanjang
waktu perhatian kita tertuju pada keunikan masing-masing. Sebagai manusia,
sctiap orang melalui jalan-jalan yang umum. Setiap diri kita mulai belajar berjalan
pada usia satu tahun, berjalan pada usia dua tahun, tenggelam pada -permainan
fantasi pada niasa kanak-kanak dan belajar mandiri pada usia remaja.
Apakah yang dimaksud oleh para ahli psikologi dengan perkembangan individu?
Menurut Santrok dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau
perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus
selama siklus kehidupan. Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola
gerakan itu kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses:
proses biologis, proses kogm’tif dan proses sosial.
Proses-proses biologis meliputi perubahan-perubahan fisik individu. Gen yang
diwarisi dari orang tua, perkembangan otak, penambahan tinggi dan berat,
keterampilan motorik, dan perubahan-perubahan hormon pada masa puber
mencerminkan peranan proses-proses biologis dalam perkembangan.
Proses kognitif meluputi perubahan-perubahan yang terjadi pada individu
mengenai pemikiran, kecerdasan dan bahasa. Mengamati gerakan mainnn bayi
yang digantung, menghubungkan dua kata menjadi kalimat, menghafal. puisi dan
memecahkan soal-soal matematik» mencerminkan peranan proses-proses kognitif
dalam perkembangan anak.
Proses-proses sosial meliputi perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan
individu dengan orang lain, perubahan-perubahan dalam emosi dan perubahan-
perubahan dalam kepribadian. Senyuman bayi srbagai respons terhadap sentuhan
ibunya, sikap agiesif anak laki-laki terhadap teman mainnya, kewaspadaan seorang
gadis terhadap lingkungannya mencerminkan peranan proses sosial dalam
perkembangan anak.
Hendaknya selalu diingat bahwa antara ketiga proses, yaitu biologis, kognitif, dan
sosial terdapat jalinan yang kuat. Anda akan mengetahui bagaimana proses sosial
membentuk proses-proses kognilif. Akan sangat membantu untuk mempelajari
berbagai proses yang mempengaruhi perkembangan anak dengan tetap mengingat
bahwa Anda sedang mempelajari perkembangan anak yang terintegrasi sebagai
manusia seutuhnya dan memiliki seutuhnya dan memiliki kesatuan jiwa dan raga.
Perubahan pada perkembangan merupakan produk dari proses-proses biologis,
kognitif dan sosial. Proses-proses itu terjadi pada perkembangan manusia yang
berlangsung pada keseluruhan siklus hidupnya.
Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan
pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase.
Santrok dan Yussen membaginya atas lima yaitu: fase pranatal (saat dalam
kandungan), fase bayi, fase kanak-kanak awal, fase anak akhir dan fase remaja.
Perkiraan waktu ditentukaii padn setiap fase tintuk memperoleh gambaran waktu
suatu fase itu dimulai dan berakhir.

1.Fase pra natal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa
pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa
dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampunn
berperilaku, dihasilkan dalam
waktu Iebih kurang sembilan bulan.
2.Fase bayi adalah saat perkembangan yang brrlangsung sejak lahir sampai 18 atau
24 bulan. Masa ini adalah masa ynng sangat. Bergantung kepada orang tua. Banyak
kegiatan-kegiatan psikologis yang baru dimulai misalnya; bahasa, koordinasi
sensori motor dan sosialisasi.
3.Fase kanak-kanak awal adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir
masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa pra sekolah. Selama
fase ini mereka belajnr melakukan sendiri banyak hal dan berkembang
keterampilan-keteranipilan yang berkaitan dengan kesiapan unttik bersekolah dan
memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain sendiri ataupun dengan
temannya. Memas.uki kelas satu SD menandai berakhirnya fase ini.
4.Fase kannk-knnak tengah dan akhir adalah fase perkembangan yang berlangsung
sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolr.h dasar.
Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan
berhitung. Secara formal mereka mulai
memastiki dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi
arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.

