You are on page 1of 4

RANCANGAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR … TAHUN 2011

TENTANG

PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU KONVERSI HUTAN ALAM PRIMER


DAN LAHAN GAMBUT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dalam rangka menyeimbangkan dan menselaraskan pembangunan


ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan serta upaya penurunan Emisi
Gas Rumah Kaca yang dilakukan melalui penurunan emisi dari
deforestasi dan degradasi hutan, dengan ini menginstruksikan:

Kepada : 1. Menteri Kehutanan;


2. Menteri Dalam Negeri;
3. Kepala Badan Pertanahan Nasional;
4. Gubernur;
5. Bupati/Walikota;

Untuk:

PERTAMA : Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai


tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing untuk
melakukan penundaan pemberian izin baru yang
berdampak terhadap konversi hutan alam primer dan
lahan gambut yang berada di Hutan Konservasi, Hutan
Lindung, Hutan Produksi (Hutan Produksi Terbatas, Hutan
Produksi Biasa, Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi)
dan Area Penggunaan Lain.
KEDUA : Penundaan pemberian izin baru sebagaimana dimaksud
dalam Diktum PERTAMA, tidak berlaku bagi:
a. perpanjangan izin penggunaan kawasan hutan
yang telah ada sepanjang izin di bidang usahanya
masih berlaku;
-2 -

b. Pemohon yang telah mendapatkan persetujuan


prinsip pelepasan kawasan hutan dari Menteri
Kehutanan; dan
c. pelaksanaan pembangunan nasional yang
bersifat vital, yaitu: geothermal, minyak dan gas bumi,
ketenagalistrikan, lahan untuk padi dan tebu.

KETIGA : Menteri Kehutanan:


a. menetapkan peta indikatif dan tabel hutan alam
primer dan lahan gambut melalui koordinasi dengan
dengan Kementerian/Lembaga terkait selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan setelah Instruksi Presiden ini
dikeluarkan;
b. memperbaharui peta indikatif dan tabel hutan alam
primer dan lahan gambut sekurang-kurangnya 1 (satu)
kali dalam 6 (enam) bulan; dan
c. melakukan penundaan terhadap penerbitan izin baru
yang berdampak terhadap konversi hutan alam primer
dan lahan gambut yang berada di Hutan Konservasi,
Hutan Lindung, Hutan Produksi (Hutan Produksi
Terbatas, Hutan Produksi Biasa, Hutan Produksi yang
Dapat Dikonversi) berdasarkan peta indikatif dan tabel
sebagaimana dimaksud pada huruf a.

KEEMPAT : Kepala Badan Pertanahan Nasional melakukan


penundaan terhadap penerbitan izin baru hak guna
usaha pada Area Penggunaan Lain yang berpenutupan
hutan alam primer dan lahan gambut berdasarkan peta
indikatif dan tabel sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KETIGA.
-3 -

KELIMA : Para Gubernur melakukan penundaan penerbitan


rekomendasi/pencadangan izin baru yang berdampak
terhadap konversi hutan alam primer dan lahan gambut
yang berada di Hutan Konservasi, Hutan Lindung, Hutan
Produksi (Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Biasa,
Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi) dan Area
Penggunaan Lain berdasarkan peta indikatif dan tabel
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA.

KEENAM : Para Bupati/Walikota melakukan penundaan penerbitan


izin lokasi dan izin usaha baru yang berdampak terhadap
konversi hutan alam primer dan lahan gambut yang
berada di Hutan Konservasi, Hutan Lindung, Hutan
Produksi (Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Biasa,
Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi) dan Area
Penggunaan Lain berdasarkan peta indikatif dan tabel
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA.

KETUJUH : Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan


pengawasan terhadap Gubernur dan Bupati/Walikota
dalam pelaksanaan Instruksi Presiden ini.

KEDELAPAN : Penundaan pemberian izin baru, hak guna usaha,


rekomendasi/pencadangan pemberian izin baru, dan
pemberian izin lokasi dan izin usaha baru sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KETIGA, Diktum KEEMPAT,
Diktum KELIMA, dan Diktum KEENAM dilakukan selama 2
(dua) tahun terhitung sejak Instruksi Presiden ini
dikeluarkan
-4 -

KESEMBILAN : Pelaksanaan Instruksi Presiden ini dilaporkan oleh


Menteri Kehutanan kepada Presiden setiap 6 (enam)
bulan atau sewaktu-waktu diperlukan berdasarkan
laporan pelaksanaan dari Kepala Badan Pertanahan
Nasional, Gubernur, dan Bupati/Walikota.

KESEPULUH : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh


tanggung jawab.

Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal


dikeluarkan.

Dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

You might also like