Masa remaja adalah masa perkembangan yang merupakan transisi dr.ri masa
Nanak-kanak ke masa dewasa? aval, yang dimulai kira-kira timur 10 sampai 12
tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22 tahun. Remaja mengalami
perubahan-penibahan fisik yang sangat cepat, perubahan perbandingan ukuran
bagian-bagian badan, bcrkembangnya karakteristik seksual seperti membesarnya
payudara, tumbuhnya rambut pada bagian tertentu dan perubahan sua.a. Pada
fase ini dilakukan upaya-upaya untuk mandiri dan pencarian identifas diri.
Pemikirannya Iebih !ogis, abstrak dan idealis. Semakin lama banyak waktu
dimanfaatkan di luar.keluarga.
Pada saat ini para ahli perkenibangan tidak lagi berpendapat b.ilnva perubahan-
perubahan akan berakhir pada fase ini. Mereka mengatakan bahwa perkembangan
merupakan proses yang terjadi sepanjang hayat.
Sumber Buku Perkembangan Peserta Didik oleh Mulyani Sumantri

Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta


Didik bag 2
Posted on April 25, 2008 by Pakde sofa

Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik


Bag 2

POLA-POLA PERKEMBANGAN AFEKTIF PADA MANUSIA


Seorang ahli teori psikoanalisa dan sekaligtis seorang pendidik, Erik H. Erikson
mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah sinfesis dari tugas-tugas
perkembangan dan tugas-tugas sosial. Teorinya itu kemudian diterbitkan sebagai
bukunya yang pertama dengan judul Childhood and Society. Dikemukakannya prla
bahwa perkembangan afektif merupakan dasar perkembangan manusia. Erikson
melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap.
1. Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar (0;0 -1;0)
Bay! yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera
terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara,
akan turnbiih perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang
di sekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia
menggantungknn nasibnya. Jika pemeliharaan terhadap bayi itu tidak menetap,
tidak memadai sebagaimana mestinya, serta terkandung di dalarnnya sikap-sikap
menolak, akan turnbuhlah pada bayi itu rasa takut serta ketidak-percaya.in yang
mendasar terhadap dunie sekelilingnya dan terhadap orang-orang di sekitarnya.
Perasaan ini akan terus terbawa pada tingkat-tingkat ptrkembanpan berikutnya.
2. Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1;0 – 3;0)
Pada tahap ini Erikson melihat munculnya autonomy. Dimensi autonomy ini
timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada saat ini
bukan hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menutup-membuka menjatuhkan,
menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan. Anak sangat bangga dengan
kemampuannya ini dan ia ingin melakukan banyak hal sendiri. Orang tua
sebaiknya menyadari bahwa anak butuh melakukan sendir hal-hal yang sesuai
dengan kemampuannya menurut langkah dan waktunya; sendiri. Anak kemudian
akan mengembangkan perasannya bahwa ia dapat mengendalikan otot-ototnya,
dorong-dorongannya, serta mengendalikan diri dan lingkungannya.
Jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar dan selalu
membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat dikerjakannya
sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada anak itu rasa; malu-malu dan ragu-
ragu. Orang tua yang terlalu melindungi dan selalu mencela hasil pekerjaan anak-
anak, berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang berlebihan sehingga anak
tidak dapat mengendalikan dunia dan dirinya sendiri,
Jika anak,meninggalkan masa perkembangan ini dengan autonomi yang lebih kecil
daripada rasa malu dan ragu, ia akar mengalami kesulitan untuk memperoleh
autonomi pada masa remaja dan masa dewasanya. Sebaliknya anak yang dapal
melalui masa ini dengan adanya keseimbangan serta dapat mengatasi rasa malu
dan ragu dengan rasa outonomus, maka ia sudah siap menghadapi siklus-siklus
kehidupan berikutnya. Namun demikian keseimbangan yang diperoleh pada masa
ini dapat berubah ke arah positif maupun negatif oleh perisliwa-peristiwa di masa
selanjutnya.
3. Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3;0 – 5;0)
Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. la dapat mengendarai
sepeda roda.tiga, dapat lari, memukul, memotong. Inisialif anak akan lebih
terdorong dan terpupuk bila orang tua member! respons yang baik terhadap
keinginan anak untuk bebas dalam melaknkan. kegiatan-kegiatan motoris sendiri
dan bukan lianya bereaksi atnu nienirn anak-anak lain.-Hal ynng sama terjadi
pada kemampuan anak nnluk menggunakan bahasa dan kegiatan fantasi. Dimensi
sosial pada tahap ini mempunyai dua ujung:: inisiative —– guilt- Anak yang diberi
kebebasan dan kesempatan untuk berinisiatif pada permainan motoris serta
mendapat jawaban yang yang memadai dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukannya (intelectual full/live), maka inisiatifnya akan berkembang dengan
pesat.
4. Industry vs litferioriry/Produkttvltns (6;0 – 11 ;00)
Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut
peraturan yang ada. Dimensi psikososial yang rnuncul pada masa ini adalah:
sense of industry < »> sense of inferiority
Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda
yang praktis. dan mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu.
Derdasarkan hasilnya mereka dihargai dan di mana perlu diberi hadiah. Dengan
demikian rasa/sifat ingin menghasilkan sesuatu dapat dikembangkan.
Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan rumah saja
melainkan meneakup juga lembaga-iembaga lain yang mempunyai peranan penting
dalam perkembangan individu. Pengalaman-pengalaman sekolah anak
mempengaruhi industry dan inferiority anak. Anak dengan IQ 80 atau 90 akan
mempunyai pengalaman sek’olah yang kurang memuaskan walaupun sifat indtistri
dipupuk dan dikembangkan di ruitiah. Ini dapat menimbulkan rasa inferiority
(rasa tidak” mampu). Keseimbangan industry dan inferiority bukan hanya
bergantung kepada orang tuanya, tetapi dipengaruhi pula oleh orang-orang dewasa
lain yang berhubungan dengan anak itu
5. Identity vs Role Confusion/Identitas (12;0 – 18;0)
Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. la mempunyai
perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan-
perubahan itubuhnya. Pandangan dan pemikirannya tentang dunia sekelilingnya
mengilami perkembangan. la mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain. la
berpikir puh apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. la mulai mengrrti
tentang keluarga yang ideal, agama dan masyarakat, yang dapat
diperbandingkannya dengan apa yang dialaminya sendiri.
Menurut Erikson pada tahap ini dimensi interpersonal yang muncul adalah:
ego identity -4 •–>• role confusion
. i.
Pada masa ini remaja harus dapat ‘mengirtegrasikan apa yang telah dialami dan
dipelajarinya tentang dirinya sebagai anak, siswa, teman, anggota pramuka, dan
lain sebagainya menjadi suatu kesatuan sehingga menunjukkan kontinuitas dengan
masa lalu dan siap menghadapi masa datang. . Peran orang tua yang pada masa
lalu berpengaruh secara langsung pada krisis perkembangan, maka pada masa ini
pengaruhnya tidak langsung. Jika anak mencapii masa remaja dengan rasa terima
kasih kepada orang tua, dengan penuh kepercayaan, mempunyai autonomy,
berinisiatif, memiliki sifat-sifat industry, maka kesempatannya kepada ego indentiti
sudah berkembang.
6. Intimacy vs Isolation/Keakraban (19;0 – 25;0)
Yang dimaksud dengan intimacy oleh Erikson selain hubungan antara suami istri
adalah juga kemampuan untuk berbagai rasa dan memperhatikan orang lain. Pada
tahap ini pun keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua.
Jika intimacy ini tidak terdapat di antara sesama teman atau suami istri, menurut
Erikson, akan terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian tanpa adanya
orang lain untuk berbagai rasa dan saling memperhatikan.
7. Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0 – 45;0)
Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang-orang lain di
luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat
masyarakat dan dunia tempat generasi ifi liidnp. Generativily ini bukan hanya
terdapat pada orang tua (ayah dan ibu), tetapi terdapat pula pada individu-individu
yang secara aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda serta berusaha membuat
tempat bekerja yang lebih baik untuk mereka hidup. Orang yang tidak berhasil
mencapai gereralivily berarti ia berada dalam keadaan self absorption dengan
hanyr memutuskart perhatia’n kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenang’an
pribadinya saja.
8. Integrity vs Despair/Integritas (45;0 …)
Pada tahap ini usaha-tisaha yang pokok pada individu sudah mendekati
kelepgkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-
cucu. Integrity timbul dari kemampupn individu untuk melihat kembali
kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah
despair, yaitu keadaan di mana individu yang menengok ke belakang dan meninjau
kembali kehidupannya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan
arah, serta disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat.
Sebagai rekapitulasi dapat dinyatakan bahwa penahapan’ perkembangan • afektif
manusia merupakan perpaduan dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas
sosial. Perkembangan afektif suatu tahap dapat berpengaruh secara positif maupun
negatif terhadap tahap berikutnya. Jika anak mencapai tahap ketiga yang bergaul
dengan anak bukan hanya orang tuanya saja melainkan uiga orang dewasa lainnya
di sekolah, yaitu guru. Guru yang membimbing dan mengasuh peserta didiknya
pada berbagai aspek tingknt kelas perlu memahami dan menyadari sikap,
kebutuhan dan perkembangan mereka.
D. POLA PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI JEAN PIAGET
Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai
dengan perkembangan umurnya’ Maka pengajaran harus direncanakan
sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan peserta didik.
Piaget mengemukakan proses anak sampai mampu berpikir seperti orang dewasa
melalui empat tahap perkembangan, yakni:
1. Tahap sensor motor (0;0 – 2;0) . .
Kegialan intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala
yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat ai.ak mencapai kematangan
dan mulai. memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya
dengan menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Anak mulai memahami
hubungan antaru benda dengan nama yang diberikan kepada benda tersebut.
2. Tahap praoperasional (2;0 – 7;0)
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang
dipergunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan
pesatnya. Keputusan yang dianbil hanya berdasarkan intuisi, bukannya
berdasarkan annlisis rasional. Anak biasanya mengambil kesimpulan dari sebagian
kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Menurut pendapat
mereka pesavat terbang adalah benda keci! yang berukuran 30 cm; karena hanya
itulah yang nampak pada mereka saal mereka menengadah dan melihatnya terbang
di angkasa.
3. Tahap operasional konkrit (7;0 – II;0)
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara
sistematis untuk .mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang
dihadapinya adalah permasalahan yang konkret.
Pada tahap ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolal yang
menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anal sering kali
menjadi friistasi bila disuruh mencari arti tersembunyi dari suati kata dalam
tulisan tertentu. Mereka menyukai soal-soal yang tersedi; jawabannya.
4. Tahap operasional formal (11; -15;0)
Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat
mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategor baik
yang abstrak maupun yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapet memikirkan
buah pi’iirannya, dapat membentuk ide-ide, berpikir tentang masa depan secara
realistis.
Sebelum menekuni tugasnya membimbing dan mengajar, guru atau calon gun
sebaiknya memahami teori Piaget atau ahli lainnya tentang pola-pola
perkembangan kecerdasan peserta didik. Dengan demikian men;ka memiliki
landasan untuk mengembangkan harapan-harapan yang realistik mengenai
perilaku peserta didiknya
E. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
perkembangan menurut Robert J. Havighurs adalah sebagian tugas yang muncul
pada suatu periode tertentu dalam, kehidupan individu, yang merupakan
keberhasilan yang dapat memberiknn kebahagian serta memberi jalan bagi tugas-
tugas berikutnya. Kegagalan akan menimbulkan kekecewaan bagi individu,
penolakan oleh masyarrkat dan kesulitan untuk tugas perkembangan berikutnya.
Tugas perkembangan pada masa kanak-kanak
1. Belajar berjalan.
2. Belajar makan makanan padat.
3. Belajar mengendalikan gerakan badan.
4. Mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
5. Memperoleh stabilitas fisiologis.
6. Membentuk konsep-konsep sederhana tentang kenyataan sosial dan fisik
7. Belajar inenghubungkan diri secara emosional dengan orang tua, kakak adik dan
orang lain.
8. Pelajar membedakan yang henar dan salah.
Tugas perkembangan masa anak
1.Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan
tertentu.
2.Menibentuk sikap tertentu terhadap dfri sendiri sebagai organisme yang
sedang tumbuh.
3.Belajar bergaul secara rukun dengan teman sebaya.
4.Mempelajari peranan yang sesuai dengan jenis kelamin.
5.Membina keterampilan dasar dalarr membaca, menulis dan berhitung.
6.Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari.
7.Membentuk kata hati, mbralitas dan nilai-nilai.
8.Memperoleh kebebasan diri.
9.Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan lembaga sosial.
Tugas perkembangan masa Remaja
1. Memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan yang sebaya
dari keduajenis kelamin.
2. Memperoleh peranan sosial dengan jenis kelamin individu.
3. Menerima fisik dari dan menggunakan badan secara efektif.
4. Memperoleh kebebasan diri melepaskan ketergantupgan diri dari orang tua dan
orang dewasa lainnya.
5. Melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan.
6. Memperoleh kebebasan ekonomi.
7. Persiapan perkavvinan dan kehidupan berkeluarga.
8. Mengembangkan keterampilan intelektuai dan konsep-konsep yang diperlukan
sebagai warga negara yang baik.
9. Memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan secara
sosial.
10. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman berperilaku.
Tugas perkembangan masa dewasa awal .
1.Memilih pasangan hidup.
2.Belajar hidup dengan suami atau istri.
3.Memulai kehidupan berkeluarga.
4.Membimbing dan merawat anak.
5.Mengolah rumah tangga.
6.Memulai suatu jabatan.
7.Menerima tanggung javvab sebagai warga negara.
8.Menemukan kelompok sosial yang cocok dan menarik.
Tugas-tugas perkembangan masa setengah baya
1.Memperoleh tanggung jawab sosi?l dan warga negara.
2.Membangun dan mempertahankan s’andar ekonomi.
3.Membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
dan bahagia.
4.Membina kegiatan pengisi waktu serggang orang dewasa.
5.Membina hubungan dengan pasanga.i hidup sebagai pribadi.
6.Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sendiri.
7.Menyesuaikan diri dengan pertambuhan umur.
Tugas-tugas perkembangan orang tua
1.Menyesuaikan diri dengan menurunnya kesehatan dan kekuatan fisik.
2.Menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan menurunnya pendapatan.
3.Menyesuaikan diri terhadap meninggalnya suami/istri.
4.Menjalin hubungan dengan perkumpulan manusia usia lanjut.
5.Memenuhi kewajiban sosial dan sebagai warga negara.
6.Membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan individu hams sejalan dengan
perkembangan aspek-aspek. lainnya, yaitu fisik, nsikis serta emosional, moral dan
sosial. Dikemukakannya perkembangan yang dicapai individu pada masa kanak-
kanak, masa anr-.k, masa remaja, nasa dewasa awal, masa setengah baya dan masa
tua.
Ada dua alasan mengapa tugas-tugas perkembangan ini penting bagi pendidik.
Pertama, membantu memperjelas tujuan yang akan dicapai seholah. Pendidikan
dapat dimengerti sebagai usaha masyarakat,- melalui sekolah, dalam membantu
individu mencapai tugas-tugas perkembangan tertentu. Kedua, konsep ini dapat
dipergunakan sebagai pedoman. waktu unttik melaksanakan usaha-usaha
pendidikan. Bila individu telah mencapai kematangan, siap untuk mencapai tahap
tugas tertentu serta sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka dapat dikatakan
bahwa saal untuk mengajar
individu yang bersangkutan (the-teachable moment) telah tiba. Bila mengajarnya
pada saat yang tepat maka liasil pengajaraft yang optimal dapat dicapai.
Sumber Buku Perkembangan Peserta Didik oleh Mulyani Sumantri

You might also like